Lampiran Data
1) Bentuk tututan
Gadis 2 : Kak, kita lapor kepala gampong saja.
Gadis 3 : Sempat mati orang. Kita periksa dulu, mungkin dia butuh bantuan kita sekarang. Ayo!!
Gadis 1 : Aku disini saja. (AA/159)
2) Bentuk tuturan Bu Lena : Lena!
Lena : (Keluar dengan muka suntuk, bertambah suntuk saat melihat Tamu
II) Ada apa?
Bu Lena : Ayo, ada yang harus kita selesaikan. (Menggiring Lena ke depan tv) (LTP/199)
3) Bentuk tuturan
Emak : Pokoknya aku nggak setuju! Ngapai dia ke sana, dia itu masih kecil Bang.
Ayah : Justru karena dia masih kecillah. Bak kata peribahasa, kecil menabung tua kaya raya. Tujuan sekolah kan bekerja, nah sekarang ada pekerjaan, berarti buat apa sekolah. Ini kan namanya dapat mendapat durian runtuh. Repot kali cara berpikir kau.
4) Bentuk tuturan
Istri : Tidak! Pokoknya kalau Kanda ikut Sayembara Bohong itu, Dinda tidak mengizinkan dunia akhirat.
Suami : Dinda pikirkanlah baik-baik, ini demi masa depan kita, masa depan cinta kita, ini janji Kanda. Dari pada Kanda menjadi TKI ke luar negeri yang belum pasti, kan lebih baik Kanda ikut sayembara bohong. Dinda meragukan kemampuan Kanda untuk berbohong? (SB/37)
5) Bentuk tuturan
Suami 1 : Kau tidak bisa pergi tanpa seizin ku. Dan aku harus tahu ke mana!?
Istri 1 : Masih mengerti bahasa Indonesia ? Aku bilang pinggir! (GRGR/50)
6) Bentuk tuturan
Preman Pinang Baris : Kalian jangan kotori istana, Ketua. Kalau kalian ingin bunuh-bunuhan bukan di sini tempatnya. Jangan sok jago lah, aku sudah capek membunuh orang. Biar tahu kau ya.
Preman Tembung : Bukan begitu Preman Pinang Baris, aku kan hanya usul, kalau tidak disetujui ya nggak apa-apa, namanya juga saran, gimana sih. Aku kan bilang bagus-bagus, macam mulut perempuan aja pun.
7) Bentuk tuturan
Raja Mafia : Ayah tidak pernah menolak permintaan mu. Tapi kali ini Ayah berat mengabulkannya, mustahil ayah berbesan-besanan dengan Raja Preman itu, yang nyata-nyata adalah musuh besar Ayah.
Ira : Yang mau kawin Ayah atau Ira, mau idiot, mau IQ jongkok, yang pentingkan cinta…
Raja Mafia : Ayah tidak mengizinkannya… (HPJ/94)
8) Bentuk tuturan
Sekur iti : (Kepada PUU) Anda dilarang masuk (lalu menunjuk papan
pengumuman di dinding pos monyet yang berbunyi: Yang tidak membawa upeti dilarang masuk!)
PUU : Maaf saya lupa (Kemudian memberikan beberapa lembar uang
kepada sekuriti)
(L/125)
9) Bentuk tuturan
Bu Lena : (Mendekat dan langsung duduk di samping Lena) Makanlah yang banyak, tentunya kau lapar.
Pak Lena : (Mendekat dan langsung duduk di samping Lena) Dari mana saja? Bu Lena : Jangan ditanyakan dulu, biarkan dia makan dengan tenang. Sudah
hampir lima hari dia berada di luar, rindu dengan rumah ini tentunya. (LTP/196)
10) Bentuk tuturan
Sekur iti : Tapi itukan Sangkot, adiknya ibu Negara, yang notabene adik ipar mister presiden.
Presiden : Adik ipar taik!!! Pokoknya saya tidak mau tahu, mau Sangkot, mau Lokot, mau ibu negara, semua dilarang masuk! Ini perintah presiden. Perintah negara, jadi tidak ada KKN. Paham !!!
(L/142)
11) Bentuk tuturan
Tukang tipu : Maaf Bang, yang dicari hanya cewek…kerjaannya enak, gajinya pastilah lebih dari negara kita ini, tak mungkin aku menjerumuskan. Udah ku anggap anak ku sendiri si Mona, kak…aku bukan tukang tipu, macam yang lain
Emak : Penjual rakyat !!
Ayah : Cakap kau itu. Dia menolong kita…mau kau miskin terus!!! (RT/17)
12) Bentuk tuturan
Preman Tembung : Maaf, kawan-kawan, untuk mengisi kekosongan waktu, sambil menunggu ketua Raja datang, saya punya usul, bagaimana kalau kita sepakati untuk membicarakan calon pengganti Ketua. Ini penting supaya suara kita satu. Jangan sampai ada kekuasaan yang lowong. Preman Amplas : Instruksi! Preman Tembung! Saya tidak setuju membicarakan calon
penghianatan. Dan penghianatan hukumannya adalah diculik atau bunuh di tempat.
(HPJ/86)
13) Bentuk tuturan
Mafia Berdasi : Kalau begitu, sebelum mereka menyerang, kita duluan yang menyerang.
Raja Mafia : Ah, jangan begitu, kita punya kode etik. Prinsipnya, kita siap kalo diserang.
(HPJ/93)
14) Bentuk tuturan
Emak : Lebih baik daripada menjual anak! Kalau mau menolong, sekarang buktikan, sekarang !... Aku perlu pupuk,..
Tukang tipu : Oke, oke kalau cuma pupuk, gampang itu Kak. Besok sebelum Kakak datang pupuknya sudah disini. 10 goni cukup? Yang penting Kakak setuju keberangkatan si Mona… cemana Bang cocok?! (RT/17)
15) Bentuk tuturan
Suami II : Tolong jangan ganggu kebahagiaan kami. Kami masih berbulan madu.
Istri I : Keluarkan suami saya ! Perjuangan kami belum selesai. Kami tidak bertanggung jawab bila ada korban dan kerusakan.
16) Bentuk tuturan
Istri Raja : Bang teken surat ini, pecat dia…!!!
Raja Tebalek : Mau ke mana kok cepat-cepat… nanti dulu, kita main engklek yok…
(RT/24)
17) Bentuk tuturan
Istri II : (Dari dalam kamar mandi) Papa…ambilkan kutang yang baru dibeli kemarin!
Suami II : Apa?!!!
Istri II : Kutang yang warna kuning, yang baru… ambilkan!!! (GRGR/56)
18) Bentuk tuturan
Kroni 1 : Bagaimana kalau kita main engklek paduka? Raja Tebalek : Dari tadilah kau bilang…ayo!
(RT/26)
19) Bentuk tuturan
Datuk Panglima : Solusinya begini Paduka, kalau dia menggunakan teknologi canggih, maka kita harus menggunakan teknologi yang lebih canggih. Teknologi laga dengan teknologi. Dan untuk itulah, kita
telah menyewa eyes-eyes dari luar negeri, peralatannya canggih disertai dengan alat sinar ultra infra merah. Percakapan yang mencurigakan, bahkan dalam gedung yang kedap suara sekalipun dapat kita sadap. Biasanya memang mahal tetapi hasilnya sangat memuaskan. Sebagai bukti kita telah mencurigai seseorang…… Raja : Kalau begitu tangkap dia sekarang dan gantung !!!
(SB/30)
20) Bentuk tuturan
Samod : Oh, binatang semua di sana Ketua. Soalnya hutannya belum ada HPH-nya.
Todak : Apa itu HPH?
Samod : Nggak tahu Ketua, aku dengar-dengar saja. Tapi menurut aku sebaiknya kita pulang saja Ketua. Ketua kan anak satu-satunya, Cuma Ketualah yang bisa menggantikan posisi ayah Ketua. Sayang Ketua.
(HPJ/75)
21) Bentuk tuturan
Todak : Samod aku telah bersua dengan banyak orang, tapi hanya dengan engkau aku merasa keikhlasan. Harusnya aku membalas budi baik mu, namun ku harap kau mengerti betapa tak berdayanya aku, tanganku rapuh untuk membentur tembok kekuasaan tempat cita-cita mu tersimpan. Samod… diakhir hidup ku ini, aku ingin Ira ada di samping ku. Oh, betapa berharganya hidup ku. Ira… aku cinta padamu…
Samod : Ketua, sebelum kita mati, kita tidur dulu, besok saja kita bunuh dirinya, mana tahu dalam mimpi kita bertemu Ira. Ketua tidur saja dulu.
(HPJ/79)
22) Bentuk tuturan
Samod : Pangeran telepon dia dan bilang nanti malam Pangeran akan nonton konser dan Pangeran akan datang menjemputnya. Nah, setelah dia mau, Pangeran jangan nonton konser, untuk apa. Pangeran ajak ke taman yang banyak lampunya itu…
Todak : Terus bagaimana kalau sekarang dia telah bunuh diri? Samod : Mustahil, itu tidak ada dalam kamus cinta… percayalah. (HPJ/83)
23) Bentuk tuturan
Mafia bertopi : Sebaiknya jangan kita lawan mereka Raja Mafia : Apa kau bilang?! Jangan melawan!!
Mafia Bertopi : Maksud saya begini Raja Mafia, mereka itu kecil, nggak ada apa-apanya. Kalau kita melawan berarti kita bodoh. Saran saya, laporkan pada pihak berwajib. Suruh mereka yang bertempur dan kita di rumah menunggu hasilnya, buat apa capek-capek Raja Mafia… (HPJ/95)
24) Bentuk tuturan
Presiden : Apa?! Kau menantang aku ya? Kau tidak senang ya??
Mentega : Ti…Tidak Mister. Maksud saya, saya puny ide. Begini, bagaimana kalau kita buat festival. Bagi perusahaan yang berhasil mendapatkan
tenaga kerja lebih dari 10 orang, kita beri award. Misalnya pajak mereka dikurangi. Kredit bank diperlancar. Kalau mereka ngemplang utang, kita putihkan saja. Atau jika mereka berhasil, mereka kita angkat jadi pahlawan pembangunan. Kalau perlu kita buat patungnya. Anggarannya memang besar Mister.
Presiden : Bagaimana jika mereka tetap menolak dan yang melamar tetap yang dua-dua orang itu saja?
(L/130)
25) Bentuk tuturan
Dayang : Tuan Putri nan jelita, cahaya purnama raya. Jatuh sekuntum bunga cempaka, anak dara bermain tali. Jangan asik dikenang juga kalau dikenang meracun hati. Kalau hati gundah-gulana, tidak baik sendirian, nanti dirasuki setan. Bagaimana kalau kita refreshing ke pulau yang terkenal dengan keindahan alamnya. Kita bisa main selancar, sekaligus melihat bule-bule yang gimana gitu…
Putri : Saya ingin sendiri dayang atau saya yang pergi kalian di sini. (SB/31)
26) Bentuk tuturan
Todak : Aku enggak mau jadi preman, aku nggak mau jadi pimpinan OKP. Samod : Sekarang zamannya jadi preman, Ketua. Preman bisa jadi pengusaha,
bisa jadi anggota dewan. Ayah Ketua kan preman besar, dari anak-anak sampai kakek-kakek pasti kenal. Dari hansip sampai jenderal takut sana ayah Ketua. Birokrat, pejabat, semua tunduk. Apalagi ketua…
27) Bentuk tuturan
Samod : Pangeran, percayalah apa kata Samod. Teori dan pengalaman saya dalam dunia percintaan jangan pangeran ragukan. Pangeran tidak perlu sedih dan kecil hati.
Todak : Terus aku harus bagaimana?? (HPJ/83)
28) Bentuk tuturan
Fatma : Alla hai do.. doda I di. Boh gadong pie boh kaye uten. Rayeuk si nyak
hana peu poma bri. Aib ngeon keji keum ureng donya…
Cutnyak : Yang sudah, sudahlah. Dia yang pergi tak akan kembali lagi. Relakan saja. Bukankah kehilangan orang yang dicintai sudah menjadi biasa bagi kita. Ikhlaskanlah, Fatma!
(AA/162)
29) Bentuk tuturan
Istri 1 : Duaaa!!!
Suami 1 : Kau mengorbankan makhluk kecil yang tidak berdaya. Aku mohon… jangan…
Istri 1 : Tiiii !!! (GRGR/52)
Suami 1 : Korleon, baiklah Korleon mengapa harus dengan kekerasan. Jangan gunakan pemaksaan, sayang… Aku mohon jangan ada korban lagi, Juleha…
Istri 1 : Korleon !!! (GRGR/53)
31) Bentuk tuturan
Suami 1 : (Histeris)… jangaaaaaannnnnnn!!!! Aku mohon, jangan Korleon… Aku pegang, Korleon. Biarlah aku pegang. Tapi aku mohon, seribu kali mohon, Korleon… kembalikan si Panungkah ke tempatnya, ya… sayang.
Istri 1 : Tidak ! ini akan tetap jadi sandera, sampai semua keinginanku selesai. Sekarang laksanakan perintahku. Pegang !! Di sana !! Angkat tinggi … turunkan sedikit…agak condongkan kebelakang…oke. Tahan !! (Mulai mematut dirinya)
(GRGR/53)
32) Bentuk tuturan
Suami II : Tolong jangan ganggu kebahagiaan kami. Kami masih berbulan madu.
Istri I : Keluarkan suami saya! Perjuangan kami belum selesai. Kami tidak bertanggung jawab bila ada korban dan kerusakan.
(GRGR/65)
33) Bentuk tuturan [Batuk]
Ia memohon padaku agar mau mendengarkan curhatnya dengan sungguh-sungguh. Untuk terakhir kali katanya.
(TT/178)
34) Bentuk tuturan
Menarik nafas-hening-transformasi
Ovunk, aku mohon kau mau merasakan apa yang kualami selama ini. Tahu kau, orang-orang disekitar kita selalu saja ingin mengusik cinta kita dengan cerita masa lalumu! Heh, mereka salah alamat! Iya, kan? Aku tak peduli pada masa lalu mu. Aku lebih peduli pada hari ini… Hari depan kita. Tapi sayang…
(TT/179)
35) Bentuk tuturan
Raja Mafia : Kalau begitu you serbu sekarang… (Nambah uang)
Tapi, saya minta agar Raja Preman dan Putranya tangkap hidup-hidup atau mati…
Pihak yang berwajib : Menangkap Raja Preman gampang, kita sudah siapkan satelit mata-mata, ke mana pun dia pergi kita akan tahu.
(HPJ/96)
36) Bentuk tuturan
Istri 1 : (Secara tiba-tiba menyandera ayam jago) Pegang !! Atau ini jadi korban!
Suami 1 : (Mulai ketakutan ayamnya disandera) Jangan main-main. Kau sudah dirasuki setan.
(GRGR/52)
37) Bentuk tuturan
Datuk Menko : Paduka Yang Mulia, nyawa saya taruhannya, saya akan menangkapnya. Saya berjanji akan mencarinya sampai ke lubang semut sekalipun, bila perlu saya masuk ke liang kubur.
Raja : Percuma! Percuma ! Lambat dan terlalu teoritis!. Saya tidak mau tahu, cari dia sampai ke ujung dunia sekalipun. Bila perlu gusur, kerahkan semua traktor dan buldozer, ratakan tempat persembunyiannya.
(SB/30)
38) Bentuk tuturan
Istri I : Kami tidak percaya lagi, keadaan mendesak. Reformasi total harus dilaksanakan. Pertanyaan terakhir, mau mengubah sikap atau tidak? Suami I : Saya berjanji, tapi siapa orangnya?
(GRGR/69)
39) Bentuk tuturan
Putri : Ayah dan Bunda tercinta maafkanlah Ananda. Kadang-kadang Ananda benci tapi kadang-kadang rindu pada lelaki itu. Katanya dia tukang sapu, tapi penampilannya keren, necis, intelektual, dan kebarat-baratan, pokoknya siplah. Dia telah membohongi Ananda, termakan bujuk rayunya. Dan dia tidak pernah datang lagi. Antara rindu dan benci, Ananda telah bersumpah dan berniat, jodoh Ananda nanti harus seorang pembohong. Jadi untuk kebahagiaan
Ananda, sudilah Ayahanda mengadakan sayembara bohong. Siapa yang paling pintar berbohong dialah yang menjadi suami saya. Permaisuri : Ananda belahan hati Bunda, bagai disambar petir Bunda
mendengarnya, atau Ananda yang salah ucap? (SB/34)
40) Bentuk tuturan
Istri 1 : (Menjijnjing kepala ayam) Dalam hitungan tiga dan dengan terpaksa ini akan jadi korban yang pertama. Satu !!!.
Suami 1 : Ini persoalan harga diri, aku suami mu, bukan terdakwa. Belum ada di dunia seperti ini.
(GRGR/52)
41) Bentuk tuturan
Suami I : Jangan bergerak!!! Atau anak ini tidak kembali pada kalian! Aku telah dengarkan semua. Dan itu cuma fitnah!! Omong kosong!! Tidak betul!! Kalian semua tidak tahu diri!! Tidak tahu membalas jasa!! Sebelum terjadi pertumpahan darah, sebelum korban berjatuhan, dan sebelum aku bertindak tegas, sekarang aku perintahkan…semua masuuuuukkkk!!!! Masuk!!!!
Istri I : Seraaaaaannnnggggg!!!! (GRGR/64)
42) Bentuk tuturan
Suami II : Kami akan mengeluarkannya, tapi siapa yang akan menjamin keselamatannya? Dia juga manusia seperti kita semua.
Istri I : Jangan banyak cincong.!!... Keluarkan atau hancur!!! (GRGR/66)
43) Bentuk tuturan
Raja Mafia : Ira!!! Kalau kamu tetap ngotot…
(Mengeluarkan pistol)
Apa boleh buat, demi nama baik Ayah, dengan sangat berat hati Ayah terpaksa berpisah dengan mu…
Ira : Ayah mau menembak Ira?! Silahkan Ayah!!! Tembak!!!! (HPJ/95)
44) Bentuk tuturan
Bik Kijem : Bibik…
Tukang sapu : Bik… Bik Kijem!!
Bik Kijem : (Tambah Marah) Sekali lagi kau panggil aku bibik, ku laporkan kau ke polisi karena pencemaran nama baik.
Tukang sapu : Kenapa? (TSPK/102)
45) Bentuk tuturan
Tukang sapu : (Mengancam dan menodongkan senapan) Hei!!! Jangan bergerak!!! Angkat tangan!!! Angkat kaki sebelah!! Jalan!! Penipu!!
(TSPK/106)
46) Bentuk tuturan
Preman Belawan : Pas, itu memang pilihan yang jitu, jadi tidak usahlah kita bikin pemilu, untuk apa, toh hasilnya kita sudah tahu.
Preman Tembung : Terima kasih para preman semua, akan menggunakan saya terharu, terus terang ini adalah impian saya yang lama saya pendam dan sekarang jadi kenyataan. Saya berjanji akan mengutamakan keadilan…saya ingin menangis…
(HPJ/89)
47) Bentuk tuturan
PUU : Maaf saya lupa (Kemudian memberikan beberapa lembar uang
kepada sekuriti)
Sekur iti : Terima kasih. Saya atas nama mister Presiden sekali lagi mengucapkan terima kasih dengan semua kebaikan tuan-tuan. Silahkan masuk, mister Presiden sudah sedari pagi menunggu kedatangan tuan-tuan. Horas!!!
(L/125)
48) Bentuk tuturan
Bu Lena : Iya juga ya. Hm, kamu teman sekolahnya ya? Tamu 1 : Bukan Tante, saya teman…
Pak Lena : (Memotong) Suruh duduk dulu, hanya tukang pos yang diterima di depan pintu.
Tamu 1 : Terima kasih Om, saya harus kembali pulang. (LTP/186)
49) Bentuk tuturan
Kroni 1 : Baiklah para kroni dan yang terhormat Raja Tebalek. Sekarang kita main laying-layang.
Raja Tebalek : Saya suka itu, tapi jangan tinggi-tinggi, saya takut ketinggian. (RT/22)
50) Bentuk tuturan
Istri 1 : (Secara tiba-tiba menyandera ayam jago) Pegang !! Atau ini jadi korban!
Suami 1 : (Mulai ketakutan ayamnya disandera) Jangan main-main. Kau sudah dirasuki setan.
(GRGR/52)
51) Bentuk tuturan
Gadis 1 : Kenapa dia? Apa dia ! (Terperangah lalu menutup mulut) Aku takut!!
Gadis 2 : Jangan bikin aku jadi takut juga! (AA/159)
52) Bentuk tuturan
Ayah : Mana mungkin. Mau kau tokohi pulak Ayah. Dari tadi kami tak ada cerita makan. Tadi pagi sarapan? Kenapa?
Mona : Nggak ada yang mau dimakan.
Ayah : Berarti emak kau yang salah, nggak masak. Lihat masalah itu secara proporsional… Tengok dulu ini! Apa artinya ini…? (Menunjuk
laptop lagi)
(RT/12)
53) Bentuk tutura
Suami II : Kalau cuma itu persoalannya, kan bisa dengan cara damai, diplomatis, bukan dengan cara anarkis dan destruktif.
Istri I : Dia yang menginginkan kerusuhan ini. Kami sudah bicara dari hati ke hati, tapi dia marah terus, katanya penghinaan, pelecehan. Sekarang kami ingin pembaharuan. Yang paling menyakitkan, ayam-ayamnya itu diurus dan dielus. Tapi saya, dibiarkan. Maaf ini prinsip… off the record …saya sudah lama menganggur. (Kepada
anak-anak) Anak-anak kita telah banyak bicara, tapi bukan pada
orang yang kita inginkan, mengulur-ulur waktu. Bagaimana? Kita hancurkan???!!!
(GRGR66)
54) Bentuk tuturan
Ketua 2 : Boleh saya pergi duluan? Ketua 3 : Kau harus bertanggung jawab.
(Kepada ketua 1) Ini urusan mu. Ketua telah kau permainkan.
Ketua 1 : Jangan begitu! Kita sama, sesuai dengan perjanjian tadi. (TSPK/118)
55) Bentuk tuturan
Suami 1 : Oh,,, memalukan! Pelecehan! Pemerkosaan! Penjarahan! Kau merampas hak suami. Inilah kemarahan yang abadi dan kau akan menikmati penderitaan selama hidupmu. Itulah hukuman yang pantas untuk istri yang mempermainkan suaminya. Aku tidak akan melupakannya, aku akan mencatatnya, sebab ini yang pertama kali dalam sejarah, suami diperkuda isteri. Kau akan menyesal, Juleha… (GRGR/54)
56) Bentuk tuturan
Suami II : Hei bangsat!!! Bangsaaaaaatttt!!!!
Suami I : (Terkejut) Bukan !!....Bukan bangsat. Bang Sat sudah pindah, saya bang Ma’in, tetangga sebelah, lupa ya??
Suami II : Bajingan! Mengintip istri orang!!! (GRGR/55)
57) Bentuk tuturan
Suami II : Hei! Bung, istri Anda keluar!
Suami I : (Marah kepada Suami II) Berengsek!!! Bung lelaki, saya juga lelaki. Kalau Bung memang jantan, saya lawan. Jangan istri yang Bung suruh keluar untuk melawan Bung. Ini penghinaan! Saya
tersinggung. Kalau Bung jual, saya beli sekarang….(Membuka jurus) menjurus lalu melintang patah. Anak raja pergi ke Thailand. Pergi ke Thailand membawa benang. Jangankan Anda seorang . Dua sekaligus akan saya lawan (Menunjuk kepada Suami II dan Istri II). (GRGR/60)
58) Bentuk tuturan
Samod : Nggak tahu ketua, macam ada binatang ku tengok… Itu dekat pohon yang itu (Menunjuk kea rah penonoton).
Todak : Itu, yang bergerak-gerak itu?. Samod : Bukan ! itu penonton, Ketua.
Todak : Sudah melonjak kau ku tengok. Aku sudah pening jangan kau tambah-tambah lagi. Kupijak- pijak kau nanti!
Samod : Alah, Ketua inilah, gitu aja pun marah. (HPJ/74)
59) Bentuk tuturan
Todak : Aku mau, tapi aku harus kawin sama si Ira.
Samod : Si Ira bintang sinetron itu? Penyanyi itu? Si Ira yang rumahnya dekat kuburan itu? Jadi si Ira mana…? Yang pasti kalau ketua mau, bilang saja, semua yang namanya Ira bisa kita kumpulkan. Ketua tinggal pilih, Ira mana yang Ketua mau.
Todak : Aku menyesal, menyesal!!! Sekarang aku gagal! Aku telah menghancurkan masa depannya… Aku bodoh!
Samod : Oh, si Ira itu, anak Raja Mafia. (HPJ/77)
60) Bentuk tuturan
Todak : Lho? Kenapa? Tidak senang? Abang berjuang untuk kamu… Ayolah sayang, jangan cemberut begitu dong…(Membujuk Ira dengan mengelus kepala dan
tangannya)
Ira : (Marah) Lepaskan! Jangan sentuh dan elus-elus Ira! Ternyata selama ini Ira salah. Ira menyesal mencintai abang sepenuh hati… Ira berharap Abanglah lelaki yang ideal, yang mendampingi Ira hingga akhir hayat..
(HPJ/81)
61) Bentuk tuturan
Todak : (Terkejut) Ira tidak percaya?! Ira pikir Abang bohong. Dengar Ira, cinta dan kehidupan ini harus sejalan.
Ira : (Lebih marah) Cukup! Ira sudah tahu tidak perlu komentar lagi. Sekarang Ira ingin sendiri. Tinggalkan, tinggalkan Ira!! Aku muak, mau muntah!!!
(HPJ/81)
62) Bentuk tuturan
Preman Belawan : Anjing kau, monyet kau, babi kau !!! Ngak punya otak. Di istana Ketua bikin recok, pakek otak kau, jangan melonte saja. Kalau kau sudah jago ayo lawan, ayo lawan.
Preman Pinang Baris : Sabar preman Belawan, jangan terikut arus. Seandainya beliau tidak ada mungkin Kerajaan Preman ini tidak ada lagi, sebab datuk-datuk preman tidak ada yang mau mengalah. Ingat, datuk-datuk preman, kita cukup lama menguasai keadaan, jangan hanya gara-gara
misunderstanding, kita bertengkar dan gontok-gontokan. Kalau kita terus begini kita akan hancur. Sementara kerajaan mafia akan terus berkibar…
(HPJ/86)
63) Bentuk tuturan
Sekuriti : (Dengan suara yang keras dan lantang) Lapor !!!! Mister Presiden ! Rapat Tahunan Negara Krutak-Krutuk, 5 menit lagi akan dilaksanakan ! Laporan selesai.
Presiden : (Terkejut dan marah) Hei Borjong ! Lancang kuning kali kau. Kalau mau masuk kau telepon dulu Ibu Sekretaris. Dan kalau ngomong tak usah pake toa. Kau piker kami pekak.
(L/123)
64) Bentuk tuturan
Presiden : Menteri Kerja Bertenaga. Apa laporan mu!
Mentega : Menurut laporan dari staf-staf saya, jumlah orang yang melamar pekerjaan dua orang Mister Presiden. Intinya, terjadi peningkatan yang sangat signifikan. 100 persen mister Presiden.
Presiden : Baru dua orang?! Sudah tiga tahun ku angkat jadi Menteri Kerja Bertenaga, baru dua orang yang melamar?!... Apa kau bilang tadi, signifikan? Signifikan taik!
(L/126)
Presiden : Sekuriti! Sudah berapa kali ku bilang. Jangan terima tamu yang tidak dikenal, apalagi teroris dan orang gila!
Sekur iti : Tapi, itukan Sangkot, adiknya Ibu Negara, yang notabene adik ipar Mister Presiden.
Presiden : Adik ipar taik! Pokoknya saya tidak mau tahu, mau Sangkot, mau Lokot, mau Ibu Negara, semua dilarang masuk! Ini perintah Presiden. Perintah Negara, jadi tidak ada KKN. Paham!!!
(L/142)
66) Bentuk tuturan
Tukang sapu : (Tertawa kecil) Okelah, saya mau tanya. Kalau ada rumah besardan rumah itu ada orang yang kerjanya menyapu, mencuci, memasak, mengepel… itu dipanggil apa?
Bik Kijem : Bibik…
Tukang sapu : Bik… bik Kijem!
Bik Kijem : (Tambah marah) Sekali lagi kau panggil aku bibik, ku laporkan kau ke polisi karena pencemaran nama baik.
(TSPK/102)
67) Bentuk tuturan [Transformasi]
Hei, Bu panci! Jangan suka ngata-ngatai panci suami orang dari belakang. Urus panci suami sendiri! Nggak puas ya sama pancinya, pak Nancy! Kok, diam! Ha, mata kau itu! Apa tengok-tengok ! Nggak senang ya! Kalau mau panic-pancian, ayo! siapa takut! Biar kau tau siapa aku! Kupecahkan panci mu itu!!