• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALIS TENTANG PENDIDIKAN KEAGAMAAN BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI DESA PRAMBATAN KIDUL KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN KUDUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALIS TENTANG PENDIDIKAN KEAGAMAAN BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI DESA PRAMBATAN KIDUL KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN KUDUS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

47

KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN KUDUS

A. Analisis Pelaksanaan Pendidikan keagamaan di Desa Prambatan Kidul Orang tua dalam mendidik anak mempunyai pengaruh yang sangat besar. Kebanyakan anak akan meniru agama yang dianut oleh orang tuanya. Pendidikan yang diperoleh anak tidaklah sepenuhnya dan keluarga saja. Namun dapat juga diperoleh dari pendidik di masjid atau mushalla, lingkungan masyarakat maupun lembaga pendidikan nonformal. Betapa pentingnya pendidikan agama itu bagi setiap warga negara Indonesia, terbukti dengan adanya peraturan pemerintah yang mengharuskan pendidikan itu di berikan kepada anak-anak sejak anak itu bersekolah di taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi.

Sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2, dan Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara Indonesia, maka pendidikan agama merupakan segi pendidikan utama yang mendasari semua segi pendidikan lainnya. Bahkan secara paedagogis, pendidikan agama harus dimulai sedini mungkin, sejak anak masih kecil. Tentu saja hal demikian merupakan tugas orang tua masing-masing. Orang tua yang menyadari pentingnya pendidikan agama itu bagi perkembangan jiwa anak dan bagi kehidupan manusia pada umumnya, mereka akan berusaha menanamkan pendidikan agama pada anak-anaknya sejak kecil, sesuai dengan agama yang dianutnya. Memasukkan anaknya ke madrasah, atau tempat-tempat pengajian. atau sengaja memanggil guru agama ke rumah di luar waktu sekolah anak-anak adalah usaha yang baik.

Sekarang ini kebanyakan masjid mushalla digunakan hanya sebagai sarana ibadah saja. Padahal Islam di masa Rasulullah Saw membangun masjid tidak hanya sebagai sarana ibadah saja melainkan juga sebagai pusat kegiatan pengembangan Islam yang mencakup segala bidang, yaitu bidang ekonomi,

(2)

sosial, budaya, politik dan pendidikan. Mushalla / Masjid berperan sangat penting dalam pendidikan Islam di Indonesia dan bahkan sistem pendidikan di Langgar / Surau ini dianggap sebagai pendidikan Islam tertua di Indonesia. Masjid merupakan tempat terbaik untuk kegiatan pendidikan. Dengan menjadikan lembaga pendidikan dalam masjid akan terlihat hidupnya sunnah-sunnah Islam, menghilangkan bid’ah-bid’ah, mengembangkan hukum-hukum Tuhan serta menghilangkan stratifikasi rasa dan status ekonomi dalam pendidikan.

Implikasi masjid sebagai lembaga pendidikan Islam adalah: 1. Mendidik anak untuk tetap beribadah kepada Allah SWT

2. Menanamkan rasa cinta pada ilmu pengetahuan dan solidaritas sosial serta menyadarkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban sebagai insan pribadi, sosial dan warga negara.

3. Memberi rasa ketenteraman, kekuatan dan kemakmuran potensi-potensi rohani manusia melalui pendidikan kesabaran, keberanian, kesadaran, perenungan, optimisme dan pengadaan penelitian.

Memang masjid /langgar merupakan institusi pendidikan yang pertama di bentuk dalam lingkungan masyarakat muslim. Pada dasarnya masjid / langgar mempunyai fungsi yang tidak terlepas dari kehidupan keluarga sebagai lembaga pendidikan, berfungsi sebagai penyempurna pendidikan dalam keluarga, agar selanjutnya anak mampu melaksanakan tugas-tugas dalam masyarakat dan lingkungannya.1

Usaha-usaha pendidikan agama tidak dapat terlepas dari pengaruh ekonomi, politik, sosial dan budaya. Sejak terjadinya krisis moneter, kondisi perekonomian Indonesia lebih memprihatinkan dan pada sebelumnya. Hal ini berpengaruh pada pendidikan. Krisis ekonomi yang terjadi menyebabkan biaya setiap kebutuhan hidup semakin meningkat termasuk juga biaya pendidikan sehingga banyak yang terpaksa berhenti sekolah pada jenjang pendidikan tertentu atau bahkan droup out sebelum sekolahnya tamat. Tidak

1

Habullah, Sejarah Pendidikan Islam; Lintasan Sejarah, Pertumbuhan dan

(3)

adanya biaya untuk melanjutkan sekolah menjadi alasan utama yang lazim diutarakan mereka yang putus sekolah atau droup out disamping alasan lainnya.

Alternatif untuk mengatasi masalah putus sekolah tersebut, dewasainitelah banyak tumbuh dan berkembang lembaga-lembaga nonformal yang diselenggarakan oleh masyarakat. Pendidikan nonformal yang bersifat umum seperti SLTP/SLTA terbuka, program kejar paket A dan kejar paket B. Sedangkan lembaga-lembaga pendidikan agama Islam nonformal misalnya kelompok lembaga majlis taklim, perkumpulan remaja masjid atau lembaga-lembaga yang lain mempunyai tujuan yang sama.

Lembaga pendidikan masyarakat merupakan lembaga pendidikan ke tiga sesudah keluarga dan sekolah. Lembaga-lembaga yang ada di masyarakat ikut langsung melaksanakan pendidikan tersebut di masyarakat. Lembaga-lembaga tersebut membantu pendidikan dalam usaha membentuk pendidikan seperti membentuk sikap, kesusilaan dan menambah ilmu pengetahuan di luar sekolah dan keluarga. Oleh karena itu sudah sewajarnya generasi penerus Islam masuk lembaga-lembaga pendidikan masyarakat yang berdasarkan ajaran Islam. Hal ini dapat dimengerti, karena dengan organisasi yang berdasarkan Islam itu anak-anak didik Islam akan mendapat pendidikan yang sesuai dengan ajaran Islam.

Di Desa Prambatan Kidul yang mayoritas penduduknya beragama Islam dengan menjadikan masjid / mushalla sebagai pusat kegiatan masyarakat telah menyelenggarakan pendidikan agama Islam nonformal yang dikhususkan bagi para remaja terlebih lagi bagi mereka yang putus sekolah. Hanya saja tidak tertata dengan baik atau dengan kata lain tidak ada lembaga khusus yang menangani masalah ini, sebagaimana yang telah di kemukakan oleh Kaur Kesra Desa Prambatan Kidul bahwa tidak ada organisasi atau lembaga yang secara khusus yang menangani masalah pendidikan agama Islam nonformal ini. Pihak pemerintah desa hanya sebatas sebagai penanggung jawab dalam struktur kepengurusan dan masjid dan beberapa mushalla yang menyelenggarakan pendidikan agama Islam nonformal sebab

(4)

sudah banyak tokoh agama di masjid dan mushalla yang lebih berkompeten dibidangya.2 Dalam arti bahwa mushalla/masjid diberikan kewenangan seluas-luasnya untuk melaksanakan segala kegiatan keagamaan selama kegiatan itu positif. Hal senada juga diunggkapkan oleh Ustadz Ahmad Barokah dari mushalla Tarbiyatul Ikhwan bahwa pendidikan agama Islam nonformal yang di selenggarakan ini hanyalah kegiatan-kegiatan keagamaan untuk mengisi waktu luang bagi remaja dan dalam pelaksanaannya pun terkadang harus menunggu pembimbing bahkan terkadang harus berjalan dengan sendirinya tanpa didampingi oleh ustadz pembimbing.3

Adapun pendidikan agama nonformal yang diselenggarakan merupakan kegiatan-kegiatan keagamaan yang melibatkan remaja secara langsung. Kegiatan-kegiatan tersebut ada yang bersifat rutin baik setiap satu minggu sekali maupun satu bulan sekali dan ada yang bersifat insidental.

Untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai, maka diperlukan suatu metode atau cara. Demikian halnya dalam menanamkan pendidikan agama agar dapat berhasil sebagaimana yang diharapkan, harus melalui beberapa metode yang di anjurkan oleh agama Islam. Adapun metode pendidikan agama yang digunakan dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam nonformal bagi remaja putus sekolah meliputi :

Metode ceramah, metode tanya jawab, dan metode drill/latihan siap. Aplikasi dan metode-metode tersebut disesuaikan dengan bentuk serta materi kegiatan Pendidikan keagamaan yang dilaksanakan.

Metode-metode di atas sesuai dengan metode pendidikan agama yang dikemukakan oleh Zuhairini yang disebutkan dalam bukunya

Metodik Khusus Pendidikan Agama, yaitu sebagai berikut:

1. Metode Ceramah

Metode ceramah digunakan dalam pendidikan agama, hampir semua materi pendidikan agama dapat menggunakan metode ini, baik yang menyangkut masalah aqidah, syari’ah maupun akhlak. Hanya

2

Wawancara dengan Kaur Kesra pada tanggal 26 Juli 2005 3

(5)

saja penerapannya harus dilengkapi dengan metode-metode lain yang sesuai.

Metode ceramah ini banyak dipakai oleh para Rasul dalam menyampaikan dakwahnya, hal ini dapat dilihat misalnya sebelum Nabi Musa A.A, menjalankan misi dakwahnya. Beliau berdo’a:

ﲎﻠﻟﻮﻗﺍﻮﻬﻘﻔﻳ ﱏﺎﺴﻟ ﻦﻣﺓﺪﻘﻋ ﻞﻠﺣﺍﻭ ﻯﺮﻣﺍﱃﺮﺴﻳﻭﺭﺪﺻ ﱃ ﺡﺮﺷﺍ ﺏﺭ ﻞﻗ

Berkata Musa “Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku : mudahkanlah untukku urusanku dan lepaskanlah kekakuan dan lidahku, supaya mereka mengertti perkataanku”

Selain dan pada itu, hampir semua bahan/materi dakwah Nabi Muhammad saw disampaikan melalui metode ceramah ini.

2. Metode Tanya Jawab

Metode ini dimaksudkan untuk mengenalkan pengetahuan, fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan dan untuk merangsang perhatian murid dengan berbagai cara (sebagai apersepsi, selingan dan evaluasi)

Metode tanya jawab yang juga banyak digunakan pada pendidikan agama dalam hubungan dengan bahan/materi pelajaran agama yang meliputi masalah aqidah, syari’ah dan akhlak. Bahkan ketiga inti ajaran Islam tersebut disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw dengan melalui tanya jawab. Demikian pula pada waktu keangkatan Mu’adz bin Jabal untuk menjawab hakim di negeri Yaman melalui beberapa tanya jawab yang diajukan oleh Rasulullah saw sekaligus merupakan contoh pemakaian tanya jawab dalam pendidikan agama.

3. Metode Drill/Latihan Siap

Metode drill / latihan siap biasanya digunakan pada pelajaran yang bersifat motoris seperti: pelajaran menulis, pelajaran bahasa, dan pelajaran ketrampilan serta pelajaran-pelajaran yang bersifat kecakapan mental dalam arti melatih anak-anak dalam berfikir cepat.

(6)

Metode ini berasal dan metode pengajaran Herbart, yaitu metode assosiasi dan ulangan tanggapan, yang dimaksudkan untuk memperkuat tanggapan pelajaran pada murid-murid. Pelaksanaannya secara mekanis untuk mengajarkan berbagai mata pelajaran dan kecakapan, sehingga menyebabkan verbalisme pengetahuan murid, kebiasaan menghafal secara mekanis, tanpa pengertian.

Dalam pendidikan agama, metode ini sering digunakan untuk melatih ulangan pelajaran al-Qur’an dan praktek ibadah. Menurut riwayat, setiap bulan Ramadhan Rasulullah saw mengadakan latihan ulang terhadap wahyu-wahyu yang telah diturunkan sebelumnya

B. Partisipasi Remaja Dalam Pelaksanaan Pendidikan Keagamaan

Dua puluh lima persen dan jumlah penduduk Desa Prambatan Kidul adalah remaja. Sebagian besar remaja itu merupakan anak-anak yang hanya mampu mengenyam pendidikan sampai ketingkat SLTP saja. Sejak di canangkan wajib belajar sembilan tahun oleh pemerintah berarti pendidikan yang wajib ditempuh adalah SD selama enam tahun dan SLTP selama tiga tahun. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mayoritas remaja yang ada di Desa Prambatan Kidul hanya mampu mengenyam pendidikan formal sampai pada tingkat dasar saja.

Kebanyakan dan mereka bersekolah di sekolah-sekolah umum atau kejuruan karena adanya anggapan bahwa sekolah-sekolah tersebut lebih menjanjikan peluang kerja kepada para lulusannya dan pada sekolah yang bernaung dibawah lembaga agama. Padahal jam pelajaran agama sangat terbatas hanya antara 2 sampai 4 jam pelajaran dalam seminggu, sehingga tidak mungkin tanggung jawab dipikul seluruhnya pada guru agama di sekolah.

Mengingat jumlah jam pelajaran agama di sekolah umum yang terbatas pendidikan keagamaan menjadi salah satu alternatif untuk menambah wawasan dan ilmu agama yang belum di dapatkan di bangku sekolah. Dengan

(7)

didukung kondisi sosial keagamaan dimana para remaja itu tinggal. Remaja Desa Prambatan Kidul berpartisipasi aktif dalam setiap bentuk kegiatan Pendidikan keagamaan yang diselenggarakan setiap masjid/mushalla. Hal ini dapat dilihat dan hasil observasi yang penulis lakukan yaitu dan keaktifan mereka dan setiap kegiatan, baik kegiatan yang bersifat rutin maupun kegiatan yang bersifat insidental.

C. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat

Dalam mencapai suatu tujuan, tidak terlepas dari adanya faktor-faktor pendukung ataupun faktor-faktor penghambat. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pendidikan keagamaan di Desa Prambatan Kidul antara lain sebagai berikut:

1. Faktor Pendukung

Tempat di selenggarakanya pendidikan agama Islam nonformal ini adalah di masjid atau mushalla yang berada di lingkungan tempat tinggal para remaja dan pelaksanaannya tidak mengikat yaitu pada waktu sore atau malam hari sehingga tidak mengganggu aktifitas mereka sehari-hari.

Pendidikan keagamaan ini dalam pelaksanaannya, bersifat suka rela sehingga tidak dipungut biaya sedikitpun sehingga tidak menambah beban ekonomi keluarga.

Memotivasi diri sendiri dan remaja putus sekolah mempunyai keinginan kuat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi terbentur pada permasalahan ekonomi. Tetapi motivasi dari diri sendiri, seperti saudara SF dengan berasumsi bahwa ilmu tidak hanya di dapat di bangku sekolah saja tetapi bisa juga di luar sekolah yang menjadikan dia aktif dalam setiap jenis kegiatan pendidikan keagamaan yang diselenggarakan.

Materi-materi yang disampaikan dalam Pendidikan keagamaan merupakan materi-materi penambah atau pelengkap dan materi agama yang mereka dapatkan sewaktu berada di bangku sekolah.

(8)

2. Faktor penghambat

Kurang adanya perhatian dan pemerintah desa. Dalam hal ini keikutsertaan pemerintah desa dalam pendidikan keagamaan adalah sebagai pelindung atau pemilik dalam setiap jenis kegiatan yang diselenggarakan.

Faktor penghambat lainnya adalah tidak adanya lembaga khusus yang menangani pendidikan keagamaan. Setiap kegiatan merupakan inisiatif dan kegiatan tokoh-tokoh masyarakat di masjid atau mushalla-mushalla yang ada.

Kondisi perekonomian keluarga yang tergolong menengah ke bawah juga menyebabkan mereka harus bekerja membantu orang tua sehingga orang tua kurang mendukung keikutsertaan mereka dalam pendidikan keagamaan.

Referensi

Dokumen terkait

SEMENTARA-TRIBUN - Kondisi omzet pedagang korban kebakaran Pasar Johar yang berjualan di Passar Johar Sementara yang berada di seitar Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT)

Pertama kali yang perlu dijelaskan dalam pembahasan ini adalah mekanisme proses cross distribution harta zakat di Lembaga Amil zakat (LAZ) Dompet Dhuafa disertai dengan

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap tanaman padi di Lubuk Ruso Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari ini dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil

Dari hasil analisis dan pembahasan dapat diambil kesimpulan, bahwa perbandingan kinerja dengan sistem penahan beban lateral pada struktur rangka baja gedung beraturan adalah

merupakan suatu hal yang positif. Mahasiswa merasa bahwa sesuatu yang berada dalam dirinya diakui dan dihargai. e) Demi efektif dan efisien maka persamaan dan perbedaan antara B1

Hal ini dikarenakan ibu hamil yang telah dijelaskan mengenai efek samping mengonsumsi tablet besi seperti mual menyalahartikan bahwa gejala mual yang terjadi lebih

 Mjejxn) Mjejxn)aj jad kjkjxjcja j pjdrlju ajad ijmhj jx hjad mjdjx aj ununnad ijhljp pj}j j aj jad kjkjxjcja j pjdrlju ajad ijmhj jx hjad mjdjx aj

Aku tidak dapati dalam apa yang telah diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya melainkan kalau benda itu bangkai, atau darah yang mengalir, atau