• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. terdapat peningkatan presentase jumlah lansia yang cukup signifikan sejak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. terdapat peningkatan presentase jumlah lansia yang cukup signifikan sejak"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul 1. Aktualitas

Lansia merupakan penduduk berusia lebih dari 60 tahun.Lansia dianggap tidak lagi produktif mengingat umurnya semakin tua dengan kondisi fisik yang menurun.Saat ini, persoalan lansia mulai menjadi perbincangan cukup serius melihat populasi lansia semakin meningkat tiap tahunnya.Hasil survey yang dilakukan Badan Pusat Statistik dan International Labour Organization di Indonesia membuktikan bahwa terdapat peningkatan presentase jumlah lansia yang cukup signifikan sejak tahun 1980 hingga tahun 2030 mendatang.Peningkatan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Grafik 1. Presentase Lansia (60+) Tahun 1980 - 2030 di Indonesia

(2)

2 Tabel tersebut menjelaskan peningkatan jumlah lansia pada tahun 2020 mencapai 10,0 % dari penduduk di Indonesia.Meningkatnya jumlah populasi lanjut usia akan menimbulkan berbagai permasalahan yang kompleks bagi diri lansia, keluarga maupun masyarakat. Secara alami, proses penuaan yang terjadi pada lansia mengakibatkan perubahan fisik, psikis, dan mental yang akan berpengaruh terhadap kondisi ekonomi dan sosialnya. Perubahan yang terjadi terus menerus akan menuntut dirinya untuk selalu menyesuaikan diri.Selain itu, perubahaan secara alami yang terjadi pada lansia juga akan berpengaruh terhadap kemandirian lansia dalam melakukan berbagai kegiatan sehari-hari. Hal tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan lansia.

Stigma masyarakat yang melekat pada lansia menjadi permasalahan mendasar yang dialami lansia.Stigma ini diartikan sebagai asumsi yang salah kepada lansia.Masyarakat menggangap lansia merupakan manusia yang tidak mandiri, tidak lagi produktif, pikun, mengalami kemunduran pandangan, dan anggapan lainnya. Disini peran keluarga sangatlah penting. Keluarga sebagai anggota masyarakat yang paling dekat dengan lansia memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan diri lansia. Di tengah masyarakat, lansia juga dianggap sebagai “tetua” dan dihormati serta dihargai keberadaannya.

Saat ini, pemerintah telah mengeluarkan program pembinaan bagi lansia melalui keluarga sebagai kelompok masyarakat yang paling dekat dan berpengaruh penting dalam kehidupan lansia.Program pembinaan tersebut sebagai salah satu bentuk dukungan sosial dari pemerintah melalui keluarga.

(3)

3 Dukungan sosial yang diberikan keluarga dalam bentuk pendampingan, perawatan dan pengawasan dapat membantu lansia dalam meningkatkan kesejahteraan lansia. Bina Keluarga Lansia atau sering disebut BKL merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan lansia melalui pembinaan keluarga lansia agar nantinya lansia dapat hidup bahagia sehingga harapan hidupnya meningkat.

Dukungan sosial dari lingkungan sekitar sangatlah berpengaruh terhadap kehidupan lansia dan keluarganya dalam menciptakan kesejahteraan serta tercapainya kebahagian hidup.BKL sebagai wadah memberdayakan masyarakat lansia dan keluarganya menjadi bahasan yang cukup actual untuk dikaji lebih dalam melihat peran BKL sendiri memberi dampak yang baik terhadap kehidupan lansia dan keluarga yang memiliki lansia.

1. Relevansi dengan Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan

Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan merupakan program studi yang mempelajari pembangunan sosial dengan melihat fenomena atau realitas dalam berhubungan sosial di masyarakat baik secara makro maupun mikro melalui strategi pemecahan masalah sosial sampai pada pasca penanganan masalah dengan menggunakan metode atau ilmu yang telah dipelajari didalamnya yang bertujuan agar tercapai kesejahteraan masyarakat. Hubungan sosial tersebut terjalin antara individu maupun kelompok yang membentuk pola interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat sebagai proses pembangunan sosial. Pembangunan sosial

(4)

4 menitikberatkan pada potensi atau kemampuan masyarakat dalam mengelola dan memecahkan permasalahan yang ada.

Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan memiliki 3 konsentrasi yaitu kebijakan sosial, pemberdayaan masyarakat dan tanggungjawab sosial perusahaan / Corporate Sosial Responsibility (CSR). Pada dasarnya ke tiga konsentrasi tersebut erat kaitannya dengan proses sosial yang terjadi di dalam masyarakat dari usia muda hingga lanjut usia (lansia) melalui berbagai pola interaksi yang terjalin antar individu maupun kelompok. Lansia sebagai anggota masyarakat masuk dalam kajian pembangunan sosial melalui salah satu program pemerintah yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan keluarga dan lingkungan sekitar yaitu Bina Keluarga Lansia (BKL) tingkat wilayah desa atau dusun.

Bina Keluarga Lansia (BKL) sebagai wadah masyarakat dalam melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan baik lansia itu sendiri maupun keluarga yang memiliki lansia dengan tujuan menjadikan lansia sejahtera, sehat dan bahagia. Oleh karena itu, keterlibatan lansia dalam program BKL merupakan suatu bahasan yang perlu dikaji dalam ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan karena masalah lansia dalam program pemerintah perlu mendapat perhatian khusus agar kesejahteraan masyarakat khususnya lansia dapat tercapai.

(5)

5 2. Orisinalitas

Beberapa jurnal penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang akan saya lakukan, antara lain :

 Fadly Ramadhan Siregar melakukan riset yang berjudul “Partisipasi Masyarakat Dalam Meningkatkan Program Bina Keluarga Lansia di Kelurahan Koyuombun Kecamatan Padangsidimpuan.”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam meningkatkan program Bina Keluarga Lansia di Kelurahan Kayuombun Kecamatan Padangsidimpuan. Hasil dari penelitian menunjukkan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan program Bina Keluarga Lansia di Kelurahan Kayuombun Kecamatan Padangsidimpuan dilihat dari 3 aspek yaitu partisipasi sebagai penggerak, agen perubahan dan control sosial masih tergolong rendah. Hal tersebut berarti bahwa masyarakat kelurahan Kayuombun dalam meningkatkan program Bina Keluarga Lansia di kelurahan Kayuombun Kecamatan Padangsidimpuan sudah terlaksana dan tergolong rendah.

 Feriyanto MB melakukan riset yang berjudul “Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kecemasan Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi Gorontalo ”

Tujuan riset ini ialah untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial terhadap kecemasan pada lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi Gorontalo. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh dukungan sosial terhadap kecemasan pada lansia. Kesimpulannya ialah tingkat

(6)

6 kecemasan lansia ringan, dukungan sosial yang diberikan cukup, dan terdapat pengaruh dukungan sosial terhadap kecemasan pada lansia di Panti Sosial Wredha Provinsi Gorontalo.

 Citra Dwi Oktavia Saputri melakukan riset yang berjudul “Peran Bina Keluarga Lansia (BKL) Dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia Melalui Kegiatan Taman Pendidikan Lansia (TPL) di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta”

Tujuan dilakukan riset ini ialah untuk mendeskripsikan tentang peran Bina Keluarga Lansia (BKL) dalam meningkatkan kesehatan lansia yang terdiri : 1) peran keluarga lansia, 2) peran kader lansia, 3) faktor pendukung dan penghambat lansia dalam mengikuti kegiatan Taman pendidikan Lansia (TPL). Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga berperan sebagai motivator, memberikan kasih sayang dan perhatian kepada lansia, memberikan pola makan, kesehatan, kebersihan, kenyamanan, bahkan menyempatkan waktu untuk antar jemput ke tempat kegiatan TPL.Kemudian peran kader lansia dalam meningkatkan kesehatan lansia ialah sebagai motivator, pendampingan, dan melakukan pemeriksaan tensi dan berat badan. Adapun faktor pendukung lansia dalam mengikuti kegiatan ialah kemauan diri, dukungan keluarga, keaktifan kader dan rasa solidaritas yang tinggi. Sedangkan faktor penghambatnya ialah faktor umur, kurangnya motivasi dari keluarga dan lingkungan sekitar serta kurangnya kesadaran di dalam diri lansia.

(7)

7 Penelitian yang berjudul ”Dukungan Sosial Terhadap Lansia dalam Kegiatan di Bina Keluarga Lansia (BKL) Mugi Waras Dusun Blendung Desa Sumbersari,Moyudan,Sleman” merupakan penelitian yang terbilang berbeda dengan penelitian sebelumnya baik secara redaksional maupun substansial. Penelitian ini berfokus pada bentuk dukungan sosial yang diberikan keluarga dan masyarakat terhadap lansia dalam keterlibatannya di kegiatan BKL Mugi Waras.

BKL singkatan dari Bina Keluarga Lansia merupakan kelompok masyarakat yang melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi lansia maupun keluarga yang memiliki anggota lansia dalam pengasuhan, perawatan dan pemberdayaan lansia agar tercipta kehidupan lansia yang sehat dan bahagia.BKL Mugi Waras ini merupakan salah satu BKL di Kabupaten Sleman yang terbilang cukup berhasil dalam upaya memberdayakan lansia. Keikutsertaan lansia dalam berbagai kegiatan BKL terbilang aktif. Adanya dukungan sosial dari keluarga dan lingkungan sekitar menambah semangat lansia dalam terlibat di setiap kegiatan BKL.

1.2 Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan manusia dimulai dari masa bayi, anak, remaja, dewasa dan akhirnya masuk pada fase usia lanjut dengan umur lebih dari 60 tahun. Pada fase lanjut usia, manusia mengalami proses penuaan secara alamiah. Anging process (proses penuaan) merupakan proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

(8)

8 bertahan terhadap infeksi, berlangsung secara perlahan-lahan dan terus menerus. Cepat dan lambatnya proses penuaan tergantung pada pribadi manusia. Proses penuaan terjadi pada masyarakat lanjut usia (lansia) yang rentan terhadap suatu penyakit dan perlu kesiapan untuk menghadapi proses tersebut agar tidak menimbulkan masalah.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta, jumlah penduduk lansia yang berumur lebih dari 60 tahun diproyeksikan terus meningkat dalam kurun waktu lima tahun terakhir sejak tahun 2012 hingga tahun 2017. Pada tahun 2012 jumlah lansia di DIY mencapai 467.900 jiwa. Kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2013 sebanyak 478.000 jiwa. Pada tahun 2014 jumlah lansia mencapai 480.000 jiwa, tahun 2015 sebanyak 492.200 jiwa, tahun 2016 sebanyak 505.100 jiwa dan tahun 2017 sebanyak 519.700 jiwa. Jumlah tersebut meliputi seluruh jumlah lansia baik laki-laki maupun perempuan di semua kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pada tahun 2015, angka presentase jumlah penduduk lansia sebesar 13,20 % dari total penduduk di DIY. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap presentase jumlah penduduk lansia di seluruh Indonesia. Presentase penduduk lansia di Indonesia yang telah mencapai lebih dari 7% menunjukkan bahwa Indonesia termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur tua (aging structured population). Struktur penduduk yang menua merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan manusia secara global dan nasional. Hal tersebut berkaitan dengan peningkatan perbaikan pelayanan masyarakat khususnya lansia di berbagai

(9)

9 sektor. Besarnya proporsi lanjut usia megisyaratkan tingginya Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk DIY yang mencapai usia 74 tahun. Namun, pertambahan jumlah lansia lebih didominasi oleh penduduk perempuan. Fenomena ini terjadi karena angka harapan hidup perempuan yang relatif lebih tinggi dari laki-laki. Hal tersebut disebabkan oleh kecenderungan penduduk laki-laki untuk melakukan pekerjaan dan aktivitas yang sifatnya lebih berat, kasar dan memiliki resiko lebih tinggi.

Populasi lansia yang tiap tahunnya meningkat akan berpengaruh terhadap kondisi sosial dan ekonomi lansia. Adanya stigma masyarakat yang menggangap lansia tidak mandiri dan tidak lagi produktif karena berkurangnya kemampuan diri akan berdampak buruk terhadap kelangsungan hidup lansia. Stigma tersebut akan menyebabkan lansia sebagai individu yang tidak memiliki kesempatan dan kedudukan di dalam keluarga maupun masyarakat. Padahal, lansia masih memiliki potensi dan kemampuan yang cukup baik apabila dibina dengan cara atau metode yang sesuai.

Berbicara mengenai lansia, perlu adanya dukungan dari berbagai pihak agar lansia tetap terjaga eksistensinya. Dukungan perlu dilakukan baik dari keluarga maupun lingkungan sekitar agar stigma yang melekat pada lansia dapat dipatahkan. Apalagi, semakin tingginya angka jumlah lansia akan menyebabkan masalah tersendiri apabila tidak ada dukungan dari berbagai pihak. Pentingnya dukungan sosial akan mempengaruhi perkembangan lansia dan tingkat kesejahteraannya. Dukungan sosial yang dapat secara langsung dan terus menerus diberikan berasal dari keluarga.

(10)

10 Karena keluarga merupakan kelompok terkecil dari masyarakat yang memiliki hubungan paling dekat dengan lansia. Sehingga, peran atau dukungan dari keluarga akan berpengaruh penting terhadap aktivitas, kemandirian, serta keputusan lansia.

BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) sebagai instansi yang berwenang menyelenggarakan program kependudukan dan keluarga berencana memiliki program ketahanan pangan dan keluarga berencana yang di khususnya untuk keluarga lansia. BKKBN melalui Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia membina dan memperdayakan kelompok-kelompok kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL) yang ada di seluruh Kelurahan dan Desa di Indonesia. BKL merupakan wadah kegiatan bagi keluarga yang memiliki lansia atau keluarga lansia sendiri yang berusaha meningkatkan keterampilan pelayanan, perawatan, dan pengakuan yang layak sebagai orang tua bagi lansia. Sehingga, lansia bukan lagi individu atau kelompok masyarakat yang marginal tetapi kemampuan dan kemauan yang keras menjadikan lansia lebih berdaya dan kesejahteraan lansia meningkat.

BKL Mugi Waras merupakan salah satu Bina Keluarga Lansia yang terbilang aktif dalam memperdayakan lansia dan keluarganya khususnya di Dusun Blendung, Desa Sumbersari, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. BKL Mugi Waras memiliki berbagai kegiatan yang dikelompokkan menjadi 4 bidang yaitu kesehatan, kesenian, kerohanian dan ekonomi produktif. Kegiatan-kegiatan yang ada di BKL difokuskan bagi lansia dan keluarganya. Lansia dan keluarga lansia yang

(11)

11 tergabung dalam BKL Mugi Waras diharapkan berperan aktif dalam setiap kegiatan. Sehingga peran BKL sebagai wadah kegiatan bagi lansia dan keluarganya dapat berjalan efektif dan sesuai dengan tujuannya yaitu meningkatkan kesejahteraan lansia dan keluarganya.

Sasaran dari BKL itu sendiri ialah lansia dan keluarga yang memiliki lansia. Peran keluarga disini ialah untuk memberikan pendampingan terhadap lansia. Lansia dan keluarganya memiliki peranan penting di dalam BKL. Adanya dukungan keluarga lansia menjadi faktor penting terlaksananya kegiatan di BKL Mugi Waras Dusun Blendung. Keikutsertaan atau partisipasi lansia dan keluarga lansia menentukan berhasil tidaknya suatu BKL di wilayah tertentu.

Partisipasi lansia di dalam kegiatan BKL Mugi Waras terbilang cukup baik. Hal tersebut terbukti dari penghargaan yang diterima oleh BKL Mugi Waras atas kegiatan-kegiatan yang dilakukan para lansia di Dusun Blendung. Penghargaan tersebut diraih oleh BKL Mugi Waras sebagai Juara 1 di tingkat Kabupaten, Juara 1 di tingkat Provinsi sebagai Bina Keluarga Lansia terbaik dan maju serta memenangkan juara 2 di tingkat Nasional. Tak hanya itu, lansia di dusun Blendung juga mendapat juara 1 tingkat kabupaten dan juara 2 tingkat provinsi sebagai lansia tangguh dan mandiri. Dari beberapa penghargaan tersebut, telah membuktikan bahwa lansia memiliki kemampuan dan kemauan untuk tetap bisa produktif dan mandiri apabila ada wadah atau ruang yang memfasilitasinya.

(12)

12 Keberhasilan BKL Mugi Waras dalam meraih berbagai penghargaan tak terlepas dari peran serta atau partisipasi lansia dan keluarganya. Adanya dukungan sosial dari berbagai pihak menjadikan kegiatan di BKL Mugi Waras dapat berjalan baik. Berbagai bentuk dukungan sosial yang diberikan keluarga dan masyarakat sekitar terhadap lansia dapat dijadikan sebagai tanda bahwa keberhasilan BKL Mugi Waras tidak semata dari pengurus melainkan partisipasi serta dorongan masyarakat dusun Blendhung.

Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti mendeskripsikan berbagai bentuk dukungan sosial yang diberikan keluarga, lingkungan sekitar dan pihak luar kepada lansia dalam keterlibatannya mengikuti kegiatan di BKL Mugi Waras. Pentingnya dukungan sosial dapat membawa dampak bagi lansia dalam meningkatkan kesejahteraan. Adanya dukungan sosial sangat dibutuhkan bagi lansia untuk keberlangsungan hidupnya. Lansia merupakan sosok individu yang sangat perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak. Harapannya dengan adanya BKL Mugi Waras, lansia dapat berperan lebih aktif dalam setiap kegiatannya. Sehingga program tersebut dapat terjaga keberlangsungannya dan membawa manfaat bagi masyarakat tak hanya lansia.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimana dukungan sosial terhadap lansia dalam kegiatan di Bina Keluarga Lansia (BKL) Mugi Waras Dusun Blendung, Desa Sumbersari, Kecamatan Moyudan, Kabuaten Sleman, DIY?

(13)

13 1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dan dilaksanakan dalam penelitian ini agar peneliti memiliki arah yang jelas dan sistematis. Karena tujuan penelitian merupakan jawaban atas rumusan masalah penelitian. Adapun tujuan penelitian, sebagai berikut :

a. Tujuan Operasional

Tujuan Operasional merupakan tujuan penggunaan dari hasil penelitian untuk keperluan atau kegiatan tertentu. Tujuan operasional dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada perkembangan di Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan terutama mengenai permasalahan lansia yang menjadi salah satu persoalan di Indonesia.

b. Tujuan Substansial

Tujuan Substansial atau praktis merupakan tujuan inti dari penelitian yang akan dilakukan ialah mendeskripsikan dukungan sosial bagi lansia dan keterlibatan lansia dalam setiap kegiatan di Bina Keluarga Lansia (BKL) Mugi Waras di Dusun Blendung, Desa Sumbersari, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, DIY.

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan tersebut diatas, maka manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Kajian ilmiah, hasil penelitian diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pengembangan kajian ilmu Pembangunan Sosial dan

(14)

14 Kesejahteraan, khususnya mengenai dukungan sosial yang diberikan kepada lansia dan keterlibatan lansia didalam kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL) Mugi Waras di Dusun Blendung, Desa Sumbersari, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, DIY.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Peneliti, memberikan bekal pengalaman untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan selama di bangku kuliah ke dalam penelitian sebagai bentuk kerja nyata.

a) Bagi Bina Keluarga Lansia (BKL) Mugi Waras, dapat dijadikan bahan masukan untuk pengurus/pelaksana yayasan dalam memberikan variasi program kegiatan misalnya.

b) Bagi mahasiswa/peneliti lain, penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi pedoman atau bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang memiliki focus bahasan yang hampir sama/relevan.

c) Bagi Almamater, sebagai tolak ukur daya serap dan kemampuan mahasiswa menerapkan ilmunya secara praktis selama menempuh pendidikan di bangku kuliah.

1.6 Tinjauan Pustaka

1.6.1 Lanjut Usia dan Permasalahannya

a. Pengertian Lanjut Usia

Arah perkembangan hidup menunjukkan bahwa orang yang berusia lanjut dalam hal pengalaman hidup akan bertambah, tetapi hal fisik maupun psikis mengalami penurunan. Setiap manusia akan mengalami

(15)

15 masa tua atau dikenal dengan proses penuaan. Pada masa tua, manusia akan mengalami kemunduran atau penurunan fisik, mental, maupun sosial secara perlahan dan bersifat alamiah hingga tidak melakukan rutinitas apapun. Hal inilah yang menjadi kekhawatiran setiap manusia dalam menghadapi masa tua. Namun, itu semua akan berjalan alamiah dan seiring bertambahnya usia. Tak hanya itu, seiring perkembangan zaman baik ilmu pengetahuan dan teknologi akan mengakibatkan semakin kompleks tuntutan hidup individu, keluarga, maupun masyarakat. Hal tersebut akan berdampak pada eksistensi manusia lanjut usia yang semakin tersingkir dari kancah kehidupan masyarakat (marginal).

Ada beberapa istilah untuk menyebutkan manusia dalam masa tua yang dikenal masyarakat lanjut usia atau lansia. Manula (manusia lanjut usia) dan dalam bidang kesehatan, usila singkatan dari usia lanjut. Pengertian Lanjut Usia atau lansia tertuang di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lansia. Dalam pasal 1 ayat 2 UU No.13 Tahun 1998 tersebut dinyatakan bahwa yang dimaksud lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas. Pengertian tersebut juga tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Pasal 1 Nomor 43 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia. Pada pasal 5 ayat 1 disebutkan bahwa lanjut usia memiliki hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kemudian, pasal 6 ayat 1 menyatakan lanjut usia mempunyai kewajiban yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sehingga, penjelasan

(16)

16 dari ayat-ayat tersebut menjelaskan bahwa lanjut usia memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan warga negara lain.

Menurut Budi Anna Keliat (1999) dalam (Maryam dkk,2008:32) menyebutkan bahwa usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Menurut Maryam (2008), klasifikasi lansia terbagi menjadi 5 yaitu :

1. Pralansia (prasenilis)

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

2. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. 3. Lansia risiko tinggi

Seseorang yang berusia lebih dari 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan maslaah kesehatan (Depkes RI,2003)

4. Lansia potensial

lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI,2003).

5. Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI,2003).

Dari beberapa uraian mengenai pengertian lansia dapat disimpulkan bahwa lansia merupakan individu yang berumur lebih dari 60 tahun dan sebagai warga negara yang memiliki hak dan kewajiban yang sama. Lansia yang tinggal di dusun Blendung mayoritas berumur lebih

(17)

17 dari 60 tahun sesuai dengan standar lansia di Indonesia. Lansia di dusun Bledung masih mampu beraktivitas dan melakukan pekerjaan secara mandiri.

b. Permasalahan Lanjut Usia

Seseorang yang memasuki masa usia lanjut mengalami berbagai perubahan baik fisik, psikis/psikologi maupun sosial.Perubahan fisik ditandai dengan menurunnya stamina, daya tahan, kondisi tubuh, dan penampilan.Penurunan kondisi fisik akan berpengaruh terhadap penurunan kondisi psikis maupun sosial seseorang begitu pula sebaliknya. Ketiga kondisi tersebut saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Penurunan kondisi fisik, psikis dan sosial akan menggangu pemenuhan kebutuhan hidup bagi lansia. Kebutuhan dasar setiap individu memiliki karakteristik yang sama walaupun takarannya berbeda disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu. Adapun yang dikemukakan oleh C.Pramuwito (dalam Warto dkk,2010:9) menyebutkan lima kebutuhan pokok lansia sebagai berikut :

a. Kebutuhan Fisik

Setiap manusia secara kodrati merupakan makhluk jasmaniah atau makhluk fisik termasuk lansia. Tidak terpenuhinya kebutuhan fisik akan menyebabkan kondisi sakit dan apabila berlarut-larut akan menyebabkan kematian. Kondisi lansia yang semakin menurun akan berdampak pada terganggunya aktivitas lansia dalam memenuhi kebutuhannya. Sehingga, kebutuhan fisik harus terpenuhi agar sehat secara jasmani.

(18)

18 b. Kebutuhan Psikis

Lansia sebagai manusia dalam masa tua secara kodrati adalah makhluk psikologis. Sehingga kebutuhan psikis sangat berpengaruh terhadap kondisi mentalnya. Oleh karena itu, lansia memerlukan pemenuhan kebutuhan psikis agar tetap terjaga kondisi psikisnya seperti kebutuhan ketentraman, perlindungan, keamanan, dan kebutuhan kenyaman dan kebutuhan psikis lainnya.

c. Kebutuhan Sosial

Setiap manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain dan kita hidup bersama ditengah-tengah masyarakat termasuk lansia. Kebutuhan sosial yang diperlukan lansia diantaranya penghargaan diri dari lingkungan sekitar. Oleh karena itu, lingkungan sekitar terutama keluarga memiliki peranan penting dalam memenuhi kebutuhan sosial dengan mendorong lansia untuk berhubungan sosial agar tidak merasa sepi. Tak hanya keluarga, perlu peran dari lingkungan sekitar untuk mendorong lansia agar tetap beraktivitas dan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.

d. Kebutuhan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Lansia sebagai individu akan tetap dapat berdayaguna dan sejahtera dalam kehidupan bermasyarakat apabila mengetahui perkembangan pengetahuan dan teknologi.Tujuannya agar lansia dapat meningkatkan proses pengembangan diri melalui pengetahuan dan keterampilan yang didapatnya dari lingkungan sekitar.

(19)

19 e. Kebutuhan Keagamaan (Keimanan dan Ketaqwaan)

Manusia sejatinya ialah makhluk beragama, meskipun keyakinan masing-masing individu berbeda. Lansia diusinya yang tak lagi muda tentu membutuhkan bimbingan keagamaan. Tujuannya, sebagai bekal atau peganagan hidup bagi lansia agar mereka berserah diri secara benar. Kebutuhan keagamaan diperlukan sebagai wahana pengisi spiritual dan waktu luang agar lebih bermakna.

Kelima kebutuhan dasar manusia dalam hal ini lansia, apabila tidak terpenuhi maka akan menimbulkan masalah tersendiri bagi lansia. Perubahan fisik, psikis, dan sosial yang terjadi pada lansia akan menurunkan aktivitas dan berbagai keterikatan baik secara psikologis maupun sosial. Penuruann aktivitas lansia dipengaruhi oleh menurunnya kondisi fisik lansia dibandingkan usia-usia sebelumnya. Penurunan keterikatan sosial juga ditandai dengan interaksi lansia dengan orang-orang yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Tak hanya itu, pada masa lanjut usia juga akan mengalami penurunan keterikatan psikologi yang merefleksikan ikatan emosional antara lansia dengan kelompok sosial di luar keluarga.

Perubahan yang terjadi pada lansia juga akan berpengaruh terhadap kondisi ekonomi. Lansia tidak lagi produktif karena keterbatasan kemampuan yang dimilikinya. Hal tersebut berkaitan dengan stigma lansia yang menganggap bahwa lansia merupakan individu yang tak lagi produktif dan bergantung pada orang lain. Stigma lansia ini muncul di masyarakat karena kondisi lansia yang mulai menurun baik secara fisik

(20)

20 maupun psikis. Sehingga masyarakat kurang melibatkan lansia dalam kegiatan atau pemutusan masalah. Stigma inilah yang menjadikan lansia tidak dapat berkembang dan menimbulkan masalah tersendiri bagi lansia. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada lansia, perlu adanya dukungan sosial dari orang-orang yang peduli terhadap lansia. Keluarga merupakan anggota masyarakat yang memiliki hubungan paling dekat dengan lansia. Peran keluarga dalam memberikan dukungan terhadap lansia akan berdampak pada kehidupan lansia. Tak hanya keluarga, sumber dukungan bisa berasal dari lingkungan sekitar seperti kelompok atau organisasi masyarakat dan pihak lain yang memiliki tujuan sama dalam memenuhi kebutuhan lansia.

c. Bina Keluarga Lansia

Bina Keluarga Lansia atau sering disingkat BKL adalah kelompok kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga lansia dan keluarga yang memiliki anggota keluarga berusia diatas 60 tahun ke atas dalam pengembangan, pengasuhan, perawatan, dan pemberdayaan lansia agar dapat meningkatkan kesejahteraanya. BKL juga merupakan wadah berkegiatan bagi lansia dan keluarga yang memiliki lansia dalam melakukan pemberdayaan kepaa lansia. Sasaran dari BKL itu sendiri ialah lansia dan keluarga yang memiliki lansia.

Tujuan dibentuknya BKL ialah untuk meningkatkan kesejahteraan lansia melalui kepedulian dan peran keluarga dalam mewujudkan lansia yang sehat, bertaqwa pada Tuhan yang Maha Esa, mandiri, produktif, dan

(21)

21 bermanfaat bagi keluarga serta masyarakat.Manfaat adanya BKL bagi lansia ialah sebagai wadah berkegiatan di bidang kesehatan, keagamaan, ekonomi produktif dan kesenian. Sedangkan manfaat bagi keluarga yang memiliki lansia ialah terlibat aktif di kelompok lingkungan masyarakat dan menjadi konselor/panutan di wilayah setempat.

BKL Mugi Waras adalah kelompok lansia di dusun Blendung, Desa Sumbersari, Moyudan,Sleman yang memiliki beberapa kegiatan di 4 bidang yaitu kesehatan, ekonomi produktif, kesenian dan keagamaan. BKL Mugi Waras memberikan pelayanan dan fasilitas bagi lansia untuk meningkatkan kesejahteraan lansia melalui berbagai kegiatan yang ada. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memberikan perawatan dan pengembangan diri bagi lansia agar tercipta lansia tangguh.

1.6.2 Dukungan Sosial

a. Pengertian Dukungan Sosial

Dukungan sosial sangat penting bagi kehidupan individu mengingat setiap individu ialah makhluk sosial yang selalu berhubungan satu dengan yang lain terutama lansia. Seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia, dukungan sosial menjadi sangat berharga dan akan menambah ketentraman hidupnya. Namun, bukan berarti adanya dukungan sosial menjadikan para lansia berdiam diri dan tidak melakukan apapun. Agar kesehatan jasmani dan rohaninya tetap terjaga, lansia hendaknya melakukan aktivitas-aktivitas yang berguna bagi dirinya dan orang lain. Dukungan sosial yang diberikan kepada para lansia bisa secara materiil maupun non materiil.

(22)

22 Dukungan sosial menjadi sangat diperlukan bagi lansia apabila lansia menyadari dan memahami makna dari dukungan sosial tersebut sebagai penopang/penyokong hidupnya. Namun, dalam kehidupan lansia sering ditemui bahwa tidak semua lansia dapat memahami makna dukungan sosial. Sehingga, walaupun mereka telah diberi dukungan sosial namun masih saja menunjukkan ketidakpuasaan dengan cara menggerutu, kesal, marah dan lain-lain. Hal inilah yang perlu diperhatikan oleh orang-orang di sekitarnya yang menjadi sumber pemberi dukungan sosial kepada lansia.

Adapun beberapa definisi dukungan sosial menurut para ahli (dalam Ma’rifatul A,2011:97) sebagai berikut :

1. Gottlieb (1983) mendefinisikan dukungan sosial sebagai informasi verbal maupun non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang yang akrab dengan subyek (lansia) didalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya.

2. Sarason (1983) yang menyatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian, dan orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita.

3. Cobb mendefinisikan dukungan sosial sebagai kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau menolong orang dengan sikap menerima kondisinya yang diperoleh baik individu maupun kelompok.

(23)

23 4. Samson (1983) menyatakan bahwa dukungan sosial selalu mencangkup 2 hal yaitu mengharapkan bantuan dari kerabat dekat, kerabat jauh dan yang terakhir Panti Wreda.

Jadi, dari beberapa pengertian menurut beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan bentuk perhatian kepada orang lain melalui tindakan nyata baik verbal maupun non verbal atau material non material dalam hubungan interpersonal yang memberikan ketersediaan, kenyamanan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi baik individu maupun kelompok. Dalam penelitian yang telah dilakukan ini, lansia merupakan kelompok rentan yang perlu mendapat dukungan sosial dari berbagai pihak agar keberlangsungan hidupnya tetap terjaga. Dukungan sosial yang diberikan kepada lansia tak hanya bersifat material tetapi juga non material.Artinya, selain dalam hal ketersedian secara fisik atau nyata, lansia juga membutuhkan perhatian lebih dalam hal kasih sayang, penghargaan, pengakuan agar lansia merasa dianggap ada di tengah-tengah keluarga dan masyarakat.Oleh karena itu, dukungan sosial merupakan suatu hal yang sangat penting bagi lansia, tak hanya lansia tetapi juga setiap orang yang hidup bermasyarakat.

b. Sumber Dukungan Sosial

Dukungan sosial dapat berasal dari berbagai sumber. Kahn & Antonoucci (dalam Safarino, 2011:68) membagi sumber dukungan sosial menjadi 3 karakter, antara lain :

(24)

24 1. Sumber dukungan sosial yang berasal dari orang-orang yang selalu ada dalam hidupnya, bersamanya dan mendukungnya. Misalnya : keluarga dekat, pasangan (suami atau istri), teman dekat.

Peran keluarga sangatlah berpengaruh terhadap lansia dalam berpartisipasi di kegiatan di BKL Mugi Waras. Dukungan sosial yang diberikan keluarga dapat menjadikan lansia percaya diri dan semangat dalam menjalani aktivitas di kehidupan sehari-hari. Pemberian perhatian sebagai salah satu bentuk dukungan sosial menjadikan lansia dianggap ada sehingga lansia merasa senang dan kesejahtaeraan lansia dapat terwujud.

2. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain dan berperan dalam hidupnya serta cenderung mengalami perubahan sesuai berjalannya waktu. Misalnya : temen sepergaulan, lingkungan sekitar dimana ia tinggal, sanak keluarga.

Dukungan sosial yang diberikan kepada lansia tidak hanya berasal dari keluarga dekat melainkan dari orang-orang di lingkungan sekitar yang berpengaruh terhadap kehidupan lansia khususnya dalam berpartisipasi dan beraktivitas di kegiatan BKL sebagai wadah lansia untuk mengekpresikan diri. Lingkungan sekitar disini yang dimaksud ialah BKL Mugi Waras beserta kader-kadernya. Dukungan sosial yang diberikan dapat berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informasi.

(25)

25 3. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang jarang memberikan dukungan dan memiliki peran yang berubah. Misalnya: keluarga jauh, puskesmas, atau aktor lain seperti petugas penyuluh kesehatan. Sumber dukungan sosial yang diberikan kepada lansia dari aktor luar juga berpengaruh terhadap kehidupan lansia. Dalam hal ini, petugas kesehatan dari puskesmas dan petugas penyuluh kesehatan dari kecamatan merupakan aktor lain yang professional dalam memberikan arahan dan asessmen sebagai bentuk dukungan sosial terhadap lansia.

c. Jenis Dukungan Sosial

Jenis dukungan sosial menurut Cutrona & Gardner (2004) dan Uchino (2004) (dalam Sarafino, 2011 : 81) sebagai berikut :

a. Dukungan Emosional (emotional support)

Dukungan emosional berarti menyampaikan rasa empati, peduli, perhatian, anggapan positif, dan pemberian semangat kepada seseorang. Bentuk dukungan ini memberikan kenyamanan dan kepastian ketika berada di kondisi stress. Selain itu, dukungan emosional yang diberikan juga sebagai bentuk motivasi dan perasaan ingin didengarkan oleh lansia sebagai wujud rasa cinta dan kasih sayang dari sumber dukungan terhadap lansia. Lansia sebagai individu yang rentan perlu mendapatkan perhatian dari orang-orang di sekitarnya agar lansia tidak merasa kesepian.

(26)

26 b. Dukungan Penghargaan (esteem support)

Dukungan penghargaan atau penilaian positif terhadap individu dalam meningkatkan identitas diri serta pengembangan kepribadian. Dukungan penghargaan bisa terjadi melalui ungkapan rasa hormat, dorongan untuk maju atau persetujuan gagasan.

Dalam hal ini, dukungan perhargaan dapat diberikan kepada lansia dalam bentuk mengikutsertakan dalam setiap kegiatan BKL. Dengan begitu, maka lansia merasa dirinya dianggap ada dalam masyarakat.

c. Dukungan Instrumental (instrumental support)

Bentuk dukungan yang memberikan bantuan langsung seperti peralatan, uang, transportasi, waktu dan lingkungan yang dimodifikasi dan semua hal yang menyangkut kebutuhan seseorang.

Dukungan instrumental merupakan bentuk dukungan sosial yang bersifat material atau fisik, nyata dan jelas wujudnya. Dalam hal ini, bentuk dukungan instrumental ialah hal-hal fisik yang dibutuhkan lansia selama hidupnya seperti pakaian, tempat tinggal, makan, waktu untuk bersama keluarga dan lingkungan sekitar, kendaraan, dan lain-lain.

d. Dukungan Informatif (informational support)

Dukungan informatif mencangkup pemberian informasi, saran, arahan atau umpan balik kepada seseorang. Dengan kata lain,

(27)

27 dukungan informatif merupakan dukungan yang bersifat verbal, diberikan oleh orang-orang terdekat yang peduli terhadap seseorang atau kelompok.

Dalam penelitian kali ini, bentuk dukungan informatif diberikan dari keluarga, lingkungan sekitar maupun aktor lain seperti petugas kesehatan dan petugas penyuluh kesehatan dalam memberikan informasi terkait cara merawat atau membina lansia agar kesejahteraan lansia meningkat.

1.6.3 Teori Sosial Lansia

Aging process (proses penuaan) merupakan proses yang terus menerus/berkelanjutan terjadi secara alamiah sejak manusia lahir hingga tua. Menua juga dapat diartikan sebagai proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi stressor baik dari dalam maupun luar tubuh. Proses menua yang dialami tiap individu pada organ tubuh tidak sama cepatnya dan sangat bersifat individual. Menurut Darmojo & Martono (2004) (dalam Ma’rifatul A,2011:8), banyak faktor yang mempengaruhi penuaan seseorang seperti genetik (keturunan), asupan gizi, kondisi mental, pola hidup, lingkungan dan pekerjaan sehari-hari. Hal tersebut akan menimbulkan pengaruh terhadap masalah sosial, ekonomi, mental/psikis, dan fisik/biologis individu.

Berdasarkan perkembangan pengetahuan tentang proses penuaan, maka penting bagi setiap individu untuk mampu memberikan kontribusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi masyarakat. Secara umum,

(28)

28 implikasi yang dikembangkan pada proses menua dapat didasarkan pada teori penuaan. Secara garis besar, teori penuaan atau disebut teori lansia didasarkan menjadi 3 faktor yaitu biologis, psikologis, dan sosial. Menurut Ma’rifatul Azizah menjelaskan bahwa teori biologis lansia menekankan pada perubahan kondisi tingkat struktural sel/organ tubuh, termasuk didalamnya adalah pengaruh agen patologis. Teori biologis dalam lingkup proses menua terbagi menjadi beberapa teori antara lain Teori Keterbatasan Hayflick (Hayflick Limit Theory), Teori Kesalahan (Error Theory), Teori Pakai dan Usang (Wear & Tear Theory), Teori Radikal Bebas (Free Radical Theory), Teori Imunitas (Immunity Theory) Dan Teori Ikatan Silang (Cross Linkage Theory).

Teori menua yang kedua ialah teori psikologi lansia yang menekankan pada kondisi psikis atau mental individu yang telah lanjut usia. Teori ini juga menjelaskan mengenai usia psikologis yang menunjukkan bagaimana kapasitas adaptif individu dibandingkan orang lain pada umur kronologis yang sama, dalam hal ini ialah lansia. Teori psikologis dibagi menjadi beberapa bagian penting dalam menjalani proses perkembangan lebih lanjut, antara lain Teori Tugas Perkembangan, Teori Delapan Tingkat Kehidupan dan Teori Jung. Sedangkan teori menua yang ketiga didasarkan pada faktor sosial. Teori Sosial lansia menjelaskan bahwa individu yang telah lanjut usia masih memiliki fungsi sosial untuk dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan masyarakat. Teori sosial juga menekankan pada keberfungsian sosial individu lanjut usia dalam menjalin hubungan atau berinteraksi dengan individu lain maupun kelompok lain di kehidupan

(29)

29 bermasyarakat. Teori Sosial lansia dibagi menjadi 3 yaitu Teori Stratifikasi Usia, Teori Aktivitas, dan Teori Kontinuitas.

Pada penelitian ini, teori lansia yang digunakan ialah teori aktivitas yang merupakan salah satu dari teori sosial lansia. Menurut Havigurst dan Albrech (1963) dalam (Khalid Mujahidullah,2012:13) menjelaskan bahwa aktivitas dalam teori ini dipandang sebagai sesuatu yang vital untuk mempertahankan rasa kepuasan pribadi dan perspektif diri yang positif. Teori ini berdasar pada asumsi bahwa : (1) aktif lebih baik dari pasif (2) gembira lebih baik daripada tidak gembira (3) orang tua merupakan orang yang baik untuk mencapai sukses dan akan memilih alternatif pilihan aktif dan bergembira. Teori ini juga menyatakan bahwa setiap individu harus mampu eksis dan aktif dalam kehidupan sosial untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan di hari tua.

Teori aktivitas yang dimaksud dalam penelitian ini ialah berbagai aktivitas yang dilakukan lansia di dusun Blendung sebagai anggota sekaligus sasaran BKL Mugi Waras dalam mengikuti kegiatan di BKL. BKL Mugi Waras merupakan kelompok kegiatan bagi keluarga lansia dan keluarga yang memiliki lansia dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan merawat, mengasuh serta melakukan pemberdayaan tehadap lansia agar tercipta kesejahteraan lansia.

Lansia yang secara rutin mengikuti kegiatan di BKL Mugi Waras merasa dirinya menemukan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhannya. Rasa nyaman dan bahagia yang dirasakan lansia menjadikan lansia aktif dalam mengikuti kegiatan yang ada.Keterlibatan lansia dalam kegiatan di

(30)

30 BKL Mugi Waras dapat dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan lansia dalam mencapai kepuasaan dan kebahagian.

Pada penelitian ini, teori aktivitas mendukung lansia yang masih terlibat atau dilibatkan secara aktif di kegiatan BKL Mugi Waras. Aktivitas lanjut usia juga dapat dijadikan sebagai upaya untuk menjaga keberlangsungan hidupnya dan menjaga hubungan dengan orang lain.Selain itu, adapula aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan serta aktivitas lainnya sehingga saling berkaitan.

Gambar

Grafik 1. Presentase Lansia (60+) Tahun 1980 - 2030 di Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Tentang pola asuh orangtua dengan perilaku sulit makan pada anak usia. prasekolah dapat di gambarkan kerangka teori

Saya memiliki keyakinan terhadap kemampuan saya Saya sangat bersemangat dalam mengerjakan tugas sekolah Saya adalah orang yang mandiri Saya merasa tidak mampu terhadap kemampuan

Terletak pada ruang pameran kerajinan dan ruang pementasan indoor , kantor pengelola, ruang cafetaria, pusat kerajinan seni, ruang pementasan outdoor , ruang kesenian, ruang

mendeskripsikan model pembelajaran Tutor Sebaya yang dapat meningkatkan prestasi belajar pada pokok bahasan SPLDV siswa kelas VIII B SMP Negeri 2 Pogalan

Teknik Perintah Individu merupakan teknik pengajaran membaca model baru yang dapat membuat siswa lebih minat mengikuti pembelajaran, khususnya membaca. Dengan

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Karya Desain ini, yang merupakan salah satu

Bagi Peneliti Lain, yang mempunyai minat yang sama terhadap perkembangan siswa, terutama mengenai asertifitas dapat melakukan penelitian mengenai hal ini dengan sampel yang

Menurut Sugiyono (2017 hlm 168) menyatakan bahwa “Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapat data (mengukur) itu valid. Valid berarti