• Tidak ada hasil yang ditemukan

OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: /POJK. / TENTANG SISTEM PELAPORAN ELEKTRONIK UNTUK EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: /POJK. / TENTANG SISTEM PELAPORAN ELEKTRONIK UNTUK EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 SALINAN

OTORITAS JASA KEUANGAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

NOMOR: /POJK. / TENTANG

SISTEM PELAPORAN ELEKTRONIK UNTUK EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyampaian laporan oleh Emiten atau Perusahaan Publik kepada Otoritas Jasa Keuangan perlu menetapkan peraturan mengenai tata Cara Penyampaian Laporan secara Elektronik oleh Emiten atau Perusahaan Publik.;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3608);

2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); dan

3. Peraturan Nomor II.A.4, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-496/BL/2012 tanggal 14 September 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem Pelayanan Elektronik.

(2)

2

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG SISTEM PELAPORAN ELEKTRONIK UNTUK EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan:

1. Sistem Pelaporan Elektronik Emiten atau Perusahaan Publik yang selanjutnya disingkat dengan SPE adalah sistem informasi berbasis web sebagai sarana penyampaian Laporan Emiten atau Perusahaan Publik dalam bentuk elektronik kepada Otoritas Jasa Keuangan.

2. Laporan adalah laporan berkala dan laporan insidental yang disampaikan oleh Emiten atau Perusahaan Publik kepada Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan di Pasar Modal.

BAB II

KEWAJIBAN PENYAMPAIAN DAN PENYIMPANAN LAPORAN Pasal 2

(1) Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyampaikan Laporan kepada Otoritas Jasa Keuangan melalui SPE.

(2) Selain kewajiban penyampaian Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Laporan Keuangan Tahunan, Laporan Keuangan Tengah Tahunan, Laporan Tahunan, dan Laporan lainnya yang ditentukan Otoritas Jasa Keuangan wajib pula disampaikan dalam bentuk asli tercetak (hardcopy).

(3) Laporan yang disampaikan oleh Emiten atau Perusahaan Publik melalui SPE bersifat final.

(3)

3

(4) Jenis Laporan yang disampaikan melalui SPE akan diatur lebih lanjut melalui Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan.

Pasal 3

Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyimpan Laporan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) dalam bentuk asli tercetak (hardcopy).

Pasal 4

(1) Laporan yang disampaikan Emiten atau Perusahaan Publik melalui SPE wajib sama dengan yang termuat dalam dokumen dalam bentuk asli tercetak (hardcopy) yang disimpan oleh Emiten atau Perusahaan dan/ atau yang diterima oleh Otoritas Jasa Keuangan.

(2) Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyediakan seluruh Laporan dalam bentuk asli tercetak (hardcopy) sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila diminta oleh Otoritas Jasa Keuangan.

BAB III

TATA CARA DAN BATAS WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN Pasal 5

(1) Emiten atau Perusahaan Publik hanya dapat menyampaikan laporan secara elektronik kepada Otoritas Jasa Keuangan melalui SPE setelah mendapatkan hak akses dari Otoritas Jasa Keuangan.

(2) Laporan secara elektronik yang disampaikan oleh Emiten atau Perusahaan Publik dianggap telah diterima Otoritas Jasa Keuangan apabila Emiten atau Perusahaan Publik telah menerima notifikasi berupa tanda bukti elektronik yang dikeluarkan oleh SPE melalui surat elektronik (e-mail) pemberitahuan penerimaan pelaporan oleh Otoritas Jasa Keuangan kepada Emiten atau Perusahaan Publik.

(3) Ketentuan mengenai tata cara pelaporan dan bukti penerimaan elektronik melalui SPE akan diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan.

(4)

4 Pasal 6

Emiten atau Perusahaan Publik wajib bertanggung jawab penuh atas penggunaan dan penyalahgunaan SPE.

Pasal 7

(1) Batas waktu penyampaian Laporan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) mengikuti Peraturan Perundang-undangan di bidang Pasar Modal yang mengatur Laporan terkait.

(2) Dalam hal Laporan bentuk asli tercetak (hardcopy) juga perlu disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2), ketepatan dan penghitungan keterlambatan penyampaian laporan oleh Emiten atau Perusahaan Publik kepada Otoritas Jasa Keuangan didasarkan pada laporan yang lebih dahulu diterima oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Pasal 8

(1) Dalam hal terjadi gangguan SPE di luar kemampuan Emiten atau Perusahaan Publik, Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyampaikan laporan dengan cara:

a. Pelaporan secara manual yang ditujukan sesuai dengan alamat korespondensi Otoritas Jasa Keuangan;

b. Pelaporan melalui surat elektronik (e-mail); atau

c. Pelaporan melalui faksimili yang ditujukan sesuai dengan alamat korespondensi Otoritas Jasa Keuangan.

(2) Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyertakan bukti gangguan SPE.

(3) Dalam hal gangguan SPE sebagaimana dimaksud ayat (1) sudah dapat diatasi, Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyampaikan kembali laporan yang telah disampaikan melalui SPE.

(5)

5 BAB V

KETENTUAN SANKSI Pasal 9

(1) Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana di bidang Pasar Modal, Otoritas Jasa Keuangan berwenang mengenakan sanksi administratif terhadap setiap pihak yang melakukan pelanggaran ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini, termasuk pihak-pihak yang menyebabkan terjadinya pelanggaran tersebut berupa:

a. peringatan tertulis;

b. denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu; c. pembatasan kegiatan usaha;

d. pembekuan kegiatan usaha; e. pencabutan izin usaha;

f. pembatalan persetujuan; dan g. pembatalan pendaftaran.

(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, atau huruf g dapat dikenakan dengan atau tanpa didahului pengenaan sanksi administratif berupa peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a.

(3) Sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat dikenakan secara tersendiri atau secara bersama-sama dengan pengenaaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, atau huruf g.

Pasal 10

Selain sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1), Otoritas Jasa Keuangan dapat melakukan tindakan tertentu terhadap setiap pihak yang melakukan pelanggaran ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini.

Pasal 11

Otoritas Jasa Keuangan dapat mengumumkan pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) dan tindakan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 kepada masyarakat.

(6)

6 BAB VI

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 12

Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini paling lambat 6 (enam) bulan sejak diundangkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 13

Pada saat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku, Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 6/SEOJK.04/2014 tentang Tata Cara Penyampaian Laporan Secara Elektronik Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 14

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal ….

KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, ttd.

WIMBOH SANTOSO Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal ...

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

ttd.

YASONNA H. LAOLY

(7)

7

PENJELASAN ATAS

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK. /

I. UMUM

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan Prinsip Keterbukaan sebagai suatu pedoman umum yang mewajibkan Emiten dan Perusahaan Publik atau Pihak lain yang disebutkan agar mengungkapkan seluruh Informasi Material yang dapat berpengaruh pada keputusan pemodal atau investor terhadap Efek dimaksud dan/atau harga dari Efek tersebut, kepada masyarakat dalam waktu yang tepat.

Berdasarkan Prinsip Keterbukaan tersebut, penyampaian laporan oleh Emiten atau Perusahaan Publik secara tepat waktu, baik kepada Otoritas Jasa Keuangan maupun kepada masyarakat, merupakan unsur penting yang harus dilakukan agar tidak terdapat kesenjangan informasi yang berpotensi merugikan investor.

Dengan mempertimbangkan perkembangan teknologi informasi serta untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyampaian laporan oleh Emiten atau Perusahaan Publik kepada Otoritas Jasa Keuangan maka Otoritas Jasa Keuangan menyediakan sarana penyampaian laporan Emiten Atau Perusahaan Publik secara elektronik melalui Sistem Pelaporan Elektronik Emiten atau Perusahaan Publik (“SPE”).

Dengan diberlakukannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi Emiten atau Perusahaan Publik dalam penyampaian laporan kepada Otoritas Jasa Keuangan.

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1

Cukup jelas. Pasal 2

(8)

8 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan gangguan SPE di luar kemampuan Emiten atau Perusahaan Publik adalah situasi atau kondisi di luar normal yang terjadi di luar kekuasaan dan kemampuan Emiten atau Perusahaan Publik sehingga menyebabkan Emiten atau Perusahaan Publik tidak dapat melakukan pelaporan melalui SPE .

Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11 Cukup jelas. Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas.

Referensi

Dokumen terkait

LK diperoleh dari hasil review data spatial lahan kritis BPDAS Mahakam Berau Tahun 2013. Kelas kekritisan lahan yang dimasukkan dalam perhitungan ini adalah kategori kritis dan

Mangrove merupakan nursery ground (tempat pembesaran) dan spawning ground (tempat pemijahan) bagi beragam jenis biota air seperti ikan, sehingga perlu mengetahui keterkaitan

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa metode induktif adalah metode mengajar yang dilakukan dengan pemberian fakta-fakta (contoh-contoh) khusus menuju

Pada dasarnya minyak bumi mengandung senyawa-senyawa sulfur, dan pada saat proses pengolahan, senyawa sulfur ini di kurangi keberadaanya untuk mendapat produk yang

Oleh karena itu BMT Sidogiri menawarkan pembiayaan Multiguna Tanpa Agunan dan Modal usaha barokah untuk para nasabah yang Kekurangan modal dengan tujuan untuk

[r]

Mas Anandhika Muhammad Satriya Pinarcaya Soeprijadi, yang sudah membantu mendapatkan literatur skripsi dan memberikan dukungan, doa, serta apresiasinya kepada

Tidak ada korelasi yang linear antara peningkatan dosis fraksi etil asetat ekstrak etanol 96% daun alpukat (Persea Americana Mill.) dengan penurunan kadar kolesterol LDL