• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian..."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Kronis ... 8

2.1.1 Definisi Penyakit Kronis ……...….. ………. . 8

2.1.2 Epidemiologi Penyakit Kronis ... 8

2.1.3 Jenis-Jenis Penyakit Kronis ... 9

2.1.4 Fase-Fase Penyakit Kronis ... 11

2.1.5 Faktor Risiko Penyakit Kronis ... 13

(2)

2.2 Telepon Sehat ... 19

2.2.1 Definisi Telepon Sehat ... 19

2.2.2 Manfaat Telepon Sehat ... 20

2.2.3 Cara Pemanfaatan Telepon Sehat ... 22

2.3 Perilaku Sehat ... 22

2.3.1 Definisi Perilaku Sehat ... 22

2.2.2 Jenis-Jenis Perilaku Sehat ... 23

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sehat ... 24

2.3.4 Pengukuran Perilaku Sehat ... 25

2.3.5 Pengaruh Telepon Sehat terhadap Perilaku Sehat ... 25

BAB III KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konseptual ... 28

3.1.1 Penjelasan Kerangka Konseptual ... 29

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 29

3.2.1 Variabel Penelitian ... 29

3.2.2 Definisi Operasional ... 30

3.2.3 Hipotesis Penelitian ... 31

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian ... 32

4.2 Kerangka Kerja ... 33

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

4.3.1 Tempat Penelitian ... 34

4.3.2 Waktu Penelitian ... 34

4.4 Populasi, Teknik Sampling Penelitian dan Sampel ... 34

4.4.1 Populasi Penelitian ... 34

4.4.2 Teknik Sampling ... 34

4.4.3 Sampel Penelitian ... 35

4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 36

4.4.1 Jenis Data yang di Kumppulkan ... 36

4.4.2 Cara Pengumpulan Data ... 36

(3)

4.4.1 Etik Penelitian ... 38

4.6 Pengolahan Data dan Analisis Data ... 40

4.6.1 Pengolahan Data ... 40

4.6.2 Analisis Data ... 41

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 57

5.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian ... 57

5.1.2 Karakteristik Sampel Penelitian ... 58

5.1.3 Identifikasi Perilaku Sehat Sebelum dan Sesudah dilakukan Telepon Sehat pada Sampel Penelitian ... 59

5.1.4 Hasil Analisis Pengaruh Telepon Sehat terhadap Perilaku Sehat ... 59

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 60

5.2.1 Karakteristik Sampel Penelitian ... 60

5.2.2 Perilaku Sehat Sebelum dilakukan Telepon Sehat ... 62

5.2.3 Perilaku Sehat Setelah dilakukan Telepon Sehat ... 63

5.2.4 Pengaruh Telepon Sehat terhadap Perilaku Sehat pada Individu yang Berisiko Penyakit Kronis ... 65

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 68 BAB 6 PENUTUP 6.1 Simpulan ... 69 6.2 Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(4)

ABSTRAK

Penyakit kronis merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat secara global, nasional, regional, dan lokal. Chronic Desease Center meluncurkan strategi pencegahan penyakit kronis dengan salah satu strateginya yaitu pengurangan faktor risiko penyakit kronis yang dapat dimodifikasi. Salah satu cara pengurangan faktor risiko penyakit kronis yaitu dengan cara menjalankan perilaku sehat. Perubahan perilaku sehat dapat dilakukan dengan menjalankan strategi telepon sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh telepon sehat terhadap perilaku sehat pada individu yang berisiko penyakit kronis. Penelitian ini merupakan penelitian pre-experimental dengan desain one group sample pre-post. Sampel terdiri dari 40 orang yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Data perilaku sehat dikumpulkan dengan kuesioner perilaku sehat sebelum dan setelah dilakukan telepon sehat sebanyak dua kali telepon dan satu kali pesan singkat selama tiga minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata perilaku sehat sebelum dilakukan telepon sehat adalah 30,05 dan setelah dilakukan telepon sehat adalah 37,00. Hasil analisis menggunakan paired sample T-test menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara perilaku sehat sehat pretest dan perilaku sehat posttest (p=0,000<0,05). Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh intervensi telepon sehat terhadap perilaku sehat pada individu yang berisiko penyakit kronis. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan untuk memanfaatkan teknologi telekomunikasi sebagai media dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Kata kunci: Penyakit Kronis, Telepon Sehat, Perilaku Sehat

(5)

ABSTRACT

Chronic illness is one of the global public, national, regional, and local health problems. Chronic Disease Center launched a chronic disease prevention strategy with one of its strategies of reducing chronic disease risk factors that can be modified. One way to reduce the risk factors for chronic diseases is to run a healthy behavior. The changes in healthy behavior can be done by running a telehealth strategy. This research aims to determine the effect of telehealth on healthy behavior in individuals at risk of chronic diseases. This is pre-experimental research with one group sample pre-post design. The sample consists of 40 people which were selected by using purposive sampling technique. Healthy behavior data were collected with a healthy behavior questionnaire before and after a telehealth called of two calls and one short message for three weeks. The results showed that the average of healthy behavior before doing the healthy phone was 30.05 and after doing a healthy phone call was 37.00. The result of the analysis using paired sample T-test showed a significant difference between pretest healthy behavior and posttest healthy behavior (p = 0,000 <0,05). It can be concluded that there is an effect of telehealth intervention on healthy behavior in individuals at risk of chronic disease. Based on the results of the study, researchers suggest to use a technology telecomunication as a medium in providing health services to the community.

Keywords: Chronic Disease, Telehealth, Healthy Behavior

(6)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Penyakit kronis atau Penyakit Tidak Menular (PTM) atau Noncommunicable Diseases (NCDs) adalah suatu kondisi yang mempengaruhi satu atau lebih fungsi organ tubuh dan menyebabkan sebagian besar keterbatasan aktivitas sehari-hari (Foster & Bolton, 2010). Penyakit kronis adalah kondisi sakit yang tidak ditularkan dari orang ke orang dan terjadi dalam waktu yang lama serta perkembangan penyakitnya lambat (World Health Organization, 2016). Penyakit tidak menular terdiri dari penyakit jantung, kanker, diabetes dan penyakit paru-paru kronis (WHO, 2010).

Penyakit kronis sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat secara global, nasional, regional, dan lokal. Penyakit kronis saat ini menjadi penyebab utama kematian global (WHO, 2010). Global status report on NCD World Health Organization (WHO) tahun 2010 melaporkan bahwa 60% penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena penyakit kronis. Penyakit kronis menyebabkan 29% kematian dari seluruh kematian yang terjadi pada orang-orang yang berusian 60 tahun di negara-negara dengan tingkat ekonomi menengah kebawah, sedangkan di negara-negara maju penyakit kronis menyebabkan 13% kematian. Data WHO (2009) menyebutkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya di sebabkan oleh penyakit kronis.

Profil kesehatan wilayah Indonesia menurut WHO (2011) menjelaskan bahwa pravelensi penyakit kronis di Indonesia masih tinggi sekitar 63,6% dari keseluruhan penyakit. Cardiovaskular desease menduduki peringkat pertama sebesar 30%, kemudian kanker 13%, penyakit pernafasan sebesar 7%, dan diabetes sebesar 3%. Pravelensi hipertensi tahun 2007 7,6%, pravelensi stroke 8,3%, dan pravelensi diabetes 1,1% pada tahun 2007. Tahun 2013 pravelensi hipertensi 9,5%, penyakit stroke 12,1% dan penyakit diabetes 2,1%. Data tersebut

(7)

menggambarkan bahwa pravelensi penyakit kronis di Indonesia cenderung meningkat (Riset Kesehatan Dasar, 2013).

WHO menyebutkan bahwa penyakit kronis memiliki dua faktor risiko, yaitu faktor risiko yang tidak dapat di modifikasi dan yang dapat di modifikasi. Contoh dari faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah usia, jenis kelamin dan riwayat keluarga (Souza, Borges, Silva & Freitas, 2014). Faktor risiko yang dapat di modifikasi yaitu penggunaan tembakau, pola makan yang kurang baik, kurangnya aktivitas fisik, konsumsi alkohol yang berlebih, tekanan darah yang tidak terkontrol, kurangnya control stres dan hyperlipidemia (Bauer, Peter, Goodman & Bowman, 2014). Menurut World Health Organization (2010) penyakit kronis lebih cenderung diakibatkan oleh empat gaya hidup yang kurang sehat yaitu diet yang tidak sehat, konsumsi alcohol dan merokok, pola aktifitas yang belum memadai serta kurangnya management stress pada individu.

Seorang individu dengan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, terutama yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit kronis akan memiliki peluang lebih besar menderita penyakit kronis daripada yang tidak memiliki riwayat keluaraga dengan penyakit kronis (Scheuner, McNeel, & Freedman, 2010). Menurunkan risiko menderita penyakit kronis pada individu berisiko dilakukan dengan pengendalian faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi merupakan hal yang dapat meningkatkan secara signifikan peluang individu berisiko untuk menderita penyakit kronis (WHO, 2016). Pengendalian faktor risiko merupakan salah satu bagian dari pencegahan penyakit kronis (WHO, 2012)

Pencegahan merupakan hal yang sangat efektif yang harus dilakukan secara komprehensif pada berbagai sektor dan melibatkan partisipasi seluruh pihak (Mendis, 2010 ; Bonita et al., 2013). Pencegahan penyakit kronis dapat dilakukan dalam berbagai tingkatan diantaranya pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier. Chronic Desease Center meluncurkan strategi pencegahan penyakit kronis melalui 4 domain dalam New York State Department Of Health (2013). Empat domain utama pencegahan tersebut meliputi

(8)

epidemiologi dan pengawasan; pendekatan lingkungan yang dapat mempromosikan kesehatan dan dukungan serta memperkuat perilaku sehat; sistem layanan kesehatan yang dapat meningkatkan keefektifan pencegahan, pengurangan faktor risiko, pendeteksian penyakit secara dini serta pencegahan komplikasi; dan peningkatan program di komunitas terkait dukungan dan penyediaan layanan kesehatan dalam pengelolaan kondisi kronis. Seperti yang sudah dijabarkan sebelumnya mengenai pencegahan penyakit kronis, salah satu pencegahan awal yang mudah dilakukan kepada masyarakat adalah pencegahan primer. Pencegahan yang masuk ke dalam domain pendekatan lingkungan untuk mempromosikan kesehatan dan perilaku sehat.

Perilaku sehat dan gaya hidup diidentifikasi sebagai factor utama yang mempengaruhi aspek kesehatan manusia. Perilaku sehat menurut Skinner adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman dan lingkungan (Notoadmojo, 2010). Menurut Sarwono dan Solita (2007) perilaku kesehatan merupakan segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan. Dapat disimpulkan bahwa perilaku sehat adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan serta pemeliharaan kesehatan. Perilaku sehat sangat mempengaruhi kesehatan individu. Perilaku dan gaya hidup tidak sehat mempunyai pengaruh signifikan terhadap penyakit kronis. Strategi yang tepat sangat di perlukan untuk mempromosikan gaya hidup sehat dan pencegahan penyakit harus di tingkatkan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat (Chan, et al, 2015).

Pola kesehatan dan perilaku sehat tergantung pada pemahaman seorang individu. Maka untuk memberikan pemahaman pada individu mengenai kesehatan dan perilaku sehat, perlu dilakukan pemberian pengetahuan mengenai kesehatan. Pemberian pengetahuan mengenai kesehatan dapat dilakukan melalui pendidikan kesehatan. Perilaku sehat dan pendidikan kesehatan sangat berhubungan erat (Glanz, Barbara & Rimer, 2008). Perilaku sehat dapat dilakukan apabila seorang

(9)

individu sudah mendapatkan sebuah pendidikan kesehatan terkait perilaku sehat. Pendidikan kesehatan merupakan pemberian pengetahuan, pembentukan persepsi, tujuan, dan prilaku mengenai kesehatan yang diberikan tidak hanya untuk individu dan keluarganya namun untuk institusi dan lingkungan sosial guna memfasilitasi seorang individu dalam meningkatkan status kesehatan yang optimum (Glanz, et al., 2008).

Pemberian pendidikan kesehatan kepada masyarakat dapat dilakukan melalui media sosial, media cetak dan saat ini mulai dikembangkan pemberian pendidikan kesehatan melalui media telekomunikasi. Saat ini pemerintah sedang menggencarkan system informasi kesehatan melalui media telekomunikasi (Agus & Okti, 2008). Pemberian pelayanan kesehatan yang termasuk di dalamnya pendidikan kesehatan dapat dilakukan melalui media telekomunikasi. Pemberian pendidikan kesehatan melalui media telekomunikasi yang dimaksud yakni telepon sehat.

Telepon sehat atau telehealth adalah pemanfaatan teknologi berbasis telekomunikasi untuk memberikan pelayanan kesehatan meliputi pemberian pendidikan kesehatan, perawatan medis serta kesehatan masyarakat (Telehealth Start-Up And Resource Guide, 2014). Telepon sehat dimanfaatkan dalam monitoring kondisi klien, pencegahan dan pemberian pendidikan yang melibatkan teknologi telekomunikasi. Telepon sehat memiliki pengertian dan cakupan tujuan yang lebih luas. Telepon sehat dapat melayani pelayanan medis dan non medis termasuk di dalamnya pendidikan kesehatan serta pelatihan/telecoaching (America Hospital Association, 2015).

Penelitian penerapan telepon sehat dalam bidang kesehatan sudah banyak dilakukan dengan hasil yang menyatakan bahwa telepon sehat memiliki nilai efektifitas yang signifikan. Hasil penelitian didapatkan bahwa penggunaan telepon sehat sangat efektif dalam pemberian intervensi untuk meningkatkan perubahan prilaku sehat pada individu dengan diabetes (Young, et al., 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Prapti, Nurhesti, Tirtayasa dan Damayanti (2015) menyatakan bahwa telepon sehat dengan metode telepon dan sms dapat meningkatkan

(10)

manajemen diri pada pasien dengan penyakit kronis. Hal yang sama juga di nyatakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Nurhesti dan Kamayani (2015) bahwa telepon sehat dapat meningkatkan kemampuan manajemen dan kontrol diri pasien dengan penyakit kronis. Hasil penelitian Gellis, Kenaley, McGinty, Bardelli, Davitt, dan Ten Have (2012) menyebutkan bahwa penggunaan telepon sehat dapat mengefesienkan dan mengefektifkan pemberian perawatan kesehatan terpadu yang sistematis kepada lansia di rumah. Terutama bagi lansia yang memiliki hambatan akses ke pelayanan kesehatan. Penelitian tersebut merujuk pada pemanfaatan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi dalam bidang kesehatan. Teknologi telekomunikasi memungkinkan seorang individu untuk berkomunikasi dan bertukar informasi. Ditambah dengan kebutuhan akan akses pelayanan kesehatan, kualitas pelayanan dan efektifitas biaya diberbagai negara, semakin memperkuat pengembangan dan dorongan dalam menerapkan pelayanan kesehatan berbasis media telekomunikasi dengan telepon sehat.

Indonesia saat ini sangat memungkinkan untuk menerapkan telepon sehat. Mengingat Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang membutuhkan pelayanan kesehatan yang efektif, efisien serta terjangkau dari segi akses dan biaya. Selain itu, pengaplikasian telepon sehat di Indonesia sangat memungkinkan karena Departemen Kesehatan sedang menggencarkan program Sistem Informai Kesehatan Nasional (SIKNAS) (Agus & Okti, 2008). Penerapan telepon sehat diharapkan mampu menjangkau masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam akses pelayanan kesehatan dan biaya kesehatan.

Provinsi Bali, dalam profil kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2013 disebutkan bahwa hipertensi sebagai salah satu penyakit degenerative berada dalam peringkat ke-4 dalam daftar 10 pola besar penyakit pasien di puskesmas. Gambaran data tersebut dapat dilihat bahwa pravelensi penyakit kronis di Bali masih tinggi. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas III Denpasar Selatan, seluruh anak kandung pasien dengan penyakit kronik yang datang berobat ke puskesmas III Denpasar Selatan memiliki dan mampu berkomunikasi dengan menggunakan telepon. Enam dari sepuluh anak kandung pasien belum

(11)

mengetahui pencegahan faktor risiko penyakit kronis yang mungkin muncul pada pasien.

Berdasarkan uraian diatas didapatkan bahwa penyakit kronis merupakan penyakit yang dapat dicegah. Pencegahan penyakit kronis pada keluarga yang memiliki riwayat penyakit kronis dapat dilakukan dengan pengendalian faktor risiko. Pengendalian faktor risiko dapat dilakukan dengan pemberian pengetahuan mengenai perilaku sehat sebagai bentuk pengendalian faktor risiko penyakit. Pemberian pengetahuan dapat dilakukan melalui berbagai media yang salah satunya melalui media telekomunikasi yaitu telepon sehat. Melihat banyaknya penelitian pemanfaatan telepon sehat yang terbukti efektif, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Telepon Sehat Terhadap Perilaku Sehat Untuk Pencegahan Penyakit Kronis di Wilayah Kerja Puskesmas III Denpasar Selatan“.

1.2 Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Apakah ada pengaruh telepon sehat terhadap perilaku sehat untuk individu yang berisiko penyakit kronis di wilayah kerja Puskesmas III Denpasar Selatan?”

1.3 Tujuan Penelitian.

1.3.1 Tujuan Umum.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisa apakah telepon sehat memiliki pengaruh terhadap sehat untuk individu yang berisiko penyakit kronis di wilayah kerja Puskesmas III Denpasar Selatan.

(12)

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

a. Mengidentifikasi perilaku sehat sebelum dilakukan telepon sehat. b. Mengidentifikasi perilaku sehat setelah dilakukan telepon sehat.

c. Menganalisis pengaruh telepon sehat terhadap perilaku sehat untuk untuk individu yang berisiko penyakit kronis di wilayah kerja Puskesmas III Denpasar Selatan

1.4 Manfaat Penelitian.

1.4.1 Manfaat Teoritis. a. Bagi institusi Pendidikan.

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan ilmu pengetahuan terutama di bidang medikal bedah mengenai pencegahan penyakit kronis dengan perilaku sehat melalui pemanfaatan teknologi telekomunikasi.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya.

Penelitian ini bisa dijadikan dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan teknologi telekomunikasi melalui telepon sehat dalam bidang kesehatan.

1.4.2 Manfaat Praktis.

a. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi pedoman dalam pencegahan penyakit kronis dengan pemanfaatan teknologi telekomunikasi melalui telepon sehat.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian promosi jabatan yang ada di Giant Ekstra nangka Pekanbaru tergolong dalam kategori baik, namun begitu kesempatan promosi jabatan yang

Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan adalah ketentuan yang berisi kegiatan dan penggunaan lahan yang diperbolehkan, kegiatan dan penggunaan lahan yang bersyarat secara

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata : “Perselisihan itu tercela dari dua sisi, terkadang sebabnya adalah niat yang jelek dikarenakan di dalam jiwanya ada

Dalam kepekaan mengenali gejala anak, didapatkan tiga informan mulai menyadari adanya keanehan pada kemampuan komunikasi dan perilaku anak pada usia kurang dari 2 tahun,

Maksud dan tujuan penyusunan Tugas Akhir ini adalah untuk mengevaluasi tarif tol berdasarkan Biaya Operasi Kendaraan ( BOK ) ketiga bagian jalan tol, yaitu Seksi A, Seksi B, Seksi

Kesimpulan dalam pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakn dalam kegiatan KKN UNNES BMC berupa pendampingan belajar bagi anak sekolah yang dilakukan dengan metode

Hasil karakterisasi spektra inframereh (IR) zeolit alam nonaktivasi dan teraktivasi yang digunakan dalam proses pemurnian garam dapur sebelum rekristalisasi disajikan pada Gambar

Fungsi manajemen yang dapat diterapkan di dalam pengelolaan perpustakaan madrasah salah satunya adalah fungsi yang dikemukakan oleh Iskandar (2016:11-39)