• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DALAM UPAYA MENGURANGI MISKONSEPSI YANG DIALAMI SISWA KELAS VIII SMPN 3 NEGARA BATIN PADA KONSEP GAYA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DALAM UPAYA MENGURANGI MISKONSEPSI YANG DIALAMI SISWA KELAS VIII SMPN 3 NEGARA BATIN PADA KONSEP GAYA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program "

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

DALAM UPAYA MENGURANGI MISKONSEPSI

YANG DIALAMI SISWA KELAS VIII SMPN 3 NEGARA BATIN PADA KONSEP GAYA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun oleh:

ALBERTUS DENY KUSUMA ADI Nim : 041424006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Pembelajaran fisika di sekolah perlu dirancang sedemikian rupa sehingga, pembelajaran yang berlangsung sungguh membantu siswa dalam mengenal dan memahami fisika secara tepat. Sering kali siswa dalam mengenal dan memahami fisika mengalami miskonsepsi atau kekeliruan konsep. Metode pembelajaran yang tepat tentu akan membantu siswa dalam mengurangi miskonsepsinya tersebut. Dalam rangka mencari metode pembelajaran yang tepat, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) konsepsi awal siswa sehubungan dengan konsep gaya; (2) miskonsepsi-miskonsepsi yang terdapat pada siswa sehubungan dengan konsep gaya; (3) adakah perbedaan penurunan miskonsepsi siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode problem solving dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode ceramah.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 3 Negara Batin Lampung. Sampel penelitian ini terdiri dari 74 siswa. Siswa tersebut terbagi dalam 2 kelas yaitu, 37 siswa kelas kontrol (kelas dengan metode ceramah) dan 37 siswa kelas eksperimen (kelas dengan metode problem solving). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode tes dan interview. Metode analisis data dilakukan pengkodingan data dari hasil tes dan interview.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) konsepsi awal siswa berkaitan dengan konsep gaya cukup bervariasi, tidak seluruhnya benar sesuai konsep ilmiah tetapi juga tidak seluruhnya miskonsepsi; (2) miskonsepsi-miskonsepsi yang muncul terdapat pada tiap sub materi gaya (3) terdapat perbedaan penurunan miskonsepsi yang dialami siswa antara yang mendapat pembelajaran dengan metode problem solving dan metode ceramah.

(7)

ABSTRACT

Physics learning in schools needs to be arranged much well so that it can help students in understanding physics rightly. Students often have misconceptions. The good learning method can help the students to decrease misconceptions. This research aimed to know (1) the basic conceptions of students about the force concept; (2) the students misconceptions about the force concept; and (3) is there any different of decreasing misconceptions from students who followed problem solving method with the students who followed lecture method in learning.

The sample of this research is 74 students of junior high school at SMPN 3 Negara Batin Lampung. The students were devided in two classes, 37 students as control class and 37 students as experiment class. The collection of data was done by using test method and interview. Data analysis method was done by coding the data from the result of test and interview.

The result of this research shows that: (1) basic conceptions of students about force concept were various, not all the concept are appropriated with the scientific concept; (2) the misconceptions appeared in every sub topics of force concept; (3) there were different decreasing misconceptions between students who used problem solving method and lecture method in learning.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini dari awal sampai akhir penyusunan skripsi saya yang berjudul ”Penerapan Metode Problem Solving dalam Pembelajaran Fisika dalam Upaya Mengurangi Miskonsepsi yang dialami Siswa Kelas Viii SMPN 3 Negara Batin Pada Konsep Gaya”.

Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari keterlibatan pihak lain. Untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Romo Dr. Paul Suparno, S.J., MST selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing penulis hingga selesainya skripsi ini.

2. Bapak Jaman Mulyadi, S.Pd selaku kepala sekolah SMPN 3 Negara Batin Lampung yang telah berkenan memberikan ijin penelitian.

3. Bapak Alexander Jony TH, S.Kom selaku guru SMPN 3 Negara Batin Lampung yang telah berkenan memberikan bantuan dan saran dalam penelitian ini.

4. Bapak dan Ibu yang tercinta, atas dorongan semangat, doa yang tulus, dan biaya yang diberikan kepada penulis hingga dapat diselesaikannya penulisan skripsi ini.

5. Mas Jony, Mbak Emi, Mas Bayu, Paul, Farit, dan, Niken tersayang atas dorongan semangat, doa dan pengertian yang telah diberikan selama ini.

(9)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dan akan dipertimbangkan dengan senang hati demi kesempurnaan skripsi ini.

Yogyakarta, 22 September 2008

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Problem Solving dalam Pembelajaran Fisika ... 6

B. Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika ... 8

C. Cara Mengurangi Miskonsepsi ... 15

D. Konsep Gaya ... 16

E. Perumusan Hipotesis ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 26

B. Desain Penelitian ... 26

C. Populasi dan Sampel ... 27

D. Waktu dan Tempat Penelitian ... 28

E. Variabel Penelitian ... 28

F. Treatmen ... 28

G. Instrumen ... 30

H. Vailiditas Instrumen ... 36

I. Metode Analisi Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data... 39

B. Analisis Data ... 60

(11)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 65

B. Keterbatasan Penelitian... 66

C. Saran... 66

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 27

Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Pilihan Ganda ... 31

Tabel 3.3 Kisi-kisi Variabel yang Diukur ... 37

Tabel 4.1 Hasil analisis konsepsi siwa tentang konsep gaya... 45

Tabel 4.2 Perbandingan konsepsi yang dialami siswa ... ... 53

Tabel 4.3 Koding data yang menuju konsep ilmiah... ... 61

Tabel 4.4 Koding data yang menuju miskonsepsi ... ... 62

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ke Sekolah ... ... 71

Lampiran 2 Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian... ... 72

Lampiran 3 Garis Besar Pedoman Interview ... 73

Lampiran 4 Soal Pre Tes Dan Post Tes ... 76

Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa pada Kelas Eksperimen ... 87

Lampiran 6 Hasil Interview ... 97

Lampiran 7 Hasil Analisis Konsepsi Siswa Tentang Konsep Gaya ... 105

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siswa beranggapan bahwa gaya ke atas oleh meja dan gaya ke

bawah oleh benda A bekerja pada satu titik ... 13

Gambar 2.2 Gaya F dilukiskan dengan anak panah OA ... 17

Gambar 2.3 Penjumlahan gaya ... ... 18

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Dalam mengikuti pembelajaran di kelas, siswa tidak datang dengan kepala kosong tetapi siswa membawa pengalaman-pengalaman yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. Suparno mengatakan siswa bukanlah suatu tabula rasa atau kertas kosong yang bersih, yang dalam proses pembelajaran akan ditulisi oleh guru mereka. Siswa sudah membawa konsep tertentu yang mereka kembangkan lewat pengalaman hidup mereka sebelum mengikuti proses pembelajaran formal di sekolah (2005: 2-3).

Begitu juga dalam pembelajaran fisika, siswa sudah memiliki pengalaman sehari-hari yang berhubungan dengan konsep fisika. Menurut Van den Berg, semua siswa sudah berpengalaman tentang gerak, gaya, benda yang jatuh bebas, listrik, energi, dan banyak peristiwa fisika yang lain. Dengan pengalaman itu sudah terbentuk intuisi dan teori siswa mengenai peristiwa-peristiwa fisika dalam lingkungan sehari-hari manusia (1991: 1).

(16)

pada peristiwa terbitnya matahari di sebelah timur dan tenggelam di sebelah barat. Peristiwa ini menjadi sesuatu yang melekat dalam pikiran siswa karena kejadian tersebut nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Konsep ini dibawa pada saat pembelajaran fisika di kelas. Setelah guru menjelaskan konsep yang benar bahwa bumi yang mengelilingi matahari, siswa akan sulit mengubah konsep yang dibawanya. Siswa lebih cenderung untuk meyakini konsep yang dibawanya karena benar-benar terjadi dalam kehidupan siswa sehari-hari. Hal ini terjadi karena guru tidak mengetahui konsepsi awal yang ada pada diri siswa. Guru hanya memberikan dan menjelaskan suatu konsep tanpa memikirkan konsep yang dimiliki siswanya.

Konsepsi awal yang dimiliki siswa pada contoh di atas, yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah sering disebut miskonsepsi atau salah konsep. Oleh karena konsepsi awal siswa tersebut diperoleh dan dialami langsung dalam kehidupan sehari-hari, akibatnya miskonsepsi siswa tersebut sulit diubah ataupun dihilangkan. Salah konsep tersebut akan bertahan lama pada diri siswa. Menurut Suparno, beberapa anak menggunakan konsep ganda, yaitu konsep ilmiah untuk digunakan di sekolah dan konsep sehari-hari untuk digunakan di masyarakat. Bila anak ditanya guru di sekolah, dia menjawab bumi mengelilingi matahari; bila di rumah dan bicara dengan tetangga di lingkungannya dia tetap menjelaskan bahwa matahari mengelilingi bumi (2005: 3-4).

(17)

pelurusan konsepsi awal siswa yang kurang sesuai menjadi masalah serius bagi guru untuk mencari jalan keluar supaya konsepsi awal siswa sesuai dengan konsep ilmiah. Guru harus dapat memilih metode pembelajaran yang tepat agar pembelajaran dapat terlaksana sesuai tujuan yang diharapkan, yaitu meluruskan konsepsi awal siswa yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Berdasarkan teori, penerapan metode problem solving dalam pembelajaran dapat mengurangi miskonsepsi siswa. Oleh karena itu, metode problem solving dipilih sebagai metode pembelajaran dalam upaya mengurangi miskonsepsi yang dialami siswa menjadi konsep yang sesuai dengan konsep ilmiah.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan di atas, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah konsepsi awal siswa SMPN 3 Negara Batin sehubungan dengan konsep gaya?

2. Miskonsepsi-miskonsepsi apakah yang terdapat pada siswa SMPN 3 Negara Batin sehubungan dengan konsep gaya?

(18)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Konsepsi awal siswa SMPN 3 Negara Batin sehubungan dengan konsep gaya.

2. Miskonsepsi-miskonsepsi yang terdapat pada siswa SMPN 3 Negara Batin sehubungan dengan konsep gaya.

3. Perbedaan penurunan miskonsepsi siswa SMPN 3 Negara Batin yang mengikuti pembelajaran dengan metode problem solving dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode ceramah.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi: 1. Guru

Berdasarkan miskonsepsi-miskonsepsi yang dialami siswa, guru fisika dapat menyiapkan metode pembelajaran yang tepat untuk mengubah atau mengurangi miskonsepsi tersebut menuju konsep ilmiah, sehingga pembelajaran berjalan sesuai tujuan yang diharapkan. Metode problem solving yang diterapkan dalam penelitian dapat menambah wawasan guru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat.

2. Siswa

(19)
(20)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Metode Problem Solving dalam Pembelajaran Fisika

Metode problem solving adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah. Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir (Pepkin, 2004:1, dalam Nuriana, 2007).

(21)

Suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan dengan suatu prosedur rutin yang sudah diketahui siswa (Widiharto, 2004:8).

Adapun proses dari metode problem solving, terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut (Pepkin, 2004:2, dalam Nuriana, 2007):

1. Klarifikasi masalah

Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan kepada siswa tentang masalah yang diajukan, agar siswa dapat memahami tentang penyelesaian seperti apa yang diharapkan.

2. Pengungkapan pendapat

Pada tahap ini siswa dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat tentang berbagai macam strategi penyelesaian masalah.

3. Evaluasi dan Pemilihan

Pada tahap evaluasi dan pemilihan ini, setiap kelompok mendiskusikan pendapat-pendapat atau strategi-strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah.

4. Implementasi

Pada tahap ini siswa menentukan strategi mana yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah, kemudian menerapkannya sampai menemukan penyelesaian dari masalah tersebut

(22)

B. Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika

Suparno (2005) menyatakan bahwa bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif atau pandangan yang naif. Novak (1984) mendefinisikan miskonsepsi sebagai suatu interpretasi konsep-konsep dalam suatu pernyataan yang tidak dapat diterima. Brown (1989; 1992) menjelaskan miskonsepsi sebagai suatu pandangan yang naif dan mendefinisikannya sebagai suatu gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang sekarang diterima.

Feldsine (1987), menemukan miskonsepsi sebagai suatu kesalahan dan hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep. Hanya Fowler (1987), menjelaskan dengan lebih rinci arti miskonsepsi. Ia memandang miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hirarkis konsep-konsep yang tidak benar (dalam Suparno, 2005:4-5).

(23)

Clement menyatakan jenis miskonsepsi yang paling banyak terjadi adalah, bukan pengertian yang salah selama proses belajar mengajar, tetapi suatu konsep awal (prakonsepsi) yang dibawa siswa ke kelas formal (Clement, 1987, dalam Suparno, 2005:6-7). Dari sini tampak bahwa pengalaman siswa dengan konsep-konsep itu sebelum pembelajaran formal di kelas, sangat mewarnai miskonsepsi yang dipunyai. Hal ini juga berarti, siswa sebenarnya sejak awal, bahkan sejak kecil, sudah terus mengkontruksi konsep-konsep lewat pengalaman hidup mereka. Semenjak kecil, siswa sudah belajar untuk mengetahui sesuatu, bukan hanya sejak sekolah formal (Suparno, 2005:7).

Dalam menangani miskonsepsi yang dipunyai siswa, kiranya perlu diketahui lebih dahulu konsep-konsep alternatif apa saja yang dipunyai siswa dan dari mana mereka mendapatkannya. Diperlukan cara-cara mengidentifikasi atau mendeteksi salah pengertian tersebut yaitu melalui peta konsep, tes multiple choice dengan reasoning terbuka, tes essai, interview klinis, diskusi kelas, dan praktikum dengan tanya jawab.

1. Peta Konsep (Concept Maps)

(24)

atau tidak. Biasanya miskonsepsi dapat dilihat dalam proposisi yang salah dan tidak adanya hubungan yang lengkap antar konsep (dalam Wilantara, 2005:51).

Pearsal (1996 : 199) menyatakan bahwa dengan peta konsep kita dapat melihat refleksi pengetahuan yang dimiliki siswa. Dengan mencermati kompleksitas peta konsep tersebut kita dapat mendeteksi konsep-konsep mana yang kurang tepat dan sekaligus perubahan konsepnya. Untuk lebih melihat latar belakang susunan peta konsep tersebut ada baiknya peta konsep itu digabung dengan interview klinis. Dalam interview itu siswa diminta mengungkapkan lebih mendalam gagasan-gagasannya (dalam Wilantara, 2005:51).

2. Tes Multiple Choice dengan Reasoning Terbuka

(25)

3. Tes Esai Tertulis

Guru dapat mempersiapkan suatu tes esai yang memuat beberapa konsep fisika yang memang mau diajarkan atau yang sudah diajarkan. Dari tes tersebut dapat diketahui salah pengertian yang dibawa siswa dan salah pengertian dalam bidang apa. Setelah ditemukan salah pengertiannya, beberapa siswa dapat diwawancarai untuk lebih mendalami mengapa mereka punya gagasan seperti itu. Dari wawancara itulah akan kentara dari mana salah pengertian itu dibawa (Suparno, 2005:126).

4. Interview

Menurut Suharsimi Arikunto, interview yang juga disebut dengan wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Secara fisik interview dapat dibedakan atas interview terstruktur dan interview tidak terstruktur.

Ditinjau dari pelaksanaannya, interview dibedakan atas:

a. Interview bebas, dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan.

b. Interview terpimpin, yaitu interview yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci.

c. Interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin (2006:155-156).

(26)

Kemudian, siswa diajak untuk mengekspresikan gagasan mereka mengenai konsep-konsep di atas. Dari sini dapat dimengerti latar belakang munculnya miskonsepsi yang ada dan sekaligus ditanyakan dari mana mereka memperoleh miskonsepsi tersebut (Wilantara, 2005:52).

5. Diskusi dalam Kelas

Dalam kelas siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan mereka tentang konsep yang sudah diajarkan atau yang mau diajarkan. Dari diskusi di kelas itu dapat dideteksi apakah gagasan/ide mereka tepat atau tidak (Harlen, 1992:176, dalam Wilantara, 2005:52). Dari diskusi tersebut, guru atau seorang peneliti dapat mengerti konsep-konsep alternatif yang dipunyai siswa. Cara ini lebih cocok digunakan pada kelas yang besar dan juga sebagai penjajakan awal (Suparno, 2005:127-128).

6. Praktikum dengan Tanya Jawab

Praktikum yang disertai dengan tanya jawab antara guru dengan siswa yang melakukan praktikum juga dapat digunakan untuk mendeteksi apakah siswa mempunyai miskonsepsi tentang konsep pada praktikum itu atau tidak. Selama praktikum, guru selalu bertanya bagaimana konsep siswa dan bagaimana siswa menjelaskan persoalan dalam praktikum tersebut (Suparno, 2005:128).

(27)

Banyak siswa bingung dengan konsep dari gaya, massa dan berat. Dalam fisika, berat (G) adalah suatu gaya (F) dan punya unit newton; sedangkan massa (m) punya satuan kilogram, dan ini bukan gaya. Namun, banyak siswa menuliskan bahwa berat adalah suatu massa dan punya satuan kilogram (Wilantara, 2005:54).

Beberapa siswa menghubungkan gaya dengan suatu aksi dan gerak. Maka mereka menangkap bahwa jika tidak ada suatu gaya, tidak akan ada suatu gerakan. Akibatnya, mereka berpikir bahwa bila tidak ada gerak sama sekali, juga tidak ada gaya. Misalnya, jika seorang mendorong suatu kereta dan kereta itu bergerak, siswa mengatakan ada suatu gaya bekerja pada kereta itu. Namun, bila kereta itu tidak bergerak, mereka mengatakan bahwa tidak ada gaya pada kereta tersebut, meski orang itu mendorong kereta dengan energi yang besar. Dalam fisika, meski kereta tidak bergerak, tetap ada gaya yang bekerja padanya (Suparno, 2006:42).

Banyak siswa berpikir, gaya aksi dan reaksi dalam hukum III Newton bekerja pada titik yang sama dari obyek yang sama (lihat gambar 2.1).

Benda A

meja

Gambar 2.1. Siswa beraggapan bahwa gaya ke atas oleh meja dan gaya ke

bawah oleh benda A bekerja pada satu titik

(28)

obyek yang berbeda. Bila kedua gaya aksi reaksi itu bekerja pada titik yang sama, maka sama saja tidak ada gaya apapun, karena mereka bekerja pada satu titik yang sama, dengan besaran yang sama dan arah terbalik, sehingga saling melenyapkan.

Beberapa siswa memahami bahwa benda yang diam di atas meja, tidak mempunyai gaya yang bekerja pada benda tersebut. Alasannya karena benda itu diam saja di atas meja. Padahal menurut fisika, benda itu mempunyai gaya yang bekerja pada meja. Benda itu tetap diam karena sebagai reaksinya, meja melakukan gaya reaksi terhadap benda tersebut yang besarnya sama tetapi berlawanan arah (Suparno, 2005:16).

(29)

C. Cara Mengurangi Miskonsepsi

Secara garis besar langkah yang digunakan untuk membantu mengatasi miskonsepsi yaitu mencari atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa, mencoba menemukan penyebab miskonsepsi tersebut, mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasinya (Suparno, 2005).

1. Mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa

Secara umum kiat yang tepat untuk membantu siswa mengatasi miskonsepsi adalah mencari atau mengungkap bentuk kesalahan atau miskonsepsi yang dimiliki siswa. Tanpa mengetahui kesalahan atau miskonsepsi yang dilakukan siswa, kiat kita akan sia-sia. Cara mengungkap miskonsepsi siswa dapat dilakukan melalui peta konsep, tes multiple choice dengan reasoning terbuka, tes esai tertulis, interview klinis, diskusi dalam kelas, dan praktikum dengan tanya jawab.

2. Menemukan penyebab miskonsepsi tersebut

(30)

3. Mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasinya

Langkah terakhir adalah mencari jalan, bagaimana membantu memperbaiki miskonsepsi siswa. Pemilihan langkah terakhir ini sangat dipengaruhi oleh penyebab dan situasi siswa sendiri. Disini peran guru sangat menentukan keberhasilan dalam membantu miskonsepsi siswa, pemilihan metode atau strategi pembenahan yang tepat akan membantu mengatasi miskonsepsi siswa.

D. Konsep Gaya

Gaya didefinisikan sebagai besarnya tarikan atau dorongan yang dilakukan oleh orang atau benda terhadap orang atau benda lain (Kartika Budi, 2000, dalam Kristian Purwo, 2006:11).

Penjelasan mengenai materi gaya di bawah ini semua diambil dari buku Marthen Kanginan tahun 2006 halaman 197-259.

1. Gaya Sentuh dan Gaya Tak Sentuh

(31)

Gaya tak sentuh merupakan gaya yang timbul meskipun kedua benda tidak bersentuhan secara langsung. Contoh gaya tak sentuh, yaitu gaya gravitasi bumi, gaya listrik, gaya tolak menolak antara dua kutub magnet yang sejenis.

Perubahan-perubahan yang ditimbulkan oleh gaya, yaitu: a. Benda diam menjadi bergerak

b. Benda bergerak menjadi diam c. Bentuk dan ukuran benda berubah d. Arah gerak benda berubah

Mengukur Gaya

Gaya diukur dengan menggunakan neraca pegas atau dinamometer. Posisi jarum pada neraca pegas menunjukkan besar gaya. Satuan gaya dalam SI adalah newton (N).

Melukis Penjumlahan dan Selisih Gaya

Gaya merupakan suatu besaran yang memiliki besar/nilai dan arah. Dalam Fisika, besaran yang memiliki besar dan arah disebut besaran vektor. Misalnya sebuah gaya F dilukiskan dengan anak panah OA seperti gambar berikut:

Gambar 2.2. gaya F dilukiskan dengan anak panah OA

Metode Poligon Langkah-langkah:

a. Lukis salah satu gaya (misal F1)

O A

(32)

b. Lukis gaya kedua (misal F2) dengan titik tangkapnya berimpit dengan

ujung vektor pertama

c. Jumlahkan kedua gaya (F1 + F2) dengan menghubungkan titik tangkap

F1 dengan titik ujung F2

F2 F1+F2 F2

F1 F1 F1

Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3

Gambar 2.3. Penjumlahan Gaya

Melukis Selisih Gaya (F1 - F2)

Secara matematis:

F1 - F2 = F1 + (- F2)

(- F2) adalah gaya yang besarnya sama dengan gaya F2 tetapi arahnya

berlawanan. Dengan menggunakan langkah-langkah metode poligon, maka

F1 F1 F2 F1

- F2 F1 - F2 - F2

Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3

Gambar 2.4. Selisih Gaya

2. Resultan Gaya

Jika gaya F1 dan F2 yang bekerja pada suatu benda, maka resultan

gaya R adalah R = F1 + F2. resultan gaya merupakan penjumlahan dari

dua gaya atau lebih.

(33)

a. Searah

Besar resultan gaya R pada gaya-gaya segaris yang searah merupakan penjumlahan besar tiap-tiap gaya secara aljabar biasa.

R = F1 + F2

b. Berlawanan Arah

Besar resultan gaya R pada gaya-gaya segaris dan berlawanan arah mempunyai penjumlahan besar tiap-tiap gaya, dengan catatan gaya yang lebih besar bernilai positif dalam gaya yang lebih kecil harus bernilai negatif.

Contoh: FA = 5 N ke kenan, FB = 2 N ke kiri.

Maka, R = F1 + F2

R = 5 N – 2 N = 3 N ke kanan

Arah resultan gaya R pada penjumlahan gaya-gaya segaris dan berlawanan arah merupakan searah dengan gaya yang terbesar.

Syarat Terjadinya Keseimbangan

Keseimbangan benda adalah keadaan ketika dua gaya yang sama besarnya segaris dan berlawanan arah bekerja pada suatu benda. Keseimbangan terjadi ketika resultan gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol. Benda yang berada dalam keadaan seimbang tidak mengalami perubahan gerak.

Keseimbangan terdiri dari dua macam, yaitu:

(34)

Contoh: Sebuah batu diletakkan di atas meja. Batu tetap diam meskipun ada gaya gravitasi karena ada gaya vertikal (gaya normal) yang dialami batu yang ditimbulkan oleh meja. Gaya vertikal sama besar dengan gaya gravitasi sehingga batu tetap diam (seimbang). b. Keseimbangan dinamis, yaitu keseimbangan gaya-gaya pada benda

yang bergerak lurus beraturan.

Contoh: Pesawat terbang yang bergerak lurus beraturan. Gaya vertikal yaitu gaya angkat pesawat berarah ke atas sama dengan gaya berat pesawat, dan gaya mesin yang seimbang dengan gaya gesekan udara. Oleh karena itu terjadi keseimbangan dinamis.

3. Hukum Newton

a. Hukum I Newton

Tiap benda terus dalam keadaan diam atau terus dalam keadaan gerak teratur dengan kelajuan tetap pada garis lurus, kecuali jika benda itu dipaksa untuk mengubah keadaannya (diam atau bergerak) oleh gaya-gaya yang bekerja padanya.

Hukum I Newton dinyatakan sebagai berikut:

Jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, maka benda

mula-mula diam akan terus diam, sedangkan jika benda mula-mula bergerak akan terus bergerak dengan kecepatan tetap (inersia atau kelembaman).

Secara matematis Hukum I Newton dirumuskan:

(35)

b. Hukum II Newton

Hukum II Newton membahas benda yang resultan gayanya tidak sama dengan nol, kecuali tidak tetap, terdapat percepatan. Percepatan berbanding lurus dengan resultan gaya yang bekerja pada benda, percepatan berbanding terbalik dengan massa benda.

Hukum II Newton berbunyi:

Percepatan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada suatu benda berbanding lurus dengan resultan gaya, searah dengan

resultan gaya, dan berbanding terbalik dengan massa benda. Secara matematis Hukum II Newton dirumuskan:

m F

a=

atau

F =ma

Contoh:

Sebuah mobil balap mampu menghasilkan gaya 10.000 N. Berapa percepatan mobil balap jika massa mobil 1.500 kg dan total gesekan permukaan jalan dan gesekan angin adalah 1.000 N?

Jawab:

Resultan gaya yang bekerja:

N N

N

F =10000 −1000 =9000

(36)

Percepatan mobil:

m F

a=

= 6

1500 9000 =

Kg N

m/s2

c. Hukum III Newton

Gaya terjadi sedikitnya ada dua benda yang berinteraksi. Pada interaksi ini gaya-gaya selalu berpasangan. Jika A mengerjakan gaya pada B, maka B akan mengerjakan gaya pada A. Gaya pertama disebut aksi dan gaya kedua disebut reaksi. Besar aksi sama dengan besar reaksi tetapi arah kedua gaya berlawanan.

Oleh karena itu, Hukum III Newton berbunyi:

Jika A mengerjakan gaya pada B, maka B akan mengerjakan gaya

pada A, yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan. Secara matematis Hukum III Newton dirumuskan:

aksi = - reaksi

Aksi dan reaksi tidak saling meniadakan karena bekerja pada dua benda yang berbeda, sehingga tidak terjadi keseimbangan.

4. Gaya Gesekan

Gaya gesekan merupakan gaya yang terjadi ketika dua benda bersentuhan dan arahnya selalu berlawanan dengan kecenderungan gerak benda. Gaya gesekan bekerja ketika benda bergerak di udara, air, dan benda padat.

(37)

bergerak disebut gaya gesekan kinetik (fk). Gaya gesekan kinetik besarnya tetap, dan selalu lebih kecil dari gaya gesekan statis maksimum (fk<fsm). Hal-hal yang mempengaruhi gaya gesekan:

a. Kekasaran permukaan kedua benda

Makin kasar permukaan, makin besar gaya geseknya. Sebaliknya, makin halus permukaan, makin kecil gaya geseknya.

b. Benda beroda

Besar gaya gesekan pada benda beroda jauh lebih kecil daripada besar gaya gesekan pada benda tak beroda.

c. Luas bidang sentuh

Luas bidang sentuh mempengaruhi besar gaya gesekan hanya pada saat benda bersentuhan dengan udara. Makin besar luas bidang sentuh, makin besar gaya gesekan udara.

Gaya gesekan ada yang menguntungkan dan yang merugikan. Contoh gaya gesekan yang menguntungkan:

a. Gesekan menyebabkan kita dapat berjalan di atas tanah b. Gesekan pada ban mobil, menyebabkan mobil dapat berjalan c. Gesekan pada piringan rem

d. Gesekan udara memperlambat laju penerjun payung Contoh gaya gesekan yang merugikan:

a. Gesekan yang menyebabkan keausan pada mesin-mesin dan kopling b. Gesekan udara pada mobil menyebabkan mobil tidak dapat bergerak

(38)

c. Gesekan air laut yang memperlambat gerak kapal laut 5. Gaya Berat

Perbedaan Massa dan Berat

Massa adalah ukuran banyaknya materi yang dikandung oleh suatu benda. Massa benda selalu tetap. Massa hanya memiliki besar, tidak mempunyai arah. Dalam fisika besaran yang hanya mempunyai besar dinamakan besaran skalar. Berat adalah gaya gravitasi bumi yang bekerja pada suatu benda. Karena percepatan gravitasi di mana benda berada berbeda-beda, maka berat benda berbeda-beda. Selain mempunyai besar, berat juga mempunyai arah sehingga berat termasuk besaran vektor.

Oleh karena itu, perbedaan massa dan berat suatu benda dinyatakan sebagai berikut:

Massa benda di mana saja di alam semesta ini adalah tetap,

sedangkan berat benda di alam semesta ini berbeda-beda, bergantung percepatan gravitasi di mana benda berada.

Hubungan Massa dan Berat

Berat benda (w) adalah berbanding lurus dengan massa benda (m). Secara matematis dapat dirumuskan:

w = mg

di mana g = percepatan gravitasi (9,8 m/s2)

(39)

besarnya sama dengan gaya berat benda yang arahnya ke atas. Gaya tersebut dinamakan gaya normal yang tegak lurus meja (permukaan). Karena besar gaya normal (N) sama dengan gaya berat benda (W) maka resultan gaya menjadi nol, akibatnya benda diam di atas meja.

Jadi, N = w atau N = mg

E. Perumusan Hipotesis

(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian gabungan antara kualitatif dan kuantitatif. Karena tidak dianalisis dengan statistik, tetapi dianalisis dengan membuat koding tentang miskonsepsi-miskonsepsi yang dialami siswa baik sebelum diberi treatmen maupun sesudah diberi treatmen. Termasuk penelitian kuantitatif karena dalam analisis terdapat perhitungan sederhana berupa prosentase konsepsi siswa.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non Random Pre-tes Post-test Control Group. Dalam rancangan ini, pengambilan

(41)

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Pre Tes Treatment Post Tes

Eksperimen T1 X T2

Kontrol T1 0 T2

Keterangan : X = model belajar problem solving 0= model belajar ceramah

C. Populasi dan Sampling

Populasi target penelitian ini adalah seluruh siswa SLTP Negeri 3 Negara Batin dan populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa kelas VIII yang ada di SLTP Negeri 3 Negara Batin tahun ajaran 2008/2009. Teknik Sampling yang digunakan adalah Cluster Random Sampling. Cluster Random Sampling adalah teknik memilih sebuah sampel dari kelompok-kelompok unit yang kecil. Populasi dari cluster merupakan subpopulasi dari total populasi. Pengelompokan secara cluster menghasilkan unit elementer yang heterogen seperti halnya populasi sendiri (Nazir, 1988:366, dalam Wilantara, 2005:65).

(42)

D. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada awal tahun ajaran baru yaitu bulan Juli sampai Agustus Tahun Ajaran 2008/2009. Tempat penelitian dilakukan di SMP N 3 Negara Batin Lampung.

E. Variabel Penelitian

Penelitian ini melibatkan beberapa variabel yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah miskonsepsi siswa 2. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model belajar problem solving yang dikenakan pada kelompok eksperimen, sedangkan kelompok kontrol menggunakan model belajar ceramah

F. Treatmen

(43)

dengan menggunakan dua metode, yaitu metode problem solving pada kelas eksperimen dan metode ceramah pada kelas kontrol.

Pada kelas eksperimen digunakan model pembelajaran menggunakan metode problem solving. Metode problem solving yang diterapkan pada kelas eksperimen tersebut dirancang sebagai berikut:

1. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil. Tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa.

2. Tiap kelompok diberi pertanyaan yang merupakan masalah yang akan didiskusikan oleh kelompok tersebut. Masalah yang diberikan untuk tiap kelompok berbeda, tetapi ada dua kelompok yang masalahnya sama misal kelompok 1 dan kelompok 2 diberi masalah yang sama. Kelompok 3 dan 4 memecahkan masalah yang sama, dan seterusnya.

3. Semua kelompok diberikan penjelasan bagaiman cara-cara menyelesaikan masalah yang diberikan. Dan juga diberi lembaran kertas untuk menuliskan hasil pemecahan masalah yang diperoleh dalam kelompok tersebut.

4. Tiap kelompok diberi kesempatan untuk menjelaskan hasil pemecahan masalah yang telah mereka dapatkan

5. Kelompok lain dipersilahkan untuk bertanya atau menaggapi hasil pemecahan kelompok yang sedang mempresentasikan hasil pemecahannya.

(44)

Pada kelas kontrol digunakan model pembelajaran menggunakan metode ceramah. Metode pembelajaran ceramah sudah menjadi hal yang umum dalam sebuah kegiatan belajar mengajar. Seperti yang sudah diketahui, metode ceramah hanya guru yang aktif menanamkan konsep kepada siswa. Siswa hanya sebagai pendengar saat di dalam kelas. Guru menjelaskan semua materi kepada siswa, setelah itu latihan soal.

Dalam penggunaan kedua metode pada kedua kelas tersebut digunakan satuan pelajaran yang mengacu pada Kurikulum Berbasis Kompetensi mata pelajaran fisika tahun 2004 yang meliputi pokok bahasan gaya. Satuan pelajaran untuk pokok bahasan tekanan ini disajikan dengan alokasi waktu (12 jam pelajaran). Sistematika satuan pelajaran ini meliputi: 1) kompetensi dasar; 2) indikator pencapaian hasil belajar; 3) materi pokok; 4) proses pembelajaran yang meliputi pendekatan, metode, dan langkah langkah pembelajaran; (5) alat dan sumber belajar; (6) evaluasi.

G. Instrumen

Dalam penelitian ini digunakan dua macam instrumen yang meliputi:

1. Tes Pilihan Ganda

(45)

Tes ini digunakan sebagai tes awal untuk melihat prior knowledge siswa dan tes akhir untuk mengetahui perbedaan miskonsepsi kelas kontrol dan eksperimen. Melalui alat ini diharapkan dapat mengungkapkan data miskonsepsi siswa terhadap konsep-konsep fisika untuk pokok bahasan gaya. Ranah kognitif yang diukur mengikuti taksonomi Bloom yang meliputi ingatan (c1), pemahaman (c2) dan aplikasi (c3) (Wilantara, 2005:73).

Berikut merupakan tabel kisi-kisi soal pilihan ganda yang menggambarkan hubungan variabel yang akan diukur, yaitu konsep gaya dengan distribusi soal dan jumlah soal dalam instrumen.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Pilihan Ganda

DIMENSI

Siswa diharapkan mampu:

1. Membedakan gaya sentuh

dan gaya tak sentuh

2. Mengukur gaya suatu

benda

3. Melukiskan penjumlahan

gaya dan selisih gaya-gaya

segaris baik yang searah

maupun berlawanan

Siswa diharapkan mampu:

1. Menghitung resultan gaya

segaris yang searah dan

berlawanan arah

2. Mengidentifikasi syarat

(46)

DIMENSI

Siswa diharapkan mampu:

1. Mendemonstrasikan

hukum I Newton dan

penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari.

2. Mendemonstrasikan

hukum II Newton dan

penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari.

3. Mendemonstrasikan

hukum III Newton dan

Siswa diharapkan mampu:

1. Membedakan besar gaya

gesekan pada berbagai

permukaan yang berbeda

kekasarannya yaitu pada

permukaan benda yang

licin, agak kasar, dan

kasar.

2. Menunjukkan beberapa

contoh adanya gaya

gesekan yang

menguntungkan dan gaya

gesekan yang merugikan. 1

Siswa diharapkan mampu:

Membandingkan berat dan

massa suatu benda.

2 1 3 28,29 30

(47)

Berikut diberikan contoh soal yang akan digunakan sebagai instrumen penelitian.

1. Pada saat seseorang sedang menarik benda atau mengangkat benda dengan menggunakan otot tangan, orang tersebut memberikan gaya otot pada benda. Gaya otot yang diberikan termasuk……

A. Gaya sentuh, karena titik kerja gaya otot langsung bersentuhan dengan benda

B. Gaya tak sentuh, karena terdapat gaya berat Bumi yang besarnya sama dengan gaya otot orang tersebut, sehingga termasuk gaya tak sentuh

C. Gaya gesekan, karena gaya otot bersentuhan langsung dengan benda dan menimbulkan gaya gesekan, sehingga termasuk gaya gesekan

D. Gaya normal, karena benda mula-mula berada pada permukaan bidang sehingga gaya otot termasuk gaya normal

E... ... 2. Dua buah benda A dan benda B yang tidak identik. Benda A lebih besar daripada benda B seperti gambar di bawah. Seseorang akan

memindahkan kedua benda tersebut, sehingga orang tersebut akan mengeluarkan gaya untuk memindahkannya. Bagaimana besar gaya yang harus orang tersebut kerjakan?

(48)

A. Gaya pada benda A lebih besar daripada gaya pada benda B, karena benda A lebih besar dari benda B dan gaya sebanding dengan besar benda, sehingga gaya pada benda A lebih besar dari benda B

B. Gaya pada benda A lebih kecil daripada gaya pada benda B, karena benda A lebih besar dari benda B dan gaya berbanding terbalik dengan besar benda, sehingga gaya pada benda A lebih kecil dari benda B

C. Tidak dapat dipastikan, masih bergantung pada massa benda dan percepatan gravitasi Bumi, benda yang besar belum tentu massanya besar. Gaya sebanding dengan massa benda dan percepatan gravitasi Bumi

D. Gaya pada benda A sama dengan gaya pada benda B, karena gaya tidak dipengaruhi oleh besar benda sehingga gaya pada benda A sama dengan gaya pada benda B

E... ...

2. Pedoman interview

(49)

terstruktur yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan (2006:227).

Pedoman interview ini dilaksanakan setelah diadakan pre tes tetapi sebelum pembelajaran dilaksanakan. Sehingga pedoman interview yang digunakan belum disusun sekarang. Pedoman interview akan disusun setelah dilaksanakan pre tes dan diketahui berapa siswa yang mempunyai miskonsepsi paling banyak dan jenis miskonsepsi yang dialami siswa tersebut. Setelah hal itu diketahui, maka disusun garis besar pedoman interview yang akan digunakan untuk mewawancarai beberapa siswa tersebut.

Berikut contoh garis besar pedoman interview yang akan digunakan (selengkapnya terdapat pada lampiran).

1. Apakah gaya otot termasuk gaya normal? Mengapa? 2. Lihat gambar berikut!

Menurutmu gaya yang dibutuhkan untuk memindahkan kedua benda sama atau berbeda? Jika berbeda besar mana, benda A atau benda B? Mengapa?

3. Apakah benda yang lebih besar membutuhkan gaya yang lebih besar daripada benda yang kecil? Sebutkan alasan anda!

4. Jika terdapat 2 gaya seperti berikut, bagaimana melukiskan penjumlahannya? F1 F2

(50)

5. Menurut Anda bagaimana menjumlahkan dua buah gaya?

Langkah-langkah dalam pelaksanaan interview ini dengan memanggil beberapa siswa pada kelas eksperimen yang mempunyai miskonsepsi paling banyak untuk diwawancarai secara mendalam berkaitan dengan pengetahuan awal yang telah dimilikinya. Pelaksanaan interview ini tidak dilaksanakan di kelas tetapi menggunakan ruangan khusus agar siswa memberikan jawaban secara lugas dan terbuka. Selanjutnya hasil ini digunakan untuk merancang program pembelajaran.

H. Validitas Instrumen

Kualitas instrumen ditunjukkan oleh kesahihan dan keterandalannya dalam mengungkapkan apa yang akan diukur. Suatu alat ukur disebut memiliki validitas bilamana alat ukur tersebut isinya layak mengukur obyek yang seharusnya diukur dan sesuai dengan kriteria tertentu (Chabib Thoha, 1990:109-110).

Untuk menjamin validitas instrumen dilakukan dengan menyusun kisi soal seperti yang terdapat tabel 3.2 pada poin instrumen di atas dan kisi-kisi umum seperti pada tabel 3.3 di bawah, sehingga akan tersusun secara valid. Menurut Suharsimi Arikunto, kisi-kisi adalah sebuah tabel yang menunjukkan hubungan antara hal yang disebutkan dalam baris dan hal-hal yang disebutkan dalam kolom.

(51)

1. Kisi-kisi umum adalah kisi-kisi yang dibuat untuk menggambarkan semua variabel yang akan diukur, dilengkapi dengan semua kemungkinan sumber data, semua metode, dan instrumen yang dipakai.

2. Kisi-kisi khusus, yaitu kisi-kisi yang dibuat untuk menggambarkan rancangan butir-butir yang akan disusun untuk sebuah instrumen (2006:162-163)

Berikut merupakan tabel yang berisikan kisi-kisi umum yang menggambarkan semua variabel yang diukur.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Variabel yang diukur

Variabel

penelitian Sumber Data Metode Instrumen

Miskonsepsi Siswa

- Siswa yang mengalami - Hasil tes

- Hasil wawancara

- Tes

- Wawancara

- Soal tes - Pedoman

Wawancara

(52)

apakah siswa mengalami miskonsepsi pada konsep gaya, bukan karena siswa tidak mengetahui maksud soal sehingga terjadi miskonsepsi.

Hasil dari uji coba ini yaitu terdapat beberapa pengubahan soal yang dianggap siswa tidak jelas. Pengubahan soal yang dilakukan tidak mengubah seluruh maksud soal tetapi memperjelas maksud soal dengan menambahkan beberapa gambar yang membantu siswa memahami soal yang ditanyakan.

I. Metode Analisis Data

Data tentang prior knowledge dan miskonsepsi yang muncul pada diri siswa dan perubahannya setelah diberikan pembelajaran dideskripsikan secara naratif dan dianalisis secara deskriptif dengan prosentase.

Hipotesis penelitian yang diajukan dianalisis secara kualitatif yaitu membuat koding yang menyatakan miskonsepsi-miskonsepsi yang dialami siswa dari hasil pre tes, post tes, dan hasil wawancara dari kedua metode pembelajaran yang diterapkan, yaitu metode problem solving pada kelas eksperimen dan metode ceramah pada kelas kontrol.

(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Pengetahuan Awal dan Miskonsepsi Siswa dengan Interview

Berdasarkan interview diperoleh konsepsi awal siswa mengenai konsep gaya. Konsepsi awal siswa tersebut diklasifikasikan berdasarkan sub materi pada konsep gaya, yaitu:

a. Membedakan gaya sentuh dan gaya tak sentuh.

Semua setuju bahwa gaya otot merupakan gaya yang berasal langsung dari otot. Tiga dari lima siswa mempunyai konsepsi bahwa gaya otot termasuk gaya sentuh (konsep ilmiah). Dan dua siswa memandang gaya otot merupakan gaya normal karena benda mula-mula berada pada permukaan bidang sehingga gaya otot termasuk gaya normal (miskonsepsi)

b. Mengukur gaya suatu benda

Semua siswa beranggapan bahwa gaya yang dibutuhkan untuk memindahkan kedua benda di atas berbeda, lebih besar pada benda A, karena benda yang besar memiliki berat yang besar sehingga gaya yang dibutuhkan juga lebih besar daripada benda B yang lebih kecil (miskonsepsi).

(54)

c. Resultan Gaya

Siswa tidak begitu mengetahui tentang resultan gaya, menurut pandangan mereka resultan gaya merupakan hasil dari gaya-gaya yang bekerja. Siswa beranggapan bahwa resultan gaya merupakan perkalian gaya-gaya yang bekerja (miskonsepsi). Tetapi beberapa siswa beranggapan bahwa resultan gaya merupakan penjumlahan gaya-gaya yang bekerja seperti aljabar biasa (Konsep Ilmiah).

Namun untuk resultan gaya-gaya segaris yang berlawanan arah, konsepsi siswa tetap sama dengan resultan gaya-gaya segaris yang searah, yaitu dijumlahkan secara aljabar biasa (miskonsepsi).

d. Mengidentifikasi syarat terjadinya keseimbangan

Konsepsi siswa terhadap istilah keseimbangan yaitu tetap. Jadi seimbang menurut mereka merupakan keadaan yang tetap. Siswa beranggapan jika dua gaya yang besarnya sama bekerja pada suatu benda selalu terjadi keseimbangan (miskonsepsi).

e. Hukum I Newton 3N

5N 5N

3N

(55)

benda tersebut akan bergerak ke kanan kiri karena gaya horizontal lebih besar dari gaya-gaya vertikal (miskonsepsi)

Seseorang yang mendorong sebuah truk tetapi truk tetap diam

tidak bergerak, apakah terdapat gaya pada persoalan tersebut? Konsepsi siswa pada persoalan ini yaitu tidak ada gaya pada persoalan di atas, karena mobil tetap diam, jika terdapat gaya maka mobil akan bergerak (miskonsepsi).

Konsepsi siswa pada istilah kelembaman yaitu pada saat bus melaju kencang dan terdapat seseorang yang berdiri didalamnya, tiba-tiba direm mendadak, maka orang tersebut akan terdorong ke depan karena terdapat gaya mobil yang menekan seseorang tersebut (miskonsepsi)

f. Hukum II Newton

(56)

tersebut akan menggelinding lebih cepat saat ditendang anak atau

remaja? Siswa beranggapan cepatnya bola menggelinding hanya dipengaruhi oleh posisi menendangnya saja (miskonsepsi).

Siswa beranggapan percepatan hanya dipengaruhi oleh resultan gaya saja, tidak dipengaruhi oleh massa benda (miskonsepsi).

g. Hukum III Newton

Secara umum siswa belum mengerti istilah gaya aksi dan reaksi. Seperti pada anggapan siswa terhadap gambar berikut:

Batu

Meja

Bagaimanakah gaya aksi dan gaya reaksi dari gambar di atas?

Siswa belum mengerti mana yang dinamakan gaya aksi dan gaya reaksi dari gambar di atas. Tetapi mereka tahu bahwa gaya F1dan F2

pada gambar di atas merupakan pasangan gaya aksi dan reaksi. Siswa mengangap besar gaya aksi dan gaya reaksi sama, karena nampak pada besarnya gambar anak panah F1 dan F2 di atas (konsep ilmiah).

Siswa beranggapan bahwa titik tangkap gaya aksi dan gaya reaksi pada gambar di atas berada pada satu titik tangkap, yaitu di tengah-tengah antara batu dan meja (miskonsepsi). Dari gambar di atas, konsepsi siswa tentang gaya aksi reaksi yaitu, gaya aksi dan gaya reaksi saling meniadakan karena besar kedua gaya sama dan arahnya berlawanan (miskonsepsi).

F1

(57)

h. Gaya Gesekan

Konsepsi siswa terhadap gaya gesekan nampak pada persoalan berikut:

Bola yang ditendang akan menggelinding dan akhirnya berhenti.

Siswa beranggapan bahwa bola berhenti karena terdapat gesekan antara bola dengan tanah (konsep ilmiah). Hal-hal yang mempengaruhi gaya gesekan menurut siswa hanya kekasaran permukaan saja (miskonsepsi).

i. Gaya Berat

Konsepsi siswa terhadap gaya berat nampak pada persoalan berikut:

Seorang ibu menimbang beras untuk dijual. Pada timbangan terbaca nilai 25 kg. Nilai 25 kg yang terbaca pada skala timbangan tersebut merupakan nilai dari besaran massa atau berat? Semua siswa yang

diinterview menjawab bahwa nilai yang terbaca pada skala timbangan merupakan besaran berat, karena orang menimbang berarti mengukur berat suatu benda (miskonsepsi).

(58)

2. Pengetahuan Awal dan Miskonsepsi Siswa dengan Tes

Hasil analisis data tentang konsepsi siswa yang dikumpulkan melalui tes awal (pre tes) dan tes akhir (post tes) yang berkaitan dengan konsep gaya disajikan pada tabel yang terdapat pada lampiran 7.

Berikut ditampilkan beberapa hasil analisis data dari table 4.3 yang terdapat pada lampiran.

Tabel 4.1 Hasil Analisis Konsepsi Siswa

Tentang Konsep Gaya 1. Pada saat seseorang sedang menarik benda atau mengangkat

benda dengan menggunakan otot tangan, orang tersebut memberikan gaya otot pada benda. Gaya otot yang diberikan termasuk……

A. Gaya sentuh, karena titik kerja gaya otot langsung bersentuhan dengan benda (konsep ilmiah)

B. Gaya tak sentuh, karena terdapat gaya berat Bumi yang besarnya sama dengan gaya otot orang tersebut, sehingga termasuk gaya tak sentuh (miskonsepsi)

C. Gaya gesekan, karena gaya otot bersentuhan langsung dengan benda dan menimbulkan gaya gesekan, sehingga termasuk gaya gesekan (miskonsepsi)

D. Gaya normal, karena benda mula-mula berada pada permukaan bidang sehingga gaya otot termasuk gaya normal (miskonsepsi)

(59)

Prosentase Jawaban A. Gaya pada benda A lebih besar daripada gaya pada

benda B, karena benda A lebih besar dari benda B dan gaya sebanding dengan besar benda, sehingga gaya pada benda A lebih besar dari benda B (miskonsepsi) B. Gaya pada benda A lebih kecil daripada gaya pada

benda B, karena benda A lebih besar dari benda B dan gaya berbanding terbalik dengan besar benda, sehingga gaya pada benda A lebih kecil dari benda B (miskonsepsi)

C. Tidak dapat dipastikan, masih bergantung pada massa benda dan percepatan gravitasi Bumi, benda yang besar belum tentu massanya besar. Gaya sebanding dengan massa benda dan percepatan gravitasi Bumi (konsep ilmiah)

D. Gaya pada benda A sama dengan gaya pada benda B, karena gaya tidak dipengaruhi oleh besar benda sehingga gaya pada benda A sama dengan gaya pada benda B (miskonsepsi)

3. Sebuah mobil-mobilan didorong dengan gaya F1 kekanan, kemudian ditarik oleh gaya F2 seperti gambar di bawah. Bagaimana melukiskan penjumlahan gaya yang sesuai?

(60)

Prosentase Jawaban

5. Budi mendorong mobil-mobilan dengan gaya F, kemudian Rudi ikut mendorong mobil-mobilan tersebut dengan gaya 2 kali lebih besar yaitu 2F. Besar resultan gaya yang diterima mobil-mobilan tersebut…….

A. F, karena resultan gaya yang bekerja harus dilakukan oleh gaya petama yang menyebabkan benda bergerak (miskonsepsi)

B. 2F, karena resultan gaya yang bekerja harus dilakukan oleh gaya kedua yang menyebabkan benda bergerak (miskonsepsi)

C. 2F, karena resultan gaya merupakan perkalian besar gaya pertama dan besar gaya kedua (miskonsepsi) D. 3F, karena resultan gaya merupakan jumlah besar gaya

pertama dan besar gaya kedua (konsep ilmiah)

8,1

Rerata Miskonsepsi 63,3 36,2 64,6 48,6

Rerata Konsep Ilmiah 36,7 63,8 35,4 51,4

Rerata Kenaikan Prosentase Konsep Ilmiah atau

(61)

Dari tabel tersebut dapat dilihat variasi dari konsepsi siswa, miskonsepsi-miskonsepsi yang ada pada diri siswa, prosentase konsepsi ilmiah pada pre tes dan post tes, prosentase miskonsepsi siswa pada pre tes dan post tes, serta perubahan (penurunan atau kenaikan) miskonsepsi siswa setelah proses pembelajaran, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Di samping itu, dari data yang tercantum dalam tabel tersebut juga dapat dilihat miskonsepsi-miskonsepsi yang resisten dalam proses pembelajaran.

3. Miskonsepsi Siswa Tentang Konsep Gaya Sebelum Pembelajaran

Dilakukan

Berdasarkan hasil pre tes pada kedua kelompok sampel dan hasil interview yang dilakukan pada kelompok eksperimen, maka diperoleh data konsepsi awal dan yang dialami siswa pada konsep gaya. Secara umum miskonsepsi yang dialami siswa sebelum pembelajaran dilakukan untuk kedua kelompok sama, miskonsepsi-miskonsepsi ini nampak pada data berikut:

a. Membedakan gaya sentuh dan gaya tak sentuh.

Siswa memandang gaya otot merupakan gaya normal karena benda mula-mula berada pada permukaan bidang sehingga gaya otot termasuk gaya normal (miskonsepsi)

b. Mengukur gaya suatu benda

(62)

Siswa beranggapan bahwa gaya yang dibutuhkan untuk memindahkan kedua benda di atas berbeda, lebih besar pada benda A, karena benda yang besar memiliki berat yang besar sehingga gaya yang dibutuhkan juga lebih besar daripada benda B yang lebih kecil (miskonsepsi).

c. Resultan Gaya

• Siswa tidak begitu mengetahui tentang resultan gaya, menurut pandangan mereka resultan gaya merupakan hasil dari gaya-gaya yang bekerja. Siswa beranggapan bahwa resultan gaya merupakan perkalian gaya-gaya yang bekerja (miskonsepsi).

• Untuk resultan gaya-gaya segaris yang berlawanan arah, konsepsi siswa tetap sama dengan resultan gaya-gaya segaris yang searah, yaitu dijumlahkan secara aljabar biasa (miskonsepsi).

d. Mengidentifikasi syarat terjadinya keseimbangan

Siswa beranggapan jika dua gaya yang besarnya sama bekerja pada suatu benda selalu terjadi keseimbangan tanpa memperhatikan arah gaya-gaya yang bekerja (miskonsepsi).

e. Hukum I Newton 3N

5N 5N

(63)

• Siswa beranggapan benda tersebut akan bergerak ke kanan kiri karena gaya horizontal lebih besar dari gaya-gaya vertikal (miskonsepsi)

• Seseorang yang mendorong sebuah truk tetapi truk tetap diam tidak bergerak, menurut siswa tidak ada gaya pada persoalan di atas, karena mobil tetap diam, jika terdapat gaya maka mobil akan bergerak (miskonsepsi).

• Konsepsi siswa pada istilah kelembaman yaitu pada saat bus melaju kencang dan terdapat seseorang yang berdiri didalamnya, tiba-tiba direm mendadak, maka orang tersebut akan terdorong ke depan karena terdapat gaya mobil yang menekan seseorang tersebut (miskonsepsi)

f. Hukum II Newton

• Miskonsepsi siswa terhadap percepatan yaitu, tidak ada hubungan antara percepatan dan resultan gaya seperti pada persoalan berikut. Sebuah bola sepak akan ditendang secara bergantian oleh seorang anak berumur 10 tahun dan seorang remaja berumur 17 tahun.

(64)

• Siswa beranggapan percepatan hanya dipengaruhi oleh resultan gaya saja, tidak dipengaruhi oleh massa benda (miskonsepsi). g. Hukum III Newton

Secara umum siswa belum mengerti istilah gaya aksi dan reaksi. Seperti pada anggapan siswa terhadap gambar berikut:

Batu

meja

Siswa belum mengerti mana yang dinamakan gaya aksi dan gaya reaksi dari gambar di atas.

• Siswa beranggapan bahwa titik tangkap gaya aksi dan gaya reaksi pada gambar di atas berada pada satu titik tangkap, yaitu di tengah-tengah antara batu dan meja (miskonsepsi).

• Gaya aksi dan gaya reaksi saling meniadakan karena besar kedua gaya sama dan arahnya berlawanan (miskonsepsi).

h. Gaya Gesekan

• Miskonsepsi siswa terhadap gaya gesekan nampak pada persoalan berikut:

Bola yang ditendang akan menggelinding dan akhirnya berhenti.

Hal-hal yang mempengaruhi gaya gesekan menurut siswa hanya kekasaran permukaan saja (miskonsepsi).

F1

(65)

• Siswa beranggapan benda yang bergerak di udara tidak mengalami gaya gesekan (miskonsepsi)

• Siswa beranggapan gaya gesekan kinetis lebih besar daripada gaya gesekan statis, karena gaya gesekan lebih besar saat bekerja pada benda yang bergerak (miskonsepsi).

i. Gaya Berat

Miskonsepsi siswa terhadap gaya berat nampak pada persoalan berikut:

Seorang ibu menimbang beras untuk dijual. Pada timbangan

terbaca nilai 25 kg. Nilai 25 kg yang terbaca pada skala timbangan tersebut merupakan nilai dari besaran massa atau berat? Siswa menjawab bahwa nilai yang terbaca pada skala

timbangan merupakan besaran berat, karena orang menimbang berarti mengukur berat suatu benda (miskonsepsi).

• Siswa juga beranggapan bahwa massa dan berat suatu benda merupakan besaran yang sama, karena massa dan berat sama-sama merupakan hasil dari orang yang menimbang suatu benda (miskonsepsi).

(66)

dingin oleh karena itu, benda mengalami penyusutan sehingga beratnya berbeda (miskonsepsi)

4. Konsepsi Siswa Tentang Konsep Gaya Setelah Pembelajaran

Dilakukan

Setelah mengetahui konsepsi awal dan miskonsepsi-miskonsepsi yang dialami siswa pada kedua kelompok, kemudian diberi treatmen pada kedua kelompok, yaitu pembelajaran dengan metode problem solving untuk kelas eksperimen dan pembelajaran dengan metode ceramah pada kelas kontrol. Setelah diberi treatmen, kepada kedua kelompok diadakan post tes. Hasil post tes dibandingkan dengan hasil pre tes dan interview yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.2. Perbandingan Konsepsi yang dialami Siswa

Konsepsi Siswa Berdasarkan Post Tes Konsepsi siswa Berdasarkan

Pre Tes dan Interview Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

a. Membedakan gaya sentuh dan gaya tak sentuh.

Siswa memandang gaya otot merupakan gaya normal karena benda mula-mula berada pada permukaan bidang sehingga gaya otot termasuk gaya normal (miskonsepsi)

b. Mengukur gaya suatu benda

• Siswa beranggapan

bahwa gaya yang dibutuhkan untuk memindahkan kedua benda

a. Membedakan gaya sentuh dan gaya tak sentuh.

Siswa memandang gaya otot merupakan gaya sentuh karena titik kerja gaya otot langsung bersentuhan dengan benda (konsep ilmiah)

b. Mengukur gaya suatu benda

70% siswa memilih tidak dapat dipastikan, masih bergantung pada massa benda dan percepatan

a. Membedakan gaya sentuh dan gaya tak sentuh.

Siswa memandang gaya otot merupakan gaya sentuh karena titik kerja gaya otot langsung bersentuhan dengan benda (konsep ilmiah)

b. Mengukur gaya suatu benda

41 % siswa memilih tidak dapat dipastikan, masih bergantung pada massa benda dan percepatan

(67)

Konsepsi Siswa Berdasarkan Post Tes Konsepsi siswa Berdasarkan

Pre Tes dan Interview Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

di atas berbeda, lebih besar pada benda A, karena benda yang besar memiliki berat yang besar sehingga gaya yang dibutuhkan juga lebih besar daripada benda B yang lebih kecil

(miskonsepsi).

c. Resultan Gaya

• Umumnya siswa tidak begitu mengetahui tentang resultan gaya, menurut pandangan mereka resultan gaya merupakan hasil dari gaya-gaya yang bekerja.

Beberapa siswa beranggapan bahwa resultan gaya merupakan perkalian gaya-gaya

yang bekerja (miskonsepsi).

Untuk resultan gaya-gaya segaris yang berlawanan arah, konsepsi siswa tetap sama dengan resultan gaya-gaya segaris yang searah, yaitu

• gravitasi Bumi, benda yang besar belum tentu massanya besar. Gaya sebanding dengan massa benda dan percepatan gravitasi Bumi (konsep ilmiah)

Sebagian siswa beranggapan bahwa gaya yang dibutuhkan untuk memindahkan kedua benda di atas berbeda, lebih besar pada benda A, karena benda yang besar memiliki berat yang besar sehingga gaya yang dibutuhkan juga lebih besar daripada benda B yang lebih kecil (miskonsepsi)

c. Resultan Gaya

• Siswa sudah mengetahui tentang resultan gaya, menurut pandangan mereka resultan gaya merupakan penjumlahan dari gaya-gaya yang bekerja (konsep ilmiah).

Beberapa siswa masih beranggapan bahwa resultan gaya merupakan perkalian gaya-gaya yang bekerja

(miskonsepsi).

Untuk resultan gaya-gaya segaris yang berlawanan arah, lebih dari separuh mengatakan selisih gaya-gaya yang bekerja (konsep ilmiah), tetapi

• gravitasi Bumi, benda yang besar belum tentu massanya besar. Gaya sebanding dengan massa benda dan percepatan gravitasi Bumi (konsep ilmiah)

Sebagian siswa beranggapan bahwa gaya yang dibutuhkan untuk memindahkan kedua benda di atas berbeda, lebih besar pada benda A, karena benda yang besar memiliki berat yang besar sehingga gaya yang dibutuhkan juga lebih besar daripada benda B yang lebih kecil (miskonsepsi)

c. Resultan Gaya

• Siswa mulai mengetahui tentang resultan gaya, menurut pandangan mereka resultan gaya merupakan penjumlahan dari gaya-gaya yang bekerja (konsep ilmiah).

Beberapa siswa masih beranggapan bahwa resultan gaya merupakan perkalian gaya-gaya yang bekerja

(miskonsepsi).

(68)

Konsepsi Siswa Berdasarkan Post Tes Konsepsi siswa Berdasarkan

Pre Tes dan Interview Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

dijumlahkan secara aljabar biasa (miskonsepsi).

d. Mengidentifikasi syarat terjadinya keseimbangan

Siswa beranggapan jika dua gaya yang besarnya sama bekerja pada suatu benda selalu terjadi keseimbangan tanpa memperhatikan arah

gaya-gaya yang bekerja (miskonsepsi).

e. Hukum I Newton 3N

5N 5N

3N

• Beberapa siswa

beranggapan benda tersebut akan bergerak ke kanan kiri karena gaya horizontal lebih besar dari gaya-gaya vertikal (miskonsepsi)

beberapa konsepsi siswa tetap sama dengan resultan gaya-gaya segaris yang searah, yaitu dijumlahkan secara aljabar biasa

(miskonsepsi).

d. Mengidentifikasi syarat terjadinya keseimbangan

90 % siswa mengatakan terjadi keseimbangan karena gaya-gaya yang dikerjakan sama besar dan arahnya berlawanan oleh karena itu resultan gaya menjadi nol (konsep ilmiah), sisanya beranggapan jika dua gaya yang besarnya sama bekerja pada suatu benda selalu terjadi keseimbangan tanpa memperhatikan arah gaya-gaya yang bekerja

(miskonsepsi). a. Hukum I Newton

3N

5N 5N

3N

94% siswa beranggapan benda tersebut akan diam karena menurut hukum I Newton balok mendapat gaya-gaya yang seimbang yaitu dari atas dan bawah besarnya sama dan arah berlawanan, dari kiri dan kanan besarnya sama

beberapa konsepsi siswa tetap sama dengan resultan gaya-gaya segaris yang searah, yaitu dijumlahkan secara aljabar biasa (miskonsepsi).

d. Mengidentifikasi syarat terjadinya keseimbangan

70 % siswa mengatakan terjadi keseimbangan karena gaya-gaya yang dikerjakan sama besar dan arahnya berlawanan oleh karena itu resultan gaya menjadi nol (konsep ilmiah), sisanya beranggapan jika dua gaya yang besarnya sama bekerja pada suatu benda selalu terjadi keseimbangan tanpa memperhatikan arah gaya-gaya yang bekerja

(miskonsepsi). e. Hukum I Newton

3N

5N 5N

3N

(69)

Konsepsi Siswa Berdasarkan Post Tes Konsepsi siswa Berdasarkan

Pre Tes dan Interview

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

• Seseorang yang

mendorong sebuah truk tetapi truk tetap diam tidak bergerak, menurut siswa tidak ada gaya pada persoalan di atas, karena mobil tetap diam, jika terdapat gaya maka mobil akan bergerak (miskonsepsi).

• Konsepsi siswa pada istilah kelembaman yaitu pada saat bus melaju kencang dan terdapat seseorang yang berdiri didalamnya, tiba-tiba direm mendadak, maka orang tersebut akan terdorong ke depan karena terdapat gaya mobil yang menekan seseorang tersebut (miskonsepsi)

• dan arah berlawanan sehingga ΣF = 0 (konsep ilmiah)

• Seseorang yang

mendorong sebuah truk tetapi truk tetap diam tidak bergerak, menurut 50% siswa terdapat gaya pada persoalan di atas, karena pada mobil terdapat gaya dorong orang dan gaya gesekan mobil dengan tanah. Karena gaya gesekan ≥ gaya dorong maka mobil diam (konsep ilmiah).

Sebagian lagi siswa beranggapan terdapat gaya tetapi hanya gaya gesekan sehingga mobil tetap diam meskipun ada dorongan (miskonsepsi)

88% konsepsi siswa pada istilah kelembaman yaitu pada saat bus melaju kencang dan terdapat seseorang yang berdiri didalamnya, tiba-tiba direm mendadak, maka orang tersebut akan terdorong ke depan karena orang yang mula-mula bergerak bersama bus akan

• dan arah berlawanan sehingga ΣF = 0 (konsep ilmiah)

• Seseorang yang

mendorong sebuah truk tetapi truk tetap diam tidak bergerak, menurut 47% siswa terdapat gaya pada persoalan di atas, karena pada mobil terdapat gaya dorong orang dan gaya gesekan mobil dengan tanah. Karena gaya gesekan ≥ gaya dorong maka mobil diam (konsep ilmiah).

Sebagian lagi siswa beranggapan terdapat gaya tetapi hanya gaya gesekan sehingga mobil tetap diam meskipun ada dorongan (miskonsepsi)

(70)

Konsepsi Siswa Berdasarkan Post Tes Konsepsi siswa Berdasarkan

Pre Tes dan Interview

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

f. Hukum II Newton

• Konsepsi siswa terhadap percepatan yaitu, tidak ada hubungan antara percepatan dan resultan gaya seperti pada persoalan berikut. Sebuah bola sepak akan

ditendang secara bergantian oleh seorang

anak berumur 10 tahun dan seorang remaja berumur 17 tahun. Bola

tersebut akan menggelinding lebih cepat saat ditendang anak atau remaja? Siswa beranggapan cepatnya bola menggelinding hanya

dipengaruhi oleh posisi menendangnya saja (miskonsepsi).

• Siswa beranggapan

percepatan hanya dipengaruhi oleh resultan gaya saja, tidak

dipengaruhi oleh massa benda (miskonsepsi).

g. Hukum III Newton

Secara umum siswa belum mengerti istilah gaya aksi dan reaksi. Seperti pada anggapan siswa terhadap gambar berikut: resultan gaya. (konsep ilmiah)

44% konsepsi siswa

terhadap percepatan yaitu, tidak ada hubungan antara

percepatan dan resultan gaya seperti pada persoalan berikut. Sebuah bola sepak akan ditendang secara

bergantian oleh seorang anak berumur 10 tahun dan seorang remaja berumur 17 tahun. Bola tersebut akan

menggelinding lebih cepat saat ditendang anak atau remaja? Siswa beranggapan cepatnya bola

menggelinding hanya dipengaruhi oleh posisi menendangnya saja (miskonsepsi).

50% mengatakan percepatan bergantung pada massa benda dan percepatan benda berbanding terbalik dengan massa benda (konsep ilmiah) g. Hukum III Newton

Secara umum siswa mengerti istilah gaya aksi dan reaksi. Seperti pada anggapan siswa terhadap gambar berikut: resultan gaya. (konsep ilmiah)

39% konsepsi siswa

terhadap percepatan yaitu, tidak ada hubungan antara

percepatan dan resultan gaya seperti pada persoalan berikut. Sebuah bola sepak akan ditendang secara

bergantian oleh seorang anak berumur 10 tahun dan seorang remaja berumur 17 tahun. Bola tersebut akan

menggelinding lebih cepat saat ditendang anak atau remaja? Siswa beranggapan cepatnya bola

menggelinding hanya dipengaruhi oleh posisi menendangnya saja (miskonsepsi).

67% mengatakan percepatan bergantung pada massa benda dan percepatan benda berbanding terbalik dengan massa benda (konsep ilmiah) g. Hukum III Newton

Gambar

Tabel  3.1     Desain Penelitian ......................................................................
Gambar  2.1 Siswa beranggapan bahwa gaya ke atas oleh meja dan gaya ke
Gambar 2.1. Siswa beraggapan bahwa gaya ke atas oleh meja dan gaya ke
Gambar 2.2. gaya F dilukiskan dengan anak panah OA
+7

Referensi

Dokumen terkait

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL PURWOCENG ( Pimpinella pruatjan Molk ) TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI

Hasil kajian lepas menyarankan supaya aspek pengurusan sosio-emosi PPB diberi perhatian kerana ketidakselarasan di antara perkembangan kognitif dengan

Observasi daftar ceklis yang digunakan dalam penelitian ini ditujukan untuk memperoleh data atau informasi tentang proses pelaksanaan strategi garden based learning

Yang bertandatangan di bawah ini bersetuju menjadi terikat oleh dan tunduk kepada Syarat-Syarat Kontrak dan Senarai Kuantiti yang terletak harganya dan/atau Spesifikasi

BAB IV penyajian data yang terdiri dari gambaran umum penelitian dan analisis gambaran sosialisasi electronic money yang dilakukan oleh Bank Indonesia kepada masyarakat

Film yang dirilis 15 Agustus 2012 di 8 negara, yakni USA, Hong Kong, Singapore, Taiwan, Jepang, German, Perancis, dan Korea Selatan, serta hak siar yang sudah

AICS - Inventarisasi Bahan Kimia Australia; ASTM - Masyarakat Amerika untuk Pengujian Bahan; bw - Berat badan; CERCLA - Undang-Undang Tanggapan, Kompensasi, dan Tanggung Jawab

Pada evaluasi organoleptik semua sediaan pasta gigi telah dibuat dengan perbandingan konsentrasi basis berbeda yang menunjukkan sebelum dan sesudah penyimpanan