• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Abraham Maslow pada tahun Teori ini mengemukakan 5 kebutuhan hidup

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Abraham Maslow pada tahun Teori ini mengemukakan 5 kebutuhan hidup"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Hierarki Maslow

Teori Hierarki ini dikemukakan oleh seorang psikolog yang bernama Abraham Maslow pada tahun 1943. Teori ini mengemukakan 5 kebutuhan hidup manusia berdasarkan Hirarkinya yaitu mulai dari kebutuhan yang mendasar hingga kebutuhan yang lebih tinggi. Teori ini kemudian dikenal dengan Teori Maslow atau Teori Hirarki Kebutuhan. Hirarki kelima Kebutuhan tersebut diantaranya adalah : 1) Kebutuhan Fisiologis (Physiological needs), yaitu kebutuhan terhadap

makanan, minuman, air, udara, pakaian, tempat tinggal dan kebutuhan untuk bertahan hidup. Kebutuhan Fisiologis merupakan kebutuhan yang paling mendasar.

2) Kebutuhan Keamanan (Safety needs), yaitu kebutuhan akan rasa aman dari kekerasan baik fisik maupun psikis seperti lingkungan yang aman bebas polusi, perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja serta bebas dari ancaman. 3) Kebutuhan Sosial (Social needs), yaitu kebutuhan untuk dicintai dan mencintai.

Manusia merupakan makhluk sosial, Setiap orang yang hidup di dunia memerlukan keluarga dan teman.

4) Kebutuhan Penghargaan (Esteem needs), Maslow mengemukan bahwa setelah memenuhi kebutuhan Fisiologis, Keamanan dan Sosial, orang tersebut

(2)

12

berharap diakui oleh orang lain, memiliki reputasi dan percaya diri serta dihargai oleh setiap orang.

5) Kebutuhan Aktualisasi diri (Self-Actualization), Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tertinggi menurut Maslow, Kebutuhan Aktualisasi diri adalah kebutuhan atau keinginan seseorang untuk memenuhi ambisi pribadinya.

2.1.2 Teori ERG Alderfer

Pada tahun 1969, Clayton Alderfer mempublikasikan artikel tentang kebutuhan manusia yang berjudul “An Empirical Test of a New Theory of Human Need”. Teori tersebut merupakan Teori Alternatif terhadap Teori Hirarki Maslow. Teori ini mengemukan Tiga kebutuhan Manusia yaitu :

1) Kebutuhan Eksistensi (Existence needs) yaitu kebutuhan akan pemenuhan faktor fisiologis dan Materialistis termasuk kebutuhan akan rasa aman.

2) Kebutuhan Hubungan (Relatedness needs) yaitu kebutuhan untuk memiliki hubungan dengan orang lain.

3) Kebutuhan Pertumbuhan (Growth needs) yaitu kebutuhan atau keinginan untuk bertumbuh dan mencapai potensi diri secara maksmal.

2.1.3 Teori Kebutuhan McClelland

Seorang Psikolog Amerika Serikat yang bernama David McClelland mengemukan hubungan antara kebutuhan pencapaian, afiliasi dan kekuasaan pada akhir 1940-an. Teori Kebutuhan McClelland diantaranya adalah :

(3)

13

1) Need for achievement merupakan kebutuhan untuk mencapai sukses yang diukur berdasarkan standar kesempurnaan dalam diri seseorang. Kebutuhan itu berhubungan erat dengan belajar dan mengarahkan tingkah laku pada usaha untuk mencapai usaha tertentu.

2) Need for affiliation merupakan kebutuhan akan kehangatan dan dukungan dalam hubungan dengan orang lain. Kebutuhan ini mengarahkan tingkah laku untuk mengadakan hubungan secara akrab dengan orang lain.

3) Need for power merupakan kebutuhan untuk menguasai dan mempengaruhi orang lain. Kebutuhan ini menyebabkan seseorang tidak atau kurang memedulikan perasaan orang lain.

2.1.4 Teori Motivator-Hygiene Herzberg

Frederick Herzberg adalah seorang Psikolog Amerika Serikat yang mengemukan Teori Motivator-Hygiene Herzberg. Teori tersebut didapat dari penelitian terhadap 203 akuntan dan teknisi di area Pittsburgh, Amerika Serikat. Dari hasil penelitian tersebut ditemukan dua faktor yang berbeda yaitu kepuasan dan ketidakpuasan dalam bekerja. Teori Motivator-Hygiene Herzberg juga dikenal dengan Teori Dua Faktor, yaitu :

1) Kepuasan bekerja, yaitu faktor yang berkaitan dengan pengakuan, prestasi, tanggung jawab yang memberikan kepuasan positif. Faktor ini sering disebut juga dengan Faktor Motivator.

(4)

14

2) Ketidakpuasan bekerja, yaitu faktor yang berkaitan dengan gaji, keamanan bekerja dan lingkungan kerja yang seringkali memberikan ketidakpuasan. Faktor ini sering disebut dengan Faktor Hygiene.

2.1.5 Pendidikan Profesi Akuntansi

Istilah profesi berasal dari bahasa Yunani, professues berarti suatu kegiatan atau pekerjaan yang dihubungkan dengan sumpah atau janji yang bersifat religius, sehingga ada ikatan batin bagi seseorang yang memiliki profesi tersebut untuk tidak melanggar dan memelihara kesucian profesinya. Pandangan yang dikemukakan oleh Paisey dan Nicholas (2005) menunjukkan bahwa asal mula istilah profesional yaitu apa yang profesional miliki (profess), mereka memiliki (profess) pengetahuan yang lebih baik dibandingkan yang orang lain pada hal tertentu. Profesi memiliki arti sebuah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan dan keahlian khusus. Weygant et al. (1996) menyatakan bahwa pada umumnya profesi akuntan diperlukan pada empat bidang, yaitu publicaccounting, private accounting, non-for-profit accounting, dan pendidik. Profesi akuntan merupakan pihak yang menjembatani hubungan antara pihak manajemen dan pemilik atau pihak manajemen yang mengelola suatu unit usaha (Jensen and Meckling, 1976). Suatu profesi harus memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Secara umum ada beberapa ciri-ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu : 1) Adanya pengetahuan khusus, dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan

(5)

15

2) Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Setiap pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.

3) Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.

4) Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi selalu berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.

5) Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.

Ciri-ciri dari suatu profesi sebagaimana disebut oleh Benny dan Yuskar (2006) antara lain, adalah keahlian yang dimiliki seseorang yang diperoleh melalui proses pendidikan yang teratur dan dibuktikan dengan sertifikat yang diperoleh dari lembaga yang diakui dan memberikan kewenangan untuk melayani masyarakat dalam bidang keahlian tersebut. Menurut Wyatt (2004) suatu profesi memiliki syarat sebagai berikut :

1) Ada komitmen diri menjunjung tinggi martabat kemanusiaan lebih dari kepentingan diri sendiri.

2) Harus menjalani persiapan profesional dalam jangka waktu tertentu. Harus menambah pengetahuan jabatan (pengembangan diri) misalnya banyak membaca buku, mengikuti pelatihan dan mengikuti seminar.

3) Memiliki kode etik dalam jabatan.

4) Aktif dalam bidang intelektual sehingga mampu menjawab segala masalah yang berubah.

(6)

16

5) Adanya keinginan belajar untuk mengenal suatu keahlian yang lebih mendalam.

6) Jabatan dipandang sebagai karir hidup.

7) Menjadi anggota suatu organisasi bidang studi.

Dalam kajian makro, sistem pendidikan menyangkut berbagai hal atau komponen yang lebih luas lagi, yaitu masukan, proses dan output. Menurut Coombs (1968) dalam Stephen (1994) ada 12 komponen pendidikan yang berkaitan dan berhubungan satu sama lain dalam sistem pendidikan. Komponen tersebut adalah: 1) Tujuan, menjelaskan tentang apa yang hendak dicapai oleh sistem pendidikan. 2) Peserta didik, menjelaskan khalayak yang menjadi peserta dalam proses

pendidikan.

3) Manajemen, merupakan segala kegiatan perencanaan, pengkoordinasian, pengarahan dan penilaian dalam sistem pendidikan.

4) Struktur dan jadwal waktu, menjelaskan tentang cara pelaksanaan kegiatan dan pengaturan waktu mencapai tujuan.

5) Materi, merupakan hal-hal pokok yang perlu disampaikan oleh pengajar dan perlu dipelajari oleh peserta didik untuk mencapai keterampilan akhir yang menjadi tujuan pendidikan.

6) Tenaga pendidik, merupakan tenaga kerja yang tersedia di masyarakat yang membantu terciptanya kesempatan belajar dan memperlancar proses pendidikan untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan.

7) Alat bantu mengajar, bersumber kepada barang-barang hasil produksi masyarakat seperti buku, peralatan laboratorium dan lainnya.

(7)

17

8) Fasilitas, secara sempit diartikan sebagai kampus yang terdiri dari gedung dan perlengkapannya.

9) Teknologi, merupakan cara yang dipergunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dari segi proses maupun keluarannya.

10) Kendali mutu, merupakan komponen pokok yang mengatur terbinanya kualitas pendidikan sesuai dengan harapan dan cita-cita.

11) Penelitian, bersumber kepada pengetahuan ilmiah kearah pengembangan sistem pendidikan.

12) Biaya pendidikan, merupakan fungsi yang dapat memperlancar kelangsungan proses pendidikan.

Sistem pendidikan yang baik adalah sistem pendidikan yang berorientasi pada peningkatan kemampuan mahasiswanya dalam memahami dunia pendidikan yang ditekuni dan manfaatnya bisa diambil di kehidupan mereka di masa yang akan datang. Geiger dan Ogilby (2000) menyatakan nilai pendidikan sebagai suatu sistematis colection, interprestasi dan penggunaan informasi mengenai karakteristik mahasiswa, lingkungan pendidikan, hasil pembelajaran dan kepuasan user/pengguna terhadap kinerja mahasiswa yang meningkat serta adanya keberhasilan secara profesional. Dengan demikian input yang diperoleh mahasiswa dapat menghasilkan output secara optimal yaitu berupa pengetahuan, sikap dan ketrampilan baik hardskill maupun softskill.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 153 tahun 2014 tentang penyelenggaraan pendidikan program profesi akuntan pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan program profesi akuntan merupakan jenis

(8)

18

pendidikan tinggi setelah program sarjana atau setara yang menyiapkan mahasiswa dalam pekerjaan yang memerlukan persyaratan keahlian khusus di bidang akuntansi. PPAk adalah suatu usaha yang bertujuan untuk menghasilkan akuntan profesional dengan standarisasi kualitas akuntan di Indonesia. Mahasiswa non akuntansi selayaknya diarahkan untuk memberi pemahaman konseptual yang didasarkan pada penalaran sehingga ketika akhirnya masuk ke dalam dunia praktik dapat beradaptasi dengan keadaan sebenarnya dan memiliki resistance to change yang rendah terhadap gagasan perubahan atau pembaruan yang menyangkut profesinya tersebut (Suwardjono, 2012).

Peraturan Ikatan Akuntansi Indonesia Nomor 2 tahun 2015 tentang mekanisme pelaksanaan ujian Chartered Accountant Indonesia bagi mahasiswa pendidikan program profesi akuntan menyatakan bahwa Chartered Accountant Indonesia adalah kualifikasi akuntan profesional yang ditetapkan oleh IAI yang pemegang sertifikatnya akan mendapatkan sebutan (designation) profesi sebagai Chartered Accountant Indonesia disingkat “CA”. Ujian Chartered Accountant Indonesia (CA) adalah ujian sertifikasi akuntan profesional yang diselenggarakan oleh IAI, peserta ujian CA merupakan mahasiswa aktif PPAk. Ujian CA diselenggarakan atas prinsip-prinsip dasar, yaitu : kompetensi, objektifitas, independen, integritas, transparan, fairness, adil dan bertanggung jawab. IAI menyelenggarakan ujian CA dengan tujuan untuk mendapatkan akuntan sebagai anggota utama IAI yang memiliki :

1) Kualifikasi untuk menjalankan peran sebagai akuntan profesional sesuai kompetensi utama dan kompetensi khusus CA.

(9)

19

2) Komitmen tinggi terhadap etika, nilai-nilai dan perilaku profesional yang tinggi.

3) Keahlian profesional untuk menjalankan peran tersebut.

Profesi Akuntan menjadi profesi yang sangat penting dalam perkembangan dunia perekonomian global dan modern. Pada era globalisasi ini, para pengusaha dan pekerja asing bebas masuk ke dunia bisnis tanpa batas teritorial antar negara. Meningkatnya akses untuk bekerja dan berwirausaha di Indonesia, maka pengawasan dan pengendalian atas hal tersebut perlu ditingkatkan pula. Dalam dunia ekonomi, banyak hal yang perlu diperhatikan dan diawasi seperti legalitas dalam aktivitas usaha, kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku dan pelaporan kegiatan usaha/bisnis yang mereka lakukan dan haruslah ada jaminan/keyakinan bahwa laporan yang dikeluarkan oleh perusahaan benar dan berkualitas. Tugas pengawasan dan penjamin kualitas itu salah satunya dilakukan oleh para akuntan, karena salah satu dari jasa yang diberikan oleh akuntan adalah Assurance Services (Jasa Atestasi).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak semua jenis pekerjaan yang dijalankan oleh seseorang dapat disebut sebagai profesi. Suatu pekerjaan dapat disebut sebagai profesi jika pekerjaan tersebut berasal dari pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan khusus, memberikan pelayanan jasa tertentu, memiliki kode etik profesi, serta memiliki sebuah wadah organisasi profesi yang menaungi para anggotanya. Hal lain yang tak kalah penting pada profesi adalah kepercayaan. Kepercayaan merupakan pengakuan masyarakat

(10)

20

terhadap kualitas jasa yang diberikan akuntan. Tanpa kepercayaan, profesi akuntan tidak akan bertahan lama.

2.1.6 Motivasi

Robbins dan Judge (2015) mendefinisikan motivasi sebagai proses yang menjelaskan mengenai kekuatan, arah, dan ketekunan seseorang dalam upaya untuk mencapai tujuan. Motivasi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010) adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu atau usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Menurut Martameh (2012) motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan.

Pengertian motivasi menurut Wlodkowski (1995) adalah suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Suranta dan Syafiqurrahman (2006) menyatakan motivasi adalah rangsangan, dorongan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang atau sekelompok masyarakat yang mau berbuat dan bekerjasama secara optimal dalam melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Rahayu dan Rusmawan (2010) motivasi seringkali diartikan dengan istilah dorongan, dorongan atau

(11)

21

tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat sehingga motivasi tersebut merupakan driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu.

Menurut Mirawati (2013) motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi yang ada pada diri seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan. Motivasi bukanlah yang dapat diamati tetapi hal yang dapat disimpulkan karena adanya sesuatu perilaku yang tampak. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung prilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Menurut Rossetyowati (2011) motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan (action atau activities) dan memberikan kekuatan (energy) yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidakseimbangan sehingga tidak akan ada motivasi, jika tidak dirasakan adanya kebutuhan dan kepuasan serta ketidakseimbangan tersebut.

Motivasi merupakan hal yang melatarbelakangi individu berbuat untuk mencapai tujuan tertentu. Seseorang yang dengan sengaja mengikatkan diri menjadi bagian dari organisasi mempunyai latar belakang yang berbeda - beda, salah satunya adalah agar mereka dapat berinteraksi dengan manusia lainnya dan agar kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi. Motivasi mempunyai dua bentuk, yaitu motivasi positif dan motivasi negatif. Motivasi positif merupakan proses untuk mempengaruhi orang lain dengan cara memberikan penambahan tingkat

(12)

22

kepuasan tertentu, misalnya dengan memberikan promosi, memberikan insentif atau tambahan penghasilan. Sedangkan motivasi negatif merupakan proses untuk mempengaruhi orang lain dengan cara menakut-nakuti atau mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu secara paksa (Widyastuti dkk, 2004).

Teori dari Vroom (1964) dalam Lunenberg (2011) tentang Cognitive Theory Of Motivation menjelaskan bahwa masyarakat percaya ada hubungan antara usaha yang mereka tunjukkan dalam perusahaan, kinerja dari usaha tersebut dan penghargaan yang mereka terima dari usaha dan kinerja mereka. Dalam teori ini dijelaskan tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:

1) Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas.

2) Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu).

3) Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan positif, netral, atau negatif. Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapan. Motivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan.

Menurut Puritan (2013) fungsi motivasi adalah :

1) Mendorong timbulnya suatu kelakuan atau perbuatan. Tanpa adanya motivasi maka tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.

2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan.

(13)

23

3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Motivasi berfungsi sebagai mesin dalam mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu pekerjaan.

2.1.7 Minat

Minat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010) adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Ketika seseorang melihat bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka ia akan menjadi berminat sehingga hal tersebut akan mendatangkan dorongan untuk mencapai kepuasan tersebut. Tetapi ketika kepuasan menurun maka minatnya juga akan menurun, sehingga minat tidak bersifat permanen yang bisa berubah-ubah. Menurut Sandjaja (2006) minat merupakan suatu kecenderungan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari ataupun mencoba aktivitas-aktivitas dalam bidang tertentu. Minat juga diartikan sebagai sikap positif terhadap aspek-aspek lingkungan. Selain itu, minat juga merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan menikmati suatu aktivitas disertai dengan rasa senang.

Minat merupakan suatu rasa dan suatu ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh dan timbul secara tidak tiba - tiba atau spontan, melainkan timbul akibat partisipasi, pengetahuan dan kebiasaan (Slameto, 2008). Minat adalah keinginan yang didorong oleh suatu keinginan setelah melihat, mengamati dan membandingkan serta mempertimbangkan dengan kebutuhan yang diinginkannya (Harahap, 2009).

(14)

24

Menurut Benny dan Yuskar (2006) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada minat yaitu :

1) Minat dianggap sebagai perantara faktor-faktor motivasional yang mempunyai dampak pada suatu perilaku.

2) Minat menunjukkan seberapa keras seseorang berani mencoba melakukan sesuatu.

3) Minat menunjukkan seberapa banyak upaya yang direncanakan seseorang untuk melakukan sesuatu.

Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih (Hurlock, 1995:144). Menurut Hurlock (1995:117) minat terbagi menjadi 3 aspek, yaitu :

1) Aspek Kognitif

Berdasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang pernah dipelajari baik di rumah, sekolah dan masyarakat serta berbagai jenis media massa.

2) Aspek Afektif

Konsep yang membangun aspek afektif, minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Berkembang dari pengalaman pribadi dari sikap orang yang penting yaitu orang tua, guru dan teman sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa terhadap kegiatan itu.

(15)

25 3) Aspek Psikomotor

Berjalan dengan lancar tanpa perlu pemikiran lagi, urutannya tepat. Namun kemajuan tetap memungkinkan sehingga keluwesan dan keunggulan meningkat meskipun ini semua berjalan lambat.

Menurut Witherington (1999:26) minat dibedakan menjadi 2 yaitu : 1) Minat Primitif

Disebut pula minat biologis, yaitu minat yang berkisar soal makanan dan kebebasan aktivitas.

2) Minat Kultural

Disebut juga minat sosial yaitu minat yang berasal dari perbuatan yang lebih tinggi tarafnya.

(16)

26

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Tabel 2.1 berikut menyajikan ringkasan penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan referensi dan berhubungan dengan penelitian ini.

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No Peneliti dan Tahun Penelitian Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Benny dan Yuskar (2006) Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) (Studi Empiris pada Perguruan Tinggi di Padang) Variabel Independen: - Motivasi kualitas - Motivasi karir - Motivasi ekonomi Variabel Dependen: - Minat mengikuti PPAk Variabel motivasi kualitas dan motivasi karir berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa untuk mengikuti PPAk, sedangkan untuk motivasi ekonomi tidak signifikan mempengaruhi minat untuk mengikuti PPAk. 2 Lisnasari dan Fitriany (2008) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Akuntansi untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntasi (PPAk) (Studi Empiris di Universitas Indonesia) Variabel Independen: - Motivasi karir - Motivasi mencari ilmu - Motivasi ekonomi - Motivasi gelar - Motivasi mengikuti USAP Pada mahasiswa akuntansi ekstensi, faktor yang mempengaruhi minat mengikuti PPAk adalah motivasi gelar, masa pendidikan, dan motivasi karier. Pada mahasiswa akuntansi regular tidak ada satu pun

faktor yang

(17)

27 No Peneliti dan Tahun Penelitian Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian - Biaya pendidikan PPAk dan lama pendidikan PPAk Variabel Dependen: - Minat mengikuti PPAk minat mengikuti PPAk. Pada mahasiswa PPAk, faktor yang mempengaruhi minat mengikuti PPAk adalah motivasi karir. 3 Widyastuti dkk, (2004) Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntasi (PPAk) Variabel Independen: - Motivasi kualitas - Motivasi karir - Motivasi ekonomi - Tingkat pendidikan Variabel Dependen: - Minat Mengikuti PPAk Variabel motivasi karir merupakan faktor yang paling signifikan mempengaruhi minat mahasiswa untuk mengikuti PPAk, sedangkan untuk motivasi kualitas dan motivasi ekonomi tidak signifikan mempengaruhi minat untuk mengikuti PPAk. Ada perbedaan minat antara mahasisiwa tingkat awal dan mahasiswa tingkat akhir. 4 Istina dan Yulita (2008) Pengaruh Persepsi dan Motivasi Mahasiswa Jurusan Akuntansi Yang Variabel Independen: - Persepsi Variabel persepsi dan variabel motivasi kualitas berpengaruh

(18)

28 No Peneliti dan Tahun Penelitian Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian Sedang Mengambil Skripsi Terhadap Peminatan Karir Dalam Bidang Perpajakan (Studi Empiris pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Dian Nuswantoro) - Motivasi kualitas - Motivasi karir - Motivasi ekonomi Variabel Dependen: - Minat berkarir dalam bidang perpajakan signifikan terhadap minat karir dalam bidang perpajakan. Sedangkan variabel motivasi karir dan motivasi ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat karir dalam bidang perpajakan. 5 Rita dan Indarto (2013) Pengaruh Motivasi dan Pengetahuan Undang-Undang No.5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik Terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) Variabel Independen: - Motivasi karir - Mengikuti USAP - Motivasi kualitas - Motivasi ekonomi - Pengetahuan Undang-Undang No.5 Tahun 2011 tentang akuntan publik Variabel Dependen: - Minat mahasiswa akuntansi mengikuti Pendidikan Variabel motivasi karir, Motivasi mengikuti USAP, motivasi kualitas, motivasi ekonomi, Pengetahuan Undang-Undang No.5 tahun 2011 tentang akuntan publik secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap minat mahasiswa akuntansi mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi.

(19)

29 No Peneliti dan Tahun Penelitian Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian Profesi Akuntansi. 6 Yudhistira (2014) Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (Studi Empiris pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Brawijaya) Variabel Independen: - Motivasi kualitas - Motivasi karir - Motivasi ekonomi - Motivasi sosial Variabel Dependen: - Minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk Variabel motivasi kualitas, motivasi karier, motivasi ekonomi, dan motivasi sosial secara simultan berpengaruh terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk. 7 Nisa (2012) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) (Survai Pada Perguruan Tinggi di Surakarta Variabel Independen: - Motivasi karir - Motivasi kualitas - Motivasi sosial - Persepsi Variabel Dependen: - Minat mahasiswa mengikuti PPAk Variabel motivasi karir, motivasi kualitas, motivasi sosial, dan persepsi berpengaruh terhadap minat mahasiswa untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk).

(20)

30 No Peneliti dan Tahun Penelitian Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 8 Ayu et al. (2013) Accounting Students Perception And Motivation On Interest Of Internal Auditors Profession Variabel Independen : - Motivasi karir - Motivasi kualitas - Motivasi ekonomi - Persepsi keutungan auditor internal - Persepsi pengorbanan auditor internal Variabel Dependen : - Minat menjadi auditor internal Variabel motivasi karir, motivasi kualitas, motivasi ekonomi, dan persepsi keutungan auditor internal memiliki pengaruh positif terhadap minat mahasiswa akuntansi menjadi internal auditor, sedangkan persepsi pengorbanan auditor internal tidak berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi menjadi internal auditor. 9 Chevallier et al. (2013) The Social Motivation Theory Of Autism Variabel Independen: - Motivasi sosial Variabel Dependen: - Minat Autism Spectrum Disorders (ASD). Variabel motivasi sosial dapat meningkatkan minat pada Autism Spectrum Disorders (ASD), hal ini berarti motivasi sosial berpengaruh positif pada peningkatan minat Autism Spectrum Disorders (ASD). 10 Kurnia (2014) Peran Motivasi Dalam Variabel Independen: Variabel motivasi kualitas

(21)

31 No Peneliti dan Tahun Penelitian Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian Mempengaruhi Minat Mahasiswa Mengikuti PPA (Studi Kasus Pada Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Akuntansi di Perguruan Tinggi Kota Semarang). - Motivasi kualitas - Motivasi karir - Motivasi ekonomi Variabel Dependen: - Minat mahasiswa mengikuti PPA berpengaruh secara signifikan terhadap minat mahasiswa dalam mengikuti PPA, sedangkan motivasi karir dan motivasi ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat mahasiswa dalam mengikuti PPA. 11 Nurhayani (2012) Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) (Studi Empiris pada Perguruan Tinggi Swasta Medan). Variabel Independen: - Motivasi sosial - Motivasi karir - Motivasi ekonomi Variabel Dependen: - Minat mahasiswa mengikuti PPAk Variabel motivasi sosial, motivasi karir dan motivasi ekonomi berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk).

2.3 Rumusan Hipotesis Penelitian

2.3.1 Pengaruh Motivasi Sosial pada Minat Mahasiswa Non Akuntansi untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk).

Motivasi sosial merupakan motivasi yang mendasari aktivitas yang dilakukan individu dalam reaksinya terhadap orang lain, jika ia dalam membuat pilihan memperhitungkan akibatnya bagi orang lain (Martameh, 2012). Buss et al. (1997)

(22)

32

menyatakan bahwa pentingnya status sebagai motivasi sosial akan sangat berpengaruh terhadap tingkat kecemasan yang dialami seseorang, disamping itu motivasi sosial secara psikologis mampu mengabaikan peran dari jenis kelamin seseorang. Akerlof (2006) menyatakan bahwa motivasi sosial dapat menyebabkan individu untuk berperilaku berbeda karena terkait dengan adanya motivasi ekonomi yang melatarbelakanginya. Coralie et al. (2012) mengungkapkan apabila motivasi sosial langsung diungkapkan sendiri serta tercermin dalam situasi sosial dan non sosial maka dikatakan motivasi sosial itu bersifat sederhana. Motivasi sosial dapat diartikan sebagai suatu dorongan seseorang untuk melakukan perbuatan dengan tujuan atau bernilai sosial, memperoleh pengakuan maupun penghargaan dari lingkungan dimana seseorang berada. Pekerjaan akuntan membutuhkan lingkungan dan situasi sekitar yang baik. Nilai-nilai sosial mendorong pekerjaan akuntan lebih dihargai dan mendapat tempat distrata sosial masyarakat. Kepedulian dan perhatian pada sekitar oleh seorang akuntan akan meningkatkan nilai instrinsik dan nilai jual akuntan. Menurut Widyasari (2010) nilai-nilai sosial ditunjukkan sebagai faktor yang mencerminkan kemampuan seseorang pada masyarakatnya, dengan kata lain nilai-nilai sosial adalah nilai seseorang dari sudut pandang orang lain di lingkungannya.

Penelitian mengenai pengaruh motivasi sosial pada minat mahasiswa non akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) sejauh ini masih cukup sedikit. Baumeistel et al. (1991) menyatakan bahwa keinginan untuk berhubungan sosial dengan orang lain sangat memegang peranan sentral di dalam hal kebutuhan untuk melakukan koneksi dengan orang lain di samping aspek lain

(23)

33

seperti kompetensi dan kebutuhan untuk berprestasi. Chevallier et al. (2012) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa motivasi sosial dapat meningkatkan minat pada Autism Spectrum Disorders (ASD), hal ini menunjukan bahwa motivasi sosial dapat mengkapitalisasi pada temuan terbaru dan memberikan gambaran terbaru terkait motivasi sosial pada perilaku, biologis, dan evolusi. Penelitian yang dilakukan oleh McClintock (1972), Nisa (2012), Nurhayani (2012), Yudhistira (2014) menunjukan bahwa motivasi sosial berpengaruh positif terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayuningtyas dan Prihantini (2012) menunjukan bahwa motivasi sosial tidak berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk.Berdasarkan uraian di atas mengenai motivasi sosial maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Motivasi sosial berpengaruh pada minat mahasiswa non akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk).

2.3.2 Pengaruh Motivasi Kualitas pada Minat Mahasiswa Non Akuntansi untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk).

Motivasi kualitas menurut Puritan (2013) merupakan dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk memiliki dan meningkatkan kualitas diri dan kemampuannya dalam bidang yang ditekuninya sehingga dapat melaksanakan tugas dengan baik dan benar. Maarten et al. (2009) menyatakan bahwa motivasi kualitas yang baik yang dialami oleh guru-guru didukung oleh otonomi secara struktur dan memiliki keterlibatan secara emosional akan menciptakan lingkungan sekolah yang memungkinkan siswanya untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka

(24)

34

yakni kompetensi dan pengetahuan. Kualitas seseorang dipengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung oleh tingkat pendidikannya termasuk pendidikan berkelanjutan terstruktur maupun mandiri. Maka dari itu, motivasi sering kali menjadi dorongan untuk meningkatkan kualitas memicu keinginan untuk mengikuti suatu pendidikan. Selama ini, lulusan S1 akuntansi yang membuka kantor akuntan publik ataupun bekerja di bidang akuntansi sering diragukan kualitas/kemampuannya. Pandangan masyarakat adalah seseorang yang belum menempuh pendidikan profesi belum dapat dikatakan profesional dan kemampuannya diragukan. Oleh sebab itu, pendidikan formal profesi akuntansi dan ujian sertifikasi adalah salah satu cara untuk meningkatkan kualitas akuntan dan mendapatkan kepercayaan lebih dari masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan diselenggarakannya PPAk yaitu menghasilkan lulusan yang menguasai keahlian dibidang akuntansi, dengan mengikuti PPAk mahasiswa dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai akuntansi dan peraturan akuntansi terkini sehingga kualitas pengetahuan mahasiswa akan semakin tinggi sehingga dapat menjadi akuntan yang profesional.

Penelitian yang dilakukan oleh Ayu et al. (2013) menunjukan bahwa motivasi kualitas memiliki pengaruh positif terhadap minat mahasiswa akuntansi dalam internal auditor. Hal ini berarti jika mahasiswa akuntansi meningkatkan kapasitas, kualitas, serta sering mencari informasi di bidangakuntansi, maka akan meningkatkan minat mahasiswa akuntansi menjadi auditor internal. Penelitian yang dilakukan oleh Benny dan Yuskar (2006), Istina dan Yulita (2008), Nisa (2012), Rita dan Indarto (2013), Yudhistira (2014), Kurnia (2014) menunjukkan bahwa motivasi kualitas

(25)

35

berpengaruh positif terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk. Penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti dkk, (2004) menunjukkan bahwa motivasi kualitas tidak berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk. Berdasarkan uraian di atas mengenai motivasi kualitas maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: H2 : Motivasi kualitas berpengaruh pada minat mahasiswa non akuntansi untuk

mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk).

2.3.3 Pengaruh Motivasi Karir pada Minat Mahasiswa Non Akuntansi untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk).

London (1983) menyatakan bahwa motivasi karir dipandang sebagai konstruk multidimensi. Komponen terdiri dari karakteristik individu (identitas karir, wawasan karir, dan domain ketahanan karir) dan keputusan karir yang sesuai dan perilaku. Hubungan antara komponen dan kondisi situasional yang relevan diusulkan dalam model yang didasarkan pada calon dan retrospektif rasionalitas. Motivasi karir menurut Widyastuti dkk, (2004) merupakan suatu keahlian atau profesional seseorang di bidang ilmunya yang dinilai berdasarkan pengalaman kerja yang akan memberikan kontribusi kepada organisasi. Motivasi karir merupakan dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk meningkatkan kemampuan pribadinya dan dalam rangka mencapai kedudukan, jabatan atau karir yang lebih baik dari sebelumnya. Karir dapat diartikan sebagai rangkaian sikap dan perilaku yang berhubungan dengan perjalanan kerja seseorang sepanjang kehidupan kerjanya (Widyastuti dkk, 2004). Pilihan karir yang ada saat ini diharapkan akan menjadikan seseorang menjadi profesional dalam bidangnya masing-masing

(26)

36

sehingga karir yang diinginkan akan tercapai sesuai dengan harapannya (Trisnawati, 2013).

Profesi akuntan publik merupakan salah satu pilihan karir yang banyak diminati, karir yang semakin tinggi mampu mendorong mahasiswa untuk mengikuti PPAk guna mencapai kedudukan yang lebih tinggi dalam pekerjaanya, membutuhkan lebih sedikit waktu untuk dipromosikan serta memperoleh pengakuan atas prestasi yang diraih (Ayuningtyas dan Prihantini, 2012). Karir juga dipandang sebagai rangkaian promosi untuk memperoleh pekerjaan yang mempunyai beban pertanggungjawaban lebih tinggi atau penempatan posisi yang lebih baik dalam hirarki pekerjaan seseorang sepanjang kehidupan kerjanya. Tujuannya adalah untuk membantu menciptakan profesional sehingga mereka akan dapat memenuhi kebutuhan pengusaha potensial dengan demikian mereka akan memiliki kehidupan karir yang memuaskan (Kermis, 2011). Menurut Gittman dan Mcdaniel (1995) dalam Septianto (2014) keefektifan suatu karir tidak hanya ditentukan oleh individu saja tetapi juga oleh organisasi itu sendiri yang terlihat dalam empat tahapan karir yaitu:

1) Entry merupakan tahap awal pada saat seseorang memasuki suatu lapangan pekerjaan/organisasi.

2) Tahap pengembangan keahlian dan teknis.

3) Midcareer years yaitu suatu tahap dimana seseorang mengalami kesuksesan dan peningkatan kinerja.

(27)

37

Noe et al. (1990) menyatakan bahwa motivasi karir terdiri dari tiga karakteristik individu yaitu identitas karir, wawasan karir, dan ketahanan karir, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki korelasi potensi motivasi karir. Helen et al. (1980)menyatakan bahwa motivasi karir yang diwakili oleh pekerjaan terutama oleh kaum perempuan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, latar belakang, dan variabel psikologis mereka. Penelitian yang dilakukan oleh Ayu et al. (2013) menunjukan bahwa motivasi karir memiliki pengaruh positif terhadap minat mahasiswa akuntansi dalam internal auditor. Hal ini berarti semakin tinggi motivasi karir yang dimiliki mahasiswa maka semakin tinggi juga minatnya. Motivasi karir ini meliputi bekerja keras untuk mendapatkan kedudukan sesuai keahlian dan menangani semua rintangan dalam mencapai kesuksesan mengejar

karir. Penelitian yang dilakukan oleh Farmer (1976), Widyastuti dkk, (2004), Benny dan Yuskar (2006), Lisnasari dan Fitriany (2008), Nisa (2012), Nurhayani (2012), Rita dan Indarto (2013), Yudhistira (2014) menunjukan bahwa motivasi karir berpengaruh positif terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk. Penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Istina dan Yulita (2008), Kurnia (2014) menunjukkan bahwa motivasi karir tidak berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk. Berdasarkan uraian di atas mengenai motivasi karir maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Motivasi karir berpengaruh pada minat mahasiswa non akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk).

(28)

38

2.3.4 Pengaruh Motivasi Ekonomi pada Minat Mahasiswa Non Akuntansi untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk).

Motivasi ekonomi menurut Widyastuti dkk, (2004) merupakan suatu dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk meningkatkan kemampuan pribadi dalam rangka untuk memperoleh penghargaan finansial yang diinginkan. Penghargaan finansial merupakan salah satu bentuk sistem pengendalian manajemen. Secara umum penghargaan finansial terdiri atas penghargaan langsung dan tidak langsung (Tracey and Baverly, 2010). Penghargaan langsung dapat berupa pembayaran dari upah dasar atau gaji pokok, overtime atau gaji dari lembur, pembayaran untuk hari libur, pembagian dari laba (profit sharing), opsi saham, dan berbagai bentuk bonus berdasarkan kinerja lainnya. Sedangkan penghargaan tidak langsung meliputi asuransi, pembayaran liburan, tunjangan biaya sakit, program pensiun, dan berbagai manfaat lainnya. Adanya motivasi ekonomi, seseorang akan melakukan kegiatan ekonomi agar mendapatkan kepuasan materi dan kesejahteraan pribadi maupun keluarga. Biasanya setelah kepuasan diri terpenuhi maka akan muncul keinginan untuk mensejahterakan pihak lain.

Joseft et al. (2013) menyatakan bahwa orang-orang yang termotivasi secara ekonomis akan mampu mengevaluasi standar hidup mereka dengan menggunakan kemampuan sesuai dengan konteks cita-cita yang sudah mereka tetapkan berdasarkan standar hidup mereka. Penelitian mengenai pengaruh motivasi ekonomi pada minat mahasiswa non akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) telah banyak diteliti, namun hasil dari penelitian-penelitian tersebut masih menunjukan ketidakkonsistenan. Penelitian yang dilakukan oleh Ayu et al. (2013) menunjukan bahwa motivasi ekonomi memiliki pengaruh positif

(29)

39

terhadap minat mahasiswa akuntansi dalam internal auditor. Hal ini berarti semakin tinggi motivasi ekonomi yang dimiliki oleh mahasiswa maka semakin tinggi juga minatnya. Motivasi Ekonomi ini meliputi pemikiran tentang gaji awal yang besar, bonus, dan memiliki kesempatan kenaikan gaji yang cepat. Penelitian yang dilakukan oleh Frank (1940), Nurhayani (2012), Rita dan Indarto (2013), Yudhistira (2014) menunjukkan bahwa motivasi ekonomi berpengaruh positif terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk. Penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti dkk, (2004), Benny dan Yuskar (2006), Lisnasari dan Fitriany (2008), Istina dan Yulita (2008), Kurnia (2014) menunjukkan bahwa motivasi ekonomi tidak berpengaruh terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk. Berdasarkan uraian di atas mengenai motivasi ekonomi maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

H4 : Motivasi ekonomi berpengaruh pada minat mahasiswa non akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk).

2.4 Kerangka Pemikiran

Peneliti membuat kerangka pemikiran yang memiliki hubungan antara variabel dependen dengan variabel-variabel independen. Dalam penelitian ini, minat mengikuti Pendidikan (Y) merupakan variabel dependen, sedangkan motivasi sosial (X1), motivasi kualitas (X2), motivasi karir (X3), dan motivasi ekonomi (X4) merupakan variabel-variabel independen dalam penelitian ini.

(30)

40

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Motivasi (X)

Minat Mengikuti PPAK (Y) Motivasi Sosial (X1) Motivasi Karir (X3) Motivasi Kualitas (X2) Variabel Independen Motivasi Ekonomi (X4) Variabel Dependen

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Dokumen ini dibuat oleh fungsi kas sebagai bukti penyetoran kas yang diterima dari piutang ke bank. Bukti setor dibuat 3 lembar dan diserahkan oleh fungsi kas

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Mahakuasa atas segala nikmat-Nya sehingga kami bisa menjalankan kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penerapan Teknologi (PKM-T)

(3) Dalam hal informasi mengenai rencana Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha telah diketahui pihak lain selain orang dalam, Perusahaan Terbuka yang akan melakukan Penggabungan

Saya berniat menggunakan e-filing karena saya benar-benar ingin menggunakannya, bukan karena paksaan dari kantor pelayanan pajak.. Pemakaian nyata (actual system use)

Beban sewa yang dibebankan pada Perusahaan berkaitan dengan transaksi sewa tersebut untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2009 dan 2008 masing-masing

Informative merupakan keyword yang digunakan untuk proses perancangan visualisasi buku ini, dalam bahasa Indonesia informative berarti bersifat memberi informasi,

Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling yang berdasarkan kriteria tertentu, yakni perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode

penulisnya monggxnatm sodet Contina$ Iine ydlt , crlt (CTMC) untut mengealie kinerja .r2,,€/ rralr,s di