BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beberapa tahun belakangan ini, Indonesia menjadi pasar yang menarik bagi para penyedia layanan transportasi berbasis aplikasi. Transportasi berbasis aplikasi ini merupakan bentuk inovasi di bidang teknologi yang memudahkan masyarakat dalam memesan transportasi kendaraan roda empat berpelat hitam dengan harga yang terjangkau. Salah satu contohnya adalah Uber yang mulai menawarkan jasa sewa mobil yang memungkinkan para pengguna untuk memesan mobil sewaan lewat aplikasi sebagai sarana transportasi alternatif di Jakarta sejak bulan Agustus 2014 (Oik, 2014).
Perusahaan Uber merupakan perusahaan multinasional jaringan kendaraan berbasis online atau aplikasi yang mengadopsi teknologi
crowdsourcing dan alogaritma untuk mengukur tingkat mobilitas pengguna
transportasi di suatu negara (Vempala, 2016). Menurut Howe (2008), pengertian crowdsourcing adalah suatu aktifitas atau tindakan yang dilakukan oleh suatu perusahaan atau institusi dimana salah satu fungsi pekerjaan/tugas yang seharusnya dilakukan oleh karyawannya, dilakukan oleh orang banyak/kerumunan yang terkoneksi dengan jaringan komputer, dalam hal ini internet. Artinya, siapa saja yang memiliki kendaraan pribadi roda empat beserta asuransinya dapat mendaftarkan diri dan bergabung dengan Uber.
Pengguna Uber maupun pemilik kendaraan dapat secara mudah mengunduh aplikasi khusus yang tersedia di Play Store untuk Android dan
App Store untuk Iphone. Setelah itu, pemilik kendaraan dapat langsung
berkendara ke jalan raya dan memasang status 'online' agar keberadaan mereka terdeteksi oleh calon penumpang yang juga menggunakan aplikasi Uber. Dalam hal ini, Uber menggunakan peta digital dari Google yaitu
Google Maps untuk membantu memetakan jalan-jalan di suatu negara. Google sendiri turut mendanai Uber melalui salah satu perusahaan
venturanya sebesar $258 milyar pada tahun 2013 (Wilhelm, 2013). Di tahun 2016, Toyota menjalin kerjasama dengan Uber yang salah satunya adalah opsi kredit kendaraan Toyota (Iriansyah, 2016). Dengan demikian, Uber tidak perlu diragukan lagi kehebatannya karena didukung oleh perusahaan-perusahaan bermodal besar.
Seiring berjalannya waktu, operasional angkutan orang dengan sistem online seperti Uber mulai bermunculan seperti Grab, Gojek dan lainnya yang berkembang dengan pesat disebabkan karena tarifnya lebih murah dari yang konvensional. Dari segi penyedia jasa transportasi, aplikasi berbasis teknologi informasi ini memberikan penghasilan yang besar karena ditunjang oleh adanya iklan, sedangkan bagi pengguna jasa transportasi aplikasi berbasis teknologi informasi ini memberikan tarif yang lebih murah dibandingkan dengan transportasi konvensional, karena sebagian biayanya ditunjang oleh fee pemasang iklan. Tarif transportasi dengan aplikasi berbasis teknologi informasi ini juga dapat murah disebabkan kendaraan yang dipakai adalah milik pribadi plat hitam yang tidak kena pajak plat
kuning, tidak kena ketentuan uji kelayakan (KIR) yang harus dilakukan setiap tahun, tidak perlu mempunyai bengkel khusus, tidak perlu menyediakan pool kendaraan, besaran tarif dasar per kilometer tidak ditetapkan Pemerintah, serta pengemudinya cukup mempunyai surat ijin mengemudi (SIM) pribadi bukan SIM umum sebagaimana ditetapkan pada transportasi konvensional.
Pada dasarnya, operasional transportasi konvensional menjadi lebih mahal dibandingkan dengan operasional angkutan berbasis aplikasi informasi teknologi, sebab Kementerian Perhubungan membebankan biaya-biaya seperti plat nomor harus kuning, kewajiban KIR setiap tahun, harus mempunyai bengkel kendaraan sendiri, harus mempunyai pool kendaraan, tarif dasar per kilometer telah ditetapkan Pemerintah dan sopir harus memiliki SIM Umum, sehingga sulit untuk bersaing harga dengan transportasi berbasis teknologi informasi yang tidak dikenakan biaya-biaya tersebut. Ketidak-samaan biaya tambahan dalam operasional transportasi inilah yang menyebabkan bisnis transportasi konvensional semakin ditinggalkan dan mengalami kemunduran.
Sebagai ilustrasi, menurut Rahmayanti (2015) besarnya tekanan yang dihadapi oleh PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI), baik dari aspek pemasaran, tarif dan batalnya rencana akuisasi oleh Saratoga, akibat dari adanya transportasi berbasis aplikasi telah membuat saham jasa transportasi ini disuspen mulai perdagangan Jumat, 13 November 2015. Sanksi suspensi dikarenakan harga saham TAXI turun 56,83 persen menjadi hanya Rp136 dari sebelumnya Rp1.425 pada 14 Agustus 2014 (Rahmayanti, 2015). Grafik
Pergerakan Harga Saham TAXI dari 1 Agustus 2014 hingga 12 November 2015 adalah sebagai berikut.
Gambar 1. Grafik Pergerakan Harga Saham TAXI dari 1 Agustus 2014 hingga 12 November 2015
Sumber: www.bareksa.com
Dengan adanya angkutan mobil berbasis aplikasi atau yang lebih dikenal dengan taksi online, diperkirakan nasib pengusaha transportasi konvensional yang lainnya akan sama dengan nasib becak di Bandung atau bemo di Jakarta. Perlahan-lahan keberadaan mereka akan tersingkir apabila tidak diimbangi dengan peraturan yang memadai dan pengembangan atau inovasi bisnis dengan semakin cepatnya teknlogi berkembang. Selain itu, Pemerintah juga akan kehilangan penghasilan pajaknya. Pengguna transportasi atau siapapun pasti akan lebih memilih harga yang lebih murah dan Uber dengan modal atau sponsornya yang besar, tentu bisa menahan diri untuk tetap memberlakukan harga murah sampai titik dimana seluruh kompetitor bisa dikuasai.
Kondisi yang tidak adil antara peraturan yang diterapkan Kementerian Perhubungan terhadap pengusaha jasa transportasi
teknologi informasi inilah yang menyebabkan adanya protes dan demo yang akhirnya dikeluarkanlah Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 32 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek yang ditetapkan di Jakarta oleh Ignasius Jonan sebagai Menteri Perhubungan Republik Indonesia pada tanggal 28 Maret 2016. Peraturan ini mengatur penyelenggaraan transportasi umum baik yang konvensional maupun yang berbasis aplikasi teknologi informasi. Dengan disahkannya peraturan ini, maka pengusaha transportasi berbasis aplikasi teknologi informasi harus memenuhi persyaratan tertentu sebagaimana dikenakan pada pengusaha transportasi konvensional, sehingga persaingan berjalan lebih fair dan sehat.
1.2 Perumusan Masalah
Keluarnya Peraturan Menteri Nomor 32 Tahun 2016 tentang penyelenggaraan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum tidak dalam trayek ini akan menciptakan suasana persaingan yang lebih sehat antara bisnis transportasi konvensional dengan bisnis transportasi berbasis teknologi informasi. Pengumuman peraturan ini tentu merupakan berita baik bagi bisnis transportasi konvensional dan merupakan berita yang kurang baik bagi bisnis transportasi berbasis teknologi informasi. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah pasar modal akan bereaksi serta seberapa besar pengaruh penguumuman Peraturan Menteri Nomor 32 Tahun 2016 tentang penyelenggaraan angkutan orang dengan kendaraan bermotor
umum tidak dalam trayek terhadap return saham perusahaan-perusahaan transportasi konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, dapat diidentifikasi pertanyaan penelitian adalah apakah terdapat return taknormal positif pada perusahaan-perusahaan transportasi konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia akibat peristiwa pengumuman Peraturan Menteri Nomor 32 Tahun 2016 tentang penyelenggaraan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum tidak dalam trayek pada tanggal 28 Maret 2016.
1.4 Tujuan Penelitian
Merujuk pada pertanyaan penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis ada tidaknya return taknormal positif pada perusahaan-perusahaan transportasi konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia akibat peristiwa pengumuman Peraturan Menteri Nomor 32 Tahun 2016 tentang penyelenggaraan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum tidak dalam trayek yang diumumkan pada tanggal 28 Maret 2016.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan paling tidak memberikan dua kontribusi yaitu sebagai berikut.
1. Secara teoritis penelitian ini mengkonfirmasi bahwa studi peristiwa mampu memprediksi perilaku investor pasar modal terhadap informasi. 2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan
mengembangkan gagasan pada investor terkait pengaplikasian studi peristiwa.
1.6 Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling sehingga didapatkan tujuh perusahaan sub sektor transportasi darat yang memenuhi kriteria penelitian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan studi peristiwa dengan metode model pasar. Periode pengamatan dalam penelitian ini adalah 121 hari bursa, yaitu 100 hari untuk periode estimasi, 10 hari sebelum dan 10 hari sesudah tanggal peristiwa.
Peneliti hanya membahas masalah return taknormal pada saham-saham perusahaan sub sektor transportasi darat di Bursa Efek Indonesia akibat beroperasinya dikeluarkannya pengumuman Peraturan Menteri Nomor 32 Tahun 2016 tentang penyelenggaraan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum tidak dalam trayek pada tanggal 28 Maret 2016.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Bab I Pendahuluan.
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, lingkup penelitian, dan sistematika penelitian.
Bab II Landasan Teori.
Bab ini menjelaskan dasar teori yang digunakan pada penelitian yang akan dilakukan dan penjelasan Peraturan Menteri Nomor 32 Tahun 2016, studi peristiwa, serta beberapa penelitian sebelumnya mengenai reaksi pasar modal terhadap suatu peristiwa dan pengembangan hipotesis dalam penelitian ini.
Bab III Metoda Penelitian.
Bab ini menjelaskan tentang populasi dan cara pengambilan sampel. Selain itu bab ini juga membahas cara pengolahan data, rumus yang digunakan, pengujian statistik dengan uji-t dan uji beda, serta kriteria dalam menarik kesimpulan.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan.
Bab ini membahas tentang hasil pengolahan data dan pengujian statistik disertai analisis mengenai pengaruh pengumuman Permenhub No. 32 Tahun 2016 pada return taknormal saham yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.
Bab V Simpulan dan Saran.
Bab ini menyajikan simpulan, keterbatasan penelitian, dan saran dari hasil penelitian yang dilakukan.