• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Namun, untuk menghasilkan pertumbuhan yang sehat dan jagur serta menghasilkan produksi yang tinggi dibutuhkan kisaran kondisi lingkungan tertentu (disebut juga: syarat tumbuh tanaman tanaman kelapa sawit).

Kondisi iklim, tanah dan bentuk wilayah merupakan faktor lingkungan utama yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan tanaman (genetis) dan perlakuan kultur teknis yang di berikan.

Pembibitan kelapa sawit adalah tahap awal kegiatan budidaya kelapa sawit yang berperan penting dan sangat berpengaruh terhadap kinerja budidaya kelapa sawit selama umur ekonomisnya.

Tujuan pembibitan adalah untuk menghasilkan bibit berkualitas tinggi yang tersedia saat lahan tanam telah di siapkan. Melalui tahap pembibitan ini diharapkan akan menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Bibit kelapa swit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan saat pelaksanaan transpalanting (Sulistyo, 2010).

Keberhasilan pembibitan kelapa sawit disamping faktor tanaman dan lingkungan juga tidak terlepas dari faktor pemeliharaan, salah satunya adalah pemupukan. Pelaksanaan pemupukan merupakan salah satu pemeliharaan di pembibitan kelapa sawit yang menduduki posisi pertama dari total biaya terbesar dalam pemeliharaan pembibitan kelapa sawit. Pemupukan di pembibitan dilakukan secara intensif dengan rentang waktu/rotasi yang pendek yaitu 1x setiap 1-2 minggu.

(2)

2 B. Perumusan Masalah

Bibit yang baik adalah syarat mutlak untuk memperoleh tanaman yang baik di lapangan, karena masa pembibitan adalah fase yang sangat penting untuk menghasilkan buah yang baik.

Untuk memperoleh bibit yang baik perlu perawatan yang baik termasuk pemupukan yang teratur. Tujuannya untuk mendapatkan bibit yang sehat, mendorong laju pertumbuhan dan mendapatkan pertumbuhan yang seragam.

Keberhasilan pembibitan kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah pemupukan yang meliputi 4T yaitu tepat waktu, tepat dosis, tepat cara, dan tepat aplikasi, biaya pemupukan dari total biaya pembibitan adalah 60%, dengan harga pupuk yang cukup mahal, perlu di upayakan agar pupuk yang diberikan pada tanaman dapat tepat aplikasi, sehingga biaya pemupukan dapat di tekan.

C. Tujuan Penelitian

 Untuk mengetahui jenis dan dosis pupuk yang digunakan di pembibitan kelapa sawit.  Untuk mengetahui biaya pemupukan pembibitan kelapa sawit di pembibitan awal (Pre

Nursery) dan pembibitan utama (Main Nursery).

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tentang kajian biaya pemupukan pada pembibitan kelapa sawit.

(3)
(4)

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Morfologi Kelapa Sawit 1. Akar

Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut. Akar pertama yang muncul dari biji yang berkecambah disebut radikula (bakal akar) dan plumula (bakal batang). Selanjutnya akar ini akan mati dan kemudian disusul dengan tumbuhnya sejumlah akar yang berasal dari pangkal batang. Akar ini disebut akar serabut atau radic adventica (Wahyuni, 2008)

Akar primer tumbuh ke bawah sampai kedalaman 1,5 m, pertumbuhan ke samping akar ini sampai 6 m dari pangkal pohon. Jumlah terbanyak pada jarak yaitu 2 – 2,5 m dari pohon dan kedalaman 20 – 25 cm. Akar yang paling aktif menyerap air dan unsur hara adalah akar tersier dan kuarter yang berada pada kedalaman 0 – 60 cm dan jarak 2 – 2.5 m dari pangkal pohon (Wahyuni, 2008).

2. Batang

Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda terjadi pada pembentukan batang yang

Tabel 1. Berdasarkan diameter pengelompokan akar

Nama akar Diameter (mm) Primer 5-10 Sekunder 2-4 Tertier 1-2 Kuarter 0,1-0,3 Sumber : Wahyuni, 2008

(5)

5

melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis.

Batang kelapa sawit terdiri dari pembuluh – pembuluh yang terkait secara diskrit dalam jaringan perenkim. Penebalan dan pembesaran batang terjadi karena aktivitas penebalan meristem primer yang terletak di bawah meristem pucuk dan ketiak daun. Pada tahun pertama atau tahun kedua pertumbuhan kelapa sawit membesar terlihat sekali pada bagian pangkal dimana diameter batang biasanya mencapai 60 cm, kemudian batang mengecil dan biasanya hanya berdiameter 40 cm tetapi pertumbuhan tingginya menjadi lebih cepat. Pada umumnya pertumbuhan tinggi batang biasa mencapai 37-75 cm per tahun, tergantung pada keadaan lingkungan dan keragaman genetika.

Batang diselimuti oleh pangkal pelepah daun tua, sampai dengan 11 – 15 tahun. Setelah itu bekas pelepah daun mulai rontok dan diawali dari tengah – tengah batang dan kemudian ke bawah batang. Tanaman kelapa sawit termasuk kedalam tanaman monokotil dan memiliki system pembuluh “dalam’’ ( xylem ) dan pembuluh “luar” (floem). Hal yang paling menarik dari sistem pembuluh kelapa sawit yaitu panjangnya umur sel-sel floem. Sel-sel tersebut bertanggung jawab terhadap pergerakan asimilat ke bawah. Pada spesies dikotil yang mengalami penebalan sekunder, sel-sel floem berganti setiap tahun atau dapat hanya 5-10 tahun. Pelepah daun kelapa sawit memiliki panjang 9 meter atau bahkan lebih.

3. Daun

Daun kelapa sawit berupa daun tunggal dengan susunan tulang-tulang daun menyirip, tiap daun terdiri dari rachis yaitu tulang daun pertama yang sangat lebar di bagian bawah dan menempel pada batang, panjang mencapai 9 m. Pinnae yaitu anak daun berderet disisi kiri dan kanan rachis dengan arah ke atas dan kebawah, jumlah bervariasi antara 250 - 400 helai. Anak

(6)

6

daun yang ada di tengah lebih panjang dari pada yang ada di pangkal ataupun di ujung daun. Anak daun yang dipangkal daun sangat memendek dan mengalami modifikasi menjadi duri-duri daun. Tiap anak terdiri dari tulang daun yang ada kedua sisi lidi tersebut (Wahyuni, 2008).

4. Bunga

Kelapa sawit merupakan tanaman monoecious (berumah satu). Artinya, bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang sama. Walaupun demikian, kadang-kadang di jumpai juga bunga jantan dan betina pada satu tandan (hermafrodit). Perkembangan infloresen dari proses inisiasi awal sampai membentuk infloresen lengkap pada ketiak daun memerlukan waktu 2,5 – 3 tahun. Infloresen akan muncul pada ketiak daun beberapa saat menjelang anthesia (penyerbukan). Pada tanaman muda (2-4 tahun), penyerbukan biasanya terjadi pada infloresen di ketiak daun nomor 20, sedangkan pada tanaman tua (> 12 tahun) biasanya terjadi pada daun yang lebih muda, yaitu pada daun nomor 15. Bunga kelapa sawit merupakan bunga majemuk yang terdiri dari kumpulan spikelet dan tersusun dalam infloresen yang berbentuk spiral. Bunga jantan maupun bunga betina mempunyai ibu tangkai bunga (peduncle/rachis) yang merupakan struktur pendukung spikelet. Umumnya, dari pangkal rachis muncul sepasang daun pelindung (spathes) yang membungkus infloresen sampai dengan saat-saat menjelang terjadinya anthesis. Dari rachis itu terbentuk struktur triangular bract yang kemudian membentuk tangkai-tangkai bunga (Pahan, 2008).

5. Buah

Tandan buah tumbuh di ketiak daun, daun kelapa sawit setiap tahun tumbuh sekitar 20 – 24 helai. Sehingga buah yang terbebtuk semakin menurun. Meskipun demikian bukan berarti hasil produksi minyaknya menurun. Hal ini disebabkan semakin tua umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit semakin besar, kadar minyak yang dihasilkan pun semakin tinggi.

(7)

7

Proses pembentukan minyak pada daging buah berlangsung selama 24 jam yaitu sampai buah mencapai tingkat masak. Masaknya buah dalam tandan tidak sekaligus, tetapi berangsur-angsur dimulai dari bagian atas dan selanjutnya kedalam. Suatu tandan buah telah siap dipanen apabila beberapa buah dari tandan tersebut terlepas dan jatuh ke tanah.

Buah kelapa sawit dibagi atas 3 bagian yaitu : kulit buah (exocarp), daging buah (mesocarp), dan inti buah (endocarp). Pembagian buah kelapa sawit berdasarkan warna kulit buah dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu : nigrecens, virescens, dan albescens.

Nigrecens ialah buah mentah yang pada ujung buahnya bewarna ungu tua sampai hitam, dan kearah pangkal bewarna kuning gading. Pada buah masak tipe ini dikenal sebagai Rubo-nigresces yaitu buah masak jingga kemerah-merahan dengan warna coklat pada bagian ujung buah. Karena banyak mengandung karotenoid tinggi. Rutilo-nigresces adalah tipe buah bila masak bewarna jingga pucat dan bagian ujung bewarna hitam. Virences adalah buah mentah bewarna hijau, setelah masak bewarna jingga kemerah-merahan, dengan bagian ujung buah sedikit kehijau-hijauan karena tidak mengandung anthicyanin. Sedangkan untuk jenis albescens adalah buah masak tidak mempunyai warna kemerah-merahan karena tidak mengandung karoten. Buah masak warna kuning pucat atau kuning gading dengan bagian ujung buah hijau atau kehitam-hitaman (Wahyuni, 2008).

B. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit 1. Iklim

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu rata-rata 27ºC dengan suhu maksimum 33ºC dan suhu minimum 22ºC. curah hujan rata-rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 1250-3000 mm yang merata sepanjang tahun dengan jumlah bulan kering kurang dari 3 bulan. Curah hujan optimal berkisar 1750-2500 mm. intensitas

(8)

8

sinar matahari yang optimal adalah 6 jam per hari dan kelembapan untuk kelapa sawit pada kisaran 50-90% (optimalnya pada 80%).

Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di daerah antara 12 LU dan 12 LS. Curah hujan optimal antara 2000 – 2500 mm per tahun. Lama penyiraman matahari yang optimum antara 5 – 7 jam per hari dan suhu optimum berkisar 24ºC - 38ºC.

Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat juga untuk memacu pembentukan bunga dan buah. Lama penyiraman optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit antara 5-7 jam/hari (Lubis, 2011).

2. Tanah

Pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit tergantung pada karakter lingkungan dimana tanaman ditumbuhkan, masih sangat sedikit diketahui interaksi antar faktor tersebut dengan perkembangan kelapa sawit.

Meskipun kelapa sawit tidak berbeda jauh dengan pertumbuhan dari family palmae lain, misalnya pinang, palem, kelapa, aren dan lain-lain, yang dapat tumbuh dihampir semua jenis tanah, namun karena diinginkan produksi yang optimal dalam jangka waktu yang lama, maka jenis tanah untuk budidaya kelapa sawit harus memenuhi standar atau persyaratan yang dapat menunjang pertumbuhan dan produksi yang optimal, yaitu tanah yang subur.

Beberapa hal yang menentukan sifat fisik lapisan tanah adalah tekstur, konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan lapisan tanah dan kedalaman permukaan tanah. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah yang gembur, subur, drainase baik, permeabilitas sedang dan memiliki solum yang tebal (sekitar 80cm), tanpa lapisan padas, tekstur tanah ringan

(9)

9

dengan kandungan pasir 20 – 60%, debu 10 – 40%,dan liat 20-50%. Tanah yang kurang cocok adalah tanah pantai berpasir dan tanah gembur tebal (Sastrosayono, 2009).

C. Pembibitan Kelapa Sawit

Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus di mulai setahun sebelum penanaman di lapangan. Penjadwalan yang tepat perlu dilakukan karena keterbatasan yang mungkin di alami seperti kesedian kecambah oleh pemasok, musim tanam, ketersediaan dan lain-lain. Pemesanan kecambah dilakukan 3 – 6 bulan sebelum dimulai pembibitan. Jika direncanakan penanaman di lapangan jatuh bulan September-Desember.

Pertumbuhan bibit yang sehat merupakan faktor yang sangat penting untuk memperoleh tanaman yang baik di lapangan kelak. Pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh jenis persilangan, media tanam, hama penyakit, pemupukan dan sebagainya.

Sasaran dari pembibitan adalah menyediakan bibit kelapa sawit yang superior dan siap tanam di areal perkebunan dengan berbagai macam kondisi lingkungan. Selain itu juga kegiatan ini memastikan ketersediaan bibit dalam jumlah yang cukup, berkualitas, dan tepat waktu dengan biaya yang rasional. Kondisi bibit yang superior, baik secara genetic dan fenotipe, merupakan satu jaminan untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi (Lubis, 2008).

D. Pemeliharaan Pembibitan 1. Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari dengan teratur dengan volume yang cukup. Penyiraman dengan paling sedikit memerlukan 2 liter per bibit setiap hari. Dengan pengairan sembur (springkler irrigation) sebesar 8 mm atau 0,33’’per hari dianggap cukup. Bila hujan turun sekitar 8 mm, penyiraman atau irigasi tidak perlu dilakukan.

(10)

10

Air yang menyiram bibit harus bersih dan cara menyiramnya harus dengan semprotan halus agar bibit dalam polibag tidak rusak dan tanah tempat tumbuhnya tidak padat.

2. Mulching

Untuk menghindari memadatnya permukaan tanah, mencegah permukaan air, dan mengatur kelembapan tanah pada musim kemarau, permukaan tanah harus ditutup dengan mulsa. Mulsa yang digunakan biasa berupa cangkang biji sawit (limbah pabrik) sebanyak 1 kg/polibag atau cacahan daun alang-alang dan sejenisnya (Pahan, 2008)

3. Penyiangan

Gulma yang tumbuh dalam polibag dan ditanah antara polibag harus dibersihkan, dikored atau dengan herbisida. Penyiangan gulma harus dilakukan 2-3 kali dalam sebulan, disesuaikan dengan pertumbuhan gulma (Sunarko, 2006).

E. Pemupukan Di Pembibitan

Pada stadia awal pertumbuhan, radikula dan plumula muda yang sedang memanjang memperoleh makanan dari nutrisi cadangan yang tersimpan dalam biji. Nutrisi anorganik seharusnya diambil dari tanah dan nutrisi organik tergantung dari aktivitas fotosintesis plumula muda dan daun yang pertama terbentuk. Jadi kebijakan pemupukan harus di sesuaikan dengan keperluan dan umur bibit, efek pupuk yang ditambahkan dapat meningkatkan panjang pelepah daun yaitu 50% dari pada tanpa pupuk. Yang penting diperhatikan lagi ialah keseimbangan pupuk yang di berikan (Sianturi, 1991).

Pemupukan di pembibitan adalah untuk mendapatkan bibit yang sehat, mendorong laju pertumbuhan bibit, serta mendorong pertumbuhan bibit yang seragam. Untuk memperoleh bibit

(11)

11

yang sehat tentu bibit yang kita pelihara haruslah dengan cukup hara. Karena itu kita harus dapat menentukan dengan cepat jenis-jenis pupuk yang harus diberikan.

Pada umumnya pemupukan pada pembibitan kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan pupuk tunggal (urea) dan pupuk majemuk (N, P, K, Mg) yang dimana unsur-unsur hara yang ada diatas sangat dibutuhkan oleh setiap tanaman termasuk pada tanaman kelapa sawit (Wahyuni, 2008).

Unsur hara yang dibutuhkan oleh kelapa sawit di bagi menjadi 2 yaitu :

 Unsur hara makro : unsur hara yang dibutuhkan tanaman dengan jumlah yang besar (N, P, K, Mg, Ca, S, Na, dan CI)

 Unsur hara mikro : unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit (Mn, Fe, Zn, Cu, Mo, dan B)

Pada pembibitan kelapa sawit pupuk urea selalu di aplikasikan, dimana seperti yang diketahui pupuk urea berfungsi untuk memacu pertumbuhan vegetatife bibit kelapa sawit. Pemberian pupuk urea dengan dosis tertentu merupakan salah satu tindakan dalam usaha untuk meningkatkan kesuburan kimia tanah yang berimplikasi pada meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit. Penggunaan pupuk urea secara berkelanjutan akan meningkatkan daya dukung tanah bagi pertumbuhan tanaman, sehingga menjadi modal dan sumber kehidupan yang lestari bagi tanaman.

Selain pupuk tunggal, pupuk majemuk juga di aplikasikan pada fase pembibitan kelapa sawit, baik di pembibitan awal maupun di pembibitn utama. Berdasarkan pada defenisinya pupuk majemuk tersebut ialah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara, beberapa diantara jenis pupuk majemuk mengandung 2 dan 3 unsur utama N, P, K. Di dalam pupuk ini keinginan yang dibutuhkan oleh tanaman sudah hampir terpenuhi karena sudah kompleks (Wahyuni, 2008).

(12)

12 F. Rekomendasi Pemupukan

Bibit yang telah berdaun dua, sudah memiliki kemampuan untuk menyerap unsur hara baik dari tanah atau melalui daun. Penyemprotan urea dengan konsentrasi 0,1 – 0,2 % atau 1 – 2 gram/1 liter air memberi hasil yang cukup baik. Larutan pupuk majemuk 15-15-6-4 dengan kepekatan 0,15 – 0,3 gram/liter juga dapat dipakai. Pada bibit yang berumur 2 bulan kepekatan dapat ditingkatkan seperti urea menjadi 0,25%. Kebutuhan campuran pupuk ini untuk 1.000 bibit adalah urea 10 – 20 gram/20 liter air atau 15-15-6-4 dengan kepekatan 15 – 30 gram/liter air. Sebagai ganti pupuk majemuk ada juga yang menggunakan amonium phospate. Ada juga yang menggunakan urea dan pupuk majemuk secara berselang-seling. Pemupukan ini hendaknya dilakukan sebelum penyiraman dan setelah pemupukan baru disiram agar tidak terjadi ”scorching” atau terbakar karena pupuk. Tergantung pada kesuburan media tumbuh dan kejaguran bibit maka frekwensinya dapat dikurangi (Lubis, 2008).

Tabel 2. Dosis Pemupukan Di Pembibitan Kelapa Sawit

Umur Jenis dan dosis pupuk (gr/bibit)

(minggu) Urea NPK 15, 15, 6, 4 NPK 12, 12, 17, 2 kieserite Pembibitan awal

4 s/d 12 2gr/liter 2,5 gram - -

Pembibitan utama

14 - 2,5 - -

(13)

13 16 - 5 - - 17 - 5 - - 18 - 7,5 - - 19 - 7,5 - - 20 - 10 - - 22 - 10 - - 24 - - 10 - 26 - - 10 - 28 - - 10 - 30 - - 10 - 32 - - 15 - 34 - -- 15 - 36 - - 15 - 38 - - 15 - 40 - - 20 - 42 - - 20 - 44 - - 20 - 48 - - 20 - 50 - - 25 - 52 - - 25 - Sumber : Anonim, 2003 III. METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan di PT. Provident Kebun Langgam Inti Hibrindo Kabupaten Palalawan Provinsi Riau. Waktu penelitian mulai bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013.

(14)

14 B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisa deskriptif dengan mengumpulkan data pemupukan pembibitan tanaman kelapa sawit, yang dilaksanakan pada perkebunan PT. Provident Kebun Langgam Inti Hibrindo.

C. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut : a. Informasi umum kebun dan Curah hujan

b. Menentukan inventaris blok-blok / peta pembibitan yang ada.

c. Mengumpulkan data rekomendasi pemupukan (jenis pupuk dan dosis pupuk). d. Mengumpulkan data realisasi pemupukan

e. Mengumpulkan data standar norma tenaga

Gambar

Tabel 2. Dosis Pemupukan Di Pembibitan Kelapa Sawit

Referensi

Dokumen terkait

Pembibitan yang menggunakan satu tahap ( single stage ), berarti penanaman kecambah kelapa sawit langsung dilakukan ke pembibitan utama ( main nursery ), sedangkan

Saran yang diajukan bagi perusahaan adalah perlu dilakukan pengarahan kepada tenaga penabur akan pentingnya ketepatan dosis pemupukan sehingga dalam pelaksanaannya

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai nisbah kesetaraan lahan (NKL) pada tanaman polikultur kelapa sawit dengan tanaman karet. Penelitian telah dilaksanakan pada

Rekomendasi pemupukan merupakan pedoman dalam menentukan rencana pemupukan selama kelapa sawit masih TBM agar unsur hara tanaman dapat dipenuhi sehingga diperoleh

Pengamatan yang dilakukan meliputi kaidah 5T ( tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat tempat, tepat waktu), losses (kehilangan pupuk) dan prestasi kerja

Judul : Perbaikan Subsoil Dengan Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Media Tanam Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Menyatakan bahwa semua data dan informasi

Pembibitan yang menggunakan satu tahap (single stage), berarti penanaman kecambah kelapa sawit langsung dilakukan ke pembibitan utama (main nursery), sedangkan pada

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengendalian gulma perkebunan kelapa sawit menggunakan herbisida isopropilamina glifosat dengan dosis 2,25-5,25