• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN. melaksanakan fungsi pengawasan, baik yang bersifat preventif maupun yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN. melaksanakan fungsi pengawasan, baik yang bersifat preventif maupun yang"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

2.1 Telaah Pustaka

2.1.1 Sistem Pengendalian Intern

2.1.1.1Pengertian Sistem Pengendalian Intern

Pengendalian intern merupakan alat bantu manajemen untuk melaksanakan fungsi pengawasan, baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif. Fungsi ini penting artinya bagi penilaian dan tindak perbaikan atas pelaksanaan kerja yang telah dilakukan pada manajemen, bahwa apa yang dilakukan dan dilaporkan bawahan itu benar dan dapat dipercaya.

Berdasarpan PP no 60 tahun 2008 bahwa Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Azhar Susanto (2008:88) mengemukakan tentang pengendalian adalah ”Pengendalian (control) meliputi semua metode, kebijakan dan prosedur organisasi yang menjamin keamanan harta kekayaan perusahaan, akurasi dan kelayakan data manajemen serta standar operasi manajemen lainnya”.

Bodnard dan Hopwood (2006: 123) mengemukakan bahwa:

Pengendalian intern merupakan satu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi perusahaan, manajemen dan personel lain yang dirancang untuk                  

(2)

memberikan jaminan yang masuk akal terkait dengan tercapainyan tujuan berikut Reliabilitas pelaporan keuangan, Efektifitas dan efisiensi operasi, dan Kesesuaian dengan peraturan dan regulasi yang berlaku.

Mulyadi (2002: 180) berpendapat bahwa pengendalian intern adalah sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : Keandalan pelaporan keuangan, Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, dan Efektifitas dan efisiensi operasi.

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP, adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Metode-metode pengendalian manajemen terdiri dari teknik-teknik yang digunakan oleh manajemen untuk menyampaikan instruksi dan tujuan-tujuan operasi kepada para bawahan dan untuk mengevaluasi hasil-hasilnya. Ada atau tidaknya metode-metode ini merupakan cerminan filosofi dan gaya operasional manajemen. Metode pengendalian manajemen menetapkan penggunanan dan pertanggung jawaban sumber daya juga penting untuk menetapkan sistem yang mengakumulasikan dan memproses transaksi-transaksi dengan cara sesuai kebutuhan manajemen. Anggaran merupakan contoh umum metode pengendalian manajemen.

Dengan demikian pengendalian intern merupakan suatu proses yang meliputi organisasi dan semua metode serta ketentuan yang dijalankan serta                  

(3)

terkoordinasi oleh pihak perusahaan untuk melindungi harta perusahaan dan ketaatan terhadap peraturan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.1.1.2Tujuan Sistem Pengendalian Intern

Tujuan dari pengendalian intern mencakup: mengamankan harta perusahaan, menguji ketelitian dan kebenaran data akuntansi perusahaan, meningkatkan efisien operasi perusahaan, dan ketaatan pada kebijakan-kebijakan yang digariskan pimpinan perusahaan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, kehandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Mulyadi (2002: 180) tujuan dari pengendalian intern adalah; Keandalan informasi keuangan, Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, dan Efektifitas dan efisiensi operasi. Pengendalian dan pengawasan yang dilakukan oleh pengendalian intern persediaan barang akan berkaitan dengan aktivitas prosedur perusahaan didalam penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran barang.

Azhar Susanto (2008: 88) mengemukakan tujuan pengendalian adalah sebagai berikut:

1. Untuk memberikan jaminan yang meyakinkan bahwa tujuan dari aktivitas (sistem informasi dan sistem operasi) bisnis akan tercapai

                 

(4)

2. Untuk mengurangi resiko yang akan dihadapi perusahaan karena kajahatan, bahaya atau kerugian yang disebabkan oleh penipuan, kecurangan, penyelewengan, dan pengelapan.

2.1.1.3Aktivitas Organisasi Yang Harus Dikendalikan

Azhar Susanto (2008: 92) menjelaskan aktivitas organisasi perusahan yang harus dikendalikan, untuk lebih jelanya seperti tabel di bawah ini:

Tabel 2.1

Pengendalian Aktivitas Organsiasi

Pengendalian Aktivitas Pengertian Penjelasan

Menjamin bahwa sistem operasi dapat berjalan secara efektif (sistem operasi dirinci lebih lanjut untuk dianalisis

Efektif : ukuran yang menunjukkan satu atau beberpa tujuan telah dicapai

Efektifitas rincian operasi : digunakan sebagai pertimbangan untuk menilai efektivitas operasi.

Bila tujuan anda dapat nilai A, apakah anda akan dapat nilai A? Tujuan utama terdiri dari beberapa tujuan antara, tingkat keberhasilan diukur dari tingkat pencapaian tujuan antara atau kriteria tersebut. Menjamin sumber daya digunakan secara

efisien Efisiensi: menunjukkan ukuran yang produktivitas sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan

Berapa jumlah biaya yang dikeluarkan untuk mendapat sejumlah tertentu penerimaan dalam satu hari atau satu bulan

Menjamin sumber daya telah diamankan

dengan baik Keamanan daya: melindungi sumber sumber daya dari kerugian, pengrusakan, penggandaan, penjualan dan kesalahan lainnya

Apakah sumber daya selalu tersedia setiap kali diperlukan?

Menjamin validitas input Validitas input: data yang dimasukkan (diinput) kedalam sistem telah disetujui dan mencerminkan kejadian atau objek sesungguhnya

Dalam transaksi penjualan apakah faktur yang dimasukkan ke dalam sistem telah mendapat paraf petugas, dicap dan juga telah diparaf oleh yang menerima?                  

(5)

Pengendalian Aktivitas Pengertian Penjelasan Menjamin kelengkapan data Kelengakapan data:

semua daya yang sah telah dimasukkan ke dalam sistem

Semua item dalam dokumen telah dimasukkan ke dalam sistem informasi Menjamin akurasi Akurasi: data yang

masuk sesuai dengan peristiwa atau objeknya

Data yang masuk mencerminkan

peristiwa sesungguhya dan dilengkapai bukti pendukung

Menjamin updating lengkap Updating lengkap: semua data baru (untuk penambahan atau perbaikan) telah masuk

Data yang ada di dalam sistem informasi telah diperbaharui

berdasarkan data terakhir

Menjamin updating akurat Updating akurat data baru atau perbaikan yang dimasukkan kesistem telah mencerminkan peristiwa yang sesungguhnya

Perubahan data dalam master file sistem telah sesuai dengan perubahan yang seharusnya berdasarkan data baru

Sumber: Azhar Susanto (2008: 92)

2.1.1.4Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), SPIP terdiri atas unsur; lingkungan pengedalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan pengendalian intern.

1. Lingkungan Pengendalian

Pimpinan Instansi Pemerintah dan seluruh pegawai harus menciptakan dan memelihara lingkungan dalam keseluruhan organisasi yang menimbulkan perilaku positif dan mendukung terhadap pengendalian intern dan manajemen yang sehat. Untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya, melalui:                  

(6)

a. Penegakan integritas dan nilai etika b. Komitmen terhadap kompetensi c. Kepemimpinan yang kondusif

d. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan e. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat

f. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia

g. Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif h. Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait.

2. Penilaian risiko

Pengendalian intern harus memberikan penilaian atas risiko yang dihadapi unit organisasi baik dari luar maupun dari dalam. Untuk mencapai tujuan Instansi Pemerintah pimpinan Instansi Pemerintah menetapkan: strategi operasional yang konsisten dan strategi manajemen terintegrasi dan rencana penilaian risiko. Penetapan tujuan pada tingkatan kegiatan sekurang-kurangnya dilakukan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:

a. Berdasarkan pada tujuan dan rencana strategis Instansi Pemerintah

b. Saling melengkapi, saling menunjang, dan tidak bertentangan satu dengan lainnya

c. Relevan dengan seluruh kegiatan utama Instansi Pemerintah d. Mengandung unsur kriteria pengukuran

e. Didukung sumber daya Instansi Pemerintah yang cukup                  

(7)

f. Melibatkan seluruh tingkat pejabat dalam proses penetapannya.

3. Kegiatan pengendalian

Kegiatan pengendalian membantu memastikan bahwa arahan pimpinan Instansi Pemerintah dilaksanakan. Kegiatan pengendalian harus efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan organisasi. Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah yang bersangkutan. Penyelenggaraan kegiatan pengendalian sekurang-kurangnya memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Review atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan b. Pembinaan sumber daya manusia

c. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi d. Pengendalian fisik atas aset

e. Penetapan dan review atas indikator dan ukuran kinerja f. Pemisahan fungsi

g. Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting;

h. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian i. Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya

j. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya

k. Dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting.                  

(8)

4. Informasi dan komunikasi

Informasi harus dicatat dan dilaporkan kepada pimpinan Instansi Pemerintah dan pihak lain yang ditentukan. Informasi disajikan dalam suatu bentuk dan sarana tertentu serta tepat waktu sehingga memungkinkan pimpinan Instansi Pemerintah melaksanakan pengendalian dan tanggung jawabnya.

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat. Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif, pimpinan Instansi Pemerintah harus sekurang-kurangnya: menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi dan mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus menerus.

5. Pemantauan pengendalian intern

Pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja dari waktu ke waktu dan memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya dapat segera ditindaklanjuti. Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan pemantauan Sistem Pengendalian Intern. Pemantauan Sistem Pengendalian Intern dilaksanakan melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya.

Pemantauan berkelanjutan diselenggarakan melalui kegiatan pengelolaan rutin, supervisi, pembandingan, rekonsiliasi, dan tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas. Evaluasi terpisah diselenggarakan melalui penilaian sendiri, reviu, dan pengujian efektivitas Sistem Pengendalian Intern. Evaluasi terpisah dapat dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah atau pihak eksternal                  

(9)

pemerintah. Evaluasi terpisah dapat dilakukan dengan menggunakan daftar uji pengendalian intern.

Sedangkan Murtanto (2005: 3) mengemukakan bahwa pengendalian intern terdiri dari 5 komponen yang saling berkaitan. Kelima komponen tersebut diturunkan dari cara manajemen mengelola bisnis dan dipadukan dengan proses manajemen. Walaupun komponen tersebut berlaku pada semua entitas, perusahaan besar dan menengah mungkin mengimplementasikannya secara berbeda dari perusahaan yang lebih besar. Pengendaliannya mungkin kurang formal dan kurang terstruktur, namun perusahaan kecil masih dapat memiliki pengendalian intern yang efektif. Komponen tersebut meliput hal – hal berikut ini:

1. Pengendalian Lingkungan

Lingkungan pengendalian menetapkan warna organisasi, yang mempengaruhi kesadaran orang-orangnya terhadap pengendalian. Ini merupakan pondasi untuk semua komponen lain dari pengendalian intern, yang menyediakan disiplin. Faktor-faktor lingkungan pengendalian meliputi integritas, nilai etika, dan kompetensi orang entitas tersebut, filosofi manajemen dan gaya operasi, cara manajemen memberi tangung jawab dan wewenang, dan mengorganisasi dan mengembangkan orang-orangnya; dan perhatian serta arah yang diberikan oleh dewan direktur.

2. Penilaian Resiko

Setiap entitas menghadapi berbagai resiko dari sumber internal dan eksternal yang harus dinilai. Prasyarat penilaian resiko adalah penetapan tujuan, yang berhubungan dengan tingkat yang berbeda dan konsisten secara internal.                  

(10)

Penilaian resiko merupakan identifikasi dan analisa resiko relevan pada pencapaian tujuan, yang membentuk basis untuk menentukan bagaimana resiko harus dikelola.

3. Kegiatan Pengendalian

Kegiatan Pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa pengarahan manajemen dilaksanakan. Kegiatan pengendalian juga menjamin bahwa tindakan yang perlu diambil untuk menangani resiko pada pencapaian tujuan entitas.

4. Informasi dan Komunikasi

Informasi yang berlaku harus diidentifikasi, diperoleh, dan dikomunikasikan dalam suatu bentuk dan kerangka waktu yang memungkinkan orang untuk melaksanakan tanggung jawab mereka. Komunikasi yang efektif juga terjadi dalam arti yang lebih luas, yang mengalir kebawah, melintasi dan naik pada organisasi. Semua personil harus menerima pesan yang jelas dari manajemen tertinggi bahwa tangung jawab pengendalian harus dilaksanakan secara sungguh-sungguh. Mereka harus memahami peran mereka dalam sistem pengendalian intern dan juga bagaimana kegiatan individu berhubungan dengan pekerjaan orang lain.

5. Monitoring

Sistem Pengendalian Intern perlu dimonitor, suatu proses yang menilai kualitas kinerja sistem dalam waktu tertentu. Ini dilaksanakan melalui kegiatan monitoring terus menerus, evaluasi terpisah atau kombinasi dari keduanya.

                 

(11)

Menurut Azhar Susanto (2008: 96) : COSO dan SAS No. 78 menyatakan bahwa pengendalian intern memiliki lima komponen yang berkaitan dengan struktur sebagai berikut :

1. Lingkungan Pengendalian (Control environment)

Adalah pembentukan suasana organisasi serta memberi kesadaran tentang perlunya pengendalian bagi suatu organisasi. Lingkungan pengendalian merupakan dasar bagi semua komponen pengendalian intern lain yang melahirkan hierarki dalam membentuk struktur organisasi. Lingkungan pengendalian dipengaruhi oleh sejarah dan budaya organisasi yang mempengaruhi bagaimana organisasi mencapai tujuannya. Dengan indikator sebagai berikut:

2. Integritas dan Nilai Etika

Manajemen merupakan produk dari budaya organisasi, kebijakan manajemen menunjukan apa yang diinginkan oleh manajemen untuk terjadi tetapi budaya organisasi menentukan apa yang sesungguhnya terjadi dan aturan mana yang harus diikuti.

- Komitmen terhadap Kompetensi

Akan menugaskan karyawan yang memiliki pengetahuan dan keahlian sesuai dengan tugas yang diberikan.

- Partisipasi dewan direksi dan tim auditor

Tim auditor harus dapat melaksanakan perannya dengan baik dalam menilai kebijakan dan operasi perusahaan agar sistem pengendalian dapat secara efektif mencapai tujuannya.

- Filosofi dan Gaya Manajemen                  

(12)

Merupakan pendekatan manajemen dalam menghadapi resiko bisnis, sikap dalam menghadapi akurasi data akuntansi, dan perhatiannya terhadap kesesuaian antara anggaran dan realisasi operasi.

- Struktur Organisasi

Merupakan kerangka menyeluruh untuk perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan aktivitas yang dilakukan oleh manajemen.

- Pemberian Wewenang dan Tanggung Jawab

Manajemen memberikan wewenang dan tangung jawab untuk menjalankan aktivitas serta membuat laporan yang diperlukan berkaitan dengan aktivitas dan metode pemberian wewenang yang dilakukannya.

- Kebijakan mengenai Sumber Daya Manusia dan Penerapannya

Memberi pesan kepada semua karyawan tentang apa yang diharapkan organisasi berkaitan dengan masalah integritas, etika dan kompetensi.

3. Menilai Resiko (Risk Assesment)

Merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manajemen dalam mengidentifikasi dan menganalisis resiko yang menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya.

- Resiko dari luar perusahaan; Pesaing, Kondisi Ekonomi, Kemajuan Teknologi, Bencana Alam

- Resiko dari dalam perusahaan; Karyawan yang tidak terlatih, Motivasi, Perubahan tangung jawab manajemen

                 

(13)

4. Pengendalian Aktivitas (Control Activities)

Adalah kebijakan dan prosedur yang dimiliki manajemen untuk memberikan jaminan yang meyakinkan bahwa manajemen telah dijalankan sebagaimana seharusnya. Jenis Pengendalian aktivitas diantaranya meliputi: a. Prosedur Otoritas

Prosedur ini dibuat untuk memberikan otoritas (kewenangan) kepada karyawan untuk melakukan aktivitas tertentu dalam suatu transaksi. Prosedur transaksi yang baik memiliki beberapa ciri umum seperti :

- Adanya Pencatatan, karyawan mencatat transaksi secara cepat begitu saat transaksi terjadi. Hal ini mengurangi terjadinya kesalahan dan penyimpangan dalam transaksi.

- Melakukan Pengecekan secara Visual,karyawan yang mencatat transaksi harus melakukan pengecekan secara visual untuk meyakinkan bahwa semua data yang dimasukkan adalah benar dan lengkap.

- Pengecekan Keseimbangan/Balance, karyawan harus melakukan pengecekan dan yakin bahwa total debet dan kredit yang dicatat telah seimbang.

- Pengendalian Total, karyawan menjumlahkan transaksi kedalam total, dan setiap terjadi penambahan transaksi karyawan menghitung kembali total baru serta membandingkan total sebelumnya dengan total yang baru dikurangi dengan jumlah transaksi yang baru.

                 

(14)

b. Mengamankan Asset dan Catatannya

Kategori ini difokuskan kepada keamanan asset dan catatannya. Manajemen harus menerapkan perlindungan yang baik untuk melindungi Asset dan catatannya. Perlindungan meliputi :

- Pengamanan Asset secara Phisik : Menerapkan prosedur tertentu untuk memberikan keamanan secara phisik pada persediaan, uang tunai, tanah, gedung-gedung, peralatan dan catatan yang berkaitan dengan Asset. - Kepastian Tanggung Jawab : Memberi tanggung jawab untuk melindungi

Asset dan data tertentu kepada seorang karyawan. c. Pemisahan Fungsi

Memberi wewenang dan tanggung jawab kepada karyawan harus menunjukkan adanya pemisahan yang jelas antara wewenang dan tanggung jawab yang diberikan kepada seseorang dan kepada orang lain.

d. Catatan dan Dokumentasi yang memadai

Manajemen harus mengharuskan penggunaan dokumen dan catatan akuntansi untuk menjamin setiap peristiwa atau transaksi akuntansi yang terjadi telah dicatat dengan tepat.

Sistem Informasi akuntansi dengan sistem double entry membantu mencapai tujuan tersebut.

e. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)

Diperlukan oleh semua tingkatan manajemen organisasi untuk mengambil keputusan, laporan keuangan dan mengetahui kepatuhan terhadap kebijakan yang telah ditentukan.

                 

(15)

- Analisis debet dan credit

Jumlah disebelah debet dan credit harus sama. - Daftar / Klasifikasi akun (Chart of account)

Adalah daftar semua nama akun dan kode akun yang digunakan oleh organisasi.

Berikut ini ciri daftar akun yang dirancang dengan baik, yaitu :  Tanggap terhadap kebutuhan organisasi

 Mempermudah penyiapan laporan untuk organisasi  Memberikan penjelasan yang memadai

 Judul akun menunjukan adanya perbedaan yang jelas  Adanya akun pengendali

5. Pengawasan (Monitoring)

Merupakan proses penilaian terhadap kualitas kinerja sistem pengendalian intern. Pengawasan dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu :

a. Pengawasan Aktivitas Monitoring yang berjalan, mengawasi efektivitas pengendalian intern dalam aktivitas sehari-hari meliputi: memeriksa kebenaran catatan, rekonsiliasi, membandingkan asset yang ada dengan catatan akuntansi, prosedur yang dilakukan program komputer.

b. Penilaian terpisah, adalah penilaian untuk mengetahui efektivitas sistem pengendalian intern.Akan lebih baik lagi bila dilakukan Auditor :

c. Auditor Independen yaitu Karyawan kantor akuntan yang melakukan pemeriksaan terhadap prosedur yang digunakan disamping kebenaran pencatatan.                  

(16)

d. Auditor Intern yaitu Staf yang bekerja di perusahaan biasanya berlatar belakang akuntansi bertugas mereview aktivitas operasi perusahaan dan membuat rekomendasi untuk perbaikan.

e. Audit Operasional akan efektif bila internal auditor dapat mempertahankan independensinya terhadap bagian yang sedang diauditnya.

2.1.2 Kinerja

2.1.2.1Pengertian Kinerja

Organisasi pemerintah adalah sebuah organisasi yang mempunyai tujuan untuk melayani masyarakat (public service), mulai dari lapisan masyarakat yang paling bawah sampai kepada masyarakat yang paling atas. Dalam era pembangunan sekarang ini, banyak tuntutan masyarakat tentang peningkatan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah dapat terwujud secara memuaskan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 menjelaskan Kinerja adalah “keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur”.

Pengertian kinerja menurut Sedarmayanti (2001: 50) adalah “....Out put drive from proceses, human or otherwise” Jadi dikatakannya bahwa kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses.

Wibowo (2007: 7) berpendapat bahwa “kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi”.

                 

(17)

Sedangakn menurut Mahsun (2006: 25) mengemukakan bahwa “kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi”.

Menurut berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil pencapain pelaksanaan suatu kegiatan secara kualitas maupun kuantitas dan memiliki keterkaitan yang kuat dengan sasaran, tujuan, dan misi strategis organisasi.

2.1.2.2Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja

Menurut pendapat tersebut salah faktor yang perlu diperhatikan untuk mempunyai kinerja yang baik yaitu menyangkut pernyataan tentang maksud dan nilai-nilai, dimana pernyataan tersebut mendefinisikan bagaimana organisasi diatur untuk melakukan sesuatu sehingga lebih bersifat outcome-oriented atau berorientasi pada manfaat dari pada sekedar mission statement atau pernyataan tentang misi. Pernyataan tentang maksud mendefinisikan tentang apa yang harus dicapai, sedangkan sistem nilai mendefinisikan tentang perilaku yang diharapkan dalam mencapai maksud tersebut.

Wibowo dalam bukunya (2010: 81) berpendapat bahwa :

Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk suatu organisasi mempunyai kinerja yang baik, yaitu menyangkut pernyataan tentang maksud dan nilai-nilai, manajemen strategis, manajemen sumber daya manusia, pengembangan organisasi, konteks organisasi, desain kerja, fungsionalisasi, budaya, dan kerja sama.

                 

(18)

Adapun Mahmudi (2010: 20) mengemukakan bahwa kinerja merupakan suatu konstruk multimensional yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah:

1. Faktor personal/individual, meliputi: pengetahuan, keterampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu.

2. Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader. 3. Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangant yang diberikan oleh

rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim.

4. Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau insfrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kerja dalam organisasi. 5. Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan lingkungan

eksternal dan internal.

Sedangkan menurut Hersey, Blanchard, dan Jhonson dalam Wibowo (2010: 106), berpandangan bahwa “Kinerja organisasional merupakan produk dari banyak faktor termasuk struktur organisasi, pengetahuan, sumber daya bukan manusia, dan proses sumber daya manusia”. Dari pendapat tersebut bahwasanya kinerja memerlukan startegi, tujuan, dan integrasi. Strategi merupakan integrasi rencana tindak yang sangat luas untuk mencapai tujuan organisasi, sementara itu yang dimaksud tujuan adalah memperbaiki produktivitas sumber daya manusia. Karena strategi bersifat terintegrasi, maka semua faktor atau variabel saling                  

(19)

berhubungan dan memberikan kontribusi pada kinerja. Sementara itu, integrasi tidak hanya diperlukan untuk menghadapi keadaan saat ini tetapi lebih penting lagi untuk proses perubahan yang diperlukan untuk mengahdapi masa depan organisasi.

2.1.2.3Tujuan Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasi suatu organisasi, bagian organisasi dan personelnya, berdasarkan sasaran, standar, dan criteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena organisasi pada dasarnya dioperasikan oleh sumber daya manusia, maka pengukuran kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam organisasi.

Mulyadi (2001) berpendapat bahwa, Penilaian kinerja mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Meningkatkan prestasi kerja karyawan baik secara individu maupun secara kelompok.

2. Meningkatkan kinerja sumber daya manusia secara keseluruhan yang direflesikan dalam kenaikan produktivitas.

3. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan meningkatkan hasil kerja dan prestasi kerja.

4. Membantu perusahaan untuk dapat menyusun program pengembangan dan pelatihan karyawan yang lebih tepat guna.

5. Menyediakan alat atau sarana untuk membandingkan prestasi kerja karyawan dengan gaji atau imbalan yang akan diterima karyawan tersebut.

6. Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengeluarkan perasaannya tentang pekerjaan atau hal-hal yang ada kaitannya.

2.1.2.4Indikator Kinerja

Mangkunegara (2007: 75) lebih lanjut mengemukakan bahwa ada empat indikator kinerja yang dapat dijadikan sebagai standar penilaian kinerja yaitu:                  

(20)

1. Kualitas kerja yang meliputi ketepatan, ketelitian, keterampilan serta kebersihan.

2. Kuantitas kerja yang meliputi output rutin serta output non rutin atau ekstra (seberapa cepat bisa menyelesaikan kerja)

3. Keandalan atau dapat tidaknya diandalkan, yakni dapat tidaknya mengikuti instruksi, kemampuan, inisiatif, kehati-hatian serta kerajinan.

4. Sikap yang meliputi sikap terhadap perusahaan, karyawan lain, pekerja serta kerjasama.

Menurut Mahsun (2006:77) mengemukakan indikator kinerja pemeritah daerah indikatornya masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat, dampak. Penjelasan singkat tentang jenis indikator tersebut adalah sebagai berikut:

1. Indikator masukan (Input) adalah segala sesuatu yang di butuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikatornya ini mengukur jumlah sumber daya seperti anggaran (dana), sumber daya manusia, peralatan, material dan masukan lain yang di gunakan untuk melaksanakan kegiatan. Dengan meninjau distribusi sumber daya, suatu lembaga dapat menganalisis apakah alokasi sumber daya yang dimiliki telah sesuai dengan rencana straregis yang di tetapkan. Tolak ukur ini dapat pula digunakan untuk perbandingan (benchmarking) dengan lembaga-lembaga relevan.

2. Indikator Proses (process). Dalam indikator proses, organisasi merumuskan ukuran kegiatan,baik dari segi kecepatan, ketepatan, maupun tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan tersebut. Rambu yang paling dominan dalam proses adalah tingkatan efesiensi dan ekonomis pelaksanaan kegiatan organisasi. Efesiensi berarti besarnya hasil yang diperoleh dengan pemanfaatan sejumlah input. Sedangkan yang dimaksud dengan ekonomis adalah bahwa suatu                  

(21)

kegiatan dilaksanakan lebih murah dibandingkan dengan standar biaya atau waktu yang telah ditentukan untuk itu.

3. Indikator Keluaran (output) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dapat dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik atau nonfisik. Indikatornya atau tolak ukur keluaran di gunakan untuk mengukur keluaran yang dihasilkan dari suatu kegiatan. Dengan membandingkan keluaran, instansi dapat menganalisis apakah kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Indikator keluaran dijadikan landasan untuk menilai kemajuan suatu kegiatan apabila tolak ukur dikaitkan dengan sasaran kegiatan yang terdefinisi dengan baik dan terukur. Oleh karena itu, indikator keluaran, harus sesuai dengan lingkup dan sifat kegiatan instasi. Mislanya untuk kegiatan yang bersifatnya penelitian, indikator kinerja berkaitan dengan keluaran paten dan publikasi ilmiah.

4. Indikator Hasil (outcomes) adalah sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). Pengukuran indikator hasil sering kali rancu dengan indikator keluaran. Indikator outcome lebih utama dari sekedar output. Walaupun produk telah berhasil dicapai dengan baik, belum tentu outcome kegiatan tersebut telah tercapai. Outcome menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil lebih tinggi yang mungkin mencakup kepentingan banyak pihak. Dengan indikator outcome, organisasi akan dapat mengetahui apakah hasil yang diperoleh dalam bentuk output memang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan memberikan kegunaan yang besar bagi masyarakat banyak.

                 

(22)

5. Inikator manfaat (benefit) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan. Indikator manfaat menggambarkan manfaat yang diperoleh dari indikator hasil. Manfaat tersebut baru tampak setelah beberapa waktu, kemudian, khususnya dalam jangka menengah dan panjang. Indikator manfaat menunjukan hal yang diharapkan dapat diselesaikan dengan berfungsi dengan optimal (tepat lokasi dan waktu).

6. Indikator dampak (impact) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif.

Sementara itu Palmer menurut Menurut Mahsun (2006: 78) (1995) menejelaskan jenis indikator kinerja pemerintah daerah antara lain:

1. Indikator biaya (misalnya biaya total, biaya unit)

2. Indikator produktivitas (misalnya jumlah pekerjaan yang mampu dikerjakan pegawai dalam jangka waktu tertentu)

3. Tingkat penggunaan (misalnya sejauh mana layanan yang tersedia digunakan) 4. Target waktu (misalnya waktu rata-rata yang digunakan untuk menyelesaikan

satu unit pekerjaan)

5. Volume pelayanan (misalnya perkiraan atas tingkat volume pekerjaan yang harus diselesaikan pegawai)

6. Kebutuhan pelanggan(jumlah volume pelayanan yang disediakan dibandingkan dengan volume permintaan yang potensial)

7. Indikator kualitas pelayanan 8. Indikator kepuasan pelanggan 9. Indikator pencapaian tujuan.                  

(23)

Moeheriono (2009 :82) mengemukakan bahwa kinerja dapat tercapai apabila dilihat dari indikator kinerja yang telah ditetapkan organisasi. Untuk itu, pada uraian dibawah ini akan disajikan kinerja dalam akuntabilitas kinerja instasi pemerintah (AKIP).

a. Masukan (inputs), yaitu ukuran tingkat pengaruh sosial ekonomi, lingkungan atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian indikator kinerja dalam suatu kegiatan.

b. Keluaran (outputs), yaitu kegunaan suatu keluaran (outputs)yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Dapat dapat berupa tersedianya fasilitas yang dapat di akses atau dinikmati oleh publik.

c. Hasil (outcomes), yaitu segala sesuatu yang mencerminkan berfunsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah, outcomes merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat.

d. Manfaat (benefits), yaitu segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik dan nonfisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan masukan yang digunakan.

e. Dampak (impacts), yaitu segala sesuatu yang dibuthkan agar pelaksanaan kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan output, misalnya sumber daya manusia, dana, material, waktu, dan teknologi.

2.2 Perumusan Model Penelitian

Hakikat pengendalian internal merupakan fungsi yang secara langsung untuk mengendalikan perusahaan. Pengendalian internal diterapkan untuk                  

(24)

menjaga perusahaan dalam mencapai tujuan profitabilitas dan pencapaian misi serta untuk meminimalkan hambatan selama proses berlangsung.

Azhar Susanto (2008: 95) mengemukakan bahwa pengendalian intern adalah:

Suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen, dan karyawan yang dirancang untuk memberikan jaminan yang menyakinkan bahwa tujuan organisasi akan dapat dicapai melalui; Efisiensi dan efektifitas operasi, Penyajian laporan keuangan yang dapat dipercaya, dan Ketaatan terhadap undang-undang dan aturan yang berlaku.

Pengendalian intern adalah semua metode dan ketentuan-ketentuan yang terkoordinasi yang dianut dalam perusahaan dengan maksud untuk melindungi harta kekayaan, memeriksa ketelitian, dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan. Pengendalian intern terdiri dari lima komponen yang saling berkaitan, komponen pengendalian intern meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Lingkungan Pengendalian (Control environment), Adalah pembentukan suasana organisasi serta memberi kesadaran tentang perlunya pengendalian bagi suatu organisasi.

b. Menilai Risiko; Merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manajemen dalam mengidentifikasi dan menganalisis resiko yang menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya.

c. Pengendalian Aktivitas (Control Activities), Adalah kebijakan dan prosedur yang dimiliki manajemen untuk memberikan jaminan yang meyakinkan bahwa manajemen telah dijalankan sebagaimana seharusnya. d. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication), Diperlukan

oleh semua tingkatan manajemen organisasi untuk mengambil keputusan, laporan keuangan dan mengetahui kepatuhan terhadap kebijakan yang telah ditentukan.

e. Pengawasan pengendalian (Monitoring), Merupakan proses penilaian terhadap kualitas kinerja sistem pengendalian intern.

                 

(25)

Sistem pengendalian intern berkaitan erat dengan aktivitas operasi organisasi, pengendalian penting bagi organisasi perusahaan privat maupun publik. Sehingga dengan diterapkan sistem pengendalian intern pada organisasi/instansi pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja organisasi. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka paradigma penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.1

Paradigma Penelitian Pengaruh Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan

Terhadap Kinerja Organisasi

VARIABEL Y Kinerja Organisasi 1. Input 2. Output 3. Outcome VARIABEL X Sistem Pengendalian Intern 1. Pengendalian lingkungan 2. Penilaian Resiko 3. Kegiatan pengendalian 4. Informasi dan komunikasi 5. Pemantauan Pengendalian intern Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun 2008                  

(26)

Hipotesis merupakan jawaban sementara sebuah penelitian yang perlu diuji kebenarnnya pada sebuah penelitian. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka penulis merumuskan hipotesis penelitian adalah; Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan (SPIP) berpengaruh positif terhadap Kinerja Organisasi Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat.                  

Referensi

Dokumen terkait

Seburuk apapun hari saya, saya mau tunjukkan bahwa saya akan tetap menghadiri komsel dengan sepenuh hati dan tidak ada yang bisa menghalangi saya untuk berkumpul dan

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT, karena telah melimpahkan rahmat, hidayah, berkah, dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pamong/informan tentang persepsi guru pamong terhadap keterampilan mengajar maka dapat di simpulkan bahwa mahasiswa PPL khususnya program

Menurut Wong (2008), seseorang yang mememiliki tingkat religiusitas tinggi dalam mengikuti aktivitas keagamaan serta memiliki sikap etis lebih baik dalam kehidupan

Sementara itu dalam tatanan hukum di Indonesia, hakam dapat ditemukan pada pasal 76 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989: ”Hakam adalah orang yang ditetapkan Pengadilan

The quadtree is a kind of indexing mechanism that belongs to the spatial partitioning organization index structure (Pajarola R,1998), it ’ s data storage structure is

Dalam format ini komunikasi elektronik digunakan dalam format asinkron dan sinkron.Kehadiran pengajar yang kadang-kadang, di mana beberapa pertemuan dilakukan dengan

Penelitian ini dilakukan untuk penumbuhan lapisan semikonduktor yang yang nantinya diharapkan dapat diaplikasikan sebagai lapisan aktif divais elektronik maupun