• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH PEMILIK KARTU ATM DALAM PERJANJIAN AUTO DEBET PADA BANK INTERNASIONAL INDONESIA BALIKPAPAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH PEMILIK KARTU ATM DALAM PERJANJIAN AUTO DEBET PADA BANK INTERNASIONAL INDONESIA BALIKPAPAN SKRIPSI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH

HADIAN JUSIL BACHTIAR No. Mahasiswa : 05410166 Program studi : Ilmu Hukum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk antara lain berupa tabungan, giro atau deposito yang pada akhirnya diedarkan kembali oleh bank kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit ke masyarakat dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan)1.

Salah satu fungsi bank adalah menerima dana dari nasabah penyimpan dan menyalurkannya kepada nasabah peminjam, atau dengan kata lain bank menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana dan menyalurkan kepada pihak yang membutuhkan dana. Fungsi bank sebagai lembaga yang menerima dana dari nasabah penyimpan dan menyalurkan kepada nasabah peminjam disebut dengan istilah intermediary financial (perantara keuangan). Intermediary financial merupakan suatu aktivitas penting dalam perekonomian, karena ia menimbulkan aliran dana dari pihak yang tidak produktif kepada pihak yang produktif dalam mengelola dana. Selanjutnya, hal ini akan membantu mendorong perekonomian menjadi lebih efisien dan dinamis2.

1 Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan, CV. Mandar Maju, Cet. I, Bandung, 2000, hlm.

2.

2 http://blognyamyun.blogspot.com/2008/08/karakteristik-perbankan-pengertian.html di

(3)

Bank Indonesia mengkategorikan fungsi bank sebagai intermediary

financial ini ke dalam tiga hal. Pertama, sebagai lembaga yang menghimpun dana

dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Kedua, sebagai lembaga yang menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit, dan yang ketiga, melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran uang3.

Bank mengeluarkan produk tabungan kepada nasabah sebagai hasil dari penyimpanan dana yang telah di lakukan oleh nasabah. Tabungan merupakan suatu simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu4. Bank juga memberikan fasilitas tambahan kepada nasabah untuk mempermudah pengambilan dana yaitu kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Kartu ATM dapat dipergunakan pada mesin ATM yang telah disediakan oleh pihak bank. ATM sendiri merupakan alat yang lebih efektif dari segi biaya dalam menyelenggarakan fungsi-fungsi perbankan, terutama dengan mengurangi tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan nasabah. Perkembangan ATM juga merupakan suatu usaha bank untuk memaksimalkan investasi mereka di bidang teknologi. ATM memberikan suatu kemudahan bagi nasabah di mana nasabah tidak direpotkan dengan masalah pengisian formulir/slip penarikan atau penyetoran dalam setiap transaksi yang dilakukannya. ATM adalah sebuah alat elektronik yang mengijinkan nasabah untuk mengambil uang atau mengecek rekening tabungan mereka tanpa perlu dilayani oleh seorang “teller” manusia. Banyak ATM juga mengijinkan

3 Ibid

4 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya Bhakti, Cet III,

(4)

penyimpanan uang atau cek, transfer uang atau bahkan membeli perangko5. Bank juga telah mengembangkan fasiltas ATM menjadi ATM bersama yang bekerja sama dengan pihak PT. Artajasa selaku pihak yang mengelola ATM Bersama di Indonesia di mana di dalamnya terdapat berbagai bank, baik bank pemerintah, bank swasta, maupun bank pemerintah daerah yang terdapat dalam ATM Bersama, bertujuan agar nasabah dapat bertransaksi tanpa harus ke ATM di mana nasabah menyimpan, sehingga nasabah dapat mengambil di ATM bank manapun yang terdapat logo ATM Bersama.

Bentuk perikatan dalam transaksi melalui ATM pada dasarnya merupakan perikatan yang lahir dari perjanjian. Perjanjian menurut Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah suatu perbuatan yang mengikatkan diri antara satu orang atau lebih terhadap subjek tertentu. Hal ini berarti bahwa perjanjian menimbulkan adanya hak-hak dan kewajiban-kewajiban di antara para pihak yang membuatnya6.

Seperti yang telah disebutkan di atas maka dalam perjanjian para pihak wajib memperhatikan unsur-unsur sahnya suatu perjanjian sebagaimana di atur dalam ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata . Unsur-unsurnya adalah :

1. Sepakat mereka yang mengikatkan diri.

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.

3. Suatu hal tertentu.

5 http://id.wikipedia.org/wiki/ATM di akses pada 12 mei 2009, 15.00 WIB.

6

http://www.skripsi-tesis.com/07/05/perlindungan-hukum-terhadap-nasabah-bank-dalam- ketentuan-kontrak-standar-pemberian-kredit-di-bank-rakyat-indonesia-cabang-mojokerto-pdf-doc.html. di akses pada 12 mei 2009, 15.00 WIB

(5)

4. Suatu sebab yang halal7.

Perjanjian antara bank dengan nasabah dalam penerbitan ATM merupakan perjanjian baku, artinya perjanjian yang isinya telah dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir yang biasa dikenal dengan perjanjian autodebet. Perjanjian autodebet merupakan perjanjian yang mengatur bagaimana nasabah dalam melakukan suatu transaksi melalui media ATM, di mana dalam setiap transaksi yang dilakukan akan secara otomatis mendebet rekening dari nasabah tersebut. Dalam hal ini penulis memfokouskan transaksi penarikan tunai oleh nasabah pada ATM Bersama. Perjanjian yang diadakan tersebut merupakan kontrak baku yang dibuat oleh pihak Bank di mana kali ini penulis memfokuskan pada Bank Internasional Indonesia (BII), dan apabila nasabah bermaksud untuk menggunakan produk atau fasilitas ATM Bersama dari BII maka nasabah harus menerima kontrak baku secara utuh dan tanpa pengecualian. Para pihak dalam penyediaan ATM Bersama ada tiga, yaitu :

1. Bank Internasional Indonesia (BII)

2. Nasabah

3. PT. Artajasa

BII merupakan bank yang mengelola ATM bagi nasabahnya, sedangkan nasabah adalah pengguna dari fasilitas ATM, dan PT. Artajasa merupakan pengelola dari jaringan ATM Bersama. Pemberian fasilitas ATM Bersama oleh pihak BII kepada pihak nasabah merupakan fasilitas yang diberikan sesuai dengan perjanjian yang disepakati, yang memiliki tujuan untuk mempermudah nasabah

7

(6)

bertransaksi. Fakta di lapangan terkadang transaksi tersebut tidak selalu berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Salah contoh dari hal tersebut adalah ketika seorang nasabah dari BII Balikpapan yang melakukan penarikan uang di ATM yang berlogo ATM Bersama dengan maksud untuk melakukan pembelian suatu barang, ketika melakukan transaksi pembayaran nasabah itupun dihadapkan dengan suatu masalah, yaitu didapatinya uang palsu oleh pihak yang menerima pembayaran. Nasabah BII yang mengalami permasalahan tersebut, tidak dapat menuntut pihak PT. Artajasa karena nasabah dengan PT. Artajasa tidak mempunyai hubungan hukum. Nasabah dalam hal ini hanya mempunyai hubungan hukum dengan BII. Nasabah juga tidak dapat meminta ganti-rugi terhadap pihak BII, karena pada saat nasabah tersebut mengambil uang tidak pada mesin ATM BII, melainkan nasabah tersebut mengambil uang di mesin ATM bank lain yang merupakan anggota dari pada ATM Bersama, sedangkan bank lain tersebut juga tidak dapat dituntut karena nasabah tidak memiliki hubungan hukum yang mengikat.

Idealitanya bank memberikan perlindungan hukum kepada nasabah sebagaimana tertuang dalam pasal 37B ayat (1) Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, “Setiap bank wajib menjamin dana masyarakat yang disimpan pada bank yang bersangkutan”. Berdasarkan ketentuan tersebut jelaslah bahwa adanya suatu kewajiban bagi bank untuk menjamin dana dari nasabah, serta ketentuan ini juga memberikan jaminan bagi nasabah bahwa apabila bank di mana ia menyimpan mengalami kegagalan, maka uang atau dana tersebut pasti

(7)

diterimanya kembali. Realitanya di Balikpapan masih banyak nasabah BII yang tidak memperoleh perlindungan hukum yang memadai terhadap permasalahan dalam menggunakan ATM Bersama. Hal ini disebabkan Undang-Undang Perbankan belum mengatur secara khusus mengenai ATM Bersama. Bagi nasabah yang bermasalah dalam menggunakan ATM Bersama dengan adanya uang palsu, nasabah tidak mampu membuktikan bahwa uang yang nasabah ambil dalam ATM Bersama terdapat uang palsu, print out bukti nasabah melakukan transaksi pengambilan atau transfer dana melalui ATM Bersama tidak dapat membuktikan kebenarannya pada pihak BII bahwa nasabah telah megalami kerugian yang disebabkan oleh ATM Bersama, hingga pada saat ini posisi nasabah BII di Balikpapan secara umum masih sangat lemah.

Penyelesaian dari masalah yang dihadapi oleh nasabah tersebut, Bank Indonesia mengaturnya dalam Pasal 1 ayat 4 Peraturan Bank Indonesia No. 7/7/PBI/2005 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah, Pengaduan didefinisikan sebagai ketidakpuasan nasabah yang disebabkan oleh adanya potensi kerugian finansial pada nasabah yang diduga karena kesalahan atau kelalaian bank. Sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Bank Indonesia No. 7/7/PBI/2005, maka bank wajib menetapkan kebijakan dan memiliki prosedur tertulis tentang penerimaan pengaduan, penanganan dan penyelesaian pengaduan, serta pemantauan. Proses beracara dalam mediasi perbankan secara teknis diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No. 8/5/PBI/2006 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 8/14/DPNP Tahun 2006, yaitu sebagai berikut : “pengajuan penyelesaian sengketa dalam

(8)

rangka mediasi perbankan kepada Bank Indonesia dilakukan oleh nasabah yang tidak diberikan perlindungan hukum oleh nasabah atau perwakilan nasabah”8.

Perlindungan hukum yang diberikan oleh pihak bank itu tidak terlepas dari adanya suatu bentuk tanggungjawab. Tanggungjawab pihak bank dalam arti bank sebagai korporasi dalam kapasitas sebagai badan hukum yang merupakan subjek hukum pemegang hak dan kewajiban, maka harus memegang prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan bank (prudential banking practice). Idealitanya tanggungjawab pihak bank tersebut diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan bahwa prinsip kehati-hatian adalah suatu asas terpenting yang wajib diterapkan atau dilaksanakan oleh bank dalam menjalankan usahanya. Berkaitan dengan prinsip kehati-hatian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang-Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, kita dapat menemukan pasal lain dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang-Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang mempertegas kembali mengenai pentingnya prinsip kehati-hatian itu diterapkan dalam setiap kegiatan usaha bank, yakni dalam pasal 29 Ayat 2 yakni “Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian”. Berdasarkan pasal tersebut maka tidak ada alasan apa pun juga bagi

8 Givni Indra Kusuma Iskandar, Perlindungan Hukum Nasabah terhadap Bank dalam

Transaksi melalui Anjungan Tunai Mandiri Bersama pada Bank BRI Yogyakarta, Skripsi,

(9)

pihak bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian tersebut, dalam arti segala kegiatan yang dilakukan oleh bank itu hatus senantiasa berdasarkan kepada

peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga dapat

dipertanggungjawabkan9. Realitanya di Balikpapan BII sering melupakan prinsip kehati-hatian tersebut, hal ini terlihat dengan adanya uang palsu di dalam mesin ATM. Prinsip yang seharusnya di pegang tersebut seperti di abaikan, karena ketelitian bank dalam menyeleksi uang sebelum dimasukan ke dalam mesin ATM itu pun masih sangat diragukan . Terlebih lagi BII juga belum mampu mengatasi masalah ATM yang menerima penyetoran tunai yang sangat rentan dengan masuknya uang palsu. Beberapa hal tersebut yang merupakan salah satu kelalaian bank yang sangat merugikan nasabah BII, sehingga bank dalam melakukan perumusan tujuan program ATM diharapkan bisa lebih meningkatkan pemakaian prinsip kehati-hatian, serta bank juga harus memperhatikan keadaan lingkungan sekitarnya. Faktor persaingan, struktur pelanggan, ciri- ciri wilayah dan sejumlah faktor lain yang akan berpengaruh besar terhadap beberapa hal yang secara realistis dapat dicapai melalui penggunaan ATM.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perlindungan hukum nasabah pemilik kartu ATM dalam

Perjanjian Autodebet pada Bank Internasional Indonesia?

2. Bagaimana tanggung jawab pihak bank dalam Perjanjian Autodebet pada transaksi melalui ATM Bersama?

9 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Group,

(10)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perlindungan hukum nasabah pemilik ATM dalam

perjanjian autodebet pada Bank Internasional Indonesia.

2. Untuk mengetahui tanggung jawab pihak bank dalam perjanjian autodebet pada transaksi melalui ATM Bersama.

D. Tinjauan Pustaka

Bank adalah suatu industri yang bergerak di bidang kepercayaan, yang dalam hal ini berfungsi sebagai media perantara keuangan antara debitor dan kreditor. Pengertian bank menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan meyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dana yang diterima dari masyarakat baik itu berupa tabungan, giro atau deposito, pada akhirnya diedarkan kembali oleh bank melalui pasar uang, pendepositoan, serta investasi dalam bentuk lain yang merupakan usaha pokok bank di dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Berikut adalah fungsi-fungsi pokok bank:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kepada masyarakat

dalam bentuk pinjaman.

2. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang efisien dalam kegiatan ekonomi.

(11)

3. Menciptakan uang melalui pembayaran kredit dan investasi.

4. Menyediakan jasa pengelolaan dana dan trust atau wali amanat kepada individu dan perusahaan.

5. Menyediakan pelayanan fasilitas untuk perdagangan internasional.

6. Memberikan pelayanan penyimpanan untuk barang-barang berharga.

7. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain misalnya kartu kredit, cek perjalanan, ATM, transfer dana, dan sebagainya10.

Bank sebagai perantara keuangan (intermediary financial) memerlukan pengelolaan yang terpadu antara tujuan mendapat keuntungan di satu sisi dengan keamanan dana di sisi lainnya. Bank sebagai lembaga usaha yang mencari keuntungan terutama dengan meminjam dana penabung pada pihak lain, harus berjaga-jaga jika sewaktu-waktu dana yang dipinjamkannya ditarik kembali oleh penabung. Semakin banyak dana yang disalurkan dalam bentuk pinjaman oleh suatu bank, maka bank tersebut akan semakin kesulitan jika sewaktu-waktu terjadi penarikan dana oleh penabung.11.

Melihat praktik operasional perbankan yang ada, kita dapat membedakan jenis-jenis bank sebagai berikut:

1. Dari segi fungsi serta tujuan usahanya, kita mengenal ada empat jenis bentuk bank yaitu:

a. Bank Sentral (Central Bank), adalah bank yang dapat bertindak sebagai

bankers bank pimpinan, penguasa moneter, mendorong dan mengarahkan

semua jenis bank yang ada.

10 Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, STIE YKPN, cet II, Yogyakarta,

2005, hlm. 86.

(12)

b. Bank Umum (Commercial Bank), yaitu bank milik Negara, swasta, maupun koperasi, yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk giro, deposito, serta tabungan dan dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka pendek, dikatakan sebagai bank umum karena bank tersebut mendapatkan keuntungan dari selisih bunga yang diterima dari peminjam dengan yang dibayarkan oleh bank kepada depositor (disebut spread).

c. Bank Tabungan (Saving Bank), yaitu bank milik Negara, swasta, maupun

koperasi, yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk tabungan sedangkan usahanya terutama memperbungakan dananya dalam kertas berharga.

d. Bank Pembangunan (Development Bank), yaitu bank baik milik Negara,

swasta, maupun koperasi, baik pusat ataupun daerah yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam deposito, dan atau mengeluarkan kertas berharga jangka menengah, dan panjang, sedangkan usahanya terutama memberikan kredit jangka menegah dan panjang di bidang pembangunan12.

2. Dari segi kepemilikannya, kita mengenal ada empat jenis, yaitu: a. Bank milik negara.

b. Bank milik Pemerintah Daerah.

c. Bank milik swasta baik dalam negeri maupun asing.

12 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya Bhakti, Cet

(13)

d. Bank koperasi13.

3. Dari segi penciptaan uang giral, kita mengenal ada dua jenis yaitu:

a. Bank primer, yaitu bank yang dapat menciptakan uang melalui simpanan

masyarakat yang ada padanya yaitu simpanan likuid dalam bentuk giro, yang dapat bertindak sebagai bank primer ini adalah bank umum.

b. Bank sekunder, yaitu bank-bank yang tidak bias menciptakan uang melalui simpanan masyarakat yang ada padanya, bank ini hanya bertugas sebagai perantara dalam menyalurkan kredit. Umumnya bank yang bergerak pada bank sekunder, adalah bank tabungan, bank pembangunan, bank hipotik, yang sekarang ada di Indonesia adalah berupa Bank perkreditan rakyat, semua bank tersebut tidak boleh menciptakan uang giral14.

Salah satu produk perbankan yang sangat pesat pertumbuhannya saat ini yakni jasa transfer dana elektronik adalah ATM atau yang biasa disebut Anjungan Tunai Mandiri. ATM adalah alat kasir otomatis tanpa orang, ditempatkan di dalam atau di luar pekarangan bank, yang sanggup mengeluarkan uang tunai dan menangani transaksi-transaksi keuangan yang rutin15.

Kehidupan sehari-hari kita sudah tidak asing lagi dengan nama Anjungan Tunai Mandiri (ATM) baik melalui pendengaran maupun penglihatan, bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan maupun di pedesaan sudah tidak asing lagi dengan kosa kata ATM. Perkembangan teknologi yang pesat saat ini transaksi

13 Ibid.

14 Ibid hlm.84.

15 Allen H. Lipis, Thomas R. Marschall and Jan H Linker, Perbankan Elektronik, Rineka

(14)

apapun dapat dilakukan melalui ATM, mulai dari penarikan tunai, transfer, pemindahbukuan, pembayaran tagihan, bahkan setoran tunai maupun cetak buku dapat dilakukan di ATM. Pada mulanya mesin pintar ini ditemukan oleh Don Wetzel, Vice President of Product Planning pada perusahaan Docutel. Perusahaan Docutel ini mengembangkan peralatan penanganan bagasi secara otomatis pada tahun 1968, Wetzel tidak sendirian tetapi bersama rekannya, yaitu Tom Barnes, Kepala Mekanik dan George Chastian, seorang insyinyur listrik. Ide awalnya berasal dari Wetzel, ketika mengantri di bank, ia kerapkali merasa lelah karena setiap kali berurusan dengan bank, ia harus selalu mengantri. Mereka bertiga akhirnya menciptakan mesin ATM yang di Indonesia dikenal dengan istilah Anjungan Tunai mandiri, mereka memerlukan dana sebesar lima juta dollar untuk mengembangkan mesin ATM. Konsep ATM pertama kali lahir pada tahun 1968, lalu prototipenya muncul setahun kemudian, dan akhirnya Ducotel mendaftarkannya pada Kantor paten pada tahun 1973. ATM pertama dipasang di Chemical Bank New York, namun fakta ini masih kontroversial, sebab banyak bank mengklaim sebagai pengguna mesin ATM pertama kali, penyebutan Chemical Bank New York berdasarkan catatan yang dibuat oleh Wetzel. ATM pertama ini bukan dipasang di lobi bank, melainkan di dinding di luar bank yang menghadap ke jalan, untuk melindungi mesin ATM dari hujan dan sinar matahari mesin tersebut dipasangi kanopi. Wetzel tidak pernah menyangka mesin penemuannya ini akan menjadi inspirasi dan berpengaruh dalam kehidupan masyarakat sekarang ini16.

(15)

Bank dalam melakukan prumusan tujuan program ATM, harus memperhatikan keadaan lingkungan di luarnya. Faktor persaingan, struktur pelanggan, ciri-ciri wilayah dan sejumlah faktor-faktor lain yang akan berpengaruh besar terhadap beberapa hal yang secara realistis dapat dicapai melalui penggunaan ATM. Tujuan jangka pendek dari kebanyakan usaha-usaha ATM suatu bank adalah mempertahankan pangan pasar, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah melakukan efisiensi biaya.

E. Metode Penelitian 1. Objek penelitian

a. Perlindungan hukum nasabah pemilik ATM Bersama

b. Tanggung jawab pihak bank dalam transaksi melalui ATM Bersama

2. Subjek penelitian

a. Manajer area Bank Internasional Indonesia.

b. Nasabah BII Balikpapan.

c. Pegawai PT. Artajasa.

3. Sumber data

Sumber data penelitian terdiri dari:

a. Data Primer, yakni data yang diperoleh peneliti secara langsung dari subjek yang berupa wawancara.

b. Data Sekunder, data-data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan dan dokumentasi, yang merupakan hasil penelitian dan pengolahan orang lain, yang sudah tersedia dalam bentuk buku-buku atau dokumen-dokumen yang sudah tersedia.

(16)

4. Teknik pengumpulan Data

a. Data Primer dapat dilakukan dengan cara :

Wawancara, adalah tanya-jawab dalam komunikasi verbal (berhubungan lisan), bertatap muka di antara ‘interviewer’ (pewawancara) dengan para responden yang menjadi subjek dari penelitian.

b. Data Sekunder dapat dilakukan dengan cara :

Studi kepustakaan yang telah ditelaah dari buku-buku, literatur-literatur, perundang-undangan dan berbagai media cetak lainnya.

5. Analisis Data

a. Pengolahan data dalam penulisan ini meliputi proses editing, coding dan penyajian dalam bentuk narasi..

b. Analisis data yang akan digunakan adalah analisis kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan menguraikan, membahas, menafsirkan temuan-temuan penelitian dengan perspektif atau sudut pandang tertentu yang disajikan dalam bentuk narasi17.

17Fakultas .Hukum Universitas Islam Indonesia, Pedoman Penyusunan Tugas Akhir,

(17)

F. Kerangka Penulisan

HALAMAN JUDUL

BAB I: Bab ini berisi mengenai latarbelakang masalah, perumusan masalah, tujuan masalah, tinjauan pustaka dan metode penelitian dalam penulisan skripsi ini.

BAB II: Bab ini berisi tentang tinjauan umum tentang bank, perlindungan hukum nasabah serta perjanjian autodebet.

BAB III: Bab ini berisi tentang uraian perlindungan hukun nasabah dan tanggung jawab pihak bank dalam perjanjian autodebet pada transaksi melalui Anjungan Tunai Mandiri Bersama

BAB IV: Bab ini menjelaskan kesimpulan dari hasil penelitian dan penulisan skripsi, serta menuliskan saran yang akan disampaikan penulis mengenai hasil skripsi.

Referensi

Dokumen terkait

Sampel penelitian adalah pasien DM tipe II yang melakukan pemeriksaan rawat jalan di Puskesmas Rowosari mulai Bulan Januari 2013 sampai dengan Bulan Agustus 2013 minimal 8

[r]

• Pemanfaatan komputer untuk membuat & menggabungkan teks, grafik, audio, video & animasi dengan menggabungkan link & tool yang memungkinkan pemakai melakukan

Dengan ini menyatakan bahwa penelitian saya dengan judul “...” yang diusulkan dalam jenis Penelitian Unggulan Kompetitif Tahun 2017 bersifat original dan belum pernah

Peraturan Bupati ini dimaksudkan untuk mengatur pelaksanaan apel masuk kerja, apel pulang kerja, dan presensi sidik jari pegawai di Lingkungan Pemerintah Kabupaten

Di Lampung terdapat Badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung dengan tugas melakukan upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba

Pembuatan biodiesel dari minyak biji kemiri sunan, mutunya sudah sesuai dengan persyaratan ketentuan standar biodiesel (SNI-2006) dengan menggunakan campuran metanol 20% (v/v)