• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang bersifat universal yang memiliki visi dan misi untuk menjaga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. internasional yang bersifat universal yang memiliki visi dan misi untuk menjaga"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang.

Sejak lama masyarakat internasional ingin mewujudkan suatu organisasi internasional yang bersifat universal yang memiliki visi dan misi untuk menjaga perdamaian dan keamanan dunia. Hal ini disebabkan sebagai reaksi terhadap banyaknya sengketa maupun konflik yang terjadi antar negara di dunia ini. Masyarakat internasional memerlukan sebuah wadah yang mampu menghimpun semua negara ke dalam suatu badan yang terorganisir untuk mencegah atau mengatasi masalah-masalah internasional tersebut.

Rasa aman suatu negara dapat dinilai dengan tidak adanya bahaya ancaman dan tekanan bersifat militer, politik, serta pemaksaan kebijakan ekonomi, sehingga setiap negara mampu untuk melakukan pembangunan khususnya bagi negara-negara berkembang agar mampu mengejar ketertinggalan mereka dari negara maju. Keamanan internasional merupakan kumulatif daripada keamanan nasional setiap bangsa dan negara. Kemanan internasional mustahil dapat diwujudkan jikalau tidak adanya integrasi kerjasama internasional.1

Seluruh negara di dunia memiliki hak atas keamanan serta berhak untuk mempertahankan keamanan nasional mereka. Negara dapat mempergunakan kebijakan nasional mereka yakni dengan penggunaan kekuatan militer, namun

1 “Berbagai Konsep Keamanan, (New York : PBB, 1986), terjemahan, Nana. S.

(2)

hanya untuk melindungi dan mempertahankan diri. Selain tujuan tersebut, penggunaan kekuataan militer dianggap tidak sah.2

Konflik Libya terjadi pada tanggal 15 Februari 2011 yang diawali dengan demonstrasi besar-besaran yang terjadi di Benghazi yang ingin menuntut digulingkannya rezim pemerintahan Moammar Qadhafi yang sedang berkuasa. Terjadinya demonstrasi besar-besaran yang ingin menggulingkan rezim Qadhafi menjadi awal dari pemberontakan anti pemerintah. Hal ini ditanggapi

Didalam pasal 2 ayat (4) Piagam PBB secara tegas melarang penggunaan kekuatan militer terhadap sebuah negara yang berdaulat, kecuali semata-mata untuk kepentingan self defense dari serangan militer negara lain. Prinsip non-intervensi dalam hukum internasional ini harus diterapkan demi menghormati prinsip kedaulatan sebuah negara (state sovereignty principle). Dengan prinsip non-intervensi ini maka semua negara dilarang keras melakukan intervensi terhadap permasalahan dalam negeri sebuah negara yang berdaulat.

Ketentuan mengenai hal tersebut bukanlah dipandang sebagai ketentuan yang mutlak. Dalam kondisi-kondisi tertentu, Bab VI dan VII Piagam PBB memberikan kewenangan kepada Dewan Keamanan PBB untuk menerapkan non-defensive use of force untuk menanggapi segala bentuk ancaman terhadap perdamaian dan keamanan dunia. Pada kasus Libya, pengeluaran Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 1973 untuk Libya berdasarkan pada Bab VII Piagam PBB.

(3)

Qadhafidengan jalan kekerasan. Ia memerintahkan para tentara untuk menembak mereka. Jikalau mereka menolak maka tentara tersebut akan dibunuh, demikianlah pengakuan tentara yang ditangkap para demonstran. Pihak oposisi yang selama ini di kekang bersama kekuatan rakyat segera mendeklarasikan 17 Februari 2011 sebagai “Hari Kemarahan”. Moammar Qadhafi mulai mengerahkan tentara sewaan dari Chad untuk menembak para demonstran.3

Pada awal bulan Maret 2011, masyarakat internasional mulai tidak tahan dengan sikap pemimimpin Libya tersebut. Banyaknya kasus pelanggaran hak asasi manusia serta tindakan keji yang dilakukan Qadhafi mendapat respon amarah dari dunia internasional. Negara-negara Barat seperti Inggris, Amerika serikat dan Perancis mulai melakukan tindakan pengancaman militer dengan cara melakukan pengiriman ratusan penasihat militer mereka ke Libya serta mendirikan pangkalan-pangkalan militer di Libya yakni di kota Benghazi dan Tobruk yang telah dikuasai oleh penduduk anti- Qadhafi.4

Banyaknya jatuh korban selama berlangsungnya konflik di Libya, memaksa Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk turut campur terhadap kedaulatan

Sebelumnya juga Amerika Serikat dan Inggris telah lebih dahulu memasuki kota Benghazi dan Tobruk pada tanggal 24 Februari lalu. Bahkan Pentagon dalam konfirmasinya melalui juru bicara Departemen Pertahanan AS, telah mengkerahkan pasukan Angkatan Laut dan Udara ke wilayah dekat Libya.

3

Apriadi Tamburaka, ”Revolusi Timur Tengah : Kejatuhan Para Penguasa Otoriter di

Negara-Negara Timur Tengah”, (Yogyakarta : Narasi, 2011). hal. 224.

(4)

negara yang tengah mengalami krisis tersebut.5

NATO yang diberi mandat oleh Dewan Keamanan PBB tanggal 24 Maret 2011 dengan nama operasi ''Operation Unified Protector'' mengintervensi Libya dari darat laut dan udara demi melindungi warga sipil.

Desakan masyarakat internasional yang mengecam tindakan yang dilakukan pemerintah Libya yang represif disambut hangat oleh PBB. Akhirnya, pada tanggal 17 Maret 2011, Dewan Keaman PBB melakukan sidang ke- 6.498, lalu mengeluarkan serta mengesahkan Resolusi Dewan Keamanan PBB No.1973 terkait dengan situasi di Libya yang semakin memburuk. Resolusi tersebut secara garis besar antara lain mengatur mengenai penerapan gencatan senjata (cease-fire) dan penghentian seluruh tindakan kekerasan serta penyerangan terhadap penduduk sipil dalam waktu sesegera mungkin, perlunya upaya-upaya yang intensif untuk merumuskan suatu solusi politik yang damai dan berkelanjutan atas krisis di Libya, kewajiban bagi Otoritas Libya untuk mematuhi hukum internasional, perlindungan atas penduduk sipil (Protection of Civillians), pelaksanaan Zone Larangan Terbang (No Fly Zone), pelaksanaan Embargo Senjata (Enforcement of the Arms Embargo), dan pembekuan sejumlah aset perorangan, instansi pemerintah maupun perusahaan Libya.

6

5“PBBSiap Melakukan Intervensi”, Media Indonesia, 18 Maret 2011,hal. 7. 6

NATO and Libya - Operation Unified Protector, NATO, diunduh tanggal

2November2011http://www.nato.int/cps/en/SID-492E0213-1D7EE83A/natolive/topics_71652.html.

Setelah pemberontakan rakyat yang dimulai di Benghazi pada tanggal 17 Februari 2011, Dewan Keamanan PBB mengadopsi Resolusi 1970 pada 17 Maret. Resolusi PBB dilakukan dengan embargo senjata, membekukan aset pribadi Qadhafi dan

(5)

menerapkan larangan perjalanan tokoh politik Libya.7

Sebagaimana telah dinyatakan diatas, PBB memberikan mandat kepada NATO untuk mengintervensi Libya bertujuan untuk menegakkan zona larangan terbang serta demi melindungi penduduk sipil. Tidak dapat dipungkiri bahwa selama berlangsungnya konflik di Libya, NATO tidak sedikit memberikan peluang bagi rakyat Libya untuk bebas dari rezim yang selama ini telah membatasi hak konstitusi mereka. Namun dalam kenyataannya di lapangan, NATO gagal dalam melindungi penduduk sipil.

Bahkan Dewan Keamanan PBB berdasarkan Resolusi No. 1973, yang menyetujui negara anggota dan organisasi regional untuk mengambil “semua langkah yang diperlukan” untuk melindungi warga sipil di Libya.

8

Resolusi yang dikeluarkan oleh Dewan Kemanan PBB tentang konflik di Libya yang bertujuan untuk melindungi rakyat sipil bukan hanya berlaku pada pemerintahan Libya melainkan juga kepada seluruh negara-negara anggota yang melakukan tindakan yang diperlukan guna mencapai perdamaian dan kemananan di negara tersebut. Serangan NATO yang membabi-buta dan sistematis telah menodai mandat yang diberikan PBB kepadanya. Dalam hukum humaniter internasional dinyatakan bahwa,yang dapat dijadikan sasaran tembak ialah

7Ibid.

8 “NATO Serang Rumah Sakit di Libya”.

,http://www.islamtimes.org/vdcc10qso2bqx18.5fa2.html.Pesawat-pesawat tempur NATO membom pusat medis di Sirte, yang terletak 400 kilometer (250 mil) timur ibukota Tripoli, pada hari Kamis. Jumlah korban masih belum diketahui. NATO telah melakukan lebih dari 9.300 serangan udara di Libya sejak Maret, menurut Associated Press. Ratusan warga sipil Libya telah kehilangan nyawa mereka sejak NATO mengambil alih serangan udara pada 31 Maret.Serangan udara NATO telah merusak infrastruktur Libya. Diakses tanggal 03 Maret 2012.

(6)

hanyalah kombatan, sementara penduduk sipil serta tempat pemukiman penduduk tidak dapat dijadikan sasaran tembak. Sebagai salah satu subjek hukum intermasional, NATO yang merupakan organisasi internasional harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan hukum Internasional.9

Pemilikan personalitas yuridik NATO sebagai suatu organisasi intetnasional yang merupakan salah satu subjek hukum internasional bukan berarti menjadikan NATO kebal dari hukum. Ia harus menghormati hukum internasional. Tiap-tiap perbuatan atau kelalaian yang tidak sesuai dengan hukum internasional merupakan suatu pelanggaran yang harus dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini tanggung jawab internasional yang dirumuskan untuk negara dengan sedikit adaptasi kiranya dapat berlaku bagi organisasi internasional.10

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan uraian diatas inilah yang menjadi latar belakang penulisan skripsi ini untuk meneliti tanggung jawab NATO terkait situasi di Libya.

Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang hendak diangkat dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Bagaimana kekuatan mengikat suatu Resolusi Dewan Keamanan PBB dalam pelaksanaannya?

2. Pelanggaran seperti apa yang dilakukan NATO sehingga menimbulkan dampak di Negara Libya?

9 Ibid.

10 Boer Mauna, “Hukum Internasional : Pengertian Peranan Dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global”, Edisi Ke-2, ( Bandung : P.T.Alumni, 2005), hal. 483.

(7)

3. Bagaimana pertanggungjawaban NATO sebagai subjek hukum internasional terhadap pelanggaran yang dilakukannya menurut hukum internasional ? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini selain daripada untuk melengkapi tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Hukum adalah :

1. Agar dapat mengetahui serta memahami resolusi yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa khususnya kekuatan hukum mengikatnya ditinjau dari hukum internasional.

2. Mampu mengetahui, menganalisis serta mengkategorikan pelanggaran seperti yang yang dilakukan NATO selama melakukan intervensi di negara Libya ditinjau dari sudut pandang hukum internasional.

3. Agar mengetahui pertanggungjawaban NATO terhadap pelanggaran yang dilakukannya selaku organisasi internasional yang juga merupakan salah satu subjek hukum internasional yang dapat menuntut dan dituntut dihadapan hukum.

Selain itu kiranya penelitian ini dapat memberikatan manfaat sebagaimana beriktut :

1. Secara Teoritis.

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum secara umum, khususnya bagi perkembangan hukum internasional. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi penyempurnaan perangkat hukum

(8)

internasional khususnya pada bidang hukum organisasi internasional dalam hal pertanggung jawabannya dihadapan hukum selayaknya subjek hukum hukum internasional yang lain.

2. Secara Praktis

Diharapkan juga dengan adanya penelitian ini dapat memberikan masukan dan pemahaman yang lebih mendalam bagi organisasi-organisasi internasional manapun di dunia agar tidak hanya memahami hak-hak istimewa yang melekat padanya melainkan juga memahami tanggung jawab mereka dihadapan hukum internasional.

D. Keaslian Penulisan.

Bahwasanya penelitian ini merupakan karya tulis asli oleh penulis. Peneliti berupaya untuk menuangkan seluruh gagasannya melalui analisis-analisnya dengan berdasarkan sudut pandang dari segi hukum internasonal terhadap pertanggung jawaban suatu organisasi internasional yakni North Atlantic Treaty Organization ( NATO ) terhadap pelanggarannya terhadap resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa No. 1973 pada konflik di negara Libya. Sepanjang yang telah ditelusuri dan diketahui peneliti di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara bahwa penelitian yang berjudul

“PERTANGGUNGJAWABAN NORTH ATLANTIC TREATY

ORGANIZATION (NATO) TERHADAP PELANGGARAN RESOLUSI

DEWAN KEAMANAN PBB NO. 1973 DALAM KONFLIK DI LIBYA” belum pernah dibahas san diteliti sebelumnya.

(9)

Khususnya pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, keaslian penelitian ini ditunjukkan dengan adanya surat penegasan dari administrator jurusan Hukum Internasional serta pengesahan dari ketua jurusan Hukum Internasional.

E. Tinjauan Pustaka

Menurut Oppenheim, hukum internasional merupakan kumpulan kebiasaan dan perjanjian yang secara hukum dianggap mengikat oleh negara-negara dalam hubungan mereka satu dengan yang lain. Hal serupa juga dikemukakan oleh Breiery yang mengatakan, bahwa hukum internasional tersebut ialah seerangkat kaedah perilaku yang mengikat negara yang satu dengan negara yang lainnya. Kedua pendapat sarjana tersebut menyatakan bahwa yang menjadi subjek hukum internasional hanyalah negara saja, selain daripada itu bukanlah dianggap sebagai suatu subjek hukum internasional.11

Mochtar Kusumaatmadja mengatakan, hukum internasional adalah keseluruhan kaedah-kaedah dan asas-asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang bersifat publik yang melintasi batas-batas negara antara negara

Pendapat kedua sarjana tersebut didasarkan pada kenyataan sejarah, dimana pada awalnya penggunaan istilah hukum yang mengatur hubungan antar negara ialah hukum antar negara atau hukum antar bangsa-bangsa dan praktik internasional yang berlaku pada masa itu pribadi negara lebih menonjol.

11

Sumaryo Suryokusumo, ”Studi Kasus Hukum Internasional”, (Alumni, Bandung,1997), Yang dimaksud dengan subjek dari suatu sistem hukum adalah semua yang menurut ketentuan hukum diakui mempunyai kemampuan untuk bertindak di dalam hukum, yang mempunyai hak dan kewajiban.hal 45.

(10)

dengan negara; dan negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau subjek hukum bukan negara satu sama lain.12

1. Kerjasama yang ruang lingkupnya melintasi batas negara.

Pada dasarnya setiap negara adalah pelaku-pelaku dalam hubungan internasional, setiap negara berupaya menjalin interaksi dengan negara lain, dengan membuka kerangka kerjasama baik itu berupa bentuk hubungan resmi yang membentuk kewajiban seperti keterlibatan dalam suatu organisasi internasional. Dalam hal ini organisasi internasional adalah NATO sebagai organisasi yang diberi mandat oleh PBB guna menangani konflik di Libya dengan menggunakan tindakan militer.

Suatu organisasi bisa dinamakan organisasi internasional jika memiliki unsur-unsur:

2. Mencapai tujuan-tujuan yang disepakati bersama 3. Baik antar-pemerintah maupun non-pemerintah 4. Struktur organisasi yang jelas dan lengkap 5. Melaksanakan fungsi secara berkesinambungan.

Clive Archer, dalam bukunya International Organization mengemukakan peranan organisasi international dapat dibagi kedalam tiga kategori, yaitu:13

1. Sebagai Instrumen. Organisasi internasional digunakan oleh negara-negara anggotanya untuk mencapai tujuan tertentu berdasarkan tujuan politik luar negerinya.

2. Sebagai arena. Organisasi internasional merupakan tempat bertemu bagi anggota-angotanya untuk membicarakan dan membahas masalah-masalah yang dihadapi. Tidak jarang organisasi internasional digunakan oleh beberapa negara untuk mengangkat masalah dalam negerinya, atapun masalah dalam negeri negara lain dengan tujuan untuk mendapat perhatian internasional.

3. Sebagai aktor independen. Organisasi internasional dapat membuat keputusan-keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan atau paksaan dari luar organisasi.

12 Mochtar Kusumaatmadja, Etty.R.Agoe, Pengantar Hukum Internasional.cetakan

ke-2.( Alumni, Bandung,2003). hal. 98.

13 Clive Archer, International Organization. (London : Allen & Unwin Ltd, 1983), hal.

(11)

Organisasi Internasional, akan lebih lengkap dan menyeluruh jika didefinisikan sebagai berikut: Pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan didasari struktur organisasi jelas dan lengkap serta diharapkan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesama kelompok non pemerintah pada negara yang berbeda.14

Penentuan dan interpretasi wewenang suatu organisasi internasional berasal dari campuran antara beberapa ketentuan hukum internasional umum dan ketentuan-ketentuan yang berasal dari organisasi itu sendiri. 15

Disamping wewenang normatif suatu organisasi internasional juga mencakup hak untuk ikut dalam konvensi-konvensi internasional. Pasal 6 Konvensi Wina tahun 1986 memberikan kepada organisasi internasional kapasitas

Wewenang normatif adalah wewenang yang memperbolehkan organisasi internasional membuat norma-norma seperti ketentuan hukum dan keuangan. Organisasi-organisasi internasional banyak yang menggunakan wewenang normatif dengan tujuan untuk memperlancar kegiatan intern. Wewenang ini akan lebih luas lagi bila organisasi melakukan kegiatan operasional dan untuk itu diperlukan rezim yuridis dari kegiatan-kegiatan tersebut.

14 T. May Rudy, Administrasi dan Organisasi Internasional, (Bandung, PT.Refika

Aditama ,2005). hal 93-95.

15 Boer Mauna, Hukum Internasional : Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Globa, Edisi ke-2, (Bandung: P.T.Alumni, 2005). hal. 440.

(12)

untuk membuat perjanjian internasional dengan subjek-subjek hukum lainnya.16 Organisasi internasional juga memiliki hak pengawasan pada dirinya. Wewenang pengawasan adalah wewenang suatu organisasi internasional untuk mengawasi negara-negara anggota yang tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah disepakati sebelumnya.17

Persoalan sumber hukum internasional merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam setiap pembahasan topik mengenai hukum internasional. Berdasarkan pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional (International Court Of Justice), dinyatakan bahwa yang menjadi sumber-sumber hukum internasional antara lain :18

a. international convention,whether general or particular,estabilishing rules expressly recognized by the contesting states.

b. international custom, as evidence of a general practice acctepted as law. c. the general principles of law recognized by civilized nations.

d. subject to the provisions of Article 59, judicial decisions and the teachings of the most highly qualified publicists of the various, as subsidiary means for the determination of rules of law.

Resolusi adalah suatu hasil keputusan dari suatu masalah yang telah disetujui melalui konsensus maupun pemungutan suara menurut aturan dan tata cara yang telah ditetapkan oleh organisasi internasional atau badan yang bersangkutan. Resolusi pada umumnya terdiri dari dua bagian, yaitu paragraf yang bersifat mukadimah (preambule paragraph), dan paragraf yang bersifat operasional (operative paragraph ).

16

Ibid, hal. 442. 17Ibid, hal. 443.

(13)

North Atlantic Treaty Organization (NATO) merupakan suatu organisasi internasional yang bergerak pada bidang pertahanan dan keamanan yang berkantor pusat di Brussel, Belgia. Pada dasarnya NATO merupakan aliansi militer regional yang dibentuk guna mencari dukungan dan solidaritas anggotanya apabila suatu waktu terjadi penyerangan terhadap anggota-anggotanya. Ppenyerangan terhadap salah satu atau lebih kepda negara-negara anggota NATO dianggap sebagai penyerangan terhadap semua anggota dan oleh karena itu baik secara individu maupun kolektif, para pihak dapat melakukan tindakan yang dianggap perlu termasuk penggunaan kekuatan bersenjata untuk mejaga keamanan wilayah Atlantik Utara.19

F. Metode Penelitian

Ditegaskan pula bahwa dalam pembukaan Piagam Atlantik Utara bahwa NATO menjalankan kegiatan organisasinya berdasarkan tujuan dan prinsip-prinsip piagam PBB dan untuk hidup dalam perdamaian terhadap semua bangsa dan semua pemerintahan.

Penelitian merupakan sarana yang dipergunakan manusia untuk memperkuat, membina, dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Penelitian tidak bisa dipisahkan dari ilmu pengetahuan dan begitu pula sebaliknya. Metode merupakan suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian, teknik yang umum dipergunakan dalam ilmu penggetahuan serta cara untuk melaksanakan prosedur.

(14)

Skripsi ini, sebagai bentuk kegiatan ilmiah, mengguankan pula metode penelitian. Adapun pengertian daripada skripsi adalah :

“karya ilmiah yang mengemukanan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris-objektif., baik penelitian langsung (observasi lapangan) maupun penelitian tidak langsung (studi kepustakaan) . Skripsi ditulis biasanya, untuk melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana muda/diploma atau sarjana dan penyusunannya dibimbing oleh dosen atau tim yang ditunjuk oleh suatu lembaga pendidikan tinggi” 20

1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan oleh penulis adalah yuridis normative dengan pertimbangan bahwa titik tolak penelitian analisis terhadap Resolusi Dewan Keamanan PBBNo. 1973, Piagam PBB, Statuta Mahkamah Internaional, dan Piagam NATO. Maka tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis normative, yakni penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaedah-kaedah atau norma-norma hukum organisasi internasional. Hal ini dilakukan dengan penelitian kepustakaan. Olehkarena penelitian yang digunakan adalah yuridis normative maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan. Pendekatan tersebut melakukan pengkajian peraturan yang berhubungan dengan tanggung jawab organisasi internasional.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data, penulis menelaah sejumlah literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti berupa buku, jurnal, dokumen, artikel dalam berbagai media, baik internet maupun surat kabar harian.

20Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta : P.T.Raja Grafindo Persada, 1994). hal. 108

(15)

Adapun bahan-bahan tersebut diperoleh dari beberapa tempat yang telah penulis kunjungi, yaitu:

a. Perpustakaan Pusat Universitas Sumatera Utara.

b. Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. c. Perpustakaan Daerah Sumatera Utara.

3. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data sekunder, dengan cara mengumpulkan bahan-bahan hukum antara lain :

a. Bahan hukum primer

Berbagai dokumen tertulis, yang sifatnya mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Dalam skripsi ini antara lain adalah Resolusi Dewan Keamanan PBB, Piagam PBB, Piagam NATO, Statuta Mahkamah Internasional, dan Konvensi Wina 1969.

b. Bahan hukum Sekunder

Yakni bahan-bahan yang dipergunakan dalam penulisan skripsi yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer, serta dapat dipergunakan untuk menganalisa dan memahami bahan hukum primer yang ada. Semua dokumen yang berisikan informasi atau hasil kajian tentang pertanggungjawaban suatu organisasi internasional serta Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa khususnya resolusi Dewan Keamanan PBB misalnya tulisan para pakar hukum internasional, hasil seminar atau makalah, buku,

(16)

jurnal, artikel, majalah, media massa, serta sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan persoalan yang dibahas.

c. Bahan Hukum Tersier

Sumber yang memberikan pentunjuk maupun penjelasan terhdap bahan hukum primer dan sekunder. Dalam hal ini mencakup Black’s Law Dictionary.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam menganalisis data hasil penelitian adalah teknik analisis kualitatif. Adapun dalam menganalisis permasalahan dengan cara mengelompokan dan menyeleksi data yang diperoleh menurut kualitas dan kebenarannya kemudian dihubungkan dengan teori yang diperoleh dari penelitian kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang diajukan.

G. Sistematika Penulisan.

Dalam pembahsannya penulis telah menyusunnya secara sistematis dimana setiap bab saling berhubungan dengan bab lain. Adapaun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini berisikan latar belakang masalah penulisan skripsi, rumusan permasalahan,tujuan penulisan, keaslian penulisan, tinjaun pustaka,metode penelitian, serta sistematika penelitian.

(17)

BAB II : TINJAUAN UMUM TERHADAP RESOLUSI PBB

Bab ini menjelaskan mengenai resolusi yang dikeluarkan oleh PBB,khususnya resolusi yang dikeluarkan oleh Dewan Keamana PBB. Tidak hanya menjelaskan pengertian daripada resolusi itu sendiri, melainkan latar belakang serta tujuan suatu resolusi yang dikeluarkan PBB. Pemaparan mengenai bagaimana mekanisme penerbitan suatu resolusi yang dikeluarkan baik itu oleh Majelis Umum PBB maupun Dewan Keamanan PBB. Serta tidak dapat dipungkiri pula bahwasanya resolusi PBB yang telah banyak dikeluarkan oleh PBB selama ini banyak memberikan kontribusi bagi hukum internasional. Oleh karena itu dalam bab ini juga menjelaskan bagaimana kekuatan hukum mengikat daripada resolusi itu sendiri.

BAB III : INTERVENSI NATO DI NEGARA LIBYA

Di dalam bab ini mengemukakan tentang latar belakang konflik di negara Libya. Selanjutnya membahas tinjuan umum NATO antara lain tentang sejarah dan perkembangan NATO serta Kedudukan NATO dalam hukum internasional. Pada sub bab selanjutnya membahas tentang intervensi NATO dalam konflik di negara Lilbya dan berusaha menjawab legalitas intervensinya. Lebih lanjut lagi, dalam bab ini membahas pelanggaran serta dampak yang ditimbulkan akibat pelanggaran resolusi yang dikeluarkan

(18)

oleh Dewan Kemanan PBB terkait situasi di Libya,dalam hal ini dilakukan oleh NATO.

BAB IV: PERTANGGUNGJAWABAN NORTH ATLANTIC TREATY

ORGANIZATION (NATO) TERHADAP PELANGGARAN

RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB NO.1973.

Bab ini menjelasakan bagaimana pertanggungjawaban yang seharusnya suatu organisasi internasional terhadap pelanggaran yang dilakukannya. Dijelaskan juga apa yang menjadi sanksi terhadap pelanggaran resolusi yang dikeluarkan oleh PBB khususnya resolusi yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB. Dan terakhir, bab ini menjelaskan bentuk pertanggung jawaban seperti apa yang harus dilakukan oleh NATO dalam mempertanggung jawabkan tindakannya.

BAB V: PENUTUP

Dalam bab ini diuraikan apa yang menjadi kesimpulan daripada penelitian yang mencakup isi dari semua pembahasan yang ada pada bab-bab sebelumnya. Disertai juga saran-saranyang mencakup gagasan-gagasan maupun pendapat daripada penulis terhadap permasalahn yang dianggkat serta dibahas dalam penulisan ini berdasarkan fakta-fakta serta pertimbangan hukum yang telah diuraikan sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

 Pemrosesan data/informasi dan informasi-informasi yang diperlukan dalam pemrograman (penyusunan program desain) Pemap aran Materi - Diskusi kelompok dan menyusun makalah

Berdasarkan tabel 3.5, dapat peneliti simpulkan bahwa dari 10 item yang dianalisis diperoleh estimasi reliabilitas untuk item kecemburuan sensitivitas dengan metode Cronbach’s Alpha

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, hasil pembahasan yang di deskripsikan diatas lewat penelitian kualitatif dengan pendekatan triangulasi maka terkait

Berdasarkan definisi diatas, persepsi konsumen melihat suatu produk yaitu kafe dengan merek lokal dan kafe dengan merek asing di Kota Bandung dalam hal psikologis berdasarkan

Dapat diartikan bahwa indikator inovasi produk, yaitu: produk baru bagi dunia, lini produk baru, perluasan lini, penyempurnaan produk yang sudah ada memberikan pengaruh

Namun, audit CAO mengajukan pertanyaan yang Sah (legitimate) tentang kategorisasi resiko sosial dan lingkungan investasi Wilmar (kategori C dalam hal perusahaan

e-speaking terdiri dari perintah suara membuka program, menutup program, dan perintah suara mendikte kata dalam microsoft word, yang dapat dilakukan pada menu command, menu

Kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Pasar dan juga keterbatasan sarana sosialisasi menyebabkan PKL Tlogosari tidak seluruhnya mengetahui program pengaturan dan