• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI AKHLAK DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM (Kajian Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 11-13) SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI-NILAI AKHLAK DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM (Kajian Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 11-13) SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI AKHLAK

DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

(Kajian Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 11-13)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

SITI KHOEROTUNNISA

NIM: 111-12-028

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

NILAI-NILAI AKHLAK

DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

(Kajian Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 11-13)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

SITI KHOEROTUNNISA

NIM: 111-12-028

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Siti Khoerotunnisa

Nim : 111-12-028

Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil

karya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya tulis orang lain. Pendapat dan temuan

orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik

(5)

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

Jl. Tentara Pelajar No2 Telp.(0298) 323706 Fax. 323433 Kode Pos 50721 Salatiga Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id Saudara : Siti Khoerotunnisa

Kepada:

Dekan FTIK IAIN Salatiga di Salatiga

Assalamu’alaikumWr.Wb

Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : SitiKhoerotunnisa

Nim : 111-12-028

Fakultas/Jurusa : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam

Judul :Nilai-Nilai Akhlak Dalam Perspektif Pendidikan Islam (Kajian Tafsir Surat Al-Hujurat 11-13)

Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk ditujukan dalam sidang munaqasyah.

Demikian nota pembimbing itu dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

(6)
(7)
(8)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi rabbilalamin, dengan izin Allah swt skripsi ini telah selesai.

Skripsi ini penulispersembahkan kepada:

1. Keluarga ku tercinta Ayah dan Ibu yang telah membesarkan dan mendidik ku

dengan penuh kasih sayang serta selalu memberikan motivasi semangat dan

doa terimakasih sudah menjadi orang tua terhebatku.

2. Seluruh keluargaku terimakasih atas dorongan dan doa serta motivasinya.

3. Bapak Muh.Hafidz M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

motivasi serta pengarahan sampai selesainya skripsi ini.

4. Kepada sahabat-sahabat ku yang selalu memberikan semangat memotivasi

serta memberikan bantuan dalam segala hal dan terima kasih atas doa kalian

semua.

5. Kepada seluruh sahabat-sahabat PAI A 2012 terima kasih telah memberikan

banyak kenangan yang indah dan teman-teman seperjuanganku yang telah

memberikan dukungan semangat dan doa sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini.

6. Kepada teman-teman PPL, KKN 2016 yang telah memberikan banyak

(9)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, yang telah memeberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, walaupun masih jauh dari

kata sempurna . sholawat serta salam tak lupa selalu tercurahkan kepada

junjungan kita Nabi Muhammad saw, sebagai suri tauladan untuk panutan kita

semua sehingga kita dapat mencapai kebahagiaan ketentraman dunia dan

akhirat.

Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini berkat motivasi,

dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan banyak

terimakasih yang tak terhingga kepada:

1. Yang terhormat Bapak Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut

Agama Islam Negri Salatiga.

2. Yang terhormat Bapak Suwardi M.P.d selaku Dekan FTIK

3. Yang terhormat Ibu Siti Rukhayati Selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

4. Yang terhormat Bapak Muh.Hafidz M.Ag selaku dosen pembimbing yang

bersedia meluangkan waktu untuk mengarahkan dan memberikan

(10)

5. Yang terhormat Bapak Agus Ahmad Su‟aidi Lc.MA selaku dosen

pembimbing akademik

6. Kepada bapak dan ibu dosen yang telah memberikan banyak ilmu

pengetahuan dan pengalaman dengan penuh kesabaran. Serta bagian

akademik IAIN Salatiga yang telah meluangkan waktu untuk memberikan

pelayanan kepada penulis.

7. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memotivasi dan memberi semangat

serta mendoakannya.

8. Keluarga besar dan teman-teman yang selalu mendoakan dan memberikan

dukungan serta bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Salatiga, 22 Juni2016 Penulis

(11)

ABSTRAK

Nisa. Siti Khoerotun. 2016. Nilai-Nilai Akhlak dalam Perspektif Pendidikan Islam (Kajian Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 11-13). Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negri Salatiga. Pembimbing Muh.Hafidz M.Ag.

Kata Kunci: Nilai Akhlak dan Pendidikan Islam.

Penelitian ini tentang nilai-nilai akhlak dalam perspektif pendidikan Islam (Kajian tafsir surat Al-Hujurat ayat 11-13) bahwa akhlak Islam adalah nilai-nilai yang utuh, yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah yang ditujukan untuk kebaikan manusia, baik di dunia maupun akhirat. Akhlak menjadi bagian yang penting dalam substansi pendidikan Islam sehingga Al-Qur‟an menganggap-nya sebagai rujukan terpenting bagi kaum muslim. Masalah akhlak merupakan masalah universal, masalah yang menjadi perhatian orang dimana saja. Dalam hal ini pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1. Nilai-nilai akhlak apa saja yang terkandung dalam surat Hujurat ayat 11-13. 2. Bagaimana implikasi nilai akhlak Surat Al-Hujurat ayat 11-13 dalam Pendidikan Islam.

Untuk menjawab penelitian tersebut penulis menggunakan penelitian library research. Sumber data dalam penelitian ini meliputi Al-Qur‟an dan terjemahnya Depag RI dan data-data yang diperoleh dari ahli tafsir yang relevan yang dijadikan sebagai rujukan dalam membantu menganalisis permasalahan yang muncul, Tafsir Al-Maraghi, Tafsir al-Misbah, Tafsir An-Nuur, Tafsir Ibnu Katsir, serta buku ulumul

Qur‟an dan buku-buku lain yang relevansinya berkaitan dengan pembahasan. Adapun

metode yang digunakan oleh penulis dalam skripsi ini adalah metode tahlili yaitu metode yang digunakan untuk menganalisis dan menjelaskan ayat Al-Qur‟an dari segala aspeknya mulai dari kosa kata, pokok isi kandungan, asbabun nuzul serta munasabah.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam surat Al-Hujurat ayat 11-13 meliputi: perintah kepada manusia baik laki-laki maupun perempuan untuk saling menghormati dan menghargai, larangan memanggil orang dengan gelar yang mengandung ejekan, larangan untuk berburuk sangka, larangan

bergunjing/ghibah, perintah untuk taubat, perintah untuk ta‟aruf/saling mengenal di

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...i

LEMBAR BERLOGO...ii

JUDUL .………... iii

PERTANYAAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... v

PENGESAHAN KELULUSAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Penegasan Istilah ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 13

F. Metode Penelitian ... 14

G. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II KOMPILASI AYAT-AYAT A. Surat Al-Hujurat ... 18

(13)

C. Nilai-nilai pokok yang terkandung dalam Surat al-Hujurat ... 22

BAB III ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH SURAT AL-HUJURAT A. Sejarah Turunnya Surat Al-Hujurat ... 28

B. Tema dan Tujuan Utama ... 29

C. Asbabun Nuzul ... 30

D. Munasabah ... 33

BAB IV PEMBAHASAN A. Pandangan Mufassir tentang Surat Al-Hujurat ... 47

B. Nilai Akhlak dalam Prespektif Pendidikan Islam ... 56

C. Analisis Nilai Akhlak dalam Surat Al-Hujurat ... 59

D. Nilai-nilai Akhlak dalam surat Al-Hujurat ayat 11-13. ... 61

E. Urgensi Nilai Akhlak dalam Surat Al-Hujurat ayat 11-13 dalam Pendidikan Islam ... 66

F. Aktualisasi Nilai Akhlak dalam Surat Al-Hujurat ayat 11-13 dalam Pendidikan Islam ... 71

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 75

B. Saran-saran ... 75

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia yang dilahirkan di dunia ini, dalam pertumbuhan dan

perkembangannya menuju ke arah kedewasaannya, sangat membutuhkan peran orang

lain. Oleh sebab itu, mulai sejak kecil manusia sudah membutuhkan peran bantuan

orang tuanya baik yang bersifat material ataupun spiritual termasuk akhlak kepada

sang pencipta dan kepada sesamanya. Ajaran tentang akhlak yang baik bersumber

pada Al-Qur‟an yang merupakan pedoman hidup kaum muslimin. Al-Qur‟an

merupakan kalam Allah, merupakan mukjizat, yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad S.AW melalui perantara malaikat jibril, ditulis dalam mushaf, dinuklikan

secara mutawattir (oleh orang banyak) dan membacanya termasuk ibadah yang

diawali dengah surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas (Ash-Shabuny,

1984:18).

Allah menurunkan Al-Qur‟an agar dijadikan sebagai pedoman bagi umat

manusia dan petunjuk serta sebagai tanda atas kebenaran Rasul dan penjelasan atas

kenabian dan kerasulanya, juga sebagai alasan yang kuat di hari kemudian di mana

akan dinyatakan bahwa Al-Qur‟an itu benar-benar diturunkan dari Dzat Yang Maha

Bijaksana lagi Terpuji. Nyatalah bahwa Al-Qur‟an adalah mu‟jizat yang abadi yang

(15)

Al-Qur‟an merupakan sumber pendidikan yang terlengkap, baik itu

pendidikan kemasyarakatan (sosial), moral (akhlak), maupun spriritual (kerohanian),

serta material (kejasmanian) alam semesta. A1-Qur‟an merupakan sumber nilai yang

absolut dan utuh. Eksistensinya tidak akan pernah mengalami perubahan.

Kemungkinan terjadi perubahan hanya sebatas penafsiran manusia terhadap teks ayat

yang menghendaki sesuai dengan konteks zaman, situasi, dan kondisi (Ahid,

2010:21).

Al-Qur‟an sebagai pedoman hidup kaum muslimin membahas semua ni

lai-nilai akhlak tanpa terkecuali. Ayat-ayatnya tidak meninggalkan satu pun yang

berhubungan dengan akhlak. Setiap dimensi yang berkaitan dengan akhlak terdapat di

dalamnya, baik bentuk perintah larangan, maupun bentuk anjuran, baik mengenai

akhlak terpuji maupun akhlak tercela (Mahmud, 2004:173).

Al-Qur‟an telah menjelaskan secara gamblang tentang akhlak-akhlak mulia

dan sekaligus perintah untuk mengerjakannya. Al Qur‟an menjelaskan pula urgensi

amal-amal yang saleh, baik kepada sang Khaliq atau kepada sesama sebagai

manifestasi untuk mendekatkan diri kepada Allah. Di samping itu juga Al-Qur‟an

telah menyebutkan perilaku tercela untuk tidak mendekati diri dan melakukanya

(Mahmud, 2004:175). Dengan berbagai petunjuk tersebut diharapkan manusia akan

memperoleh kebaikan, kemaslahatan dalam kehidupannya, termasuk kehidupan

sesudah mati sebagai salah satu bentuk keyakinan seorang muslim.

Pendidikan merupakan salah satu media untuk mengimplementasikan seluruh

(16)

luas, baik pendidikan keluarga, sekolah ataupun pendidikan masyarakat. Menurut

Henderson dalam Rahmaniyah bahwa pendidikan dimaknai sebagai suatu proses

pertumbuhan dan perkembangan individu, sebagai hasil interkasi individu dengan

lingkungan fisik, yang berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir (2010:52).

Sementara akhlak dimaknai sebagai perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran,

tanpa pemaksaan, tanpa berfikir panjang, karena sudah tertanam begitu dalam diri

seseorang, sebagaimana diungkapkan oleh Al Jurjani. Al-Jurjani (dalam Mahmud,

2004:32), mendefinisikan bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam pada diri

manusia, yang terlahir dari perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa

perlu berfikir dan merenung. Akhlak dalam perspektif Islam merupakan sekumpulan

prinsip dan kaidah yang mengandung perintah dan larangan dari Allah. Akhlak Islam

adalah nilai-nilai yang utuh, yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah yang

ditujukan untuk kebaikan manusia, baik di dunia maupun akhirat (Mahmud, 2004:

81-82).

Akhlak menjadi bagian yang penting dalam substansi pendidikan Islam

sehingga Al-Qur‟an menganggap-nya sebagai rujukan terpenting bagi kaum muslim,

rumah tangga Islami, masyarakat Islami, dan umat manusia seluruhnya. Akhlak

adalah buahnya Islam yang diperuntukkan bagi seorang individu dan umat manusia,

dan akhlak menjadikan kehidupan ini menjadi manis dan elok. Tanpa akhlak, yang

merupakan kaidah-kaidah kejiwaan dan sosial bagi individu dan masyarakatnya,

maka kehidupan manusia tidak berbeda dengan kehidupan hewan dan binatang. Allah

(17)

semuanya untuk menyerupai nilai-nilai dalam asmaul husna tersebut. Allah mencela

orang kafir dengan akhlak tercela. Dengan berdasar asmaul husna, ya rahman sampai

akhir, hendaklah bagi seorang mu‟min dapat menyerupai nilai-nilai di dalamnya,

sesuai dengan kadar kemampuan dan kekuatanya (Hafidz dan Kastolani,

2009:107-108).

Masalah akhlak merupakan masalah universal, masalah yang menjadi

perhatian orang dimana saja, baik dalam masyarakat yang telah maju maupun dalam

masyarakat yang masih terbelakang. Karena kerusakan akhlak seseorang

mengganggu ketentraman yang lain, jika dalam suatu masyarakat banyak orang yang

rusak akhlaknya, maka akan guncanglah keadaan masyarakat itu (Ahid, 2010:122).

Akhlak yang baik merupakan fondasi yang kokoh bagi terciptanya hubungan baik

antara orang-orang muslim. Sehingga orang-orang yang mampu mewujudkan

hubungan baik tersebut, adalah orang-orang yang ruhnya bersih yang konsisten

dengan menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya (Mahmud, 2004:12).

Banyak fenomena yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yang mengindikasikan

dekadensi dan kemerosotan nilai-nilai akhlak bahkan jauh dari nilai-nilai akhlak.

Pergaulan remaja yang cenderung bebas, kenakalan dan tawuran pelajar, kasus

narkoba yang menjamur hingga kasus seksual yang merata di mana-mana, semuanya

mengindikasikan dekadensi moral kaum muslimin.

Hal itu diperparah lagi dengan rendahnya semangat dan ghirah kaum

muslimin untuk memahami Al-Qur‟an sebagai pedomannya, yang harus

(18)

hanya menjadi mushaf yang menjadi penghias di masjid, mushalla, rumah-rumah

kaum muslimin saja, melainkan perlu dipahami, dimengerti ajaran dan nilai-nilai

yang terkandung di dalamnya. Dengan memahami tentang nilai-nilai Al Qur‟an,

khususnya nilai akhlak, kaum muslimin akan terhindar dari perbuatan tercela, terlebih

dalam kehidupan sekarang ini dimana akhlak yang baik merupakan sesuatu yang

mahal dan sulit dicari.

Dengan demikian akhlak dalam prespektif pendidikan Islam mempunyai

peran yang sangat penting dalam kehidupan seseorang baik dalam lingkungan

keluarga maupun masyarakat luas. Dalam keluarga, akhlak merupakah faktor yang

sangat penting dalam membangun dan mewujudkan keluarga yang sakinah. Sekaligus

keluarga dengan kedua orang tua, memegang peranan penting dalam akhlak

anak-anaknya, dengan menanamkan kebiasaan yang baik dimulai dari masa anak-anaknya,

sebagai masa pembentukan akhlak yang baik. Oleh sebab itu, kedua orang tua dalam

keluarga mempunyai posisi yang penting tentang pendidikan akhlak ini dengan

menanamkan kejujuran, keikhlasan, kasih sayang, cinta kebaikan, pemurah,

pemberani dan lain sebagainya (Ahid, 2010:14).

Karena dalam suatu keluarga jika tidak dibangun dengan tonggak akhlak

mulia maka keluarga tersebut tidak akan hidup bahagia. Dengan demikian orang tua

berperan sangat penting dalam keluarga khususnya ibu dengan memberikan kasih

sayang dan mendidik anaknya untuk mempunyai akhlak yang mulia, bukan hanya

(19)

menghargai sesama manusia. Karena perbuatan anak tersebut merupakan cerminan

dari orang tua itu sendiri.

Akhlak menempati posisi penting dalam Islam. Ia dengan takwa, yang akan di

bicarakan nanti merupakan buah pohon Islam yang berakarkan pada akidah, dapat

dilihat dari berbagai sunnah qauliyah (bentuk perkataan) Rasulullah saw bersabda:

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak“ (H.R Ahmad). Dan

akhlak Nabi yang disebut menyempurnakan itu disebut akhlak Islam karena

bersumber dari wahyu Allah yang kini terdapat dalam ajaran Islam (Ali,

2008:348-349). Akhlak Nabi saw senantiasa menjadi teladan, dan panutan bagi umat yang

mengharapkan kebahagiaan dunia dan akhirat, sebab akhlak Nabi saw benar-benar

akhlak yang agung. Untuk itu, umat manusia seharusnya mengikuti akhlak Nabi

sebagaimana yang di sebutkan dalam (Q.S al-Ahzab/ 33: 21).

hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (Q.s al-Ahzab:21).

Nabi Muhammad saw adalah orang yang kuat imannya, berani, sabar dan

tabah dalam menerima cobaan. Beliau memiliki akhlak yang mulia, oleh sebab itu

(20)

akhlak Nabi dan mengabadikannya dalam ayat Al-Qur‟an surat Al-Qalam ayat 4

“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (Q.S Al-Qalam: 4).

Dengan ayat tersebut di atas bahwa Nabi Muhammad SAW mempunyai

akhlak yang jujur adil sabar karena Nabi Muhammad SAW mampu menjadi suri

tauladan untuk semua orang. Karena dengan seseorang mempunyai akhlak yang

mulia kehormatan untuk setiap orang karena akhlak tersebut merupakan suatu bukti

nyata keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya, simbol dari segenap kebaikan dan pilar

bagi tegaknya masyarakat yang diidam-idamkan oleh semua orang.

Semua orang merasa senang kepada perilaku yang baik. Siapa pun mengakui

bahwa kebaikan adalah masalah yang universal yang disukai oleh semua insan,

bahkan oleh orang yang jahat sekalipun. Dengan keragaman kualitas batin manusia,

orang berbeda-beda perilakunya. Kebaikan dan kejujuran, sesungguhnya yang murni

dan jauh dari kepalsuan, hanya bisa dilakukan oleh orang yang beriman dan

bertakwa. Karena itu akhlak memiliki manfaat dan perananya tersendiri dalam

kehidupan seorang muslim, baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri, juga

masyarakat yang luas (Ahmadi, 2004:19-20).

Mengingat akhlak dalam prespektif pendidikan Islam sangatlah penting bagi

(21)

akhlak dalam mengplikasikanya kehidupan sehari hari, karena akhlak dalam

prespektif pendidikan Islam merupakan barometer untuk mengukur dalam

menetapkan akhlak baik maupun yang buruk terhadap masyarakat. Karena akhlak

karimah merupakan akhlak yang baik di mata Allah, dan jika orang tersebut memiliki

akhlak yang mulia maka akan terhindar dari perbuatan keji dan akan mendapatkan

balasan ketika di akhirat kelak. Surat Al-Hujurat merupakan surat yang banyak

mengandung makna tentang nilai akhlak diantaranya: akhlak untuk menghormati dan

menghargai sesama, sebagai mana dijelaskan dalam ayat 11 di bawah ini :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang seburuk-buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim (Q.S Al-Hujurat:11).

Oleh karena itu ayat di atas sangat penting untuk digali lebih mendalam, dan

dijadikan rujukan bagi umat islam untuk pembelajaran dan pembentukan akhlak yang

(22)

orang tersebut tidak memahami apa arti akhlak dalam prespektif pendidikan Islam.

Dengan ayat tersebut di atas penulis ingin meneliti dan mengetahui lebih dalam

tentang nilai akhlak yang ada di dalam ayat tersebut, dan sebagai bahan

pertimbanganya penulis memilih judul skripsi “NILAI-NILAI AKHLAK DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKIAN ISLAM (KAJIAN TAFSIR SURAT AL-HUJURAT AYAT 11-13)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan di atas maka yang

menjadi masalah pokok dalam pembahasan ini adalah:

1. Apa saja nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam surat Al-Hujurat ayat

11-13?

2. Bagaimana implikasi nilai-nilai akhlak surat Al-Hujurat ayat 11-13 dalam

pendidikan Islam ?

C. Tujuan penelitian

Pada permasalahan pokok di atas bahwa tujuan dilakukan penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam surat Al-Hujurat

ayat 11-13.

2. Untuk mengetahui implikasi nilai-nilai akhlak dalam surat Al-Hujurat ayat

(23)

D. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan terhadap judul penelitian ini,

maka penulis perlu menjelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam judul

skripsi di bawah ini :

1. Nilai Akhlak

Istilah nilai (value) dalam kamus umum bahasa Indonesia diartikan

sebagai sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan

(Poerwadarminta, 2006:801). Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan

hal itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna dan dapat membuat

orang yang menghayatinya menjadi bermartabat.

Menurut Steeman nilai adalah sesuatu yang memberi makna pada

hidup, yang memberi acuan, titik tolak dan tujuan hidup (Adisusilo, 2013:56).

Akhlak menurut kamus umum bahasa indonesia di sebut juga dengan

Budi pekerti, watak dan tabiat (Poerwadarminta,2006:18). Secara etimologi,

kata akhlak berasal dari bahasa arab (akhlaqun) bentuk jamak dari (khalaqa,

yakhluqu, kholaqun) yang berarti budi pekerti, perangkai, adat kebiasaan,

perilaku dan sopan santun (Umairso dan Haris, 2010:105).

Sedangkan secara terminologi, menurut Zahruddin AR, mengatakan

(24)

melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih

dahulu (Umairso dan Haris, 2010:106).

Akhlak dalam prespekif pendidikan Islam adalah untuk membentuk

manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan

perbuatan, mulia dalam tingkah laku perangkai, bersifat bijaksana, sempurna

sopan dan beradab, ikhlas jujur dan suci. Dengan kata lain pendidikan akhlak

bertujuan untuk melahirkan manusia yang memiliki keutamaan (al-fadhilah).

Dengan demikian bahwa tujuan pendidikan akhlak pada prinsipnya adalah

untuk mencapai kebahagiaan dan keharmonisan dalam berhubungan dengan

Allah SWT, di samping berhubungan dengan sesama makhluk dan juga alam

sekitar, hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan

sempurna serta lebih dari makhluk lainya (Umairso dan Haris, 2010:

114-115).

2. Pendidikan Islam.

Secara etimologi pendidikan berasal dari kata didik; mendidik, yang

berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak

dan kecerdasan. Pendidikan adalah perbuatan (hal, cara dsb) mendidik

(Poerwadaminta, 2006:291).

Secara terminologi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:263)

ialah proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang

(25)

Menurut Djumransjah pendidikan adalah usaha manusia untuk

menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik

jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat

(Rahmaniyah, 2010:52).

Sedangkan pengertian Islam, Islam berasal dari Bahasa Arab yamg

berasal dari kata

نلص

yang berarti damai dan

نلصا

yang artinya menyerahkan

(Yunus, 2010:177). Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad

SAW yang berpedoman pada kitab suci Al-Qur‟an yang diturunkan ke dunia

melalui wahyu Allah SWT (Departemen Pendidikan Nasional, 2007:442).

Selain itu Islam adalah menyaksikan bahwa tiada Tuhan yang berhak

disembah melainkan Allah dan sesungguhnya Nabi Muhammad adalah

pesuruh Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat dan melakukan puasa di

Bulan Ramadhan serta berhaji ke Baitullah jika mampu menuju jalannya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan Islam adalah

segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia dan

sumber daya insani untuk membentuk manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai

dengan norma Islam.

3. Surat Al-Hujurat

Surat Al-Hujurãt merupakan surat ke 49 dalam urutan mushaf

Al-Qur‟an, diturunkan sesudah surat Al-Mujadalah. Al-Hujurat sendiri diambil

(26)

Surat Al-Hujurãt terdiri dari 18 ayat yang termasuk dalam golongan surat

Madaniyah atau diturunkan sesudah Nabi hijrah ke Madinah. Pokok isi

kandungan dalam surat Al-Hujurãt adalah melengkapi dasar-dasar kesopanan

yang tinggi serta menunjukan manusia kepada pekerti-pekerti utama. Selain

itu juga menjelaskan sikap para muslim terhadap Allah dan Rasul-Nya,

bagaimana cara mereka menerima berita-berita (keterangan) dari orang-orang

yang tidak dapat dipercaya, dan bagaimana memperlakukan saudara seagama,

baik sewaktu mereka berhadapan muka atau pun tidak. Dalam surat ini

dijelaskan pula hakikat iman dan hakikat mukmin yang sebenarnya

(Ash-Shiddieqy, 222:3907).

E. Manfaat penelitian

Hasil penelitian dapat berguna baik dari manfaat teoritis maupun yang

praktis antara lain adalah :

1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis adalah menjelaskan bahwa hasil penelitian ini

bermanfaat memberikan sumbangan pemikiran atau memperkaya

konsep-konsep atau teori-teori terhadap ilmu pengetahuan dari penelitian yang sesuai

dengan bidang ilmu dalam suatu penelitian. Diantara manfaat teoritis dari

(27)

Untuk menambah khazanah pengetahuan kita tentang nilai-nilai akhlak

dalam surat Al-Hujurat ayat 11-13.

2. Manfaat praktis

a. Memberikan sikap yang positif kepada masyarakat agar memiliki akhlak

yang mulia dalam melakukan suatu perbuatan agar tidak terjerumus ke

dalam hal-hal yang negatif.

b. Agar masyarakat secara umum memiliki akhlak sesuai dengan tuntutan

Al-Qur‟an dan Hadits.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini tergolong dalam penelitian pustaka karena semua yang digali adalah bersumber dari pustaka (Hadi, 1981: 9).

2. Sumber Data

Data penelitian ini diperoleh dari surat Al-Qur‟an Al-Hujurat ayat 11-13 Selain itu, sumber data penulis juga di ambil dari buku-buku yang relevan

dalam pembahasan skripsi ini. Sumber data ini di bedakan menjadi dua yaitu

sumber data primer dan sumber data sekunder.

(28)

Sumber data primer adalah data yang diperoleh dari sumber inti.

Sumber data primer di sini adalah berasal dari Al-Qur‟an dan terjemah dari

Depag, tafsir Al-Misbah karya M.Quraish Shihab, kitab tafsir An-Nuur

karya Tengku Muhammad Hasbi Ash-siddieqy, kitab tafsir Ibnu Katsir,

kitab tafsir Al-Maraghi dan kitab-kitab lain yang relevan.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang di peroleh dari sumber data

lain yang masih berkaitan dengan masalah penelitian. Berupa buku-buku

yang berkaitan dengan pendidikan akhlak.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini

adalah dengan mengumpulkan dan yang menjadi sumber data primer yaitu

surat Al-Hujurat ayat 11-13 dan terjemahanya, kitab tafsir al-Misbah, kitab

tafsir an-Nuur, kitab tafsir, al-Marghi dan kitab tafsir Ibnu Katsir serta sumber

data sekunder yang relevan dengan permasalahan. Setelah data terkumpul

selanjutnya dilakukan penelaah secara sistematis yang berkaitan dengan

penelitian tersebut. Sehingga dapat diperoleh bahan-bahan dan penyajian data.

4. Analisis Data

Dalam meganalisis data metode yang digunakan adalah metode tahlili.

Metode tahlili adalah metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan

(29)

biasanya mengikuti urutan ayat dan surat sebagaimana yang tersusun di dalam

mushaf. Mufassir memulai uraiannya dengan mengemukakan arti kosa kata

yang diikuti dengan penjelasan ayat secara global. Mufassir juga

mengemukakan munasabah, membahas sabab-al nuzul ( latar belakang

turunya ayat ), dan menyampaikan dari hadits, atau dari sahabat, dan dari para

tabi‟in (Budihardjo, 2012:132).

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini merupakan suatu cara untuk

menyusun hasil penelitian dari data serta bahan yang disusun menurut

susunan tertentu, sehingga menghasilkan kerangka skripsi yang mudah

dipahami dengan lima hal yang dijabarkan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penulisan, penegasan istilah, manfaat penelitian, metode

penelitian, dan sistemasika penulisan.

Bab II Kompilasi Ayat pada bab ini berisi tentang surat Al-Hujurat,

kosa kata (mufrodat) dan pokok-pokok isi kandungan.

Bab III Asbabun Nuzul dan Munasabah berisi tentang sejarah turunya

surat Hujurat, tema dan tujuan utama surat Hujurat, hubungan surat

Al-Hujurat dengan surat sebelumnya (al-Fath) dan surat sesudahnya (Qaf) serta

(30)

Bab IV Pembahasan pada bab ini membahas tentang Penafsiran surat

Al-Hujurat ayat 11-13 menurut beberapa mufassirin, nilai-nilai akhlak dalam

surat Al-Hujurat ayat 11-13, Urgensi nilai akhlak dalam surat Al-Hujurat ayat

11-13 dalam pendidikan Islam, serta aktualisasi nilai akhlak dalam surat

Al-Hujurat ayat 11-13 terhadap pendidikan Islam.

Bab V pada bab terakhir yaitu penutup meliputi kesimpulan, dan

(31)

BAB II

KOMPILASI AYAT

A. Redaksi Surat Al-Hujurat Ayat 11-13 dan Terjemahanya.

Sesuai dengan judul bab ini, maka penulis menyajikan kompilasi

ayat-ayat yang menjadi tema pembahasan dalam skripsi ini. Adapun ayat-ayat yang dikaji

adalah ayat 11 sampai dengan 13 dari surat Al-Hujurãt.

(32)

dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim (Q.s al Hujurãt,11).

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang (Q.s al Hujurãt, ayat 12).

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal (Q.s al Hujurãt ayat, 13).

B. Arti Kosa Kata (Mufrodat)

Setelah menyajikan teks ayat dan terjemahnya, perlu bagi penulis untuk

menyajikan beberapa kosakata penting terkait dengan ayat-ayat tersebut. Kosa

kata yang disajikan sesuai dengan urutan ayat, yaitu ayat 11 sampai dengan 13

dari surat Al-Hujurãt.

1. Ayat 11 dari surat Al-Hujurãt

Dalam ayat ini akan disajikan seluruh kosa kata yang terdapat dalam

ayat 11 untuk memperjelas makna kosa kata seluruhnya..

(33)

memperolo

Dirimu sendiri Dan jangan kamu mencela

Dari mereka

ى





Keimanan Sesudah Fasik/jahat/buruk Nama Seburuk-buruk

2. Ayat 12 dari surat Al-Hujurãt

Dalam ayat ini akan disajikan seluruh kosa kata yang terdapat dalam

ayat 12 untuk memperjelas makna kosa kata seluruhnya, sebagaimana dalam

(34)

ا



Kebanyaka

n

Jauhilah

Beriman

Orang-orang

yang

Saudaranya

Daging

Bahwa

(35)

3. Ayat 13 dari surat Al-Hujurat

Sebagaimana ayat sebelumnya, dalam ayat ini akan disajikan seluruh

kosa kata yang terdapat dalam ayat 13 untuk memperjelas makna kosa kata

seluruhnya.

Allah Disisi paling mulia diantara kamu

C. Pokok-Pokok Kandungan Surat Al-Hujurat Ayat 11-13.

Setelah menyajikan teks ayat dan terjemahnya, selanjutnya penulis akan

menyajikan beberapa pokok kandungan ayat 11 sampai dengan 13 dari surat

(36)

Adapun redaksi ayat 11 dari surat Al-Hujurãt, sebagaimana disajikan

terhadap nabi Saw, dan terhadap orang yang tidak mematuhi Allah dan

Nabi-Nya, yaitu orang fasik. Dalam ayat di atas, Allah juga menerangkan pula apa

yang patut dilakukan oleh seorang mukmin terhadap orang mukmin lainya.

Allah menyebutkan bahwa tidak sepatutnya seorang mukmin mengolok-olok

orang mukmin lainnya atau mengejeknya dengan celaan ataupun hinaan, dan

tidak patut pula memberinya gelar yang menyakitkan hati. Karena perbuatan

seperti itu sangatlah buruk.

Perbuatan terhadap orang lain, hakekatnya merupakan cerminan yang

akan kembali kepada diri seseorang yang bersangkutan. Sebagaimana

dijelaskan oleh (Al-Maraghi,1993:221) bahwa barang siapa tidak bertaubat

(37)

dengan celaan atau pun hinaan, maka ia berbuat buruk terhadap dirinya

sendiri dan melakukan dosa besar.

Selanjutnya redaksi ayat 12 dari surat Al-Hujurat yang berbunyi

sebagai berikut:

peringatan kepada orang-orang beriman supaya mereka menjauhkan diri dari

prasangka buruk terhadap orang-orang beriman. Jika mereka mendengar

sebuah ucapan yang keluar dari mulut saudaranya yang mukmin, maka ucapan

itu harus mendapat tanggapan yang baik, dengan ungkapan yang lebih baik,

sehingga tidak menimbulkan salah faham, apalagi menyalahgunakan sehingga

menimbulkan fitnah dan prasangka. Umar r.a berkata: “jangan sekali-kali

kamu menerima ucapan yang keluar dari mulut saudaramu, melainkan dengan

maksud dan pengertian yang baik, sedangkan kamu sendiri menemukan arah

pengertian yang baik itu”.

Diriwayatkan dari Rasulullah SAW sesungguhnya Allah

(38)

berburuk sangka di antara mereka. Adapun orang yang secara terang-terangan

berbuat maksiat, atau sering dijumpai berada di tempat orang yang biasa

minum-minaman keras hingga mabuk, maka buruk sangka terhadap mereka

itu tidak di larang.

Kemudian Allah menerangkan bahwa orang-orang mukmin wajib

menjauhkan diri dari prasangka, karena prasangka itu mengandung dosa.

Berburuk sangka terhadap orang mukmin termasuk dosa besar karena Allah

telah melarangnya. Selanjutnya Allah melarang orang mukmin mencari-cari

kesalahan, kejelekan, dan dosa orang lain.

Allah melarang pula bergunjing atau mengumpat orang lain. Yang

dinamakan gibah atau bergunjing itu adalah menyebut-nyebut suatu kejelekan

orang lain yang tidak disukainya sedangkan ia tidak berada di tempat itu, baik

dengan ucapan ataupun isyarat karena demikian itu menyakiti orang yang

diumpat. Umpatan yang menyakitkan itu ada yang terkait dengan cacat tubuh,

budi pekerti, anak istri, saudaranya, atau apapun yang berhubungan dengan

dirinya.

Hasan cucu Nabi, berkata bahwa bergunjing itu ada tiga macam.

Ketiganyalah yang disebutkan dalam al-Qur‟an, yaitu gibah, ifk, dan buhtan.

Gibah atau bergunjing adalah menyebut-nyebut keburukan kepada orang lain.

Adahpun ifki adalah menyebut-nyebut seseorang mengenai berita-berita yang

sampai kepada orang lain, dan buhtan atau tuduhan palsu adalah bahwa

(39)

Allah menyuruh kaum mukmin supaya tetap bertakwa kepada-Nya

karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun terhadap orang yang mau

bertaubat dan mengakui kesalahanya. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang,

tidak akan mengazab seseorang setelah ia bertaubat (Depag RI,

2009:416-418).

Kemudian Allah mempertegas lagi dengan menurunkan ayat 13

Setelah Allah SWT, melarang pada ayat-ayat sebelumnya yaitu

mengolok-olok sesama manusia mengejek serta menghina dan

panggil-memanggil dengan gelar yang buruk, di sini Allah menyebutkan ayat-ayat

yang lebih menegaskan lagi larangan untuk memperkuat cegahan tersebut.

Kemudian Allah menerangkan bahwa manusia seluruhnya berasal dari

seorang ayah dan seorang ibu. Maka kenapa saling mengolok-olok diantara

saudara yang lainnya, padahal Allah SWT menjadikan mereka bersuku-suku

dan berbangsa yang berbeda, agar di antara mereka terjadi saling mengenal

dan tolong-menolong (Al-Maraghi, 1993: 235-236).

Allah tidak menyukai orang-orang memperlihatkan kesombongan

dengan keturunan, kepangkatan atau kekayaan karena yang paling mulia di

antara manusia di sisi Allah hanyalah orang yang paling bertakwa (Depag RI,

(40)

Dalam pokok-pokok isi kandungan yang terdapat dalam surat

Al-Hujurat ayat 11-13 diatas penulis menyimpulkan bahwa pada ayat 11 Allah

telah melarang sebagai sesama muslim terhadap muslim lainnya tidak boleh

saling menghina, mencaci maki dan merendahkan orang lain, sebagai sesama

muslim harus menjunjung tinggi nilai kehormatan, sebagai sesama muslim

allah telah melarang untuk memanggil dengan gelar yang mengandung

ejekan, baik ejekan itu dengan isyarat bibir, tangan atau dengan kata-kata

yang dipahami sebagai ejekan, dan orang-orang yang tidak mau bertaubat

termasuk orang-orang yang zalim.

Pada ayat 12 Allah melarang untuk tidak berburuk sangka kepada

orang lain, selanjutnya allah melarang untuk tidak mencari-cari aib dan

keburukan orang lain, Allah memberi perumpamaan bahwa seorang mukmin

yang suka bergunjing itu seperti orang yang makan daging saudaranya sendiri,

Allah memerintahkan untuk tetap bertakwa karena Allah merupakan Maha

pengampun. Dalam ayat 13 ini bahwa Allah telah menjadikan berbagai

macam suku dan bangsa untuk bisa saling mengenal dan tolong-menolong

terhadap sesama muslim, kemuliaan manusia itu tidak diukur dengan

(41)

BAB III

ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH SURAT AL-HUJURAT

A. Sejarah Turunnya Surat Al-Hujurat.

Kata Hujurãt adalah bentuk jamak dari al-Hujrah yang berarti kamar,

ruang sebagai tempat tidur. Nama surat ini diambil dari makna kata Hujurãt

dalam ayat ke 4 yang berarti kamar-kamar (Imani, 2013:311). Al-Hujurãt

merupakan satu-satunya nama bagi surat ini, yang merupakan kata satu-satunya

dalam Al-Qur‟an. Surat Al-Hujurãt termasuk dalam kategori surat Madaniyah

yang diturunkan setelah Nabi hijrah, Al-Hujurãt sendiri terdiri dari 18 ayat yang

menempati urutan ke 49 di dalam Al-Qur‟an.

Mengenai kisah turunnya surat Al-Hujurãt ini ulama sepakat menyatakan

bahwa surat ini turun setelah Nabi Muhammad saw, berhijrah ke Madinah.

Bahkan, salah satu ayatnya yang dimulai dengan “Ya ayyuha an-Nas” (ayat 13)

yang bisa dijadikan ciri surat Makiyah yang turun sebelum hijrah, disepakati juga

turun pada periode Madaniyah. Walaupun demikian, ada riwayat yang

diperselisihkan nilai kesahahihannya yang menyatakan bahwa ayat tersebut turun

di Makkah pada saat Haji Wada‟/Haji Perpisahan Nabi saw. Namun demikian,

kalaupun riwayat itu benar, ini tidak menjadikan ayat tersebut Makkiyah, kecuali

bagi mereka yang memahami istilah Makkiyah sebagai ayat yang turun di

(42)

B. Tema dan Tujuan Utama

Tema utama dalam surat Al-Hujurãt adalah tentang tatakrama, etika, dan

akhlak, yakni tatakrama terhadap (1) Allah swt, (2) Rasul saw, (3) sesama

muslim yang taat, (4) terhadap yang durhaka, dan (5) terhadap sesama manusia.

Karena itu terdapat lima kali panggilan Ya ayyuha al-ladzina’Amanu’ yang

terulang pada surat ini, masing-masing untuk kelima macam objek tersebut.

Dalam konteks uraian tentang tema itu, maka ditemukan dalam surat ini

banyak nilai luhur yang dipaparkan, seperti tentang kesatuan kemanusiaan,

substansi iman, demikian juga tuntutan menghadapi perbedaan dan perselisihan,

serta uraian tentang cara menghindarinya. Dengan memperhatikan dan

menerapkan tentang nilai1-nilai itu, akan tercipta kehidupan bahagia bagi setiap

individu sekaligus wujud system kemasyarakatan yang sejahtera.

Tujuan utama dalam surat ini adalah mendidik setiap umat Islam

bagaimana seharusnya berperilaku baik sehingga tercipta lingkungan yang bersih

dan sejahtera yang dihiasi dengan sopan santun terhadap Allah swt, Rasul saw,

diri sendiri dan orang lain. Sopan santun, bukan saja berkaitan dengan sikap

(43)

C. Asbabun Nuzul

Al-Qur‟an diturunkan melalui musabab (Asbabun Nuzul), tetapi tidak

semua ayat yang ada di dalam Al-Qur‟an mempunyai Asbabun Nuzul. Demikian

juga dengan surat Al-Hujurat.

Menurut bahasa “Sabab Al-Nuzul” berarti turunya ayat-ayat Al-Qur‟an.

Sabab Al-Nuzul atau Asbab Al-Nuzul (sebab turun ayat) di sini dimaksudkan

sebab-sebab yang secara khusus berkaitan dengan turunya ayat-ayat tertentu.

Menurut Shubhi Al-Shalih Asbabun Nuzul adalah Sesuatu yang dengan

sebabnya turun suatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung sebab itu, atau

memberi jawaban terhadap sebab itu, atau menerangkan hukumnya pada masa

terjadinya sebab tersebut ( Syadali dan Rofi‟i, 1997:891-90).

Berikut ini dipaparkan beberapa sebab turunya ayat dari surat Al-Hujurat

ayat 11-13 dan tidak seluruhnya memiliki Asbabun Nuzul karena hanyalah ayat

tertentu saja yang memiliki peristiwa turunnya ayat yang ada di dalam Al -Qur‟an. Di antara ayat-ayat yang memilik Asbabun Nuzul adalah sebagaiberikut:

Pada ayat 11, dalam suatu riwayat dikemukakan Ayat tersebut diturunkan

berkenaan dengan tingkah laku Bani Tamim yang pernah berkunjung kepada

Rasulullah saw, lalu mereka memperolok-olok beberapa sahabat yang fakir dan

miskin seperti „Ammar, Suhaib, Billal, Khabbab, Salman al-Farisi, dan lain-lain

karena pakaian mereka sangat sederhana.

Ada pula yang mengemukakan bahwa ayat ini diturunkan berkaitan

(44)

Rasulullah saw, melaporkan bahwa beberapa perempuan di Madinah pernah

menegur dia dengan kata-kata yang menyakitkan hati seperti, “Hai perempuan

Yahudi, dan sebagainya,” sehingga Nabi saw bersabda kepadanya, “Mengapa

tidak engkau jawab saja ayahku Nabi Harun, pamanku Nabi Musa, dan suamiku

adalah Muhammad.” Ada pula yang mengaitkan ayat ini dengan situasi di

Madinah. Ketika Rasulullah saw tiba di kota Madinah, orang-orang Ansar

banyak yang mempunyai nama yang tidak disukainya, dan setelah hal itu

dilaporkan kepada Rasulullah saw, maka turunlah ayat tersebut (Depag RI, 2009:

409).

Dalam ayat 12 diriwayatkan Ibnu Mundzir dari Ibnu Juraij bahwa ayat ini

turun berkaitan dengan Salman Al Farisi yang makan, kemudian tidur, lalu

mendengkur. Orang-orang membicarakanya. Maka turunlah ayat ini yang

melarang umat muslim untuk menggunjing dan mengumpat, serta menceritakan

keaiban orang lain (Syamil Al-Qur‟an, 2010:517)

Ayat ini di awali dengan larangan Allah untuk berprasangka buruk

terhadap orang lain. Persaudaraan yang kuat sangatlah mustahil jika dibentuk

dengan sikap prasangka buruk terhadap satu sama lain. Dari Abu Hurairah,

Rasulullah saw bersabda “Jauhilah olehmu berburuk sangka, karena keburukan

sangka itu termasuk perkataan yang paling dusta. Dan janganlah mencari-cari

kesalahan orang lain jangan pula berburuk sangka (Depag RI: 2019:416).

Dalam ayat 13 diriwayatkan oleh Abu Dawud mengenai turunnya ayat ini

(45)

Hindin yang biasa berkhidmat kepada Nabi Muhammad untuk mengeluarkan

darah kotor dari kepalanya dengan pembekam, yang bentuknya seperti tanduk.

Rasulullah saw menyuruh kabilah Bani Bayadah agar menikahkan Abu Hindin

dengan seorang perempuan di kalangan mereka. Mereka bertanya, “Apakah patut

kami mengawinkan gadis-gadis kami dengan budak-budak?” Maka Allah

menurunkan ayat ini agar tidak mencemooh seseorang karena memandang

rendah kedudukanya.

Diriwayatkan oleh Abu Mulaikah bahwa tatkala terjadi pembebasan

Makkah, yaitu kembalinya negri Makkah di bawah kepemimpinan Rasulullah

SAW pada tahun 8 hijriah, maka Bilal disuruh Rasulullah SAW untuk

mengumandangkan azan. Ia memanjat Ka‟bah dan mengumandangkan azan.

Berseru pada kaum Muslimin untuk salat berjamaah.

Attab bin Usaid ketika melihat Bilal naik ke atas Ka‟bah untuk berazan

berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah mewafatkan ayahku sehingga tidak

sempat menyampaikan peristiwa hari ini.” Haris bin Hisyam ia berkata,

“Muhammad tidak akan menemukan orang lain untuk berazan kecuali burung

gagak yang hitam ini.” Maksudnya mencemoohkan Bilal karena warna kulitnya

yang hitam. Maka datanglah Malaikat Jibril memberitahukan kepada Rasulullah

SAW, apa yang mereka ucapkan itu. Maka turunlah ayat ini yang melarang

manusia untuk menyombongkan diri karena kedudukan, kepangkatan, kekayaan,

(46)

kemuliaan itu dihubungkan dengan ketakwaan kepada Allah (Depag RI,

2009:419-420).

D. Munasabah

Kata Munasabah secara etimologis berarti “musyakalah” (keserupaan)

dan “muqarabah” (kedekatan). Adapun menurut pengertian terminologis

beberapa ulama mendefinisikanya sebagai berikut.

Menurut Al-Zarkasyi, munasabah adalah mengaitkan bagian-bagian

permulaan ayat dan akhirnya, mengaitkan lafaz umum dan lafaz khusus, atau

hubungan yang terkait dengan sebab akibat,‟illat dan ma’lul, kemiripan ayat

pertentangan (ta‟arudh) dan sebagainya. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa

kegunaan ilmu ini adalah “menjadikan bagian-bagian kalam saling terkait

sehingga penyusunannya menjadi kokoh yang bagian-bagiannya tersusun

harmonis”.

Dengan redaksi yang berbeda, Al-Qaththan berkata, munasabah adalah

menghubungkan antara jumlah dengan jumlah dalam satu ayat, atau antara ayat

dengan sekumpulan ayat, atau antara surat dengan surat.

Sedangkan menurut Ibnu Al-„Arabi, munasabah adalah keterkaitan

ayat-ayat al-Qur‟an sehingga seolah-olah merupakan suatu ungkapan yang

(47)

Ilmu Munasabah adalah menerangkan korelasi atau hubungan antara suatu

ayat dengan ayat yang lain, surat sebelum dan surat sesudah baik yang

dibelakangnya maupun yang ada dimukanya (Syadali dan Rofi‟i,1997:168).

Adapun Munasabah yang dijelaskan oleh penulis disini adalah hubungan

surat Al-Hujurat dengan surat sebelumnya (surat Fath) dan hubungan Al-Hujurat

dengan surat sesudahnya (surat Qaf), serta hubungan surat Al-Hujurat ayat

10-14.

1. Hubungan surat Al-Hujurat dengan surat Al-Fath

Surat Al-Hujurat merupakan surat ke 49 diturunkan di Madinah

sesudah Nabi SAW berhijrah, diturunkan sesudah surat Al-Mujadalah. Nama

Al-Hujurat sendiri di ambil dari ayat ke-4 yang artinya kamar-kamar. Ayat

tersebut mencela para sahabat yang memanggil Nabi Muhammad yang sedang

berada di dalam kamar rumahnya bersama istrinya. Memanggil dengan cara

yang demikian menunjukan cara yang kurang hormat kepada beliau karena

mengganggu ketentraman beliau (Depag, 2009:393)

Demikian penjelasan dari surat Al-Hujurat di atas, bahwa Al-Hujurat

tersebut adalah surat ke-49 diturunkan di Madinah yang berjumlah 18 ayat.

Al-Hujurat sendiri berisi tentang adab sopan santun ketika berbicara dengan

Rasulullah SAW.

Surat Al-Fath adalah surat ke 48, ditempatkan sesudah surat Al-Qital

(48)

pembicaraan, sedangkan surat Al-Fath dinggap sebagai kesimpulannya.

Sesudah itu diiringi dengan surat Al-Hujurat ini, mengingat apabila umat

muslim telah berijtihad dan memperoleh kemenangan, serta masyarakat pun

telah kembali tentram dan aman sentosa, maka perlulah ada etika pergaulan

antara para sahabat dengan Nabi serta cara-cara bergaul diantara mereka

(Ash-siddieqy, 2003:3907).

Demikian penjelasan di atas bahwa pada surat Al-Fath dianggap

sebagai kesimpulannya dari surat Qital (Muhammad), dan diiringi juga

dengan surat Al-Hujurat karena dalam hal ini umat muslim telah memperoleh

kemenangan.

Adapun persesuaian antara surah Al-Hujurat dengan surah Al-Fath

adalah sebagai berikut:

a. Pada surat Al-Hujurat disebutkan memerangi kaum pemberontak.

Sedang pada surat Al-Fath disebutkan memerangi orang-orang kafir.

b. Surat Al-Hujurat diakhiri dengan pembicaraan tentang orang-orang

yang beriman. Sedangkan pada surat Al-Fath juga dibuka tentang

mereka.

c. Masing-masing kedua surat ini memulai tentang penghormatan kepada

Rasulullah saw, terutama pada awal masing-masing (Al-Maraghi,

(49)

2. Hubungan surat Al-Hujurat dengan surat surat Qaf

Surat Al-Hujurat adalah surat ke-49 yang berjumlah 18 ayat.

Termasuk dalam surat Madaniyyah diturunkan sesudah surat al-Mujadalah.

Nama Hujurat sendiri diambil dari ayat ke-4 yang berarti kamar-kamar. Ayat

tersebut mencela sahabat yang memanggil Nabi Muhammad yang sedang

berada di dalam kamar rumahnya bersama istrinya. Memanggil Nabi

Muhammad dengan cara dan dalam keadaan demikian menunjukkan sifat

yang kurang hormat kepada beliau dan menggangu ketentraman beliau

(Depag, 2009:393).

Demikian penjelasan dari surat Al-Hujurat di atas bahwa Al-Hujurat

sendiri berisi untuk melengkapi dasar-dasar kesopanan. Selain itu juga

menjelaskan bagaimana sikap para muslim ketika berbicara dengan Nabi

SAW.

Surat Al-Qaf tergolong dalam surat Makiyyah, kecuali ayat 27 yang

tergolong Madaniyyah, surat ini berjumlah 45 ayat, dan diturunkan sesudah

surat Al-Mursalat.

Muslim dan lainnya meriwayatkan hadis dari Jabir bin Samurah,

bahwa Nabi saw, membaca surat ini pada rakaat pertama dari salat fajar (salat

subuh). Sementara itu ahmad, Muslim, Abu Daud dan Nasa‟I mengeluarkan

sebuah riwayat dari Abu Wakid Al-Laisin, bahwa Nabi saw, membaca pada

(50)

Begitu pula Abu Daud, Al-Baihaqi dan Ibnu Majah meriwayatkan dari

Ummu Hisyam binti Harisah, ia mengatakan bahwa saya menerima surat Qaf

wal Qur’anul Majid hanya dari mulut Rasulullah saw. beliau membaca surat

ini pada setiap jum‟at di atas mimbar apabila beliau berkhutbah di hadapan

orang banyak.

Semua itu menunjukan bahwa Nabi saw, membuka surat ini pada

pertemuan-pertemuan besar seperti dua hari raya dan jum‟at karena surat ini

memuat keterangan tentang permulaan penciptaan dan juga tentang

kebangkitan, dan penghimpunan, di samping tentang akhirat, hisab, surga,

neraka dan hukuman, penggembiraan dan ancaman (Ash-siddieqy, 2000:248).

Demikian penjelasan dari surat Qaf di atas bahwa pada surat

Al-Qaf tersebut dijelaskan bahwa Nabi saw membaca surat Al-Al-Qaf pada

pertemuan-pertemuan besar seperti halnya dengan hari raya.

Adapun persesuaian antara surat Al-Hujurat dengan surat Qaf adalah

sebagai berikut:

a. Pada akhir surat Al-Hujurat disebutkan keimanan orang-orang Baduwi

dan sebenarnya mereka belum beriman. Hal ini dapat membawa

kepada bertambahnya iman mereka dan dapat pula menjadikan mereka

orang yang mengingkari kenabian dan hari kebangkitan: sedang pada

awal surat Qaf disebutkan beberapa orang kafir yang mengingkari

(51)

b. Surat Al-Hujurat lebih banyak menguraikan soal-soal duniawi,

sedangkan pada awal surat Qaf lebih banyak menguraikan tentang

ukhrawi (Depag, 2009:427).

3. Hubungan surat Al-Hujurat ayat 10-14 a. Surat Al-Hujurat ayat 10

“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.

Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa sesungguhnya orang-orang

mukmin semuanya bersaudara seperti hubungan persaudaraan antara nasab,

karena sama-sama menganut unsur keimanan yang sama dan kekal dalam

surga. Karena persaudaraan itu mendorong ke arah perdamaian, maka Allah

menganjurkan agar terus diusahakan di antara saudara seagama seperti

perdamaian di antara saudara seketurunan, supaya mereka tetap memelihara

ketakwaan kepada Allah. Dari ayat tersebut dapat dipahami perlu adanya

kekuatan sebagai penengah untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai

(52)

b. Al-Hujurat ayat 11

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri, dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman, dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.

Ayat tersebut diatas menerangkan bahwa Allah SWT menyebutkan

apa yang patut dilakukan seorang mukmin terhadap Allah Ta‟ala maupun

terhadap Nabi SAW, dan terhadap orang yang tidak mematuhi Allah dan

Nabi-Nya, yaitu orang fasik, maka Allah menerangkan pula apa yang patut

dilakukan oleh seorang mukmin terhadap orang mukmin lainya. Allah

menyebutkan bahwa tidak sepatutnya seorang mukmin mengolok-olok orang

mukmin lainnya atau mengejeknya dengan celaan ataupun hinaan, dan tidak

patut pula memberinya gelar yang menyakitkan hati. Alangkah buruknya

(53)

Dan barang siapa tidak bertaubat dengan melakukan perbuatan seperti

mengolok-olok, maupun mengejeknya dengan celaan atau pun hinaan, maka

ia berbuat buruk terhadap dirinya sendiri dan melakukan dosa besar

(Al-Maraghi,1993:221).

Pada ayat yang lalu, Allah menerangkan bagaimana mendamaikan dua

kelompok di antara kaum Muslimin yang bertikai, dan orang islam itu adalah

bersaudara. Pada ayat berikut ini, Allah menjelaskan bagaimana sebaiknya

pergaulan orang-orang mukmin di antara mereka. Di antaranya, mereka

dilarang memperolok saudara-saudara mereka sendiri dengan memanggil

gelar yang buruk atau berbagai tindakan yang menjurus ke arah permusuhan.

c. Al-Hujurat ayat 12

(54)

Ayat tersebut di atas menyebutkan bahwa Allah SWT, memberi

peringatan kepada orang-orang beriman supaya mereka menjauhkan diri dari

prasangka buruk terhadap orang-orang beriman. Jika mereka mendengar

sebuah ucapan yang keluar dari mulut saudaranya yang mukmin, maka ucapan

itu harus mendapat tanggapan yang baik, dengan ungkapan yang lebih baik,

sehingga tidak menimbulkan salah fahamn, apalagi menyalahgunakan

sehingga menimbulkan fitnah dan prasangka. Umar r.a berkata: “jangan

sekali-kali kamu menerima ucapan yang keluar dari mulut saudaramu,

melainkan dengan maksud dan pengertian yang baik, sedangkan kamu sendiri

menemukan arah pengertian yang baik itu.”.

Diriwayatkan dari Rasulullah saw sesungguhnya Allah mengharamkan

diri orang mukmin darah dan kehormatanya sehingga dilarang berburuk

sangka di antara mereka. Adapun orang yang secara terang-terangan berbuat

maksiat, atau sering dijumpai berada di tempat orang yang biasa

minum-minaman keras hingga mabuk, maka buruk sangka terhadahp mereka itu tidak

di larang.

Kemudian Allah menerangkan bahwa orang-orang mukmin wajib

menjauhkan diri dari prasangka, karena prasangka itu mengandung dosa.

Berburuk sangka terhadap orang mukmin termasuk dosa besar karena Allah

telah melarangnya. Selanjutnya Allah melarang orang mukmin mencari-cari

(55)

Allah melarang pula bergunjing atau mengumpat orang lain. Yang

dinamakan gibah atau bergunjing itu adalah menyebut-nyebut suatu kejelekan

orang lain yang tidak disukainya sedangkan ia tidak berada di tempat itu, baik

dengan ucapan ataupun isyarat karena demikian itu menyakiti orang yang

diumpat. Umpatan yang menyakitkan itu ada yang terkait dengan cacat tubuh,

budi pekerti, anak istri, saudaranya, atau apapun yang berhubungan dengan

dirinya.

Hasan cucu Nabi, berkata bahwa bergunjing itu ada tiga macam.

Ketiganyalah yang disebutkan dalam Al-Qur‟an, yaitu gibah, ifk, dan buhtan.

Gibah atau bergunjing adalah menyebut-nyebut keburukan kepada orang lain.

Adapun ifki adalah menyebut-nyebut seseorang mengenai berita-berita yang

sampai kepada orang lain, dan buhtan atau tuduhan palsu adalah bahwa

menyebutkan kejelekan seseorang yang tidak ada padanya.

Allah menyuruh kaum mukmin supaya tetap bertakwa kepada-Nya

karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun terhadap orang yang mau

bertaubat dan mengakui kesalahanya. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang,

tidak akan mengazab seseorang setelah ia bertaubat (Depag RI,

2009:416-418).

Pada ayat yang lalu, Allah melarang kaum Muslimin dan Muslimat

mengolok-olok orang lain, mencela diri, dan memanggil orang lain dengan

(56)

berburuk sangka dan bergunjing agar persaudaraan dan tali persahabatan yang

erat antara sesama muslim terhadap muslim yang lainnya.

d. Al-Hujurat ayat 13

Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

Setelah Allah SWT, melarang pada ayat-ayat sebelumnya yaitu

mengolok-olok sesama manusia mengejek serta menghina dan

panggil-memanggil dengan gelar yang buruk, di sini Allah menyebutkan ayat-ayat

yang lebih menegaskan lagi larangan untuk memperkuat cegahan tersebut.

Kemudian Allah menerangkan bahwa manusia seluruhnya berasal dari

seorang ayah dan seorang ibu. Maka kenapa saling mengolok-olok sesama

saudara, padahal Allah SWT menjadikan mereka bersuku-suku dan berbangsa

yang berbeda, agar di antara mereka terjadi saling mengenal dan

(57)

Allah tidak menyukai orang-orang memperlihatkan kesombongan

dengan keturunann, kepangkatan atau kekayaan karena yang paling mulia di

antara manusia di sisi Allah hanyalah orang yang paling bertakwa (Depag RI,

2009:420).

Pada ayat yang lalu, Allah menjelaskan tentang etika sesama Muslim.

Pada ayat berikut ini, Allah menjelaskan etika antar bangsa.

e. Al-Hujurat ayat 14 Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi Katakanlah 'kami Telah tunduk', Karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Ayat 14 Allah menjelaskan bahwa orang-orang Arab Badui mengaku

bahwa diri mereka telah beriman. Ucapan mereka itu dibantah oleh Allah.

Sepantasnya mereka itu tidak mengatakan telah beriman, karena iman yang

sungguh-sungguh itu adalah membenarkan dengan hati yang tulus dan

percaya kepada Allah dengan seutuhnya. Hal itu belum terbukti karena

(58)

Rasulullah saw dengan keislaman mereka dan dengan tidak memerangi

Rasulullah saw.

Mereka dilarang oleh Allah mengucapkan kata beriman itu dan

sepantasnya mereka hanya mengucapkan „kami telah tunduk‟ masuk Islam,

karena iman yang sungguh-sungguh itu belum pernah masuk ke dalam hati

mereka. Apa yang mereka ucapkan tidak sesuai dengan isi hati mereka.

Az-Zajjaj berkata, “Islam itu adalah memperlihatkan kepatuhan dan

menerima apa-apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. dengan

memperlihatkan patuh dan terpeliharalah darah dan jiwa, dan jika ikrar

tentang keislaman itu disertai dengan tasdiq (kebenaran hati), maka barulah

yang demikian itu yang dinamakan iman yang sungguh-sungguh. Jika mereka

telah benar-benar taat kepada Allah dan Rasulnya, ikhlas berbuat amal, dan

meninggalkan kemunafikan, maka Allah tidak akan mengurangi sedikitpun

pahala amal mereka, bahkan akan memperbaiki balasan dengan berlipat

ganda.”

Terhadap manusia yang banyak berbuat kesalahan, di mana pun ia

berada, Allah akan mengampuninya karena Dia Maha Pengampun terhadap

orang yang bertaubat dan yang beramal penuh dengan keikhlasan (Depag RI,

(59)

Pada ayat yang lalu, Allah memerintahkan kepada manusia supaya

bertakwa. Pada ayat berikut ini, Allah mencerca orang-orang Arab Badui yang

imanya lemah. Mereka menonjol-nonjolkan keimanan, padahal mereka belum

bisa dimasukan dalam kategori orang beriman yang sungguh-sungguh karena

mereka itu hanya sekedar menghendaki pembagian dari rampasan perang dan

(60)

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pandangan Mufassir Tentang Surat Al-Hujurat ayat 11-13.

Setelah menyajikan teks ayat, terjemahnya dan beberapa pokok

kandungan ayat 11 sampai dengan 13 dari surat Al-Hujurãt, selanjutnya penulis

akan menyajikan beberapa pandangan mufassir tentang ayat ini.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiridan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang seburuk-buruk sesudah imandan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh campuran bahan bakar bonggol jagung terhadap temperatur pembakaran, waktu penyalaan awal dan waktu nyala efektif

Untuk melihat lebih lanjut pengaruh budaya organisasi, locus of control, stres kerja dan kepuasan kerja terhadap kinerja pemerintah daerah, maka yang menjadi pertanyaan

Adanya variasi suhu spray dryer yang digunakan dalam proses pengeringan ekstrak buah mahkota dewa pada penelitian ini dapat berpengaruh terhadap bentuk, sifat

PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SUBTEMA 4 KEBERSAMAAN DALAM KELUARGA MENGACU KURIKULUM SD 2013

Dari latar belakang diatas, studi ini akan meneliti: Berapa besar komposisi penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah di Indonesia, berapa besar pengaruh komposisi

Seiring dengan terbitnya KMA Nomor 183 Tahun 2019 tentang Kurikulum PAI dan Bahasa Arab pada Madrasah, maka Kementerian Agama RI melalui Direktorat Jenderal

program spss16. Teknik analisis data dengan menggunakan statistik deskriptif dengan persentase. Hasil penelitian diketahui bahwa: 1) minat belajar dari faktor intrinsik peserta

a. Rencana pendapatan memuat kelompok dan jenis pendapatan Desa, yang dipungut/ dikelola/ diterima oleh Desa. Jenis dan Objek Pendapatan Desa selanjutnya dituangkan