• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN KECERDASAN EMOSIONAL GURU TERHADAP KINERJA GURU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN KECERDASAN EMOSIONAL GURU TERHADAP KINERJA GURU"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

412

HUBUNGAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN

KECERDASAN EMOSIONAL GURU TERHADAP KINERJA GURU

Agustina Rahmi

Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari (UNISKA)

rahmitina14@gmail.com/087814555950

Abstrak

Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan supervisi akademik kepala sekolah dan kecerdasan emosional guru terhadap kinerja guru SMA di Banjarmasin. Metode yang digunakan ialah pendekatan deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner. Peneliti menggunakan uji validitas dan reliabilitas untuk instrumen dan uji normalitas, uji linieritas dan uji homogenitas untuk pengujian persyaratan analisis. Peneliti menggunakan korelasi Product Moment Pearson dan korelasi berganda. Kedua korelasi tersebut dioperasikan menggunakan SPSS versi 18. Hasil menunjukkan: 1) ada hubungan yang positif dan signifikan antara supervisi akademik kepala sekolah dengan kinerja guru, 2) ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional guru dengan kinerja guru, 3) ada hubungan yang positif dan signifikan secara simultan antara variable.

(2)

413 PENDAHULUAN

Pendidikan sesuai amanat Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan, membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta bertujuan mengembangkan peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggungjawab.

Amanat yang terkandung pada Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003sangat dipengaruhi oleh tenaga pendidik. Hamalik (2003:9) tenaga pendidik atau guru merupakan komponen yang penting dalam penyelenggaraan pendidikan yang bertugas melaksanakan kegiatan pendidikan. Guru dalam penyelenggaraan pendidikan dituntut memiliki kemampuan dasar yang diperlukan sebagai pendidik berupa pengetahuan dan keterampilan mengajar.

Usaha untuk merealisasikan ini tidak dapat terlepas dari kinerja guru. Kinerja guru dapat dilihat dari penampilan kerja guru dalam melaksanakan tugas. Prawirosentono (1999:2) menyatakan kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh pegawai atau sekelompok pegawai dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai tujuan. Adapaun, kinerja guru dapat dilihat dari hasil kerja yang dicapai guru sesuai dengan tanggungjawabnya untuk mencapai tujuan pendidikan.

Pembinaan guru oleh kepala sekolah perlu pula dilakukan agar guru mampu melakukan tugas dan fungsinya dengan maksimal (Kunandar, 2010: 47). Kepala sekolah sebagai pemimpin dan penanggungjawab dalam penyelengaraan pendidikan di sekolah memiliki peranan yang besar dalam peningkatan kinerja guru. Kepala Sekolah harus mampu menggerakkan dan memberdayakan bawahannya agar dapat melakukan pekerjaan sebagaimana yang diharapkan.

Gibson (1987:73) menjelaskan kinerja dengan model teori kinerja individu yang terdiri dari variabel kemampuan dan ketrampilan, latar belakang pribadi dan demografis. Gibson (1987:74), berpendapat variabel kemampuan dan keterampilan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja individu secara langsung. Variabel demografis mempunyai pengaruh yang tidak langsung. Kelompok variabel dalam aspek psikologi terdiri dari variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi yang dipengaruhi oleh keluarga, sosial, pengalaman kerja dan variabel demografis.

(3)

414 Suriansyah (2012:13) menyatakan kepala sekolah sebagai komponen yang berpengaruh pada kinerja guru harus mampu menumbuhkembangkan motivasi berprestasi, memupuk kebiasaan bekerja yang terbaik, ulet, disiplin, kerja keras, bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, dengan menumbuhkan jiwa inovatif dan kreatif dengan dukungan sepenuhnya oleh kepala sekolah serta menumbuhkan kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran yang didasarkan pada kemandirian. Usman (2011:352) menambahkan kepemimpinan kepala sekolah menurut teori mutakhir haruslah memiliki 25 kompetensi yang salah satunya adalah monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi mampu mendorong guru menjadi sosok yang kreatif, produktif, dan akuntabel serta menumbuhkan kesadaran dari dalam untuk melakukan perbaikan-perbaikan. Kepala sekolah dituntut mampu berperan sebagai seorang supervisor yang baik, karena peran tersebut mampu membangkitkan potensi guru sebagai faktor utama pendidikan (Asmani, 2012: 17).

Supervisi yang sangat penting dilakukan oleh kepala sekolah adalah supervisi akademik yang merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran, tidak bisa terlepas dari penilaian unjuk kerja dalam mengelola pembelajaran. Supervisi ini memiliki tiga tujuan pokok yaitu membantu guru dalam mengembangkan kompetensi, mengembangkan kurikulum, dan mengembangkan kelompok kerja guru dan membimbing penelitian tindakan kelas. (Asmani, 2012: 29)

Kompetensi supervisi kepala sekolah diatur pada Permendiknas nomor 13 tahun 2007 meliputi tugas merencanakan program supervisi akademik dalam rangka proesionalitas guru, melaksanakan program supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat serta menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan kinerja guru.

Kecerdasan emosional mampu memberi kontribusi yang lebih besar terhadap diri seseorang untuk mampu mengatasi berbagai masalah kehidupan. Kecerdasan emosional merupakan bagian dari aspek kejiwaan seseorang yang paling mendalam dan merupakan suatu kekuatan hasil dari proses belajar. Guru dapat mengembangkan dan menerapkan kecerdasan emosional di sekolah melalui pembelajaran (Aunurrahman, 2013:110).

Guru dituntut dalam menjalankan tugasnya memiliki kemampuan mengendalikan, memahami, dan menerapkan kekuatan dan ketajaman emosinya sebagai sumber energi,

(4)

415 infomasi, koneksi, dan pengaruh dalam mengelola sekolahnya sehingga akan memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Rendahnya kinerja guru dilapangan diduga karena kurang berfungsi dengan baik kepemimpinan kepala sekolah. Wibowo (2007:87) mengemukakan faktor yang mempengaruhi kinerja guru adalah pengetahuan, kemampuan, sikap, gaya kerja, minat, dasar-dasar nilai, kepercayaan dan kepemimpinan.

Berdasarkan hasil pengamatan sementara dilapangan terlihat beberapa masalah yang mengidentifikasi adanya masalah kinerja guru. Fenomena yang terlihat, yaitu: (1) masih banyaknya guru mempergunakan metode ceramah, dan kurang kreatif dalam pelaksanaan belajar mengajar, (2) masih ada guru yang melakukan aktivitas belajar mengajar tanpa berpedoman terhadap RPP yang telah dibuat, bahkan cenderung tidak sesuai dengan runtutan dalam proses belajar mengajar, (3) masih sulitnya guru memecahkan masalah belajar peserta didik.

Kecerdasan emosional guru yang kurang terlihat dari: (1) kurang memperhatikan tugas mengajarnya dengan melaksanakan tugasnya seadanya, (2) masih sulitnya guru dalam mengelola pembelajaran.

Supervisi akademik kepala sekolah juga terlihat fenomena, yaitu: (1) kepala sekolah kurang membimbing guru yang menemui kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya, seperti dalam penyusunan RPP, (2) kepala sekolah kurang memberikan penghargaan terhadap guru dalam upaya melaksanakan tugasnya, (3) masih ada kepala sekolah yang kurang memperhatikan pelaksanaan pembelajaran guru di kelas.

Fenomena yang ditunjukkan diatas, maka dapat ditarik secara umum kinerja guru di Sekolah Menengah Atas di Banjarmasin menunjukkan kurang optimal dalam pelaksanaan tugasnya dimungkinkan karena kurangnya bimbingan dan arahan dari kepala sekolah, serta kecerdasan emosional guru yang belum sepenuhnya terkelola dengan baik,

Berdasarkan uraian latar berlakang di atas, maka penelitian ini bermaksud mengungkap Hubungan Supervisi Akademik Kepala Sekolah, Kecerdasan Emosional Guru terhadap Kinerja Guru Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Banjarmasin.

(5)

416 METODE

Berdasarkan tujuan diatas, maka ditentukan pendekatan yang diambil adalah pendekatan deskriptif kuantitatif karena menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka) dan dengan jenis korelasional yang berguna untuk menentukan apakah ada kontribusi antara dua variabel atau lebih. Subyek yang digunakan adalah guru Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dilingkungan Banjarmasin yang mendapatkan sertifikasi. Instrumen berupa angket/ kuesioner. Pengukuran item instrumen dengan menggunakan rating scale (skala bertingkat) yaitu skala likert yang mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Skala likert menggunakan lima skala berupa pernyataan positif yang digunakan untuk mengukur minat positif.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik angket/ kuesioner. Kuesioner sebelumnya diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas alat ukur bertujuan agar data yang didapat representatif dalam penelitian. Pengolahan data uji validitas dan uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan program komputer SPSS.

Uji prasyarat tentang normalitas data, uji linearitas, uji homogenitas dan uji hipotesis dilakukan dengan bantuan SPSS versi 18

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengungkapan hasil dilakukan dengan cara skala sikapnya. Responden memilih salah satu alternatif dari lima pilihan yang disediakan yaitu Selalu (S), Sering (Sr) Kadang-kadang (KK) Jarang (J) dan Tidak Pernah (TP). Pernyataan positif rentang nilai yang diperoleh dari 4-1, begitu pula sebaliknya untuk pernyataan negatif nilai yang diperoleh dengan rentang 1-4.

Pengungkapan statistic dilakukan setelah mendapatkan hasil dengan menggunakan fasilitas komputer program SPSS versi 18 berupa nilai mean, median, standar deviasi, varian, range, serta nilai minimum dan maksimum, setelah itu dilanjutkan dengan menjelaskan distribusi skor kedalam grafik.

Besar hubungan antar variable dapat diketahui dengan menggunakan statistic deskripsi dengan cara menghitung harga rerata ideal (Mi), dan simpangan baku (Sbi), sehingga diperoleh

(6)

417 hasil tinggi/ baik, sedang /cukup atau rendah/ kurang. Analisis deskriptif ini digunakan untuk mendapatkan gambaran penyebaran data hasil penelitian masing-masing variabel secara katagorial.

Pengujian persyaratan analisis dilakukan uji Normalitas, dan homogenitas dengan menggunakan fasilitas komputer program SPSS versi 18 untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variable yang ada. Uji normalitas diakukan dengan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test apabila variable menunujukkan Sig > 0,05 (taraf signifikansi) maka distribusi data variabel tersebut normal.

Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan análisis ANOVA dengan memperhatikan nilai linearity pada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Hasil output SPSS pada uji lineartitas akan diperoleh nilai signifikan dari masing-masing hubungan antara faktor Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X1), Kecerdasan Emosional Guru (X2) dengan Kinerja Guru (Y) adalah lebih rendah dari taraf signifikan 0,05, maka dinyatakan memiliki hubungan yang linear terhadap variabel independen.

Uji homogenitas menggunakan SPSS 18.0 dan rumus Levene. Jika nilai output pada statistik Levene menunjukkan nilai signifikansi lebih dari nilai taraf signifikansi (Sig = 0,000 > 0,05), maka Ho diterima atau data homogen. Hal ini dapat diartikan memiliki karakteristik atau varian yang sama.

Analisis pada data dilakukan pada tahap selanjutnya untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara: (1) supervisi akademik kepala sekolah dengan kinerja guru, (2) kecerdasan emosional guru dengan kinerja guru, dan (3) supervisi akademik kepala sekolah, kecerdasan emosional guru dengan kinerja guru. Hipotesa yang digunakan untuk hubungan masing-masing variable dengan menggunakan SPSS versi 18.0 dan analisis menggunakan Korelasi Pearson.

Hasil analisis korelasi antara supervisi akademik kepala sekolah dengan kinerja guru diketahui nilai r= 0,730 atau koefesien korelasi 73%. Adapun, kategori/ interval koefisien tinggi, karena berada pada interval koefisien 0,600 – 0,799. Pada hubungan ini diketahui Sig = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti hipotesis yang berbunyi “Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara supervisi akademik kepala sekolah dengan kinerja guru Sekolah

(7)

418 Menengah Atas Negeri di Banjarmasin” di terima. Sehingga, dapat dikatakan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara supervisi akademik kepala sekolah dan kinerja guru di Banjarmasin.

Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan proses pembelajaran di sekolah tergantung pada kepala sekolah sebagai pimpinan yang merupakan subjek yang harus melakukan dan memberikan arahan, bimbingan, dan pengkondisian kepada yang dipimpinnya agar tujuan organisasi dan pembelajaran dapat tercapai. Teori yang mendukung perlunya dilakukan supervise akademik kepala sekolah diungkapkan Usman dalam teori mutakhir yang mengharuskan adanya 25 kompetensi yang salah satunya adalah monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh kepala sekolah. Monitoring dan evaluasi menjadi bagian yang penting untuk mendorong guru menjadi sosok yang kreatif, produktif, dan akuntabel serta menumbuhkan kesadaran dari dalam untuk melakukan perbaikan-perbaikan.

House (1974) dalam Path-goal theory juga mendukung hal ini dengan menekankan upaya penentuan hubungan antara perilaku pemimpin dengan kinerja bawahan dan aktivitas kerja. Dasar dari teori ini bahwa tugas pemimpin adalah membantu anggotanya dalam mencapai tujuan mereka dan memberi arahan, atau dukungan atau keduanya yang dibutuhkan untuk menjamin tujuan mereka dimana sesuai dengan tujuan organisasi secara keseluruhan.

Alfonso (1981:6) menambahkn pelaksanaan supervisi akademik bukan sekedar tugas sampingan dari seorang kepala sekolah, akan tetapi merupakan salah satu essential function dalam keseluruhan program sekolah yang merupakan tujuan organisasi dan kebutuhan guru. Supervisi akademik kepala sekolah akan sangat membantu apabila dilaksanakan secara teratur dan berkesinambungan karena kepala sekolah dapat mengetahui tingkat kinerja seorang guru melalui pelaksanaan supervisi akademik, terutama dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.

Kinerja guru dalam proses belajar mengajar dipandang sebagai kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas pembelajaran sebaik-baiknya. Mahmudi menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kerja, yaitu : (a) faktor personal/ individual, meliputi pengetahuan, ketrampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu, (b) faktor kepemimpinan, meliputi : kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader, (c) faktor tim, meliputi

(8)

419 : kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan kerekatan anggota tim, (d) faktor sistem, meliputi : sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim, dan (e) faktor konstektual (situasional), meliputi : tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal. Faktor kepemimpinan menjadi salah satu faktor kunci dalam kinerja.

Peran kepala sekolah dalam dari kegiatan supervisi akademik kepala sekolah ini akan mampu memperbaiki tingkah laku siswa, pembelajaran dan perilaku mengajar guru ke arah yang lebih berkualitas. Dengan kata lain, supervisi akademik kepala sekolah yang baik akan berdampak pada peningkatan kinerja guru

Hasil analisis korelasi antara kecerdasan emosional guru dengan kinerja guru diketahui nilai r= 0,609 atau koefesien korelasi 60,9%. Adapun, kategori/ interval koefisien tinggi, karena berada pada interval koefisien 0,600 – 0,799. Pada hubungan ini diketahui Sig = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti hipotesis yang berbunyi “Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional guru dengan kinerja guru Sekolah Menengah Atas Negeri di Banjarmasin” di terima. Sehingga, dapat dikatakan terdapat hubungan yang positif dan signifikan kecerdasan emosional guru dengan kinerja guru di Banjarmasin.

Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional juga berperan penting dalam peningkatan kinerja guru. Kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang dalam memonitor perasaan dan emosinya baik pada dirinya maupun orang lain. Kecerdasan emosional yang baik pada guru akan mampu memonitor dua hal tersebut, kemudian menggunakan informasi itu untuk membimbing pikiran dan tindakannya (Salovey, 1990).

Menurut Goleman (2002:512), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan intelegensi, menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial

Ruang lingkup kecerdasan emosional dapat dikategorikan ke dalam tiga hal, yaitu : (1) kesadaran emosi, (2) memotivasi diri, dan (3) mengenal hasrat orang lain.

(9)

420 Kecerdasan emosional mampu memberi kontribusi yang lebih besar terhadap diri seseorang untuk mampu mengatasi berbagai masalah kehidupan. Kecerdasan emosional merupakan bagian dari aspek kejiwaan seseorang yang paling mendalam dan merupakan suatu kekuatan hasil dari proses belajar. Guru dapat mengembangkan dan menerapkan kecerdasan emosional di sekolah melalui pembelajaran (Aunurrahman, 2013:110).

Guru dituntut dalam menjalankan tugasnya memiliki kemampuan mengendalikan, memahami, dan menerapkan kekuatan dan ketajaman emosinya sebagai sumber energi, infomasi, koneksi, dan pengaruh dalam mengelola sekolahnya sehingga akan memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, kecerdasan emosional guru yang baik akan berdampak pada peningkatan kinerja guru

Didapati pula, hasil analisis korelasi antara supervisi akademik kepala sekolah, kecerdasan emosional guru, dan kinerja guru diketahui nilai R = 0,810 atau 81%. Adapun, kategori/ interval koefisien sangat tinggi, karena berada pada interval koefisien 0,800 – 1,000. Pada hubungan ini diketahui Sig = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti hipotesis yang berbunyi “Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara supervisi akademik kepala sekolah, kecerdasan emosional guru, dengan kinerja guru Sekolah Menengah Atas Negeri di Banjarmasin” di terima. Sehingga, dapat dikatakan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara supervisi akademik kepala sekolah, kecerdasan emosional guru, dan kinerja guru di Banjarmasin.

Supervisi akademik kepala sekolah dan kecerdasan emosional guru berpengaruh pada kinerja guru. Sergiovanni (1987:40) yang menyatakan salah satu tujuan dari supervisi akademik adalah untuk membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam memahami akademik, kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya dan menggunakan kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu

Mulyasa (2004: 98) menyatakan bahwa guru yang memiliki kinerja tinggi akan berusaha meningkatkan kompetensinya, baik dalam kaitannya dengan perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian sehingga diperoleh hasil yang optimal. Sahertian (2008:47) menambahkan guru yang betul-betul memiliki kinerja yang tinggi selalu berupaya mengembangkan kemampuan dirinya secara terus menerus.

(10)

421 Aunurrahman (2013:110) juga menambahkan adanya relasi dan saling mempengaruhi antara pemimpin yang mengarahkan guru, kematangan atau berkembangnya kecerdasan emosional guru dalam pelaksaan pembelajaran terhadap pelaksanaan tugas guru. Sahertian (2008:47) yang menyatakan bahwa guru yang betul-betul memiliki kinerja yag tinggi selalu berupaya mengembangkan kemampuan dirinya secara terus menerus. Kemampuan kepala sekolah dalam melakukan pengarahan supervisi akademik dengan perkembangan kecerdasan emosional guru sebagai faktor penentu peningkatan kinerja guru.

SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan dari supervisi akademik kepala sekolah terhadap kinerja guru Sekolah Menengah Atas Negeri di Banjarmasin. Hal ini dapat diartikan apabila semakin baik supervisi akademik kepala sekolah maka kinerja guru meningkat, (2) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan dari supervisi akademik kepala sekolah terhadap kecedasan emosional guru Sekolah Menengah Atas Negeri di Banjarmasin. Hal ini dapat diartikan apabila semakin baik supervisi akademik kepala sekolah maka kecerdasan emosional guru semakin baik, (3) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan dari kecerdasan emosional guru terhadap kinerja guru Sekolah Menengah Atas Negeri di Banjarmasin. Hal ini dapat diartikan apabila semakin baik kecerdasan emosional guru maka kinerja guru meningkat, (4) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan dari supervisi akademik kepala sekolah, dan kecerdasan emosional guru terhadap kinerja guru Sekolah Menengah Atas Negeri di Banjarmasin. Hal ini dapat diartikan bahwa jika supervisi akademik kepala sekolah semakin baik, kecerdasan emosional guru semakin baik dalam melaksanakan tugasnya maka maka kinerja guru meningkat.

Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan sebagai berikut: (1) Bagi Dinas Pendidikan, khususnya Dinas Pendidikan Banjarmasin diharapkan dapat terus meningkatkan pelayanan pendidikan dan kontribusi dalam bentuk perhatian dan dukungan baik moril maupun

(11)

422 materil agar tercipta lulusan yang berkualitas, tenaga pendidik yang profesional, dan kepemimpinan kepala yang menunjang pelaksanaan pendidikan. (2) Bagi pengawas, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan pembinaan dan pendampingan kepada kepala sekolah dan guru agar dapat terus meningkatkan supervise akademik kepala sekolah, kecerdasan guru agar berdampak pada peningkatan kinerja guru secara terus menerus di Sekolah Menengah Atas Negeri Banjarmasi. (3) Bagi kepala sekolah, diharapkan dapat dipergunakan sebagai masukan dalam rangka pengelolaan dan pembinaan untuk dapat terus mendorong, mengarahkan dan menggerakkan guru untuk meningkatkan kinerja guru sekolah Menengah Atas Negeri Banjarmasin dengan melakukan pembinaan. (3) Bagi guru yang bersangkutan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran sebagai tenaga pendidik yang profesional agar dapat terus melakukan upaya yang mendukung terciptanya kinerja guru yang baik dan profesional baik dengan mengikuti pelatihan maupun hal- hal yang menunjang. (4) Bagi para orang tua, tokoh masyarakat, dan semua pihak yang terkait dengan masalah pendidikan dapat menjadi bahan rujukan dalam usaha peningkatan sekolah. (5) Bagi peneliti selanjutnya dibidang ini disarankan untuk melakukan penelitian yang. serupa pada objek yang berbeda dengan variabel lainnya yang dapat mempengaruhi kinerja guru. Selain itu disarankan untuk mengadakan penelitian lanjutan dengan pendekatan kualitatif atau dengan menggunakan kajian teoritis yang lain.

DAFTAR RUJUKAN

Aqib,

z

. 2002. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendekia.

Aqib, dkk. 2007. Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah. Bandung: CV. Yrama Widya.

Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar Supervisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Arikunto, S. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara Asmani, J. 2012. Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah. Jogjakarta: Diva Press Aunurrahman. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

(12)

423 Burhanuddin, dkk. 2007. Supervisi Pendidikan dan Pengajaran: Konsep, Pendekatan, dan Penerapan

Pembinaan Profesional. Malang: Rosindo. Edisi Revisi.

Depdiknas. 2000. Panduan Manajemen Sekolah. Jakarta: Depdiknas.

Gibson. 1987. Organisasi : Perilaku, Struktur, Proses, Edisi Kelima, Jilid 1, Terjemahan Djarkasih. Jakarta: Erlangga.

Glickman, C.D. 1981. Development Supervision: Alternative Practices or Helping Teachers Improve

Instruction. Virginia: ASCD

Glickman, C.D. Gordon. 1990. Supervision of Instruction: A Development Approach. Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon

Goleman, D. 2007. Emotional Intelligence. Terjemahan T. Hermaya. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Hamalik, O. 2003. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara Hasibuan, M. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara

Hasibuan, M. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

House, R. 1974. The Politics Educational Innovation. Berkley California: Mc Cutchan Publishing Corporation

Hoy, W dan Miskel, C. 2008. Educational Adminitration: Teory, Research, and Practice. New York: McGraw- Hill Companies, Inc

Mulyasa, E. 2004. Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan). Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. 2012. Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara Nawawi, H. 2006. Evaluasi Kinerja dan Pengawasan. Yogyakarta: Gadjah Mada Offset.

Nurdin, M. 2004. Kiat Menjadi Guru Profesional. Jogyakarta: Prismasophie Oliva, Peter, F. 2007. Supervision for Today’s School.New York. Longman

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala sekolah/madrasah

(13)

424 Purwanto, M. 2012. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. PT. Remaja Rosyda Karya.Cet

Ke-18.Bandung.

Rohiat. 2008. Kecerdasan Emosional Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung: PT Refika Aidtama.

Sahertian, P. 2002. Profil Pendidik Profesional. Yogyakarta : Andi Ofset.

Salovey, P dan John, D. 1990. Emotional Intelligence. Journal of University of New Hampshire. Baywood Publishing Co., Inc.

Sastrohadiwiryo, B. 2002. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administrasi dan

Operasional. Jakarta : Bumi Aksara.

Sudjana. 2008. Supervisi Akademik. Jakarta: Bina Mitra

Sugiyono.2003. Metode Penelitian Pendidikan . Bandung: Alfabita Suprayekti. 2003. Interaksi Belajar Mangajar. Jakarta. Depdiknas.

Thomas, J. 1989. Moral Leadership. Getting To The Heart of School Improvement. San Fransisco: Jossey-Bass

Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian tersebut maka perlu untuk mengerti apakah praktik akuntansi yang konservatif akan mempengaruhi nilai wajar perusahaan atau sebaliknya, dan

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan atau pembayaran kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk

Dari hasil kutipan wawancara dengan partisipan didapatkan bahwa orang tua dan mertua partisipan yang tidak mendukung pemberian ASI eksklusif dapat membuat ibu hilang percaya

Pencarian makna hidup meliputi kemauan responden untuk menemukan arti dalam hidup melalui aspek-aspek sumber menemukan makna hidup (Frankl, 2004). Responden dalam

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh market timing ability , stock selection skill, expense ratio dan tingkat risiko terhadap kinerja reksa dana saham di

Buku T ematik T erpadu Kurikulum 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2013. Buku T ematik T erpadu

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang Nomor 18 Tahun 1981 tentang Pemeriksaan dan Pemasangan Label Pada Alat

Berbeda dengan pembeli lelang yang dilakukan berdasarkan parate eksekusi (Pasal 6 jo Pasal 20 ayat 1 huruf a Undang-Undang No. 4 Talum 1996 Tentang Hak Tanggungan), apabila