• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEHIDUPAN SOSIAL PEKERJA WANITA SPBU (STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM) DI KABUPATEN ENREKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEHIDUPAN SOSIAL PEKERJA WANITA SPBU (STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM) DI KABUPATEN ENREKANG"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

KEHIDUPAN SOSIAL PEKERJA WANITA SPBU (STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM) DI KABUPATEN ENREKANG

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

NURAENI 10538312614

JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

MOTTO

Jangan pernah menyerah menggapai keinginan yang

kuat”positif thinking always”kejernihan pikiranmu

mengubah hidupmu

Kupersembahkan...

“Teriring doa, air mata dan kerendahan hati

Kupersembahkan karya ini untuk Ayahanda,

Ibunda dan saudara(i)ku Atas pengorbanan,

perhatian dan doa yang telah diberikan.Semoga

mereka senantiasa dalam lindungan dan rahmat

Allah SWT””

(3)

ABSTRAK

Nuraeni. 2018. Kehidupan sosial pekerja wanita SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) di Kabupaten Enrekang. Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Nurlina Subair dan Lukman Ismail.

Tujuan penelitian ini adalah (i) Untuk mengetahui faktor faktor yang mendorong wanita bekerja sebagai operator SPBU. (ii) Untuk mengetahui implementasi hak pekerja wanita SPBU terhadap kehidupan sosialnya. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif. informan ditentukan secara purposive sampling, berdasarkan karakteristik informan yang telah ditetapkan yaitu manager SPBU dan pekerja wanita SPBU. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, dokumentasi, dan wawancara mendalam.. Teknik analisis data melalui berbagai tahapan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpilan, sedangkan teknik keabsahan data menggunakan triangulasi sumber, waktu dan teknik.

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa, (i) faktor yang mendorong pekerja wanita bekerja sebagai operator SPBU adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu karena faktor ekonomi Sedangkan faktor eksternal yaitu lingkungan dalam artian ajakan dari teman dan peluang kerja dari perusahaan. Penghasilan orang tua yang tidak menentu dan bahkan sudah tidak bekerja lagi, menjadi penyebab mereka harus bekerja di usia mudanya. (ii) Pekerja wanita juga memperoleh hak implementasi yaitu perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja , perlindungan hak dasar pekerja atas pembatasan waktu kerja dan perlindungan upah, kesejahteraan dan jaminan sosial tenaga kerja

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu ‟alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Alhamdulillahi Rabbil „Alamin, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya yang tak kunjung habis, sehingga dengan rahmatnyalah penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan tepat waktu dalam rangka penyelesaian studi pada Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas MuhammadiyahMakassar, dengan judul “Kehidupan Sosial Pekerja Wanita SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) Di Kabupaten Enrekang”.

Dengan segala kesungguhan dan keyakinan untuk terus melangkah, akhirnya sampai di titik akhir penyelesaian skripsi ini. Namun, berkat niat suci, keteguhan hati, serta uluran tangan berbagai pihak lewat dukungan, arahan, bimbingan, bantuan moril maupun materil dan motivasi serta doa yang tak henti-hentinya hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, sepantasnya penulis haturkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Behalim dan Joharni, kedua orang tua kandungku yang memberikan dukungan, kasih sayang serta doa yang tulus dan ikhlas kepada penulis. Kakakku jumadi, serta adikku Nirwana , Muh.Adil dan Hamina. Semoga apa yang beliau berikan

(5)

kepada penulis bernilai kebaikan dan dapat menjadi penerang kehidupan didunia dan akhirat.

Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya penulis hanturkan kepada: Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE., M.M. sebagai Rektor UniversitasMuhammadiyah Makassar. Erwin Akib,m.Pd.,Phh.D, sebagai dekan fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Drs. H. Nurdin, M.Pd., sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar Kaharuddin S.Pd.,M.Pd.,ph.D.,sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan Sosiologi FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar. Selanjutnya Dr.Nurlina Subair,M.Si, selaku Dosen Pembimbing I, dan Lukman Ismail, S.Pd,. M.Pd., Selaku Dosen Pembimbing II. Bapak dan ibu dosen Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bimmbingan, arahan, dan jasa-jasa yang tidak ternilai harganya kepada penulis. Terkhusus kepada narasumber atas segala informasi dan kerjasamanya yang baik selama penulis melaksanakan penelitian. Seluruh saudaraku yang selalu memberikan semangat dan dorongan untuk bisa menyelesaikan studi ini. Seluruh keluarga saya yang selalu memberikan motivasi untuk bisa menyelesaikan studi ini. Dan teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Sosiologi angkatan 2014 terkhusus kelas F yang telah bersama-sama berjuang keras dan penuh semangat dalam menjalani studi dalam suka dan duka. Kebersamaan ini akan menjadi sebuah kenangan yang indah.

(6)

Hanya Allah Subuhana Ata‟ala yang dapat memberikan imbalan yang setimpal. Semoga aktivitas kita senantiasa bernilai ibadah di sisi-Nya. Sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, peulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan karya ini. Semoga saran dan kritik tersebut menjadi motivasi kepada penulis untuk lebih tekun belakjar. AAmiin

Wassalamu „alaikum Warahmatullahi. Wabarakatuh

Makassar, Agustus 2018

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 6 C. Tujuan Penelitian ... 7 D. Manfaat penelitian ... 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

(8)

A. KAJIAN TEORI ... 8

1. Penelitian Relevan ... 8

2. Pengertian Kehidupan sosial ... 9

3. Pengertian pekerja wanita ... 13

4. Faktor faktor yang menodorng wanita bekerja ... 23

5. Landasan Teori ... 26

B. KERANGKA KONSEP ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian ... 34

B. Lokasi penelitian ... 35

C. Informan penelitian ... 36

D. Focus penelitian ... 36

E. Instrument penelitian ... 37

F. jenis dan sumber data ... 38

G. Teknik pengumpulan data ... 38

H. Teknik Analisis Data ... 39

I. Teknik Keabsahan Data ... 40

BAB IV DESKRIPSI UMUM KABUPATEN ENREKANG DAN DESKRIPSI KHUSUS PENELITIAN A. Deskripsi umum Kabupaten Enrekang...42

B. Deskripsi khusus Penelitian ... 49

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Faktor faktor yang mendorong wanita bekerja di SPBU ... 57

B. Implementasi hak pekerja wanita terhadap kehidupan sosial ... 66

C. Pembahasan ... 72

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79

(9)

LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP DAFTAR TABEL No.Tabel judul 4.1 jumlah Penduduk ... 51 4.2 keadaan penduduk ... 53 4.3 Mata Pencaharian ... 54

(10)

DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Judul

2.1. kerangka konsep ... 33

4.1. Peta Kabupaten Enrekang ... 45

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap orang di dunia ini memiliki berbagai kebutuhan didalam hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut mengharuskan setiap individu berusaha dengan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhannya, baik itu kebutuhan jasmani maupun rohani. Salah satu cara untuk memenuhinya ialah dengan bekerja. Bekerja adalah melakukan suatu kegiatan untuk menghasilkan atau membantu menghasilkan barang atau jasa dengan maksud memperoleh penghasilan berupa uang dan atau barang dalam kurun waktu tertentu.

Pada zaman sekarang ini, dalam dunia kerja bukan hanya kaum laki-laki yang terlibat tetapi juga kaum wanita sudah banyak terlibat di dalamnya. Hal tersebut didasarkan pada kemajuan peradaban terutama pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang memicu adanya perubahan di dalam masyarakat terutama masalah peran wanita.

Saat ini sudah banyak ditemui wanita bekerja di sektor formal, sektor formal yang dimaksud adalah suatu usaha resmi yang dapat menampung tenaga kerja, dengan adanya perjanjian kerja yang mengatur unsur pekerjaan, upah dan

(12)

lain sebagainya. Wanita yang bekerja disini adalah mereka yang sudah dewasa yang berumur 18 ke atas.

Terjunnya wanita dalam dunia kerja menimbulkan berbagai argument dan pandangan dalam masyarakat terutama laki-laki. Menurut mereka bahwa tugas utama dari seorang wanita adalah mengurus rumah tangga dan laki-laki yang mencari nafkah, atau wanita tempatnya dirana domestik dan laki-laki tempatnya dirana publik. Namun ada juga mereka yang beranggapan bahwa tidak ada salahnya wanita bekerja selama yang mereka kerjakan tidak mengancam keselamatan mereka. Keikutsertaan para wanita didalam lingkungan kerja tidak bisa dipandang sebelah mata.

Dahulu dan sampai saat ini, mayoritas tulang punggung kehidupan keluarga adalah laki – laki atau suami. Akan tetapi kini para wanita sudah banyak terjun dan ikut berperan aktif dalam mendukung dan menunjang perekonomian keluarga. Keikutsertaan wanita dalam dunia kerja juga disinggung dalam agama Islam bahwa wanita juga mempunyai hak dan kesempatan untuk berkarier asalkan tidak melalaikan fungsi dan kedudukannya sebagai wanita dan pekerjaan yang dilakukannya itu tidak menimbulkan dampak negative bagi diri dan lingkungannya. Anggapan bahwa pekerja wanita adalah hal yang wajar, namun dalam sektor yang memang khusus buat mereka. Pada hakikatnya banyak yang menganggap bahwa wanita itu adalah makhluk yang lemah lembut, sabar, memiliki kekuatan yang berbeda dari laki–laki.

(13)

Sehingga ada beberapa pekerjaan yang dianggap cocok untuk wanita, antara lain : SPG/ SPM, pelayan toko, juru masak, penjahit, dan masih banyak lagi, Sedangkan yang tidak cocok oleh wanita, yaitu pekerjaan yang dianggap kerja“ kasar” dan memiliki kekuatan ekstra seperti : Operator SPBU, kuli, supir dan lain sebagainya. Akan tetapi saat ini semua opini itu seakan mulai terkikis. Saat ini banyak wanita yang melakukan pekerjaan yang dulunya hanya dilakukan oleh laki–laki dan sebaliknya banyak pekerjaan laki–laki yang dilakukan oleh wanita. Saat ini hampir di semua lapangan kerja sudah diisi oleh wanita, banyaknya pihak yang memperkerjakan wanita didasari oleh banyak hal, salah satunya ialah karena wanita lebih teliti, telaten dan menarik secara fisik. Terjunnya wanita dalam dunia kerja saat ini, dapat menjadi ancaman besar untuk laki-laki, dikarenakan hampir disemua lapangan kerja mengharuskan adanya karyawan wanita, bahkan terkadang jumlah wanita lebih banyak dari pada laki – laki.

Saat ini salah satu kabupaten yang terdapat operator wanita yang bekerja di SPBU ialah kabupaten Enrekang Kecamatan Alla‟. Fenomena ini menjadi suatu pemandangan yang tidak lazim mengingat pekerjaan sebagai operator SPBU dulunya hanya dilakukan oleh laki-laki. Di samping itu pekerjaan ini bisa dikatakan pekerjaan yang membutuhkan kepercayaan diri yang tinggi, apalagi ketika berhadapan dengan masyarakat secara umum, terutama yang berjenis kelamin pria. Ini terbukti bahwa wanita sudah mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungan.

(14)

Berdasarkan apa yang telah dijelaskan diatas bahwa salah satu pekerjaan yang banyak dihuni oleh wanita ialah pekerjaan sektor formal. Salah satu sektor formal yang saat ini dilirik oleh wanita ialah sebagai operator di stasiun pengisian bahan bakar umum ( SPBU ). Menarik dari hal ini, yaitu jika di tilik beberapa tahun ke belakang, pekerjaan sebagai operator pengisian di SPBU hanya dikerjakan oleh kaum laki-laki. Hal–hal atau pekerjaan yang dulunya hanya dapat dilakukan oleh laki-laki, namun saat ini dikerjakan oleh wanita. Sangat menarik dari hal tersebut ialah, munculnya tanggapan-tanggapan dari masyarakat tentang operator pengisian BBM wanita yang idealnya dilakukan oleh laki-laki.

(Anastasi, Agnes. 2012) pandangan laki laki terhadap wanita di SPBU BBM studi kasus SPBU di kota Makassar”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu opini yang kerapkali muncul bekerja sebagai operator yaitu dari laki laki. Bagi sebagian laki - laki, dan perempuan yang bekerja di sektor yang seharusnya dihuni laki - laki akan tetapi saat ini dihuni perempuan, dianggap biasa – biasa saja dan hal yang wajar, mengingat tidak adanya perbedaan perempuan dan laki - laki, sehingga mempunyai hak yang sama. Tetapi bagi sebagian laki - laki, terjunnya perempuan dalam sektor formal khususnya sebagai operator SPBU menciptakan suatu persaingan. Sehingga para pria ini merasa kurang setuju dengan terjunnya perempuan dalam pekerjaan ini.

(Miko,Jeroh. 2017) Peran perempuan sebagai pencari nafkah utama di Kota Subulussalam Studi Fenomenologi Diss. Pascasarjana UIN Sumatera Utara, Hasil penelitian menunjukkan menunjukkan bahwa Perempuan-perempuan di Kota Subulussalam sangat berperan sebagai pencari nafkah utama bagi keluarga.

(15)

Hal tersebut dilatarbelakangi karena rendahnya penghasilan suami, tingginya tingkat kebutuhan hidup, besarnya tanggungan anak dan biaya pendidikannya, adanya dorongan dari dalam diri untuk memperoleh kehidupan yang lebih mapan, dan adanya keinginan perempuan untuk bekerja. Perempuan umumnya memilih pekerjaan di sektor informal, seperti berdagang, menjual kue keliling, menjual jamu keliling, memulung, menjadi PRT, buruh tani, buruh kebun, dan pekerjaan lainnya. Alasan memilih bidang pekerjaan tersebut karena sulit memperoleh pekerjaan, minimnya lapangan kerja, kurangnya kreativitas perempuan, kuranganya keterampilan (life skill), dan tidak adanya modal usaha untuk membuka usaha sendiri. Kendala-kendala yang dihadapi adalah minimnya modal usaha, banyaknya saingan dalam bekerja dan tidak adanya transportasi. Peran ganda perempuan sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pencari nafkah utama keluarga berdampak pada kurang maksimalnya perempuan dalam menjalankan kedua fungsi tersebut.

(Sunarto,2000:29). Di Indonesia sendiri, perempuan sebenarnya telah diberi peluang yang sama dengan laki-laki. Namun melihat kenyataannya persepsi masyarakat terhadap perempuan tidak mengalami perubahan yang berarti. Bisa dikatakan gambaran ini sebuah realitas yang irasional terjadi dalam masyarakat kita yaitu dalam relasi antara perempuan dan laki-laki. Ditunjukkan dengan kondisi dimana kaum laki-laki mempunyai posisi yang lebih dominan dibandingkan dengan kaum perempuan. Salah satu posisi dominan itu ditunjukkan oleh kebebasan kaum lakilaki untuk memilih peran sosial tertentu di masyarakat, suatu kebebasan yang tidak dimiliki oleh kaum perempuan Sifat dikotomi dalam

(16)

fungsi publik dan domestik ditandai dengan peran publik yang lebih banyak dikuasai oleh kaum pria. Sedangkan peran di sektor domestik dengan fungsi-fungsi reproduksinya lebih banyak dilakukan oleh kaum perempuan. Permasalahannya adalah ketidakadilan gender terlihat dari bentuk penghargaan yang diberikan oleh masyarakat terhadap berbagai peran sosial tersebut.

(Dzuhayatin:1997) status perempuan dianggap sebagai penjaga rumah sebab perempaun dianggap hanya akan memiliki kekuasaan dalam aktivitas disekitar rumah. Meskipun demikian diakui bahwa itu hanya semntara saja, jika perempuan pada saatnya bersuami akan menjdi milik orang lain dan akan meningglkan rumah. Sedangkan laki laki diangap sebagai pemilik rumah karena laki laki dianggap penguasa harta warisan, penerus keturunan dan pemilik kehidupan keluarga. Konsep kekuasaan pada budaya patriarki adalah ekspresi kelaki lakian dari sang penentu sehingga setiap laki laki merefleksikan kekuasaan tersebut kepada individu yang lain.

Berdasarkan jurnal diatas maka peneliti menyimpulkan persamaan dan perbedaannya. Persamaan dari hasil penelitian diatas yaitu membahas tentang peran serta hak laki laki dan wanita sama yaitu bekerja pada sektor formal terkhusus pada pekerja sebagai operator SPBU.Sedangkan perbedaan dari hasil penelitian adalah membahas tentang laki laki bekerja di rana publik dan wanita bekerja di rana domestik. Alasan saya memilih SPBU di kalosi adalah karena pekerja wanitanya lebih banyak dan juga ingin mengetahui bagaimana kehidupan keluarganya setelah bekerja di SPBU dimana dulunya pengeluaran lebih banyak

(17)

dibandingkan pendapatan. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti “Kehidupan Sosial Pekerja Wanita SPBU di Kabupaten Enrekang”. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah :

1. Faktor-faktor apakah yang mendorong wanita bekerja sebagai operator SPBU?

2. Bagaimanakah implementasi hak pekerja wanita SPBU terhadap kehidupan sosialnya?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk Mengetahui faktor-faktor yang mendorong wanita bekerja sebagai operator SPBU.

2. Untuk mengetahui implementasi hak pekerja wanita SPBU terhadap kehidupan sosialnya.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teorites, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran ilmiah bagi pengembangan keilmuan, khususnya ilmu Sosiologi dalam menganalisa pekerja wanita serta faktor-faktor yang mendorong wanita bekerja sebagai operator SPBU.

2. Manfaat Praktis, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti mengenai faktor-faktor yang mendorong wanita bekerja sebagai operator SPBU dan implementasi hak pekerja wanita terhadap

(18)

kehidupan sosialnya. Penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi literature serta acuan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya terkait pekerja wanita.

(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini mengenai kehidupan sosial pekerja wanita di SPBU. Berdasarkan eksplorasi peneliti,ditemukan beberapa tulisan yang berkaitan dengan penelitian ini.

(Anastasi , Agnes : 2012) pandangan laki laki terhadap wanita di SPBU BBM studi kasus SPBU di kota Makassar”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu opini yang kerapkali muncul bekerja sebagai operator yaitu dari laki laki. Bagi sebagian laki - laki, dan perempuan yang bekerja di sektor yang seharusnya dihuni laki - laki akan tetapi saat ini dihuni perempuan, dianggap biasa – biasa saja dan hal yang wajar, mengingat tidak adanya perbedaan perempuan dan laki - laki, sehingga mempunyai hak yang sama. Tetapi bagi sebagian laki - laki, terjunnya perempuan dalam sektor formal khususnya sebagai operator SPBU menciptakan suatu persaingan. Sehingga para pria ini merasa kurang setuju dengan terjunnya perempuan dalam pekerjaan ini.

(Dzuhayatin:1997 ) status perempuan dianggap sebagai penjaga rumah sebab perempaun dianggap hanya akan memiliki kekuasaan dalam aktivitas disekitar rumah. Meskipun demikian diakui bahwa itu hanya semntara saja, jika perempuan pada saatnya bersuami akan menjdi milik orang lain dan akan meningglkan rumah. Sedangkan laki laki diangap sebagai pemilik rumah karena laki laki dianggap penguasa harta warisan, penerus keturunan dan pemilik

(20)

kehidupan keluarga. Konsep kekuasaan pada budaya patriarki adalah ekspresi kelaki lakian dari sang penentu sehingga setiap laki laki merefleksikan kekuasaan tersebut kepada individu yang lain.

2. Pengertian kehidupan sosial

Kehidupan adalah sebuah proses, bukan substansi murni. Defenisi apapun harus cukup luas untuk mencakup seluruh kehidupan yang dikenal,dan didefenisi tersebut harus cukup umum, sehingga dengan itu, ilmuan tidak akan melewatkan kehidupan yang mungkin secara mendasar berbeda dari kehidupan di bumi.

Kehidupan merupakan suatu kisah yang penuh berliku. Kelangsungannya senantiasa berputar – putar di ruang lingkup yang serupa dari satu generasi sejak mula manusia diciptakan hinggalah menjejak kepada waktu yang paling hampir dan kisahnya selalu berulang – ulang.

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kehidupan sosial adalah adalah kehidupan yang di dalamnya terdapat unsur-unsur sosial/kemasyarakatan. Sebuah kehidupan disebut sebagai kehidupan sosial jika di sana ada interaksi antara individu satu dengan individu lainnya, dan dengannya terjadi komunikasi yang kemudian berkembang menjadi saling membutuhkan kepada sesama. Dalam hal yang terjadi di lapangan, kehidupan sosial sangat erat kaitannya dengan bagaimana bentuk kehidupan itu berjalan. Dalam hal ini, seperti juga telah diterangkan di paragraf awal, bahwa ada dua kehidupan sosial yang secara umum ada, yaitu kehidupan sosial di pedesaan dan kehidupan sosial di perkotaan . (Muhammad Farid : 2015)

(21)

a. ciri ciri interaksi sosial antara lain: 1. Adanya dua orang pelaku atau lebih

2. Adanya hubungan timbal balik antar pelaku

3. Proses diawali dengan adanya kontak social, baik secara langsung (kontak social primer ) maupun secara tidak langsung(kontak social sekunder ) 4. Adanya dimensi waktu (lampau,sekarang dan akan datang) yang

menentukan sifat hubungan timbal balik yang sedang berlangsung .(soerjono soekanto .2001)

b. Syarat syarat interaksi sosial

Interkasi sosial tidak begitu saja terjadi, tetapi ada syarat syarat tertentu supaya interkasi sosial berlangsung. Syarat syarat tersebut adalah kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial adalah hubungan social antara individu satu dengan individu lain yang bersifat langsung seperti dengan sentuhan ,percakapan, maupun tatap muka. Namun, pada era modern seperti sekarang ini kontak sosial bisa terjadi secara tidak langsung misalnya orang orang dapat berhubngan antar satu sama lain melalui telepon dan telegram. Sedangkan komunikasi adalah peoses penyampaian sesuatu hal atau pesan dari seseorang kepada orang lain yang dilakukan secara langsung maupun melalui alat bantu agar orang lain memberikan tanggapan atau tindakan tertentu. Orang yang memberikan pesan disebut komunikator .

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Interaksi Sosial

Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada beberapa faktor berikut ini.

(22)

a) Sugesti

Sugesti adalah pemberian pengaruh pandangan seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu, sehingga orang tersebut mengikuti pandangan/pengaruh tersebut tanpa berpikir panjang. Sugesti biasanya dilakukan oleh orang yang berwibawa, mempunyai pengaruh besar, atau terkenal dalam masyarakat. Contoh sugesti salah satunya adalah obat yang harganya mahal yang merupakan produk impor dianggap pasti manjur menyembuhkan penyakit. Anggapan tersebut merupakan sugesti yang muncul akibat harga obat yang mahal dan embel-embel produk luar negeri.

b) Imitasi

Imitasi adalah tindakan atau usaha untuk meniru tindakan orang lain sebagai tokoh idealnya. Imitasi cenderung secara tidak disadari dilakukan oleh seseorang. Imitasi pertama kali akan terjadi dalam sosialisasi keluarga. Misalnya, seorang anak sering meniru kebiasaan-kebiasaan orang tuanya seperti cara berbicara dan berpakaian. Namun, imitasi sangat dipengaruhi oleh lingkungannya terutama lingkungan di sekolah. Karena seseorang (terutama saat seseorang sudah menginjak usia remaja) cenderung lebih sering di sekolah dan bersosialisasi dengan temannya dengan berbagai macam kebiasaan.

c) Identifikasi

Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Identifikasi mengakibatkan terjadinya pengaruh yang lebih dalam dari sugesti dan imitasi karena identifikasi dilakukan oleh seseorang secara sadar. Contoh identifikasi: seorang pengagum berat artis

(23)

terkenal, ia sering mengidentifikasi dirinya menjadi artis idolanya dengan meniru model rambut, model pakaian, atau gaya perilakunya dan menganggap dirinya sama dengan artis tersebut.

d) Simpati

Simpati adalah suatu proses seseorang yang merasa tertarik pada orang lain. Perasaan simpati itu bisa juga disampaikan kepada seseorang atau sekelompok orang atau suatu lembaga formal pada saat-saat khusus. Contoh simpati adalah pada peringatan ulang tahun, pada saat lulus ujian, atau pada saat mencapai suatu prestasi.

e) Empati

Empati adalah kemampuan mengambil atau memainkan peranan secara efektif dan seseorang atau orang lain dalam konsidi yang sebenar-benarnya, seolah-olah ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain tersebut seperti rasa senang, sakit, susah, dan bahagia. Empat hampir mirip dengan sikap simpati. Perbedaannya, sikap empati lebih menjiwai atau lebih terlihat secara emosional. Contoh empati adalah saat kita turut merasakan empati terhadap masyarakat Yogyakarta yang menjadi korban letusan Gunung Merapi.

f) Motivasi

Motivasi adalah dorongan, rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang diberikan seorang individu kepada individu yang lain sedemikian rupa sehingga orang yang diberi motivasi tersebut menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional, dan penuh tanggung jawab. Contoh motivasi adalah guru yang memberikan motivasi kepada siswanya supaya

(24)

siswanya semakin giat belajar. Tidak selamanya interaksi berjalan sesuai dengan rencana. Kontak sosial yang berlangsung kadang-kadang dapat berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan, namun sebaliknya suatu interaksi akan mengalami gangguan dan bahkan terhenti seandainya terjadi hal-hal berikut:

1. Subjek-subjek yang terlibat dalam interaksi tidak mempunyai harapan lagi untuk mencapai tujuan.

2. Interaksi yang terjadi tidak lagi bermanfaat atau tidak mendatangkan keuntungan.

3. Tidak adanya adaptasi atau penyesuaian antara pihak-pihak yang saling berinteraksi.

4. Salah satu pihak atau keduanya tidak bersedia lagi mengadakan interaksi. 3. Pengertian pekerja wanita

a) Pengertian Pekerja

Pekerja berasal dari kata “kerja” yang berarti perbuatan melakukan sesuatu kegiatan yang bertujuan mendapatkan hasil, hal pencarian nafkah. Sedang kerja dalam arti luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia dalam hal materi atau non materi, intelektual atau fisik maupun hal-hal yang berkaitan dengan keduniaan atau keakhiratan. Kerja mendapatkan imbuhan pe- sehingga menjadi pekerja yang berarti “orang yang bekerja”.

Gender adalah konsep hubungan sosial yang membedakan fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan. Pembedaan fungsi dan peran antara laki laki dan perempuan itu tidak ditentukan karena keduanya terdapat perbedaan biologis atau kodrat, melainkan dibedakan menurut kedudukan, fungsi dan peranan

(25)

masing-masing dalam berbagai bidang kehidupan dan pembangunan. Dikatakan bahwa gender adalah seperangkat peran yang seperti halnya kostum dan topeng di teater, menyampaikan kepada orang lain bahwa kita adalah feminism atau maskulin. Perangkat perilaku khusus ini yang menvakup penampilan, pakaian, sikap, kepribadian, bekerja di dalam dan di luar rumah tangga, seksualitas, tanggung jawab keluarga dan sebagainya secara bersamasama memoles peran gender kita.

Gender adalah hasil konstruksi budaya yang diciptakan oleh manusia, yang sifatnya tidak tetap, dapat berubah dari waktu ke waktu, serta dapat dialihkan dan dipertukarkan menurut waktu, tempat dan budaya setempat dari satu jenis kelamin kepada jenis kelamin lainnya. Dengan demikian gender sebagai konsep merupakan hasil pemikiran atau rekayasa manusia, dibentuk oleh masyarakat sehingga gender bersifat dinamis dapat berbeda karena perbedaan adat istiadat, budaya, agama, dan sistem nilai dari bangsa, masyarakat, dan suku bangsa tertentu. Defenisi tentang kerja seringkali tidak hanya menyangkut apa yang dilakukan seseorang, tetapi juga menyangkut kondisi yang melatarbelakangi kerja tersebut serta penilaian sosial yang diberikan terhadap penilaian tersebut. . (Saptari dan Holzner,1997),

a. Gender sebagai suatu persoalan Sosial Budaya

Perbedaan antara laki – laki dan perempuan sebenarnya bukan suatu masalah bagi sebagian masyarakat. Namun, hal tersebut akan menjadi masalah yang cukup besar apabila melahirkan ketidakadilan dan ketimpangan. Karena jika hal itu terjadi, maka jenis kelamin tertentu akan memiliki kedudukan yang lebih

(26)

tinggi dan peluang yang lebih terbuka dalam segala aspek di kehidupan social masyarakat.

Dalam setiap masyarakat yang telah diteliti, kaum laki-laki dan perempuan memiliki peran gender yang berbeda. Terdapat perbedaan pekerjaan yang dilakukan mereka dalam komunitasnya, dan status maupun kekuasaan mereka di dalam masyarakatnya boleh jadi berbeda pula. Sementara semua masyarakat memiliki pembagian kerja berdasarkan gender (gender division of labor), terdapat keberagaman kerja yang dilakukan laki-laki dan perempuan.

Salah satu masalah sekitar penggunaan materi lintas kultural terhadap peran gender adalah karena hingga saat ini sebagian besar antropolog mendapat pendidikan di Barat dan cenderung melihat semua masyarakat dipandang dari segi pola kekuasaan laki-laki yang lazim dalam masyarakat Barat. Kaum perempuan dipandang sebagai subordinat dan pinggiran, tanpa menghiraukan apa yang sesungguhnya sedang dikerjakan perempuan.

b. Gender dan Stereotipe

Stereotip adalah pelabelan terhadap pihak tertentu yang pada akhirnya selalu merugikan pihak lain dan menimbulkan ketidakadilan. Salah satu stereotype yang dikenalkan dalam bahasan ini adalah stereotype yang bersumber pada pandangan gender. Karena itu banyak ketidakadilan terhadap jenis kelamin yang kebanyakan adalah perempuan yang bersumber pada stereotipe yang melekatnya.

Dikatakan bahwa salah satu stereotip yang sangat merugikan perempuan yaitu adanya anggapan bahwa tugas utama perempuan ialah melayani suami dan

(27)

mengurus anak. Stereotip semacam ini juga terjadi pada pekerjaan perempuan, perempuan yang bekerja seringkali dianggap sebagai ‟sambilan” atau ‟membantu suami”, akan tetapi pada realitanya banyak perempuan yang bekerja bukan hanya sambilan atau untuk membantu perempuan, akan tetapi saat ini sudah banyak perempuan yang bekerja sebagai tulang punggung keluarga atau pencari nafkah bagi keluarganya.

c. Gender dan Beban Kerja

Dikatakan bahwa Anggapan dalam masyarakat pada umumnya, menganggap bahwa kaum perempuan bersifat memelihara, rajin, dan tidak cocok menjadi kepala rumah tangga. Akibat dari hal tersebut menyebabkan semua pekerjaan domestik menjadi tanggung jawab kaum perempuan. Di kalangan keluarga miskin, beban kerja harus dikerjakan sendiri, apalagi selain harus mengerjakan tugas-tugas domestik, mereka masih juga dituntut harus bekerja, sehingga perempuan miskin memikul beban kerja ganda. Sedangkan untuk keluarga kaya, pekerjaan domestic dilakukan oleh pembantu rumah tangga (domestic workers).

Pembantu rumah tangga inilah yang menjadi korban dari bias gender di masyarakat. Mereka bekerja berat dan lebih lama tanpa perlindungan dan tanpa adanya kebijakan Negara. Dalam kaitannya dengan beban ganda , perempuan tidak hanya berperan ganda, akan tetapi perempuan memiliki triple role peran reproduksi yaitu peran yang berhubungan dengan peran tradisional di sektor domestik. Peran produktif, yaitu peran ekonomis di sektor publik dan peran sosial yaitu peran di komunitas.

(28)

Darwan Prinst (2000), di dalam kehidupan sehari-hari masih terdapat beberapa peristilahan mengenai pekerja. Misalnya ada yang menyebutnya buruh, karyawan atau pegawai. Namun sesungguhnya dapat dipahami bahwa maksud dari semua peristilahan tersebut adalah sama yaitu orang yang bekerja pada orang lain dan mendapat upah sebagai imbalannya. Saptari dan Holzner (1997) mengatakan bahwa dalam masyarakat kita sekarang yang telah mengalami komersialisasi dan berorientasi pasar seringkali diadakan pembedaan yang ketat antara kerja upahan atau kerja yang tidak mendatangkan pendapatan. Kerja upahan dianggap kerja yang produktif, pandangan demikian sebenarnya tidak lepas dari dua macam bias kultural yang ada dalam masyarakat kita.

Pandangan bahwa uang merupakan ukuran atas bernilai atau berarti tidaknya suatu kegiatan dan kecenderungan melakukan dikotomi tajam terhadap semua gejala yang ada. Dalam situasi seperti ini bisa dipahami mengapa kerja perempuan seringkali tidak nampak (ivisible) karena dalam masyarakat kita keterlibatan perempuan seringkali berada dalam pekerjaan yang tidak membawa upah.

b) Defenisi pekerja wanita

Pekerja wanita adalah wanita yang sudah dewasa. Wanita yang dianggap dewasa disini adalah wanita yang sudah berumur 18 tahun atau lebih sedangkan wanita yang belum berumur 18 tahun termasuk orang yang belum dewasa. Wanita bekerja ialah wanita yang melakukan suatu kegiatan secara teratur atau berkesinambungan dalam suatu jangka waktu tertentu, dengan tujuan yang jelas yaitu untuk menghasilkan atau mendapatkan sesuatu dalam bentuk benda, uang,

(29)

jasa maupun ide. Wanita bekerja akan memperoleh berbagai kepuasan seperti kepuasan fisik, sosial emosional maupun kepuasan mental. Bekerja memiliki beberapa persyaratan kerja antara lain pendidikan yang memadai, pengetahuan dan keterampilan bahkan jika mungkin pengalaman kerja yang cukup.

Pekerjaan wanita mengandung arti yang berbeda di masyarakat yang berlainan. Ketika Amerika Serikat bergerak dari masyarakat pertanian pedesaan ke masyarakat industri, dan sekarang sistem ekonomi multinasional pasca industri, pekerjaan wanita dalam beberapa hal mengalami perubahan dan dalam hal-hal lainnya tetap sama. Begitu banyak faktor perubahan yang mendorong atau menarik wanita ke dalam buruh upahan, termasuk tanggung jawab keluarga, pola konsumsi, persiapan pendidikan, hak-hak hukum serta kesempatan kerja.

c) Pekerja Wanita dalam Pandangan Islam

Laki laki dan perempuan berhak untuk memperoleh kesempatan-kesempatan yang sama. Jadi tidak satupun pekerjaan yang dihalalkan agama diharamkan atas wanita dan hanya diperbolehkan bagi kaum pria saja. wanita juga mempunyai hak dan kesempatan berkarier dengan tidak melalaikan fungsi dan kedudukannya sebagai wanita.

Islam membenarkan kaum wanita boleh bekerja dalam berbagai bidang, di dalam ataupun diluar rumahnya, baik secara mandiri maupun bersama orang lain, dengan lembaga swasta maupun pemerintah, selama pekerjaan tersebut dilakukannya dalam suasana terhormat, sopan, serta selama mereka dapat memelihara agamanya, serta dapat pula menghindari dampak-dampak negative dari pekerjaan tersebut terhadap diri dan lingkungannya.

(30)

d) Implementasi hak Pekerja wanita

Hukum berperan dalam penentuan hak dan kewajiban dan perlindungan kepentingan sosial dan para individu. Hukum berperan sedemikian rupa, sehingga dapat berlangsung dengan tertib dan teratur, karena hukum secara tegas akan menentukan hak–hak dan kewajiban antara mereka yang mengadakan hubungan, serta bagaimana tugas dan kewajiban serta wewenang.

Perlindungan buruh atau arbeidsbescherming (dalam bahasa belanda), employee protection (dalam bahasa inggris) adalah perlindungan yang diberikan dalam lingkungan kerja itu sendiri memberikan tuntunan, maupun dengan jalan meningkatkan pengakuan hak–hak asasi manusia, perlindungan fisik dan teknis serta sosial ekonomi melalui norma yang berlaku. Perlindungan hukum terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak–hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apa pun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha. Perlindungan hukum ini penting untuk menjamin agar hak–hak manusia sebagai subjek hukum tidak di langgar atau di rugikan oleh pihak lainnya. (Soedjono Dirdjosisworo:2010).

Lingkup perlindungan terhadap pekerja/buruh menurut Undang– Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, meliputi:

a. Perlindungan atas hak– hak dasar pekerja atau buruh untuk berunding dengan pengusaha

(31)

Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh, meningkatkan dan mengembangkan potensi kerja sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya. Setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :

a) Keselamatan dan kesehatan kerja b) Moral dan kesusilaan

c) Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia dan nilai-nilai agama.

b. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja

Jaminan Sosial Tenaga Kerja Setiap pekerja dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja yang meliputi :

a) Jaminan Kecelakaan Kerja b) Jaminan kematian

c) Jaminan Hari Tua

d) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.

Keselamatan dan kesehatan kerja Berhak meminta kepada pengusaha untuk dilaksanakannya semua Syarat-syarat Keselamatan dan kesehatan kerja. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya

c. Perlindungan hak dasar pekerja atas pembatasan waktu kerja, istirahat, cuti dan libur

Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja Yaitu 7 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu atau 8 jam 1

(32)

hari dan 40 jam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja harus memenuhi syarat:

a) ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan

b) waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 jam dalam 1 hari dan 14 jam dalam 1 minggu.

Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja wajib membayar upah kerja lembur. Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada pekerja/buruh. Yang meliputi:

a. istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja

b. istirahat mingguan 1 hari untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu atau 2 hari untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu

c. cuti tahunan, sekurang-kurangnya 12 hari kerja setelah pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 bulan secara terus menerus

d. Istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 bulan bagi pekerja/buruh yang telah bekerja selama 6 tahun secara terus-menerus pada perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 tahun berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 tahun.

(33)

d. Perlindungan upah, kesejahteraan dan jaminan sosial tenaga kerja.

Setiap pekerja berhak untuk memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Upah minimum hanya berlaku bagi pekerja yang mempunyai masa kerja kurang dari 1 tahun. Peninjauan besarnya upah pekerja dengan masa kerja lebih dari 1 tahun. Pengusaha dalam menetapkan upah tidak boleh mengadakan diskriminasi antara buruh laki-laki dan buruh wanita untuk pekerjaan yang sama nilainya.

Pengusaha wajib membayar upah kepada buruh, Jika buruh sendiri sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaannya. Pengusaha wajib membayar upah kepada buruh, Jika buruh tidak masuk bekerja karena hal-hal sebagaimana dimaksud dibawah ini, dengan ketentuan sbb:

a) Pekerja menikah, dibayar untuk selama 3 hari b) Menikahkan anaknya, dibayar untuk selama 2 hari c) Menghitankan anaknya, dibayar untuk selama 2 hari d) Membabtiskan anak, dibayar untuk selama 2 hari

e) Isteri melahirkan atau keguguran kandungan, dibayar untuk selama 2 hari

f) Suami/Isteri, Orang tua/Mertua atau anak/menantu meninggal dunia, dibayar untuk selama 2 hari

g) Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia, dibayar untuk selama 1 hari

Pengusaha wajib membayar upah yang biasa dibayarkan kepada buruh yang tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang menjalankan kewajiban

(34)

negara, jika dalam menjalankan pekerjaan tersebut buruh tidak mendapatkan upah atau tunjangan lainnya dari pemerintah tetapi tidak melebihi 1 tahun.

Pengusaha wajib untuk tetap membayar upah kepada buruh yang tidak dapat menjalankan pekerjaannya karena memenuhi kewajiban ibadah menurut agamanya selama waktu yang diperlukan, tetapi tidak melebihi 3 (tiga) bulan. Pengusaha wajib untuk membayar upah kepada buruh yang bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan, akan tetapi pengusaha tidak mempekerjakan baik karena kesalahan sendiri maupun halangan yang seharusnya dapat dihindari pengusaha. Apabila upah terlambat dibayar, maka mulai hari keempat sampai hari kedelapan terhitung dari hari dimana seharusnya upah dibayar, upah tersebut ditambah 5% untuk tiap hari keterlambatan. Sesudah hari kedelapan tambahan itu menjadi 1% untuk tiap hari keterlambatan, dengan ketentuan bahwa tambahan itu untuk 1 bulan tidak boleh melebihi 50% dari upah yang seharusnya dibayarkan. Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak lainnya dari pekerja/buruh merupakan utang yang harus didahulukan pembayarannya.

4. Faktor-faktor yang mendorong wanita bekerja sebagai Operator SPBU 1. Rana Domestik

Peran domestik menyangkut wilayah-wilayah domestik rumah tangga. Sebagian orang mengibaratkan wilayah domestik dengan istilah dapur, kasur, dan sumur. Peran utama perempuan adalah memasak, mencuci piring dan pakaian, membersihkan rumah, menyiapkan makanan buat keluarga dan sebagainya. Sepintas tugas ini terlihat terlalu sederhana.Pengerjaannya terlihat mudah.

(35)

Namun, sesungguhnya jika tidak dimanajemen dengan baik maka akan terjadi benturan yang cukup mengganggu. Apalagi, bagi yang sudah berstatus istri. Dia mengandung, melahirkan, mengasuh, membesarkan dan mendidik anak-anaknya.

Perempuan sangat dituntut kecerdasannya mengelola peran-peran domestik ini. Seorang ibu juga dituntut mampu mentransfer kepada anak-anaknya ilmu-ilmu kerumahtanggaan. Dengan demikian, akan terjadi mata rantai yang utuh dari generasi ke generasi sebagai keluarga yang seimbang.

2. Rana Publik

Sebagaimana paparan sebelumnya, perempuan turut mengambil bagian dalam peran-peran publik. Menjadi guru, tenaga medis, pegawai kantor, pengusaha, entertain, dan sebagainya. Alasan mengambil peran ini pun beragam. Yang paling dominan adalah peningkatan ekonomi keluarga. Agar asap dapur senantiasa mengepul, perempuan turut ambil bagian untuk bekerja. Sesuai dengan kapasitas keilmuan yang mereka miliki. Bahkan, desakan kebutuhan tidak jarang perempuan mengambil peran publik yang cukup „ekstrim‟, misalnya mengojek, bekerja di tambang, menjadi pemecah batu, dan sebagainya. Dalam kondisi ekonomi yang berada dalam taraf hidup yang lemah dapat memberikan dorongan bagi wanita untuk ikut serta menjadi pekerja disektor publik guna meningkatkan ekonomi keluarga.

Secara garis besar faktor pendorong masuknya wanita pekerja ke sektor publik terdiri dari dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor Internal

(36)

a) Pendapatan Keluarga

Pendapatan dalam keluarganya yang tergolong sedikit yang menyebabkan seorang wanita harus bekerja sebagai operator SPBU.

b) Pengeluaran dalam Keluarga

Pengeluaran dalam keluarga adalah banyaknya pengeluaran yang dikeluarkan oleh anggota keluarga dalam membiayai kehidupan mereka, mulai dari konsumsi, sandang, pangan dan papan.

c) Menabung untuk Masa Depan

Keinginan untuk menabung dari penghasilan sendiri atau dari hasil kerjanya.

b. Faktor Eksternal

a) Peluang yang Besar untuk Perempuan dalam Dunia Kerja/ Peluang kerja dari perusahaan Adanya permintaan tenaga kerja dari dalam perusahaan sendiri.

b) Budaya

Budaya yang dimaksud adalah budaya permisif. Secara harfiah permisif bersifat terbuka atau longgar atau serba boleh seperti masyarakat kita sekarang sudah lebih “terbuka” (menerima, membolehkan, mengizinkan), terhadap hal-hal yang dahulu dianggap tabu. Peradaban modern merupakan buah dari berkembang pesatnya ilmu membuat segalanya mungkin, teknologi menjadikan segalanya menjadi mudah dan dunia terasa menjadi kecil. Kenyataan ini membuat hampir semua segi kehidupan menjadi

(37)

terbuka, boleh dan serba boleh dimungkinkan (permisif). Inilah barangkali problema besar yang dihadapi oleh umat manusia pada masa sekarang ini.(sri Ekawati :2012)

5. Landasan Teori

Kata gender berasal dari bahasa inggris, yang artinya jenis kelamin. Dalam Webster‟ s new world gender diartikan perbedaan antara laki-laki dari sistem nilai. Dalam Wikipedia bahasa Indonesia, gender ialah perbedaan antara laki-laki dan perempuan, perbedaan bukan terdapat pada perbedaan jenis kelamin (sex) semata. Namun perbedaan yang di maksud ialah perbedaan secara sosial, yaitu menurut kedudukan, fungsi dan pembangunan.

a. Teori Gender

Menurut teori nurture adanya perbedaan perempuan dan laki-laki pada hakekatnya adalah bentukan masyarakat melalui konstruksi sosial budaya, sehingga menghasilkan peran dan tugas yang berbeda. Perbedaan itu menyebabkan perempuan selalu tertinggal dan terabaikan peran dan kontribusinya dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Konstruksi sosial menempatkan perempuan dan laki-laki dalam perbedaan kelas. Laki-laki diidentikkan dengan kelas borjuis, dan perempuan sebagai proletar.

Perjuangan untuk persamaan hak ini dipelopori oleh kaum feminis internasional yang cenderung mengejar kesamaan (sameness) dengan konsep 50:50 (fifty-fifty), konsep yang kemudian dikenal dengan istilah perfect equality (kesamaan sempurna) secara kuantitas. Perjuangan tersebut sulit dicapai karena berbagai hambatan baik dari nilai agama maupun budaya. Berangkat dari

(38)

kenyataan tersebut, para feminis berjuang dengan menggunakan pendekatan sosial konflik, dengan tetap menerapkan konsep dialektika. Karena itu aliran nurture melahirkan paham sosial konflik yang banyak dianut masyarakat sosialis komunis yang menghilangkan strata penduduk (egalitarian).

Paham sosial konflik memperjuangkan kesamaan proporsional (perfect equality) dalam segala aktivitas masyarakat seperti di DPR, Militer, Manajer, Menteri, Gubernur, Pilot, dan pimpinan partai politik. Menurut teori nature, adanya perbedaan perempuan dan laki-laki adalah kodrati, sehingga harus diterima apa adanya. Perbedaan biologis itu memberikan indikasi dan implikasi bahwa diantara kedua jenis tersebut memiliki peran dan tugas yang berbeda. Ada peran dan tugas yang dapat dipertukarkan, tetapi ada tugas yang memang berbeda dan tidak dapat dipertukarkan secara kodrat alamiahnya. Dalam proses pengembangannya banyak kaum perempuan sadar terhadap beberapa kelemahan teori nurture di atas. Lalu beralih ke teori nurture. Pendekatan nurture dirasa tidak menciptakan kedamaian dan keharmonisan dalam hidup berkeluarga dan bermasyarakat. Perbedaan biologis diyakini memiliki pengaruh pada peran yang bersifat naluri (instinct). Perjuangan kelas tidak pernah mencapai hasil yang memuaskan karena manusia memerlukan kemitraan dan kerjasama secara strukturaal dan fungsional. Manusia baik perempuan maupun laki-laki memiliki perbedaan kodrat sesuai dengan fungsinya masing-masing. Dalam kehidupan sosial ada pembagian tugas (division labor) begitupula dalam kehidupan keluarga. Harus ada kesepakatan antara suami istri, siapa yang menjadi kepala keluarga dan siapa yang menjadi ibu rumah tangga. Dalam organisasi sosial juga dikenal ada

(39)

pimpinan dan ada bawahan (anggota) yang masing-masing mempunyai tugas, fungsi dan kewajiban yang berbeda dlam mencapai tugas, fungsi dan kewajiban yang berbeda dalam mencapai tujuan.

Talcott Parson 1975 berpendapat bahwa keluarga adalah sebagai unit sosial yang memberikan perbedaan peran suami dan istri untuk saling melengkapi dan saling membantu satu sama lain. Karena itu peranan keluarga semakin penting dalam masyarakat modern terutama dalam pengasuhan dan pendidikan anak. Keharmonisan hidup hanya dapat diciptakan bila terjadi pembagian peran dan tugas yang serasi antara perempuan dan laki-laki, dan hal ini dimulai sejak dini melalui Pola Pendidikan dan pengsuhan anak dalam keluarga. Aliran ini melahirkan paham struktural fungsional yang menerima perbedaan peran, asal dilakukan secara demokratis dan dilandasi oleh kesempatan (komitmen) dalam kehidupan masyarakat. Teori keseimbangan (Equilibrium) menekankan pada konsep kemitraan dan keharmonisan dalam hubungan antara perempuan dan laki. Pandangan ini tidak mempertentangkan antara kaum perempuan dan laki-laki, karena keduanya harus bekerjasama dalam kemitraan dan keharmonisan dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mewujudkan gagasan tersebut, maka dalam setiap kebijakan dan strategi pembangunan agar diperhitungkan kepentingan dan peran perempuan dan laki-laki secara seimbang. Hubungan diantara kedua elemen tersebut bukan saling bertentangan tetapi hubungan komplementer guna saling melengkapi satu sama lain.

Hubungan laki-laki dan perempuan bukan dilandasi dikotomis, bukan pula struktural fungsional, tetapi lebih dilandasi kebutuhan kebersamaan guna

(40)

membangun kemitraan yang harmonis, karena setiap pihak punya kelebihan sekaligus kekurangan, kekuatan sekaligus kelemahan yang perrlu diisi dan dilengkapi pihak lain dalam kerjasama yang setara.

Teori Struktural-Fungsional. Teori ini muncul di tahun 30-an sebagai kritik terhadap teori evolusi. Teori ini mengemukakan tentang bagaimana memandang masyarakat sebagai sebuah sistim yang saling berkaitan. Teori ini mengakui adanya keanekaragaman dalam kehidupan sosial. Dalam kondisi seperti itu, dibuatlah suatu sistim yang dilandaskan pada konsensus nilai-nilai agar terjasi adanya interrelasi yang demi sesuatu yang dinamakan harmoni, stabilitas dan keseimbangan (equilibrium). Sistem ini mensyaratkan aktor dalam jumlah memadai, sehingga fungsi dan struktur sesorang dalam sistim menentukan tercapainya stabilitas atau harmoni tersebur. Ini berlaku untuk sistim sosial: agama, pendidikan, struktur politik, sampai rumah tangga, dalam hal ini termasuk mengenai gender. Sosialisasi fungsi struktur tersebut dilakukan dengan institusionalisasi, melalui norma-norma yang disosialisasikan.

b. Ketidakadilan dan Diskriminasi Gender

Ketidakadilan dan diskriminasi gender merupakan kondisi kesenjangan dan ketimpangan atau tidak adil akibat dari sistem struktur sosial dimana baik perempuan dan laki-laki menjadi korban dari sistem tersebut. Ketidakadilan gender terjadi karena adanya keyakinan dan pembenaran yang ditanamkan sepanjang peradapan manusia dalam berbagai bentuk yang bukan hanya menimpa perempuan saja tetapi juga dialami oleh laki-laki. Meskipun secara keseluruhan

(41)

ketidakadilan gender dalam berbagai kehidupan lebih banyak dialami oleh kaum perempuan, namun ketidakadilan gender itu berdampak pula terhadap laki-laki.

Bentuk-bentuk manifestasi ketidakadilan gender akibat diskriminasi gender itu mencakup:

a) Marjinalisasi atau Peminggiran

Proses marjinalisasi atau pemiskinan yang merupakan proses, sikap, perilaku masyarakat maupun kebijakan negara yang berakibat pada penyisihan/ pemiskinan bagi perempuan atau laki-laki.

b) Subordinasi

Proses sub-ordinasi adalah suatu keyakinan bahwa satu jenis kelamin dianggap lebih penting atau lebih utama dibandingkan jenis kelamin lainnya, sehingga ada jenis kelamin yang merasa dinomorduakan atau kurang didengarkan suaranya, bahkan cenderung dieksploitasi tenaganya.sudah sejak dahulu ada pandangan yang menempatkan kedudukan dan peran permepuan lebih rendah daripada laki-laki. Banyak kasus dalam tradisi, tafsir keagamaan maupun dalam aturan birokrasi yang meletakkan kaum perempuan pada tatanan sub-ordinat.

c) Pandangan Stereotipe

Stereotipe adalah suatu pelabelan yang sering kali bersifat negatif secara umum terhadap salah satu jenis kelamin tertentu.Stereotipe selalu melahirkan ketidakadilan dan diskriminasi yang bersumber dari pandangan gender.

d) Kekerasan

Kekerasan adalah suatu serangan terhadap fisik maupun integritas mental psikologi seseorang. Oleh kaena itu kekerasan tidak hanya menyangkut serangan

(42)

fisik saja seperti perkosaan, pemukulan, dan penyiksaan, tetepi juga yang bersifat non fisik seperti pelecehan seksual, ancaman dan paksaan sehingga secara emosional perempuan atau laki-laki yang mengalaminya akan merasa terusik batinnya. Pelaku kekerasaan yang bersumber karena gender ini bermacam-macam. Ada yang bersifat individual seperti di dalam rumah tangga sendiri maupun ditempat umum dan juga di dalam masyarakat dan negara.

B. Kerangka konsep

Perkembangan zaman saat ini, masyarakat ikut mengalami perubahan, baik perubahan secara fisik maupun psikologis. Pada era global saat ini, mengharuskan setiap individu untuk bekerja. Bekerja adalah melakukan suatu kegiatan untuk menghasilkan atau membantu menghasilkan barang atau jasa dengan maksud memperoleh penghasilan berupa uang dan atau barang dalam kurun waktu tertentu. Persaingan saat ini sudah sangat kuat, sehingga semua individu harus bekerja lebih keras untuk dapat bertahan dalam era global. Persaingan tersebut tidak terjadi dalam lingkup laki-laki, namun wanita saat ini sudah ikut terjun dalam persaingan tersebut.

Pada era modern saat ini kemampuan wanita sudah tidak dapat diragukan lagi, wanita sudah bangkit dari tidur panjangnya. Kemampuan wanita sudah tidak diragukan lagi, kalau dulunya wanita hanya sebatas mengerjakan pekerjaan rumah. Akan tetapi saat ini hal berbeda dapat ditemui. Perdebatan tersebut kerapkali muncul dalam lingkup laki-laki. Banyak laki-laki yang menganggap bahwa wanita kodratnya melakukan pekerjaan rumah, namun adapula laki-laki yang setuju akan maraknya wanita yang terjun dalam dunia kerja. Saat ini banyak

(43)

ditemui wanita yang bekerja di sektor formal, yaitu di SPBU BBM, pekerjaan yang dulunya hanya dilakukan oleh laki-laki, tetapi beberapa tahun terakhir anggapan tersebut mulai tergeser. Saat ini banyak ditemukan para wanita yang bekerja di SPBU BBM.

Impelementasi pekerja wanita di SPBU terhadap sosial ekonomi keluarganya meliputi : a) Perlindungan atas hak– hak dasar pekerja atau buruh untuk berunding dengan pengusaha yaitu Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh, meningkatkan dan mengembangkan potensi kerja sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya, b) Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yaitu Jaminan Sosial Tenaga Kerja Setiap pekerja dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja, c) Perlindungan hak dasar pekerja atas pembatasan waktu kerja, istirahat, cuti dan libur, d) Perlindungan upah, kesejahteraan dan jaminan sosial tenaga kerja. Setiap pekerja berhak untuk memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Upah minimum hanya berlaku bagi pekerja yang mempunyai masa kerja kurang dari 1 tahun. Untuk lebih jelasnya kerangka pikir dalam penelitian ini, maka disajikan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

(44)

KERANGKA PIKIR

Gambar 2.1 kerangka pikir

Pekerja wanita di SPBU

faktor faktor yang mendorong wanita bekerja sebagai operator spbu :

1. FAKTOR INTERNAL

a. Pendapatan keluarga b. Pengeluaran dalam keluarga c. Menabung untuk masa depan 2. Faktor eksternal

a. Peluang yang besar untuk perempuan dalam dunia kerja /peluang kerja dari perusahaan b. budaya

Implementasi hak pekerja wanita terhadap kehidupan sosial

1. Perlindungan atas hak– hak dasar pekerja atau buruh 2. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja 3. Perlindungan upah, kesejahteraan dan jaminan sosial tenaga kerja

4. Perlindungan hak dasar pekerja atas pembatasan waktu kerja, istirahat, cuti dan libur

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif. Menurut (Sugiyono 2012) penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka. (Andi Prastowo 2011) mengemukakan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode yang di gunakan untuk meneliti status sekelelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Skripsi ini tersusun dengan kelengkapan ilmiah yang disebut sebagai metode penelitian, yaitu cara kerja penelitian sesuai dengan cabang cabang ilmu yang menjadi sasaran atau objeknya. Cara kerja tersebut merupakan pengetahuan tentang langkah langkah sistematis dan logis dalam upaya pencarian data yang berkenaan dengan masalah penelitian guna diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan solusinya. Metode dalam suatu penelitian merupakan upaya agar penelitian tidak diragukan bobot kualitasnya dan dapat dipertanggungjawabkan validitasnya secara ilmiah. Penulis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono 2012 metode penelitian dengan pendekatan kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana penelitian adalah sebagai

(46)

instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif /kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makan dari pada generalisasi.

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak data dipandu oleh teori,tetapi dipadu oleh fakta fakta yang ditemuakn saat dilapangan. Oleh karena itu, analisis data yang digunakan bersifat induktif berdasarkan fakta fakta yang ditemukan kemudian dikontruksikan menjadi hipotesis dan teori. Penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika sistematis, prinsip angka atau metode statistik pembicaraan yang sebenarnya, isyarat dan tidakan sosial lainnya adalah bahan mental untuk analisis kualitatif. Seperti yang disebutkan Lexy J.Moleong (2001) menjelaskan mengenai penelitian kualitatif : penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan segi “proses” daripada “hasil” hal ini disebabkan oleh hubungan hubungan bagian yang sedang di teliti akan jauh lebih jelas apabila di amati dalam proses. Dengan penelitian kualitatif menghendaki ditetapkannya batas dalam penelitiannya atas dasar fokus yang telah timbul sebagai masalah dalam penelitian.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian tentang pekerja wanita di SPBU dilaksanakan selama 2 bulan. Lokasi yang dipilih yaitu SPBU Kalosi di Desa Kalosi Kecamatan Alla‟ Kabupaten Enrekang. Alasan saya memilih lokasi ini karena pekerja wanitanya lebih banyak dan juga unsur keterjangkauan lokasi penelitian yang lebih baik serta dianggap dapat mewakili sampel yang akan diteliti.

(47)

Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatlkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian Andrianto 2016. Informan merupakan orang yang benar benar mengetahui permasalahan yang akan di teliti. Teknik yang digunakan dalam memilih dan menentukan subjek penelitian yaitu purposive sumpling (subjek sesuai tujuan).

(Andrianto 2016) menjelaskan bahwa peneliti memilih subjek yang mempunyai pengetahuan dan informasi tentang fenomena yang sedang di teliti. jadi informan dalam penelitian ini di pilih secara sengaja dengan dasar bahwa informan tersebut memiliki keahlian tentang fenomena yang hendak di teliti. Berangkat dari judul penelitian ini mengenai kehidupan sosial pekerja wanita di SPBU Kabupaten Enrekang. Informan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu informan kunci dimana informan kunci yaitu para pegawai (pekerja wanita ) spbu itu sendiri dan Informan kedua di ambil dari pemilik SPBU itu sendiri di kecamatan Alla kabupaten Enrekang. Informan dalam penelitian ini berjumlah 7 orang.

D. Fokus Penelitian

Untuk mencegah kesalahpahaman tentang penelitian ini, maka pada bagian ini disajikan fokus pada penelitian ini, yaitu :

1. Faktor-faktor Pendorong

Faktor yang terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Dimana faktor internal terdiri dari pendapatan keluarga, pengeluaran dalam keluarga dan menabung untuk masa depan sedangkan faktor eksternalnya adalah peluang

(48)

yang besar untuk perempuan dalam dunia kerja /peluang kerja dari perusahaan dan budaya.

2. Implementasi hak pekerja wanita

Implementasi pekerja wanita mencakup lingkup perlindungan terhadap pekerja /buruh menurut nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang meliputi:

a. Perlindungan atas hak– hak dasar pekerja atau buruh untuk berunding dengan pengusaha

b. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja

c. Perlindungan hak dasar pekerja atas pembatasan waktu kerja, istirahat, cuti dan libur

d. Perlindungan upah, kesejahteraan dan jaminan sosial tenaga kerja. E. Instrumen Penelitian

Salah satu teknik dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan wawancara dan dokumentasi, yaitu melakukan dialog secara langsung (tatap muka) antara pewawancara dengan yang diwawancarai. Oleh karena itu, alat yang digunakan saat pengumpulan data diantaranya:

1. Kamera, yaitu alat digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa file gambar dari aktivitas-aktivitas dan situasi informan.

2. HP yaitu untuk merekam percakapan, sehingga data yang diperoleh nantinya lebih jelas lagi.

3. Pedoman wawancara yaitu untuk mempermudah dalam memberikan pertanyaan kepada narasumber serta menghemat waktu agar tidak keluar dari topik

(49)

4. Lembar observasi yaitu untuk mengobservasi dan mengukur tingkat keberhasilan atau ketercapaian tujuan

F. Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah :

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi terhadap para informan (pekerja wanita SPBU).

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari laporan-laporan dan dokumen-dokumen yang terkait dengan pekerja wanita SPBU. Sumber ini dapat berupa buku, jurnal, disertasi ataupun tesis.

G. Teknik Pengumpulan Data

Berikut adalah teknik dan prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:

1. Observasi dalam hal ini dimaksud untuk mengetahui faktor faktor yang mendorong wanita bekerja sebagai operator dan implementasi pekerja wanita terhadap kehidupan sosialnya di Desa Kalosi Kecamatan Alla‟ Kabupaten Enrekang yang terjadi secara langsung.

2. Wawancara pada tahap ini peneliti melakukan wawancara mendalam kepada informan mengenai nama, umur, tahun mereka mulai bekerja di SPBU, kemudian alasan mereka memilih pekerjaan tersebut. Selain itu, peneliti juga menggunakan tape recorder untuk merekam percakapan, sehingga data yang diperoleh nantinya lebih jelas lagi.

(50)

Dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Sifat utama data ini tak terbatas ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam.

H. Teknik Analisis Data

Tahap-tahap analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mencakup tiga tahap yaitu:

1. Data Reduction (Reduksi Data).

Cara kerja dalam mereduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.

2. Data Display (Penyajian Data).

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.

(51)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan buktibukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data. Maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

I. Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan padanan dari konsep kesahihan(validitas) dan keandalan (reliabilitas) menurut versi penelitian kualitatif dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan paradigmanya sendiri. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Teknik pemeriksaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah member check (pengecekan dengan anggota). Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses penggumpulan data sangat penting dalam memeriksa derajat kepercayaaan.

Pengecekan anggota dapat dilakukan baik secara formal maupun secara tidak formal. Banyak kesempatan tersedia untuk mengadakan pengecekan anggota, yaitu setiap hari pada waktu peneliti bergaul dengan para subjek. Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan data sangat penting dalam pemeriksaan derajat kepercayaan, yang dicek dengan anggota yang terlibat meliputi data, kategori analitis, penafsiran dan kesimpulan, tujuannya tentu untuk pemeriksaan derajat kepercayaan.

(52)

BAB IV

DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN DAN

DESKRIPSI KHUSUS LATAR PENELITIAN

A. Deskripsi Umum Kabupaten Enrekang Sebagai Daerah Penelitian 1. Sejarah Singkat Kabupaten Enrekang

Kabupaten Enrekang adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di

Kota Enrekang. Ditinjau dari segi sosial budaya, masyarakat Kabupaten Enrekang memiliki kekhasan tersendiri. Hal tersebut disebabkan karena kebudayaan Enrekang (Massenrempulu‟) berada di antara kebudayaan Bugis, Mandar dan

Tana Toraja.Bahasa daerah yang digunakan di Kabupaten Enrekang secara garis besar terbagi atas 3 bahasa dari 3 rumpun etnik yang berbeda di Massenrempulu‟,

yaitu bahasa Duri, Enrekang dan Maiwa. Bahasa Duri dituturkan oleh penduduk di Kecamatan Alla‟, Baraka, Malua, Buntu Batu, Masalle, Baroko, Curio dan

sebagian penduduk di Kecamatan Anggeraja. Bahasa Enrekang dituturkan oleh penduduk di Kecamatan Enrekang, Cendana dan sebagian penduduk di Kecamatan Anggeraja. Bahasa Maiwa dituturkan oleh penduduk di Kecamatan Maiwa dan Kecamatan Bungin. Melihat dari kondisi sosial budaya tersebut, maka beberapa masyarakat menganggap perlu adanya penggantian nama Kabupaten Enrekang menjadi Kabupaten Massenrempulu‟, sehingga terjadi keterwakilan dari

Gambar

Gambar 2.1 kerangka pikir Pekerja wanita di SPBU
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk di Kecamatan AllaTahun 2018
Tabel 4.2. Keadaan Penduduk Kecamatan Alla berdasarkan Agama
Tabel 4.3.  Mata Pencaharian Masyarakat Kecamatan Alla
+2

Referensi

Dokumen terkait

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : “SURVEI KECEMASAN ASPEK SOSIAL UNTUK SISWA KELAS

(1) Kepala Badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 633 huruf a, mempunyai tugas pokok membantu Gubernur dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di

Pimpinan instansi pemerintah memiliki sikap yang positif dan responsif terhadap pelaporan yang berkaitan dengan keuangan, penganggaran, program, dan kegiatan Kepemimpinan

EVALUASI Nilai Budaya & Karakter Bangsa Indikator Pencapaian Kompetensi Tehnik Penilaian Bentuk Penilaian Contoh Instrumen Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja

Viva Medika | VOLUME 04/NOMOR 07/SEPTEMBER/2011 50 GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR.. RENDAH (BBLR) DI

Pada kegiatan belajar 2 ini, kalian diharapkan dapat menemukan sendiri rumus proyeksi skalar dua buah vektor dan sekaligus dapat menentukan hasil proyeksi skalar dua buah

Dilihat dari bentuk dan ambitus suara Musik Bambu Sorume dapat di kategorikan dengan beberapa jenis: (1) Bass; (2) Tenor Badan Satu; (3) Tenor Badan Dua; (4) Kendang; (5)

Hipotesis dalam penelitian ini menyatakan bahwa media pembelajaran dadu angka memiliki pengaruh terhadap kemampuan kognitif (berhitung) pada anak usia dini kelompok B Tk