• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI KUALITAS KEBERAGAMAAN MASYARAKAT MUSLIM DI SEKITAR U

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SKRIPSI KUALITAS KEBERAGAMAAN MASYARAKAT MUSLIM DI SEKITAR U"

Copied!
189
0
0

Teks penuh

(1)

i

KUALITAS KEBERAGAMAAN MASYARAKAT

MUSLIM DI SEKITAR UNIVERSITAS KRISTEN

SATYA WACANA SALATIGA TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

OLEH

WALIDATUL IKROMAH

NIM : 11110107

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(2)
(3)
(4)

iv MOTTO









Berangkatlah, baik kamu merasa ringan atau berat, dan berjihadlah dengan

(5)

v

PERSEMBAHAN ميحرلا نمحرلا الله مسب

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, Penulis persembahkan karya tulis skripsi ini untuk orang-orang yang telah memberi arti dalam perjalanan hidup penulis, khususnya untuk :

1. Ayah dan Bunda tercinta (Bpk. Munawir dan Ibu Shoimah). Ini adalah sebagian perjuangan dan cita-cita, iringan doa dan restunya. Karena jasa dan kasih sayang beliaulah penulis sampai bisa menyelesaikan kuliah. 2. Adik-adik (Fauzi Ahsani, Nayla Muna Pratiwi dan Tashfiyaturrafi‟ah),

yang penulis banggakan, yang selalu berdoa dan memberi dorongan dan semangat untuk mencapai kesuksesan.

3. Sahabat-sahabat kecil (Wahid, Yuliawan, dan Mula) yang tidak pernah berhenti mendorong serta memberi semangat dalam menjalani hidup. 4. Teman-teman seperjuangan (KKN Cungkup) yang memberi motivasi

untuk menyelesaikan studi.

5. Teman-teman Racana Nagasandhi dan teman-teman pecinta alam yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman selama ini.

6. Para dosen IAIN Salatiga, terutama dosen pembimbing yang telah mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat tersusun dengan baik. Semoga mereka semua selalu dalam pelukan kasih sayang Allah SWT.

(6)
(7)

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahirabbil „alamin

Peneliti menyampaikan rasa syukur yang mendalam atas nikmat yang Allah s.w.t. anugerahkan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian dengan judul

KUALITAS KEBERAGAMAAN MASYARAKAT DI SEKITAR UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN 2016

dengan baik.

Penelitian dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaiakan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Program Studi PAI IAIN Salatiga. 3. Bapak Dr. Mukti Ali, S.Ag., M.Hum selaku pembimbing skripsi.

4. Bapak Agus Prasetyo, S.IP selaku pembina Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Salatiga.

5. Bapak Bambang Setiyaji, S.H., selaku pimpinan Kelurahan Salatiga. 6. Bapak M. Sinwan selaku Ketua RW 09 Kemiri Salatiga.

7. Bapak Wiyono selaku Ketua RW 11 Kemiri Salatiga.

8. Bapak Saiful Fanani selaku Ketua RW 08 Domas-Somopuro Salatiga. Mudah-mudahan Allah berkenan untuk membimbing dan memberikan hidayah dalam setiap langkah hidupnya.

Salatiga, 30 Mei 2016

(8)

viii ABSTRAK

WALIDATUL IKROMAH. (2016). Kualitas Keberagamaan Masyarakat di

sekitar Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Skripsi, Sarjana Tarbiyah dan

Ilmu Keguruan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing dan Dosen Pengampu Dr. Mukti Ali, S.Ag., M.Hum.

Kata kunci: Kualitas Keberagamaan Masyarakat, Gejala pelemahan keimanan umat Muslim

Pendidikan keagamaan memiliki peran penting terhadap perkembangan kehidupan masyarakat. Lembaga pendidikan yang berada di suatu wilayah pasti memberi dampak terhadap lingkungan sekitarnya, baik dalam segi ekonomi, pendidikan, keagamaan, sosial maupun budayanya. Adanya Perguruan Tinggi di Kelurahan Salatiga memberi dampak terhadap kehidupan masyarakat sekitar terutama terhadap kualitas pendidikan keagamaan masyarakat terutama umat Muslim. Hal ini menarik minat peneliti untuk menguak lebih jauh mengenai: Pertama, Bagaimana kualitas pendidikan agama Islam terhadap keberagamaan masyarakat muslim di sekitar UKSW, Kelurahan Salatiga? Bagaimana pengaruh masyarakat terhadap pemahaman dan keberagamaan agama Islam di sekitar Universitas Kristen Satya Wacana, Kelurahan Salatiga? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi agama.

Subjek yang dilibatkan dalam penelitian sebanyak delapan informan masyarakat perkampungan Kemiri, Somopuro, Cungkup dan Domas, Kelurahan Salatiga, Kota Salatiga. Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara dan dokumentasi.

(9)

ix

1. Teori Lingkungan dan Masyarakat ... 26

2. Teori Pendidikan ... 42

3. Pengaruh Universitas Kristen Satya Wacana terhadap Perkembangan Masyarakat Muslim ... 53

B. Telaah Pustaka ... 88

BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Kelurahan Salatiga ... 91

1. Letak Geografis ... 91

(10)

x

B. Latar Belakang Wilayah Kemiri, Somopuro, Cungkup, Domas sebagai

Kawasan Masyarakat Pluralitas ... 93

1. Lokasi dan Kondisi Alam ... 97

2. Keagamaan Masyarakat ... 98

3. Aktifitas Masyarakat ... 99

4. Potensi Ekonomi ... 100

5. Pendidikan Masyarakat ... 101

C. Data tentang Pengaruh Universitas Kristen Satya Wacana terhadap Kualitas Pendidikan Agama Islam pada Masyarakat ... 102

D. Profil Informan ... 105

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat di Sekitar UKSW ... 112

B. Kualitas Pendidikan Agama Islam terhadap Keberagamaan Masyarakat Muslim di Sekitar UKSW ... 115

C. Pengaruh Masyarakat terhadap Pemahaman dan Keberagamaan Masyarakat Muslim ... 119

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 130

B. Saran ... 131

DAFTAR PUSTAKA ... 133

LAMPIRAN Lampiran 1 ... 139

Lampiran 2 ... 156

Lampiran 3 ... 157

Lampiran 4 ... 163

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lampiran 2

Transkip Wawancara Peta Lingkungan UKSW

Lampiran 3 Tabel

Lampiran 4 Dokumentasi

Lampiran 5 Nota Pembimbing

Lampiran 6 Daftar Nilai SKK

Lampiran 7 Lembar Konsultasi

Lampiran 8 Lampiran 9

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Salatiga merupakan sebuah kota kecil berada di tengah-tengah segitiga kota besar Joglosemar (Jogja, Solo dan Semarang), yang secara morfologis berada di daerah cekungan kaki Gunung Merbabu dan diantara gunung-gunung kecil yaitu Gajah Mungkur, Telomoyo, Payung dan Rong. Secara astronomi terletak antara

007.17‟ dan 00.17‟.23” Lintang Selatan dan antara 110.27‟.56,81” dan 110.32‟.4,64”

Bujur Timur. Sebagai dataran tinggi, Kota Salatiga terletak di ketinggian ±1500 meter di atas permukaan laut.

(13)

2

Pendidikan merupakan sebuah fondasi dalam mewujudkan kehidupan yang lebih baik, terutama dalam mewujudkan masyarakat yang berkualitas. Pendidikan dan masyarakat sesungguhnya sangat erat kaitannya. Lembaga pendidikan tanpa peran masyarakat tidak akan mungkin berjalan dengan baik. Begitu pula sebaliknya, masyarakat tidak akan berkembang dan berkualitas tanpa adanya pendidikan di dalamnya. Dunia pendidikan kini mendapat berbagai kritik karena belum mampu menanggulangi berbagai masalah dalam kehidupan masyarakat. Dunia pendidikan juga banyak dijadikan kambing hitam pada saat masyarakat belum mampu mencapai perubahan dalam kehidupan mereka.

Menurut Hasbullah (2009 : 2) pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri, datang dari orang dewasa atau diciptakan seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari hari, dan sebagainya.

Pendidikan menurut Suwito (2005 : 105)adalah sebuah aktivitas sosial yang berada di tengah-tengah masyarakat atau komunitas sosial berperan sebagai objek sekaligus subjek pendidikan. Bertambahnya anggota masyarakat secara otomatis akan meningkat pula kebutuhan dari tuntutan kehidupan yang harus dipenuhi.

(14)

3

keberagamaan masyarakat muslim, bagaimana pengaruh masyarakat muslim di sekitar Universitas Kristen Satya Wacana terhadap pemahaman masyarakat tentang Agama Islam.

Definisi masyarakat Islam menurut Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei (2001 : 8) yaitu masyarakat yang secara nyata ada dalam suatu kelompok manusia yang beragama Islam dengan sejumlah indikasi yakni memiliki kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan yang sama seperti halnya masyarakat Islam yang menjadi mayoritas penghuni bangsa ini.

Perhatian terhadap masyarakat muslim saat ini adalah bagaimana kualitas pemahaman pendidikan keagamaan baik dalam keluarga maupun masyarakat. Apakah kualitas pendidikan agama Islam mempunyai pengaruh terhadap sikap dan interaksi sosial keagamaan dalam masyarakat yang heterogen. Di Salatiga terdapat lembaga pendidikan yang sudah banyak orang mengenalnya, yaitu Universitas Kristen Satya Wacana. Seperti yang diuraikan sebelumnya bahwa lembaga pendidikan sangat erat kaitannya dengan masyarakat. Masyarakat yang berada di sekitar UKSW sebagian besar adalah beragama muslim. Meskipun banyak juga yang beragama Kristen dan Katolik. Penulis tertarik untuk meneliti bagaimana sikap masyarakat dalam menjaga kerukunan antar agama serta kepedulian terhadap pendidikan keagamaan masyarakat.

(15)

4

menjadi muslim yang beriman teguh sebagai refleksi dari keimanan yang telah dibina oleh penanaman pengetahuan agama yang harus dicerminkan dengan akhlak yang mulia sebagai sasaran akhir dari Pendidikan Agama itu. Karena dengan pendidikan Agama manusia akan mendapatkan tuntunan jalan yang lurus dalam kehidupannya. Seperti yang dijelaskan dalam Q.S Al- Baqarah 2:269 seperti berikut :

Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat

mengambil pelajaran (dari firman Allah)”. (QS. Al-Baqarah 2:269)

Dengan ilmu atau pendidikan agama, manusia dapat berfikir lebih bijak atas fenomena apa yang ada di bumi dan seisinya. Sehingga akan meningkatkan keimanannya terhadap Tuhan atas segala ciptaan serta ajarannya.

(16)

5

Islam. Hal itu berpengaruh terhadap pendidikan agama yang diperoleh anak tersebut. Mau tidak mau anak didik yang sekolah di sekolah yayasan Nasrani setiap hari akan diberikan pendidikan agama Nasrani dan mulai kurang mengasah ilmu mereka tentang pendidikan agamanya sendiri yaitu Pendidikan Agama Islam.

Para remaja juga tak kalah terkena imbasnya, namun berbeda dengan para orang tua. Para remaja di perkampungan tersebut, saat ini memiliki gaya hidup yang tidak mencerminkan syariat Islam. Mereka terpengaruh dengan para mahasiswa UKSW yang sebagian besar adalah orang luar Jawa dengan gaya hidup kebaratan. Mereka beralasan inilah gaya hidup anak muda jaman sekarang, gaul, keren dan sebagainya. Mereka mengenakan pakaian yang tidak mencerminkan aturan kesopanan, free sex,minum minuman keras, narkoba, wanita yang suka merokok, bahkan memelihara anjing juga sudah diikuti oleh remaja muslim di kampung Kemiri, Somopuro, Domas, dan Cungkup. Sikap para remaja di perkampungan tersebut seperti kembali ke masa jaman Jahiliyyah, yang tidak berpedoman kepada Al- Qur‟an dan Hadits. Mereka seperti manusia yang tidak mempunyai agama. Pengaruh itulah yang banyak dikhawatirkan oleh para orang tua. Padahal dalam Islam sudah disebutkan larangan untuk mendekati perilaku-perilaku kaum Jahiliyyah karena dapat mempengaruhi keimanan seseorang, seperti di sebutkan dalam Q.S. Al- Maaidah 5:91 yang berbunyi :

(17)

6

Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)”. (QS. Al-Maaidah

5:91)

Perilaku itulah yang akhirnya membawa para remaja untuk meninggalkan ibadah kepada Allah. Lebih parahnya lagi ternyata banyak yang memilih untuk keluar dari agama Islam (murtad), bukan hanya remaja namun juga orang tua dengan iming-iming mendapat kehidupan yang lebih layak.

Letak lembaga pendidikan non swasta secara tidak langsung sangat berdampak terhadap kualitas keberagamaan warga muslim di wilayah sekitarnya yaitu masyarakat kampung Kemiri, Somopuro, Domas dan Cungkup. Dan isu yang berkembang adalah program yayasan Nasrani dalam misi Kristenisasi umat muslim.

Dalam Konferensi Misionaris di kota Quds (1935), Samuel Zweimer, seorang Yahudi yang menjabat direktur organisasi misi Kristen, menyatakan,

“Misi utama kita bukan menghancurkan kaum Muslimin sebagai seorang Kristen, namun mengeluarkan seorang Muslim dari Islam agar jadi orang yang tidak berakhlaq sebagaimana seorang Muslim. Tujuan kalian adalah mempersiapkan generasi baru yang jauh dari Islam, generasi yang sesuai dengan kehendak kaum penjajah, generasi malas dan hanya mengejar kepuasan

hawa nafsu.” (VOA Muslim, 2002).

(18)

7 permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. dan Sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Kami ini orang Nasrani". yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena

Sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri”. (QS. Al-Maaidah 5:82)

Berdasarkan ayat di atas menurut Zakiyyudin Baidhawy (2011 : 47-48), dua agama misionaris ini Islam dan Kristen dalam kenyataannya sering terlibat dalam perebutan kepentingan untuk mempengaruhi orang-orang yang belum maupun sudah beragama dan kepercayaan. Begitu pula menurut Budiharjo (2007 : 8) konflik antara Nasrani dan Islam yang paling dahsyat bisa dilihat pada Perang Salib. Perang Salib mulanya diserukan oleh Paus Urban II tahun 1095. Paus menyerukan perang suci melawan kaum kafir yang menguasai makam kristus. Pada tahun 1098 tentara salib telah membunuh ratusan ribu kaum muslim di Marra‟tun–Nomam, salah satu kota terpadat di Syiria. Tahun 1099 mereka membantai 30.000 penduduknya, Muslim dan Yahudi.

(19)

8

kaum Muslim dan kaum Nasrani yang akhirnya banyak menuai konflik baik dari segi politik, pendidikan maupun sosial.

Sesungguhnya apabila masyarakat mempunyai tingkat keimanan yang tinggi serta toleransi agama yang tinggi pasti tidak akan terjadi konflik yang berkepanjangan. Karena semua orang beragama itu dilahirkan menjadi orang yang baik. Al-Qur‟an menjelaskan pula di dalamnya bahwasanya orang Yahudi, Nasrani dan Islam termasuk orang-orang yang baik. Seperti yang disebutkan di Kitab mereka yaitu Injil Perjanjian Lama Mazmur :16 dan Amsal :5-6 bahwa mereka juga meyakini akan Allah sebagai Tuhan yang disembah.

Mazmur ayat 16

pasal 1 : “Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung.”

Pasal 2 : Aku berkata kepada TUHAN: “Engkaulah Tuhanku, tidak ada

yang baik bagiku selain Engkau!”

Pasal 11 : “Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di

hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada

nikmat senantiasa.”

Amsal ayat 5-6

Pasal 1 : Hai anakku, perhatikanlah hikmatku, arahkanlah telingamu

kepada kepandaian yang kuajarkan,”

Pasal 2 : “Supaya engkau berpegang pada kebijaksanaan dan bibirmu

memelihara pengetahuan.”

Pasal 21 : “Karena segala jalan orang terbuka di depan mata TUHAN, dan

segala langkah orang diawasi-Nya.”

Pasal 22 : “Orang fasik tertangkap dalam kejahatannya, dan terjerat dalam

tali dosanya sendiri.”

Pasal 23 : “Ia mati, karena tidak menerima didikan dan karena

kebodohannya yang besar ia tersesat.”

(20)

9

Artinya : Katakanlah : “Hai ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian

yang lain sebagai Tuhan selain Allah”. Jika mereka berpaling Maka

Katakanlah kepada mereka : “Saksikanlah, bahwa Kami adalah

orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS. Ali Imran 3:64)

Berdasarkan kenyataan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Kualitas Keberagamaan Masyarakat Muslim di sekitar

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga tahun 2016”.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin dicarikan jawabannya. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kualitas keberagamaan masyarakat muslim di sekitar UKSW ?. Rumusan masalah tersebut dapat diperinci dalam sejumlah pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana kualitas Pendidikan Agama Islam terhadap keberagamaan masyarakat muslim di sekitar Universitas Kristen Satya Wacana, Kelurahan Salatiga tahun 2016 ?

(21)

10 C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui tentang :

1. Mengetahui kualitas Pendidikan Agama Islam terhadap keberagamaan masyarakat muslim di sekitar Universitas Kristen Satya Wacana, Kelurahan Salatiga tahun 2016.

2. Mengetahui pengaruh masyarakat terhadap pemahaman dan keberagamaan Agama Islam di sekitar Universitas Kristen Satya Wacana, Kelurahan Salatiga tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada semua pihak terkait, baik kalangan akademis maupun masyarakat umum. Manfaat dari penulisan skripsi sebagai berikut:

1. Teoritik

(22)

11 2. Praktik

Sedangkan manfaat secara praktik ini adalah sebagai berikut:

a. Sebagai bahan perhatian dan pemahaman keluarga muslim tentang pentingnya Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan keimanan.

b. Sebagai bahan informasi kaitannya dengan pengaruh Universitas yayasan Nasrani yang mempunyai pengaruh besar di Salatiga terutama wilayah sekitar kampus Universitas Kristen Satya Wacana terhadap kualitas keimanan dan pemahaman tentang Pendidikan Agama Islam.

c. Dari segi kepustakaan dapat menjadi salah satu karya ilmiah yang dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan Islam yang bermanfaat.

E. Penegasan Istilah 1. Kualitas

Kualitas atau mutu adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu

(KBBI).

Maksud dari kualitas dalam penelitian ini adalah tingkat baik buruknya pengetahuan masyarakat terhadap keberagamaan masyarakat muslim dan pemahaman terhadap Pendidikan keagamaan terutama agama Islam yang banyak dianut oleh masyarakat di sekitar UKSW.

2. Pendidikan Agama Islam

(23)

12

maksudnya pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya.(Hasbullah. 2005 : 4)

Sedangkan pendidikan agama Islam berarti "usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam". (Zuhairani, 1983 : 27). Menurut Zakiah Daradjat (1992 : 86) pendidikan agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran agama Islam, berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak.

Menurut penulis pendidikan keagamaan adalah pengajaran yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak tentang agama dengan cara memberikan pemahaman ataupun bimbingan serta pengarahan berdasarkan ajaran atau perintah agama Islam.

Pendidikan Agama Islam disini adalah pemahaman masyarakat Kemiri, Somopuro, Domas dan Cungkup tentang apa itu Islam dan ajaran-ajarannya. Bagaimana menerapkan ilmu dari Pendidikan Agama Islam tersebut ke dalam lingkungan bermasyarakat, menjaga kualitas keagamaan serta menanamkannya kepada anak-anaknya maupun masyarakat.

(24)

13

Kristen Satya Wacana yang memberi pengaruh besar terhadap kehidupan mereka, baik dari segi ekonomi, pendidikan, budaya serta keagamaan. Dibutuhkan pula peran masyarakat dalam menjaga keutuhan umat beragama terutama agama Islam supaya tidak terpengaruh dengan kabar yang beredar tentang misi kristenisasi. 3. Masyarakat Muslim

Pengertian masyarakat menurut Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei (2001 : 5) adalah sekelompok orang yang tinggal di suatu tempat. Dalam konteks kemanusiaan, masyarakat dibentuk dan membentuk dengan sendirinya dengan tujuan untuk saling menguatkan, saling menolong, dan saling menyempurnakan.

Masyarakat selalu mempunyai peran yang utama dalam segala hal,baik dalam pemerintahan maupun pendidikan. Begitu pula berdirinya Universitas Kristen Satya Wacana juga atas peran aktif masyarakat. Tanpa masyarakat tidak akan berjalan dengan baik, tidak akan ada hubungan timbal balik yang dirasakan oleh Yayasan Nasrani tersebut.

Masyarakat Islam dengan mengadopsi definisi masyarakat Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei (2001 : 5-6) adalah kelompok manusia yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan agama, yakni agama Islam. Dalam kajian sosiologi, masyarakat Islam dibedakan dari segi identitas keagamaan masyarakat serta tradisi agama Islam yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.

(25)

14

perkembangan perekonomian masyarakat, kualitas tingkat pendidikan, dan perhatian yang lebih dibidang sosial.

Nilai negatif juga sangat dirasakan masyarakat disekitarnya, antara lain berkurangnya aktifitas keagamaan Islam di masyarakat, bertambahnya penduduk non-muslim di lingkungan masyarakat. Generasi muda juga menjadi sasaran dalam penurunan etika serta budaya bermasyarakat. Sudah jarang terlihat para pemuda yang tetap berpegang teguh dengan norma-norma agama, mereka lebih memilih mengikuti gaya hidup kebaratan. Meninggalkan ajaran-ajaran agama untuk beribadah. Bahkan mereka seakan-akan menganggap agama itu tidak penting dalam kehidupannya.

4. Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW)

Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) semula lahir dengan nama Perguruan Tinggi Pendidikan Guru Kristen Indonesia (PTPG-KI). Diresmikan pada tanggal 30 November 1956 dengan lima jurusan, yaitu Pendidikan, Sejarah, Bahasa Inggris, Hukum, dan Ekonomi. PTPG-KI Satya Wacana berubah menjadi FKIP-KI pada tanggal 17 Juli 1959. Kemudian pada tanggal 5 Desember 1959 diresmikan menjadi Universitas Kristen Satya Wacana dengan kehadiran Fakultas Ekonomi dan Fakultas Hukum yang kemudian diikuti dengan pembukaan beberapa Fakultas dan Program Studi baru.

Sebagai Perguruan Tinggi Swasta yang kini melewati usia emasnya, Satya Wacana

yang berarti “Setia Kepada Firman Tuhan”, terus berkembang dan mendapat

(26)

15

UKSW mempunyai pengaruh besar terhadap kelangsungan pemerintahan dan pendidikan khususnya di Salatiga sebagai donatur terbesar dan penghasil lulusan terbaik. UKSW merintis dan mengembangkan kerjasama dengan berbagi lembaga lain, baik dari dalam maupun luar negeri antara lain kerjasama dengan pemerintah, perusahaan / yayasan, bank di Indonesia serta menjalin kerjasama dengan Perguruan Tinggi / Instansi di Luar negeri seperti University Passau (Germany),

Arizona State University (Amerika), Kwansei Gakuin University( Jepang) dan

sebagainya.

F. Metodologi Penelitian

Metodologi merupakan studi dari prinsip-prinsip yang merupakan petunjuk pelajaran pada beberapa bidang ilmu pengetahuan, terutama beberapa cabang dari ilmu pengetahuan dalam program doktor, apakah diterima atau ditolak dalil-dalil tertentu sebagai bagian dari pengetahuan umum atau disiplin ilmu mereka. (Rita, Hanafi dan Soetiono, 2007 : 84)

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan Sosiologi Agama yang mempelajari suatu ilmu budaya empiris, profan dan positif menuju kepada pengetahuan umum, jernih dan pasti dari struktur, fungsi-fungsi dan perubahan-perubahan kelompok keagamaan dan gejala-gejala kekelompokan keagamaan. (Hendropuspito, 1986 : 7)

(27)

16

Peneliti dapat memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai hubungan interaksi dan saling pengaruh antara Pendidikan Agama Islam dengan keberagamaan masyarakat muslim, serta pengaruh masyarakat muslim di sekitar UKSW terhadap pemahaman masyarakat tentang Agama Islam.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara observasi dan dokumentasi, bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan. Sebagai tahap penelitian awal, peneliti melakukan penelitian observasi langsung ke objek sasaran yaitu perkampungan disekitar UKSW yaitu Kemiri, Cungkup, Somopuro, dan Domas pada bulan Desember 2014 sampai Januari 2016. Sedangkan penelitian lanjutan, penulis melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi secara langsung.

Sebagai aturan umum, peneliti berhenti melakukan wawancara sampai data menjadi jenuh, artinya peneliti tidak menemukan aspek baru dalam fenomena yang diteliti. (Maslikah, 2013 : 320)Berdasarkan teori di atas, maka peneliti menentukan subyek secara sampling purposive yang meliputi pekerja UKSW, mahasiswa UKSW, tokoh agama, tokoh masyarakat dan masyarakat umum

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Perkampungan Kemiri, Cungkup, Somopuro, dan Domas, Kelurahan Salatiga. Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga.

(28)

17

Peneliti mencari informasi dengan menggunakan Sumber data prinsip (3) P, yaitu person, paper, dan place. Person terdiri dari tokoh agama masyarakat, tokoh masyarakat, pekerja kampus UKSW, mahasiswa UKSW dan masyarakat setempat. Paper dengan meneliti kualitas pendidikan agama Islam pada masyarakat muslim dan place yaitu tempat di perkampungan di sekitar UKSW yaitu Kemiri, Cungkup, Somopuro, Domas, Kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara mendalam (in-depth) secara terbuka, observasi dan dokumentasi.

a. Metode Wawancara

Wawancara adalah interaksi bahasa yang berlangsung antara dua orang dalam situasi saling berhadapan salah seorang, yaitu yang melakukan wawancara meminta informasi atau ungkapan kepada orang yang diteliti yang berputar disekitar pendapat dan keyakinannya (Emzir, 2011: 50).

(29)

18

nilai positif dan negatif yang dirasakan, pengaruhnya terhadap kualitas keimanan dan pendidikan agama Islam di masyarakat, serta pentingnya pendidikan keagamaan dalam masyarakat untuk mencegah terkenanya isu misi kristenisasi yang marak di Salatiga. Data yang diperoleh dibuat verbatim wawancara yang memuat daftar wawancara, koding dan interprestasi. Dalam wawancara dapat dideskripsikan situasi, kondisi, dan identitas informan, termasuk pengantar wawancara hingga materi wawancara tentang topik yang diteliti semua dicatat dalam verbatim. Koding dengan cara membuat kode-kode berdasarkan hasil wawancara. Hasil membuat kode tersebut dibuat secara deskriptif berupa persepsi yang dapat disimpulkan secara sementara.

b. Metode Observasi

Metode observasi merupakan salah satu metode utama dalam penelitian naturalistik (kualitatif) (Suprayogo, 2003: 167). Masih menurut Imam Suprayogo (2003:167) metode observasi adalah mengamati dan mendengar dalam rangka memahami, mencari jawab, mencari bukti terhadap fenomena selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang diobservasi, dengan mencatat, merekam, memotret fenomena tersebut guna penemuan data analisis. Metode ini peneliti gunakan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang objek penelitian serta berbagai perubahan pola kehidupan masyarakat yang terjadi.

c. Metode Dokumentasi

(30)

19

untuk mendukung wawancara (Emzir, 2011: 75). Data ini dapat berupa data monografi kelurahan Salatiga, serta foto-foto yang terkait.

6. Analisis Data

Data diteliti, dibandingkan untuk diketahui persamaan dan perbedaan, dan fenomena yang tercermin dalam data. Melalui proses ini, diharapkan dapat mengarah ke penemuan-penemuan baru. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

a. Reduksi Data (data reduction)

Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemokusan, penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasi data mentah yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan gambaran dengan jelas dan mempermudah untuk mengumpulkan data selanjutnya.

b. Penyajian Data (data disply)

Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowechart dan sejenisnya (Sugiyono, 2011 : 249). c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (conclusion drawing and

(31)

20

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa diskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono, 2011: 253).

7. Pengecekan Pengabsahan Data

Pengecekan keabsahan data yang digunakan didasarkan pada empat kriteria yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Uji derajat kepercayaan (credibility) dilakukan dengan cara peneliti benar-benar sesuai dengan apa yang sesungguhnya terjadi secara wajar di lapangan. Untuk melakukan uji kepercayaan (credibility) ini dilakukan observasi secara terus menerus. Keteralihan

(transferability) membuat uraian laporan atas data yang ditemukan secara khusus

dengan jelas ditulis sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Kebergantungan

(dependability) dilakukan untuk mengurangi kesalahan-kesalahan dalam

mengumpulkan, menginterpretasi temuan dan laporan hasil penelitian dengan cara menentukan dependent auditor (konsultan peneliti) Kepastian dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh memenuhi obyektifitas atau tidak. (Maslikah, 2013 : 323-324)

8. Tahap-Tahap Penelitian

(32)

21 a. Penelitian pendahuluan

Penulis mulai datang ke lokasi penelitian serta mulai mengamati dan menjajaki keadaan di lokasi penelitian terutama pada masyarakat muslim di lingkungan tersebut.

b. Pengembangan desain

Setelah mengamati lokasi penelitian, penulis mulai menyusun pedoman-pedoman yang akan digunakan untuk kegiatan wawancara.

c. Penelitian di lapangan

Setelah penulis mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan kualitas pendidikan agama Islam pada masyarakat muslim di sekitar UKSW kemudian penulis melakukan wawancara ke subjek penelitian. Pada tahap ini, penulis melakukan pengumpulan data sampai tahap penulisan laporan.

9. Hambatan-hambatan Penelitian

Penulis mengalami beberapa kesulitan serta hambatan dalam melakukan penelitian sejak dimulainya perijinan sampai pengumpulan data-data informan.

a. Perijinan Penelitian

Sesuai prosedur penelitian wilayah kodya yaitu Kota Salatiga, penulis melakukan perijinan sebelum melakukan penelitian dengan runtutan permohonan ijin kepada Kesbangpol (Kesatuan Bangsa dan Politik) Kota Salatiga, Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Kota Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Kelurahan Salatiga.

(33)

22

dan tujuan penelitian. Setelah memenuhi persyaratan penulis mendapat surat rekomendasi ijin penelitian pada tanggal 12 Maret 2015, kemudian penulis mengantarkan surat tembusan ke Bappeda, Kecamatan Sidorejo, dan Kelurahan Salatiga.

(34)

23

memberi surat kembali kepada sekretaris kelurahan. Kemudian diproses surat tersebut karena merasa malu dan takut.

Hari berikutnya penulis datang untuk meminta data kependudukan kelurahan Salatiga. Setelah mendapat data tersebut, penulis diminta menghadap Kepala Kelurahan Salatiga dan diberi nasehat terkait judul penelitian yang penulis lakukan. Pak Lurah mengatakan bahwa beliau kurang setuju dengan apa yang akan penulis teliti, dengan mengutarakan berbagai kekhawatirannya.

baca judul kamu saja saya sudah khawatir apalagi isi dari penelitianmu

nanti ?”

Untuk mempertahankan penelitian, penulis menjelaskan ranah-ranah yang akan diteliti tanpa menjelek-jelekkan agama lain. Namun saat itu penulis sangat kecewa karena penulis merasa penjelasan yang sudah diutarakan tidak didengar dengan alasan penulis masih anak kecil yang belum mengetahui apa-apa.

terserah kamu mau bilang apa, saya tidak peduli penjelasan kamu, yang

penting sampaikan semua yang saya ucapkan tadi kedosen kamu. Kamu itu

masih anak kecil, belum tau apa-apa tentang masalah seperti ini.”

Penulis menangkap nilai positif dari perkataan beliau, bahwa apa yang diutarakan beliau semata-mata untuk “ngemong masyarakat” supaya tidak terjadi perselisihan.

Ketakutan-ketakutan yang diutarakan kepada penulis antara lain:

1) Apabila terbukti bahwa kualitas pendidikan agama Islam masyarakat muslim di sekitar UKSW menurun.

(35)

24

3) Hasil tulisan penelitian ini akan memicu “omongan” atau perkataan di masyarakat yang negatif.

4) Apabila tulisan tersebut “jadi bahan omongan” dan kaum misionaris merasa dijelek-jelekkan maka penulis bisa dikenai hukum pidana.

b. Pengumpulan data informan

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan interview kepada para informan di sekitar UKSW. Hambatan yang penulis alami ketika menggali informasi antara lain:

1) Informan yang beragama non-muslim sulit untuk ditemui.

2) Masyarakat muslim yang mendapat bantuan dalam bentuk materi maupun bentuk lainnya dari pihak non-muslim sengaja menutup-nutupi informasi tersebut.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam memahami penelitian ini maka laporan penelitian ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :

1. BAB I : PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

2. BAB II : LANDASAN TEORI

(36)

25

dan masyarakat, teori pendidikan, pengaruh masyarakat terhadap pemahaman dan keberagamaan masyarakat muslim.

3. BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Paparan data dan temuan penelitian lapangan mengenai profil subjek penelitian, pengaruh kehidupan masyarakat beda agama terhadap pemahaman pendidikan agama Islam pada masyarakat.

Pada bab ini akan dilaporkan hasil pengumpulan data lapangan dimulai dari pemaparan gambaran umum wilayah kelurahan Salatiga, yang mana akan menguraikan tentang batas wilayah; jumlah penduduk; keadaan penduduk menurut agama, pendidikan dan mata pencaharian. Latar belakang masyarakat Kemiri, Somopuro, Cungkup dan Domas sebagai kawasan masyarakat pluralitas, serta data profil informan.

4. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi tentang pembahasan hasil penelitian yang diperoleh. 5. BAB V : PENUTUP

(37)

26 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sebelum peneliti terjun ke lapangan, langkah penting yang harus dilakukan adalah melakukan kajian kepustakaan atau penelusuran penelitian terdahulu yang memiliki kaitan langsung atau tidak langsung dengan permasalahan penelitian yang diangkat.

Dalam penelitian sosiologi agama posisi narasumber sangat penting, bukan sekedar memberi respons, melainkan juga sebagai pemilik informasi. Mencari informasi mengenai masalah-masalah keagamaan yang dianggap penting dan sanggup memberikan data-data yang dibutuhkan.

A. Landasan Teori

Landasan teori merupakan paparan singkat dari teori yang akan digunakan dalam penelitian. (Maslikhah, 2013 : 207)

1. Teori Lingkungan dan Masyarakat a. Sosiologi

1) Pengertian Sosiologi

Definisi sosiologi secara luas ialah ilmu tentang masyarakat dan gejala-gejala mengenai masyarakat. Sosiologi seperti itu disebut macro sosiology

(38)

27

Pada dasarnya terdapat dua jenis metode menurut Syamsuddin Abdullah (1997 : 13-14), yaitu metode empiris yang menyadarkan diri pada keadaan-keadaan nyata didapat di dalam masyarakat, dan jenis metode

rasionalitas yang mengutamakan pemikiran dengan logika dan pikiran sehat

untuk mencapai pengertian tentang masalah-masalah kemasyarakatan.

Sosiologi agama menurut Imam Suprayogo dan Tobroni (2001 : 26) dirumuskan secara luas sebagai suatu studi tentang inter-relasi dari agama dan masyarakat serta bentuk-bentuk interaksi yang terjadi antar mereka.

Sejalan dengan perkembangan zaman, kemajuan sains dan teknologi serta perkembangan kebudayaan pada umumnya, perintah agama bukan satu-satunya pilihan moral bagi manusia. Sikap manusia terhadap perintah agamapun bermacam-macam. Ada yang menganggapnya sudah kuno, ada yang menerima bila sesuai dengan zaman, ada yang pilih-pilih sebagian diterima sebagian ditolak, ada yang kompromi, ada yang memutlakkan dan sebagainya.

Secara umum, kajian tentang etika dan moralitas agama mencakup bagaimana perintah agama dipahami, dihayati, dan diamalkan dalam berbagai dimensi kebudayaan. Setiap agama pasti memiliki doktrin yang mengharuskan umatnya untuk mendakwahkan, menjunjung tinggi, mengembangkan, mensosialisasikan, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

(39)

28

doktrin, pengalaman, hubungan pemimpin dengan yang dipimpin dan antar warga dalam organisasi, basis sosialnya, perilaku politik, ekonomi, dan sebagainya. Persoalan-persoalan kontemporer lainnya seperti hubungan agama dan negara, paham pluralisme agama, konflik antar penganut agama, sinkretisme, pertemuan antar agama (adaptasi, akulturasi, inkulturasi), sikap terhadap agama lain (indiferentisme / menyamakan, relativisme, menghargai, tidak aman, fanatisme), pergaulan antar penganut agama yang berbeda (apologetis / membela agamanya, polemis / perang, competition / persaingan, toleransi, dialog). (Suprayogo, Tobroni. 2001 : 43)

2) Teori Sosiologi

a) Teori-teori Struktural-Fungsional

Para sosiolog abad ke-19 seperti Auguste Comte dan Herben Spencer sangat terpengaruh oleh persamaan-persamaan yang terdapat antara organisasi biologis dengan kehidupan sosial. Spencer pernah mengatakan bahwa masyarakat manusia adalah seperti suatu organisasi, kesatuan dari unsur-unsur yang saling berhubungan selama jangka waktu tertentu, atas dasar pola tertentu.

Lembaga sosial sebagai unsur struktur dianggap dapat memenuhi kebutuhan kelangsungan hidup dan pemeliharaan masyarakat. Lembaga ekonomi misalnya berfungsi untuk mengadakan produksi dan distribusi barang-barang serta jasa-jasa. Lembaga sosial keluarga mempunyai fungsi reproduksi, sosialisasi, pemeliharaan anak-anak dan seterusnya.

(40)

29

Kadang di dalam masyarakat dapat dijumpai hal-hal yang dianggap baik, akan tetapi hal itu tidak banyak terdapat sehingga ada golongan-golongan tertentu yang merasa dirugikan. Konflik mencakup suatu proses dimana terjadi pertentangan hak atas kekayaan, kekuasaan, kedudukan dan seterusnya, dimana salah satu pihak berusaha menghancurkan pihak lain. Salah satu pengungkapan dari teori konflik yaitu teori yang dikembangkan oleh Karl Marx dan Friedrich Engels dalam “Comunist Manifesto” (1848),

mereka menganggap bahwa proses terpenting dalam masyarakat adalah terjadinya pertentangan klas (class strunggle).

c) Teori-teori Interaksi-Simbolis

Dasar kehidupan bersama dari manusia adalah komunikasi, terutama lambang-lambang sebagai kunci untuk memahami kehidupan sosial manusia. Suatu lambang merupakan tanda, benda atau gerakan yang secara sosial dianggap mempunyai arti tertentu.

(41)

30

Di dalam pergaulan hidup manusia terdapat kecenderungan yang kuat bahwa kepuasan dan kekecewaan bersumber pada perilaku pihak lain terhadap dirinya sendiri.

Para sosiolog yang menganut teori ini mengatakan bahwa seseorang akan berinteraksi dengan pihak lain, oleh karena itu dianggapnya menguntungkan sehingga dia mendapatkan suatu imbalan.

e) Etnometodologi

Dalam kehidupan sehari-hari akan tampak bahwa manusia senantiasa cenderung untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Yang menjadi pusat perhatian etnometodologi adalah bagaimana suatu perilaku yang merupakan kebiasaan terjadi atau berlangsung. Seorang etnometodologi mempelajari bagaimana masyarakat membentuk dan berpegang pada presumsi bahwa kehidupan sosial merupakan suatu ciri yang nyata, dengan kata lain meneliti tingkah laku warga masyarakat yang merupakan suatu realitas dan tertib sosial tertentu. (Yulius, Bonet. 1982 : 6-10)

3) Paradigma Penelitian Sosial Agama

Paradigma penelitian Sosial Agama dibagi menjadi empat macam paradigma antara lain yang pertama adalah paradigma definisi sosial.

Menurut Imam Suprayogo dan Tobroni (2001 : 86-91) paradigma ini dipelopori oleh Weber yang mengartikan sosiologi sebagai studi tentang

tindakan sosial “penuh arti” antar hubungan sosial. Yang dimaksud tindakan

(42)

31

yang termasuk dalam paradigma ini antara lain teori aksi, interaksionisme simbolik, dan fenomenologi. Dalam penelitian kualitatif yang bersifat naturalistik, fungsi paradigma dan teori bukan dalam rangka membentuk fakta, melakukan prediksi dan menunjukkan hubungan dua variabel sebagaimana dalam penelitian kuantitatif, melainkan lebih banyak untuk mengembangkan konsep dan pemahaman serta kepekaan peneliti.

Kedua, paradigma positivistik (paradigma fakta sosial). Dalam paradigma ini fenomena sosial dipahami sebagaimana fenomena alam, cara kerja ilmu sosial menggunakan metode ilmu alam yang disebut fisika sosial. Penelitian dengan menggunakan paradigma positivistik ini biasanya bertujuan untuk menjelaskan (explanation) mengapa suatu peristiwa terjadi, bagaiman frekuensinya (intensitasnya) proses kejadiannya, hubungannya antarvariabel, rekaman perkembangan, deskripsi, bentuk dan polanya.

Ketiga adalah paradigma naturalistik (paradigma definisi sosial). Penelitian dengan menggunakan paradigma naturalistik bertujuan untuk memahami (understanding) makna perilaku, simbol-simbol dan fenomena-fenomena.

(43)

32

Aliran teori yang dapat dikelompokkan dalam paradigma ini meliputi, pertama teori fungsionalisme struktural yaitu agama dan kitab suci merupakan pranata sosial yang melingkupi kehidupan manusia, dan agama menjadi fungsional ketika agama menjadi norma dan kultur bersama dalam masyarakat. Kedua teori konflik, yaitu konflik dalam masyarakat akan muncul dengan sendirinya apabila pranata dan struktur sosial yang ada dianggap tidak memadai lagi dan norma-norma lama, struktur sosial yang lama juga perlu diganti atau direformasi, dalam rangka menciptakan tatanan yang baru dan keseimbangan yang baru. Ketiga teori sistem mengatakan bahwa kehidupan ini adalah sebuah sistem, baik dalam konteks mikro

(mikrokosmos / manusia) maupun makro (makrokosmos / alam jagad raya).

4) Aliran-aliran dalam Sosiologi Agama a) Aliran Ibnu Khaldun

Ibnu Khaldun memahami masyarakat dalam segala totalitasnya, dia menunjukkan segala fenomena untuk bahan studinya. Dia mencoba untuk memahami gejala-gejala itu dan menjelaskan hubungan kausalitas (sebab akibat) di bawah sorotan sinar sejarah.

Keunggulan aliran sosiologi karya Ibnu Khaldun yang pertama adalah falsafah sejarah yaitu peristiwa-peristiwa sejarah terkait dengan

determinisme kealaman dan bahwa fenomena sejarah adalah

kejadian-kejadian dalam negara. Adapun internal sejarah adalah refleksi, verifikasi

dan kausalitas bagi peristiwa-peristiwa dan prinsip-prinsinya. Kedua

(44)

33

benda-benda empirik, karena epistemologinya adalah observasi, sehingga merangsang para sejarawan untuk mengorientasikan pemikirannya kepada eksperimen-eksperimen dan tidak menganggap cukup eksperimen yang sifatnya individual, tetapi mereka hendaknya mengambil sejumlah eksperimen. Ketiga adalah pengasas ilmu peradaban atau falsafat sosial, dimana adalah kaidah-kaidah untuk memisahkan yang benar dari yang salah dalam penyajian fakta, menunjukkan yang mungkin dan yang mustahil.

Agama menurut paham Ibnu Khaldun bukan pikiran manusia. Metode berpikir manusia adalah akal, sedangkan metode agama adalah wahyu. Bahwa wahyu itu bukan akal, Ibnu Khaldun mengatakan bahwa maujud itu terbatas sejalan dengan persepsi setiap makhluk rasional. b) Aliran Max Weber

Pusat perhatian Max Weber adalah dalam dua segi, ialah agama mempengaruhi pandangan hidup manusia terhadap masyarakat. Perubahan ekonomi dan sosial dapat mempengaruhi agama.

Metode tipe ideal aliran Max Weber menunjukkan penelitian tentang berbagai gejala agama dan kebudayaan erat hubungannya dengan metode komparatif. Sedangkan konsep rasionalisasi Weber bercirikan

rasionalisasi yang progressif khas masyarakat barat, yaitu sistematis yang

(45)

34

kebudayaan Eropa tradisional hingga tumbuhnya birokrasi politik, agama merupakan kepercayaan universal karena terdapat disetiap masyarakat. c) Aliran Joachim Wach

Definisi menurut Syamsudin Abdullah (1997 : 94-95) “sociology of

religion” dengan penelitian tentang hubungan antara agama dengan

masyarakat yang dipengaruhi agama. Metode yang paling cocok untuk mengadakan penelitian sosiologi agama adalah metode empiris deskriptif dan fenomenologis. Wach menyatakan masalah-masalah normatif merupakan masalah etika dan filsafat agama. Pengaruh agama terhadap masyarakat sama kuatnya dengan pengaruh masyarakat terhadap agama.

(46)

35 d) Aliran Gabriel Le Bras

Sociologie religieuse adalah ilmu pengetahuan sosiologi dengan

suatu perhatian khusus kepada perilaku keagamaan dan tentang kelompok-kelompok keagamaan. (Abdullah, Syamsuddin. 1997 : 96)

Kemajuan yang pesat dari sociologie religieuse saat ini disebabkan oleh perbaikan-perbaikan di dalam teknik-teknik penelitian ilmu-ilmu sosial dan penelitian sejarah.

Langkah-langkah yang ditempuh adalah pertama, menghimpun informasi yang tepat (accurate). Kedua, memerlukan kepekaan dan kesungguhan adalah interpretasi informasi ini sebelum langkah-langkah lainnya direncanakan dan dilaksanakan.

5) Sosialisasi

Sosialisasi merupakan sebuah proses pembelajaran untuk menjadi anggota masyarakat dan melalui sosialisasi manusia dapat menjadi makhluk sosial.

Sosialisasi menurut John Scott (2013 : 259) dapat dibedakan antara sosialisasi primer dan sekunder. Sosialisasi primer ialah pembentukan dasar atau awal kepribadian dan dalam diri anak dimulai dengan mengakumulasi pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi anggota dalam masyarakat tertentu. Sedangkan sosialisasi sekunder terdiri atas pengalaman-pengalaman yang kompleks dan terjadi sepanjang masa untuk menjadi anggota masyarakat atau kelompok budaya tertentu.

(47)

36

Altman dan Taylor (1973) membahas tentang bagaimana perkembangan kedekatan dalam suatu hubungan. Menurut mereka, pada dasarnya kita akan mampu untuk berdekatan dengan seseorang sejauh kita mampu melalui beberapa proses.

Altman dan Taylor mengibaratkan manusia seperti bawang merah. Maksudnya adalah pada hakikat manusia memiliki beberapa layer atau lapisan kepribadian. Jika kita mengupas kulit terluar bawang, maka kita akan menemukan lapisan kulit yang lainnya, begitu pula kepribadian manusia. Lapisan kulit terluar kepribadian manusia adalah apa-apa yang terbuka bagi publik, tidak ditutup-tutupi. Lapisan sedikit lebih dalam adalah lapisan kepribadian bersifat

semiprivate, tidak terbuka bagi semua orang. Lapisan terdalam adalah wilayah

private didalamnya terdapat nilai-nilai, konsep diri, konflik-konflik yang belum terselesaikan, emosi yang terpendam dan semacamnya, tidak terlihat oleh dunia luar oleh siapapun bahkan orang terdekat sekalipun, akan tetapi lapisan inilah yang berperan dalam kehidupan seseorang.

Teori perspektif teori penetrasi sosial Altman dan Taylor menjelaskan empat penjabaran. Pertama, lebih sering dan lebih akrab dalam hal pertukaran pada lapisan terluar dari diri seseorang, semakin dalam berupaya melakukan penetrasi, maka lapisan kepribadian yang dihadapi akan semakin tebal dan semakin sulit untuk ditembus. Kedua, keterbukaan diri (self disclosure) bersifat resiprokal

(48)

37

diawal, akan tetapi akan semakin berkurang ketika semakin masuk ke dalam lapisan yang makin dalam. Tidak ada istilah “langsung akrab” karena membutuhkan suatu proses yang panjang. Keempat, depenetrasi adalah proses yang bertahap dengan semakin memudar, maksudnya ketika suatu hubungan tidak berjalan lancar maka keduanya akan berusaha semakin menjauh.

Merujuk kepada pemikiran John Thibaut dan Harold Kelley (1952) tentang konsep pertukaran sosial (sosial exchange), menurut mereka dalam konsep pertukaran sosial, sejumlah hal yang penting antara lain adalah soal relational

outcomes, relational satisfaction, relational stability. Cenderung memperkirakan

keuntungan apa yang akan kita dapatkan dalam suatu hubungan atau relasi dengan orang lain sebelum kita melakukan interaksi.

Teori pertukaran sosial mengajukan dua standar umum tentang apa yang dijadikan perbandingan atau tolak ukur dalam mengevaluasi suatu hubungan, yaitu relative satisfaction (kepuasan relatif) adalah seberapa jauh hubungan interpersonal tersebut dapat membuat kita bahagia atau justru tidak bahagia, dan

the comparison level of alternatives, pada tahap ini muncul pertanyaan dalam

(49)

38

fungsional, ditandai dengan pola hubungan sosial hanya terlihat dari sudut kegunaan dan kepentingan. Kemampuan individual dibutuhkan untuk menentukan seberapa jauh ia bermanfaat untuk orang lain. Ketiga, masyarakat padat informasi. Masyarakat yang padat informasi akan semakin bergerak ke depan, terbuka menerima berbagai jenis dan sumber informasi apabila diatur secara baik oleh sebuah sistem yang terbuka (open system) dan dijalankan secara efektif oleh

masyarakat. Budaya cenderung bergeser pada “budaya tertutup” ke “budaya

terbuka”, karena budaya yang tidak menghargai pluralitas sosial sembari bersikap

otoriter, absolut dan tiranik adalah budaya eksklusif. Sedangkan budaya yang gemar menghargai pluralitas sosial seraya bersikap demokratis, kosmopolit dan egaliter adalah budaya inklusif.

Akhir-akhir ini menguat pola tuntunan masyarakat terhadap hasil kerja budaya, yaitu kesadaran budaya yang kian menghargai perbedaan ras, golongan, etnik, warna kulit, maupun agama. Perbedaan itu sebagai akibat logis dari pengakuan Allah di dalam Al-Qur‟an bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan berbeda, tetapi perbedaan itu akan dipertemukan dengan sebuah garis lurus yang membentang dari segenap perbedaan-perbedaan diantara manusia yang oleh

Al-Qur‟an disebut takwa (kualitas). Kualitas (ketakwaan) inilah yang membuat

mereka menjadi sama dan sederajat dimata Tuhan. Manusia harus berjuang mempertemukan perbedaan tersebut melalui peran kreatif pertemuan budaya secara kualitatif di kalangan manusia sendiri.

(50)

39

masyarakat agar mereka tidak mudah tergoda oleh arus budaya asing yang menawarkan profesi dan keahlian yang lebih menggiurkan secara material. Islam adalah agama yang sangat memperhatikan masalah etika (akhlak-agama), kultural (ilmu iptek) dan profesi (amal shaleh-keahlian). Al-Qur‟an mengingatkan kaum muslimin agar waspada untuk tidak meninggalkan keturunan yang lemah, yang akan menimbulkan kekhawatiran dibelakang hari. Kesadaran berbudaya, beretika dan profesi adalah bagian dari upaya mempersiapkan generasi yang berakhlak tinggi (etika atau agama), tangguh dibidang kultural (iptek) dan memiliki (profesi) tertentu yang bisa diandalkan. (Q.S. An-Nisa : 9)

c. Asimilasi Budaya

Asimilasi adalah suatu proses penerimaan unsur-unsur kebudayaan dari luar yang bercampur dengan unsur kebudayaan lokal sehingga menjadi unsur-unsur kebudayaan baru yang berbeda.

(51)

40

adanya sifat terbuka. Masyarakat yang senantiasa menghadapi berbagai perubahan yang terjadi dengan sifat terbuka, akan dapat hidup sejahtera.

Hal-hal yang dapat menghambat asimilasi, antara lain rendahnya pengetahuan masyarakat tentang kebudayaan lain, ketakutan terhadap kebudayaan atau unsur-unsur yang baru, sikap superior yang menilai tinggi kebudayaannya sendiri, perbedaan kepentingan, dan letak geografis yang terisolasi.

d. Pertukaran Budaya

1) Perubahan Sosial Masyarakat

Perubahan sosial menurut R.L Warren dan J.S Roucek (1984 : 215-217) adalah perubahan proses sosial atau struktur masyarakat, sedangkan perubahan kebudayaan mempunyai istilah yang lebih luas termasuk segala perubahan dalam kebudayaan seperti kepercayaan, pengetahuan, bahasa, teknologi dan lain-lain.

(52)

41

masyarakat kita, revolusi industri berhubungan dengan berbagai perkembangan dan kemajuan dalam teknologi termasuk ilmu sains dan mempunyai pengaruh penting atas aspek yang berbeda dalam kehidupan institusi seperti: keluarga, agama, organisasi ekonomi, pemerintahan dan pendidikan. Keempat, peranan nilai-nilai perubahan. Sejarah merupakan pernyataan pentaklukan yang mutlak, dan perubahan sosial yaitu hasil jalinan pendapat yang unggul.

2) Akulturasi

Akulturasi adalah pencampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi. Bisa diartikan juga bahwa akulturasi adalah proses masuknya pengaruh kebudayaan asing di suatu masyarakat, sebagian menyerap secara selektif sedikit atau banyak unsur kebudayaan asing itu dan sebagian berusaha menolak pengaruh itu.

Keseimbangan atau harmoni dalam masyarakat merupakan keadaan yang diidam-idamkan. Dengan keseimbangan, seluruh unsur-unsur kemasyarakatan akan benar-benar berfungsi dan saling mengisi.

e. Interaksi Sosial 1) Masyarakat

(53)

42

anggota-anggotanya, bukan sekedar suatu penjumlahan individu semata, melainkan sistem yang dibentuk dari hubungan antar mereka.

2) Sistem Sosial

Wawasan sistem sosial dari para ahli sosiologi telah dikembangkan secara luas dengan meninjau wawasan dari ilmu pengetahuan alam, didalamnya terkandung persamaan dengan beberapa sifat dan konsep sehari-hari. Sistem menunjuk pada cara bagaimana kehidupan sosial diatur dan diorganisasi, dapat menunjuk pada masyarakat dalam skala yang besar pada sektor tertentu dalam masyarakat.

Perubahan dan perkembangan didalam suatu aspek kegiatan sosial tertentu dapat menghasilkan perubahan dan perkembangan atau menimbulkan reaksi pada kehidupan lainnya.

2. Teori Pendidikan a. Pendidikan Islam

Pendidikan Islam (tarbiyah) sebagai proses penyampaian petunjuk-petunjuk ilahiyah, menyucikan dan mengajarkan manusia dengan mendidik dan mengajar dengan bahan yang bersumberkan dari sumber ajaran Islam. (Q.S. Al-Isra‟ : 24)

Ahmad Tafsir dikutip Noeng Muhadjir, pendidikan adalah pengembangan pribadi dalam semua aspeknya yang mencakup pendidikan oleh diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan, dan pendidikan oleh orang lain (guru) mencakup aspek jasmani, rohani dan hati. (Salim, Moh. Haitami. 2013 : 27)

(54)

43

Esa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta manusia dan lingkungannya.

Pendidikan Agama menurut Moh. Haitami Salim (2013 : 29) adalah usaha sadar, terencana dan sistematik untuk mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran, latihan keterampilan, bimbingan dan keteladanan oleh diri sendiri dan orang lain agar memiliki keyakinan, pengetahuan, keterampilan, keteladanan dan kepribadian yang sesuai ajaran Islam.

Pendidikan menurut Kaelany (2000 : 240) ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Dalam bahasa Arab istilah pendidikan disebut tarbiyah berasal dari dasar kata rabba. Tuhan juga disebut sebagai Rabb karena ia Yang Memperbaiki, Yang Mengatur, Yang Berkuasa Mutlak, Yang Tegak, Yang Menjadi Sandaran, Yang Memelihara, Yang Meluruskan dan Yang Memberi Nikmat.

Menurut Langeveld, pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari hari, dan sebagainya. (Hasbullah 2009: 2)

(55)

44

dalam proses pengubahan sikap menuju kepada pendewasaan melaksanakan tugas hidupnya.

Para ahli pendidikan Islam telah mencoba permutasi pengertian pendidikan Islam, di antara batasan yang sangat variatif tersebut adalah :

Al-Syaibany mengemukakan bahwa pendidikan agama Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai sesuatu aktivitas asasi dan profesi di antara sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat.

Muhammad Fadhil Al-Jamaly mendefenisikan pendidikan Islam sebagai upaya pengembangan, mendorong serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia. Dengan proses tersebut, diharapkan akan terbentuk pribadi peserta didik yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan, maupun perbuatanya.

Ahmad D. Marimba mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (insan kamil)

Ahmad Tafsir (2005 : 45) mendefenisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.

Pendidikan perspektif agama Islam ialah suatu proses penyampaian informasi (berkomunikasi) yang kemudian diserap oleh masing-masing pribadi

(internalisasi), sehingga menjiwai cara berpikir, bersikap, dan bertindak

(individuasi) baik untuk dirinya sendiri maupun hubungannya dengan Allah

(ibadah) dan hubungannya dengan manusia lain atau masyarakat (sosialisasi)

serta makhluk lain dalam alam semesta maupun lingkungan (mu‟amalah ma‟al

makhluk atau kultural civilisasi) dalam kedudukannya sebagai hamba Allah dan

(56)

45

Pendidikan Islam menurut Achmadi (1992 : 20) adalah usaha untuk mengembangkan fitrah keberagamaan subjek didik agar lebih memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan agama Islam adalah upaya pengembangan individu melalui bimbingan cara berpikir, bersikap dan bertindak untuk mewujudkan insan kamil dalam hubungannya dengan Allah, manusia serta alam semesta.

1) Pentingnya Pendidikan Islam

Pendidikan adalah suatu yang esensial bagi manusia, melalui pendidikan manusia bisa belajar mempelajari alam semesta demi mempertahankan kehidupannya. Karena pentingnya pendidikan, Islam menempatkan pendidikan sebagai aspek sangat penting yang mewajibkan umatnya senantiasa menjalankan komitmennya.

Hal ini diperkuat oleh firman Allah pada ayat pertama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad :

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,

2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,

4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],

5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

(57)

46

Pada ayat lain al-Qur‟an memperlihatkan penghargaan tingginya kepada mereka yang secara bersamaan percaya kepada Allah dan menimba ilmu pengetahuan, dalam Q.S al-Mujadalah Allah berfirman :

Artinya : Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa

yang kamu kerjakan. (Q.S. Al Mujadiilah 58:11)

Bukti lain diutamakannya pendidikan adalah sangat seringnya kata „ilm

dan kata jadiannya (seperti „alima, ya‟lamu, „alim, i‟lam) disebut dalam

al-Qur‟an, yang seluruh arti dasarnya berkaitan dengan pemikiran pendidikan.

(Proceeding Konferensi Regional, 2004 : 233)

Penegasan keutamaan pendidikan Rasulullah nyatakan melalui sabdanya dalam kitab Hadits Shahih Bukhari no. 67 berikut ini:

(58)

47

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Sa‟id bin „Ufair. Telah

menceritakan kepada kami Ibnu Wahab dari Yunus dari Ibnu Syihab berkata, Humaid bin Abdurrahman berkata; aku mendengar Mu‟awiyyah memberi khutbah untuk kami, dia berkata; Aku mendengar

Nabi S.A.W bersabda:“Barangsiapa yang Allah kehendaki menjadi

baik maka Allah faqihkan dia terhadap agama. Aku hanyalah yang membagi-bagikan sedang Allah yang memberi. Dan senantiasa ummat ini akan tegak diatas perintah Allah, mereka tidak akan celaka karena adanya orang-orang yang menyelisihi mereka hingga datang putusan

Allah”.(Kitab Shahih Bukhari no: 67, hal 45)

Umat manusia dalam sejarahnya telah memperlihatkan tentang pentingnya pendidikan sejak masa Rasul hingga masa sekarang ini. Kegiatan yang dilakukan Rasulullah seperti mengadakan ta‟lim (pembelajaran) kepada para sahabatnya, guna mengetahui ajaran-ajaran Islam, sehingga Rasul membuat kompleks belajar Dar-Al-Arqam, ini semua merupakan salah satu bukti besarnya perhatian Rasul kepada pendidikan.

Kaelany (2000 : 241-242) berpendapat pendidikan Islam diperlukan sebagai suatu upaya dalam pengembangan pikiran, penataan perilaku, pengaturan emosional, hubungan peranan manusia dengan dunia ini, serta bagaimana manusia mampu memanfaatkan dunia sehingga mampu meraih tujuan kehidupan sekaligus mengupayakan perwujudannya. Islam pun telah menawarkan konsep akidah yang wajib diimani agar dalam diri manusia tertanam perasaan yang mendorongnya pada perilaku normatif yang mengacu

pada syari‟ah Islam. Agama datang ke permukaan bumi ini bertujuan

membimbing manusia dalam usahanya mencapai kesempurnaan diri dan kebahagiaan, baik di dunia sekarang maupun di akhirat kelak.

(59)

48

Islam akan menuntun umat Islam menuju ketaqwaan secara total kepada Allah, dengan mengaktualisasikan ajaran-ajaran Islam dalam semua aspek kehidupan manusia. Pada tingkat kedua, pendidikan Islam itu penting karena secara akademis pendidikan merupakan aktivitas intelektual sebagai sarana terwujudnya formulasi islamisasi pengetahuan. Tanpa keterlibatan dan kontribusi lembaga pendidikan tinggi Islam lengkap dengan intelektual Muslim didalamnya, Islamisasi mungkin hanya omong kosong belaka. 2) Pendidikan Keagamaan Masyarakat

Pendidikan mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia, juga diakui sebagai kekuatan yang dapat membantu masyarakat mencapai kemegahan dan kemajuan peradaban, tidak ada satu prestasipun tanpa peran pendidikan.

Gambar

TABEL 3.1 Pengelompokan Penduduk berdasar Agama
TABEL 3.3 Pengelompokan Penduduk berdasar Pekerjaan
TABEL 3.4 Daftar Nama Tempat Ibadah
TABEL  3.5 Data Lembaga Pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

Contoh kalimat (1) menunjukkan bahwa pola struktur fungsinya tersusun atas P/K yaitu keterangan dan predikat. Dalam hal ini, fungsi perdikat berada di awal kalimat

Peserta didik membuat rangkuman/simpulan pelajaran tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan. Guru memberikan umpan balik

Lebih lanjut, penelitian ini dibatasi menjadi lima submasalah penelitian atas dasar pendapat Kluckhon yakni hakikat hidup manusia, hakikat karya manusia, hakikat

Hasil analisis statistik inferensial menujukkan bahwa (a) Model pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 1

Saat sudut maksimum (saat senjata menunduk atau mendongak), dibutuhkan duty cycle yang lebih besar untuk menggerakkan motor dapat dilihat dari kondisi tanpa beban dan dengan

Beberapa faktor yang menyebabkan siswa kesulitan menulis khususnya menulis cerpen adalah 1 siswa kurang diberi motivasi untuk menuangkan gagasan dan pikirannya dalam sebuah

Kegiatan intensifikasi merupakan kegiatan optimalisasi penggalian penerimaan pajak terhadap objek serta subjek pajak yang telah tercatat atau terdaftar dalam administrasi

segala perbuatan dosa yang dilakukan selama berada di dunia. Kemudian bersungguh-sungguh untuk tidak mengulanginya lagi dengan melakukan pertaubatan nasuha. 197