• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - KINETIKA EKSTRAKSI BIJI KEMUKUS ( Piper cubeba l.) DENGAN PELARUT ETHANOL 70% - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - KINETIKA EKSTRAKSI BIJI KEMUKUS ( Piper cubeba l.) DENGAN PELARUT ETHANOL 70% - repository perpustakaan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Buah Kemukus (Cubebae fructus)

2.1.1. Sistematika Tumbuhan

Kedudukan tanaman kemukus dalam sistem tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta Sub divisio :

Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Piperales Famili : Piperaceae

Genus : Piper Spesies : Piper cubeba Linne, Carl von

2.1.2. Deskripsi Tumbuhan

Tanaman Piper cubeba Linn adalah tanaman rempah yang berasal dari family piperaceae. Nama lokal dari tanaman ini adalah kemukus (Jawa) dan rinu (Sunda) (Heyne, 1987). Sistematika tanaman kemukus sesuai dengan taksonominya Sinonim : Cubila Officinalis Miq.

Tanaman kemukus merupakan tanaman merambat dengan ketinggian batang mencapai ± 15 meter (Heyne, 1987). Bentuk buah kemukus mirip dengan buah lada, namun berbeda pada bagian ujung buah. Pada ujung buah kemukus terdapat bagian yang menyerupai ekor sedangkan pada lada tidak sehingga kemukus sering disebut sebagai lada berekor (tailed cubeb) (Redgrove, 1933). Kemukus berbuah bulat dan daunnya hampir sama dengan daun sirih. Buah kemukus kering berwarna coklat keabu abuan, berbau aromatis, mempunyai rasa pahit dan getir (Ketaren, 1985).

(2)

(1952), kadar minyak atsiri buah kemukus sebesar 12,5 – 20 persen dari berat kering.

Gambar 2.1 : Biji kemukus

2.1.3. Budidaya Kemukus

Tanaman ini tidak banyak memerlukan syarat istimewa, tetapi lebih menghendaki tempat-tempat yang beriklim lembab. Dapat dipakai sebagai tanaman sela diantara tanaman kopi dan karet yang sudah tua. Untuk pohon panjatan diantara tanaman kopi dapat dipakai tanaman kapok, bila ditanam diantara tanaman karet lebih baik dipakai tanaman turi (Sesbania garndiflora) atau tanaman gamal (Glyricidia spec.) yang tahan terhadap rayap sehingga tidak menggangu terhadap tanaman karetnya.

2.1.4. Kandungan Kimia

Buah kemukus mengandung minyak atsiri, seskuiterpen, asam kubebat, zat pahit kubebin, piperina, piperidin, zat pati, gom dan resin.

Sedangkan minyaknya mengandung terpena, d-sabinene, dipentena, sineol, d-terpeneol, kadinena, kadinol derivat seskuterpena

2.1.5. Manfaat Kemukus

(3)

kemukus terutama untuk penyakit kelamin (gonorhea), bronchitis, radang kantung kemih, disentri dan penyakit perut lainnya. Bahkan minyak ini juga digunakan sebagai campuran saus rokok untuk penyakit asma. Pada tahun 2001, perusahaan flavor and fragrance terkemuka asal Swis, Firmenich, mematenkan cubebol yakni salah satu komponen yang terkandung dalam minyak kemukus sebagai cooling and refreshing agent. 2.2. Minyak Atsiri

Minyak atsiri yang dikenal juga dengan nama minyak eteris atau minyak terbang ( essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, rasa getir, berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air (Ketaren, 1985).

2.2.1 Aktivitas Biologi Minyak Atsiri dan Penggunaan

Pada tanaman, minyak atsiri mempunyai tiga fungsi yaitu: membantu proses penyerbukan dan menarik beberapa jenis serangga atau hewan, mencegah kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan, dan sebagai cadangan makanan bagi tanaman (Ketaren, 1985). Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri, misalnya industri parfum, kosmetika, farmasi, bahan penyedap (flavoring agent) dalam industri makanan dan minuman (Ketaren, 1985).

2.2.2 Lokasi minyak atsiri

(4)

Piperaceae), di dalam saluran minyak yang disebut vittae (suku

Umbelliferae), di dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen (pada famili

Pinaceae dan Rutaceae), terkandung di dalam semua jaringan (suku Coniferae), (Gunawan & Mulyani, 2004).

2.2.3 Komposisi kimia minyak atsiri

Minyak atsiri terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia dengan sifat fisika dan kimia yang juga berbeda. Pada umumnya perbedaan komposisi minyak atsiri disebabkan perbedaan kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur panen, metode ekstraksi yang digunakan, cara penyimpanan minyak dan jenis tanaman penghasil. Minyak atsiri biasanya tersusun dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan oksigen (O). Pada umumnya komponen kimia minyak atsiri dibagi menjadi dua golongan yaitu: Hidrokarbon dan Hidrokarbon teroksigenasi.

a. Golongan hidrokarbon

Persenyawaan yang termasuk golongan ini terdapat hanya unsur Karbon (C) dan Hidrogen (H). Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri sebagian besar terdiri dari monoterpen (2 unit isopren), sesquiterpen (3 unit isopren) dan diterpen (4 unit isopren)

b. Golongan hidrokarbon teroksigenasi

(5)

dapat terdiri dari ikatan tunggal, ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga.

Senyawa terpen memiliki aroma kurang wangi, sukar larut dalam alkohol encer dan jika disimpan dalam waktu lama akan membentuk resin. Golongan hidrokarbon teroksigenasi merupakan senyawa yang penting dalam minyak atsiri karena umumnya aroma yang lebih wangi (Ketaren, 1985)

2.3 Cara isolasi minyak atsiri

Isolasi minyak atsiri dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: 1) penyulingan (distillation), 2) pengepresan (pressing), 3) ekstraksi dengan pelarut menguap (solvent extraction), 4) ekstraksi dengan lemak

2.3.1 Metode penyulingan

a. Penyulingan dengan air

Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak langsung dengan air mendidih. Bahan dapat mengapung di atas air atau terendam secara sempurna, tergantung pada berat jenis dan jumlah bahan yang disuling. Ciri khas model ini yaitu adanya kontak langsung antara bahan dan air mendidih. Oleh karena itu, sering disebut penyulingan langsung. Penyulingan dengan cara langsung ini dapat menyebabkan banyaknya rendemen minyak yang hilang (tidak tersuling) dan terjadi pula penurunan mutu minyak yang diperoleh.

b. Penyulingan dengan uap

(6)

Hanya saja, air penghasil uap dan bahan yang akan disuling berada pada ketel yang berbeda. Uap yang digunakan berupa uap jenuh.

c. Penyulingan dengan air dan uap

Pada model penyulingan ini, bahan tanaman yang akan disuling diletakkan di atas rak-rak atau saringan. Kemudian ketel penyulingan diisi dengan air sampai permukaannya tidak jauh dari bagian bawah saringan. Ciri khas model ini yaitu uap selalu dalam keadaan basah, jenuh, dan tidak terlalu panas. Bahan tanaman yang akan disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas (Lutony & Rahmayati, 2000)

2.3.2 Metode pengepresan

Ekstraksi minyak atsiri dengan cara pengepresan umumnya dilakukan terhadap bahan berupa biji, buah atau kulit buah yang memiliki kandungan minyak atsiri yang cukup tinggi. Akibat tekanan pengepresan, maka sel-sel yang mengandung minyak atsiri akan pecah dan minyak atsiri akan mengalir ke permukaan bahan. Contohnya minyak atsiri dari kulit jeruk dapat diperoleh dengan cara ini (Ketaren, 1985).

2.3.3 Ekstraksi dengan pelarut menguap

(7)

2.3.4 Ekstraksi dengan lemak padat

Proses ini umumnya digunakan untuk mengekstraksi bunga-bungaan, untuk mendapatkan mutu dan rendeman minyak atsiri yang tinggi. Metode ekstraksi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu enfleurasi dan maserasi (Ketaren, 1985).

2.4. Kemukus

2.4.1. Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Famili : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : P. Cubeba

Nama binomial : Piper cubeba L.

(8)

Kualitas sensoris :

Pedas dan pahit dengan aroma terpene yang kuat. Aromanya digambarkan dengan bermacam-macam: seperti kayu yang kering, warm-camphoraceous dan seperti lada yang pedas.

Komponen utama:

Buah yang kering mengandung minyak esensial sampai 10% yang terdiri dari monoterpenes (sabinene 50%, carene, α-thujene, 1,4-cineol dan 1,8-cineol)

dan sesquiterpenes (copaene, α- dan β-cubebene, δ-cadinene, caryophyllene, garmacrene, cubebol). Monoterpenes mendominasi dalam jumlah, tetapi sesquiterpenes penting untuk karakteristik aroma dan rasa.

2.4.2. Kandungan dan Pemanfaatan Kemukus

(9)
(10)

Eropa, kemukus yang pedas dan pahit sangat dikenal sebagai pengganti lada hitam pada abad ke 16 dan 17, tapi kemudian kurang disukai. Nasibnya serupa dengan lada negro, rempah-rempah dengan aroma dan rasa yang serupa, yang sekarang juga jarang dijumpai di pasar Eropa. Alasan utama hilangnya kedua rempah-rempah tersebut mungkin karena rasanya yang pahit, yang membuat kurang disukai dibandingkan lada hitam, segera setelah lada hitam diimpor dengan harga yang masuk akal. Saat ini, kemukus banyak digunakan di beberapa bagian di Afrika Utara, khususnya di Tunisia dan Moroko.

Komposisi kimia minyak atsiri termasuk biji kemukus umumnya dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

1. Kelompok hidrokarbon yang disusun oleh atom C dan H terutama terdapat dalam bentuk senyawa terpen.

2. Kelompok oxygenated hydrocarbon yang disusun oleh atom C, H, O dan terdapat dalam bentuk senyawa alcohol, ester, eter, keton, fenol dan asam-asam organik. Kelompok ini disebut senyawa terpen-o.

3. Beberapa senyawa kimia yang mengandung atom nitrogen (N) dan belerang (S) (Heat, 1978).

(11)

lebih besar daripada yang berasal dari buah kemukus muda. Rumus molekul senyawa ini adalah C15H24H2O (seskuiterpen hidrat) dengan titik cair 65 - 70°C

tidak berbau dan nilai optik (-) (levorotatori) (Ketaren, 1985). Beberapa senyawa kimia yang terkandung dalam biji kemukus:

a. Sabinene (C10H16)

Sabinene adalah suatu monoterpen bisiklis yang secara alami terdapat dalam bentuk dekstro dan levo. Merupakan cairan tidak berwarna dan bersifat labil, memiliki berat jenis 0,844 g/ml dan titik didih 163 – 164° C (www.wikipedia.com). Sabinen mempunyai aroma lada, memiliki rasa hangat khas rempah-rempah dan pada konsentrasi diatas 50 ppm terasa panas dan sedikit tajam di mulut. Banyak digunakan dalam pembuatan minyak atsiri sintetis. Sabinene dapat diperoleh dari minyak kemukus sebagai dekstro sabinene.Sabinene merupakan senyawa terpen.

Gambar 2.2 Rumus Bangun Sabinene b. Cineol (C10H18O)/ Eucalyptol

(12)

rokok juga merupakan bahan yang digunakan dalam penyegar mulut dan obat batuk. Eucalyptol telah ditemukan dapat membunuh sel leukemia (Schiestl et al., 2004). Merupakan komponen utama dalam pembasmi serangga Eugenia hailiensis. Eucalyptol memiliki aktifitas antiseptik dan ekspektoran yang digunakan pada banyak pelega hidung dan tenggorokan. Pada dunia kedokteran hewan eucalyptol dipraktekkan sebagai obat

rhinitis, laryngitis, pharyngitis dan bronchitis (Jenkins et al., 1957).

Eucalyptol merupakan senyawa monoterpen-o.

Gambar 2.3. Rumus bangun cineol c. Terpineol (C10H18O)

Merupakan monoterpen alcohol yang memiliki 3 isomer yaitu α , β, γ merupakan cairan transparan tidak berwarna yang memiliki bobot molekul 154,25 g/mol, berat jenis 0,938 g/cm3, indeks bias 1,4825 – 1,4850; dan titik didih antara 219°C. Larut dalam air, gliserol dan alkohol.

(13)

Gambar 2.4. Rumus bangun Terpineol d. Kadinen (C15H24)

Merupakan senyawa yang tergolong kedalam bisiklis seskuiterpen yang memiliki bobot jenis 0,92, titik didih 275°C, tidak larut dalam air dan larut dalam alkohol. Senyawa ini dipakai dalam campuran parfum, campuran flavor, terutama sebagai pengikat dalam flavor permen karena mempunyai sifat tahan atau stabil terhadap panas dan meninggalkan aroma rempah-rempah yang lama merupakan senyawa terpen.

Gambar 2.5. Rumus bangun Kadinen e. α-Pinen (C10H16)

(14)

f. Limonene (C10H16)

Limonene merupakan hidrokarbon monoterpen yang terdiri dari dua unit isoprene. Limonene terdapat dalam dua bentuk optikal aktif yaitu l limonene dan d-limonene. Kedua isomer tersebut memiliki bau yang berbeda, l limonene memiliki bau cemara dan seperti turpentine sedangkan

d-limonene memiliki bau jeruk (www.phytochemical.com). Limonene

memiliki densitas 0,8411 g/cm3 dan titik ddih 176°C. Sebagai komponen utama dalam citrus, d-limonene digunakan dalam industri makanan dan beberapa obat-obatan sebagai flavoring dan juga ditambahkan pada produk pembersih (Simonsen, 1947). D-limonene juga dapat digunakan sebagai pelarut yang dapat menggantikan beberapa varietas produk seperti metil etil keton, aseton, toluene, glikol eter, dan pelarut organic fluorinated dan

chlorinated (www.floridachemical.com).

g. Linalool (C10H18O)

Linalool merupakan monoterpen-o alami yang ditemukan pada bermacam bunga dan tanaman rempah. Memiliki berat jenis 0,858 – 0,868 g/cm3, titik didih 198 – 199°C dan putaran optik -16° - -19°.. Digunakan sebagai wangi-wangian pada sabun, deterjen, sampo dan lotion.

h. Charyophyllene (C13H24)

Merupakan senyawa seskuiterpen bisiklis salah satu komponen penyumbang rasa pedas pada lada hitam. Memiliki bobot molekul 204,36 g/mol, densitas 0,9052 dan titik didih sebesar 262 – 264°C (Corey et al.,

(15)

i. .Copaene (C15H24)

Nama copaene diturunkan dari resin tanaman copaiba. Copaene

merupakan hidrokarbon yang terdapat dalam bentuk α dan β. Copaene

merupakan trisiklik seskuiterpen dengan bentuk molekul chiral, umumnya memiliki putaran optik ke kiri -6°, memiliki bobot jenis 0,910 g/cm3 dan titik didih sebesar 124°C (15mmHg).

j. Germacrene (C15H24)

Germacrene merupakan senyawa hidrokarbon seskuiterpen yang dapat diperoleh dari beberapa spesies tanaman. Germacrene digunakan sebagai antimicrobial dan pestisida juga pheromones serangga. Terdapat dalam dua bentuk molekul yaitu germacrene A dan germacrene D.

k. Cubebol (C15H26O)

Cubebol adalah seskuiterpen alcohol alami yang pertama kali diidentifikasi dari cubeb oil. Pada tahun 2001 telah dipatenkan oleh sebagai cooling agent oleh Firmenich perusahaan flavor internasional.

Cubebol memiliki rasa dingin dan menyegarkan (Leffingwell, 2001).

Cubebol diaplikasikan sebagai penyegar pada berbagai produk seperti permen karet, minuman, pasta gigi, dan gelatin (US Patent 6,214,788).

l. Nerolidol (C15H26O)

Nerolidol merupakan seskuterpen-o alami yang memiliki dua isomer yaitu

cis dan trans yang berbeda secara geometri pada ikatan rangkapnya.

(16)

mmHg) dan indeks bias 1,4780 – 1,4830 (20 °C) serta larut dalam 70% etanol dengan perbandingan 1:4.

Gambar 2.6. Rumus bangun Kadinen

(17)

2.5 Pemisahan fraksi minyak atsiri

Dalam rangka menjaga kestabilan mutu minyak atsiri maka penanganan, pengemasan dan penyimpanan minyak perlu mendapat perhatian. Minyak atsiri apabila dibiarkan di udara terbuka dapat mengalami oksidasi dan resinifikasi sehingga minyak yang dihasilkan lebih kental. Hasil dari oksidasi akan terbentuk asam organik, aldehid dan keton dengan berat molekul yang rendah. Hasil dari polimerisasi aldehid atau persenyawaan terpen dapat terbentuk resin dan bersifat sukar larut dalam alkohol dan menyebabkan minyak berwarna keruh (Ketaren, 1985).

Sebagian besar dari minyak atsiri terdiri dari campuran hidrokarbon (terpen, seskuiterpen dan sebagainya); persenyawaan hidrokarbon beroksigen (oxygenated hydrocarbon) misalnya alkohol, ester, aldehid, ether, keton, lakton, fenol, dan sebagainya; dan sejumlah kecil residu tidak menguap misalnya lilin dan parafin. Persenyawaan hidrokarbon beroksigen (non terpen) merupakan penyebab utama bau wangi dalam minyak atsiri, sedangkan terpen dan seskuiterpen mudah mengalami proses oksidasi dan resinifikasi dengan pengaruh cahaya dan udara atau pada kondisi penyimpanan yang kurang baik sehingga merusak bau dan flavour serta menurunkan kelarutan minyak dalam alcohol (Ketaren, 1985).

Karakter dari campuran hidrokarbon (terpenoid) menurut Heath (1978) adalah:

1. Sukar larut dalam alkohol. karakter ini yang sering digunakan untuk mengetahui kualitas minyak atsiri.

(18)

resinifikasi yang mengakibatkan minyak menjadi kental selama penyimpanan.

3. Kontribusi yang rendah terhadap bau dan aroma minyak atsiri yang dihasilkan.

Karena sifat yang disebutkan tersebut maka penghilangan atau pengurangan terpen sangat menguntungkan dan dapat meningkatkan kualitas dari minyak tersebut. Deterpenasi merupakan penghilangan seluruh atau sebagian dari hidrokarbon terpen. Setiap jenis minyak atsiri mempunyai komposisi kimia yang berbeda sehingga pemisahan terpen dari masing-masing minyak membutuhkan proses yang khusus. Metoda umum pemisahan atau pengurangan terpen yang digunakan menurut Heath (1978) yaitu distilasi bertingkat dalam kondisi vakum, ekstraksi secara selektif dengan menggunakan pelarut (cair-cair), dan kromatografi menggunakan gel silika. Salah satu teknik pemisahan yang paling umum digunakan adalah dengan metode ekstraksi cair-cair atau ekstraksi menggunakan pelarut.

(19)

digunakan harus dalam kondisi yang baik dan lebih disukai yang bertekanan 1-2 mmHg. Pada tekanan yang rendah tersebut, titik didih dari komponen minyak atsiri menjadi lebih rendah tetapi juga menjadikan titik didihnya berdekatan satu sama lain sehingga membuat pemisahan yang efisien semakin sulit (Heath, 1978). Proses deterpenasi melalui teknik kromatografi dilakukan dengan menggunakan gel silica sebagai absorbannya. Caranya dengan mengalirkan minyak atsiri ke dalam kolom yang berisi absorban diikuti dengan elusi kolom tersebut dengan pelarut non polar. Cara tersebut menghilangkan residu terpen sehingga senyawa tanpa terpen dapat dihasilkan dengan mengekstraksi gel silika menggunakan etil asetat atau pelarut polar bertitik didih rendah lainnya. Pengontrolan suhu kolom diperlukan untuk mengurangi kerusakan minyak akibat panas (Heath dan Reineccius, 1986).

(20)

Pada minyak atsiri yang tidak tahan panas dapat dilakukan metode ekstraksi pelarut dingin. Pelarut yang umum digunakan adalah ethanol 95% (v/v) kemudian ditambahkan air sedikit demi sedikit hingga konsentrasi etanol mencapai 35% (v/v). Terpen tidak akan larut dalam konsentrasi tersebut sehingga setelah didiamkan beberapa lama akan terpisah membentuk lapisan tipis di permukaan. Kemudian lapisan bawahnya dapat dikeluarkan dan dipisahkan larutan alkohol dengan minyak dan ditambahkan sodium klorida untuk memecahkan emulsi. Walaupun memakan waktu yang lama, metode ini dapat menghasilkan minyak dengan mutu yang baik (Heath, 1978). Namun menurut Kirk dan Othmer (1967), memisahkan minyak tanpa terpen dari alkohol encer merupakan proses yang sulit.

Minyak dapat dilarutkan dalam pentana dan alkohol. Terpen, seskuiterpen, dan lilin akan tercampur dalam pentana sedangkan senyawa non terpen akan terlarut dalam alkohol. Penguapan pentana dan alcohol akan menghasilkan golongan terpen dan non terpen (Kirk dan Othmer, 1967).

(21)

indikator yang baik untuk menentukan fraksi terpen telah habis terpisah atau belum.

Beberapa informasi penelitian terdahulu mengenai deterpenasi yaitu: 1) Safril Siregar (1993) meneliti pengaruh jenis dan perbandingan pelarut pada proses deterpenasi minyak akar wangi kasar terhadap rendemen dan mutu minyak bebas terpen, kombinasi perlakuan yang memberikan hasil terbaik adalah dengan menggunakan campuran pelarut asetonitril, aseton dan heksan pada perbandingan 1:2,5. 2) Hasil penelitian Armen (2001) mengenai deterpenasi minyak pala dengan metode ekstraksi metanol, hasil penelitian menunjukkan bahwa deterpenasi sudah dapat dilakukan pada konsentrasi metanol 95% dimana rendemen fraksi non terpen yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan dengan metanol 90%, namun dari segi kualitas dengan menggunakan metanol 90% memberikan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan metanol 95%.

2.6. Kinetika Ekstraksi Orde Nol

Kinetika ekstraksi orde nol dapat dinyatakan dengan persamaan:

(22)

Dengan membuat plot q terhadap t akan diperoleh garis lurus dengan kemiringan (slope) = k.

2.7. Penelitian yang Telah Dilakukan

Gambar

Gambar 2.1 : Biji kemukus
Gambar 2.2 Rumus Bangun Sabinene
Gambar 2.3. Rumus bangun cineol
Gambar 2.5. Rumus bangun Kadinen
+2

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 4 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Hak atas tanah yang diperoleh oleh pihak ketiga dari penyerahan bagian-bagian tanah Hak pengelolaan adalah hak guna bangunan, hak pakai dan hak milik diatur dalam Pasal 2

Hasil penelitian ini bahwa nilai Adjusted R Square sebesar 16,2% yang berarti variasi minat menjadi akuntan publik dapat dijelaskan oleh variabel independen

(2) Kelompok Matakuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB), yang terdiri dari: ISBD dan IAD. Dari sejumlah mata kuliah yang tergabung di dalam MPK dan MBB, peneliti

PENGGUNAAN MEDIA CETAK KORAN DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMAHAMI BACAAN PADA SISWA TUNA RUNGU KELAS XI DI SMALB BCD YPKR CICALENGKA Universitas Pendidikan Indonesia |

bahwa untuk meningkatkan tertib administrasi dan kualitas pelayanan kepada masyarakat dalam pemberian perizinan pemanfaatan air bawah tanah berupa Izin Pengeboran

Selanjutnya, corporate governance yang diukur menggunakan skor CGPI merupakan variabel pemoderasi antara manajemen laba dan nilai perusahaan, ditunjukkan dengan

LIST OF TABLE ... The Background of the Problem ... The Identification of the Problem ... The Limitation of the Problem ... The Questions of the Research ... The Aims of the