• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI TAHUN Laporan Akhir V - 40

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI TAHUN Laporan Akhir V - 40"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Akhir

V - 40

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI

(2)

Laporan Akhir

V - 41

5.2.2.7. Kawasan Peruntukan Pariwisata

Kawasan peruntukan di Kabupaten Ngawi terdiri atas: kawasan pariwisata budaya, kawasan pariwisata alam dan kawasan pariwisata buatan.

Adapun Kawasan pariwisata budaya dengan luas kurang lebih 1.597,48 ha meliputi:

a. Arca Banteng; b. Candi Pendem;

c. Pertapaan jaka tarub; d. Petilasan Kraton Wirotho;

e. Makam PH Kertonegoro dan Patih Ronggolono; f. Makam Patih Pringgokusum;

g. Kediaman Krt. Radjiman Wedyadiningrat; h. Monumen Suryo;

i. Pesanggrahan Srigati; j. Gunung Liliran;

k. Musem Trinil; dan

l. Benteng Van Den Bosch.

Kawasan pariwisata alam dengan luas kurang lebih 12,50 ha, meliputi : a. Air Terjun Srambang;

b. Gunung Liliran; c. Waduk Pondok;

d. Bumi Perkemahan Selondo; dan e. Kebun teh Jamus.

Kawasan pariwisata buatan, yaitu Tempat Pemandian Tawun.

Pengembangan pariwisata di Kabupaten Ngawi dikembangkan melalui pembentukan minat wisata wisata, yaitu :

1. Pengembangan wisata di Kabupaten Ngawi dilakukan dengan membentuk wisata unggulan daerah antara lain adalah : Waduk Pondok, Monumen Suryo, Air Terjun Srambang, Musem Trinil, Benteng Van Den Bosch.

Selanjutnya juga bisa dikembangkan wisata religius dimana selain untuk minat rekreasi juga untuk minat spiritual adapun potensi wisata tersebut adalah Pesanggrahan Srigati dan Gunung Liliran.

Diluar wisata ungulan tersebut juga banyak potensi lain yang bisa dikembangakan seperti obyek wisata Tempat Pemandian Tawun dimana konsepnya tidak hanya sebagai tempat hiburan, taman yang biasanya sebagai tempat untuk berekreasi, menghilangkan kepenatan dari rutinitas dapat juga difungsikan sebagai tempat untuk melakukan konservasi terhadap satwa langka. Selain itu ada objek wilata budaya antara lain: Arca Banteng, Candi Pendem, Pertapaan jaka tarub, Petilasan Kraton Wirotho, Makam PH Kertonegoro dan Patih Ronggolono, Makam Patih Pringgokusumo, Kediaman Krt. Radjiman Wedyadiningrat.

Selain itu juga dikembangkan Desa wisata dengan menawarkan kehidupan petani yang masih alamiah dan sebisanya berdekatan dengan obyek wisata yang memiliki nilai jual tinggi. Adapun desa wisata yang dapat dikembangkan antara lain adalah: desa wisata Perkebunan Teh Jamus, Bumi Perkemahan Selondo, dengan memanfaatkan hortikultura dan ternak sapi serta pemandangan alam, dengan mengembangkan wisata alam, ritual, perkebunan.

2. Arahan Pengembangan Pariwisata Regional (Yogyakarta – Bali) : Untuk arahan pengembangan pariwisata regional dapat dilihat dari potensi wisata yang berada di dekat jalur ateri misalnya Monumen Suryo, Pemandian Tawun, Benteng Ven Den Bosch, Musium Trinil, Waduk Pondok.

3. Arahan Pengembangan Pariwisata Lokal :

 Pengembangan dan peningkatan lokasi-lokasi yang dapat diwisatakan  Membentuk link wisata lokal

 Pengembangan aktivitas wisata yang lebih beragam beserta zonasi-zonasinya guna untuk menghindari titik konflik pengembangan:

a. Utama yaitu sebagai wisata rekreasi, even wisata budaya dan juga sebagai pusat akomodasi wisata.

(3)

Laporan Akhir

V - 42

b. Pendukung yaitu sebagai wisata berbelanja dan juga sebagai kota

transit.

 Pengembangan dan peningkatan fasilitas penunjang kegiatan wisata  Peningkatan pelayanan jaringan air bersih, telepon dan pelayanan

jaringan listrik.

4. Pengembangan dan peningkatan promosi wisata

5. Pengembangan dan peningkatan mutu sumber daya manusia dalam bidang kepariwisataan baik melalui penyuluhan maupun pelatihan

6. Mengembangkan promosi wisata, kalender wisata dengan berbagai peristiwa atau pertunjukan budaya, kerjasama wisata, dan peningkatan sarana-prasarana wisata sehingga Kabupaten Ngawi menjadi salah satu tujuan wisata;

7. Obyek wisata alam dikembangkian dengan tetap menjaga dan melestarikan alam sekitar untuk menjaga keindahan obyek wisata;

8. Tidak melakukan pengerusakan terhadap obyek wisata alam seperti menebang pohon;

9. Menjaga dan melestarikan peninggalan bersejarah;

10. Meningkatkan pencarian/penelusuran terhadap benda bersejarah untuk menambah koleksi budaya.

11. Merencanakan kawasan wisata sebagai bagian dari urban/regional desain untuk keserasian lingkungan; serta

12. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian obyek wisata, dan daya jual/saing.

(4)

Laporan Akhir

V - 43

RENCANA TAT RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI

(5)

Laporan Akhir

V - 44

5.2.2.8. Kawasan Peruntukan Permukiman

Kawasan permukiman pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni permukiman permukiman perdesaan dan perkotaan. Luas kawasan permukiman di Kabupaten Ngawi secara keseluruhan adalah 16.655,51 ha. Kawasan permukiman di biagi atas kawasan permukiman perdesaan dan kawasan permukiman perkotaan.

A. Kawasan Permukiman Perdesaan

Kawasan permukiman perdesaan adalah suatu kawasan untuk permukiman pada lokasi sekitarnya masih didominasi oleh lahan pertanian, tegalan, perkebunan dan lahan kosong serta aksesibilitas umumnya kurang, jumlah sarana dan prasarana penunjang juga terbatas atau hampir tidak ada. Secara fisiografis permukiman perdesaan di Kabupaten Ngawi terletak di pergunungan dan dataran tinggi, dataran rendah. Setiap lokasi memiliki karakter tersendiri dan memerlukan penanganan sesuai karakter masing-masing.

Kawasan permukiman perdesaan yang terletak pada wilayah pegunungan dan dataran tinggi kegiatan, pengembangan permukiman diarahkan pada pertanian tanaman keras, perkebunan dan sebagian hortikultura, dan pariwisata. Kawasan ini terdapat di Kecamatan Jogorogo, Geneng, Karangannyar, Sine, Ngrambe dan Kendal. Pada kawasan ini perkembangan permukiman harus diarahkan membentuk cluster dengan pembatasan pengembangan permukiman pada kawasan lindung.

Kawasan permukiman perdesaan yang terletak pada dataran rendah, umumnya memiliki kegiatan pertanian sawah, tegal, kebun campur, termasuk peternakan dan perikanan darat. Sebagian besar permukiman perdesaan yang terletak pada dataran rendah memiliki kondisi tanah yang subur. Lahan kosong yang terletak pada tengah permukiman dan sepanjang jalan utama merupakan kawasan yang rawan perubahan pengunaan lahan dari kawasan pertanian

menjadi kaswasan terbangun. Pada kawasan ini diperlukan pembatasan pengembangan untruk kawasan terbangun.

Pada kawasan permukiman perdesaan yang memiliki potensi sebagai penghasil produk unggulan pertanian atau sebagai kawasan sentra produksi akan dilengkapi dengan lumbung desa modern, juga pasar komoditas unggulan. Selanjutnya beberapa komoditas yang memiliki prospek pengembangan melalui pengolahan akan dilakukan pengembangan industri kecil dengan membentuk sentra industri kecil.

Kawasan perdesaan dapat berbentuk kawasan agropolitan, yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan adanya keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis. Kawasan agropolitan di Kabupaten Ngawi adalah Kecamatan Karangannyar dengan ditunjang Kecamatan Geneng, Widodaren, mantingan, Kedunggalar dan Pitu. Luas kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Ngawi kurang lebih 11.038,47 ha.

B. Kawasan Permukiman Perkotaan

Kawasan permukiman perkotaan adalah kawasan yang dominasi kegiatannya difungsikan untuk kegiatan yang bersifat kekotaan dan merupakan orientasi pergerakan penduduk yang ada pada wilayah sekitarnya. Kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Ngawi merupakan bagian dari kawasan perkotaan dengan perkembangan dan kondisi yang sangat beragam, dengan rencana pengembangan kawasan ini kurang lebih 6.559,17 ha dari luas wilayah kabupaten.

Terkait dengan permukiman perkotaan di Kabupaten Ngawi, rencana penataan dan pengembangannya sebagai berikut :

1. Seiring dengan pengembangan Perkotaan Ngawi sebagai ibukota Kabupaten, maka permukiman di perkotaan Ngawi ini akan meningkat pesat, sehingga perlu peningkatan kualitas permukiman melalui

(6)

Laporan Akhir

V - 45

penyediaan infrastruktur yang memadai pada permukiman padat,

penyediaan perumahan baru, dan penyediaan Kasiba-Lisiba Berdiri Sendiri. Pada setiap kawasan permukiman disediakan berbagai fasilitas yang memadai sehingga menjadi permukiman yang layak dan nyaman untuk dihuni;

2. Pengembangannya adalah untuk permukiman dengan kepadatan rata-rata tinggi, dan sebagian kawasan dapat digunakan untuk kawasan siap bangun yang sudah ditentukan lokasi dan luasannya yaitu di Kecamatan Ngawi seluas 80 Ha.

3. Permukiman perkotaan yang merupakan bagian dari ibukota kecamatan pengembangannya adalah untuk perumahan dan fasilitas pelengkapnya sehingga menjadi permukiman yang nyaman dan layak huni;

4. Pada permukiman perkotaan yang padat dilakukan peningkatan kualitas lingkungan permukiman perkotaan melalui perbaikan jalan lingkungan dan jalan setapak, saluran pembuangan air hujan, pengadaan sarana lingkungan, pembangunan sarana MCK (mandi, cuci, kakus) dan pelayanan air bersih;

5. Kawasan permukiman baru pengembangannya harus disertai dengan penyediaan infrastruktur yang memadai, seperti penyediaan jaringan drainase dan pematusan, pelayanan jaringan listrik, telepon, air bersih dan sistem sanitasi yang baik. Kawasan opermukiman baru harus menghindari pola enclove; serta

6. Pada kawasan permukiman perkotaan yang terdapat bangunan lama/kuno, bangunan tersebut harus dilestarikan dan dipelihara; Selanjutnya bangunan dapat dialihfungsikan asalkan tidak merusak bentuk dan kondisi bangunannya.

Rencana pengelolaan kawasan permukiman antara lain meliputi :

1. Secara umum kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan harus dapat menjadikan sebagai tempat hunian yang aman, nyaman dan produktif, serta didukung oleh sarana dan prasarana permukiman;

2. Permukiman perkotaan diarahkan pada penyediaan hunian yang layak dan dilayani oleh sarana dan prasarana permukiman yang memadai;

3. Perkotaan besar dan menengah penyediaan permukiman selain disediakan oleh pengembang dan masyarakat, juga diarahkan pada penyediaan Kasiba/Lisiba Berdiri Sendiri, perbaikan kualitas permukiman dan pengembangan perumahan secara vertikal;

4. Membentuk cluster-cluster permukiman untuk menghindari penumpukan dan penyatuan antar kawasan permukiman, dan diantara cluster permukiman disediakan ruang terbuka hijau;

5. Pengembangan permukiman perkotaan kecil dilakukan melalui pembentukan pusat pelayanan kecamatan;

6. Setiap kawasan permukiman dilengkapi dengan sarana dan prasarana permukiman sesuai hirarki dan tingkat pelayanan masing-masing;

7. Permukiman perdesaan sebagai hunian berbasis agraris, dikembangkan dengan memanfaatkan lahan pertanian, halaman rumah, dan lahan kurang produktif sebagai basis kegiatan usaha;

8. Permukiman perdesaan yang berlokasi di pegunungan dikembangkan dengan berbasis perkebunan dan hortikultura, disertai pengolahan hasil. 9. Permukiman perdesaan yang berlokasi di dataran rendah, basis

pengembangannya adalah pertanian tanaman pangan dan perikanan darat, serta pengolahan hasil pertanian. Selanjutnya perdesaan di kawasan pesisir dikembangkan pada basis ekonomi perikanan dan pengolahan hasil ikan;

5.2.2.9. Kawasan Peruntukan Lainnya

Kawasan peruntukan lainnya ini adalah kawasan peternakan yang banyak berkembang dan mempunyai potensi untuk dikembangan di Kabupaten Ngawi.

Pengembangan Breeding Centre yang dapat berfungsi sebagai lokomotif penggerak pertumbuhan dan perkembangan di bidang peternakan, yang dilokasikan di Kecamatan Sine, Jogorogo, Kendal, Paron, Mantingan, Ngawi,

(7)

Laporan Akhir

V - 46

Kedungggalar, Padas, Widodaren, Ngrambe, Pitu, Padas, Bringin, Karanganyar,

Karangjati, Geneng, Pangkur, Kedunggalar, Kasreman, untuk ternak besar seperti sapi potong dan sapi perah . Sedangkan untuk pengembangan ternak kecil (ayam ras, ayam buras/kampung) pendistribusian sudah cukup merata pada masing-masing kecamatan yang ada di Kabupaten Ngawi dan setiap penduduk rata-rata memiliki ternak ini meskipun dalam jumlah kecil.

Melihat populasi yang ada dan lokasi penyebaran ternak sapi kereman manunjukkan banyaknya masyarakat yang memilih usaha dibidang ini. Potensi lahan yang cukup luas merupakan salah satu modal dasar untuk menjalankan usaha di sektor peternakan. Hingga saat ini kebutuhan pangan yang berasal dari ternak masih jauh untuk dapat memenuhi baik kebutuhan lokal maupun nasional.Untuk dapat meng-antisipasi kebutuhan pangan ternak, maka perlu terobosan untuk melakukan kerjasama pengadaan pakan ternak.

Gambar 5.13

Salah satu jenis ternak besar yang ada di Kabupaten Ngawi

Melihat populasi sapi perah yang jumlahnya sedikit, sementara lahan yang ada utamanya didaerah selatan ( kaki Gunung Lawu) bisa dikembangkan usaha ternak sapi perah. Kebutuhan susu sapi segar selama ini relatif kurang dan disuplai dari luar daerah antara lain Madiun.

Sapi perah merupakan penghasil susu segar yang banyak diminati oleh masyarakat. Selama ini belum banyak budidaya ternak Sapi Perah yang secara

komersial ditujukan untuk memenuhi permintaan pasar susu segar. Sehingga dipasaran tidak tersedia susu segar. Maka Sapi Perah memiliki prospek investasi yang sangat cerah. Pengembangan kawasan peternakan di Kabupaten Ngawi adalah:

1. Sentra ternak sapi perah di Kecamatan Kasreman

2. Ternak unggulan: Kecamatan Karangjati, Kendal, Kasreman, Sine, Bringin. 3. Kawasan peternakan diarahkan mempunyai keterkaitan dengan pusat

distribusi pakan ternak;

4. Kawasan ternak unggas banyak tersebat di permukiman penduduk harus dipisahkan dari permukiman penduduk untuk mencegah penyebaran penyakit ternak seperti flu burung; serta

5. Peningkatan nilai ekonomi ternak dengan mengelola dan mengolah hasil ternak, seperti pembuatan industri pengolah hasil ternak, mengolah kulit, dan industri lainnya.

Adapun arahan pengelolaan peternakan di Kabupaten Ngawi diarahkan sebagai berikut:

1. Meningkatkan kegiatan peternakan secara alami dengan mengembangkan padang penggembalaan, dan pada beberapa bagian dapat menyatu dengan kawasan perkebunan atau kehutanan;

2. Kawasan peternakan dalam skala besar dikembangkan pada lokasi tersendiri, diarahkan mempunyai keterkaitan dengan pusat distribusi pakan ternak;

3. Mengembangkan sistem inti - plasma dalam pengembangan peternakan; 4. Mengolah hasil ternak sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi;

5. Pengembangan ternak unggulan yang dimiliki oleh daerah yaitu komoditas ternak yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif; serta

6. Ternak unggas dan ternak lain yang memiliki potensi penularan penyakit pada manusia harus dipisahkan dari kawasan permukiman;

(8)

Laporan Akhir

V - 47

5.2.2.10 . Kawasan Pertahanan Keamanan

Di Kabupaten Ngawi terdapat kawasan pertahan dan keamanan yang meliputi Kawasan Komando Distrik Militer beserta seluruh jajarannya di tingkat Koramil, kawasan Artileri Medan 12 dan tempat latihan kemiliteran.

Tabel 5.4

Rencana Luas Kawasan Budidaya di Kabupaten Ngawi

No Rencana Pola Ruang Luas (Ha) %

RENCANA POLA RUANG KAWASAN BUDIDAYA

1 Kawasan peruntukan hutan produksi 34.979,00 35,00%

2 Kawasan hutan rakyat 14.135,43 10,91%

3 Kawasan peruntukan pertanian 0,00%

a. Peruntukan pertanian pangan berkelanjutan 41.523,00 21,03%

b. Peruntukan tegalan

c. Peruntukan pertanian lahan kering 9.188,21 7,09%

d. Peruntukan holtikultura 5.621,20 4,34%

4 Kawasan peruntukan perkebunan 10.788,68 8,32%

5 Kawasan peruntukan perikanan 0,00%

a. Peruntukan perikanan tangkap (perairan umum) 1.351,00 1,04%

b. Peruntukan budidaya perikanan 22,95 0,02%

c. Peruntukan kawasan pengolahan ikan 0,00 0,00%

6 Kawasan peruntukan pertambangan 0,00%

a. Peruntukan mineral dan batu bara 0,00 0,00%

b. Peruntukan minyak dan gas bumi 0,00 0,00%

c. Peruntukan panas bumi 0,00 0,00%

d. Peruntukan air tanah di kawasan pertambangan 0,00 0,00%

7 Kawasan peruntukan industri 0,00%

a. Peruntukan industri besar 0,00 0,00%

b. Peruntukan industri sedang 0,00 0,00%

c. Peruntukan industri rumah tangga 1.628,27 1,26%

8 Kawasan peruntukan pariwisata 0,00%

a. Peruntukan pariwisata budaya 1.597,48 1,23%

b. Peruntukan pariwisata alam 12,50 0,01%

c. Peruntukan pariwisata buatan 0,00 0,00%

9 Kawasan peruntukan permukiman 0,00%

a. Peruntukan permukiman perkotaan 6.559,17 5,06%

b. Peruntukan permukiman perdesaan 11.038,47 8,52%

10 Kawasan peruntukan lainnya 0,00 0,00%

102.597,58 79,17%

Sumber : Hasil Rencana

Dari kondisi lapangan yang ada, diperlukan upaya dalam memecahkan konflik melalui penerapan sistem pertanian konservasi (SPK), yaitu sistem pertanian yang mengintegrasikan teknik konservasi tanah dan air dalam sistem pertanian.

Tabel 5.5.

Jenis Konflik dan Alternatif Pemecahannya NO JENIS KONFLIK ALTERNATIF PEMECAHAN 1 Permukiman dengan kawasan lindung

 Penduduk disekitar hutan harus dilibatkan dalam pemeliharaan dan pengelolaan hutan sehingga merasa ikut memiliki;

 Membatasi secara tegas pertumbuhan areal pemukiman, diikuti pengawasan yang ketat; serta  Melibatkan masyarakat dalam pengelolaan hutan

dan kawasan lindung. 2 Kebun dengan

kawasan Lindung

 Membatasi secara tegas pertumbuhan areal kebun disertai pengawasan yang ketat;

 Melibatkan petani kebun dalam pengelolaan dan pemeliharaan hutan;

 Mengusahakan petani agar menanam tanaman tahunan (perkebunan) disertai tindakan konservasi yang intensif agar fungsi lindung tetap terpelihara; serta

 Agroforestry dan pembuatan hutan kemasyarakatan. 3 Tegal dengan

kawasan Lindung

 Membatasi secara tegas pertumbuhan areal tegal, disertai pengawasan yang ketat;

 Melibatkan petani dalam pemeliharaan dan pengelolaan hutan disekitarnya;

(9)

Laporan Akhir

V - 48

NO JENIS KONFLIK

ALTERNATIF PEMECAHAN

 Menerapkan sistem pertanian konservasi dalam budidaya pertanian ditanah tegal;

 Mengganti jenis tanaman yang dibudidaya dan tanaman semusim menjadi tanaman tahunan dalam jangka waktu panjang/bertahap; serta

Agroforestry dan membuat hutan kemasyarakatan. 4 Sawah dengan

kawasan Lindung

 Membatasi dengan tegas pertumbuhan areal sawah dikawasan hutan tersebut;

 Melibatkan petani dalam pemeliharaan dan penelolaan hutan sehingga merasa ikut memiliki;  Dalam jangka panjang, secara bertahap tanah sawah

dialih fungsikan menjadi tanah perkebunan dan hutan kemasyarakatan (konservasi sawah bersifat khusus untuk areal sawah di kawasan hutan; serta  Agroforestry secara bertahap pada tanah sawah

tersebut.

Dalam penanganan konflik penggunaan tanah menggunakan kombinasi teknik sipil dan vegetatif. Metode yang digunakan adalah:

1. Pembuatan teras : Teras kridit (kemiringan 3 - 10 %), teras gulud (Tgl) kemiringan 10 - 50 %, teras bangku (Tbk) kemiringan 10 - 30 %, teras Kebun (TBn) kemiringan 30 - 50 %, teras individu (Tin) kemiringan 30 - 50 %; dan

2. Penggunaan vegetatif dalam konservasi tanah adalah : penanaman tanaman penutup tanah (TPT), penempatan/ mengatur penanaman dalam jalur (strip cropping), pergiliran anaman (pt), penggunaan tanaman penguat teras (ptp), Agroforestry (Agf), hutan kemasyarakatan (Hkm).

C. Kawasan Khusus Pengembangan Sektor Informal

Kawasan khusus pengembangan sektor informal meliputi penyediaan PKL bagi masyarakat, khususnya untuk masyarakat marginal/ menengah kebawah di perkotaan. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh tiap wilayah perkotaan masing-masing kecamatan adalah, minimal menyediakan lahan seluas 5 % sebagai pusat perdagangan sektor informal yang dipenuhi oleh negara. Sedangkan developer untuk perumahan dengan skala besar di kemudian hari, dipersyaratkan untuk mengalokasikan lahan untuk kawasan khusus pengembangan sektor informal ini minimal seluas 1 hingga 2 Ha.

(10)

Laporan Akhir

V - 49

5.8

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI

TAHUN 2010 – 2030

Referensi

Dokumen terkait

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten adalah rencana yang mencakup sistem perkotaan wilayah kabupaten yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya

 Penataan kawasan permukiman perkotaan melalui konsolidasi tanah. Rencana pengembangan kawasan permukiman yang terkait dengan pengembangan industri, pertambangan,

Kawasan permukiman perdesaan adalah suatu kawasan untuk permukiman pada lokasi sekitarnya masih didominasi oleh lahan pertanian, tegalan, perkebunan dan lahan

Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten adalah rencana yang mencakup sistem perkotaan wilayah kabupaten yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah

(7) Arahan pemanfaatan sistem jaringan sumber daya air, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, meliputi peningkatan sarana dan prasarana yang mendukung

(4) Di dalam kawasan permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdapat kawasan permukiman perkotaan yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten adalah rencana yang mencakup sistem perkotaan wilayah kabupaten yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya dan jaringan

Pusat Pelayanan Kawasan PPK perkotaan Pajarakan, perkotaan Krejengan, perkotaan Maron, perkotaan Lumbang, perkotaan Sumberasih, perkotaan Sukapura, perkotaan Bantaran, perkotaan