• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dapat meningkatkan perekonomian di negaranya masing-masing, dimana bagi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dapat meningkatkan perekonomian di negaranya masing-masing, dimana bagi"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori dan Konsepsi

2.1.1 Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah proses jual beli baik berupa barang

maupun jasa yang dilakukan antar satu negara dengan negara lainnya.

Perdagangan internasional ini sangatlah menguntungkan kedua belah pihak karena

dapat meningkatkan perekonomian di negaranya masing-masing, dimana bagi

negara yang menjual barang atau jasa keluar negeri (export) akan dapat

menambah devisa negaranya selain itu juga dapat menjual barang lebih tinggi

dibandingkan menjualnya di dalam negeri dan bagi negara yang membeli barang

keluar negeri (import) akan dapat memenuhi kebutuhan di negaranya tersebut.

Perdagangan luar negeri diakibatkan oleh adanya perbedaan kebutuhan

dan hasil produksi di setiap negara. Menurut Boediono (2012:1) ekonomi

internasional mempelajari tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan

hubungan ekonomi yang mencakup tiga bentuk hubungan yang berbeda, yaitu:

1) Hubungan ekonomi yang berupa hasil atau output negara satu dengan

negara lainnya. Misalnya negara Indonesia yang mengekspor minyak,

kayu, karet, dan Indonesia juga mengimpor beras, gandum, bahan plastik,

benang dan lain sebagainya. Hubungan ini terbentuk karena adanya

perbedaan hasil produksi dari satu negara dengan negara lain demi

(2)

12

2) Hubungan ekonomi yang berupa pertukaran sarana produksi (faktor

produksi). Faktor-faktor produksi adalah tenaga kerja, modal, dan

teknologi. Faktor produksi ini dapat mengalir dari satu negara ke negara

lain karena berbagai sebab, salah satunya karena adanya perbedaan upah

yang dibayarkan untuk tenaga kerja. Menurut teori migrasi tenaga kerja,

dimana tingkat upah tinggi maka kearah sana tenaga kerja melakukan

perpindahan, sehingga keinginan tenaga kerja untuk mendapatkan upah

yang lebih tinggi lah yang menyebabkan terjadi hubungan ekonomi.

3) Hubungan ekonomi yang dilihat dari segi konsekuensinya terhadap posisi

utang piutang. Hubungan utang-piutang ini terbentuk karena adanya

konsekuensi dari hubungan perdagangan dan hubungan faktor produksi.

Suatu negara yang memiliki utang diluar negeri akan membentuk

hubungan ekonomi antar negara tersebut.

Teori-teori perdagangan internasional terdiri atas teori pra-klasik, teori

klasik dan teori modern.

1) Teori Pra-Klasik (Merkantilis)

Teori perdagangan internasional pertama kali muncul dari ajaran

merkantilis pada abad ke 16 dan 17. Merkantilis adalah kaum yang sangat

menyukai perdagangan. Menurut kaum merkantilis, kemakmuran suatu negara

tercermin dari surplus perdagangan negara tersebut (Rahardja, Manurung,

2008:75). Tujuan utama kaum merkantilis adalah mendapatkan kemajuan dari

ekspor dan mengumpulkan logam mulia sebanyak-banyaknya sebagai ukuran

(3)

13

dengan adanya intervensi maka merkantilis berkeyakinan bahwa perekonomian

akan dapat maju karena pemerintah dapat mengurangi impor barang yang datang

dari negara lain sehingga nilai ekspor akan lebih tinggi dibandingkan dengan

jumlah impor. Selain adanya intervensi, merkantilis juga menyukai monopoli

karena dengan adanya monopoli oleh produsen dalam negeri, maka produsen

dalam negeri dapat bersaing dengan barang-barang yang datang dari luar negeri.

Tetapi dampak buruknya terhadap masyarakat adalah masyarakat harus membeli

barang dalam negeri yang jauh lebih mahal dibandingkan barang yang diimpor

dari luar negeri.

2) Teori Klasik

(1) Teori Keunggulan Mutlak (Absolute Advantage)

Teori keunggulan mutlak dikembang oleh Adam Smith pada tahun 1776

yang menyatakan bahwa bukanlah pemerintah yang mengatur perekonomian

tetapi ekonomi pasar (market economy) dan tangan tak kentara (invisible hands)

yang menentukan ekspor dan impor di suatu negara. Kaum klasik sebelum David

Ricardo berpendapat bahwa suatu negara mengekspor barang tertentu karena

negara tersebut bisa menghasilkan barang yang sama dengan harga yang lebih

murah dibandingkan dengan negara lain karena negara tersebut mempunyai

keunggulan mutlak dalam produksi barang tersebut (Boediono, 2012:20).

(2) Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage)

Teori keunggulan komparatif adalah teori yang menyatakan bahwa suatu

negara akan menghasilkan beberapa barang yang kemudian akan mengekspor

(4)

14

mengimpor barang yang memiliki comparative disadvantage yaitu suatu barang

yang memiliki harga yang lebih rendah jika diimpor dibandingkan di produksi

didalam negeri.

Apabila suatu negara memiliki keunggulan mutlak untuk semua barang

yang diproduksinya maka negara tersebut tidak sepenuhnya mengekspor barang

tanpa ada mengimpor barang, karena menurut David Ricardo teori yang berlaku

adalah teori keunggulan komparatif (comparative advantage) dimana suatu negara

hanya akan mengekspor barang yang mempunyai keunggulan komparatif tinggi,

dan mengimpor barang yang mempunyai komparatif rendah dari barang-barang

yang diproduksi lainnya (Boediono, 2012:21).

3) Teori Modern

(1) Teori Heckscher–Ohlin (Teori H-O)

Eli Heckscher dan Bertil Ohlin mengemukakan sebuah teori perdagangan

internasional sebagai kritik dari teori yang dikeluarkan oleh David Ricardo dalam

Teori Klasik. Teori H-O menjelaskan sebuah model yang memperhatikan aspek

kepemilikan suatu faktor produksi (factor endowment) yang bisa menimbulkan

perbedaan dalam keunggulan komparatif dan selanjutnya menimbulkan suatu

perdagangan. Menurut Boediono (2012-59) ada beberapa asumsi didalam model

ini, yaitu adanya dua negara yang memiliki jumlah faktor produksi yang berbeda,

adanya dua faktor produksi yaitu tenaga kerja dan modal, dan adanya dua barang

yang memiliki kepadatan faktor produksi yang tidak sama. Analisis dalam hal ini

dilakukan dengan menggunakan kurva isocost dan isoquant. Hasil dari analisis

(5)

15

dilakukan oleh kedua negara tersebut berdasarkan proporsi jenis faktor produksi

yang dimilikinya. Misalnya antara negara Korea Selatan dan Indonesia melakukan

perdagangan produk sepatu dan televisi.

Indonesia yang memiliki banyak tenaga kerja namum memiliki modal

yang sedikit akan mengekspor barang-barang yang bersifat labor intensive

(sepatu) dan Korea Selatan yang berlimpah akan barang modal sehingga

cenderung untuk mengekspor barang-barang yang bersifat capital insentive

(televisi).

Gambar 2.1 Kurva Isocost Dua Jenis Produk pada Dua Negara

Sumber: Darwanto (2013)

Sehingga dalam kasus di atas, setiap negara melakukan spesialisasi dalam

memproduksi suatu barang menurut kepemilikan dari faktor produksi yang

dimiliki oleh setiap negara.

2.1.2 Teori Impor

Impor adalah kegiatan pembelian barang dari negara lain demi pemenuhan

kebutuhan didalam negeri. Dalam model ekonomi terbuka, impor merupakan

kebocoran dari pendapatan karena menimbulkan aliran uang ke luar negeri dan

TK TK

75 Isocost $900 Isocost $900 Isocost $800 Isocost $800

(6)

16

menyebabkan devisa negara menjadi berkurang. Fungsi impor dapat digambarkan

sebagai berikut:

Konsep yang berhubungan dengan fungsi impor adalah average propensity

to impor (APM) dan marginal propensity to impor (MPM). APM adalah proporsi

pendapatan yang digunakan untuk membeli barang impor dengan rumus

matematisnya adalah APM = M/Y sedangkan MPM adalah proporsi dari

perubahan pendapatan yang digunakan untuk merubah impor dengan rumus

matematisnya adalah MPM = ∆M/∆Y.

Impor tidak hanya dipengaruhi oleh pendapatan suatu negara tetapi juga

dipengaruhi oleh faktor lain yaitu adanya daya saing antar satu negara dengan

negara lain, adanya selera dari masyarakat, dan karena adanya perbedaan harga di

dalam negeri dengan diluar negeri yang jauh lebih murah. Perubahan faktor-faktor

inilah dapat menggeser fungsi dari impor itu sendiri. Selain itu impor terjadi

karena adanya kelangkangan suatu barang didalam negeri yang mendorong

pemerintah untuk membuat keputusan mengimpor barang dari luar negeri dan Gambar 2.2 Fungsi Impor

Impor (M)

M (fungsi Impor)

∆M

∆Y Y

(7)

17

adanya ketidakmampuan masyarakat untuk membeli barang didalam negeri

karena harganya yang jauh lebih mahal dibandingkan dengan luar negeri.

2.1.3 Konsepsi Produk Domestik Bruto

Salah satu indikator penting pertumbuhan ekonomi adalah Produk

Domestik Bruto (PDB) yang merupakan salah satu cara didalam menentukan

kondisi perekonomian suatu negara. PDB pada dasarnya adalah jumlah nilai

tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu atau

dapat juga dikatakan dengan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan

oleh seluruh unit ekonomi. PDB adalah hasil dari produksi barang-barang dengan

jasa-jasa dan perusahaan serta barang dan jasa asing yang ada di suatu negara

bersangkutan (Acc Prataditeja dalam Hastuti 2008). PDB menghitung nilai barang

serta jasa yang diproduksi di wilayah suatu negara tanpa membedakan

kewarganegaraan pada periode tertentu (Herlambang, 2001:22). PDB terdiri atas

dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan dimana dijelaskan sebagai

berikut:

1) PDB atas harga berlaku

PDB atas dasar harga berlaku atau PDB nominal menggambarkan nilai

tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku

pada setiap tahun.

2) PDB atas dasar harga konstan

PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa

tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun

(8)

18 2.1.4 Konsepsi Kurs Valuta Asing

Valuta asing atau yang lebih dikenal dengan foreign exchange adalah mata

uang asing yang menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara yang

dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain (Sukirno, 2012:397). Mata uang

asing adalah mata uang selain mata uang dalam negeri seperti Dollar Amerika

Serikat (USD), Dollar Singapore (SGD), Dollar Australia (AUD) dan mata uang

negara lainnya. Kurs atau nilai tukar adalah harga-harga dari mata uang luar

negeri (Dornbush et al. 2008). Nilai valuta asing mempunyai nilai yang

berbeda-beda dengan negara lain, nilai tersebut menakar berapa banyak suatu mata uang

harus ditukarkan untuk memperoleh satu unit mata uang negara lain.

Perbandingan pertukaran tersebut disebut dengan istilah foreign exchange rate

(kurs valuta asing).

Boediono (2012:102) menjabarkan 4 jenis sitem utama kurs valuta asing

yang berlaku yaitu kurs devisa tetap (fixed exchange rate), kurs devisa

mengambang (floating exchange rate), kurs merangkak (crawling peg) dan teori

paritas tenaga beli (purchasing power parity theory).

1) Kurs Devisa Tetap

Kurs devisa tetap (fixed exchange rate) adalah sitem standar emas penuh.

Harga setiap mata uang akan tetap apabila isi emas dari masing-masing mata uang

tidak mengalami perubahan. Dalam hal ini, pemerintah akan berusaha untuk

mempertahankan tingkat kurs mata uang tersebut dengan mata uang negara lain

(9)

19 2) Kurs Devisa Mengambang

Kurs devisa mengambang atau dengan kata lain dinamakan sebagai

floating exchange rate adalah suatu sistem dimana kurs satu mata uang dengan

mata uang lain dibiarkan bebas saling tarik menarik berdasarkan kekuatan pasar.

Keuntungan dari kurs devisa mengambang ini adalah tingkat kurs yang belaku

selalu sama dengan tingkat kurs keseimbangan dan dalam kurs ini tidak adanya

surplus ataupun defisit neraca karena bekerjanya pasar selalu bisa

menyeimbangkan jumlah devisa yang masuk dengan devisa yang keluar.

3) Crawling Peg

Kurs merangkak atau crawling peg adalah tingkat kurs yang ditentukan

oleh pemerintah dalam kurs tetap untuk melakukan perubahan sesuai dengan

perkembangan permintaan dan penawaran dalam jangka panjang, dan pemerintah

akan menaikkan tingkat kurs secara berkala untuk mecapai suatu nilai tertentu.

4) Teori Paritas Tenaga Beli

Teori ini memiliki kegunaan yaitu untuk membandingkan atau

menentukan apakah kurs resmi yang ditetapkan pemerintah adalah realistis atau

tidak. Kurs valuta asing dapat mengalami perubahan sewaktu-waktu karena

disebabkan oleh mekanisme pasar dari masing-masing negara. Perubahan dari

kurs valuta asing dipengaruhi oleh adanya permintaan dan penawaran valuta asing

tersebut. Permintaan dan penawaran valuta asing dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu

(10)

20 a) Pendapatan

Apabila pendapatan masyarakat di suatu negara meningkat maka, semakin

tinggi daya beli masyarakat untuk membeli barang impor sehingga volume impor

akan meningkat dan permintaan akan valuta asing juga mengalami peningkatan.

Hal ini menyebabkan kurs valuta asing akan mengalami peningkatan dan mata

uang dalam negeri akan mengalami penurunan.

b) Harga

Harga didalam negeri mengalami kenaikan maka masyarakat akan lebih

suka mengimpor barang karena harganya yang lebih murah sehingga volume

impor lebih banyak dibandingkan dengan volume ekspor yang menyebabkan

permintaan akan kurs valuta asing juga mengalami peningkatan.

c) Tingkat Suku Bunga

Tingkat suku bunga yang meningkat akan menstimulus investor asing

untuk menanamkan modal di Indonesia sehingga tingkat aliran modal asing akan

meningkat dan kurs dollar valuta asing akan mengalami penurunan dan mata uang

dalam negeri mengalami peningkatan seiring dengan menurunnya kurs valuta

asing.

Selain ketiga faktor di atas, permintaan dan penawaran kurs valuta asing

juga disebabkan oleh adanya keadaan politik dan psikologi suatu negara. Apabila

keadaan politik suatu negara tidak baik maka aliran dana keluar negeri akan

(11)

21 2.1.5 Teori Inflasi

Inflasi adalah kenaikan harga barang yang terjadi secara terus menerus.

Menurut Nanga dalam Wiguna dan Suresmiathi (2013), inflasi adalah suatu gejala

dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus menerus.

Terjadinya inflasi di suatu negara diakibatkan oleh banyaknya jumlah uang yang

beredar di masyarakat sehingga daya beli masyarakat akan meningkat dan

permintaan akan barang tersebut mengalami peningkatan sehingga harga

barang-barang tersebut akan mengalami peningkatan seiring meningkatnya permintaan

akan barang tersebut. Khan et al (2007) menemukan bahwa di Pakistan yang

menjadi faktor utama penyebab inflasi adalah faktor pengaruh inflasi tahun

sebelumnya atau adaptive expectations, kredit sektor swasta dan kenaikan harga

barang-barang impor. Sebaliknya pengaruh kebijakan fiskal pemerintah sangat

minim terhadap inflasi.

Inflasi bagi beberapa para ahli dianggap sebagai masalah pelik dalam

perekonomian. Fischer (1993), Barro (1996) dan Bruno and Easterly (1998)

menyimpulkan bahwa perekonomian akan menurun drastis saat inflasi yang

tinggi sedangkan perekonomian akan kembali naik saat inflasi menurun.

Namun, Mallik dan Chowdhury (2001), menemukan bahwa dalam

penelitiannya di empat Negara di Asia Selatan (India, Pakistan, Bangladesh,

dan Sri Lanka), dalam jangka panjang inflasi justru berpengaruh positif terhadap

GDP.

Sukirno (2012:333) menjelaskan terdapat tiga bentuk inflasi berdasarkan

(12)

22 1) Inflasi Tarikan Permintaan

Inflasi tarikan biaya ini biasanya terjadi pada negara yang mengalami

kemajuan perekonomian yang pesat. Kesempatan kerja yang tinggi akan

menambah pendapatan masyarakat sehingga menimbulkan pengeluaran yang

melebihi kemampuan ekonomi untuk memproduksi suatu barang dan jasa,

pengeluaran yang berlebihan inilah yang menyebabkan terjadinya inflasi. Selain

terjadi pada masa kemajuan perekonomian yang pesat, inflasi tarikan permintaan

juga dapat terjadi pada masa perang dan ketidakstabilan politik.

2) Inflasi Desakan Biaya

Inflasi ini juga terjadi pada perekonomian yang mengalami kemajuan yang

pesat ketika pengangguran sangat rendah. Apabila perusahaan mengalami

kenaikan permintaan yang berkelanjutan maka perusahaan tersebut akan

menambah produksinya dan mengeluarkan banyak biaya produksi untuk bayaran

tenaga kerja tambahan demi pemenuhan permintaan, langkah ini menyebabkan

kenaikan harga-harga di berbagai barang.

3) Inflasi Impor

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan barang-barang impor yang

mempunyai peranan penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan-perusahaan

salah satunya adalah kenaikan minyak impor yang merupakan faktor produksi

disuatu perusahaan. Kenaikan minyak impor akan menyebabkan biaya produksi

suatu perusahaan akan mengalami peningkatan, dan menyebabkan harga-harga

(13)

23

Rio (2013) menjelaskan bahwa inflasi di Indonesia untuk jangka pendek

maupun jangka panjang dipengaruhi oleh tingkat bunga. Dan dalam jangka

panjang, inflasi di Indonesia dipengaruhi oleh jumlah uang beredar dan harga

minyak dunia. Tingkat inflasi di suatu negara mencerminkan kemajuan

perekonomi di suatu negara tersebut. Tingginya tingkat inflasi dapat

memperburuk kemakmuran individu dan masyarakat. Inflasi dapat memberikan

efek yang buruk bagi kemakmuran masyarakat yaitu inflasi akan menurunkan

pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap, inflasi akan mengurangi

nilai kekayaan yang berbentuk uang, dan inflasi dapat memperburuk pembagian

kekayaan (Sukirno, 2012:339).

Secara umum, penyebab inflasi di negara maju diidentifikasi sebagai

pertumbuhan jumlah uang beredar, sebaliknya di negara berkembang inflasi

bukan fenomena moneter murni, tetapi biasanya berhubungan dengan

ketidakseimbangan fiskal seperti pertumbuhan uang yang lebih tinggi dan

depresiasi nilai tukar yang timbul dari krisis neraca pembayaran (Totonchi, 2011).

2.1.6 Hubungan Produk Domestik Bruto dengan Impor

Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan jumlah seluruh barang dan jasa

yang diproduksi di suatu negara dalam periode tertentu. Pada umumnya

pertumbuhan perekonomian suatu negara dapat diukur dengan PDB karena

merupakan nilai pasar semua barang/jasa akhir yang diproduksi dalam suatu

negara selama satu periode atau satu tahun (Van den Bergh, 2009). PDB

merupakan bentuk pendapatan (Y) dimana meningkatnya pertumbuhan

(14)

24

impor (Nopirin, 2011:148). Hal ini sesuai dengan yang digambarkan oleh kurva

fungsi impor terhadap Y yang memiliki slope positif, sehingga apabila pendapatan

meningkat maka impor juga akan mengalami peningkatan sehingga dapat

dikatakan memiliki hubungan yang positif.

2.1.7 Hubungan Kurs Valuta Asing dengan Impor

Impor tidak hanya dipengaruhi oleh produksi, konsumsi, harga dan

inflasi saja tetapi juga berhubungan dengan kurs, dimana kurs diartikan

sebagai harga mata uang negara tertentu terhadap mata uang negara lain. Sudah

secara luas diakui bahwa stabilitas dalam nilai tukar menjamin stabilitas makro

ekonomi yang berdampak pertumbuhan ekonomi positif (Khan dan Qayyum,

2008). Setiap negara memiliki sebuah mata uang yang berlaku untuk

menunjukkan harga-harga barang dan jasa (Asmanto dan Suryandari, 2008). Nilai

tukar atau kurs biasanya berubah-ubah, perubahan kurs dapat berupa depresiasi

dan apresiasi.

Nilai mata uang asing yang ditentukan oleh mekanisme pasar akan mudah

mengalami perubahan nilai dan perubahan nilai mata uang asing akan dapat

berpengaruh terhadap kegiatan impor. Apabila terjadi kenaikan nilai mata uang

suatu negara terhadap mata uang negara asing maka akan menyebabkan kenaikan

harga barang-barang didalam negeri bagi pihak luar negeri dan begitu juga

sebaliknya (Jakaria, 2008). Sukirno (2012:402) menjelaskan bahwa perubahan

tingkat penawaran dan permintaan mata uang negara tersebut akan menyebabkan

perubahan nilai mata uangnya sehingga berpengaruh terhadap jumlah ekspor dan

(15)

25

Menurut teori elastisitas tradisional, apresiasi nilai tukar rupiah akan

menurunkan ekspor dan meningkatkan impor (Chen, 2012). Jika kurs rupiah

melemah maka harga barang atau jasa yang diimpor akan semakin mahal, tetapi

jika kurs rupiah menguat maka harga barang atau jasa impor semakin murah.

Dapat dikatakan bahwa hubungan antara kurs valuta asing dengan impor adalah

negatif.

2.1.8 Hubungan Tingkat Inflasi dengan Impor

Selain tingkat inflasi dapat dipengaruhi oleh harga barang impor, inflasi

juga dapat berbalik dan mempengaruhi harga barang impor. Inflasi yang terjadi di

suatu negara menyebabkan harga barang di dalam negeri mengalami kenaikan

sehingga harga barang dalam negeri jauh lebih mahal daripada harga barang dari

luar negeri sehingga masyarakat lebih cenderung untuk mengimpor barang, inflasi

berkecenderungan menambah impor (Sukirno, 2012:402). Penelitian Ulke (2011)

dalam Econometric Analysis of Import and Inflation Relationship in Turkey

between 1995 and 2010 dinyatakan bahwa, inflasi mempunyai hubungan yang

searah terhadap volume impor. Semakin tinggi tingkat inflasi di suatu negara

maka semakin meningkat jumlah barang impor di negara tersebut dan semakin

rendah jumlah ekspornya. Dapat dikatakan bahwa tingkat inflasi didalam negeri

berpengaruh positif terhadap jumlah barang impor.

2.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah yang akan

(16)

26

dan kajian teori yang telah diuraikan maka didapatlah hipotesis penelitain sebagai

berikut:

1) Produk Domestik Bruto, Kurs Dollar Amerika Serikat dan Inflasi secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap Impor Sayuran Indonesia kurun

waktu 1994-2013.

2) a. Produk Domestik Bruto berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Impor Sayuran Indonesia kurun waktu 1994-2013.

b. Kurs Dollar Amerika Serikat berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap Impor Sayuran Indonesia kurun waktu 1994-2013.

c. Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Impor Sayuran

Gambar

Gambar 2.1 Kurva Isocost Dua Jenis Produk pada Dua Negara
Gambar 2.2 Fungsi Impor  Impor (M)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memiliki pengetahuan bahasa asing seseorang harus mempelajari Untuk memiliki pengetahuan bahasa asing seseorang harus mempelajari kosakata terlebih dahulu

("nteraksi tidak ter!adi dengan le#odopa + carbidopa dalam kombinasi dengan piridoksin.) Cenitoin: kadar serum 2enitoin mungkin akan menurun. Parenteral: tidak

Seorang direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan, unutk kepentingan dan tujuan persona serta mewakili perseroan baik didalam maupun diluar pengadilan

Pada pH tanah sama dengan MTN, tanah daerah pasang surut lokasi pantai Kayeli dengan tingkat dekomposisi saprik memiliki jerapan K lebih tinggi dari pada

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA COMPUTER ASSISTED TEST INSTANSI :

dari pihak luar. 4) kemiskinan struktural: situasi miskin yang disebabkan karena rendahnya akses terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial

Sumber Data: memuat penjelasan tentang cara peneliti menentukan informan penelitian, baik itu informan kunci (key informan) dan informan lainnya yang menjadi sumber

DVR atau Digital Video Recorder merupakan peralatan mutlak dari perkembangan CCTV sekarang, karena fungsinya sebagai spliter (pembagi gambar) di monitor, perekaman,