• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA BERMAIN BINGO PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KESAMAAN NILAI PECAHAN PADA SISWA TUNARUNGU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA BERMAIN BINGO PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KESAMAAN NILAI PECAHAN PADA SISWA TUNARUNGU."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

118

PENGGUNAAN MEDIA BERMAIN “BINGO PECAHAN” UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KESAMAAN NILAI PECAHAN

PADA SISWA TUNARUNGU Budi Sanyoto

SLB-C Negeri Pembina Banjarbaru

Jl. A. Yani Km. 20 Landasan Ulin Barat, Banjarbaru e-mail: budiasyr@yahoo.co.id

Abstrak. Pecahan merupakan bagian dari konsep operasi hitung pembagian. Pada konsep pembagian, bilangan yang dibagi lebih besar dari pembaginya dan hasilnya menunjukkan bilangan yang utuh, hal ini anak bisa belajar dari kebalikan konsep berhitung perkalian. Sedangkan pada pecahan bilangan yang dibagi cenderung lebih kecil dari bilangan pembaginya dan hasilnya tidak bisa menunjukkan hasil yang utuh. Disinilah permasalahan yang sering terjadi pada siswa ketika mempelajari pecahan yang mana bilangan yang dilambangkan bersifat abstrak, apalagi bagi siswa tunarungu, maka guru perlu berimprovisasi dalam mengajarkan pecahan ini dengan menggunakan peraga-peraga dalam rangka meminimalkan verbalisme dan menghilangkan kesan abstrak tersebut. Tujuan penelitian untuk meningkatkan kemampuan pemahaman tentang kesamaan nilai pecahan siswa kelas D3-B SLB-C Negeri Pembina Banjarbaru, dan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran tentang kesamaan nilai pecahan dengan menggunakan media bermain ”Bingo Pecahan”. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas D3-B SLB-C Negeri Pembina Banjarbaru yang berjumlah 5 siswa. Objek dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam pemahaman kesamaan nilai pecahan dan respon siswa dalam pembelajaran tentang kesamaan nilai pecahan dengan menggunakan media bermain ”Bingo Pecahan”. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan angket, dan data yang diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif (interpretasi) dan kuantitatif (persentase). Berdasarkan atas penelitian tindakan kelas D3-B SLB-C Negeri Pembina ini, didapatkan adanya perubahan hasil belajar dari siklus I ke siklus II yaitu dari 40% pada akhir siklus I menjadi 80 % pada akhir siklus II. Maka media bermain “bingo pecahan” ini dapat meningkatkan kemampuan pemahaman kesamaan nilai pecahan.. Adapun respon siswa berkenaan pembelajaran menggunakan media bermain “bingo pecahan” menunjukkan respon positif.

Kata kunci : kemampuan pemahaman, kesamaan nilai pecahan, media “bingo pecahan”, respon

Pada mata pelajaran matematika kita mengenal konsep dasar operasi hitung. Konsep dasar operasi hitung inilah yang yang menjadi dasar dalam pengembangan kompetensi mata pelajaran matematika siswa. Konsep dasar operasi hitung dalam pembelajaran mata pelajaran matematika terbagi atas penjumlahan, pengurangan,

perkalian, dan pembagian. Setiap siswa harus mengenal dulu penjumlahan sebelum mengenal pengurangan, karena bobot kesukaran pengurangan lebih tinggi dari pada penjumlahan. Demikian pula untuk mengenal perkalian maka siswa harus mapan dalam konsep berhitung penjumlahan berulang, ketika perkalian sudah dikuasainya maka

(2)

barulah dikenalkan konsep operasi hitung pembagian. Seseorang akan mengalami kesulitan dalam operasi pembagian, bila konsep operasi hitung perkalian belum dikuasainya. Ini artinya bahwa konsep operasi berhitung harus dimulai dari tingkat kesukaran yang rendah menuju ke tingkat kesukaran tinggi, dan dari sesuatu yang konkrit menuju ke abstrak, dan dari yang sederhana menuju komplek.

Pecahan merupakan bagian dari pembagian, tetapi pecahan menunjukkan pembagian yang lebih komplek, lebih tinggi tingkat kesukarannya. Bila kegiatan pemba-gian pada umumnya melakukan pembapemba-gian dengan sesuatu yang banyak (bilangan besar) dibagi dengan sesuatu yang sedikit, sedangkan dalam pecahan sesuatu yang sedikit (bilangan kecil) dibagi dengan sesuatu yang banyak.

Lambang bilangan pecahan merupakan sesuatu yang abstrak bagi anak berkesulitan belajar, seperti siswa-siswa SLB, terutama siswa tunarungu. Bagi anak tunarungu pecahan adalah bilangan yang sulit untuk diterjemahkan dalam kehidupan sehari-hari, mungkin mereka sudah mampu membagi dengan bilangan yang utuh, tetapi ketika bilangan pecahan dipresentasikan dalam bentuk benda yang sebenarnya, ada kecenderungan siswa kurang bisa mem-bedakan mana benda yang termasuk pecahan atau bilangan utuh, sebagai contoh : Seorang ibu membagi sebuah apel untuk diberikan kepada empat anak. Pada umumnya ibu mengatakan: ”ini satu untukmu, ini satu untukmu, dan seterusnya”. Disini ibu tadi tak memberikan pembeda antara satu buah apel yang masih utuh dan ”satu” yang sebenarnya satu bagian dari empat bagian. Maka seharusnya kita membiasakan mengucapkan kata bilangan pecahan sebenanya bila telah terjadi pembagian, ibu tadi seharusnya berkata ” ini seperempat untukmu, dan ini seperempat untukmu, dan seterusnya ”

Ketika bilangan pecahan sudah diteorikan dalam tulisan lambang bilangan maka mulai abstraklah lambang bilangan itu, mungkin siswa memahami tulisan angka

pada lambang bilangan pecahan, tetapi makna dari seperempat itu apa, terlebih lagi bila sudah dioperasikan dalam operasi hitung, maka semakin abstraklah bilangan pecahan itu. Maka diperlukan latihan-latihan yang bersifat kontinyu untuk membiasakan diri anak mengenal lambang bilangan pecahan ini,

Untuk menghapal sesuatu yang abstrak membutuhkan perbuatan yang serius/ bersungguh-sunguh untuk menguasainya, karena suatu kesan dapat segera dapat diingat dengan baik bila aspek penglihatan, pendengaran, serta intelegensi dapat bekerja secara sinergis. Sedangkan pada anak tuna-rungu kemampuan memahami sesuatu yang abstrak sangat terkendala kemampuan auditorinya/pendengaran. Keterbatasan pendengarannya mengakibatkan sedikitnya kosakata yang dipahami, dan ini berakibat miskinnya bahasa yang dimiliki anak tunarungu. Sedangkan bahasa merupakan sarana seseorang untuk memahami dan mengekspresikan ungkapan-ungkapan yang bersifat verbal. Ungkapan verbal pada umumnya bersifat abstrak. Maka dengan miskinnya bahasa yang dipunyai anak tunarungu mengakibatkan anak tunarungu sulit untuk memahami hal-hal yang bersifat abstrak.

Sebagaimana yang dikembangkan dalam pola pengajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) maka di sini peran metode pengajaran dan penentuan media pengajaran sangatlah berperan untuk menimbulkan suatu proses belajar mengajar yang menyenangkan. Banyak metode dan cara yang digunakan untuk mengajarkan matematika, di antaranya adalah dengan menggunakan media peraga yang berupa media visual atau alat peraga, namun terkadang alat peraga ini hanya digunakan guru untuk menjelaskan tanpa melibatkan siswa. Dengan pendekatan bermain dengan melibatkan siswa dalam penggunaan alat peraga tersebut diharapkan siswa akan lebih maksimal dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru.

Permainan Bingo pecahan me-rupakan metode pengajaran dengan

(3)

meng-gunakan media bermain yang memenuhi kaidah pendekatan PAKEM (pengajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan). Media bermain ini dapat mengembangkan kemampuan kognitif yang diterima secara visual, mengembangkan kemampuan afektif dengan memupuk semangat untuk berjuang dan bersaing dan mengembangkan kemampuan psikomotor anak tunarungu. Adapun tujuan dari permainan Bingo ini adalah sebagai berikut:

(1) Membantu mengkonkritkan materi-materi pelajaran yang bersifat abstrak seperti materi pecahan.

(2) Sebagai bahan pengayaan materi pecah-an, karena semakin lama permainan akan memberi pengayaan semakin banyak. Bukan sekedar mencari kemenangan. (3) Menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan sehingga menambah semangat belajar anak

(4) Mengembangkan sikap yang mengun-tungkan ke arah berpikir matematika (5) Menunjang pelajaran matematika di luar

kelas, yang menunjukkan penerapan matematika dalam keadaan sebenarnya (6) Dapat memberikan

permasalahan-perma-salahan menjadi lebih menarik bagi anak yang sedang melakukan kegiatan belajar. (7) Belajar sambil bermain (Learning by

doing)

Bahan permainan ini terbuat dari karton dan alat yang digunakan berupa kartu pecahan (gambar pecahan konkrit), koin, dan kupon (lambang bilangan pecahan). Kupon ini berbentuk sembilan kotak diagonal yang berisi lambang bilangan pecahan yang berbeda-beda setiap kuponnya. Permainan ini digunakan untuk materi pecahan yang dengan jumlah pemain tidak terbatas.

Adapun tata cara permainan Bingo pecahan adalah sebagai berikut:

(1) Permainan ini diawali dengan cara menyusun kartu pecahan ke dalam tumpukan kartu yang bergambar pecahan konkrit

(2) Setiap pemain mendapat sebuah atau lebih kupon (berisi kumpulan lambang bilangan pecahan) dan sembilan koin yang diperlukan

(3) Bandar (bisa diperankan guru atau siswa) mengambil salah satu kartu pecahan, kemudian menunjukkan kepada para pemain (siswa) lain.

(4) Pemain yang sesuai nilai bilangan pecahan pada kupon dengan kartu pecahan, menempatkan koin pada bilangan pecahan yang sesuai.

(5) Pemain yang dapat menempatkan koinnya secara sejajar (mendatar, tegak lurus, dan miring) pada kotak kupon memenangkan permainan atau paling banyak menempatkan koin pada kupon bila kartu telah habis dibuka.

(6) Sebelum menentukan pemenang, guru mengecek kembali bilangan pecahan yang sudah keluar

Cara bermain Bingo pecahan yakni sebagai berikut:

(1) Bandar (bisa diperankan guru atau siswa) mengocok dan membagi satu kupon pecahan kepada pemain, banyak kupon disesuaikan jumlah peserta.

(2) Bandar (bisa diperankan guru atau siswa) mengocok tumpukan kartu pecahan dan menempatkan di meja.

(3) Bandar (sebagai pemain pertama) meng-ambil satu kartu pecahan dan menunjuk-kan kepada para pemain (siswa) lain (4) Pemain mencocokkan kartu pecahan

dengan bilangan pecahan pada kupon dan bila terjadi kesamaan nilai kartu pecahan dan bilangan pecahan , maka ia boleh menempatkan koin pada kupon tersebut

Kartu Pecahan

Koin

Kupon

(4)

(5) Pemain yang kartu pecahannya tidak cocok maka menunggu giliran berikutnya hingga didapat kesamaan nilai pada kartu pecahan dan kupon

(6) Bandar mengambil kartu pecahan berikutnya dan menunjukkan kepada para pemain, hingga didapat pemain yang kuponnya penuh dengan koin

(7) Bila kartu pecahan sudah habis atau pemain dapat menunjukkan kupon yang sudah berisi penuh dengan koin, bandar memeriksa bilangan pecahan yang sudah keluar dengan kupon pemain

(8) Pemain yang koinnya terletak secara sejajar (mendatar, tegak lurus, dan miring) atau yang paling banyak koinnya di atas kupon dinyatakan sebagai pemenang

Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa tunarungu dalam pemahaman kesamaan nilai pecahan meningkat jika pembelajaran dengan menggunakan media bermain “Bingo Pecahan”.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas D3-B SLB-C Negeri Pembina Banjarbaru yang berjumlah 5 siswa. Waktu Penelitian Tindakan Kelas ini pada semester dua tahun ajaran 2013/2014. Objek dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam pemahaman kesamaan nilai pecahan dan respon siswa dalam pembelajaran tentang kesamaan nilai pecahan dengan menggunakan media bermain ”Bingo Pecahan”. Dalam proses penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan 2 (dua) siklus. Tiap siklus dilaksanakan dalam 2 kali tindakan dan

2 1 5 1 7 2 4 1 5 3 6 2 5 4 8 2 9 5 2 1 5 1 7 2 4 1 5 3 6 2 5 4 8 2 9 5 2 1 5 1 7 2 4 1 5 3 6 2 5 4 8 2 9 5 2 1 5 1 7 2 4 1 5 3 6 2 5 4 8 2 9 5 2 1 5 1 7 2 4 1 5 3 6 2 5 4 8 2 9 5 2 1 5 1 7 2 4 1 5 3 6 2 5 4 8 2 9 5

(5)

tiap tindakan dilakukan dalam waktu 2 x 35 menit .

Teknik pengumpulan data meng-gunakan teknik tes dan angket. Tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa. Angket digunakan untuk memperoleh data berupa respon siswa. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif

(interpretasi) dan kuantitatif (persentase). Adapun pengumpulan data secara kuantitatif dengan menggunakan teknik persentase (Sudijono,2000) dengan rumus P = (f / N) x 100 %, dimana P = persentase, f = frekuensi, N = jumlah siswa.

Sedangkan capaian peningkatan hasil belajar (% PHB) dihitung dengan rumus

Adapun klasifikasi tingkat penguasaan materi dan klasifikasi skor adalah : Tabel 1 Klasifikasi Tingkat Penguasaan Materi

Tingkat penguasaan Klasifikasi

85 % - 100 % 70 % - 84 % 55 % - 69 % 40 % - 54 % 0 % - 39 % Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali Indikator keberhasilan penelitian

tindakan kelas ini didasarkan pada tingkat penguasaan siswa. Tindakan dikatakan berhasil jika ≥ 80 %. Siswa mencapai tingkat penguasaan jika mencapai ≥ 70 %.dari skor ideal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelum diberikan tindakan dalam kegiatan penelitian ini, dilakukan tes awal (pretes) untuk mengetahui kemampuan siswa dalam materi kesamaan nilai pecahan, hasil tes awal (pretes) yang dilaksanakan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2 Distribusi Skor Hasil Pretes

No. Rentang Skor f Tes Awal % Klasifikasi Ya Tuntas Tidak

1 85 – 100 0 0 Baik sekali - -

2 70 – 84 0 0 Baik - -

3 55 – 69 1 20 Cukup - Tidak

4 40 – 54 0 - Kurang - -

5 0 – 39 4 80 Kurang sekali - Tidak

Total 5 100

Nilai Tertinggi 60 20

Nilai Terendah 0 80

Berdasarkan hasil pretes pada Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa semua siswa sebanyak lima orang siswa tidak menunjukkan ketuntasan belajar. Ini berarti ketuntasan belajar secara klasikal belum

tercapai karena pencapaian ketuntasan belajar yang diharapkan minimal 80 % sedang yang dicapai baru sekitar 0 %. Berfikir secara visual/konkrit salah satu ciri anak tunarungu, sehingga pada tahap-tahap awal

(6)

perkembangannya selalu bergantung pada penggunaan media visual untuk memahami apa yang dilihat, demikian pula dalam memahami bilangan pecahan yang bersifat abstrak maka perlu tahapan pengenalan secara konkrit melalui media visual. Ketergantungan pada alat bantu atau media bersifat visual ini yang dicoba dihilangkan

dengan memberikan tindakan-tindakan dengan menggunakan media permainan ”bingo pecahan ” ini.

Adapun pencapaian hasil belajar yang diperoleh dari postes pada siklus I setelah diberikan tindakan disajikan pada Tabel 3 berikut:

Tabel 3 Distribusi Skor Hasil Postes I

No. Rentang Skor Siklus I Klasifikasi Tuntas

f % Ya Tidak

1 85 – 100 0 0 Baik sekali - -

2 70 – 84 2 40 Baik Ya -

3 55 – 69 1 20 Cukup - Tidak

4 40 – 54 0 - Kurang - -

5 0 – 39 2 40 Kurang sekali - Tidak

Total 5 100

Nilai Tertinggi 80 20

Nilai Terendah 0 40

Hasil postes kesamaan nilai pecahan pada Tabel 3 belum menunjukkan ketuntasan belajar secara klasikal karena pencapaian ketuntasan belajar yang diharapkan minimal

80 % sedang yang dicapai baru sekitar 40 %, Selanjutnya dari hasil pelaksanaan siklus I ini direfleksikan pada tindakan pada siklus II. Adapun hasil postes pada siklus II tertuang pada tabel 4 berikut:

Tabel 4 Distribusi Skor Hasil Postes II

Berdasarkan hasil postes II pada Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 5 orang siswa, terdapat 4 orang siswa yang mampu menuntaskan belajarnya, sedangkan 1 orang

siswa tidak mampu menuntaskan belajarnya. Namun demikian 1 orang siswa yang pada siklus I tidak tuntas belajarnya itu telah menunjukkan peningkatan kemampuannya. No. Rentang Skor Siklus II Klasifikasi Tuntas

f % Ya Tidak 1 86 - 100 3 60 Baik sekali Ya - 2 70 - 85 1 20 Baik Ya - 3 55 - 69 1 20 Cukup - Tidak 4 40 - 54 - - Kurang - - 5 0 - 39 0 - Kurang Sekali - - Total 5 100 Nilai Tertinggi 100 40 Nilai Terendah 60 20

(7)

Karena telah mampu mencapai indikator keberhasilan penelitian yaitu tingkat keberhasilan 80 %, maka penelitian ini dianggap berhasil atau tingkat penguasaan siswa dalam taraf tuntas belajar.

Dari perbandingan hasil prestes dan postes II (akhir) diperoleh hasil adanya

peningkatan kemampuan siswa secara klasikal dari ketuntasan belajar 0 % menjadi ketuntasan belajar 80 %., dan perbandingan hasil postes diperoleh hasil adanya peningkatan kemampuan siswa secara klasikal dari ketuntasan belajar 40 % menjadi ketuntasan belajar 80 %.

Tabel 5 Prosentase Capaian Peningkatan Hasil Belajar Per Individu No. Nilai Selisih % PHB Postes 1 Postes 2 1 70 100 30 43 2 80 100 20 25 3 60 90 30 50 4 20 70 50 250 5 20 60 40 200 Jmlh 250 420 170 Rata-rata 50 84 34 68

Berdasar pada Tabel 5, maka perbandingan hasil belajar dapat digambarkan sebagai berikut :

(1) Adanya peningkatan hasil belajar setiap individu dengan ditandai perubahan nilai dari postes I ke postes II, dan secara klasikal adanya peningkatan hasil belajar sebesar 68 %

(2) Adanya peningkatan ketuntasan belajar dari hasil pembelajaran siklus I sebesar 40 % menjadi ketuntasan belajar 80 % pada siklus II

(3) Adanya peningkatan dalam klasifikasi ketuntasan belajar pada siklus I dari : 2 siswa dalam klasifikasi baik, 1 siswa dalam klasifikasi cukup, dan 2 siswa dalam klasifikasi kurang sekali, menjadi : 3 siswa dalam klasifikasi baik sekali, 1 siswa dalam klasifikasi baik, dan 1 siswa dalam klasifikasi cukup.

Respon siswa terhadap pembelajaran menunjukkan sikap positip siswa terhadap pembelajaran tentang kesamaan nilai pecahan yang dilakukan guru, yaitu menunjukkan 100 % kesetujuannya atas item-item pernyataan dalam lembar respon siswa terhadap pembelajaran.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Dari hasil dan analisis data yang dilakukan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

(1) Terdapat peningkatan pemahaman siswa kelas D3-B SLB-C Negeri Pembina dalam menyelesaikan kesamaan nilai pecahan, hal ini terlihat dari perubahan hasil postes I ke postes II.

(2) Respon siswa positif berkenaan pembelajaran menggunakan media bermain “bingo pecahan” . Hal ini terlihat dari motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran sehingga berdampak pada perubahan kemampuan anak.

Saran

Adapun saran-saran dari hasil penelitian ini antara lain :

1. Bagi guru

Dalam melakukan proses pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran matematika dengan bahasan kesamaan nilai pecahan sebaiknya menggunakan

(8)

media pembelajaran, terutama media visual, karena media ini sangat membantu siswa dalam mengkongkritkan sesuatu yang abstrak, sehingga siswa mudah dalam memahami materi pelajaran. Di samping itu kreatifitas guru dalam menciptakan media-media baru dalam pembelajaran sangat mendukung peningkatan kemampuan siswa.

2. Bagi Sekolah

Untuk peningkatan kemampuan siswa, terutama dalam mata pelajaran matematika sebaiknya sekolah memberikan fasilitas yang memudahkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dan memudahkan siswa dalam menerima pembelajaran, yaitu berupa media pembelajaran yang sesuai kebutuhan siswa. Disamping perlu adanya motivasi kegiatan yang memungkinkan guru kreatif dalam membuat media pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA

Ardiana, Leo Idra dkk., Depdiknas. 2002. Evaluasi Pembelajaran, Materi Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi. Jakarta.

Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta, Rineka Cipta

Delphie, Bandi, 2007, Pembelajaran Anak Tunagrahita, Bandung, PT. Rafika Aditama

Delphie, Bandi, 2009, Psikologi Perkembangan (Anak Berkebutuhan Khusus), Klaten, PT. Intan Sejati

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cetakan ketiga, Balai Pustaka, Jakarta

Departemen Pendidikan Nasional, Informasi Pendidikan Khusus Bagi Anak Tunagrahita, Jakarta

Ikhsan, Muhamad , 2006, Prinsip Pengembangan-Media-Pendidikan-Sebuah-Pengantar, (http://teknologipendidikan.wordpre ss.com/2006/03/21/prinsip- pengembangan-media-pendidikan-sebuah-pengantar/)

Hudojo, H. 1998. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud. Ipotes, 2008, Prestasi Belajar,

(http://ipotes.wordpress.com/2008/ 05/24/prestasi-belajar/)

Sudijono, A, 2000, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta PT, Raja Grafindo Persada

Sanyoto, Budi, 1990, Studi Perbandingan Ingatan Visual Anak Tunarungu di SLB/B Karya Mulia Surabaya dan Anak Normal di SDN Sawunggaling I Surabaya, IKIP Bandung

Suherman, Uman, 2000, Memahami Karakteristik Individu, Bandung, : Universitas Pendidikan IndonesiaSuparlan, dkk, 2008, PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, PT Granesindo, Bandung.

Sterling, Mary Jane, Aljabar For Dummies-Reference for the Rest Us, Edisi Bahasa Indonesia, Pakar Raya, Bandung.

Tim Dosen MKDK Kurikulum dan Pembelajaran. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Gambar

Tabel 2  Distribusi Skor Hasil Pretes   No.  Rentang Skor  Tes Awal
Tabel 3 Distribusi Skor Hasil Postes I   No.  Rentang Skor  Siklus I
Tabel 5 Prosentase Capaian Peningkatan Hasil Belajar Per Individu

Referensi

Dokumen terkait

perempuan Desa Tugu Selatan, tidak ada yang melakukan kawin kontrak dengan. WNA asal

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan hasil belajar menggunakan media belajar diorama, blockdiagram dan chalkboard (2) membandingkan efektivitas

Based on the results of analysis and discussion, it can be concluded as follows: Social capital owned by employees have a significant positive influence on their performance, Social

abstraksi: hukum, aturan, metoda, prosedur, prinsip, teori yang bersifat umum dalam situasi yang

[r]

4.3 Hasil Kategori Siswa yang mengikut tidaki ekstrakurikuler PMR

Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations.. and may not be accurate for a sample size

Adapun manfaat dari kajian konseptual ini diharapkan dapat me- nambah pengetahuan serta masukan khususnya dalam pelaksanaan kuri-kulum 2013 yang telah dipaparkan oleh