• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PERJANJIAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PT MEGA AUTO FINANCE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN PERJANJIAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PT MEGA AUTO FINANCE"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PERJANJIAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PT MEGA AUTO FINANCE CABANG

BEKASI (YANG TIDAK TERDAFTAR DI LEMBAGA PENDAFTARAN FIDUSIA

Oleh

FIRMAN RULLY ZAELANI

Abstrak

Lembaga jaminan fidusia sebagai suatu perjanjian accessoir dari perjanjian utang piutang (perjanjian kredit) merupakan perkembangan dari lembaga jaminan gadai. Perbedaan prinsipil antara lembaga jaminan gadai dengan lembaga jaminan fidusia terletak pada aspek penguasaan atas obyek jaminannya. Pada lembaga gadai, obyek jaminan diserahkan dan dikuasai oleh pihak penerima gadai (kreditur), sedangkan dalam perjanjian jaminan fidusia, obyek jaminan tetap dikuasai oleh pihak pemberi fidusia (debitur). Perbedaan tersebut merupakan kelebihan jaminan fidusia dibandingkan gadai, karena obyek jaminan tetap dapat dimanfaatkan oleh debitur untuk kegiatan usahanya. Perjanjian fidusia adalah perjanjian hutang piutang antara kreditur dengan debitur yang melibatkan penjaminan yang kedudukannya tetap dalam penguasaan pemilik jaminan. Dalam hal debitur meninggal dunia, sedangkan jaminan fidusia belum didaftarkan, pada dasarnya, terhadap perjanjian yang memberikan penjaminan fidusia di bawah tangan tidak dapat dilakukan eksekusi langsung. Proses eksekusi harus dilakukan dengan cara mengajukan gugatan perdata ke Pengadilan Negeri melalui proses hukum acara yang normal hingga turunnya putusan pengadilan. Selain itu, bank sebagai kreditur menjadi tidak memiliki hak didahulukan (lihat Pasal 27 ayat [1] Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia) terhadap kreditur lain dalam pengembalian pinjamannya karena penjaminan secara fidusia dianggap tidak

(2)

sah jika tidak didaftarkan. Dalam suatu perikatan utang piutang, pada prinsipnya utang tersebut harus dilunasi oleh debitur. Dan apabila debitur kemudian meninggal sebelum dilunasinya utang tersebut, maka utang tersebut dapat diwariskan kepada ahli warisnya. Terhadap perjanjian jaminan fidusia yang tidak didaftarkan, konsumen dapat mengajukan gugatan ke pengadilan negeri dengan dasar perbuatan melawan hukum ataupun wanprestasi.

I. Latar Belakang Masalah

Manusia di dalam kehidupannya pasti memiliki banyak kebutuhan, alasan itulah yang menyebabkan interaksi dalam kehidupan bersama sangat dibutuhkan. Interaksi ini muncul karena manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain. Hal inilah yang menyebabkan manusia disebut sebagai makhluk sosial. Interaksi yang dilakukan bertujuan agar manusia dapat saling melengkapi kebutuhan hidup masing-masing. Kebutuhan manusia pada dasarnya ada dua macam, yakni kebutuhan akan barang-barang dan kebutuhan akan jasa. Kebutuhan ini sangatlah pokok, sehingga manusia senantiasa berusaha

untuk memenuhinya.1 Guna menunjang pemenuhan kebutuhan secara cepat, maka masyarakat membutuhkan alat transportasi sebagai media pengangkutannya. Salah satu alat transportasi, yang dibutuhkan adalah sepeda motor. Kecepatan dalam pemenuhan kebutuhan ini menyebabkan keinginan bagi seseorang untuk memiliki alat transportasi seperti sepeda motor. Namun tidak semua orang mampu membelinya secara tunai, oleh karena itulah orang berusaha mencari sarana yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhannya, terutama kebutuhan akan kendaraan bermotor dengan pembelian tidak secara tunai. Lembaga jaminan fidusia sebagai suatu perjanjian accessoir dari

1 Anonim, “Objek Perjanjian Fidusia”

(online) tersedia di, http:// irmadevita.com, diakses tanggal 14 Oktober 2012.

(3)

perjanjian utang piutang (perjanjian kredit) merupakan perkembangan dari lembaga jaminan gadai. Perbedaan prinsipil antara lembaga jaminan gadai dengan lembaga jaminan fidusia terletak pada aspek penguasaan atas obyek jaminannya. Pada lembaga gadai, obyek jaminan diserahkan dan dikuasai oleh pihak penerima gadai (kreditur), sedangkan dalam perjanjian jaminan fidusia, obyek jaminan tetap dikuasai oleh pihak pemberi fidusia (debitur). Perbedaan tersebut merupakan kelebihan jaminan fidusia dibandingkan gadai, karena obyek jaminan tetap dapat dimanfaatkan oleh debitur untuk kegiatan usahanya. Pada awalnya, ketentuan hukum tentang lembaga jaminan fidusia di Indonesia hanya mendasarkan pada yurisprudensi saja. Namun mengingat lembaga jaminan fidusia semakin banyak digunakan dalam kegiatan bisnis, pemerintah akhirnya campur tangan dengan membuat regulasi dalam bentuk Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum baik bagi pihak kreditur

maupun pihak debitur.2 Setiap perjanjian diadakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, tujuan itu akan tercapai apabila masing–masing pihak melaksanakan hak dan kewajibannya. Persoalan akan muncul apabila salah satu pihak tidak melaksanakan prestasi sebagaimana mestinya, sebagai contoh dalam perjanjian pembiayaan konsumen yang sering terjadi adalah debitur lalai dalam melaksanakan kewajiban pembayaran sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Guna menjamin pemenuhan prestasi dari debitur atau konsumen dalam perjanjian pembiayaan konsumen selalu diikuti dengan pembuatan perjanjian jaminan. Menurut literatur dan klausula perjanjian pada PT. Mega Auto Finance, bahwa lembaga jaminan yang digunakan pada umumnya adalah lembaga jaminan fidusia. Jaminan fidusia atau lengkapnya Fidusiaire

Eigendoms overdrach adalah salah

satu lembaga jaminan kebendaan atas

2 Anonim, ”Pelanggaran-pelanggaran Hukum

dalam Perjanjian”, (Online) tersedia di,

http://www.kumham-jogja.info, diakses tanggal 14 Oktober 2012.

(4)

benda bergerak, yang dilakukan melalui dua kali proses penyerahan. Penyerahan pertama adalah berupa penyerahan hak milik atas benda fidusia dari debitur pemberi fidusia kepada kreditur penerima fidusia, selanjutnya diikuti penyerahan kedua berupa penyerahan pinjam pakai dari kreditur penerima fidusia debitur pemberi fidusia.

Berdasarkan suatu teori dan asumsi-asumsi yang dapat diungkapkan adalah pola hubungan antara lembaga pembiayaan dan konsumen dalam suatu perjanjian yang menimbulkan adanya sebab akibat hukum mengikat di antara keduanya.

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) terjemahan R.Subekti dan R.Tjitrosudibio tidak dipakai istilah perjanjian melainkan yang dipakai adalah perikatan sebagaimana diatur dalam pasal 1233 KUHPerdata.

Menurut pendapat R.Wirjno Prodjodikoro menyatakan:

“Perjanjian dan persetujuan adalah berbeda, persetujuan adalah suatu kata sepakat antara

dua pihak atau lebih mengenai harta benda kekayaan mereka yang bertujuan mengikat kedua belah pihak, sedangkan perjanjian adalah suatu perhubungan hukum mengenai harta benda kekayaan antara dua pihak, dalam mana satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal, sedangkan pihak yang lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu”.

Dari kedua definisi yang dikemukakan aleh R. Subekti dan R. Wirjono Prodjodikoro di atas pada dasarnya tidak ada perbedaan yang prinsipil. Adanya perbedaan hanya terletak pada redaksi kalimat yang dipilih untuk mengutarakan maksud dan pengertiannya saja, yang pasti dari perjanjian itu kemudian akan menimbulkan suatu hubungan hukum antara kedua orang atau kedua pihak tersebut.

Jadi perjanjian dapat menerbitkan perikatan di antara kedua orang atau kedua pihak yang membuatnya itu, di dalam

(5)

menampakkan atau mewujudkan bentuknya, perjanjian dapat berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesangupan yang diucapkan atau dituliskan.3

Ahli hukum lain mengemukakan bahwa suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seseorang yang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal yang menimbulkan perikatan berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.4

Menurut J.Satrio perjanjian dapat mempunyai dua arti, yaitu arti luas dan arti sempit, dalam arti luas suatu perjanjian berarti setiap perjanjian yang menimbulkan akibat hukum sebagai yang dikehendaki oleh para pihak, termasuk di dalamnya perkawinan, perjanjian kawin, dan

3 Anonim, “Pengertian dan Jenis-jenis

Perjanjian”, (Online) tersedia di, http://tips-belajar-internet.blogspot.com, di akses tanggal 14 Oktober 2012.

4 Gatot Suparmono, Perbankan dan Masalah Kredit: Suatu Tinjauan, (Jakarta : Jambatan,

1995), hlm. 67.

lain-lain, dan dalam arti sempit perjanjian di sini berarti hanya ditujukan kepada hubungan-hubungan hukum dalam lapangan hukum kekayaan saja, seperti yang dimaksud oleh Buku III KUHPerdata.5

II. TINJAUAN MENGENAI PERJANJIAN JAMINAN DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN

Perjanjian yang berlaku di Indonesia, berdasarkan Buku III KUHPerdata tentang perikatan terbagi atas dua bagian, yaitu bagian umum dan bagian khusus. Bagian umum terdapat dalam Bab I sampai dengan Bab IV yang mengatur perjanjian pada umumnya, dan bagian khusus terdapat dalam Bab V sampai dengan Bab XVIII yang mengatur mengenai perjanjian bernama, yaitu perjanjian-perjanjian tertentu yang diatur dalam KUHPerdata.

Untuk mengetahui yang dimaksud dengan perjanjian, dapat

5 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, (Jakarta : Raja Grafindo

(6)

dilihat dalam Pasal 1313 KUHPerdata. Menurut ketentuan pasal ini, yaitu :6

“ Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.” Sedangkan beberapa pakar merumuskan pengertian perjanjian sebagai berikut :

a. R. Subekti, mengatakan bahwa :7 “Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal ”.

b. Sri Soedewi Masychoen Sofwan, mengatakan bahwa : 8

“Perjanjian adalah suatu perbuatan hukum dimana seseorang atau lebih mengikatkan

6 R. Subekti dan R. Ttjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta :

Pradnya Pramita, 2003), hlm. 338.

7 R. Subekti, Op. Cit., hlm. 17.

8 Qirom Syamsudin Meiala, Pokok – pokok

Hukum Perjanjian Beserta

Perkembangannya, (Yogyakarta : Liberty,

1985), hlm. 5.

dirinya terhadap seorang lain atau lebih”.

c. Wirjono Prodjodikoro, mengatakan bahwa :9

“Perjanjian adalah suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak dalam mana satu pihak berjanji untuk melakukan sesutu hal sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu”. d. Abdulkadir Muhammad,

mengatakan bahwa :10

“Perjanjian adalah sebagai sesuatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan”.

Dari berbagai pengertian mengenai perjanjian tersebut, maka dapat disimpulkan unsur-unsur perjanjian yang umum, yaitu :

a. Adanya dua pihak, minimal dua orang ;

9

Wirjono Prodjodikoro, Asas – asas Hukum

Perjanjian, (Bandung : Bandar Maju, 2000),

hlm. 4.

10 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bakti,

(7)

b. Adanya obyek yang diperjanjikan ; c. Adanya tujuan ;

d. Adanya bentuk tertentu, lisan atau tulisan ;

e. Adanya syarat-syarat tertentu sebagai isi perjanjian.

III. ANALISIS

Pembuatan Perjanjian Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen Pada PT. Mega Auto Finance Cabang Bekasi

Lembaga pembiayaan sebelum melakukan perjanjian pembiayaan terlebih dahulu melakukan perjanjian kerja sama dengan dealer atau show

room terlebih dahulu sebelum terjadinya transaksi antara konsumen yang mau membeli barang di dealer tersebut.

Perjanjian kerjasama dengan dealer atau show room harus dilakukan, untuk mengetahui layak atau tidak layaknya dealer atau show room tersebut untuk di ajak kerjasama dalam terjadinya proses pembiayaan tersebut guna menghindari dealer atau

show room yang nakal agar tidak

terjadi permasalahan dikemudian hari.

Adapun dealer atau show room yang boleh melakukan kerjasama adalah sebagai berikut :11

a. Dealer authorized baik mobil baru atau motor baru;

b. Sub dealer authorized dengan surat penunjukkan dari dealer authorized mobil baru atau motor baru; c. Show room mobil bekas; d. Show room motor bekas;

Sedangkan data-data yang harus di lampirkan dalam perjanjian kerjasamanya adalah:

a. Speciment, tanda tangan yang sesuai di dealer atau sub dealer atau show room akta pendirian (kuasanya);

b. Fotocopy KTP yang berwenang

(authorized persons);

c. Surat penunjukkan dari dealer (kalau bukan dealer authorized); d. Akta pendirian dan perubahannya; e. Surat keputusan menteri

kehakiman; f. SIUP; g. TDP;

11 Wawancara, Head Marketing PT. Mega

Auto Finance Cabang Bekasi, 1 November 2012.

(8)

h. Nomor rekening bank, dll.

Ketentuan yang di lakukan dalam perjanjian kerjasama antara lain: a. Untuk mobil baru atau motor baru kerjasama perjanjian hanya dapat di lakukan oleh dealer-dealer

authorized atau sub dealer dengan

surat penunjukkan dealer.

b. Untuk mobil atau motor bekas dapat di lakukan untuk semua show

room di Kota Bekasi.

c. Untuk mobil bekas lain show room adalah kaki lima (K5) atau perorangan dapat melakukan kerjasama dengan syarat yang pernah di tentukan.

Disamping perjanjian kerjasama pembiayaan dengan dealer atau show

room ada juga perjanjian kerjasama

dengan pihak asuransi. Dalam bidang pembiayaan konsumen khususnya pembiayaan konsumen roda dua dan roda empat asuransi merupakan pihak yang sangat penting dalam rangka menjaga dalam hal resiko yang mungkin terjadi pada saat jangka waktu kredit. Pihak lembaga pembiayaan biasanya melakukan kerjasama dengan pihak asuransi

tergantung dengan perusahaan asuransi mana yang akan dipilih. Pihak konsumen boleh menentukan dengan asuransi mana yang akan di pilih asal dengan pihak asuransi yang bekerjasama dengan pihak pembiayaan tersebut.

Ini tentunya perusahaan asuransi yang memberikan kemudahan dalam proses klaim maupun harga atau rate dengan nilai pertanggungan yang murah. Proses pelaksanaan pembiayaan di awali dengan pihak konsumen yang akan melakukan pembelian mobil atau motor baik baru maupun bekas di dealer atau show

room atau K5 dan perorangan secara

kredit.

Setelah terjadi kesepakatan antara pihak konsumen dan dealer atau

show room tersebut maka pihak

perusahaan pembiayaan akan melakukan proses analisa terhadap permohonan tersebut Dalam hal ini tidak menutup kemungkinan terhadap calon konsumen yang datang langsung membutuhkan dana pembiayaan terhadap mobilnya. Proses analisa yang di lakukan oleh pihak perusahaan

(9)

pembiayaan dengan pegawainya adalah untuk menentukan apakah pemohon kredit tersebut akan di setujui atau tidak.

Sehubungan dengan banyaknya kompetisi baik pihak perusahaan pembiayaan tersebut ataupun dealer atau show room maka dituntut proses analisa yang secepat mungkin keputusan terhadap permohonan kredit disetujui atau ditolak. Dalam hal ini pihak perusahaan pembiayaan dituntut untuk memberi keputusan layak atau tidaknya permohonan kredit tersebut dalam jangka waktu satu hari terhitung permohonan kredit masuk (one day

service).

Dengan demikian pihak konsumen harus memberikan beberapa syarat yang mudah, sederhana dan ringan agar perusahaan pembiayaan dapat memberikan keputusan secepatnya. Menurut salah satu konsumen PT. Mandiri Auto Finance cabang Bekasi, syarat untuk mengajukan permohonan kredit di perusahaan pembiayaan relatif tidak sulit, hanya melampirkan foto copy KTP, suami istri, rekening listrik,

Kaktu Keluarga, dan photo copy buku tabungan.

Adapun syarat-syarat yang harus di lengkapi adalah sebagai berikut :12 a. Syarat-syarat umum untuk

pemohon kredit: - Perorangan; - Wiraswasta; - Kolektif;

- Badan hukum atau badan usaha. b. Syarat perorangan /kolektif/

wiraswasta

- Usia dewasa pemohon : 21 s.d. 60 tahun atau sudah menikah bagi yang berusia di bawah 21 tahun;

- Mempunyai status tempat tinggal milik sendiri atau kontrak tanah atau bertempat tinggal di tempat mertua/orang tua/saudara dengan di lampiri penjamin dari pemilik rumah yang di tempati;

- Nomor telpon rumah atau kantor atau penghubung atau alat komunikasi yang lain( hp, pager,dan sebagainya) diharapkan ada;

12

(10)

- Rekomendasi dari perusahaan ada dan jelas;

- Masa kerja bagi karyawan minimal sudah bekerja satu tahun untuk pendapatan baik gaji dan penghasilan perbulan minimal tiga kali nilai angsuran setiap bulannya;

- Penjamin wajib ada untuk kolektif;

- Tempat usaha harus ada bagi pemohon untuk wiraswasta. c. Syarat untuk badan hukum atau

badan usaha :

- Akte pendirian perusahaan dan perubahannya terakhir;

- SIUP; - TDP; - NPWP;

- Nama dan alamat perusahaan; - Nomor telpon;

- Rekening koran 3 (tiga) bulan tereakhir;

- Jenis usaha harus jelas dan aktif minimal satu tahun;

- KTP pengurus perusahaan berdasarkan akte perusahaan (sebagai pemohon kredit);

- KTP komisaris perusahaan sesuai berdasarkan akte perusahaan (sebagai penjamin kredit);

Sedangkan persyaratan foto

copy dokumen yang harus

dilampirkan adalah sebagai berikut: - KTP (kalau tidak ada bisa diganti surat keterangan RT atau surat keterangan domisili); - KK (kalau tidak ada bisa diganti

dengan surat nikah, foto copy ijazah atau akte kelahiran); - Rekening listrik/ rekening

telpon/ rekening PDAM (kalau tidak ada bisa diganti bukti PBB atau akte jual beli atau perjanjian kontrak rumah);

- Rekening tabungan atau rekening koran (dapat diganti dengan surat keterangan gaji, jabatan, masa kerja di perusahaan, keterangan penghasilan, bon, faktur bagi wiraswasta);

- KTP penjamin (istri, suami, ibu, bapak, famili, atasan, pengampu, atau orang yang dituakan);

(11)

d. Syarat untuk obyek pembiayaan adalah :

- Dikhususkan terhadap mobil baru atau motor baru yang diprioritaskan terhadap jenis kendaraan, tipe dan merk kendaraan dan harga jual kembali serta daya beli masyarakat yang masih terjangkau secara umum.

- Untuk mobil atau motor bekas di perusahaan pembiayaan konsumen PT. Mitsui Leasing Kapital Indonesia membatasi tahun pembuatannya tidak lebih dari umur 7-8 tahun untuk merk-merk tertentu. Sedangkan untuk motor bekas di PT. Wahana Otto Mitra Multiartha Tbk. Sampai dengan tahun pembuatan tidak lebih dari 5-6 tahun.

Menjualnya diwaarmerking, berdasar surat kuasa menjual yang diwaarmerking memberikan kepadanya kewenangan untuk menarik/mengambil kendaraan yang dipinjam/dipakai oleh pemberi kuasa/Debitor berdasarkan penyerahan secara sukarela Debitor atau adanya

kesepakatan antara kreditor dan Debitor.

Penyerahan secara sukarela/ kesepakatan tersebut berarti menunjukan tidak terjadinya sengketa antar para pihak sehingga penyitaan tanpa adanya kesepakatan antara bank dan Debitor menjadi tidak sah karena penyitaan atas barang bergerak menurut Pasal 197 ayat (1) adalah kewenangan ketua pengadilan negeri atas jabatan (ex officio) membuat perintah tertulis untuk menyita sekian banyak/seperlunya barang bergerak. kewenangan penyitaan tersebut terkait dengan pendapat Keputusan Mahkamah Agung Nomor Reg. 2414 K/Pdt/1987 tanggal 12 Februari 1990 yang intinya mengemukakan jika suatu grosse akta tidak dapat dieksekusi dengan ketentuan Pasal 224 HIR (parate eksekusi), maka hal demikian harus digugat secara gugatan perdata biasa.13

13 Anonim, “Eksekusi Jaminan Fidusia yang

Tidak Didaftarkan Ke Kantor Pendaftaran Fidusia” (online) tersedia di

http://eprints.undip.ac.id/17761/1/ILDA_AG NES.pdf, diakses tangal 1 November 2012.

(12)

III. PENUTUP

Penandatanganan kontrak perjanjian pembiayaan yang dilakukan dengan melampirkan beberapa dokumen terdiri dari :

a. Surat perjanjian pembiayaan

Bahwa isinya para pihak menandatangani surat perjanjian tersebut bermaterai cukup dibuat rangkap tiga. Pihak pertama dari PT yang berkedudukan di Jakarta, berkantor cabang di Semarang yang selanjutnya disebut sebagai kreditur. Pihak kedua, pihak nasabah yang selanjutnya disebut sebagai pihak debitur. Dalam lembar dokumen ini berisi tentang perincian pembiayaan, jangka waktu, penggunaan pembiayaan, pengakuan hutang, asuransi, denda akan keterlambatan, pembayaran kembali, cedera janji, dan lain-lain Akibat hukum perjanjian jaminan fidusia yang tidak didaftarkan adalah sebagai berikut :

a. Pada dasarnya, sesuai ketentuan Pasal 14 ayat (3) Undang-Undang No. 42 Tahun 1999

tentang Jaminan Fidusia

(“UUJF”), jaminan fidusia baru lahir pada tanggal yang sama dengan tanggal dicatatnya jaminan Fidusia dalam Buku Daftar Fidusia dan kreditur akan memperoleh sertifikat jaminan fidusia berirah-irah “Demi

Keadilan Berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa.”

Dengan mendapat sertifikat jaminan fidusia maka kreditur/penerima fidusia serta merta mempunyai hak eksekusi langsung (parate executie),

seperti terjadi dalam pinjam meminjam dalam perbankan. Kekuatan hukum sertifikat tersebut sama dengan putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

b. Dalam hal debitur meninggal dunia, sedangkan jaminan fidusia belum didaftarkan, pada dasarnya, terhadap perjanjian yang memberikan penjaminan fidusia di bawah tangan tidak dapat dilakukan eksekusi

(13)

langsung. Proses eksekusi harus dilakukan dengan cara mengajukan gugatan perdata ke Pengadilan Negeri melalui proses hukum acara yang normal hingga turunnya putusan pengadilan. Selain itu, bank sebagai kreditur menjadi tidak memiliki hak didahulukan (lihat Pasal 27 ayat [1] UUJF) terhadap kreditur lain dalam pengembalian pinjamannya karena penjaminan secara fidusia dianggap tidak sah jika tidak didaftarkan.

c. Dalam suatu perikatan utang piutang, pada prinsipnya utang tersebut harus dilunasi oleh debitur. Dan apabila debitur kemudian meninggal sebelum dilunasinya utang tersebut, maka utang tersebut dapat diwariskan kepada ahli warisnya. Hal ini berdasarkan pada ketentuan hukum perdata Pasal 833 ayat (1) KUHPerdata. Pasal tersebut menyatakan bahwa para ahli waris, dengan sendirinya karena hukum, mendapat hak milik atas

semua barang, semua hak dan semua piutang orang yang meninggal. Sebagaimana dikemukakan pula oleh J. Satrio, S.H. dalam bukunya “Hukum Waris” (hal. 8), bahwa warisan adalah kekayaan yang berupa kompleks aktiva dan pasiva si pewaris yang berpindah kepada para ahli waris.

DAFTAR PUSTAKA

Fuady, Munir. Hukum Perbankan

Modren. Jakarta : Citra Aditya

Bakti, 2005.

HS., Salim. Perkembangan Hukum

Jaminan di Indonesia. Jakarta :

Rajawali Press, 2005.

Prodjodikoro, Wirjono. Asas-asas Hukum Perjanjian. Bandung :

Bandar Maju, 2000.

Satrio, J. Hukum Jaminan Hak jaminan

Kebendaan Fidusia. Bandung : Citra

Aditya Bakti, 2002.

Soepratignia, Pj. Pokok-pokok Hukum Perdata

Hukum Benda Jilid 2. Semarang :

Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, 1994.

Sokanto, Soejono dan Sri Mamudji.

Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta :

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Obyek Wisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut, semua tempat

Telur penggerek batang tebu raksasa Phragmatoecia castaneae (Lepidoptera: Cossidae) diletakkan secara berkelompok di permukaan bawah daun pucuk yang mati atau pada daun tua

Pengelolaan lahan dengan kearifan lokal spesifik lokasi berdasarkan karakteristik dan kemampuan lahan, status hara tanah, kemasaman dan kandungan C-organik serta tanaman yang

Aturan diet untuk masing-masing jenis penyakit ginjal dan saluran kemih memiliki aturan yang berbeda-beda sehingga acuan pencarian nilai fitness tergantung dengan

beberapa impak telah berjaya diperoleh iaitu penurunan imej sinar-x anggota kaki daripada 40.18% kepada 7.95%, penjimatan kos pembelian alat cegah gerak kaki sebanyak RM23,316.00,

unrecognized jat. There is very little evidence pointing to strong negative attitudes among the Tharus in regard to each other’s speech. But if such attitudes were to surface, a

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Seleksi Individu Terpilih Pada Tanaman Kedelai (Glycine Max L. Merrill) Generasi M5 Berdasarkan Karakter Produksi Tinggi Dan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ini mengacu kepada H a dan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signiikan antara kemampuan siswa dalam menulis teks berita