• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "GAMBARAN UMUM TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

74

FORUM MANAJEMEN Vol. 02 No. 2

GAMBARAN UMUM TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN

PEMERINTAH

Oleh : Rela Driteny,SE,MM.

ABSTRAK

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP, diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 60 Tahun 2008 Tanggal 28 Agustus 2008. Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel. Menteri/Pimpinan lembaga, Gubernur, dan Bupati/Walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan.

Kata Kunci: SPIP, Proses, Pimpinan.

I. DEFINISI

Sistem Pengendalian Intern (SPI) dalam PP Nomor 60 Tahun 2008 didefinisikan sebagai berikut :

Sistem Pengendalian Intern adalah

proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan

memadai atas tercapainya tujuan

organisasi melalui kegiatan yang efektif

dan efisien, keandalan pelaporan

keuangan, pengamanan aset negara,

dan ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan

Sedangkan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah didefinisikan sebagai berikut:

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP, adalah

Sistem Pengendalian Intern yang

diselenggarakan secara menyeluruh di

lingkungan pemerintah pusat dan

pemerintah daerah

Untuk memahami definisi di atas sebaiknya dipahami beberapa variabel definisi sebagaimana diuraikan di bawah ini, yaitu:

a. Kriteria Penyelenggaraan SPIP yaitu Proses yang Integral Pada Tindakan dan Kegiatan Pimpinan dan Seluruh Pegawai.

Variabel ini menyatakan bahwa SPIP adalah suatu proses yang dibangun secara “terpasang menjadi satu” (built-in) pada tindakan dan kegiatan pimpinan dan seluruh pegawai. Dengan demikian, untuk membangun SPIP sebaiknya difahami berbagai proses manajemen penyelenggaraan

pemerintahan pada berbagai

tingkatan manajemen dan prioritas pengendaliannya.

Dengan penerapan SPIP pada tindakan dan kegiatan, diharapkan

akan dihasilkan proses

(2)

75

FORUM MANAJEMEN Vol. 02 No. 2

Proses yang Dilakukan Secara Terus Menerus Oleh Pimpinan dan Seluruh Pegawai yang merupakan Kriteria Utama dari Penerapan SPIP.

Penerapan SPIP bukan sekedar formalitas untuk memenuhi suatu ketentuan peraturan perundang-undangan, SPIP harus diterapkan sebagai suatu budaya/kultur pengendalian (control culture) yang menjadi bagian dari budaya kerja organisasi.

b. Kriteria Tujuan Penyelenggaraan Penerapan SPIP yaitu Untuk

Memberikan Keyakinan yang

Memadai Atas Tercapainya Tujuan Organisasi.

Variabel ini menyatakan bahwa penyelenggaraan penerapan SPIP

ditujukan untuk memberikan

keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi.

Dalam definisi pada PP Nomor 60 Tahun 2008, keyakinan memadai tersebut ditunjukkan dengan/melalui:

1. kegiatan yang efektif dan efisien, 2. keandalan pelaporan keuangan, 3. pengamanan aset negara, dan 4. ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan.

Keyakinan memadai menurut sudut pandang akuntansi ditunjukkan dengan SPI yang menghasilkan keempat hal tersebut di atas. Dengan demikian penerapan SPIP ditujukan untuk menghasilkan kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

c. Kriteria Aktor Penerapan yaitu dilaksanakan oleh Pimpinan dan

Seluruh Pegawai dan

Diselenggarakan Secara Menyeluruh di Lingkungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Variabel ini menyatakan bahwa SPIP dilaksanakan oleh pimpinan dan seluruh pegawai secara menyeluruh di lingkungan Pemerinatah Pusat dan

Pemerintah Daerah. Dengan

demikian, mandat pelaksanaan SPIP ini lebih dibebankan pada orang dan/atau jabatan.

II. PENYELENGGARAAN SPIP

Berdasarkan PP Nomor 60 Tahun 2008 maka untuk menyelenggarakan SPIP diperlukan hal-hal sebagai berikut.

a. Pengaturan Penyelenggaraan

Pasal 58 UU No. 1 Tahun 2004

menyatakan “Dalam rangka

meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Presiden selaku Kepala Pemerintahan mengatur dan

menyelenggarakan sistem

pengendalian intern di lingkungan pemerintahan secara menyeluruh.

Sistem pengendalian intern

sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan peraturan pemerintah”.

(3)

76

FORUM MANAJEMEN Vol. 02 No. 2

berpedoman pada PP 60 Tahun 2010.

Berdasarkan pada kedua pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa

mandat instruktif untuk

menyelenggarakan SPIP ada pada para kepala pemerintahan, yaitu

Presiden dengan Peraturan

Pemerintah dan Kepala Daerah

dengan Peraturan

Gubernur/Bupati/Walikota.

b. Pengaturan Penyelenggaraan

Sesuai dengan pasal Pasal 2 angka (1) PP Nomor 60 Tahun 2008 dinyatakan bahwa untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan

akuntabel, menteri/pimpinan

lembaga, gubernur, dan

bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan.

Hal ini senada dengan pasal 6 UU

No.17 Tahun 2010 tentang

pemegang kuasa pengelolaan

keuangan, yaitu Menteri, Pimpinan Lembaga, dan Kepala Daerah. Selanjutnya, untuk mengatur penerapan SPIP diperlukan acuan, pedoman, atau sejenis.

c. Penerapan

Pasal 55 Ayat 4 UU No.1 Tahun 2004 menyatakan bahwa Menteri/pimpinan

lembaga selaku Pengguna

Anggaran/Pengguna Barang

memberikan pernyataan bahwa

pengelolaan APBN telah

diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.

Pasal 56 Ayat 4 UU No.1 Tahun 2004 menyatakan bahwa Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku

Pengguna Anggaran/Pengguna

Barang memberikan pernyataan bahwa pengelolaan APBD telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. Pada beberapa pasal pada PP No 60 Tahun 2008 disebutkan bahwa pimpinan instansi pemerintah mempunyai kewajiban berikut:

1. Menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya (Pasal 4 PP No. 60 tahun 2008).

2. Melakukan penilaian risiko (Pasal 13 PP No. 60 Tahun 2008).

3. Menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah yang bersangkutan (Pasal 18 PP No. Tahun 2008). 4. Mengidentifikasi, mencatat, dan

mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat (Pasal 41 PP No. 60 Tahun 2008).

5. Melakukan pemantauan terhadap Sistem Pengendalian Intern (Pasal 43 PP No. 60 Tahun 2008).

(4)

77

FORUM MANAJEMEN Vol. 02 No. 2

SPIP dilakukan dengan melalui tahapan.

a. Pemahaman (Knowing). b. Pemetaan.(Mapping).

c. Penetapan norma (Norming). d. Pembentukan (Forming). e. Pelaksanaan (Performing). f. Pengembangan (Improving). Berdasarkan ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagai berikut. a. Dalam menerapkan SPIP pada

suatu instansi pemerintah wajib dibangun unsur-unsur SPIP sebagaimana pada pasal 3 PP Nomor 60 Tahun 2008.

b. Pelaksanaan kegiatan

pengendalian dilakukan sesuai dengan kebutuhan sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi (pada tingkat yang optimum dan bukan pada tingkat maksimum).

c. Berdasarkan kegiatan

pengendalian yang disusun terhadap tugas dan fungsi instansi

pemerintah maka pimpinan

instansi pemerintah wajib memberikan pernyataan bahwa

terhadap penyelenggaraan

pengelolaan keuangan telah dilakukan pengendalian intern. d. Untuk menerapkan SPIP harus

melalui proses yang sistematis sesuai dengan tahapannya.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk menerapkan SPIP pada suatu instansi pemerintah diperlukan acuan, pedoman, dan sejenis untuk menerapkan instrumen-instrumen pengendalian termasuk pemeliharaan lingkungan pengendalian.

d. Penguatan Efektivitas Penyelenggaraan SPIP

Pada pasal 43 PP No. 60 Tahun

2008 dinyatakan bahwa

“Menteri/pimpinan lembaga,

gubernur, dan bupati/walikota bertanggung jawab atas efektivitas

penyelenggaraan Sistem

Pengendalian Intern di lingkungan masing-masing”.

III. UNSUR-UNSUR SPIP

Dalam pasal 3 Peraturan

Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 , SPIP memiliki 5 (lima) unsur penting sebagai berikut:

1. Lingkungan Pengendalian. 2. Penilaian Risiko.

3. Kegiatan Pengendalian. 4. Komunikasi dan Informasi. 5. Pemantauan.

Penjelasan mengenai 5 unsur pengendalian adalah sebagai berikut: ad1. Lingkungan pengendalian

sebagaimana dimaksud diciptakan oleh pimpinan instansi pemerintah yang merupakan dasar fondasi SPIP melalui:

1) Penegakan integritas dan nilai etika. yang intinya kejujuran atas tindakan dan ucapan yang merupakan cerminan dari nilai etika dasar, menurut Josepfson Institute

2) Komitmen terhadap kompetensi, agar tidak tergantung satu orang.

3) Kepemimpinan yang kondusif.

4) Pembentukan struktur

(5)

78

FORUM MANAJEMEN Vol. 02 No. 2

5) Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat. 6) Penyusunan dan penerapan

kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia.

7) Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif.

8) Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait.

ad 2. Penilaian risiko menurut pasal 13 ayat 2 PP Nomor 60 Tahun 2008, terdiri dari :

1) Identifikasi risiko dan 2) Analisis risiko

Penilaian risiko dilakukan terhadap tujuan-tujuan yang ditetapkan pada instansi pemerintah hingga tujuan suatu kegiatan berkaitan dengan proses pengelolaan keuangan oleh instansi pemerintah.

Hal tersebut dilakukan karena

risiko merupakan sesuatu yang ada unsur ketidakpastian dan tidak pasti kapan akan terjadi.

ad.3. Kegiatan Pengendalian.

Penerapan kegiatan pengendalian menurut pasal 16 ayat 2 PP Nomor

60 Tahun 2008,

sekurang-kurangnya memiliki karakteristik sebagai berikut :

1) Kegiatan pengendalian

diutamakan pada kegiatan pokok Instansi Pemerintah; 2) kegiatan pengendalian harus

dikaitkan dengan proses penilaian risiko;

3) kegiatan pengendalian yang dipilih disesuaikan dengan sifat khusus Instansi Pemerintah; 4) kebijakan dan prosedur harus

ditetapkan secara tertulis;

5) prosedur yang telah ditetapkan harus dilaksanakan sesuai yang ditetapkan secara tertulis; dan

6) kegiatan pengendalian

dievaluasi secara teratur untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut masih sesuai dan

berfungsi seperti yang

diharapkan.

ad.4. Komunikasi dan Informasi.

Unsur komunikasi dan informasi merupakan pencerminan interaksi antar strata pemerintahan dan/atau antara pimpinan, pegawai, dan metode kerja dalam mencapai tujuan dan/atau kinerja yang ditetapkan.

Komunikasi dan informasi wajib diselenggarakan dengan efektif dan

untuk menyelenggarakan

komunikasi yang efektif maka pimpinan instansi pemerintah harus menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi serta mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus menerus (Pasal 42 PP Nomor 60 tahun 2008).

ad.5 Pemantauan Sistem Pengendalian Intern

(6)

79

FORUM MANAJEMEN Vol. 02 No. 2

rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya.

Pemantauan adalah pencerminan penerapan kegiatan pengendalian dan komunikasi pengendalian yang terus menerus dilakukan pada suatu instansi pemerintah.

IV. PENERAPAN KEGIATAN PENGENDALIAN

Penerapan kegiatan pengendalian menurut Pasal 16 ayat 3 PP No. 60 Tahun 2008 dilakukan dalam bentuk sebagai berikut :

- review atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan; - pembinaan sumber daya manusia; - pengendalian atas pengelolaan

sistem informasi;

- pengendalian fisik atas aset;

- penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;

- pemisahan fungsi;

- otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting;

- pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian; - pembatasan akses atas sumber daya

dan pencatatannya;

- akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan

- dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan

- kejadian penting.

V. KESIMPULAN

1. Kata kunci Pengendalian adalah

“Proses” dari manajemen penyelenggaraan pemerintahan dan

merupakan “Tone at the Top”,

dimana peran yang besar datangnya dari Pimpinan.

2. SPIP lebih banyak ditekankan kepada soft controlsyaitu Perangkat Pengendalian yang Sifatnya tidak berwujud karena lebih sukar dan sulit ditata daripada Hard controls.

Sebagai contohsoft control: nilaietika dasar dari pegawai, dimana intinya kejujuran atas tindakan dan ucapan yang merupakan cerminan dari nilai etika dasar.

Hard controls yaitu Perangkat

Pengendalian yang Sifatnya berwujud dan mudah ditata, sebagai contoh pengelolaan pemakaian kendaraan dinas, rumah dinas yang merupakan aset-aset milik negara.

3. Pengendalian adalah Proses yang

hidup dan berkembang pada

organisasi dan bukan sesuatu yang bersifat formalitas, sedangkan Lingkungan Pengendalian merupakan fondasi dari SPIP.

4. Penilaian risiko dilakukan karena Risiko merupakan sesuatu yang ada unsur ketidakpastian dan tidak pasti kapan akan terjadi karena merupakan potensi masalah dimasa yang akan datang.

(7)

FORUM MANAJEMEN

yang memerlukan pen

sesuai kebutuhan.

6. Komunikasi dan informa diselenggarakan dengan ef untuk menyelenggarakan k yang efektif maka pimpina pemerintah harus menyedi memanfaatkan berbagai be sarana komunikasi.

7. Pemantauan adalah pe penerapan kegiatan pen dan komunikasi pengenda terus menerus dan ber harus dilakukan pada pemerintah, sebagaiman dimaksud bunyi pasal 43 P 60 Tahun 2008 ayat (1) dila

80

engendalian

masi wajib efektif dan komunikasi inan instansi ediakan dan bentuk dan

pencerminan engendalian dalian yang erkelanjutan da instansi

ana yang

3 PP Nomor dilaksanakan

melalui pemantauan evaluasi terpisah, dan rekomendasi hasil aud lainnya.

8. SPIP akan terhambat a factor-faktor sebagai be a. Pengabaian Manaj tergantung dari S Manusianya.

b. Kolusi

c. Kelalaian dan d. Kelelahan

Apabila digamba bentuk rubik, SPIP adalah s berikut:

Vol. 02 No. 2

berkelanjutan, an tindak lanjut udit dan reviuw

t apabila adanya berikut

ajemen karena Sumber Daya

(8)

81

FORUM MANAJEMEN Vol. 02 No. 2

VI. PENUTUP KATA

Perilaku yang baik muncul karena kebiasaan yang baik.

Kita menjadi adil dengan melakukan perbuatan adil, menjadi penyabar dengan bertindak sabar dan menjadi pemberani dengan melakukan tindakan yang berani. (Aristoteles)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan 2007, Pedoman Umum Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Jakarta.

INTOSAI. 2004, Guidelines for control standards for the public sector, Brussels. Moeler, Robert, Brink’s Modern Internal Auditing, John Wiley, 6TH edition, 2005.

Undang.-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan TanggungJawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890);

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 2006 Tentang Perizinan bagi Perguruan Tinggi Asing, Lembaga Penelitian dan Pengembangan Asing, Badan Usaha Asing dan Orang Asing

Oleh karenanya dibutuhkan perencanaan yang kolaboratif dari seluruh unsure rumah sakit untuk menyusun kebutuhan ketenagaan secara makro agar rumah sakit dapat memberikan

Kita akan memulai dengan mencoba menjelaskan bagian dasar dari program Hello.java yang telah diperkenalkan pada bab sebelumnya.Kita juga akan mendiskusikan beberapa pedoman

“Enggak lagian saya juga nggak anu ya biasa pokoknya nanti kalo ada misalkan kita ada kepentingan apa gitu nanti anu minta tetangga” (S140614. Akhir-akhir ini subyek

Program kesehatan dan keselamatan kerja yang peneliti lakukan di perusahaan PT XYZ meliputi: pelatihan keselamatan terhadap karyawan dalam melakukan pekerjaan di

$alam model pembelajaran keterhubungan guru perlu memiliki keterampilan untuk memilih topik materi yang "enderung sama atau o"er laping    dalam satu mata%

(elaborasi). o) Guru merefleksi hasil pekerjaan siswa (konfirmasi). p) Siswa bertanya kepada guru tentang materi yang belum dipahami dan. memberikan penguatan kepada siswa (konfirmasi)

Akan tetapi, Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa pengetahuan osteoporosis yang dimiliki oleh pegawai administrasi perempuan Universitas Indonesia masih rendah meskipun