• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS HUKUM UPAYA KELOLA LINGKUNGAN DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (UKL/UPL) PADA USAHA MIKRO KECIL MENENGAH TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGANDI KOTA YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EFEKTIFITAS HUKUM UPAYA KELOLA LINGKUNGAN DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (UKL/UPL) PADA USAHA MIKRO KECIL MENENGAH TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGANDI KOTA YOGYAKARTA"

Copied!
207
0
0

Teks penuh

(1)

i

EFEKTIFITAS HUKUM UPAYA KELOLA LINGKUNGAN DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (UKL/UPL) PADA USAHA MIKRO KECIL MENENGAH TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGANDI KOTA YOGYAKARTA

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2

Program Studi Ilmu Hukum

Diajukan Oleh :

ALPAN SYAHRIZAL 20141070028

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2018

(2)

xi ABSTRAK

Kota Yogyakarta merupakan salah satu Daerah adminsitratif tingkat II di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dukung berbagai sektor seperti, Sektor Pariwisata, Pendidikan, dan Kebudayaan terutama di sektor UMKM. Sampai saat ini kegiatan UMKM yang ada di kota Yogyakarta masih ada yang belum memiliki dokumen pengelolaan lingkungan hidup. Tingkat ketaatan Pelaku UMKM untuk melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup masih rendah. Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan oleh penulis dalam tesis ini. Pertama, Mengidentifikasi Penerapan Pelaksanaan UKL UPL pada UMKM yang diketahui berdampak pada lingkungan hidup.

Kedua, Mengidentifikasi Efektitifitas UKL/UPL pada UMKM terhadap pencemaran lingkungan hidup di kota Yogyakarta.

Ketiga, Mengidentifikasi Solusi atau konsep ideal dalam pelaksanaan UKL UPL pada UMKM terhadap pencemaran lingkungan hidup di kota Yogyakarta

Jenis Penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian diskriptif kualitatif. Yaitu jenis penelitian dengan pendekatan kualitatif dengan penggunaan dan pengolahan data yang terdiri dari studi dokumen, baik berupa sumber data primer, sekunder maupun tersier dan jenis dokumen lain yang selaras tentang tema yang penulis angkat. Sementara jenis data primer penulis dapatkan melalui pendekatan deep interview dan wawancara terstruktur baik narasumber maupun responden.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Pertama, Penerapan Upaya Kelola Lingkungan Dan Pemantauan Lingkungan hidup merupakan salah satu problem yang harus menjadi perhatian serius Pemerintah Kota Yogyakarta. salah satu problem Pemerintah masih kurangnya kesadaran pemrakarsa akan pentingnya Izin lingkungan. Masalah yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Yogyakarta, di lapangan ternyata pemrakarsa kadang kala tidak transparan terhadap Pemerintah Kota Yogyakarta, terkait modal usaha dan keabsahan tempat usahanya.

Kedua, Efektifitas Upaya Kelola Lingkungan Dan Pemantauan Lingkungan, perlu adanya upaya pembinaan dan edukasi secara kontinyu, pembinaan dan edukasi pentingnya menjaga lingkunga

(3)

xii

hidup yang mesti terus di lakukan Pemerintah Kota Yogyakarta. Gunanya adalah menciptakan dan meningkatkan moralitas dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup, bahkan kerjasama baik pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha untuk menjaga lingkungan agar tetap terjaga kelestariaannya. Masalah lingkungan menjadi tanggung jawab mutlak supaya tercapai cita-cita pembangunan ekonomi berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup. Ketiga. Solusi ideal Dalam Upaya Kelola Lingkungan Dan Pemantauan Lingkungan. Pemerintah Kota Yogyakarta perlu melakukan berbagai macam tindakan hukum. Dalam perspektif hukum adiminstrasi lingkungan, instrumen pemerintah atau tindakan hukum publik adalah suatu sarana atau instrumen yang digunakan untuk mencegah munculnya pencemaran dan perusakan lingkungan, sehingga kelestariaan fungsi lingkungan hidup yang diperuntukkan untuk kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang dapat terjaga dengan baik.

Kata Kunci : Efektifitas Hukum, Penerapan UKL / UPL, UMKM dan Lingkungan Hidup

(4)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan entitas ekonomi yang tidak dapat diabaikan keberadaanya dalam proses pembangunan ekonomi di Indonesia. Pada umumnya merupakan usaha perorangan dan/atau kelompok yang tidak memiliki legalitas baik secara institusional maupun operasional. Secara struktural menempati posisi dan peranan penting serta merupakan potensi yang perlu digali dan dikembangkan dalam perekonomian nasional di era global 1.

Usaha Mikro Kecil dan Menengah Selain memiliki daya lentur terhadap kondisi krisis, juga berpotensi sebagai penggerak ekonomi riil dalam pembangunan perekonomian berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Usaha Mikro

1 Ahmad Erani Yustika,2002, Pembangunan dan Krisis (Memetakan Perekonomian Indonseia),Cetakan 1 (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo), hlm. 63-65.

(5)

2

Kecil dan Menengah, umumnya bergerak pada bidang usaha informal dan formal, serta dalam bidang pemanfaatan sumber daya alam dan padat karya seperti pertanian, perikanan, perkebunan, tanaman pangan, peternakan, perdagangan, kehutanan, home industry, pariwisata dan lain-lain.

Usaha Mikro dan Kecil menengah jumlahnya cukup besar di Indonesia. Usaha Mikro dan Kecil menengah sangat berperan dalam pengurangan pengguran tidak bisa dipungkiri Usaha Mikro dan Kecil menengah merupakan usaha yang menyerap banyak tenaga kerja. Selain itu juga berpotensi dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dalam dan luar negeri. Di sisi lain juga memiliki banyak kelemahan dan berpotensi menghasilkan limbah yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.

(6)

3

tidak ketinggalan pula banyak pula tumbuh usaha-usaha masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya,

Di Kota Yogyakarta kondisi lingkungan sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan pembangunan, pendidikan dan pariwisata. Beberapa dampak dari laju pertumbuhan tersebut antara lain semakin banyaknya pembangunan hotel yang mengurangi area lahan terbuka dan memanfaatkan air sumur dalam, bertambahnya usaha-usaha restoran, laundry, cucian motor, cucia mobil, rumah makan, penyedia makanan serta jenis kegiatan usaha lainya yang menambah volume limbah. Kondisi tersebut menyebabkan kondisi lingkungan di kota Yogyakarta membutuhkan kebijakan dan program penanganan lingkungan yang berbeda dari daerah lain.

(7)

4

dan menyerap tenaga kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran dan kemiskinan. Sedangkan dampak negatifnya yaitu.diakibatkan dari limbah cair industri yang dibuang langsung ke sungaitanpa melalui proses daur ulang, pencemaran tanah yang diakibatkan oleh sampah plastik yang tidak dapat diuraikan oleh tanah dan pencemaran suara yang diakibatkan dari suara mesin-mesin produksi, serta dapat menimbulkan perusakan terhadap lingkungan yang disebabkan dari usaha dan/atau kegiatan tersebut. Untuk itu perlu diterapkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan dalam proses pelaksanaan lingkunganpembangunan. 2

Dalam hal Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup merupakan masalah yang sangat serius bagi lingkungan hidup. Dalam hal ini yang diketahui, di Kota Yogyakarta merupakan sangat kuat karakter budayanya juga sektor pendidikan serta sektor pariwisata. Sangat

(8)

5

disayangkan apabila kondisi lingkungan hidup, di Kota Yogyakarta dinodai dengan adanya pencemaran serta perusakan lingkungan hidup, oleh karena itu salah satu upaya Pencegahan dan Pencemaran serta kerusakan lingkungan hidup dengan memberlakukan kebijakan sistem Perizinan dalam menjaga Lingkungan Hidup aga tidak tercemar.

(9)

6

mempengaruhi sendi-sendi kehidupan sosial ekonomi masyarakat.3

Persoalan yang penting terkait dengan kegiatan usaha adalah dengan memberlakukan sistem perizinannya, penyalahgunaan dan pelanggaran perizinan, merupakan bentuk tidak ketatnya persyaratan perizinan lingkungan, akibat tidak singkronnya kebijakan perizinan membuka peluang bagi kegiatan usaha untuk melakukan pelanggaran perizinan lingkugan, oleh karena itu dengan munculnya permasalahan lingkungan hidup di daerah. Maka apabila sistem perizinan ditetapkan berdasarkan peraturan (hukum positif) ditambah lagi dengan kebijakan Pemerintah yang pro terhadap lingkungan hidup (proekosistem) melalui sistem perizinannya, masalah perusakan kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup diharapkan tidak akan terjadi atau bahkan berkurang kerusakan lingkungan hidup di lingkungan suatu kegiatan usaha dengan di perketatnya sistem perizinan lingkungan hidup dalam suatu kegiatan atau kegiatan usaha.

(10)

7

Kegiatan 4 Usaha Mikro dan Kecil menengah merupakan suatu bentuk usaha masyarakat yang pendiriannya berdasarkan inisiatif sesorang atau individu, sebagian besar masyakarat beranggapan bahwa Usaha Mikro dan Kecil menengah hanya menguntungkan pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan usaha tersebut, padahal Usaha Mikro dan Kecil menengah sangat berperan dalam pengurangan pengguran yang ada di Indonesia pada umumnya dan kota Yogyakarta khususnya, Usaha Mikro dan Kecil menengah banyak menyerap tenaga kerja yang masih menganggur, selain itu Usaha Mikro dan Kecil menengah telah berkontribusi terhadap pendapatan daerah maupun pendapatan Negara.

Dalam Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH), Upaya Kelola Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) merupakan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan terhadap suatu kegiatan usaha yang tidak

(11)

8

(12)

9

secara rinci mengenai, sifat, jenis, tolak ukur dan sumber dampak yang akan terjadi, uraia mengenai upaya pemantauan lingkungan terkait sifat kegiatan, dijelaskan pula mengenai dampak yang akan dikelola serta dipantau, lokasi pemantauan, waktu pemantauan, beserta bagaimana cara pemantauan diuraian terperinci dan juga mengenai cara pelaporan dari pelaksanaan UKL-UPL dan bagaimana rencana usaha saat akan dilaksanakan, dan bagaimana persyataan pemrakarsa dalam melaksanakan rencana pengelolaan lingkungan yang akan dibuat.5

Siti Sundari Rangkuti berpendapat.6 bahwa Hukum Lingkungan menyangkut penetapan nilai-nilai yang sedang berlaku dan nilai-nilai yang diharapkan diberlakukan di masa

mendatang serta dapat disebut “hukum yang mengatur

tatanan lingkungan hidup.” Hukum Lingkungan adalah

hukum yang mengatur hubungan timbal balik antara manusia

5 Tri Fitri Puspita, Efektifitas Implementasi UKL-UPL dalam Mengurangi Kerusakan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang Dan Masyarakat Sekitar PT Tri Surya Plastik Kecamatan Lawang, Jurnal Adiministrasi Publik Vol 2 Nomor 2. hlm 161-168.

(13)

10

dengan makhluk hidup lainnya yang apabila dilanggar dapat dikenakan sanksi. Oleh sebab itu upaya pemantauan dan pengelolaan lingkungan hidup akan berhasil menopang pembangunan berwawasan lingkungan kalau pemerintah secara terpadu mengendalikan sistem perizinan.7

Kewajiban Upaya Kelola Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lungkungan (UKL-UPL) tentang sistem perizinan dilakukan untuk mengendalikan agar tidak merusak lingkungan. Oleh sebab itu Pemerintah berkwajiban mengontrol serta meminta kepatuhan penaggung jawab usaha sebab perizinan bersifat yuridis. Sesuai apa yang disampaikan Sony Keraf yang dikutip

Harjiyatni,8 apabila setiap kegiatan usaha yang tidak memiliki izin lingkungan, serta perencanaan kegiatan usaha sebagaimana pertambangan, kegiatan perindustrian, bahkan usaha mikro kecil menegah yang akan di jalankan oleh setiap pelaku usaha yang akan berdampak buruk bagi

7 Harjiyatni, F.R. (2009) Izin Lingkungan sebagai Pencegahan Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2009. Socia [Internet], 11(1) September, pp.85-94. Diunduh dari: http://jurnal.pdii.lipi.go.id Acessed 23 November 2018.

(14)

11

lingkungan maka kegiatan usaha tersebut tidak bisa yang tidak bisa di jalankan karena akan mengancam lingkungan hidup.

Tidak dipungkiri Usaha Mikro dan Kecil menengah,9 merupakan tulang punggung perekonomian di kota Yogyakarta saat ini. Merujuk data Dinas Koperasi dan Usaha Mikro dan Kecil menengah kota Yogyakarta, 95 persen perekonomian kota Yogyakarta, disumbang oleh Usaha Mikro dan Kecil menengah, hal ini merupakan angka yang besar. "Mikro mendominasi 55 persen, kecil 25 persen, menengah 15 sedangkan yang besar lima persen. Jadi total Usaha Mikro dan Kecil menengah 95 persen," untuk tahun 2015 jumlah Usaha Mikro dan Kecil menengah di kota Yogyakarta mencapai angka 230.047. tidak menutup kemungkinan ditahun ini akan ini naik dibanding tahun 2015 tahun lalu yang tercatat ada 220.703 Usaha Mikro Kecil Menengah atau naik hampir 10.000.

(15)

12

Pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah memanfaatkan berbagai sumber daya alam yang berpotensi disuatu daerah yang belum diolah secara komersial, Usaha Mikro Kecil Menengah dapat membantu sumber daya alam di setiap daerah, hal ini berpotensi besar terhadap pendapatan daerah maupun pendapatan Negara. Sudah barang tentu hal ini memberikan dampak positif, bagi perkembangan perekonomian kota Yogyakarta, akan tetapi dampak negatif yang juga bakal ditimbulkan dari kegiatan ekonomi tersebut berupa meningkatnya tekanan terhadap lingkungan hidup. Kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup juga masalah serius. bagi masyarakat yang hidup pada daerah yang pesat perkembangannya dituntut untuk menggali dan memanfaatkan potensi dan peluang usaha demi keberlangsungan hidupnya.10

(16)

13

Menurut Richartd L Morril “pada dasarnya organisasi

spatial merupakan upaya manusia untuk menata wilayahnya

secara efisien”, untuk itu terdapat 3 macam prinsip;11

1. Pertama memaksimalkan kenyamanan dan produktifititas dengan biaya yang sedikit mungkin, 2. Kedua memaksimumkan interaski spasial dengan upaya

dan biaya yang sekecil-kecilnya,

3. Ketiga mendekatkan kegiatan ekonomi sedekat mungkin sehingga dapat tercapai efisiensi yang maksimum.

Berkembangnya kegiatan usaha penyedia jasa seperti kos-kosan, laundry, cucian motor, mobil, serta penyedia makanan di kota Yogyakarta, prinsip yang pertama dalam hal itu menunjukkan keingin tahuan manusia dalam mencoba untuk menggunankan lahan seefisien mungkin guna mendapatkan keuntungan yang maksimum, dengan biaya dan upaya yang serendah-rendahnya, kedua manusia cendrung memaksimumkan perdagangan dan komunikasi antar manusia dengan biaya sekecil mungkin sehingga

(17)

14

memperoleh keuntungan dari kedua prinsip sebelumnya, yaitu manusia cendrung meletakkan segala kegiatan usahanya sedekat mungkin sehingga tercapai efisiensi yang maksimum.

Arah peningkatan dan Kebijakan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah diarahkan untuk mendukung upaya-upaya penanggulangan kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi, penciptaan kesempatan kerja, serta revitalisasi pertanian dan perdesaan, yang menjadi prioritas pembangunan nasional. Dalam kerangka pengembangan usaha kecil dan menengah Usaha Mikro Kecil Menengah, diarahkan agar memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penciptaan kesempatan kerja, peningkatan ekspor dan peningkatan daya saing, sementara itu pengembangan usaha skala mikro diarahkan untuk memberikan kontribusi dalam peningkatan pendapatan masyarakat berpendapatan rendah, khususnya di sektor pertanian dan perdesaan.12

(18)

15

Pertumbuhan penduduk dan ekonomi memberikan kontribusi besar pada berkurangnya ketersediaan air. Tingginya kebutuhan akan air mengakibatkan adanya eksploitasi berlebihan yang berujung pada menurunnya ketersediaan air tanah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menyebabkan menjamurnya usaha kos-kosan restoran, cucian mobil, motor, usaha warung makan dan laundry yang tidak hanya mengambil air tetapi juga membuang limbah cair dan padat yang secara langsung menimbulkan polusi dan mencemari air di lingkungannya sehingga berpengaruh pada menurunnya kualitas air. Peningkatan pembangunan yang tinggi juga berimbas pada menurunnya debit air tanah dan luas lahan resapan air. 13

Pembangunan gedung tinggi seperti mall dan hotel memerlukan pondasi yang dalam dan dapat merusak struktur tanah atas tempat cadangan air tanah berada. Selain itu, air juga digunakan dalam operasional hotel termasuk juga kolam renang hotel. Semakin kompleksnya permasalahan

(19)

16

lingkungan hidup yang terjadi menuntut kerja keras DLH dalam penyusunan program dan langkah pengendalian yang relevan. Efektifitas dari solusi dan kebijakan yang dibentuk dituntut untuk mampu memperbaiki kualitas lingkungan hidup yang semakin memburuk.

(20)

17

Maka dari itu, penelitian yang dilakukan memiliki perbedaan dari peneliti sebelumnya, uraian diatas memberikan pemahaman mengenai paradigma pembangunan nasional yang semata-mata diorientasikan mengejar pertimbuhan ekonomi dan implikasinya terhadap pembangunan hukum di bidang pengelolaan sumber daya alam dan dampak lingkungan hidup. Meskipun Undang-undang Dasar 1945 menurut Jimly Asshidiqi.14 merupakan konstitusi bernuansa hijau (qreen constitution) namun dalam pelaksanaanya tidak sehijau tampilanya.

Persoalan lingkungan tidak akan selesai dalam tataran Undang-undang dan peraturan saja pemanfaatan sumber daya alam erat kaitannya dengan Lingkungan hidup, dalam konteks Indonesia pemanfaatan sumber daya alam mempunyai hubungan erat dengan ekonomi banyak faktor yang yang menimbulkan ketidaksinkronan dalam hal pelaksanaan pengelolaan lingkungan ketidak harmonisan

14 Asshiddiqie, Jimly, 2009, Kini Saatnya ,Membumikan Konstitusi

Hijau, Kuliah Umum dan diskusi publik yang bertajuk ”Konstitusi Hijau dan Hak Asasi Manusia”, sebagai bagian dari hak konstitusional warga negara

(21)

18

pembentukan peraturan dalam pengelolaan lingkungan, merupakan permasalahan yang akan merusak lingkungan, ketidakharmonisan dan ketidaksinkronan dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan.

Mengingat Lingkungan hidup sebagai common heritage of mankind dan menjadi tanggung jawab negara Sehingga tidak ada salahnya bahwa sebuah konstitusi mengatur hak mengenai Lingkungan hidup di dalamnya. sehingga mempunyai perhatian yang lebih, mengingat Lingkungan sebagai common heritage of mankind dan menjadi tanggung jawab negara dalam rangka menjaga serta melestarikan lingkungan hidup agar supaya tercapai kepentingan menjaga lingkungan hidup masa kini dan masa yang akan datang.15

Dalam konteks Indonesia, kedaulatan tertinggi berada ditangan rakyat Indonesia sebagaimana tercermin dalam konsep hak asasi manusia atas lingkungan hidup yang baik

(22)

19

dan sehat. Adapun tuntutan reformasi pada tahun 1998 dengan salah satu agendanya yaitu amendemen sampai kepada perubahan ke 4 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, sebagaimana dimaksud oleh Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 yang menegaskan “ setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan

sehat serta berhak mendapat pelayanan kesehatan”.

Hal ini jelas memberikan dampak positif yang secara tidak langsung Negara berkewajiban untuk benar-benar melestarikan lingkungan hidup yang baik dan sehat untuk memenuhi hak warga negaranya untuk mendapatkan hidup layak dan sehat. 16

Ditegaskan pula dalam Pasal 33 ayat (4) UUD 1945

yang menyatakan “Perekonomian Nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efesien berkeadilan, berkelanjutan,

(23)

20

berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

(24)

21

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup termuat dalam butir 3 UUPLH dimaksudkan sebagai” upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya untuk menjamin kemampuan, kesejahtraan dan mutu hidup generasi masa kini dan

generasi masa mendatang” istilah lain yang mestinya di

perhatikan adalah pengertian orang dalam Pasal 1 butir 24

dalam UUPLH yaitu “ orang perorangan dan/ atau badan

hukum.

(25)

22

Salah satu tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup, adalah demi mencapai terlaksananya pembangunan ekonomi berwawasan lingkungan hidup dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana. Untuk itu sejak awal perencana kegiatan sudah harus memperkirakan perubahan lingkungan hidup akibat pembentukan suatu kondisi yang merugikan akibat diselenggarakannya pembangunan.

Kebijakan dalam menjaga lingkungan, dalam ketentuan Kajian Lingkungan Hidup Strategis atau lazim disebut KHLS kewajiban Pemerintah Daerah untuk lebih hati-hati serta lebih cermat dalam menerbitkan kebijakan perizinan lingkungan terhadap setiap kegiatan usaha.17

Setiap kegiatan usaha, dimanapun dan kapanpun, pasti akan menimbulkan dampak bagi lingkungan hidup. Dampak itu merupakan suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu kegiatan atau aktivitas eyang dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik maupun biologi (Otto Soemarwoto,

(26)

23

Dampak tersebut dapat bernilai positif .18 yang berarti memberi manfaat bagi kehidupan manusia, dan dapat berarti negatif yaitu timbulnya resiko yang dapat merugikan masyarakat. Dampak positif pembangunan sangatlah banyak, diantaranya adalah dengan meningkatnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara merata; meningkatnya pertumbuhan ekonomi secara bertahap, meningkatnya kemampuan dan penguasaan teknologi, juga memperluas dan akan memeratakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha dan akan menunjang serta memperkuat stabilitas nasional yang sehat dan dinamis dalam rangka memperkokoh ketahanan nasional.

Pembangunan dan permasalah lingkungan di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, berbeda dengan permasalah lingkungan dengan negara maju atau industri. Permasalah lingkungan hidup di negara maju akan disebabkan oleh pencemaran lingkungan yang disebabkan pemanfaatan sumber daya alam dalam suatu proses kegiatan

(27)

24

industri yang akan menggunakan banyak energi, serta kegiatan ekonomi lainya seperti kegiatan transportasi dan komunikasi dan banyak lagi kegiatan ekonomi yang akan mempengaruhi lingkungan hidup.19

Permasalahan lingkungan hidup di Negara Indonesia berakar pada keterbelakangan pembangunan. Oleh karena itu apabila negara maju berpandangan kedepan lebih efisien dalam mengatasi permasalah lingkungan hidup dengan tidak meningkatkan pembangunan, lazimnya dikenal dengan pertumbuhan nol (zero growth) akan tetapi bangsa Indonesia justru lebih mengutamakan peningkatan pertumbuhan ekonomi dengan berupaya meningkatkan pembangunan nasional.

Keterbelakangan pembangunan di Negara Indonesia telah menyebabkan rendahnya baku mutu lingkungan hidup di negara Indonesia, sementara pemanfaatan sumber daya alam dalam rangka pembangunan harus digunakan secara rasional, dengan tidak merugikan generasi yang akan datang,

(28)

25

lingkungan bisnis yang semakin tidak menentu dan situasi bisnis yang semakin kompetitif menimbulkan pesaingan yang semakin tajam diantara pelaku pegiat ekonomi.

Ditandai dengan semakin banyaknya bermunculan perusahaan swasta yang didirikan baik itu perusahaan berskala besar, perusahaan berskala menengah, maupun perusahaan berskala kecil, bahkan kegiatan usaha mikro dalam masyarakat pun mulai banyak dijumpai, hal ini berarti dalam pembangunan ditetapkan asas kelestarian bagi sumber daya alam dan selanjutnya memanfaatkan sumber daya alam tersebut dengan tidak merusak tata lingkungan hidup manusia, karena permasalah pengelolaan lingkungan hidup yang sangat mendesak Negara Indonesia dalam menentukan arah pembangunan nasional Negara.

(29)

26

(social cost) misal suatu perusahaan menganggap lingkungan hidup sebagai suatu benda bebas yang dapat digunakan sepenuhnya, sehingga dalam usaha untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya dalam waktu yang relative singkat, akan tetapi masyarakat akan melihat lingkungan hidup sebagai bagaian dari kekayaan yang nyata, sebagai benda yang bebas (rex nullius) oleh karena itu, menurut Mochtar Kusumaatmadja: oleh karena pemerintah sebagai mandataris pengemban amanat dan penjaga kepentingan umum masyarakat, maka melalui pemerintahannya masyarakat harus menuntut agar ongkos-ongkos sosial ini diperhitungkan dengan seksama dan ditentukan pula siapa-siapa saja yang harus membayar ongkos-ongkos social.”

(30)

27

Kecil Menengah, adalah untuk tumbuh dan menghasilkan keuntungan, sehinga yang perlu diperhatikan pula bahwa dalam semua kegiatan usaha dan kegiatan mereka serta perilaku kegiatan Usaha Mikro Kecil Menengah agar berkontribusi pada kesuksesan kegiatan ushanya, hal itu dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal di luar Usaha Mikro Kecil Menengah, pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah perlu memperhatikan dan menyadari faktor-faktor dan untuk melihat perubahan lingkungan dalam kegiatan usahanya.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mencoba mengidentifikasi Efektitifitas UKL/UPL pada usaha mikro kecil menengah terhadap pencemaran lingkungan di kota Yogyakarta, beberapa pertanyaan yang perlu dijawab pada pembahasan tulisan ini

adalah sebagai berikut :

(31)

28

2. Bagaimana Efektitifitas UKL/UPL pada usaha mikro kecil menengah terhadap pencemaran lingkungan di kota Yogyakarta?

3. Bagaimana Konsep Ideal dalam mengefektifkan pelaksanaan Upaya Kelola Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan UKL-UPL pada Usaha Mikro Kecil Menengah terhadap Pengelolaan Lingkungan di Kota Yogyakarta ?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi penerapan pelaksanaan UKL UPL pada kegiatan usaha kecil menengah di kota Yogyakarta yang diketahui berdampak pada lingkungan hidup

2. Mengidentifikasi Efektitifitas UKL/UPL pada usaha kecil menengah terhadap pencemaran lingkungan hidup di kota Yogyakarta?

(32)

29

Kecil Menengah terhadap Pengelolaan Lingkungan di Kota Yogyakarta?

1.4.Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

(33)

30 2. Manfaat Praktis

Manfaat Praktis yang diharapkan adalah bahwa hasil Penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran-pemikiran terhadap pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan Efektitifitas Hukum Upaya Kelola Lingkungan dan Upaya Pemantauan lingkungan UKL-UPL pada Usaha Mikro Kecil Menengah terhadap pencemaran lingkungan. Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan dalam mekanisme Upaya Kelola Lingkungan dan Upaya Pemantauan lingkungan UKL-UPL pada Usaha Mikro Kecil Menengah terhadap pencemaran lingkungan.

1.5.Keaslian Penelitian

Beberapa penelitan yang pernah dilakukan diantaranya sebagai berikut :

1. Wahyuno, Sutoro, Sutarto.20 Efektifitas Pelaksanaan Dokumen Lingkungan dalam pengelolaan lingkungan

(34)

31

hidup di Kabupaten Pacitan, tujuan dari penelitiannya bertujuan mengidentiikasi dan mengevaluasi pelaksanaan AMDAL dan UKL-UPL pada perusahaan yang memiliki dokumen lingkungan, keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan AMDAL dan UKL-UPL, pengawasan oleh instansi pemerintah daerah dan mengetahui efektivitas pelaksanaannya,

(35)

32

penelitian efektiitas pelaksanaan AMDAL dan UKLUPL pada perusahaan terpilih berada pada kelompok menengah dengan nilai 34 – 66 %. Yang berarti pelaksanaan AMDAL dan UKL-UPL masuk katagori cukup efektif.

2. Tri Fitri Puspita Sari, Mochamad Makmur, Mochamad Rozikin.21 “Efektivitas Implementasi UKL-UPL dalam Mengurangi Kerusakan Lingkungan (Studi pada Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang dan Masyarakat Sekitar PT. Tri Surya Plastik Kecamatan Lawang) tujuan dari penelitiannya tujuan, Mengurangi kerusakan lingkungan akibat pembangunan industri di Indonesia pemerintah memberlakukan pembangunan perkelanjutan, dengan mewajibkan pelaku usaha memenuhi UKL-UPL di dalam pengurusan izin lingkungan dan izin usaha. Namun, masih terdapat pencemaran yang terjadi, salah satunya yang dilakukan PT Tri Surya Plastik Kecamatan Lawang. Walaupun

(36)

33

sudah memiliki UKL-UPL namun masih melanggar ketentuan yang sudah disepakati. Selain bau menyengat, pabrik juga membuang limbah ke Kali Suko menyebabkan kerugian dan gangguan kesehatan masyarakat sekitar sehingga mempertanyakan bagaimana efektivitas implementasi UKL-UPL.

Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi yang dilakukan belum efektif walaupun peraturan sudah jelas dan sesuai dengan isu publik yang berkembang, tetapi hasil yang diharapkan dalam mengurangi pencemaran air belum efektif. Dikarenakan kurangnya kesadaran pelaku usaha dalam memenuhi UKL-UPL, belum optimalnya implementasi dan penindakan pelanggaran oleh BLH, dan terdapatnya unsur-unsur yang menghambat efektivitas.

(37)

34

Tabel 1. Keaslian Penelitian

No 1 2 3

Nama Wahyuno, Sutoro, Sutarto

“Tri Fitri Puspita Sari, Mochamad Makmur, Mochamad

Rozikin”

Alpan Syahrizal

Judul Efektifitas Pelaksanaan Dokumen Lingkungan dalam pengelolaan lingkungan hidup Efektivitas Implementasi UKL-UPL dalamMengurangi Kerusakan Lingkungan (Studi pada Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Malang dan Masyarakat Sekitar PT Tri Surya Plastik Kecamatan Lawang) Efektifitas Hukum Upaya Kelola Lingkungan Dan Upaya Pemantauan Lingkungan UKL-UPL Pada Usaha Mikro Kecil Menengah terhadap pencemaran lingkungan di kota Yogyakarta. Tema Kajian Pelaksanaan Dokumen Lingkungan dalam pengelolaan lingkungan hidup Efektivitas implementasi UKL-UPL sebagai instrumen pencegahan terjadinya kerusakan lingkungan di Kecamatan Lawang berdasarkan

(38)

35

pencapaian efektivitas

implementasi UKL-UPL sebagai upaya pengurangan kerusakan lingkungan fokus dan Arah Peneliti an Mengetahui gambaran efektivitas pelaksanaan AMDAL dan UKL-UPL pada beberapa usaha/kegiatan di Kabupaten Pacitan menganalisis efektivitas implementasi UKL-UPL di Kecamatan Lawang dalam mengurangi kerusakan lingkungan Upaya kelola lingkunga dan pemantauan lingkungan dengan konsep kedepannya sesuai dengan asas pembangunan berkenjutan berwawasan lingkungan

1.6.Kerangka Teori

Teori-teori yang dipergunakan dalam penulisan permasalahan ini adaalah :

1. Teori Sistem Perizinan Lingkungan Hidup

(39)

36

masyarakat. Dalam era pembangunan dewasa ini semakin meningkat pesat, sejalan dengan semakin meningkat dan meluasnya pembangunan ke berbagai sektor atau bidang kehidupan maka ikut campunya pemerintah pun semakin aktif dan intensif ke dalam berbagai segi kehidupan masyarakat.

Salah satu otoritas pemerintah dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah menerapkan izin lingkungan (environmental licence). Perizinan di istilahkan dengan lincence, permit (Inggris)

verqunning (Belanda). Izin hanya merupakan otoritas dan monopoli pemerintah. Tidak ada lembaga lain di luar pemerintah yang memberrikan izin pengelolaan lingkungan, dan ini berkaitan dengan prinsip kekuasaan Negara atas semua sumber daya alam demi kepentingan hajat hidup orang banyak. 22

Pemikiran N.M. Spelt dan J.B.J. M. Ten Berge, dalam perizinan untuk arti luas, dibedakan dengan

(40)

37

bentuk-bentuk perizinan lainya seperti despensasi, konsesi, rekomendasi, tanda daftar, surat persetujuan, dan pendaftaran. Sejalan dengan itu, Tatiek Sri Djatmiati mengemukakan perizinan dapat berbentuk pendaftaran, rekomendasi, sertifikasi penentuan dan kuota, dan izin melakukan suatu usaha.

(41)

38

dilepaskan dengan perintah dan kewajiban yang harus ditaati oleh pemegang izin. Selain itu fungsi izin, adalah represif. Izin dapat berfungsi sebagai instrument untuk menanggulangi masalah lingkungan yang disebabkan aktivitas kegiatan usaha yang melekat dengan dasar perizinan. Artinya, suatu usaha yang memperoleh izin atas pengelolaan lingkungan, dibebani kewajiban untuk melakukan penanggulangan potensi pencemaran atau perusakan lingkungan yang timbul dari aktivitas kegiatan usahanya. 23

Keputuasan izin diberikan untuk melakukan suatu usaha atau kegiatan termasuk bidang usaha atau bidang usaha lingkungan hidup. Drupsteen mengatakan, perizinan merupakan instrument kebijaksanaan lingkungan yang paling penting. Berdasarkan beberapa teori tentang perizinan, lingkungan hidup adalah perizinan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang didasarkan pada Undang-Undang

(42)

39

tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa perizinan merupakan upaya pencegahan atau berkarakter sebagai preventif instrument terhadap tindakan pemerintah dalam rangka pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Dalam pengelolaan lingkungan hidup, perizinan ditujukan untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi perusakan lingkungan.

2. Teori Bekerjanya Hukum

Teori ini adalah bekerjanya hukum sangat ditentukan organ pembuat, penerap dan masyarakat serta ketentuan-ketentuan sosial dan personal. Dalam penelitian ini, teori bekerjanya hukum oleh Mochtar Kusuma Atmadja digunakan untuk mengkaji proses pembuatan kebijakan lingkungan dalam pengelolaan lingkungan hidup di Kota Yogyakarta. 24

(43)

40

Pemikiran teori Mochtar Kusuma Atmadja dalam hukum nasional (Indonesia) sebagai suatu sistem hukum yang belum terbentuk secara holistik, belum komprehensif dan belum diperkaya nilai-nilai kehidupan masyarakat, untuk beradaptasi dengan kehidupan masyarakat maju. Unsaha untuk menyatakan bahwa telah terdapat suatu sistem hukum nasional terbukti hanya merupakan perwarisan sistem hukum warisan Hindia Belanda yang menganut sistem hukum Civil Law system semata-mata dipaksakan berlakunya ditengah-tengah masyarakat hukum. Di sisi lain, pembaharuan hukum melalui yurisprudensi belum melembaga dikalangan aparatur hukum termasuk penasehat hukum sekalipun secara akademik telah diakui dalam beberapa forum diskusi.

(44)

41

hukum pendidikan Belanda, yaitu hanya mendidik ’’

Tukang” (croftmanship) saja bukan lulusan pendidikan hukum yang mampu menganalisis perubahan-perubahan dalam masyarakat dan mampu menemukan solusi dari masalah penerapan hukum di dalam masyarakat. Untuk mencapai kemampuan analisis tersebut diperlukan metode pengajaran ke arah metode yang telah berhasil dalam pendidikan hukum berbasis sistem hukum

Common Law”. Sejak berabad tahun yang lampau. Perubahan dalam metode pendidikan hukum di Indonesia diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang mampu menjadi agen pembaharuan hukum dalam pembangunan nasional.

Pembangunan hukum nasional Indonesia harus melahirkan lulusan pendidikan hukum yang kemampuan (ability) dan kredibilitas (credibility) dalam menganalisis masalah hukum dalam masyarakat yang mencakup aspek-aspek ekonomi, sosiologi, dan politik. 25

(45)

42

Terkait bekerjanya hukum, Mochtar Kusuma Atmadja memandang bahwa fungsi dan peranan hukum dalam pembangunan nasional, sebagai berikut:

a. Semua masyarakat yang sedang membangun dicirikan oleh perubahan dan hukum berfungsi agar dapat menjamin bahwa perubahan itu terjadi dengan cara yang teratur.

b. Baik perubahan maupun ketertiban (keteraturan) merupakan tujuan awal dari masyarakat yang sedang membangun maka hukum menjadi suatu sarana (bukan alat) yang tak dapat diabaikan dalam proses pembangunan.

c. Fungsi hukum dalam masyarakat adalah mempertahankan kepastian hukum dan juga hukum (sebagai kaidah sosial) harus dapat mengatur (membantu) proses perubahan dalam masyarakat. d. Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan

(46)

43

merupakan pencerminan nilai-nilai daripada yang berlaku dari masyarakat itu.

e. Implementasi fungsi hukum tersebut di atas hanya dapat diwujudkan jika hukum dijalankan oleh suatu kekuasaan akan tetapi kekuasaan itu sendiri harus berjalan dalam batas rambu-rambu yang ditentukan di dalam hukum itu.

3. Teori Pembangunan Berkelanjutan

(47)

44

Dalam pembangunan berkelanjutan menurut

World Commission on Envi-ronment and Development

(WCED), terkandung dua makna, yakni:

a. “the concept of need, in farticular the esencial needs of the word poor, to which over- riding

priority should be given” ( gagasan kebutuhan “

khususnya kebutuhan esensial bagi masyarakat miskin yang harus diberikan prioritas utama).

b. “the idea of limitation imposed by the state of technology and social organization on the

environment is ability to meet present and future

needs” (gagasan keterbatasan yang bersumber pada kondisi teknologi dan organisasi sosial terhadap kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan kini dan hari depan). 26

Menurut M. Daud Silalahi, saat ini pembentukan hukum dalam arti pembangunan berkelanjutan seharunya mengintegrasikan tiga aspek yakni aspek ekonomi, sosial

(48)

45

dan lingkungan. Dalam hal ini pembentukan hukum tersebut belum secara utuh mengintegrasikan ketiga kepentingan tersebut. Paradigm pembangunan berkelanjutan adalah sebuah kritik pembangunan di satu pihak, tetapi di pihak lain adalah sebuah teori normatif yang menyodorkan praksis pembangunan yang baru sebagai jalan keluar dari kegagalan depelovementalisme

selama ini. Dalam arti itu, paradigma pembangunan berkelanjutan bukan sekedar sebuah kritik pembangunan, melainkan juga sebuah kritik ideologi pembangunan, yaitu ideologi lovmentalisme.

(49)

46

mengulangi krisis sosial budaya dan lingkungan hidup yang kita alami sekarang.

Pembangunan berkelanjutan harus dipahami sebagai etika politik pembangunan, yaitu sebuah komitmen moral tentang bagaimana seharusnya pembangunan itu diorganisir dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Dalam kaitan dengan itu, paradigama pembangunan berkelanjutan bukan sebuah konsep tentang pentingnya lingkungan hidup. Pembangunan berkelanjutan juga bukan tentang pembangunan ekonomi. Ini sebuah etika politik pembangunan mengenai pembangunan secara keseluruhan dan bagaimana pembangunan itu seharusnya dijalankan. Dalam arti ini, selama pembangunan berkelanjutan tersebut tidak dipahami, atau dipahami secara bias, cita-cita moral yang terkandung di dalamnya tidak akan terwujud.

(50)

47

yang sama bagi tiga aspek utama pembangunan, yaitu aspek ekonomi, aspek sosial budaya dan aspek lingkungan hidup. Gagasan ini di balik itu adalah, pembangunan ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan hidup harus dipandang sebagai terkait erat satu sama lain, sehingga unsur-unsur dari kesatuan yang saling terkait ini tidak boleh dipisahkan atau dipertentangkan satu dengan yang lainnya. Yang mau dicapai dengan pembangunan berkelanjutan adalah menggeser titik berat pembangunan dari hanya pembangunan ekonomi menjadi juga mencakup pembangunan sosial budaya dan lingkungan hidup. 27

Ada tiga prinsip utama pembangunan berkelanjutan, ketiga prinsip tersebut menjamin agar ketiga aspek pembangunan di atas dipenuhi, dan dalam arti itu ketiga aspek pembangunan hanya mungkin dicapai

(51)

48

kalau ketiga prinsip dasar ini dioprasionalkan sebagai sebuah politik pembangunan: 28

a. Prinsip demokrasi. Prinsip ini menjamin agar pembangunan dilaksanakan sebagai perwujudan kehendak bersama seluruh rakyat demi kepentingan bersama rakyat. Dengan kata lain, pembangunan bukan dilaksanakan berdasarkan kehendap pemerintah atau partai politik demi kepentingan rezim atau partai yang sedang berkuasa. Ini sebuah prinsip moral yang paling mendasar, khususnya untuk menjamin bahwa apa yang diidealkan sebagai paradigm pembangunan yang berkelanjutan bisa mempunyai peluang untuk direalisasikan.

b. Prinsip keadilan. Prinsip ini pada dasarnya mau menjamin bahwa semua orang dan kelompok masyarakat memperoleh peluang yang sama untuk ikut dalam proses pembangunan dan

(52)

49

kegiatan produktif serta ikut dalam menikmati hasil-hasil pembangunan.

c. Prinsip keberlanjutan. Prinsip ini mengharuskan kita untuk merancang agenda pembangunan dalam dimensi visioner jangka panjang, untuk melihat dampak pembangunan baik positif maupun negatif dalam segala aspeknya tidak hanya dalam dimensi jangka pendek. Prinsip ini sejalan dengan kenyataan bahwa sumber daya ekonomi terbatas, aspek sosial-budaya dan lingkungan adalah aspek yang berdimensi jangka panjan, dan bahwa pembangunan berlangsung dalam ruang ekosistem yang mempunyai interaksi rumit.

(53)

50

kualitas hidup, baik fisik-material maupun derajat kualitas kehidupan secara luas, mental, budaya, sosial, politik, spiritual, dan ideologis.

1.7.Sistematika Penulisan

Penulisan tesis ini dilakukan dengan membagi menjadi 5 bab, dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian, Kerangka Teori, dan Sistematika Penulisan.

(54)

51

Ambang Batas baku Mutu Lingkungan, Asas berwawasan lingkungan oleh UMKM.

Bab III Metode Penelitian terdiri dari, Jenis Penelitian, Metode Pendekatan, Lokasi penelitian, Sumber data, Teknik pengumpulan data, Analisis data

Bab IV Hasil penelitian dan Pembahasan, yang terdiri dari Gambaran Umum kota Yogyakarta, Penerapan UKL/UPL terhadap Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di kota Yogyakarta, Efektitifitas UKL/UPL pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah terhadap pencemaran lingkungan di kota Yogyakarta, Konsep ideal dalam mengefektifkan pelaksanaan UKL UPL terhadap Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Keterlibatan dan Peran Serta UMKM terhadap Pengelolaan Lingkungan di kota Yogyakarta,

(55)

52 BAB II

TINJAUN PUSTAKA

2.1. Upaya Kelola Lingkungan Dan Upaya Pemantauan

Lingkungan (UKL-UPL)

2.1.1 Pengertian Upaya Kelola Lingkungan dan Upaya

Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL)

Upaya Kelola Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan merupakan suatu perangkat pengelola lingkungan hidup dalam pengambilan keputusan dan dasar untuk menertibkan izin untuk melakukan kegiatan dan/ atau usaha.

Kegiatan atau usaha yang tidak diwajibkan untuk menyusun AMDAL tetap harus melakukan Upaya Kelola Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan. Kewajiban UKL-UPL diberlakukan bagi kegiatan usaha yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL dan dampak yang ditimbulkan

(56)

53

Tergolong mudah untuk dikelola dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia.

Upaya Pemantauan Lingkungan. Kewajiban UKL-UPL diberlakukan bagi kegiatan/ usaha yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL dan dampak kegiatan tergolong mudah untuk dikelola dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia

UKL-UPL Pada dasarnya sama seperti AMDAL, berfungsi sebagai panduan pengelolaan lingkungan bagi seluruh penyelenggara suatu kegiatan. Namun, skala kegiatan yang diwajibkan UKL-UPL relatif cukup kecil dan dianggap memiliki dampak terhadap lingkungan yang tidak terlalu besar dan penting. Hal ini menyebabkan kegiatan tersebut tidak tercantum dalam daftar wajib AMDAL.

(57)

54

pemantauan lingkungan hidup atas dampak lingkungan hidup dari usaha dan/atau kegiatannya, oleh karenanya kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, secara ekplisit memisahkan antara AMDAL termuat pasal Pasal 22 (1) merupakan Kajian atas dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha atau kegiatan. Sedangkan UKL/UPL termuat dalam pasal 34 (1) adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau kegiatan.

(58)

55

tempat kegiatan usahanya, guna memacu pertumbuhan ekonomi dalam kehidupan masyarakat serta perekonomian negara, sebagai salah satu jaminan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Oleh sebab itu meningkatkan pendapatan negara serta mampu memecahkan permasalah pengangguran, oleh sebab itu banyak bermunculan Usaha Mikro Kecil Menengah baik perdagangan dan jasa dikalangan masyarakat kalangan bawah, demi memenuhi kebutuhan hidup masyarakat dan pelaku usaha.

2.1.2 Proses Upaya Kelola Lingkungan Dan Upaya

Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL)

(59)

56

Prosedur UKL-UPL disusun pemrakarsa dalam tahap perencanaan suatu kegiatan usaha dengan menentukan lokasi rencana kegiatan usaha/kegiatan usaha sesuai dengan rencna tata ruang, setelah permohonan di UKL-UPL di diajukan dan diperiksa pasal 34 (1) adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau kegiatan 29

Oleh karenanya sebelum melakukan penyusunan UKL/UPL hendaknya memperhatikan beberapa uraian sebagai berikut diantranya:

2.2.2.1. Prosedur Penyusunan UKL-UPL:

- UKL-UPL disusun oleh Pemrakarsa pada tahap perencanaan suatu Usaha dan/atau Kegiatan. dengan Lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan wajib sesuai dengan rencana tata ruang.

(60)

57

- Dalam hal lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan tidak sesuai dengan rencana tata ruang, UKL-UPL tidak dapat diperiksa dan wajib dikembalikan kepada Pemrakarsa. (Pasal 14 PP No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan) - Penyusunan UKL-UPL dilakukan melalui

pengisian formulir UKL-UPL dengan format yang ditentukan dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 16 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup

2.1.2.1. Pemeriksaan UKL-UPL

- Formulir UKL-UPL yang telah diisi oleh Pemrakarsa disampaikan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangan

(61)

58

instansi lingkungan hidup provinsi; atau. kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota.

- Menteri, gubernur, atau bupati/walikota melakukan pemeriksaan kelengkapan administrasi formulir UKL-UPL.

- Apabila hasil pemeriksaan kelengkapan administrasiformulirUKL-UPL dinyatakan tidak lengkap, Menteri, gubernur, atau bupati/walikota mengembalikan UKLUPL kepada Pemrakarsa untuk dilengkapi

- Apabila hasil pemeriksaan kelengkapan administrasi formulir UKL-UPL dinyatakan lengkap, Menteri, gubernur, atau bupati/walikota melakukan pemeriksaan UKL-UPL.

- Pemeriksaan dilakukan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak formulir UKL-UPL dinyatakan lengkap secara administrasi.

(62)

59

UKL-UPL. berupa: persetujuan UKL-UPL atau penolakan UKL UPL.

Rekomendasi UKL-UPL adalah surat persetujuan terhadap suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib UKL-UPL

(63)

60

sehingga permohonan rekomendasi UKL UPL akan dikembalikan kepada Pemrakasa sesuai dengan ketentun (Pasal 14 PP No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan)

2.1.2.2. Alur pemeriksaan UKL-UPL

(64)

61

Berikut Alur Pemeriksaan UKL-UPL 30

Dalam setiap akan melakukan kegiatan usaha diperlukan Perizinan lingkungan yang berfungsi,31 pertama

Direktif, yaitu sebagai pengarah dalam pembangunan; kedua

Integratif, yaitu sebagai pembina kesatuan komunitas, masyarakat, bangsa dan negara; ketiga Stabilitas, yaitu

30 Badan Lingkungan Hidup DIY amdaldiy.net/blh-baru/public/statistis-89

31 Jurnal Jurisprudence, Vol. 7 No. 2 Desember 2017 Pengisian Formulir UKL-UPL

oleh Pemrakarsa PengajuanPemeriksaan Formulir UKL-UPL dan Permohonan Izin Lingkungan

PengajuanPemeriksaan Formulir UKL-UPL dan Permohonan Izin Lingkungan

Uji Administrasi Formulir UKL-UPL danPermohonan Izin Lingkungan

Uji Administrasi Formulir UKL-UPL danPermohonan Izin Lingkungan

Rapat Koordinasi Pemeriksaan Subtansi Formulir UKL-UPL

Perbaikan Formulir oleh Pemrakarsa (bila diperlukan)

Penerbitan Rekomendasi Persetujuan UKL-UPL dan Izin Lingkungan

(65)

62

sebagai pemelihara, termasuk memelihara hasil-hasil pembangunan, keempat Perspektif, yaitu penyempurna langkah ke depan, berupa tindakan administrasi negara atau tindak warga masyarakat; kelima Korektif, yaitu memperbaiki terhadap tindakan administrasi negara dan warga masyarakat. Perizinan lingkungan sering dikenal dengan izin Hinder Ordonantie (HO).32 Macam-macam perizinan yang berkaiatan dengan lingkungan.

1. Izin gangguan dilakukan dengan menggunakan Hinder Ordonantie (HO).

2. Perizinan suatu proyek yang berdampak besar dan penting terhadap lingkungan diperlukan adanya analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal),

3. Perizinan untuk melakukan pembuangan limbah ke media lingkungan.

Dalam Pasal 1 angka 35 UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap

(66)

63

orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UP dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan. Pasal 36 UU No. 32 Tahun 2009 yakni : (1). Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal atau UKL-UPL wajib memiliki izin lingkungan. (2) Izin lingkungan diterbitkan berdasarkan keputusan kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL. (3) Izin lingkungan wajib mencantumkan persyaratan yang dimuat dalam keputusan kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL. (4) Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

2.1.3.Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

(67)

64

hidup manusia, namun dampak yang bersifat negatif memang tidak diharapkan karena dapat menurunkan kualitas dan kenyamanan hidup manusia.

Semua orang yang ingin memperoleh kenyamanan dan kualitas harus terlibat dalam usaha mengatasi dampak yang bersifat negatif, baik dari kalangan Usaha Kecil Menengah, Pemerintah maupun masyarakat. Dalam kegiatan usaha untuk meningkatkan kualitas hidup, manusia berupaya dengan segala daya untuk dapat mengolah dan memanfaatkan kekayaan alam yang ada demi tercapainya kualitas hidup yang diinginkan. Dalam pemanfaatan sumber daya alam harus memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkugan. Daya dukung alam diartikan sebagai kemampuan alam untuk mendukung kehidupan manusia. Berkurangnya daya dukung alam akan menyebabkan kemampuan alam untuk mendukung kehidupan manusia menjadi berkurang.

(68)

65

berkesinambungan melalui pengembangan iklim yang kondusif, pemberian kesempatan berusaha, dukungan, perlindungan, dan pengembangan usaha seluas-luasnya, sehingga mampu meningkatkan kedudukan, peran, dan potensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan peningkatan pendapatan rakyat, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan. 33

Kegiatan Usaha Mikro Kecil Menengah telah menyebabkan banyak perubahan dalam sendi kehidupan masyarakat, yang sebelumnya di dominasi masyarakat pertanian menjadi masyarakat yang terkadang hanya mementingkan keuntungan pribadi dengan mengabaikan lingkungan hidup.

Usaha Mikro Kecil Menengah di harapkan akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat dengan meningkatnya pendapatan sehingga peluang mendapatkan kesempatan yang lebih besar terhadap

(69)

66

pendidikan dan peningkatan standar kehidupan yang lebih baik. Namun demikian ada harga yang perlu dibayar yaitu menurunnya kualitas lingkungan dan meningkatnya kebutuhan akan sumber daya.34

Di Indonesia sering kita mendengar dengungan pertumbuhan ekonomi melalui pengalaman pada krisis ekonomi pada tahun 1997 – 1998, kegiatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sudah terbukti mampu mempertahankan perekonomian Indonesia dalam mempertahankan ekonomi para pelaku UMKM bahkan mampu melakukan penyelamatan di berbagai sektor kebutuhan pokok rakyat melalui melalui normalisasi distribusi hal tersebut menjadi bukti serta motivasi sebagian orang untuk memanfaatkan kemampuannya untuk menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan ekonominya.

Disebutkan didalam Undang-undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah tidak hanya mengklasifkasikan jenis-jenis usaha yang ada di tanah

(70)

67

air, akan tetapi juga mengatur tentang aspek penumbuhan iklim usaha yang ada di Indonesia berupa pendanaan, sarana dan prasarana, informasi usaha, kemitraan, perizinan usaha, kesempatan berusaha, promosi dagang dan dukungan kelembagaan. 35

Dalam kaitannya dengan kegiatan usaha Mikro kecil menengah, sebagaimana disebutkan dalam Hal tersebut ditujukan untuk memudahkan para pelaku usaha yang bergerak pada sektor Mikro, Kecil dan Menengah dalam hal perizinan yaitu: sebagaimana pasal 12 pada bab 5 Undang-undang 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Dengan harapan membaiknya dunia usaha di Indonesia, memiliki keterkaitan terhadap kesejahteraan masyarakat melalui lapangan kerja dan meningkatnya pengangguran menunjukkan masih jauh dari harapan semua pihak. Memburuknya perekonomian nasional yang disebabkan masalah keuangan yang dihadapi oleh pengusaha

(71)

68

sebagai akibat devaluasi rupiah terhadap dolar Amerika dengan ditandai tingkat lonjakan krisis yang sangat besar dalam waktu yang sangat singkat. Kejadian tersebut mengakibatkan perekonomian Indonesia secara makro mengalami keterpuruk dan banyak perusahaan yang terancam mengalami kebangkrutan.

Kegiatan usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tetap bertahan dan mampu berperan untuk melaksanakan fungsinya baik dalam memproduksi barang dan jasa di tengah kondisi usaha besar tidak mampu mempertahankan eksistensinya Ketika perekonomian Indonesia dihadapkan kepada krisis yang multi dimensi, hal ini cukup beralasan karena usaha Mikro Kecil dan Menengah bergerak dari segala lini kehidupan masyarakat untuk mempertahankan hidup, pelaku kegiatan usaha Mikro Kecil dan Menengah dari gempuran krisis ekonomi global.

(72)

69

berwawasan lingkungan dengan penekanan pada ekonomi hijau (green economy) untuk menahan laju kemerosotan daya tampung, daya dukung, dan kelangkaan sumber daya alam, serta mengatasi bencana lingkungan”.36

Perkembangan usaha Mikro Kecil dan Menengah yang sangat pesat dewasa ini ternyata membawa dampak bagi kehidupan manusia, baik dampak yang bersifat positif maupun dampak yang bersifat negatif. Dampak positif memang diharapkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidup manusia, namun dampak yang bersifat negatif memang tidak diharapkan karena dapat menurunkan kualitas dan kenyamanan hidup manusia. Semua orang yang ingin memperoleh kenyamanan dan kualitas harus terlibat dalam usaha mengatasi dampak yang bersifat negatif, baik dari kalangan pelaku UMKM, pemerintah maupun masyarakat biasa.

Kriteria kegiatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebagaimana termuat dalam Undang-undang No

(73)

70

20 tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sebagaimana termuat dalam pasal 6 menyebutkan :

(1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:37

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluhjuta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak

Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). (2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

(74)

71

(3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). (4) Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,

huruf b, dan ayat (2) huruf a, huruf b, serta ayat (3) huruf a, huruf b nilai nominalnya dapat diubah sesuai dengan perkembangan perekonomian yang diatur dengan Peraturan Presiden.

Apabila melihat ketentuan keriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang sesuai dengan 38 Peraturan

(75)

72

Menteri Lingkungan Hidup No. 05 tahun 2012 bahwa apabila Mengacu pada Undang-undang No 20 tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah merujuk kriteria UMKM bahwa setiap UKMM ditentukan dengan nilai kekayaan bersih paling sedikit yang Rp. 50.000.000,- tidak termasuk nilai tanah dan bangunan

Dalam usaha meningkatkan kualitas hidup, manusia berupaya dengan segala daya untuk dapat mengolah dan memanfaatkan kekayaan alam yang ada demi tercapainya kualitas hidup yang diinginkan. Dalam pemanfaatan sumber daya alam harus memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkugan. Daya dukung alam diartikan sebagai kemampuan alam untuk mendukung kehidupan manusia. Berkurangnya daya dukung alam akan menyebabkan kemampuan alam untuk mendukung kehidupan manusia menjadi berkurang.

(76)

73

Menengah yang dimaksud dengan "asas berwawasan lingkungan" adalah asas pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup.

Secara umum, sasaran pembangunan ekonomi berwawasan lingkungan yang ingin dicapai adalah mewujudkan perbaikan fungsi lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam yang mengarah pada prinsip pembangunan ekonomi berkelanjutan berwawasan lingkungan. Sementara itu sasaran khusus yang hendak dicapai 39

Kegiatan Usaha mikro kecil menengah telah menyebabkan banyak perubahan dalam sendi kehidupan masyarakat, yang sebelumnya didominasi masyarakat pertanian menjadi masyarakat yang terkadang hanya mementingkan keuntungan pribadi dengan mengabaikan lingkungan. Kegiatan Usaha mikro kecil menengah telah

(77)

74

banyak mendorong pertumbuhan ekonomi bagi sebagian masyarakat dengan meningkatnya pendapatan sehingga mendapatkan kesempatan yang lebih besar terhadap pendidikan dan peningkata standar kehidupan yang lebih baik. Namun demikian ada harga yang perlu dibayar yaitu menurunnya kualitas lingkungan dan meningkatnya kebutuhan akan sumber daya.

(78)

75

2.1.4.Kriteria kegiatan usaha yang wajib Upaya Kelola

Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan

(UKL-UPL)

Undang-undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) menjelaskan bahwa Upaya Kelola Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) merupakan pengelolaan dan pemantauan terhadap Usaha dan/ atau Kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup, termuat dalam ketentuan Pasal, 34 Ayat (1) UUPPLH bahwa Setiap usaha dan atau kegiatan usaha yang tidak termasuk dalam kriteria wajib Analisis Menengani Dampak Lingkungan (AMDAL) sebagaimana dimaksud dalam Pasal, 23 ayat (1) wajib memiliki Upaya Kelola Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL)

(79)

76

(80)

77

memiliki pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup sesuai dengan perundang-undangan mengenai jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki UKL-UPL atau surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup

Kegiatan usaha yang wajib memiliki izin lingkungan juga diatur dalam Peraturan Wali Kota Yogyakarta No. 6 Tahun 2016 Tentang Pedoman Tata cara Pengajuan Dokumen Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan, Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut UKL-UPL adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.

(81)

78

kegiatan yang wajib dilengkapi dengan UKL/UPL diatur memiliki paling tidak kurang lebih 600m2 luas tanah dengan investasi paling rendah 300 juta rupiah dalam sebagian dan kegiatan usaha

(82)

79

Lingkungan dan Pemantauan Lingkungan Hidup dan Peratura Wali Kota Yogyakarta No. 6 Tahun 2016 Tentang Pedoman Tata cara Pengajuan Dokumen Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan sangatlah terperinci dimulai dari luas lahan dan nilai investasi dalam kegiatan usaha yang wajib UKL-UPL

(83)

80

Tabel 2. Kegiatan Usaha Yang Wajib UKL-UPL

No Jenis usaha Skala usaha

1 Tempat cuci mobil/motor

Luas lahan minimal 1500 m2 ; dan/atau  Luas bangunan lebih dari atau sama dengan 300 m2 s/d kurang dari 10.000 m2

2 Laundry/Jasa Binatu, Luas bangunan lebih dari atau sama dengan 300 m2 s/d kurang dari 10.000 m2

3 Bengkel sepeda Motor (KBLI 50403)

 Investasi lebih dari atau sama dengan Rp 200 juta, tidak termasuk lahan dan bangunan; dan/atau  luas bangunan minimal 300 m2

5 Rumah Toko (Ruko) :  Luas lahan lebih dari atau sama dengan 0,5 s/d kurang dari 5 ha  Luas bangunan lebih dari atau sama dengan 600 m2 s/d kurang dari 10.000 m2

6 Cafe Semua Besaran

7 Jasa boga/Catering  Kapasitas lebih dari atau sama dengan 1.000 Porsi/Hari  Luas lantai bangunan Lebih dari atau sama dengan 500 m2

8 Restoran, Rumah makan

 Jumlah kursi (tempat duduk) Lebih dari atau sama dengan 80 buah ; dan/atau  Luas lantai bangunan lebih

(84)

81

lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan-atau Kegiatan usaha.

Penyusunan formulir UKL-UPL adalah kegiatan pengisian formulir Upaya Kelola Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL yang dilakukan oleh Pemrakarsa.

(85)

82

(2) dan menentukan dokumen lingkungan hidup berpedoman pada:

a. Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Amdal;

b. Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki dokumen UKL-UPL, atau SPPL berdasarkan Lampiran II yang merupakan bagiantidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini

Pasal 1 butir (11) Dokumen Amdal dan formulir UKL UPL merupakan persyaratan mengajukan permohonan izin lingkungan oleh karenanya Rekomendasi UKL-UPL adalah surat persetujuan terhadap suatu Usaha dan/ atau Kegiatan yang wajib UKL-UPL.

(86)

83

dikarenakan, kegiatan yang wajib UKL-UPL tergolong kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan. Hal tersebut juga terjadi dengan kewajiban UKL-UPL. Seharusnya, jenis kegiatan yang wajib UKL-UPL diatur terlebih dahulu di dalam PERDA. Namun saat ini, umumnya kegiatan wajib UKL-UPL ditetapkan berdasarkan Rekomendasi dari aparatur pemerintah daerah.

(87)

84

2.2.Pencemaran Lingkungan Oleh Usaha Mikro Kecil

Menengah

2.2.1.Pencemaran Lingkungan Menurut UU No. 32

Tahun 2009

Permasalah lingkungan hidup semakin lama semakin besar, persoalannya bukan hanya bersifat lokal ataupun translokal, tetapi regional, nasional, transnasional serta global , serta semakin meluas, dan serius ibarat bola salju yang menggelinding, jelas sekali dampak yang akan terjadi terhadap lingkungan dengan sifat lingkungan yang memilki multi mata rantai relasi yang saling mempengaruhi secara subsistem. Tidak hanya terkait satu dua segi saja melainkan kait satu dengan yang lainya. Hal ini jelas apabila salah satu aspek dari lingkungan yang terkena permasalah lingkungan hidup, maka tidak menutup kemungkinan aspek yang

Gambar

Tabel  1. Keaslian Penelitian
Tabel 2. Kegiatan Usaha Yang Wajib UKL-UPL
Tabel 3. Jumlah UMKM berdasarkan Skala Usaha  Di kota Yogyakarta 78
Tabel 5. Kegiatan Usaha Mikro Kecil Menengah

Referensi

Dokumen terkait

Dengan diberlakukannya dokumen UKL dan UPL oleh perusahaan didalam kawasan industri Medan Star kecamatan Tanjung Morawa kabupaten Deli Serdang memberikan motivasi kepada

Dengan diberlakukannya dokumen UKL dan UPL oleh perusahaan didalam kawasan industri Medan Star kecamatan Tanjung Morawa kabupaten Deli Serdang memberikan motivasi kepada

Menyiapkan Dokumen Lingkungan Hidup (UKL-UPL) yang akan digunakan pihak pemrakarsa sebagai dasar melakukan Kelayakan Fisik terhadap pembangunan puskesmas di kabupaten Kutai

(3) Jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi UKL-UPL sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan

Malang Nomor 7 Tahun 2010 yo Pasal 4 Peraturan Bupati Malang Nomor 7 Tahun 2012 terkait dengan rekomendasi Dokumen UKL- UPL yang dihadapi oleh Badan

Malang Nomor 7 Tahun 2010 yo Pasal 4 Peraturan Bupati Malang Nomor 7 Tahun 2012 terkait dengan rekomendasi Dokumen UKL- UPL yang dihadapi oleh Badan

Adapun upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan pelabuhan perikanan adalah pengelolaan PPSNZJ yang berbasis Eco Port memiliki dokumen AMDAL dan UKL/UPL,

dalam Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan UKL-UPL Rumah Sakit Muara Bungo 3 Perencanaan Pembangunan Lahan untuk kegiatan Rumah Sakit Muara Bungo m²