• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kontrol dan dapat menyerang jaringan di sekitarnya (National Cancer Institute,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kontrol dan dapat menyerang jaringan di sekitarnya (National Cancer Institute,"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 Kanker adalah penyakit dimana sel-sel membelah secara abnormal tanpa kontrol dan dapat menyerang jaringan di sekitarnya (National Cancer Institute, 2009). Menurut data Riskesdas (2007), prevalensi kanker di Indonesia sebanyak 4,3% dimana prevalensi tertinggi berada di Yogyakarta yang mencapai 0,96%. Saat ini, diperkirakan 2% -4% dari keseluruhan penyakit kanker di Indonesia menyerang anak-anak. Bahkan, kanker menyumbang sekitar 10% kematian pada anak-anak. Data resmi dari International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2011 menyatakan bahwa 1 dari 600 anak akan menderita kanker sebelum berusia 16 tahun. Di Yogyakarta, dari tahun 2000 sampai tahun 2009 terdapat 1124 anak baru yang didiagnosa kanker yang terdaftar dalam Yogyakarta Pediatric Cancer Registry (YPCR), dimana 33% berasal dari Sleman, 25% dari Bantul, 17 % dari Kota Yogyakarta, 13% dari Gunung Kidul, dan 12% dari Kulon Progo (Ali et al., 2010).

Jenis kanker yang paling umum pada anak adalah leukemia limfoblastik akut (LLA). LLA merupakan hasil proliferasi tak terkendali dari limfosit yang belum matang (Hay et al., 2011). Setiap tahunnya di China, sekitar 20-50 juta anak dan dewasa didiagnosa leukemia (He et al., 2005). Insiden LLA di dunia mencapai 1:25.000 anak per tahun dimana 85% anak didiagnosa LLA antara usia 2-10 tahun (Hay et al., 2011). Di Yogyakarta, pada penelitian Mostert et al., (2006)

(2)

disebutkan bahwa dari tahun 1997 sampai 2002 telah ada 164 pasien didiagnosa LLA di RSUPDr. Sardjito. Penelitian yang dilakukan oleh Supriyadi et al., (2011) menemukan bahwa dari Januari 1998 sampai Desember 2009, telah ada 720 kasus anak yang terdiagnosa leukemia yang berusia 0-14 tahun.

Kanker memiliki berbagai gejala, diantaranya kelelahan, nyeri, konstipasi, gangguan tidur, mual, muntah, dan gangguan nutrisi (Hockenberry & Hooke, 2007; Linder et al., 2008). Kelelahan, gangguan tidur, dan nyeri merupakan komponen gejala kanker yang paling utama dan mempengaruhi perubahan perilaku dan gangguan penampilan fisik (Hockenberry & Hooke, 2007). Pada penelitian yang dilakukan oleh Mulrooney et al., (2008) ditemukan 16,7% anak penderita kanker terganggu tidurnya. Rawat inap dan kemoterapi yang harus dilalui oleh anak penderita kanker juga berperan sebagai penyebab gangguan tidur, yaitu meliputi penundaan memulai tidur dan terganggunya kedalaman tidur (Hockenberry & Hooke, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Hinds et al., (2007) menemukan bahwa anak yang dirawat di ruang rawat inap kehilangan 20%-25% waktu tidur biasa mereka, sedangkan yang dirawat di ruang intensif kehilangan 54% waktu tidur. Kemoterapi yang intensif menyebabkan peningkatan gangguan tidur pada malam hari dan tidur berlebihan yang berakibat kelelahan (Hockenberry & Hooke, 2007). Agen primer kemoterapi, seperti prednison dan deksametason, memiliki efek samping insomnia dan menimbulkan rasa lapar yang menyebabkan terbangun di malam hari, serta berpengaruh pada tahapan tidur. Waktu tidur di malam hari dan waktu tidur siang anak usia sekolah dan remaja menunjukkan adanya gangguan tidur selama kemoterapi. Masalah tidur tidak

(3)

hanya berlangsung selama pengobatan, tetapi juga mengubah pola tidur anak dalam masa perkembangannya (Walker et al., 2011). Penelitian pada pasien kanker yang dilakukan oleh Davidson et al., (2002) ditemukan bahwa pasien yang mengalami insomnia kesulitan dalam mengatasi stresnya. Tidur merupakan bagian penting bagi anak selama menjalani pengobatan kanker (Walker et al., 2011) dan sebagai fungsi restorasi (Hockenberry & Hooke, 2007). Tidur yang adekuat sangat penting bagi penderita kanker (Walker et al., 2011). Tidur yang cukup dapat memfasilitasi aktivitas imun dalam memperbaiki jaringan yang rusak (Dantzer, 2001).

Masalah tidur pada anak kanker tentunya memerlukan penanganan. Kwekkeboom et al., (2010) melakukan penelitian mengenai intervensi mind-body terkait nyeri, kelelahan, dan gangguan tidur pada penderita kanker. Intervensi mind-body yang dilakukan antara lain relaksasi, hipnosis, terapi kognitif-perilaku, meditasi, terapi musik, dan terapi virtual-reality. Dari keenam intervensi tersebut, hanya relaksasi, hipnosis, terapi kognitif-perilaku, dan meditasi yang dapat mengurangi gangguan tidur penderita kanker. Selain intervensi tersebut, ada sebuah intervensi yang lebih mudah dilakukan dan hemat biaya, yaitu terapi tertawa. Terapi tertawa merupakan salah satu terapi pelengkap yang dapat dilakukan pada penderita kanker (Bennett et al., 2003). Terapi ini merupakan terapi yang memiliki efek positif pada kualitas tidur (Ko JH & Youn CH, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Bennett et al., (2003) menunjukkan bahwa tertawa dapat mengurangi stres dan meningkatkan aktivitas Natural Killer Cell pada penderita kanker. Selain itu, tertawa dapat menurunkan level glukokortikoid.

(4)

Glukokortikoid yang meningkat menyebabkan penurunan aktivitas sel Natural Killer. Kemoterapi yang dilakukan pada anak penderita kanker menggunakan agen glukokortikoid (prednison dan deksametason) yang berefek pada kualitas tidur anak (Walker et al., 2011). Terapi tertawa tidak hanya menurunkan level hormon stres, tetapi juga menurunkan depresi, meningkatkan mood, menstimulasi peningkatan aktivitas sel imun, termasuk sel T yang menyerang dan membunuh sel tumor dan virus (Martin, 2001) dan dapat menjadi sebuah alat yang menarik dan inovatif bagi terapi keperawatan (Mallet, 1995).

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh terapi tertawa terhadap kualitas tidur anak usia 3-15 tahun penderita leukemia limfoblastik akut di Instalasi Kesehatan Anak RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh terapi tertawa terhadap kualitas tidur anak usia 3-15 tahun penderita leukemia limfoblastik akut di Instalasi Kesehatan Anak RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta”.

(5)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi tertawa terhadap kualitas tidur anak usia 3-15 tahun penderita leukemia limfoblastik akut di Instalasi Kesehatan Anak RSUP Dr. Sardjito.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui gambarantingkat kualitas tidur anak usia 3-15 tahun penderita leukemia limfoblastik akut di Instalasi Kesehatan Anak RSUP Dr. Sardjito sebelum dan sesudah dilakukan terapi tertawa.

b. Mengetahui pengaruh obat-obatan, ruang rawat inap, sosial ekonomi orang tua, dan lamanya terdiagnosa LLA terhadap kualitas tidur anak usia 3-15 tahun penderita leukemia limfoblastik akut di Instalasi Kesehatan Anak RSUP Dr. Sardjito.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi institusi keperawatan

Dapat memberikan informasi tentang terapi tertawa yang dilakukan di rumah sakit dan memberikan informasi tentang kualitas tidur anak penderita kanker, serta menginspirasi untuk melakukan pengembangan terapi keperawatan, khususnya terapi tertawa.

(6)

2. Bagi keluarga anak penderita kanker

Dapat memberikan pengetahuan mengenai kualitas tidur yang baik, faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur, dan cara untuk mendapatkan kualitas tidur yang baik, sehingga keluarga sebagai bagian dari caregiver dapat berperan secara maksimal.

3. Bagi perawat

Dapat menjadikan terapi tertawa sebagai salah satu pertimbangan untuk menjadi intervensi keperawatan yang dapat dilakukan bagi pasien anak penderita kanker.

4. Bagi peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai kualitas tidur anak penderita kanker, serta meningkatkan kreativitas peneliti untuk bisa mengembangkan terapi tertawa sebagai intervensi.

E. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran peneliti, dari membaca hasil penelitian di perpustakaan, jurnal maupun internet, penelitian mengenai terapi tertawa terhadap kualitas tidur anak penderita leukemia limfoblastik akut belum pernah dilakukan. Akan tetapi, beberapa penelitian yang telah dilakukan yang berhubungan dengan penelitian ini adalah:

(7)

Tabel 1. Persamaan dan Perbedaan Penelitian Peneliti dengan Penelitian Sebelumnya

Penelitian Persamaan Perbedaan

Hae-Jin Ko & Chang-Ho Youn (2011) Effects of Laughter Therapy on Depression,

Cognition and Sleep Among the

Community - Dwelling Elderly

Variabel bebas: terapi tertawa.

Instrument: Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI).

Variabel terikat: depresi, fungsi kognitif, kualitas hidup, dan tidur.

Subjek: lansia.

Metode: control group design.

Eun-A Cho & Hyun-Ei Oh (2011) Effects of Laughter Therapy on Depression, Quality of Life, Resilience and Immune Responses in Breast Cancer Survivors

Variabel bebas: terapi tertawa.

Variabel terikat: depresi, kualitas hidup, dan respon imun.

Metode:

Quasi-experimental nonequivalent control group.

Subjek: penderita kanker payudara.

Kristine L. Kwekkeboom, Catherine H. Cherwin, Jun W. Lee, dan Britt Wanta (2010)

Mind-Body

Treatments for the Pain-Fatigue-Sleep Disturbance

Symptom Cluster in Persons with Cancer

Subjek: penderita kanker. Variabel bebas: intervensi mind-body.

Variabel terikat: nyeri, kelelahan, dan gangguan tidur.

Metode: Review: literatur didapat dari CINAHL, Medline, dan

PsychInfo pada Maret 2009.

Arika Mimanda (2013)

Metode: Pre-eksperimental dengan rancangan

Variabel bebas: intervensi dengan boneka tangan.

(8)

Pengaruh Edukasi dengan Boneka Tangan Terhadap Perilaku Kooperatif Anak Kanker Saat Dilakukan Prosedur Invasif di INSKA RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

penelitian one group pretest posttest.

Subjek: anak penderita kanker usia sekolah.

Variabel terikat: perilaku kooperatif.

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

Radio Prosalina sendiri, karena itu masih dalam lingkup perusahaan media yang masih ingin berkembang dan bertahan, tentunya Radio Prosalina mempunyai survival

Metode bimbingan karier yang diberikan terhadap anak tunanetra di yayasan BUKESRA Banda Aceh adalah menggunakan metode ceramah yang bertujuan untuk melatih dan

Melalui hasil data penelitian ini penentuan ketebalan pada edible film dengan penambahan tepung tapioka, ekstraksi pektin kulit pisang kepok dan variasi massa

Berdasarkan hasil dari metode Fault Tree Analysis diperoleh 15 basic event yang dapat menyebabkan defect dalam part kabin pesawat, yaitu diantaranya

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Hasil analisis data dengan menggunakan statistik deskriktif dapat dikemukakan bahwa hasil pre-test ke post-test skor hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP