• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DIAMETER LOG DAN LAMA PEREBUSAN TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN RENDEMEN FINIR KAYU SUNGKAI DALAM KEGIATAN PENYAYATAN FINIR (SLICING) DI PT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH DIAMETER LOG DAN LAMA PEREBUSAN TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN RENDEMEN FINIR KAYU SUNGKAI DALAM KEGIATAN PENYAYATAN FINIR (SLICING) DI PT"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009 277 PENGARUH DIAMETER LOG DAN LAMA PEREBUSAN TERHADAP PRODUKTIVITAS

DAN RENDEMEN FINIR KAYU SUNGKAI DALAM KEGIATAN PENYAYATAN FINIR (SLICING) DI PT. DAYA SAKTI UNGGUL CORPORATION

Oleh/by NOOR MIRAD SARI

Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Lambung Mangkurat

Jl. A.Yani Km 36 Banjarbaru

ABSTRACT. The aims of research were to determine the effects of log diameter and

steaming duration on the productivity and the recovery of sungkai, to determine factors affecting both, and to test the veneer delamination of sungkai.The research method was the 3 x 3 factorial design. The diameter classes of sungkai were 20-25 cm, 26-30 cm, 31-35 cm. If analysis of variance test had showed a significant effect at the level of significance of 5% and 1%, test would have been continued with honest significant difference test.The productivity of sungkai were affected by the diameter and the steaming duration. The wider the diameter was and the longer the steaming duration was, the higher the productivity was obtained, idest for sungkai with steaming duration 36 hours.The recovery of sungkai were also affected by the diameter and the steaming duration. The wider the log diameter was, the higher the recovery was. A wide log produced more veneer than a narrow log. Slimilarly, the longer the steaming for 36 hours, the hardness of log decreased, wood was more elastic, knots and irregular fibres were softer, and the surface of wood was smoother.The sungkai productivity for A1 (20-25 cm), A2 (26-30 cm)

and A3 (31-35 cm) were 0.0281 m 3

/h, 0.0300 m3/h and 0.0307 m3/h respectively. That of B1 (24 h), B2 (30 h), and B3 (36 h) were 0.0287 m3/h, 0.0288 m3/h, and 0.0313 m3/h

respectively. The sungkai final recovery of A1 (20-25 cm) was 7.62%, A2 (26-30 cm) was

8.15%, and A3 (31-35 cm) was 8,49%. That of B1 (24 h) was 7.35%, B2 (30 h) was 8.26%

and B3 (36 h) was 8.64%. plywood samples used for A1 were 9 sheets (B1 = 24 hours), 10

sheets (B2 = 30 h), for A2 were 14 sheets (B1), 16 sheets (B2), and 17 sheets (B3), and for

A3 were 20 sheets (B1), 23 sheets (B2), and 24 sheets (B3).

Key word: Log diameter and steaming duration, productivity, recovery, slicing

PENDAHULUAN

Industri finir yang menghasil finir dekoratif pada umumnya berkapasitas terbatas, walaupun relatif kecil namun secara ekonomi lebih mampu bertahan dalam persaingan pasar. Harga kayu lapis dekoratif realtif lebih tinggi dan lebih stabil dibanding kayu lapis biasa.

Produktivitas sangat berkaitan erat dengan output dan input serta waktu kerja, sedangkan rendemen menjadi salah satu kriteria keberhasilan proses produksi tersebut.

Permasalahan pokok yang dihadapi oleh industri pengolahan kayu adalah masih rendahnya rendemen pengolahan kayu dan semakin langkanya jumlah dan kualitas kayu yang memenuhi syarat sebagai bahan baku industri terutama untuk kayu lapis indah. Rendahnya kualitas kayu yang dicirikan oleh menurunnya rata-rata diameter dolok yang ditebang oleh para pengusaha kayu. Keadaan yang demikian tentu akan mengurangi rendemen maupun produktivitas

(2)

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009 278 pengolaha kayu. Tingkat efisiensi

pemakaian bahan untuk setiap industri yang sejenis maupun yang berbeda sangat beragam tergantung beberapa faktor diantaranya akibat perbedaan mesin pengolah, keterampilan pekerja, manajemen produksi dan kualitas bahan bakunya. Meskipun secara teknologi mesin-mesin pengolah kayu saat ini sudah mampu mengolah kayu lebih efisien dan telah menyesuaikan dengan bahan baku yang tersedia, namun kenyataannya masih banyak industri pengolahan kayu yang belum memanfaatkan teknologi tersebut.

Kayu Oak merah sebelum disayat, harus direbus terlebih dahulu agar kayu menjadi lunak sehingga akan memudahkan di dalam proses penyayatan.

Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu teknik dan teknologi serta keterampilan dari operator agar diperoleh ketebalan finir yang seragam, tidak retak dan patah

serta permukaan yang halus pada kedua sisi.

Kayu sungkai termasuk salah satu kayu yang mempunyai pola gambar yang indah (dekoratif) apabila diiris (disayat), kayu sungkai mempunyai berat jenis 0,63, termasuk kelas kuat II dan kelas awet III, dapat mengering dengan cepat tanpa cacat yang berarti.

Mesin yang digunakan untuk menyayat finir adalah tipe horizontal yaitu kayu yang disayat bergerak maju mundur dengan pisau sayat secara otomatif.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan diameter dolok dan lama perebusan terhadap produktivitas dan rendemen kayu Oak merah, memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas dan rendemen kayu Oak merah, serta mengetahui uji delaminasi kayu Oak merah dengan lama perebusan 24, 30 dan 36 jam.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Daya Sakti Unggul Corporatio. Waktu yang diperlukan kurang lebih selama 3 bulan mulai dari pengambilan data di lapangan, pengolahan sampai dengan pelaporan.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu sungkai dengan pembagian kelas diameter kayu sungkai ukuran (A1) 20-25 cm, (A2)

26-30 cm, (A3) 31-35 cm dengan lama

perebusan B1 = 24 jam, B2 = 30 jam dan

B3 = 36 jam.

Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap Pola Faktorial 3 x 3 sehingga ada 9 kombinasi perlakuan

dengan 5 kali ulangan sehingga jumlah sampel yang diperlukan adalah 3 x 3 x 5 = 45 sampel.

Penetapan dan Pengukuran Dimensi Log.

Log yang digunakan sebagai bahan penelitian ini dipilih dengan pembagian kelas diameter untuk kayu Sungkai denga diameter: 20-25 cm, 26-30 cm dan 31-35 cm.

Diameter log diukur pada kedua ujungya dengan masing-masing pengukuran dilakukan dua kali dan posisi pengukuran saling tegak lurus. Perhitungan volume loh menggunakan Rumus Smallian :

(3)

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009 279 Volume log = ¼ n d 2 x panjang

Pengukuran dan Pembagian Waktu Kerja

Pengukuran waktu kerja dilakukan dengan menggunakan stopwatch dengan metode nol stop :

a). Mula-mula log dibentuk menjadi blambangan

b). Mengangkat log dengan conveyor ke mesin penyayat finir dan mengatur posisi log yang akan disayat.

c). Mengatur pisau penyayatan secara horizontal (maju mundur) menurut ketebalan yang dikehendaki.

d). Mendekatkan pisau, membuang limbah sayatan, menyayat finir dan melepaskan sisa penyayatan log. Masing-masing dari kegiatan tersebut diukur waktunya. Dari pengukuran waktu tersebut maka waktu kerja dibagi menjadi yaitu :

a). Waktu kerja efektif, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mengubah log menjadi lembaran finir indah, dimulai dari posisi dolok di conveyor siap untuk di sayat sampai melepaskan sisa sayatan dari mesin penyayatan. b). Waktu tidak efektif, yaitu waktu tidak produktif dalam proses penyayatan log seperti pemeriksaan, buang

limbah, mengasah pisau, membuang paku dan sebagainya.

Perhitungan Produktivitas

Menurut ILO (1996), produktivitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

dimana: P = Produktivitas (m3/jam)

V = Jumlah produk yang dihasilkan (out put)

t = waktu kerja (jam mesin)

Penghitungan Rendemen

Menurut ILO (1990) cara menghitung rendemen adalah sebagai berikut :

Dimana: R = Rendemen

Input = Bahan baku mula-mula (awal) Output = Hasil dari penyayatan Finir

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produktivitas kayu Sungkai pada mesin penyayat Finir (slicing)

Kayu Sungkai yang telah selesai di rebus, sesudah dibersihkan dibawa ke mesin penyayatan untuk disayat. Pada tabel 1 disajikan data hasil pengamatan rata-rata dan koefisien variasi kayu Sungkai.

Dari tabel 1 di atas terlihat nilai rataan produktivitas terendah untuk diameter adalah pada A1 sebesar 0,0408 m3/jam

dan rata-rata tertinggi pada A3 yaitu

0,1140 m3/jam. Sedangkan pada faktor lama perebusan nilai rataan terendah ada pada B1 dengan nilai 0,0713 m3/jam

dan yang tertinggi pada B3 yaitu 0,0853

m3/jam.

Untuk melihat pengaruh

diameter dan lamanya perebusan terhadap produktivitas kayu Sungkai pada unit kegiatan penyayatan disajikan pada Tabel 2. P = m jam t V 3 R = x100% input output

(4)

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009 280 Tabel. 1. Data Hasil Pengamatan Produktivitas Rata-Rata dan Koefisien Variasi

dengan Faktor Diameter dan Lamanya Perebusan Kayu Sungkai.

Perlakuan B1 B2 B3 Total Rataan (m3/jam) Rataan (m3/jam) CV (%) Rataan (m3/jam) CV (%) Rataan (m3/jam) CV (%) A1 0,0345 29,55 0,0417 25,39 0,0463 28,07 0,0408 A2 0,0797 22,62 0,0864 25,31 0,0864 27,79 0,0841 A3 0,0997 10,88 0,1192 22,71 0,1231 14,56 0,1140 Total Rataan (m3/jam) 0,0713 0,0824 0,0853

Tabel. 2. Analisis Keragaman Produktivitas Kayu Sungkai pada Unit kegiatan Penyayatan.

Sumber Keragaman Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hitung F-tabel 0,05 0,01 Pengaruh Utama Faktor A 2 0,0406 0,0203 52,667*** 3,26 5,25 Faktor B 2 0,0216 0,0108 27* 3,26 5,25 Interaksi AB 4 0,0004 0,0001 0,284ns 2,62 3,89 Galat 36 0,0139 0,0004 Total 44 0,0765

Keterangan: ** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf kepercayaan 99%

ns

= Berpengaruh tidak nyata Seperti yang terlihat pada Tabel 2, faktor A dan faktor B berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas kayu sungkai, sedangkan faktor B dan interaksi AB berpengaruh tidak nyata, hal ini disebabkan karena faktor AB sendiri-sendiri di dalam mempengaruhi produktivitas. Jadi dengan semakin besarnya diameter kayu Sungkai maka produktivitas yang diperoleh akan meningkat pula. Penyayatan finir yang berdiameter besar akan menghasilkan finir yang banyak asal kualitas dan bahan baku yang digunakan bagus. Selain itu pula besar kecilnya diameter akan berpengaruh terhadap kemampuan mesin sayat.

Produktivitas dalam proses penyayatan finir dapat dipengaruhi oleh beberapa variabel. Sinungan (2002) dalam Hartati (2008), faktor yang mampu mempengaruhi produktivitas berasal dari manusia itu sendiri baik

berupa kuantitas, tingkat keahlian, latar belakang, pendidikan, kemampuan, sikap dan minat, umur serta struktur pekerjaan.

Menurut Prayitno (1994), kesukaran dalam proses penyayatan karena kerasnya dan rapatnya unsur penyusun kayu, oleh karena itu kayu harus dipanaskan atau direbus dulu dengan memperhatikan faktor dalam (berasal dari bahan baku itu sendiri), dan faktor luar (suhu, kelembaban, dan lain-lain). Efisiensi proses produksi penyayatan finir dan proses-proses yang mengikutinya akan sangat terkandung kepada cara-cara penyayatan seperti pembuatan balok sayat, pemanasan balok sayat serta pengendalian kecepatan penyayatan.

Uji Beda Nyata Jujur dilakukan untuk mengetahui perlakuan-perlakuan mana yang berbeda seperti yang disajikan pada Tabel 3.

(5)

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009 281 Tabel 3. Uji Beda Nyata Jujur Faktor A terhadap Produktivitas Kayu Sungkai Unit

Kegiatan Penyayatan.

No. Perlakuan Nilai Tengah

HSD0,05 (0,0175) HSD0,01 (0,0223)

1. A1 0,0408a 0,0408a

2. A2 0,0841b 0,0841b

3 A3 0,1140c 0,1140c

Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata. Tabel 4. Uji Beda Nyata Jujur Faktor B terhadap Produktivitas Kayu Sungkai Unit

Kegiatan Penyayatan.

No. Perlakuan Nilai Tengah

HSD0,05 (0,0396) HSD0,01 (0,0578)

1. B1 0,0713 0,0713

2. B2 0,0824 0,0824

3 B3 0,0853 0,0853

Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata. Dari Uji Beda Nyata jujur pada Tabel 3

di atas terlihat bahwa A1 berbeda sangat

nyata dengan A2 dan A3, demikian pula

A2 berbeda sangat nyata dengan A3.

Nilai produktivitas tertinggi terdapat pada A3 yaitu 0,1140 m3/jam. Ini berarti

produktivitas akan meningkat dengan semakin bertambah besarnya diameter log. Menurut Assauri (1980), agar supaya diperoleh produktivitas dipengaruhi oleh beberapa faktor sepert : jenis kayu, diameter dari kayu, bentuk kayu dan cacat kayu, keterampilan operator, mesin dan perlakuan bahan sebelum diolah(disayat).

Untuk melihat perlakuan yang berbeda pada faktor B dilakukan uji beda nyata jujur seperti pada Tabel 4. Pada tabel 4 disajikan bahwa lama perebusan 36 jam memberikan nilai produktivitas terbesar yaitu 0,0853 m3/jam dan yang terkecil terdapat pada B1 sebesar 0,0713 m3/jam. Menurut

Prayitno (1994), penggunaan waktu yang sesuai dalam merebus log akan memberikan hasil yang lebih banyak

dan memudahkan pada proses penyayatan dan proses pengerjaan selanjutnya. Balak sayat yang direbus dengan waktu yang cukup akan dapat menghindari kerusakan finir yanh dihasilkan.

Rendemen Kayu Sungkai pada Mesin Penyayatan Finir (Slicing)

Nilai rendemen rata-rata pada unit kegiatan penyayatan untuk masing-masing faktor disajikan pada Tabel 5. Pada tabel 5 diperlihatkan nilai rata-rata untuk rendemen pada faktor A (diameter) yang terendah pada perlakuan A1 yaitu 24,22% dan rataan

tertinggi ada pada A3 sebesar 38,92%.

Sedangkan untuk faktor lama perebusan nilai rataan yang terendah pada B1 (29,75%) dan rataan tertinggi

pada B2 (34,24%).

Untuk melihat pengaruh

diameter dan lamanya perebusan dibuat analisis keragaman yang disajikan pada Tabel 6.

Tabel 5. Data Hasil Pengamatan Rendemen Rata-Rata dan Koefisien Variasi pada Unit Kegiatan Penyayatan dengan Faktor Diameter dan Lama Perendaman (%).

(6)

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009 282 B B1 B2 B3 Total Rataan Sisa Hasil Penyayatan Total Rataan A Rataan CV Rataan CV Rataa

n CV B1 B2 B3 A1 22,39 21,12 23,46 21,55 26,81 19,7 9 24,22 27,6 7 27,8 7 27,35 27,45 A2 32,49 17,18 34,30 26,67 36,42 25,8 4 34,40 18,6 3 17,7 8 21,41 18,63 A3 34,37 6,60 42,91 11,76 39,50 24,2 1 38,92 16,7 6 12,7 2 14,76 15,90 Total Rataa n 29,75 33,56 34,24 20,6 4 19,1 1 20,85

Tabel 6. Analisis Keragaman Rendemen Kayu Sungkai pada Unit Penyayatan. Sumber Kegiatan Db Jumlah

Kuadrat Kuadrat Tengah F-hitung F-tabel 0,05 0,01 Pengaruh Utama Faktor A 2 1701,4298 850,7149 16,463** 3,26 5,25 Faktor B 2 375,4542 187,7271 3,63* Interaksi AB 4 100,8832 25,2208 0,488ns 2,62 3,89 Galat 36 1860,2676 51,6741 Total 44 4038,0348

Keterangan: ** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf kepercayaan 99% ns = Berpengaruh tidak nyata

Pada Tabel 6 terlihat perlakuan A (diameter) berpengaruh sangat nyata terhadap rendemen kayu Sungkai pada unit penyayatan dan faktor B (lama perebusan) berpengaruh nyata serta interaksi Ab dan lama perebusan berpengaruh tidak nyata terhadap rendemen.

Peningkatan diameter log dan lamanya perebusan akan meningkatkan rendemen finir atau mengurangi volume limbah pada unit kegiatan penyayatan. Menurut Basuki dan Effendi (1988), besarnya limbah yang terjadi dalam proses pembuatan finir erat hubungannya dengan diameter log dan lamanya perebusan.

Selain itu dalam pemasangan pisau iris diperlukan suatu ketelitian

terutama pada penyetelan nose bar. Hal ini pentng mengingat efek teknis pengirisan, baik terhadap anatomis dari kayu yang akan diiris maupun pergesekan yang timbul pada waktu pengirisan, sehingga besarnya diameter ini akan berpengaruh terhadap rendemen. Menurut Prayitno (1994), kekeliruan penyetelan pisau akan menghasilkan finir yang kurang baik atau merusak finir, dan dapat pula mempercepat kepincangan proses penyayatan terutama disebabkan kesulitan pengendalian kecepatan penyayatan.

Untuk melihat perlakuan-perlakuan yang berbeda dilakukan Uji Beda Nyata Jujur seperti pada Tabel 7.

(7)

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009 283 Tabel 7. Uji Beda Nyata Jujur Faktor A terhadap Rendemen Kayu Sungkai pada Unit

Kegiatan Penyayatan.

No. Perlakuan Nilai Tengah

HSD 0,05(6,41) HSD 0,01(8,17)

1. A1 24,22a 24,22a

2. A2 34,40b 34,40b

3. A3 38,92b 38,92b

Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata. Tabel 8. Uji Beda Nyata Jujur Faktor B terhadap Rendemen Kayu Sungkai pada Unit Kegiatan Penyayatan.

No. Perlakuan Nilai Tengah

HSD 0,05(6,17) HSD 0,01(8,96)

1. B1 29,75a 29,75a

2. B2 33,56b 33,56b

3. B3 34,24b 34,24b

Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata. Berdasarkan Tabel 7 diperlihatkan

perlakuan A1 berbeda sangat nyata

dengan A2 dan A3, akan tetapi A2 tidak

berbeda dengan A3. Nilai rataan

rendemen perlakuan A3 (Ø 30-35 cm)

merupakan nilai rataan terbaik dari ketiga perlakuan ini yaitu 38,92%. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar diameter kayu Sungkai maka akan semakin besar pula rendemen yang dihasilkan (Kamil, 1992), juga menurut Martawijaya, (2009), kayu Sungkai yang sehat, lurus, silindris dan berserat halus akan menghasilkan sayatan finir yang seragam. Produksi finir akan berkualitas tinggi sangat dipengaruhi oleh jenis kayu, kualitas log dengan struktur dan tekstur yang baik, kecepatan mesin yang memadai, tidak ada getaran dalam mesin serta melapisi mesin dengan kromium untuk menghindari penodaan pada finir.

Untuk melihat pengaruh

perlakuan faktor B terhadap rendemen dilakukan uji beda nyata jujur seperti Tabel 8.

Dari Tabel 8 menunjukkan lama perebusan 36 (B3) memperlihatkan nilai

rendemen rataan tertinggi yaitu 34,24%. Dengan lama perebusan 36 jam kayu akan menjadi lunak sehingga akan memudahkan di dalam proses penyayatan finir. Menurut Prayitno (1994), balak sayat yang direbus sesuai dengan waktu perebusan akan dapat meningkatkan kualitas finir.

Pada saat perebusan kayu Sungkai untuk menaikan suhu harus dilakukan secara berangsur-angsur sehingga jumlah finir yang dihasilkan lebih tinggi, kualitas finir meningkat 4 sampai 25%, dapat mengurangi pemakaian perekat karena permukaan finir lebih rata dan dapat mengurangi biaya produksi.

Lama perebusan log dipengaruhi oleh berat jenis kayu, kadar air sebelum direbus, ukuran dan kualitas log, suhu log pada saat direbus dan jenis kayu yang digunakan.

(8)

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009 284 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Produksi rata-rata kayu Sungkai untuk diameter 20-25 cm diperoleh produktivitas sebesar 0,0281 m3/jam, diameter 26-30 cm sebesar 0,0300 m3/jam, dan diameter 31-35 cm diperoleh produktivitas sebesar 0,0307 m3/jam, untuk perebusan 24 jam diperoleh produktivitas sebesar 0,0287 m3/jam, lama perebusan 30 jam sebesar 0,0288 m3/jam dan lama perebusan 36 jam diperoleh produktivitas sebesar 0,0313 m3/jam.

Rendemen rata-rata kayu Sungkai yang diperoleh dari diameter 20-25 cm adalah 7,62%, diameter 26-30 sebesar 8,15% dan diameter 31-35 sebesar 8,49%, untuk lama perebusan 24 jam diperoleh rendemen 7,35%, lama perebusan 30 jam sebesar 8,26% dan perebusan 36 jam menghasilkan rendemen sebesar 8,64%.

Peningkatan produktivitas dipengaruhi oleh manusia baik berupa kuantitas, tingkat keahlian, latar

belakang, ketelitian, pendidikan, kemampuan, umru serta struktur pekerjaan. Selain itu kualitas log dan lama perebusan yang sesuai dengan jenis kayu.

Untuk mendapatkan rendemen yang tinggi serta finir yang berkualitas tinggi sangat dipengaruhi oleh jenis kayu, kualitas log dengan struktur dan tekstur yang baik, kecepatan mesin yang memadai, tidak ada getaran dalam mesin serta melapisi mesin dengan kromium.

Saran

Untuk mendapatkan produktivitas dan rendemen yang tinggi

perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi seperti kualitas dan diemeter log, tipe mesin dan kondisi peralatan, proses pengolahan, keterampilan dan pengalaman operator serta jenis produk yang dihasilkan.

DAFTAR PUSTAKA

Assauri, 1980. Manajemen Produksi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Basuki, S dan R. Efendi, 1988. Model Pendugaan Limbah dalam Pengupasan Finir Kayu Meranti dan Ramin. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 5 (2). Pp 25-70.

Hartati, D, 2008. Produktivitas dan Rendemen Kerajinan Anyaman Daun Nipah, di Desa Simpang Empat Kecamatan Kertak Hanyar Kabupaten Banjar, Kalimantan

Selatan. Skripsi Fakultas Kehutanan Unlam Banjarbaru , Tidak Dipublikasikan.

International Labour Office, 1996. Penelitian Kerja dan Produktivitas Seri Management No. 15a International Labour Office. Terjemahan J.L wetik. Erlangga. Jakarta. Pp 5-37.

Kamil, R, N. 1992. Kayu Agathis sebagai Bahan Baku Kayu Lapis. Laporan No. 96 Lembaga Penelitian Hasil Hutan Bogor.

Martawijaya, A,I, Kartasujana. 2009, Atlas kayu Indonesia Jilid I.

(9)

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009 285 Lembaga Pusat Penelitian Hasil

Hutan.

Prayitno, 1994, Teknologi Kayu Lapis. Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta.

Sinungan, 2002. Produktivitas Apa dan Bagaimana, Bumi Angkasa Cetakan ke IV, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil juga menunjukkan bawahan di PT Futurefood Wahana Industri memiliki tingkat kesiapan yang berbeda-beda seperti, Informan 2 (Diah) bagian manajer administrasi yang

Ruslan (2010:14) menyatakan bahwa mediator tidak hanya sebagai fungsi namun juga sebagai keterampilan dalam menguasai teknik komunikasi baik melalui media secara

Selanjutnya melakukan identifikasi proses bisnis yang sedang berjalan, mengidentifikasi proses nasabah mengajukan pinjaman kredit hingga proses pencairan,

Komponen-komponen apa saja yang terdapat pada objek, situasi atau proses dalam pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) menjadi pajak

Kelemahan dari penelitian ini adalah tidak mampunya meneliti apakah ekpresi Bcl-2 dan Bax terjadi pada fase folikel tertentu.Perhitungan rerata ekspresi Bcl-2 dan Bax

Songon i ma nian nang roha mi Sonang nai molo rap hita nadua Uli denggan sude nang rohakki Dang jadi sirang be ra hita nadua Sai gabe ma sahat tu saur matua Sonang nai molo

Ada beberapa hal yang bisa kita analisis terhadap prinsip maskulinitas yang terinternalisir dalam diri feminisme dominan, diantaranya; feminisme liberal

Selain itu dengan pengomposan juga dapat memperkaya unsur hara pupuk organik yang dihasilkan dari pengolahan limbah peternakan tersebut, namun demikian data