• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. ini berisikan mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. ini berisikan mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, masalah"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini, akan dijelaskan secara singkat tentang jenis penelitian yang akan diteliti, mengapa, dan untuk apa penelitian ini dilakukan. Secara terinci bab ini berisikan mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, masalah apa yang terjadi dan mencari penyelesaiannya, apa tujuan penelitian ini, dan apa manfaat akademis dan praktisnya baik untuk pemerintah, masyarakat dan untuk peneliti itu sendiri.

1.1 Latar Belakang

Tingkat keberhasilan suatu kegiatan usaha sangat ditentukan dari keberadaan lokasi dari usaha tersebut. Lokasi yang dimaksud merupakan keterkaitan tata ruang dari suatu kegiatan ekonomi. Kondisi geografis dan sumber daya akan memperngaruhi terhadap keberadaan lokasi dari aktifitas ekonomi dan sosial. Dalam industri ritel lokasi merupakan faktor kunci yang menentukan keberhasilan ritel. Pertumbuhan pembangunan lokasi pusat-pusat perbelanjaan dan dicanangkannya era-otonomi daerah memicu pertumbuhan industri ritel modern yang cukup pesat di Indonesia. Keberadaan industri ritel modern di Indonesia telah dimulai pada tahun 1962 ditandai dengan berdirinya Sarinah

building yang diabadikan dengan sebuah nama departemen store yang

dicanangkan oleh PT SARINAH (PERSERO) yang kemudian diikuti oleh ritel terbesar Jepang yaitu Sogo. Pada awal tahun 1970 menjadi awal masuknya ritel

(2)

asing di Indonesia, industri ritel asing tersebut tumbuh dan berkembang pesat hingga sampai saat ini (Gumilang, 2011).

Pada tahun 1998 pemerintah Indonesia melakukan kesepakatan antara IMF mengenai perijinan pengusaha asing untuk berinvestasi dan melakukan kegiatan usaha tanpa harus menggandeng pengusaha lokal. Kesepakatan ini memberikan peluang bagi pengusaha lokal dan asing karena Indonesia memiliki potensi persebaran ritel sangat besar dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia.

Berdasarkan data dari Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (2014) Pada tahun 2013 perkembangan ritel modern tumbuh 11% dengan pendapatan mencapai Rp 150 trilliun. Dari tahun ke tahun jumlah ritel modern tumbuh mengalami peningkatan yang signifikan. Tumbuh berkembangnya ritel modern secara garis besar cenderung berlokasi pada pusat kota yang dikenal sebagai sentralisasi lokasi ritel. Secara spasial tumbuh kembang ritel modern dapat membentuk pola desentralisasi yang diakibatkan adanya pengaruh perubahan permintaan, perubahan organisasi ritel, kondisi tanah/geografi, tenaga kerja, dan perubahan teknologi dan kebijakan perencanaan. Penyebaran industri ritel modern dimulai dari kota-kota besar di Indonesia tidak hanya terpusat di Pulau Jawa, tetapi menyebar pada daerah-daerah lainnya seperti Bali, Sumatra dan Kalimantan.

Jenis usaha perdagangan ritel modern di Indonesia salah satunya di Kota Denpasar merupakan jenis perdagangan yang sangat strategis, karena mampu menyerap tenaga kerja setelah sektor pertanian. Industri ritel modern terus tumbuh dan berkembang seiring adanya potensi pasar dan daya beli masyarakat yang

(3)

semakin meningkat. Pertumbuhan masyarakat dengan perekonomian kelas menengah dan gaya hidup memicu pertumbuhan bisnis minimarket, dimana kondisi ini memberikan kemudahan dalam memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat Kota Denpasar.

Di Kota Denpasar perkembangan industri ritel modern telah berubah menjadi tidak hanya sekedar tempat belanja tetapi juga dimanfaatkan sebagai tempat bertemu dan berkumpul bersama teman dan kerabat, khususnya bagi konsumen yang berusia muda. Salah satu ritel modern yang mengalami pertumbuhan yang cukup pesat di Kota Denpasar tadalah ritel modern jenis

minimarket dengan konsep waralaba atau yang disebut juga dengan franchise

(Kusuma dan Bagus, 2010). Konsep industri tersebut memudahkan para pelaku usaha dan pemodal untuk memiliki dan mengelola bisnis ritel. Dilihat dari segi kualitas produk ritel modern memberikan kualitas produk yang terjamin, kenyaman, aksesibilitas yang mudah, ketersediaan kelengkapan perbelanjaan, sistem pembayaran yang modern, sistem pelayanan dengan SDM yang berpengalaman. Perkembangan minimarket yang cepat juga tidak terlepas dari faktor pola konsumsi masyarakat yang dari warung/ toko tradisional ke jenis

minimarket.

Menurut Kusuma dan bagus (2010) didalam tuliasnnya perkembangan toko modern kenyataanya telah berkembang dan menjamur berada pada daerah strategis disepanjang jalan Kota Denpasar. Sesuai dengan jenis minimarketnya,

minimarket waralaba memiliki strategi pemasaran dengan menonjolkan merek

(4)

minimarket tersebut. Minimarket waralaba dengan pemodal besar juga berpeluang

untuk mengembangkan dan menyebarkan hingga di kawasan strategis salah satunya pusat kegiatan pariwisata.

Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar tahun 2014 jumlah ritel berjumlah 136 unit dengan rincian: (88 memiliki jaringan, 48 milik perorangan), 2 unit hypermarket, 3 unit Supermarket. Jumlah

minimarket waralaba tebanyak di Kota Denpasar yaitu dengan brand Circle K. Minimarket Circle K mulai berdiri dari tahun 2007 dengan kosentrasi jumlah gerai

terbanyak berada di Kecamatan Denpasar Barat. Keberhasilan usaha tersebut tidak lain dikarenakan keberhasilan pemilihan lokasi sehingga keberadaannya mampu bertahan dari tahun ketahun hingga saat ini.

Kecamatan Denpasar Barat merupakan bagian Kota Denpasar yang merupakan kota metropolis dengan pusat daerah perdagangan didalamnya. Sebagai kawasan perdagangan didukung oleh adanya pembangunan infrasturktur yang memadai meliputi jalur transportasi, telekomunikasi, jaringan utilitas dan lain sebagainya. Tingginya aktifitas masyarakat kota yang hampir terjadi 24 jam menyebabkan tingginya kebutuhan hidup masyarakat. Melihat potensi tersebut dan guna memenuhi kebutuhan berbelanja masyarakat yang lebih optimal

minimarket saat ini membuka gerainya hingga 24 jam. Era modern sekarang ini,

konsumen tidak hanya sekedar berbelanja untuk memenuhi kebutuhan hidup baik secara fungsional melainkan merupakan sebuah pencitraan gaya hidup yang lebih bergengsi. Perubahan gaya hidup dan teknologi mengadirkan sistem belanja yang praktis, bersih dengan tampilan modern dalam sistem belanja pada minimarket.

(5)

Pada lokasi jalan-jalan tertentu tidak jarang terdapat lebih dari dua jenis

minimarket waralaba. Persaingan minimarket dapat terjadi antar sesama minimarket ataupun minimarket dengan warung/toko tradisional. Persaingan yang

ketat membuat pemilik minimarket tidak memperdulikan keberadaan minimarket yang saling berdekatan. Selain itu, keberadaan lokasi yang berdekatan juga memberikan keuntungan bagi minimarket tersendiri dikarenakan konsumen dapat dengan mudah dan terpusat untuk berbelanja. Dalam industri minimarket pemilihan lokasi merupakan kunci utama suksesnya minimarket tersebut. Dengan kata lain, pemilihan lokasi merupakan faktor utama dalam mengembangkan usaha

minimarket waralaba yang nantinya memudahkan konsumen mendapatkan barang

kebutuhannya.

Lokasi merupakan faktor utama yang mendukung tumbuh pesatnya kegiatan penjualan barang dan jasa yang mendukung kegitan pertumbuhan ekonomi. Pemilihan lokasi usaha perdagangan sangat erat kaitannya dengan fungsi tata ruang sebagai suatu kegiatan ekonomi. Pemilihan lokasi yang memperngaruhi kegiatan ekonomi selalu dikaitkan dengan alokasi kondisi geografis wilayah dari sumber daya yang terbatas yang pada gilirannya akan berpengaruh dan berdampak terhadap lokasi berbagai aktivitas baik ekonomi ataupun sosial (Sirojuzilam, 2006).

Dari data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kecamatan Denpasar Barat Tahun 2014 jumlah minimarket waralaba di Kecamatan Denpasar Barat yaitu sebanyak 23 gerai. Jumlah tersebut terdiri dari jenis minimarket brand Circle K sebanyak 14 gerai, Indomaret sebanyak 4 gerai, Alfa Mart sebanyak tiga gerai,

(6)

dan Alfa Midi sebanyak dua gerai,. Pertumbuhan minimarket waralaba yang sangat cepat, cenderung tidak terkendali dan terarah mengakibatkan timbul berbagai masalah salah satunya yang menyebabkan industri kecil seperti warung/toko tradisional tersisih dan termarginalkan.

Sejalan dengan tingkat pendapatan masyarakat, pendidikan, gaya hidup masyarakat yang memperngaruhi pola belanja, sehingga industri minimarket waralaba berkembang pesat di Kecamatan Denpasar Barat. Kondisi ini tidak lepas dari meningkatnya perkembangan pemukiman, padatnya lalulintas dan adanya daerah pusat perdagangan yang terpusat di Jalan Teuku Umar, Jalan Imam Bonjol hingga Jalan Dipoenogoro. Perkembangan minimarket yang semakin cepat dan pada akhirnya menyebabkan terpinggirkannya warung/toko tradisional, oleh karena itu adanya upaya pembatasan toko modern telah dilakukan mulai dari adanya regulasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat maupun daerah.

Mulai dari adanya Keppres No. 99 Tahun 1998 tentang bidang/jenis usaha untuk usaha kecil dan bidang/jenis usaha yang terbuka untuk usaha menengah atau usaha besar dengan syarat kemitraan yang sekarang sudah tidak berlaku lagi, Keppres No. 96 Tahun 2000 tentang bidang usaha tertutup dan terbuka bagi penanam modal asing, sekarang ini sudah tidak berlaku lagi dan yang terkhir adanya Perpres No. 112 Tahun 2007 tentang penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, toko modern. Regulasi yang berubah-ubah pada akhirnya menimbulkan permasalahan yang erat kaitannya dengan aspek keruangan/spasial khususnya terkait keberadaan lokasi minimarket yang berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan, termasuk sistem jaringan jalan lingkungan pada

(7)

kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di dalam kota/perkotaan (Perpres No. 112 Tahun 2007 pasal 5 ayat 1 dan 2 poin ke-4). Mengacu dari Perpres tersebut berdampak kepada makin banyaknya industri minimarket terlebih dengan konsep waralaba yang berimbas pada aspek persaingan kegiatan ekonomi.

Menjamurnya minimarket jenis waralaba yang agresif sebagai salah satu efek dari era globalisasi ekonomi dimana pelaku industri minimarket yang justru mengejar keberadaan konsumen dengan melihat kondisi-kondisi strategis. Kondisi ini sulit dikendalikan akibat adanya supply dan demand di masyarakat. Aspek yang muncul terkait fungsi keruangan adalah munculnya alih fungsi lahan kearah ritelisasi, munculnya kemacetan pada ruas-ruas jalan, penurunan daya dukung lingkungan kota.

Proses pemberian ijin pendirian minimarket waralaba sebenarnya telah diatur dalam Perwali Nomor 9 tahun 2009 oleh pemerintah Kota Denpasar namun yang sangat disayangkan dilakukan secara tidak transparan dan terlebih sering terjadi berbenturan dengan berbagai kepentingan individu maupun kelompok didalamnya. Terkait dengan mekanisme regulasi daerah adanya Perwali Nomor 9 tahun 2009 secara spasial juga belum mampu memberikan, lokasi minimarket yang ideal, dan perlindungan terhadap eksistensi warung/toko tradisional sehingga usaha kecil dengan kepemilikan pribadi seperti ini mampu bersaing.

Perkembangan kondisi tata ruang Kecamatan Denpasar Barat berkembang dari sisi timur/pusat kota kearah barat, utara, timur dan selatan. pemanfaatan lahan sebagian besar diperuntukkan sebagai pemukiman dan pusat perdagangan dan jasa pada jalur-jalur transportasi. Seiring dengan kondisi tersebut pola pemanfaatan

(8)

ruang di Kecamatan Denpasar Barat tersebut akan diikuti oleh perkembangan

minimarket waralaba secara besar-besaran melihat potensi-potensi yang ada.

Berdasarkan fenomena diatas, maka penting untuk dilakukannya penelitian mendasar tentang mengetahui faktor-faktor pemilihan lokasi dan sebaran

minimarket waralaba di Kecamatan Denpasar Barat. Penelitian yang dilakukan

diharapkan mampu menjelaskan dan memaparkan faktor-faktor pemilihan lokasi

minimarket waralaba, faktor utama pemilihan lokasi terhadap karakteristik

pemanfaatan lahan dan kecenderungan sebaran minimarket waralaba di Kecamatan Denpasar Barat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan yang telah diuraikan pada latar belakang diatas, dapat dijabarkan beberapa permasalahan yang nantinya akan dianalisis pada penelitian ini antara lain :

1. Apakah faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi

minimarket waralaba di Kecamatan Denpasar Barat ?

2. Apakah yang menjadi faktor utama pemilihan lokasi minimarket waralaba terkait karekteristik pemanfaatan lahan di Kecamatan Denpasar Barat ?

3. Bagaimanakah kecenderungan perebaran minimarket waralaba di Kecamatan Denpasar Barat ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uaraian pada judul penelitian, latar belakang, dan pokok permasalahan, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

(9)

1. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi pertimbangan pemilihan lokasi

minimarket waralaba di Kecamatan Denpasar Barat.

2. Mengetahui faktor utama pemilihan lokasi minimarket waralaba terkait karekteristik pemanfaatan lahan di Kecamatan Denpasar Barat.

3. Mengetahui kecenderungan perebaran minimarket waralaba di Kecamatan Denpasar Barat.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini nantinya akan memiliki manfaat akademis dan praktis diantaranya:

1.4.1 Manfaat Akademis:

Pengayaan teori bagi mahasiswa arsitektur mengenai strategi pemilihan lokasi ritel modern khususnya minimarket waralaba dan pola sebaran minimarket waralaba di Kecamatan Denpasar Barat. Merupakan bagian perencanaan wilayah (regional planning), serta manajemen pembangunan perkotaan (urban

development management). Selain itu, penelitian ini adalah dapat memperkaya

wawasan serta memberikan pengetahuan melalui penelitian mengenai faktor-faktor pemilihan lokasi minimarket waralaba, faktor-faktor-faktor-faktor utama pemilihan lokasi terhadap pemanfaatan lahan dan mengetahui pola sebaran minimarket waralaba di Kecamatan Denpasar Barat.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberikan sumbangan bagi pemerintah, masyarakat, dan peneliti. Masing-masing memperoleh manfaat yang dijabarkan sebagai berikut:

(10)

1. Rekomendasi bagi pemerintah untuk memberikan masukan yang mampu menampung semua kepentingan yang mampu mengakomodasi kepentingan industri ritel, masyarakat, dan pemerintah Kota Denpasar. Perhatian terhadap keberadaan warung/toko tradisional sebagai penunjang ekonomi kerakyatan setelah maraknya pendirian minimarket waralaba di Kecamatan Denpasar Barat. Sehingga, nantinya pemerintah diharapkan mampu merumuskan kebijakan yang mampu melindungi kepentingan ekonomi sektor informal. 2. Rekomendasi bagi masyarakat pemilik warung/toko tradisional yaitu mampu

memberikan gambaran keberadaan minimarket waralaba dan faktor pemilihan lokasi minimarket waralaba di Kecamatan Denpasar Barat, Sehingga masyarakat pemilik warung tradisional mampu mengambil tidakan untuk keberlangsungan usaha mereka.

3. Bagi peneliti, diharapkan mendapatkan suatu temuan awal sebagai input bagi peneliti selanjutnya dalam kajian tata ruang kota dan menjadi masukan dalam studi perencanaan kota dan manajemen pembangunan perdesaan dan perkotaan di Kecamatan Denpasar Barat pada khususnya, serta menjadi pedekatan dalam perencanaan kota-kota di Bali yang berwawasan budaya dan ekonomi kerakyatan pada umumnya.

Referensi

Dokumen terkait

Virus parvo anjing baik pada aplikasi oral maupun infravena tidak berhasil diisolasi dari feses dengan menggunakan jaringan FK dan uji HA selama penelitian

Kebijakan organisasi yang cepat dan tepat dalam menyikapi perubahan paradigma ini merupakan aplikasi dari perubahan organisasi dalam rangka merespon tuntutan lingkungan

Pada proses injeksi molding untuk pembuatan hendel terjadi beberapa kekurangan, pada proses pembuatannya diantaranya terjadinya banyak kerutan dan lipatan pada

Faktor lainnya adalah kehadiran siswa dalam mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok yang dilakukan peneliti, beberapa siswa pada pelaksanaan treatment

Praktek yang dilakukan oleh guru BK di sekolah ini dapat membantu siswa yang lain ketika menghadapi masalah yang sama, dengan adanya teknik terapi behavior melalui strategi modeling

Hasil penelitian ini adalah kompetensi sumber daya manusia dan persepsi keberhasilan sistem berpengaruh positif pada pelaksanaan SIMDA di pemerintah daerah Kabupaten

Through the help of signifier and signified theory from Ferdinand de Saussure, the writer could conclude that the meaning of verbal and non verbal sign in meme

[r]