• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibahas pada bab dua. Selain itu juga akan diuraikan gambaran subyek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibahas pada bab dua. Selain itu juga akan diuraikan gambaran subyek"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

43 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab empat ini akan dibahas mengenai data-data subyek yang terkait dengan masalah yang akan di teliti dan dikaitkan dengan landasan teori yang telah dibahas pada bab dua. Selain itu juga akan diuraikan gambaran subyek menghadapi tugas akhir/skripsi dengan tugasnya sebagai karyawan kantoran yang memiliki jam kerja fulltime dari hari senin sampai hari jumat dan tantangannya bila ada pekerjaan diluar kota.

4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Profil Subyek

Penulis melakukan wawancara kepada 3 (tiga mahasiswa) yang sedang menyelesaikan skripsi yang terdiri dari 2 (dua) orang perempuan dan 1 (satu) orang laki-laki, dan subyek sedang proses pengerjaan tugas akhir/skripsi serta kuliah di Universitas Mercu Buana, Jakarta.

Adapun profil subyek tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1. Tabel Subyek Penelitian

Kategori A B C

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Perempuan

Usia 31 tahun 33 tahun 35 tahun

(2)

Pekerjaan Karyawan Swasta Karyawan Swasta Karyawan Swasta

Status Single Menikah Single

Lama Bekerja 5 tahun 5 tahun 5 tahun

Semester 9 8 9 Anak ke 4 dari 4 bersaudara 2 dari 3 bersaudara 3 dari 4 bersaudara

Dari data diatas diketahui bahwa subyek A berjenis kelamin laki-laki berusia 31 tahun, merupakan karyawan swasta yang sudah bekerja selama 5 tahun, Sedangkan B berjenis kelamin perempuan berusia 33 tahun telah bekerja di perusahaan swasta selama 5 tahun, demikian pula dengan C yang berjenis kelamin perempuan bekerja di perusahaan swasta selama 5 tahun dan berusia 35 tahun. Dari ketiga subyek ada beberapa kesamaan yaitu kesemuanya merupakan karyawan swasta dengan lama bekerja 5 Tahun.

Wawancara yang penulis lakukan terhadap ketiga subyek tersebut dilakukan dalam dua kali wawancara dengan jadwal dan waktu wawancara sebagai berikut:

Tabel 4.2. Tabel Waktu Wawancara

Inisial Hari / tanggal Wawancara Wawancara ke Waktu Wawancara A Sabtu / 27 Juli 2013 Pertama 40 Menit

Selasa / 30 Juli 2013 Kedua 30 Menit B Minggu / 28 Juli 2013 Pertama 30 Menit Selasa / 30 Juli 2013 Kedua 20 Menit

(3)

C Sabtu / 27 Juli 2013 Pertama 30 Menit Minggu / 28 Juli 2013 Kedua 20 Menit

Wawancara dilakukan dua kali, hal tersebut dirasakan cukup untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan penulis, waktu penelitian yang dibutuhkan untuk sampai akhir wawancara pertama adalah selama 30 menit sampai 40 menit, dan wawancara ke dua selama 20 menit sampai 30 menit. Waktu wawancara yang dilakukan untuk yang ke dua kali tidak terlalu lama karena pertanyaan yang diajukan tidak semua, seperti pada wawancara yang pertama kali, hanya beberapa pertanyaan yang dirasa penulis kurang memuaskan jawabannya.

4.2. Subyek dan Hasil Wawancara 4.2.1. Subyek A

4.2.1.1. Gambaran Umum

Subyek A seorang laki-laki berasal dari luar Jawa, ia anak bungsu dari 4 bersaudara, hanya A yang tinggal terpisah di wilayah Tangerang. Penampilan A berkulit sawo matang, dengan tubuh tidak terlalu tinggi, pembawaan diri yang tenang, tidak banyak omong dan cukup ramah. Berpenampilan sederhana, bentuk wajah persegi, agak sedikit gemuk dan rambut sedikit gondrong dengan gaya berjalannya yang santai, dan selalu menggunakan tas yang berwarna hitam, tidak pernah terlihat terburu-buru serta perokok. Setamat SMU, A langsung bekerja di perusahaan swasta di daerahnya, dan tinggal di Tangerang ketika ia diterima bekerja diwilayah tersebut karena ia ingin membantu orangtuanya serta adanya keinginan untuk mencari pengalaman. Sedari lulus SMU, A sudah bercita-cita

(4)

akan meneruskan pendidikan tinggi dengan pendidikan formal. Saat ini A sedang mengerjakan tugas akhir/skripsi di sebuah perguruan tinggi yang sama dengan peneliti.

Wawancara pertama dilakukan di atrium kampus universitas X pukul 13.30 siang, dipilih tempat itu karena sebagai tempat yang netral, berada ditengah-tengah wilayah antara peneliti dan subyek. Suasana cukup ramai tapi wawancara yang dilakukan tidak terganggu. A mengenakan kemeja kotak-kotak setelah berjabat tangan kami tidak langsung wawancara karena subyek bertukar pendapat tentang proses tugas akhir/skripsi yang sedikit menemui kendala. Karena A kurang menyukai mall sehingga diputuskan bersama bertemu dikampus. Dan wawancara ke dua dilakukan ditempat yang sama, dan suasana tidak terlalu ramai seperti pada wawancara pertama.

4.2.1.2. Hasil Wawancara

Kesiapan untuk menyelesaikan tugas akhir/skripsi merupakan kondisi mahasiswa yang membuatnya siap untuk memberikan respon/jawaban di dalam cara tertentu. Dengan melihat permasalahan sebelumnya, individu sudah bisa mengetahui kesanggupan dirinya yang disesuaikan dengan pengalaman menyelesaikan masalah.

“Biasa ajah, khan emang udah tau kewajibannya, eh ini salah satu kewajiban kuliah lagi, kalo mau selesai ya dikerjain, kalo engga ya udah…..”

A sudah memahami kewajiban membuat skripsi sudah seharusnya dilakukan agar dapat menyelesaikan kuliahnya, dan resiko diambil oleh mahasiswa sendiri bila tidak menyelesaikan skripsinya.

(5)

untuk meraih keberhasilan dalam menyelesaikan masalah. A menjadikan pengalaman teman-temanya yang sudah menyelesaikan skripsi mulai dari awal sampai selesai dan mengambil subyek yang mudah dipahami sehingga memiliki motivasi dan memudahkan dirinya dalam menyelesaikan skripsi tersebut.

“Pengalaman dari temen-temen yang udah jalanin skripsi, minta mereka cerita pengalaman mereka waktu proses awal sampe kelarnya. Saya juga milih topik yang ada di sekitarnya saya aja jadi subyeknya ga susah”

Pengalaman merupakan modal bagi subyek untuk menyelesaikan tugas akhir/skripsi, dengan melihat pengalaman teman-teman yang sudah melaluinya, subyek bisa mencontoh dan mempelajari proses yang akan dilakukannya nanti.

Pengalaman menarik adalah pengalaman yang pertama kali dialami subjek sehingga sulit untuk dilupakan begitu pula sebaliknya dengan pengalaman tidak menarik. A beranggapan bahwa pengalaman menarik adalah pujian yang diberikan dosen pembimbing, sedangkan pengalaman tidak menarik apabila dosen pembimbing memberi tugas terkait tugas akhir/skripsi seperti mencari dan membaca jurnal, dengan alasan tidak memiliki waktu untuk melakukannya. Keyakinan diri mampu atau self efficacy sangat penting perannya bagi individu ketika ia dihadapkan pada suatu tugas atau tuntutan. Individu dengan keyakinan diri mampu atau self efficacy yang tinggi, ketika dihadapkan pada suatu tugas maka akan membuatnya tertantang.

“menariknya.... kalo tulisan kita di puji dosen pembimbing, yang tidak menarik kalo disuru dosen tuk cari jurnal yang searah ma skripsi kita sebanyak-banyaknya trus disuru baca, ga ada waktu…. ”

(6)

akhir/skripsi. Subyek merasa tidak ada kebiasaan yang berubah karena mengerjakannya

“Gak ada kebiasaan khusus, kalo tidur malem atau menjelang pagi siy udah biasa, mungkin jadi sering ngopi tuk temen begadang”

Kesulitan akibat adanya hambatan yang dirasakan selama pengerjaannya, diakui oleh A, karena adanya tambahan masalah yang menurutnya memerlukan konsentrasi yang baik,

“Cari buku, konsen, fokus ma materi dan komit waktu antara pekerjaan, skripsi ma pribadi”

Kesulitan dalam membangkitkan semangat untuk menyelesaikan tugas akhir/skripsi A melihat dari pengalaman oranglain, misalnya dari teman-teman yang sudah selesai mengerjakannya, mengamati perilaku dan pengalaman orang lain sebagai proses belajar individu pada vicarious experience

“pernah, temen-temen senior……. Paling di semangatnya ajah, palagi kalo orang itu sampe dibela-belain ke perpustakaan, entah perpustakaan kampus atau kampus lain, Salutttt……keren”

“Agak sedikit mempengaruhi, karena saya jadi kepikiran, walaupun engga ke perpustakaan karena waktu, paling saya hanya ke toko buku, waktunya lebih mudah”

Menurut A pengalaman orang lain termasuk didalamnya semangat agak mempengaruhi dirinya tapi karena waktu kerja yang membatasi membuat A memilih yang lebih mudah dilakukan.

Hal tersebut berhubungan dengan kemampuan A menyelesaikan tugas akhir/skripsi, Peningkatan self efficacy akan menjadi efektif apabila subjek yang menjadi model tersebut mempunyai banyak kesamaan karakteristik antara individu dengan model, kesamaan tingkat kesulitan tugas, kesamaan situasi dan

(7)

kondisi, serta keaneka ragaman yang dicapai.

“Ya kalo mereka mampu, saya juga harus mampu, palagi dengan background yang sama-sama kerja kantoran, engga lebih mampu juga siy....”

Pandangan A yang melihat kemampuannya adalah tidak jauh beda dengan teman-teman yang seprofesi dengannya, merasa tidak akan kalah. Ia mampu akan menyelesaikan tugas akhir/skripsi.

“Seneng, saya suka topiknya. Memang topik ini sudah lama saya pengenin…..”

“Suka, pas ma jiwa saya”.

A melihat topiknya sebagai sesuatu yang hal yang sudah lama ia inginkan, penelitian tentang dunia yang menurut orang awam sangat sulit, ditambah dosen pembimbingnya tidak mempersulitnya untuk pemilihan topiknya tersebut. Tentang keperdulian teman atau keluarga terkait tugas akhir/skripsi A mengatakan:

“Ada siy beberapa, paling masalahnya dikurang materi, ada yang ngatain males, disuru keperpustakaan, apalah…..”

“Engga ada tertekan….. khan dikerjain, kalo iri ma temen yang udah sampe bab lanjutan siy sering”

“… karena yang tadinya hanya mikirin kerjaan, sekarang jadi mikir skripsi. Tapi karena udah konsekuensinya ya dikerjain ajah”

“Biasanya membuat saya stress dan tertekan, tapi harus bisa saya lawan dan hadepin dong…”

A merasa tidak ada hal yang harus dibawa hingga ia merasa harus tertekan, putus asa atau sampai jatuh sakit, semua perlahan-lahan ia kerjakan. Semua hal yang saat ini dihadapinya adalah rangkaian tanggung jawab yang harus diselesaikan atas cita-cita yang diinginkan.

(8)

“Seperti biasa ajah, pulang kerja (kalo ga overtime) ngerjain skripsi bisa sampe malam banget, sabtu minggu tuk cari referensi materi, cari subyek, ketemu dosen, dan lain-lain...”

“Saya bawa semua materinya, dengan harapan di sana ada waktu luang bisa nyambi ngerjain”

“Engga, kantor tau saya kuliah lagi, tapi itu konsekuensi saya, dari segi pengertian waktu pun engga, harus professional kerja”

A juga memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikan selanjutnya. Dan salah satu bentuk tanggung jawabnya terhadap pengerjaan tugas akhir/skripsi, ketika ada pekerjaan diluar kotapun A tetap memperhatikan,

“Pengen, tapi lom tau pastinya, baru ngerjain skripsi gini aja udah pusing....”

“Kalo kuliah fokus seharusnya mendukung, tapi karena engga, jadi ga ngaruh juga, skripsi khan usaha kita personal. Nah kalo nilai kuliah khan rame-rame ma temen sekelas…….”

A menganggap tidak ada yang spesial dengan gambaran nilai mata kuliah baik dan pengerjaan tugas akhir/skripsi. Malah hasil akhir nampak ketika mahasiswa/mahasiswi tersebut berhasil menyelesaikan tugas akhir/skripsi itu sendiri dengan nilai yang baik dan bisa dipertanggungjawabkan didepan tim dosen penguji nanti.

Dalam proses selektif, lebih memfokuskan diri tentang akivitas proses

efficacy dari individu tersebut dalam menciptakan lingkungan yang lebih

menguntungkan dan melatih kontrol dalam kesehariannya. Masing-masing individu akan membentuk dan mempengaruhinya untuk memilih tipe aktivitas dan lingkungannya, apakah mereka akan menghindari aktivitas dan lingkungan tertentu ataukah mereka akan menghadapi tantangan aktivitas dan lingkungannya.

“Hubungan tetap baik, kita bisa share via telephone atau chatting, berkumpul kalo lagi ada perlu bareng ajah”

(9)

“Seperti biasa sajalah……Tutup laptop dan buku-buku, kumpul ma temen-temen”

Hubungan pertemanan A dengan teman-teman sekampusnya yang sama-sama sedang mengerjakan tugas akhir/skripsi, masih baik. Mereka masih sempat meluangkan waktu untuk berkumpul, tergantung kebutuhan mereka masing-masing, entah hanya untuk temu kangen, adanya keperluan diskusi pengerjaan tugas akhir/skripsi, mencari tambahan materi atau memang untuk refreshing.

“Kalo ada waktu luang dan pekerjaan agak lengang, tapi ga sering-sering banget...”

4.2.2. Subyek B

4.2.2.1. Gambaran Umum

B seorang perempuan yang berasal dari Jawa Tengah, ia tidak gemuk dan berkacamata. Anak ke 2 dari 3 bersaudara, ia periang namun tenang, wajahnya berbentuk hati, dan selalu tersenyum, jarang menggunakan lipstik hingga wajahnya tidak kelihatan biasa. Penampilannya sederhana dan kadang berpakaian semaunya. Cara berjalannya cepat, lincah, walaupun dengan tas ransel yang dibawa, tidak nampak keberatan dengan bebannya tersebut. Ia bekerja disebuah perusahaan swasta di Jakarta. Ia memiliki cita-cita untuk dapat melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi lagi. Belum lama ini ia menikah, sehingga kesibukannya bertambah, tidak hanya menjadi karyawan dan mahasiswi tapi juga sebagai istri.

Wawancara pertama dilakukan diluar kampus, disebuah restoran di dalam mall di kawasan BSD. Dipilih tempat tersebut karena antara subyek dengan peneliti sedang tidak ada kepentingan untuk datang dan bertemu dikampus.

(10)

Suasana tidak ramai, sehingga wawancara dilakukan dengan baik sesudah subyek memesan makanan untuk cemilan. Subyek mengenakan kaos lengan panjang bermotif garis-garis vertikal berwarna putih abu-abu dan jeans biru muda. Dan wawancara ke dua dilakukan di kampus, karena adanya kepentingan yang sama antara peneliti dan subyek.

4.2.2.2. Hasil Wawancara

“kesiapan saya, untuk menyusun skripsi 80% saya siap, karena setiap mahasiswa pasti tahu, untuk dapat menyelesaikan kuliah dan mendapat gelar S1, harus menyelesaikan skripsi dulu, tanpa skripsi tidak akan bisa meraihnya”

“mengerjakan skripsi, adalah langkah akhir untuk memperoleh gelar S1, tanpa tanpa skripsi saya tidak akan memperolehnya, untuk itu saya harus menyelesaikan skripsi saya”

Dari jawaban diatas ditetahui bahwa kesiapan B dalam menyelesaikan tugas akhir/skripsi cukup baik hal ini bisa dipahami karena B harus membagi waktunya antara menyelesaikan tugas akhir/skripsi dengan bekerja, dan menyelesaikan skripsi merupakan jalan untuk meraih gelar S1.

“pengalaman yang menarik bagi saya, saat wawancara dan observasi karena saya merasa seperti seorang analis yang menganalisa data hasil wawancara dan observasi. Pengalaman tidak menarik, adalah saat kita sedang fokus dengan tugas skripsi saya, ada temen atau saudara yang iseng ngganggu”

Menarik, menurut B karena bisa mendapatkan informasi yang dibutuhkan seputar pengerjaan tugas akhir/skripsi.

“kebiasaan yang berubah, hanya waktu bermain yang sedikit berkurang, karena lebih fokus tambahan ke skripsi, sedangkan kebiasaan yang masih berlanjut kerja lembur yang lom bisa berubah”.

(11)

pekerjaannya, kerja lembur adalah rutinitas yang sudah seharusnya ia lakukan demi pekerjannya selesai tepat waktu. Proses tugas akhir/skripsi dilakukan sebagai hal yang biasa, tidak menjadi hal yang harus dipusingkan,

“bagi saya tidak ada kesulitan yang besar, karena sebelum memilih judul skripsi yang mau saya buat, terlebih dahulu saya mencari semua materi yang sesuai dengan judul skripsi saya, jadi begitu judul acc, saya tinggal mengolah materi tersebut, untuk disesuaikan.”

“penilaian saya, biasa saja, ga ada yang istimewa dan tidak ada yang menakutkan, jalani saja”

Semua nampak mudah bila dikerjakan dengan disesuaikan dengan sistematikanya, mencari materi yang berhubungan dengan judul yang diinginkan merupakan salah satu langkah termudah pada awal mulanya pengerjaan.

“Pernah, mereka bisa menyelesaikan tugas itu walaupun pake cape, pusing, bête... Mereka bisa berarti saya juga bisa………….”

“iya, untuk semangatnya, sehingga memotivasi saya untuk maju, tidak untuk pengalaman temen yang malas, dan banyak mengeluh”

“pengaruh positif dalam hal ini, semangat, hanya sebatas motivasi saja, karena semua kembali kepada diri saya, niat dan tujuan saya untuk menyelesaikan skripsi”

Subyek B menyadari sekali bahwa ia harus bisa mengerjakan dan menyelesaikan tugas akhir/skripsi ini demi tujuannya dan pengalaman orang lain dalam pengerjaanya dijadikan motivasi dan semangat.

“merasa lebih mampu siy tidak, karena mampu itu khan tergantung topic skripsi masing-masing, tapi yang penting mereka bisa selesai, saya juga harus bisa selesai…”

“saya hampir tidak pernah memandang sesuatu itu terlalu istimewa atau menakutkan, bagi saya semua biasa saja, begitu juga pandangan saya tentang skripsi, apalagi semua orang juga tau, setiap mahasiswa S1, dari jurusan apa saja, pasti juga menyusun skripsi”

(12)

dari orang lain serta penguatan secara verbal, hal ini dibutuhkan untuk membangkitkan motivasi individu dengan self efficacy yang rendah,

“selama saya menyusun skripsi tidak ada yang ditanyakan, paling wisuda tanggal berapa?, keluarga saya selalu yakin saya bisa, karena keluarga saya tahu kalau saya sudah ada maunya, dalam hal skripsi selesai, mereka tahu saya harus bagaimana, itu saja”

Mengurangi reaksi cemas, takut dan stress individu akan mengubah kecenderungan emosi negatif dengan salah interpretasi terhadap keadaan fisik dirinya sehingga akhirnya akan mempengaruhi self efficacy yang positif terhadap diri seseorang.

“...kalau merasa tertekan tidak, paling capek pikiran, dan hanya bisa dibagikan ke teman-teman yang juga sedang skripsi, karena mereka sedikit banyak pasti merasakan hal yang sama”

Selain teman-teman sekampus, pihak keluarga subyek juga ikut memperhatikan namun mempercayakan sejauh mana pengerjaan skripsi oleh subyek dilakukan. Saling curhat antar teman juga dilakukan untuk bisa melihat dan membandingkan sejauh mana ketertinggalan antar mahasiswa yang mengerjakan.

Tugas akhir/skripsi memang banyak dilihat sebagai hal yang menakutkan, revisi dan sidang harus dilakukan sebagai bentuk pertanggungjawaban mahasiswa yang membuatnya,

“saya belum pernah sampai harus sakit, saat menyusun skripsi, kembali lagi, karena saya menikmati skripsi itu, sebagai sesuatu yang harus dilalui, skripsi selesai berarti lulus...”

“tidak, skripsi tidak menjadi beban, karena kewajiban yang harus diselesaikan oleh setiap mahasiswa S1, dari awal masuk kuliah saya sudah mengerti, bahwa untuk lulus saya harus menyelesaikan skripsi, artinya memang dari awal saya sudah siap”

(13)

penyusunan skripsi yang bisa dilakukan via sms, bbm, email atau telephone terlebih ketika karyawan tersebut ada pekerjaan diluar kota yang menuntut profesionalisme.

“tugas kantor bukan penghalang, konsultasi sama dosen pembimbing, bahwa tanggal sekian sampai sekian, saya bimbingan skripsi lewat email, dengan alasan tugas kantor, itu tidak masalah”

“perusahaan dimana saya bekerja sangat mendukung dalam penyelesaian

skripsi saya, bentuk, dengan memberi ijin saat bimbingan jam kantor, menjadi tempat observasi dan wawancara, pimpinan saya bersedia menjadi subyek penelitian, boleh memakai fasilitas kantor seperti komputer, print, fotocopy”

Pada subyek B, mengakui bila antara proses tugas akhir/skripsi tidak bisa berjalan seimbang, tetap ada yang diutamakan, B dan subyek lain mengutamakan pekerjaan yang lebih utama, karena mereka paham sekali bahwa hasil dari pekerjaan merekalah yang membuat mereka bisa melanjutkan kuliah dan meneruskan cita-citanya. Dan hal tersebut yang membedakan antara mahasiswa program kelas karyawan dengan mahasiswa kelas reguler,

“Memang tidak bisa seimbang, tetap lebih besar konsentrasi saya untuk bekerja, kalo ada deadline, terpaksa saya dulukan pekerjaan. Puji Tuhan, semua berjalan baik, tugas skripsi saya, dan pekerjaan sama bisa berjalan berdampingan, tidak ada masalah”

Efisiensi pembagian waktu antara ke dua hal, bekerja dan mengerjakan tugas akhir/skripsi, harus baik, apalagi bila ingin agar selesai dalam waktu satu semester,

“cara membagi waktu saat saya menyusun skripsi, biasanya saya kerjakan malam hari sepulang kerja setiap hari, mulai dari jam 7 – 11 malam, dan tambah malam kalo ada revisi”

“Saya buat target penyelesaian misal 3 bulan, skripsi 5 bab. Bab 1 sampai bab 3 itu, 5 minggu,

Bab 4 karena lebih berat saya kasih waktu 4 minggu Bab 5 dua minggu,

(14)

“Puji Tuhan cukup, walaupun ada perpanjangan waktu yang diluar perhitungan karena mood saya yang kadang baik kadang tidak, ditambah kalo ada pikiran soal pekerjaan…..”

Somatic and emotional states, dorongan dari reaksi tubuh dan emosional,

termasuk di dalamnya rasa cemas, stress, mood (suasana hati).

Maksudnya, “kalo saya lelah, banyak pekerjaan dikantor dan gak mood ngerjain ya saya diemin dulu, gak mau maksain….walaupun kadang sampe kebablasan keenakan gak moodnya…..”

Proses tugas akhir/skripsi, dengan revisinya tidak membuat subyek putus asa, malah keinginan untuk dapat meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,

Self Efficacy terbentuk melalui proses belajar yang dapat diterima individu pada

tingkat pendidikan formal. Individu yang memiliki jenjang yang lebih tinggi biasanya memiliki self efficacy yang lebih tinggi, karena pada dasarnya mereka lebih banyak belajar dan lebih banyak menerima pendidikan formal, selain itu individu yang memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi akan lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar dalam mengatasi persoalan-persoalan dalam hidupnya.

“bagi saya belajar itu tidak ada habisnya, kapan saja, dimana saja, umur berapapun, saya sendiri masih ingin kuliah lagi, kemaren sudah hampir daftar MM di Mercubuana juga, temen saya sudah masuk Februari kemaren, tetapi saya pending dulu, belum waktunya”

Dalam mencari topik tugas akhir/skripsi, subyek mengambil permasalahan atau fenomena yang ada di sekelilingnya, hal ini dilakukan karena untuk mempermudah pencarian subyek dan referensi materi yang pasti dibutuhkannya, dan tidak ada perubahan yang harus dilakukan demi proses tugas akhir/skripsi selesai. B merasa semua aktifitasnya tidak perlu mengalami perubahan, kalaupun

(15)

ada yang harus diperhatikan tidak harus merubah aktifitas kesehariannya,

“dalam menyusun skripsi, saya selalu mengambil judul yang ada hubungannya dengan pekerjaan saya atau lingkungan terdekat, jadi saat saya menyusun skripsi, saya gampang dapat subyek”

“kalau ditanya membawa perubahan, tidak juga, sebelum, selama, dan sesudah menyusun skripsi, saya biasa saja, tidak ada yang berubah, yang bertambah hanya daya ingat, tentang kasus yang menjadi topik”

“saya membagi waktu saya, seperti diatas, sehingga saya mampu menyusun skripsi dan saya sosialisasi saya dimasyarakat tidak terganggu”

Subyek B menilai, tidak ada gambaran yang terkait antara nilai-nilai semasa perkuliahan dengan sukses tidaknya mahasiswa/nahasiswi membuat tugas akhir/skripsi,

“bagi saya nilai kuliah tidak terlalu penting, karana bukan rahasia umum lagi, nilai mahasiswa kebanyakan nilai bagus, hasil kerja sama, hehehehe... yang penting adalah bagaimana kita mengerti dan menguasai semua mata kuliah, serta mampu menerapkan dalam kehidupan bermasyarakat hubungannya antara keduanya... kalau ditanya hubungan nilai bagus dengan skripsi..., banyak mahasiswa mengaku IP nya 4, tetapi saat nyusun skripsi ga kelar-kelar, tapi mahasiswa yang biasa saja, selesai tepat waktu, kesimpulannya, nilai baik bukan jaminan mampu menyelesaikan skripsi, tetapi kemauan dan kerja keras, adalah kunci, saya sendiri juga bukan mahasiswi yang hebat..nilai saya juga biasa-biasa saja….”

Tentang hubungan pertemanan ketika masa perkuliahan selesai, B menyimpulkan berbeda kondisinya dengan sekarang yaitu masa proses tugas akhir/skripsi dibuat, ditambah dengan masing-masing teman yang berbeda dosen pembimbing serta jadwal pertemuan bimbingan, menambah renggang hubungan tersebut.

“Mulai sedikit agak renggang, karena kesibukan dan topik yang berbeda, kita berkumpul kalo memang ada kesamaan acara, misalnya buka puasa bersama, bertemu dosen pembimbing. Itupun tidak lama, karena mulai ada kepentingan yang berbeda”

“dengan ngelupain sebentar yang namanya skripsi, hangout (nonton, ke mall, baca buku) ma temen, temen kuliah, temen kerja, siapa aza, karena

(16)

kadang sambil jalan ma temen suka nemu hal-hal yang berhubungan ma skripsi, pulangnya kembali melanjutkan skripsi”

4.2.3. Subyek C

4.2.3.1. Gambaran Umum

C seorang wanita yang sudah 5 tahun ini bekerja di Jakarta, ia anak ke 3 dari 4 bersaudara yang berasal dari Jawa Timur. Perawakannya gemuk, rambut tidak panjang hanya sebahu tapi sesekali diikat, periang, kulit sawo mateng, tegas dan berani, kadang mengenakan kacamata bila sudah masuk kelas. Ia juga cukup solider dalam hal berkawan. Sama seperti A, selepas SMU C mulai bekerja selain untuk mencari pengalaman, ia juga berharap bisa mandiri, tidak membebani orangtuanya.

Wawancara pertama dilakukan di kampus, karena adanya kepentingan diantara ke dua belah pihak. Mengenakan kaos merah dan celana panjang jeans biru dan membawa tas ransel, A sangat ramah bertemu sebelumnya berjabat tangan dengan peneliti.

Dan wawancara ke dua dilakukan di resto disebuah mall di kawasan Jakarta dengan perkiraan waktu yang tidak jauh berbeda dengan wawancara pertama. 4.2.3.2. Hasil Wawancara

Untuk pertanyaan pertama, C menjawab cukup spontan, ia merasa memang sudah sewajibnya ia menyelesaikan tugas akhir/skripsi sebagai tugas kuliah di semester akhir,

“Sangat siap, dengan dibantu dosen pembimbing yang cukup handal dan beberapa buku sebagai pelengkap materi skripsi...”

“Ada pastinya, yang menarik karena hal ini adalah pertama kali saya lakukan. Tidak menariknya adalah di saat saya mengalami kesulitan dalam

(17)

penyelesaiannya”

C hanya menganggap karena ini kali pertamanya membuat tugas akhir/skripsi sehingga dianggap menarik, adakalanya pengalaman pertama kali belum tentu menarik karena dianggap menyusahkan. Dan pengalaman tersebut ia kaitkan dengan pengalamannya menangani project kantor hanya berbeda dengan adanya dosen yang selalu mereview hasil tulisannya, sebagai modalnya menghadapi tugas akhir/skripsi. Pengalaman pertama untuk subyek C juga dilihat sebagai hal yang cukup menarik,

“Pengalaman yang berhubungan dengan pekerjaan, karena saya menganggap menyelesaikan skripsi ini sama dengan menyelesaikan project kantor”

“Skripsi yang saya kerjakan berhubungan dengan pekerjaan saya, jadinya saya merasa mengerjakan tugas kantor saja, hanya bedanya tugas skripsi ini ada dosen pembimbing yang bisa mereview tulisan saya…”

“Ada pastinya, yang menarik karena hal ini adalah pertama kali saya lakukan. Tidak menariknya adalah di saat saya mengalami kesulitan dalam penyelesaiannya”

Dalam hal kebiasaan rutinitas, hampir sama dengan subyek sebelumnya, C mengorbankan waktu pribadinya, namun hal tersebut bersifat sementara, setelah proses penyusunan tugas akhir/skripsi selesai, rutinitas tersebut bisa kembali ia lakukan,

“kebiasaan yang berubah, hanya waktu bermain yang sedikit berkurang, karena lebih fokus tambahan ke skripsi, sedangkan kebiasaan yang masih berlanjut kerja lembur yang lom bisa berubah”

Keyakinan self-efficacy tentang motivasi dalam beberapa cara, mereka menentukan tujuan orang yang kemudian ditetapkan untuk diri mereka sendiri; berapa banyak usaha mereka mengeluarkan; berapa lama mereka bertahan dalam

(18)

menghadapi kesulitan; dan ketahanan mereka terhadap kegagalan

“Tertekan dalam segi waktu yang saya rasa sangat cepat dan saya tidak bisa berlama-lama dalam menyelesaikannya,”

Subyek C mengeluhkan sedikit waktu untuk bisa fokus dalam pengerjaan tugas akhir/skripsi, khususnya bila ia diharuskan mencari tambahan materi dan membutuhkan tambahan referensi yang sesuai dengan materinya,

“Disaat saya membutuhkan banyak referensi buku-buku namun waktu yang saya miliki hanya sedikit. Karena disaat weekday saya harus bekerja hingga malam”

Semangat menyelesaikan tugas akhir/skripsi, subyek C mencontoh dari pengalaman teman-temannya, baik teman-teman senior yang sudah selesai atau sesama teman yang masih berjuang mengerjakan, terlebih bila dengan persamaan kondisi,

“Pasti ada, karena banyak teman-teman saya yang bekerja namun kuliah juga. Hal tersebut saya jadikan motivasi”

“Mempengaruhi sih tidak hanya membuat saya makin semangat, semangat dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini”

“Saya hanya merasa jika orang lain dengan kondisi yang sama dengan saya mampu menyelesaikannya, maka saya juga mampu menyelesaikannya.”

Individu mengartikan reaksi cemas, takut, stress dan ketegangan sebagai sifat yangmenunjukkan bahwa performansi dirinya menurun. Penilaian seseorang terhadap self efficacy dipengaruhi oleh suasana hati. Suasana hati yang positif akan meningkatkan self efficacy sedangkan suasana hati yang buruk akan melemahkan self efficacy. Mengurangi reaksi cemas, takut dan stress individu akan mengubah kecenderungan emosi negatif dengan salah interpretasi terhadap keadaan fisik dirinya sehingga akhirnya akan mempengaruhi self efficacy yang

(19)

positif terhadap diri seseorang.

“Kondisi saat ini sangat membuat saya tertekan” “Tertekan, focus terbagi 2 dengan konsentrasi yang sama, pekerjaan dan skripsi, kalo kemarin kuliah masih fokus di pekerjaan, adanya skripsi otomatis pecah….”

Dukungan yang diberikan oleh keluarga merupakan hal yang sangat baik karena dapat membantu menumbuhkan semangat untuk menyelesaikan tugas akhir/skripsi, termasuk dukungan dari perusahaan tempat C bekerja, adanya pengertian dari tempat bekerja menumbuhkan juga semangat tersendiri,

“Pastinya, terlebih Ibu saya, beliau selalu menanyakan sudah sejauh mana skripsi saya, mereka bereraksi baik maka saya ikut merespon baik pula”

Seseorang yang dikenai persuasi verbal bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan, maka orang tersebut akan menggerakkan usaha yang lebih besar dan akan meneruskan penyelesaian tugas tersebut.

Semakin kuat dirasakan efektivitas diri, semakin tinggi tujuan menantang orang ditetapkan untuk diri mereka sendiri dan lebih tegas adalah komitmen mereka untuk mereka.

“Sangat membantu sekali. Dari segi waktu, perusahaan memberikan toleransi tinggi kepada saya selama saya menyelesaikan skripsi, termasuk buku dari perusahaan yang sekiranya menunjang materi skripsi saya...” “Perubahan dalam diri saya menjadi lebih percaya diri, dikarenakan saya mendapatkan apresiasi dari kantor.”

Arti mengerjakan skripsi bagi C adalah suatu bentuk apresiasi tersendiri terlebih materi yang diambil dari linkungan pekerjaan C,

“Sangat berarti, jika skripsi saya selesai maka akan ada benefit yang saya terima dalam pekerjaan saya.”

(20)

subyek lainnya, yaitu dilakukan setelah sepulangnya bekerja atau hari senggang, karena memang subyek sehari-harinya adalah seorang karyawan

“Biasanya saya mengerjakan setelah pulang kerja dan saat waktu senggang saya. Kalau perlu bergadang saya lakukan.”

“Sebenarnya bukan waktu yang maksimal tapi untuk saya pribadi sudah cukup sesuai dengan waktu yang ada.”

Seperti subyek sebelumnya, adanya keinginan untuk melanjutkan study lagi,

“Rencananya saya akan melanjutkan kejenjang selanjutnya, namun sedang mencari informasi lebih banyak lagi....”

Adanya gejolak emosi, goncangan, kegelisahan yang mendalam dan keadaan fisiologis yang lemah yang dialami individu akan dirasakan sebagai suatu isyarat akan terjadi peristiwa yang tidak diinginkan, maka stuasi yang mengancam akan cenderung dihindari.

“Biasanya membuat saya stress dan tertekan. Namun saya bisa melewatinya sekarang”

Saling dukung antar teman yang sama-sama sedang proses tugas akhir/skripsi masih dilakukan.

“Biasa saja, kami masih meluangkan waktu berkumpul dan saling memberikan informasi terbaru serta saling memberikan dukungan.”

4.2.4. Pembahasan

Self efficacy pada mahasiswa program kelas karyawan menghadapi

skripsi/tugas akhir cukup baik. Berbagai pengalaman selama bekerja yang sudah mencapai 5 tahun yang dijalani oleh ke tiga orang subyek merupakan suatu proses yang dialami untuk dapat meningkatkan self efficacy pada mahasiswa seperti yang dinyatakan oleh Bandura (1986) bahwa self efficacy merupakan masalah

(21)

kemampuan yang dirasakan individu untuk mengatasi situasi khusus sehubungan dengan penilaian atas kemampuan untuk melakukan satu tindakan yang ada hubungannya dengan tugas khusus atau situasi tertentu.

Dalam setiap tugas yang diberikan dosen pembimbing skripsi, subyek selalu berusaha untuk melakukannya walaupun dipaksakan agar mencapai tujuan yang maksimal dengan mengalami berbagai hambatan. Hal tersebut bisa dilihat dari jawaban subyek dari faktor-faktor Self Efficacy meliputi: Mastery Experience,

Vicarious Experience, Persuasi Verbal, dan Keadaan Fisiologis dan Emosional.

Dan proses psikologis subyek A, B dan C yang menggambarkan self efficacy individu.

1) Mastery Experience

a. Ke tiga subyek (A, B dan C) sudah mengetahui bahwa menyelesaikan tugas akhir/skripsi harus diselesaikan untuk menyelesaikan kuliah dan mendapatkan gelar S1, Subyek A dan Subyek B tidak memiliki pengalaman khusus untuk menyelesaikan tugas akhir/skripsi, sedangkan dilihat dari kesiapan, hanya subyek C yang memiliki pengalaman, walaupun sudah sama-sama memiliki masa kerja 5 tahun

b. C memiliki pengalaman yang lebih baik dibandingkan dengan subyek lainnya karena memiliki keahlian yang berhubungan pekerjaan yang selama ini dijalani sehingga lebih mudah untuk menyelesaikan tugas akhir/skripsi.

(22)

fakta dan kenyataan yang ada bila pertama kali melakukan penelitian dalam pembuatan skripsi

d. Ke tiga subyek memiliki kesulitan yang berbeda-beda, subyek B lebih siap menghadapi kesulitan yang ditemui dalam pembuatan tugas akhir/skripsi, dibanding A dan C

2) Vicarious Experience,

a. Semua subjek menjadikan pengalaman orang lain dijadikan acuan dalam hal menyelesaikan tugas akhir/skripsi.

b. Ketiga subyek diatas, semuanya menyatakan pengalaman orang lain mempengaruhi subjek untuk menyelesaikan tugas akhir/skripsi. c. Bahwa melihat mahasiswa/mahasiswi program kelas karyawan

yang mampu menyelesaikan tugas akhir/skripsi, membuat ke tiga subyek merasa mampu menyelesaikan tugas akhir/skripsi.

d. Ketiga orang subyek merasa lebih mampu dibandingkan dengan mahasiswa/mahasiswi program kelas karyawan menyelesaikan tugas akhir/skripsi

3) Persuasi Verbal,

a. Dari ke tiga jawaban subyek, masing-masing subyek memiliki pendapat yang berbeda terhadap tugas akhir/skripsi yang sedang dikerjakan terlebih hal ini adalah pengalaman pertama mereka, namun pada umumnya ke tiga orang subyek menikmati tugas

(23)

tersebut.

b. Dari ke tiga jawaban subyek berbeda-beda dalam menyikapi dosen pembimbingnya. Subjek A dan B merasa dipersulit dalam menyelesaikan tugas akhir/skripsi sedangkan subjek C merasa dosen pembimbingnya sangat membantu dalam menyelesaikan tugasnya.

c. Dari ketiga jawaban subyek, bukan hanya teman-teman tapi keluarga ikut andil perduli. Bukan hanya teman-teman yang menginginkan subyek untuk secepatnya menyelesaikan tugas akhir/skripsi, keluarga juga menginginkan hal yang sama. Karena adanya kebanggan tersendiri bila kerabat mereka telah berhasil menyelesaikan pendidikan tingginya.

4) Keadaan fisiologis dan emosional

a. Subjek B dan C merasa tertekan. Subjek B merasa tertekan, lelah pikiran dan berbagi dengan teman-teman yang merasakan hal yang sama. Sedangkan subjek A tidak merasa tertekan.

b. Tekanan terhadap kondisi tubuh dan jadwal kerja bisa berakibat langsung terhadap kondisi kesehatan, hal tersebut dialami oleh C, namun hal tersebut tidak terjadi pada A dan B, hal ini terjadi karena masing-masing subyek memiliki kemampuan yang berbeda terhadap tekanan pisik dan phikis.

(24)

akhir/skripsi dengan mencari waktu luang dan memanfaatkan fasilitas atau email untuk bimbingan dengan dosen.

d. Tidak semua perusahaan memberikan dukungan kepada karyawannya, hal tersebut terjadi pada A yang tidak didukung oleh perusahaan tempat subyek bekerja, hal ini berbeda dengan subjek FR dan subjek C, dimana perusahaan mendukung baik dari memberikan menggunakan fasilitas kantor yang dapat menunjang penyelesaian skripsi.

Dan dari proses self efficacy, jawaban subyek A, B dan C di gambarkan bahwa: 1) Proses Kognitif,

a. Dari jawaban ke tiga subyek, diketahui bahwa semua subyek menginginkan agar skripsi cepat selesai, dan dapat mencapai keinginan selanjutnya.

b. Subjek A, B dan C dalam mengatur waktu antara mengerjakan tugas akhir/skripsi dan bekerja memiliki cara yang sama yaitu dikerjakan sepulang kerja. Namun B lebih baik yaitu dengan menerapkan target-target yang akan dicapai jadi lebih terjadwal. c. Bagi A dan C pembagian waktu yang dilakukan dirasakan sudah

cukup baik, sedangkan B pembagian waktu yang dilakukan berubah-ubah sesuai dengan kondisi pekerjaan di kantor dan “mood”.

(25)

dibandingkan A untuk melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi.

2) Proses Motivasi,

a. Hanya pada C, perubahan dalam diri subyek terjadi yaitu lebih percaya diri karena apresiasi yang diberikan dari tempat kerja. b. Usaha yang dilakukan subyek dalam menyelesaikan Tugas

Akhir/Skripsi dan tetap eksis di kehidupan masyarakat bagi C dan B dilakukan dengan cara pembagian waktu. Sedangkan bagi subjek tidak melakukan usaha untuk itu.

c. Jawaban yang tidak mendukung dikatakan oleh B, sedangkan untuk C dan A lebih cenderung mengatakan ada hubungan antara nilai-nilai kuliah dengan optimis mengerjakan skripsi.

3) Proses afeksi,

a. Tugas akhir/skripsi merupakan beban bagi A sedangkan bagi B dan C menyatakan bahwa skripsi bukan merupakan beban.

b. Dari ketiga jawaban subjek, walaupun menimbulkan stress, namun bisa melewatinya dengan baik.

c. Ke tiga orang subyek memastikan tidak ada rasa putus asa dalam melakukan aktivitas selanjutnya setelah mengerjakan skripsi.

4) Proses Seleksi,

(26)

berjalan ini terjadi pada C dan A, sedangkan untuk B sudah merasa berkurang.

b. Dari ketiga jawaban masing-masing subyek memberikan jawaban yang berbeda-beda, namun pada umumnya berusaha memberikan waktu luang untuk mencari sumber materi dalam menyelesaikan tugas akhir/skripsi.

c. Masing-masing Subyek memiliki cara tersendiri, untuk menghindari kejenuhan. Namun tujuan yang ingin di capai adalah sama yaitu agar bisa beraktivitas kembali dengan baik.

Gambar

Tabel 4.1. Tabel Subyek Penelitian
Tabel 4.2. Tabel Waktu Wawancara

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pre tes yang diperoleh dalam siklus III ini, hanya ada beberapa siswa yang belum tuntas dalam kata lain nilai yang diperoleh siswa belum memenuhi

Dalam hal ini falsafah hidup mereka adalah Ain na Fangnan Ain(satu sayang satu) yang merupakan bagian dari bingkai adat, menjadikan mereka hidup dalam nilai- nilai

YUNUS BIN ABD... YUNUS

Penelitian selanjutnya dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat(RSUP) Dr.Kariadi Semarang oleh Junait dkk tahun 2013, menunjukkan bahwa pasien yang menjalani angiografi sebanyak 92

Pengaruh biaya kualitas terhadap laba bersih di PT PINDAD (Persero ) di Divisi Tempa dan Cor dalam kurun waktu tahun 2002 sampai dengan 2009 adalah sebesar 78%, artinya

Tahap 3.. Berdasarkan penuturan dari salah seorang pihak desa, tidak adanya bantuan langsung dari pemerintah maupun desa, disebabkan oleh status lahan yang

Dilihat dari langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran terdiri dari 5 tahapan adalah peserta didik dibagi menjadi

selanjutnya, hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat mengubah paradigma di masyarakat tentang daun putri malu sebagai tanaman semak belukar menjadi tanaman obat