• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efisiensi Reproduksi Sapi Perah Akseptor IB di Wilayah Kerja KPSP Setia Kawan, Nongkojajar, Pasuruan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Efisiensi Reproduksi Sapi Perah Akseptor IB di Wilayah Kerja KPSP Setia Kawan, Nongkojajar, Pasuruan"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

SKRIPSI

Efisiensi Reproduksi Sapi Perah Akseptor IB di Wilayah

Kerja KPSP Setia Kawan, Nongkojajar, Pasuruan

Oleh :

Muhammad Ferli Firdian Nugraha

061111100

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

(2)

ii

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

Efisiensi Reproduksi Sapi Perah Akseptor IB di Wilayah

Kerja KPSP Setia Kawan, Nongkojajar, Pasuruan

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga

Oleh :

MUHAMMAD FERLI FIRDIAN NUGRAHA

061111100

(3)

iii

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi berjudul :

Efisiensi Reproduksi Sapi Perah Akseptor IB di Wilayah Kerja KPSP Setia Kawan, Nongkojajar, Pasuruan

Tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surabaya, 12 Maret 2015

(4)

iv

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

Telah dinilai pada

Tanggal: 27 Agustus 2015

KOMISI PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Trils Sardjito.,drh., M.Si. Anggota : Prof. Dr. Wurlina Meles, drh.,MS.

Dr. Abdul Samik, drh.,M.Si. Prof. Dr. Ismudiono, drh.,MS.

Dr. Endng Suprihti, drh., MS.

Surabaya, 27 Agustus 2015 Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga Dekan,

(5)

v

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

Efisiensi Reproduksi Sapi Perah Akseptor IB di Wilayah Kerja KPSP Setia Kawan, Nongkojajar, Pasuruan

Muhammad Ferli Firdian Nugraha

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the reproductive efficiency artificial of dairy cattle acceptor in KPSP Setia Kawan, Nongkojajar, Pasuruan by value Service per Conception (S/C), Days Open (DO), Calving Interval (CI), Conception Rate (CR), Calving Rate (CvR), dan Fertility Status (FS) in the period 2014 th until

(6)

vi

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi dengan judul Efisiensi Reproduksi Sapi Perah Akseptor IB di Wilayah Kerja KPSP Setia Kawan, Nongkojajar, Pasuruan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Prof. Dr. Hj. Romziah Sidik, drh., Ph.D. atas kesempatan mengikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

Prof. Dr. Ismudiono, M.S., drh Selaku pembimbing utama dan Ibu Dr. Endang Suprihati, drh., MS. selaku pembimbing serta dosen wali atas saran dan bimbingannya sampai dengan terselesainya skripsi ini.

Dr. Trilas Sardjito, drh., M.Si selaku ketua penguji, Prof. Dr. Wurlina Meles, drh., M.Si. selaku sekretaris penguji dan Dr. Abdul Samik, drh. M.Si. selaku anggota penguji dan juga pembimbing lapangan penelitian.

Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga atas wawasan keilmuan selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Segenap karyawan, inseminator, serta petuga keswan di KPSP Setia Kawan yang telah membantu memperlancar pendapatan data lapangan.

Keluargaku tercinta ayahanda alm. Ahyani dan ibunda Sarjumiyanti yang selalu memberikan kasih sayang bagi penulis dan senantiasa memberikan motivasi bagi penulis untuk terus bisa bermanfaat bagi sesama.

Keluarga kedua di kampus kakak Yuan, kakak Dikky, kakak Nowo, kakak Lukman, kakak Sesa, kakak Tika, kakak Ela, Riza, Ninik, Umam, Tomo, Taufik, Sindhu, Fiki, Dandi,Aldi, Laras, Lesty, Kartika, Wulan, dan teman-teman Andalas 2011 terima kasih atas waktu kebersamaan, dukungan dan motivasi selama ini.

(7)

vii

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

Penulis juga menyadari bahwa masih terdapat kesalahan dan kekurangan pada skripsi ini, untuk itu mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua pihak yang membutuhkan demi kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran hewan.

Surabaya, 1 Agustus 2015

(8)

viii

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

DAFTAR ISI

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Landasan Teori ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Friesian holstein ... 6

2.2. Gambaran Lokasi Penelitian ... 7

2.3. Efisiensi Reproduksi ... 9

2.4. Inseminasi Buatan ... 11

2.5. Service Per Conception ... 13

2.6. Days Open ... 14

2.7. Calving Inteval ... 15

2.8. Conception Rate ... 16

(9)

ix

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

2.10.Fertilitas ... 18

2.11.Status Fertilitas ... 18

2.12.Faktor yang Mempengaruhi Fertilitas ... 19

2.13.Ketrampilan Pengelola ... 21

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

3.2 Variabel Penelitian... 22

3.3 Definisi Operasional Variabel ... 22

3.4 Materi Penelitian ... 23

3.5 Metode Penelitian ... 23

3.6 AnalisisData ... 24

3.7 Diagram Alir Perolehan Data ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ... 27

BAB V PEMBAHASAN 5.1Efisiensi Reproduksi ... 30

5.2Service Per Conception ... 31

5.3Days Open ... 35

5.4Calving Inteval ... 37

5.5Conception Rate ... 38

5.6Calving Rate ... 39

5.7Fertilitas Status ... 39

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1Kesimpulan Penelitian ... 41

6.2Saran ... 41

RINGKASAN ... 43

(10)

x

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 3.1

Peta topografi wilayah kecamatan Tutur kabupaten Pasuruan

Diagram alir prosedur pengolahan data

(11)

xi

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

DAFTAR TABEL

Kinerja Reproduksi Sapi Perah Peranakan Friesian holstein di wilayah kerja KPSP Setia Kawan, Nongkojajar, Pasuruan. Data pengalaman beternak.

Data kepemilikan ternak.

(12)

xii

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 2 3 4 5

Questioner

Tabel Rekapitulasi Kuisioner Penelitian Rekapitulasi data primer

Rekapitulasi data peternak Perhitungan

(13)

xiii

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG

IB = Inseminasi Buatan

S/C = Service per-conception

DO = Days Open

CI = Calving Interval

CR =Conception Rate

CvR =Calving Rate

FS =Fertility Status

KPSP = Koperasi Peternakan Sapi Perah FH = Friesian Holstein

GnRH = Gonadotropin Releasing Hormone

FSH = Follicle Stimulating Hormone

LH = Luteinizing Hormone

m = Meter

km2 = Kilometer persegi BCS = Body Condition Score

Jatim = Jawa Timur ° = Derajat

ºC = Derajat Celcius % = Persen

(14)

1

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Susu merupakan salah satu komoditas pemenuhan gizi yang banyak diminati

masyarakat. Tingginya minat tersebut berbanding terbalik dengan tingkat

produksi susu yang mampu dihasilkan peternak sapi perah. Tercatat petani sapi

perah lokal hanya mampu memproduksi sekitar 1.500 ton-1.600 ton per hari,900

ton dari produksi tersebut berasal dari Jawa Timurdan produksi susu di Indonesia

tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 15% (Dirjen PPHP, 2014).

Besar kecilnya produksi susu sapi perah dipengaruhi olehjumlah dan

kualitas pakan yang diberikan (Siregar, 2001). Faktor selain pakan yang

berpengaruh pada produksi adalah faktor genetik dari sapi perah itu sendiri

(Santosa dan Susanto, 2010). Perbaikan genetik merupakan hal yang penting

untukmemperoleh sifat unggul sehingga mampu meningkatkan produksi

(Anggraeni, 2012).

Upaya untuk memperoleh sifat unggul sehingga peningkatan produksi

mampu tercapai salah satunya adalah dengan Inseminasi Buatan (IB) (Situmorang

dan Gede, 2003). Inseminasi buatan adalah pemasukan atau penyampaian semen

ke dalam saluran kelamin betina dengan menggunakan alat-alat buatan manusia

(Hardijanto dkk., 2010). Keberhasilan IB dapat dievaluasi dari beberapa

parameteryaituservice per-conception (S/C), days open (DO), dan calving interval

(CI) yang nantinya mampu menampilkanefisiensi reproduksi sapi perah (Atabany,

dkk., 2011). Fertilitas adalah derajat kemampuan bereproduksi baik pada ternak

(15)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

penilaianyang berguna dalam menggambarkan tingkat fertilitas suatu populasi

yang dinyatakan dalam suatu angka (Gurnadi, 1988), sehinggan nantinya baik

tidaknya kondisi reproduksi dapat dijadikan parameter.

Efisiensi reproduksi adalah ukuran kemampuan seekor sapi untuk bunting

dan menghasilkan keturunan (Niazi, 2003). Penetapan angka efisiensi reproduksi

perlu dilakukan pengamatan terhadap komponen-komponen pendukungnya :

Service per Conception(S/C),Days Open(DO),Calving Interval(CI),Conception

Rate(CR), Calving Rate (CvR), dan Fertility Status (FS).

Jawa timur memiliki daerah-daerah yang menjadi sentra sapi perah, salah

satunya adalah daerah Pasuruan, Nongko jajar. Koperasi Peternakan Sapi Perah

(KPSP) Setia Kawan, Pasuruan, Nongkojajar merupakan koperasi terbesar di

Provinsi Jawa Timur. Wilayahnya yang luas yakni mencakup 12 desa yang

termasuk pada Kecamatan Tutur Nongkojajar dan berada di lereng sebelah barat

Pegunungan Tengger di ketinggian 400-2.000 meter menjadikan kawasan KPSP

Setia Kawan menjadi daerah yang cocok untuk pengembanagan produksi susu

sapi perah dengan produksi susu per harinya biasa mencapai 63.000 liter (KPSP

Setia Kawan, 2011).Tercatar perkembangan data populasi yang ada sebanyak

18.002 pada tahun 2012, 18.023 pada tahun 2013, dan 16,872 pada awal tahun

2015. Penurunan jumlah populasi tersebut akan berpengaruh pada jumlah

produksi yang dihasilkan.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dilakukan penelitian mengenai

efisiensi reproduksi sapi perah akseptor IB di WilayahKerjaKPSP Setia Kawan,

(16)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

peningkatan produksi pada periode selanjutnya di KPSP Setia Kawan,

Nongkojajar, Jawa Timur.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut : Berapakah parameter efisiensi reproduksi

berdasarka angaka service per conception, days open, calving interval,

conception rate, calving rate, dan fertility status yang diperolehsapi perah

akseptor IB di WilayahKerjaKPSP Setia Kawan, Nongkojajar,Pasuruan tahun

2014 hingga awal tahun 2015.

1.3. Landasan Teori

Inseminasi Buatan adalah salah satu teknologi mutakhir yang diciptakan

manusia guna meningkatkan produktivitas dan reproduktivitas ternak untuk

mengatasi tuntutan masyarakat dunia. Penilaian keberhasilan pelaksanaan

program IB adalah pengukuran terhadap besarnya nilai efisiensi reproduksi yang

dicapai (Hardijanto dkk., 2010). Mengingat pentingnya efisiensi reproduksi, maka

perlu dilakukan perhitungan terhadap beberapa hal berikut : service per

conception (S/C), days open (DO), conception rate (CR), calving rate (CvR),

calving interval (CI), dan fertility status (FS).Faktor yang mempengaruhi tingkat

evaluasi keberhasilan IB dan status fertilitas diantaranya : umur, musim,

perkandangan, pakan, keterampilan pengelola, dan pengendalian penyakit.

Service per conceptionmerupakan jumlah perkawinan untuk menghasilkan

(17)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

menyatakan bahwa days open atau jarak waktu beranak sampai bunting kembali

adalah 90 hari. Menurut Hafez (2000) conception rateyang merupakan angka

kebuntingan hewan betina yang di inseminasi buatan dikali 100% dan calving rate

merupakan jumlah persentase pedet yang lahir dari hasil inseminasi dan nilai

normalnya mencapai 55-65. Calving intervalatau jangka waktu antara satu

kelahiran dengan kelahiran berikutnya menurut Morison et al. (2008) normalnya

adalah 12 bulan dan fertility status atau nilai fertilitas dihitung berdasarkan

service per conception, conception rate,days open dan didapatkan nilai normal

adalah 60.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi reproduksi sapi

perah akseptor IB di WilayahKerjaKPSP Setia Kawan,

Nongkojajar,Pasuruanmelalui penetapan angka : S/C, DO, CI CR, CvR, dan FS

tahun 2014 hingga awal taun 2015.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada Pemerintah Kabupaten Pasuruan dan

institusi terkait untuk menyusun strategi pelaksanaan program

peningkatan kinerja sehingga tercapai peningkatan produktifitas yang

lebih baik.

2. Menjadikan dasar kepada GKSI (Gabungan Koperasi Susu Indonesia)

(18)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

3. Sebagai dasar untuk mengetahui status fertilitas sapi perah di wilayah

(19)

6

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sapi Friesian Holstein

Sapi Friesian Holstein(FH) merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki

prospek pengembangan yang cukup baik dengan keunggulannya, yakni

mempunyai masa laktasi panjang dan produksi susu tinggi, serta persistensi

produksi susu yang baik (Atabany dkk, 2011). Terdapat beberapa bangsa sapi

perah yaitu Ayrshire, Guernsey, jersey danFriesian Holstein(FH) (Blakely and

Bade, 1995). Sapi FH mempunyai cirri fisik yang khas yakni warna bulunya hitam

dan putih atau merah dan putih dengan batas-batas warna yang jelas (Sudono,

1999).

Sapi FH berasal propinsi Belanda Utara dan propinsi Friesland Barat.

Menurut Blakely dan Bade (1994) sapi diklasifikasikan menurut taksonomi

sebagai berikut :

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Kelas : Mamalia

Ordo : Artiodactyla

Sub Ordo : Ruminansia

Famili : Bovidae

Subfamili : Bovinae

(20)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

Spesies : Bos taurus, Bos indicus.

Menurut Ensminger and Tyler (2006), sapi ini telah ada sejak 2000 tahun

yang lau. Sapi perah FH merupakan sapi perah yang banyak dipelihara karena

beberapa faktor keunggulannya yakni sapi perah yang produksi susunya tertinggi

dibandinkan bangsa sapi perah lainnya dengan kadar lemak yang sangat rendah

sekitar 3,65% (Sudono, dkk., 2003).

Sapi FH juga merupakan jenis sapi perah yang cocok untuk daerah

Indonesia, namun produksi susu per ekor per harinya pada sapi FH yang ada di

Indonesia relative rendah jika dibandingkan dengan produksi susu di Negara

asalnya (Atabany dkk, 2011).

Sudono, dkk (2003) mengeemukakan bahwa dari persilangan sapi perah FH

dengan sapi lokal yang ada di Indonesia menurunkan sapi peranakan FH yang

dalam perkembangannya di Indonesia telah mampu beradaptasi dengan baik

terhadap kondisi lingkungan.

2.2. Gambaran Lokasi Penelitian

Kabupaten Pasuruan merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang

memiliki letak geografis yaitu antara 1120 33’ 55” hingga 1130 30’ 37” Bujur

(21)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

Gambar 2.1 : Peta Pasuruan

Batas-batas wilayah kabupaten Pasuruan meliputi :

Utara : Kabupaten Sidoarjo dan Selat Madura.

Selatan : Kabupaten Malang.

Timur : Kabupaten Probolinggo.

Barat : Kabupaten Mojokerto.

Luas wilayah keseluruhan yang dimiliki Kabupaten Pasuruan adalah

147.401,50 Ha atau 3,13% dari luas Propinsi Jawa Timur, terdiri dari 24

Kecamatan, 24 Kelurahan, 341 Desa, dan 1694 Penduduk (Pemerintah Kabupaten

Pasuruan, 2014).

Kecamatan Tutur merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Pasuruan

yang berada di ketingian rata-rata 4 m dpl dan luas wilayah 96,7 km2, itu

(22)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

perah (BPS Pasuruan, 2015). Koperasi Peternakan Sapi Perah (KPSP) Setia

Kawan, Pasuruan, Tutur, Nongkojajar yang berdiri sejak tahun 1911 menjadi

ujung tombak pengkordinasi dari terpenuhinya kebutuhan akan susu (KPSP Setia

Kawan, 2011).

Koperasi Peternakan Sapi Perah (KPSP) Setia Kawan,

Nongkojajarmerupakan koperasi terbesar di Provinsi Jawa Timur. Wilayahnya

yang luas yakni mencakup 12 desa yang termasuk pada Kecamatan Tutur

Nongkojajar dan berada di lereng sebelah barat Pegunungan Tengger di

ketinggian 400-2.000 meter menjadikan kawasan KPSP Setia Kawan menjadi

daerah yang cocok untuk pengembanagan produksi susu sapi perah dengan

produksi per harinya biasa mencapai 63.000 liter (KPSP Setia Kawan, 2011).

2.3. Efisiensi reproduksi

Efisiensi reproduksi adalah ukuran kemampuan seekor sapi untuk bunting

dan menghasilkan keturunan yang layak (Niazi, 2003). Banyak hal yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan efisiensi reproduksi terutama melalui penerapan

bioteknologi atau mengembangkan teknologi praktis dan praktek-praktek

manajemen yang dapat meningkatkan efisiensi reproduksi (Basyir, 2009).

Daya reproduksi ternak yang tinggi disertai dengan pengelolaan yang baik

akan menghasilkan efisiensi reproduksi yang tinggi, sebaliknya efisiensi

reproduksi ternak akan rendah apabila terjadi gangguan reproduksi, selanjutnya

(23)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

efisiensinya lebih baik dan rendahnya angka gangguan reproduksi (Hariadi dkk,

2011).

Mengingat pentingnya efisiensi reproduksi ternak sapi yang di IB, maka

perlu dilakukan perhitungan terhadap beberapa hal berikut : service per

conception (S/C),days open (DO), calving interval (CI), conception rate (CR) dan

calving rate (CvR). Faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi reproduksi sapi

perah diantaranya : bangsa, umur, musim, perkandangan, pakan, keterampilan

pengelola, dan pengendalian penyakit (Suyasa, 1999).

Umur ternak merupakansalah satu faktor yang berpengaruh terhadap

efisiensi reproduksi. Induk yang sudah tua, kondisi alat reproduksinya sudah

menurun diakibatkan kelenjar hipofisa anterior yang bertanggung jawab terhadap

fungsi kelenjar kelamin sudah menurun. Sebaliknya kelenjar kelamin hewan yang

masih muda, belum mampu sepenuhnya untuk menerima embrio sehingga proses

implantasi juga terganggu, sehingga dapat diikuti kematian embrio dan terjadi

kawin berulang (Nebel, 2002).

Musim sangat berpengaruh terhadap siklus birahi pada sapi perah. Musim

panas yang dimiliki Indonesia karena terletak di daerah tropis, bisa menjadi

penyebab utama stres yang secara langsung mempengaruhi siklus birahi pada

sapi. Kondisi ini tampaknya sesuai dengan pendapat West (2003) yang

menyatakan stres panas yang dialami ternak dapat menyebabkan penurunan

asupan energi yang tersedia untuk fungsi produksi dan reproduksi. Kandang yang

berukuran sempit akan menyebabkan induk ternak berdesak-desakan, ventilasi

(24)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

udara di dalam kandang menjadi panas apalagi disertai sanitasi yang kurang baik

dapat menyebabkan timbulnya kasus anestrus (Hariadi dkk., 2011).

Pakan merupakan faktor yang penting, tanpa pakan yang baik dengan

jumlah yang memadai, maka meskipun bibit ternak unggul akan kurang dapat

memperlihatkan keunggulannya. Agar proses reproduksi berjalan dengan normal,

diperlukan ransum pakan yang memenuhi kebutuhan baik untuk pertumbuhan

maupun untuk reproduksi. Ransum pakan disebut berkualitas baik dan lengkap

bila didalamnya mengandung karbohidrat dan lemak sebagai sumber energi,

protein sebagai zat pembangun tubuh, mineral dan vitamin sebagai zat pelengkap

untuk pertumbuhan badan. Kekurangan salah satu zat makanan diatas dapat

mendorong terjadinya gangguan reproduksi (Hariadi dkk., 2011).

Peternak sebagai pengelola memegang peranan yang sangat penting dalam

pengelolaan reproduksi, sehingga perlu adanya peningkatan keterampilan dan

kesadaran bagi para peternak. Perlu adanya penyuluhan atau latihan kepada

peternak, sehingga mampu meningkatkan kemampuan seperti menyusun ransum

pakan, mendeteksi birahi, cara pertolongan kelahiran, praktek beternak yang baik,

penanganan pedet, pengelolaan sapi dara dan lain-lain (Hariadi dkk., 2011).

2.4. Inseminasi Buatan (IB)

Inseminasi Buatan (IB) adalah pemasukan atau penyampaian semen ke

dalam saluran kelamin betina dengan menggunakan alat bantu buatan manusia.

Teknologi IB pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli fisiologis Italia yang

(25)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

Kemudian IB diperkenalkan di Indonesia oleh Prof. B. Seit pada tahun 1950-an

(Hardijanto dkk., 2010).

Semua usaha untuk mensukseskan pelaksanaan IB dengan penampungan,

perlakuan, dan pengolahan semen secara sempurna akan sia-sia apabila

pendeteksian dan pelaporan berahi tidak tepat serta kurangnya keterampilan

inseminator (Hardijanto dkk., 2010). Partodihardjo (1987) menyatakan periode

lamanya berahi perlu diketahui untuk melakukan inseminasi yaitu berkisar antara

15-18 jam.

Hardijanto dkk., (2010) menyatakan saat yang tepat inseminasi buatan

haruslah mempertimbangkan waktu kapasitasi spermatozoa yang merupakan

suatu proses fisiologis yang dialami oleh spermatozoa didalam saluran organ

kelamin betina guna memperoleh kesanggupan membuahi ovum. Ternak sapi

waktu inseminasi dianjurkan tidak boleh kurang dari 4 jam sebelum ovulasi atau

tidak boleh melebihi 6 jam sesudah akhir estrus. Waktu optimum untuk

melakukan inseminasi harus diperhitungkan dengan waktu kapasitasi yang

lamanya sekitar 2-6 jam. Sapi betina yang terlihat estrusnya pada pagi hari, harus

diinseminasi pada hari itu juga. Sedangkan kalau terlihat sore hari, harus

diinseminasi pada pagi hari esoknya.

Pemeriksaan yang intensif perlu dilakukan untuk menentukanwaktu IB yang

tepat sehingga diperoleh kebuntingan yang tinggi (Salisbury dan Vandemark,

1985). Factor yang dapat mempengaruhi dari keberhasilan IB adalah pengetahuan

dan pelaporan peternak terhadap birahi ternak, keterampilan inseminator,

(26)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

reproduksi hewan betina itu sendiri (Dinas Peternakan Jawa Timur, 2002). Selain

itu untuk menunjang keberhasilan program IB itu sendiri, harus pula disertai

pencegahan dan pemberantasan kemajiran, bimbingan dan penyuluhan terpadu

kepada peternak serta perbaikan harga dan kemudahan pemasaran yang

menguntungkan dibidang usaha peternakan terkait (Hardijanto, dkk., 2010).

2.5. Service Per Conception (S/C)

Service Per Conception (S/C) adalah angka yang menunjukkan jumlah IB

yang dilakukan untuk menghasilkan suatu kebuntinga oleh seekor betina. Angka

perkawinan per kebuntingan (S/C) digunakan untuk membandingkan efisiensi

relative status reproduksi antar individe-individu sapi betina yang subur. Nilai

normal S/C adalah 1,6 – 2.0 (Hafez, 2000).

Menurut Astuti (2004), semakin rendah nilai S/C maka semakin tinggi

tingkat fertilitasnya, sebaliknya semakin tinggi nilai S/C akan semakin rendah

tingkat fertilitasnya. Nilai S/C juga dipengaruhi oleh nutrisi dan berat badan

ternak (Hoque et all., 2003). Salah satu factor yang harus dipenuhi untuk

mencapai S/C yang baik adalah ketepatan waktu IB yaitu bila sapi terlihat birahi

pada pagi hari, maka pada sore harinya dikawinkan, bila birahi sore hari,

hendaknya perkawinan dilakukan pada keesokan harinya (Hariadi dkk., 2010).

Penyebab tingginya angka S/C adalah :(1) petani terlambat mendeteksi saat

estrus atau terlambat melaporkan estrus sapinya kepada petugas inseminator;(2)

(27)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

terampil;(4) fasilitas pelayanan inseminasi terbatas, dan (5) kurang lancarnya

transportasi (Hadi dan Ilham, 2002).

2.6. Days Open (DO)

Days open atau interval beranak hingga bunting kembali merupakan status

yang menggambarkan efisiensi deteksi estrus dan fertilitas ternak jantan maupun

betina. Van Deplassche (1982) menyatakan bahwa days open melebihi 90 hari

adalah kurang efisien sebab akan mengakibatkan keuntungan yang diperoleh

peternak menjadi rendah. Winugroho (2002) menambahkan bahwa setiap induk

dapat partus setiap tahun, maka ternak tersebut akan bunting dalam 90 hari ”post

partum”. Interval antara melahirkan dan munculnya estrus kembali setelah

melahirkan (postpartum anestrus period) mempunyai kontribusi besar yang

menentukan jarak kelahiran tersebut. Ada beberapa faktor yang menyebabkan

tertundanya estrus pada sapi, antara lain; menyusui, makanan dan kondisi tubuh

(Petters and Ball, 1987). Menurut Bearden and Fuquay (1980), nilai anestrus post

partum berada pada batasan optimal yaitu pada kisaran 60 – 80 hari. Menurut

pendapat Anderson, et all (1994), jarak bunting kembali untuk meningkatkan

efisiensi reproduksi terjadi pada 80-85 hari setelah beranak, tetapi menurut hasil

penelitian yang pernah dilaporkan menunjukkan bahwa PPI (Post Partum

Interval) terjadi pada 30 sampai 170 hari.

Penyebab kegagalan sapi bunting antara lain disebabkan karena deteksi

estrus yang dilakukan peternak tidak tepat, umumnya akibat pengetahuan

(28)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

lain dari usia sapi awal kawin (sapi dara), kecukupan gizi sapi betina, kemampuan

petugas IB atau inseminator dan kualitas bibit jantan. Days open dapat

diperpendek dengan meningkatkan efisiensi deteksi estrus sehingga sapi betina

dapat dikawinkan pada 85 hari setelah melahirkan (Hafez, 1993). Meikle, et all

(2004) menyatakan bahwa paritas berpengaruh terhadap Days Open.

Sapi betina pada paritas 1 menunjukkan days open yang lebih panjang dari

sapi betina pada paritas 2 yaitu 146 hari dan 109 hari. Menurut Goshu, et all

(2007), menyatakan bahwa days open akan semakin pendek seiring dengan

bertambahnya paritas. Hafez (2000) menyatakan bahwa faktor lain yang

berpengaruh terhadap panjangnya Days Open adalah peran inseminator,

penanganan semen dan ketepatan waktu inseminasi.

2.7. Calving Interval (CI)

Calving Interval (CI) adalah suatu periode antara kelahiran yang satu

dengan kelahiran berikutnya yang diukur dalam bulan. Calving Interval adalah

karakter yang paling penting untuk menilai produktivitas sapi dan merupakan

indeks terbaik untuk mengevaluasi efisiensi reproduksi pada ternak di lapangan.

Sekelompok sapi harus menunjukkan kurang lebih 90% estrus post partus dalam 6

hari sampai 85 hari setelah melahirkan untuk mempertahankanCI 12

bulan(Wijanarko, 2010).

Menurut Osterman (2003) dari 72 sapi yang dipelihara secara konvensional

memiliki lamaCI 12 bulan sampai 18 bulan. Nilai CI yang normal adalah 12

(29)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

utama dalam pembiakan sapi maka dari itu diperlukan asupan nutrisi yang cukup

sebagai cadangan energi agar interval kelahiran dan birahi pertama tidak panjang.

2.8. Conception Rate (CR)

Conception Rate(CR) digunakan untuk menduga proporsi sapi betina yang

diduga bunting pada inseminasi pertama. Pendugaan ini berdasarkan diagnosis

rektal yang dilakukan pada minimal 2 bulansetelah inseminasi. Angka

kebuntingan lebih rendah jika sapi betina dikawinkan kurang dari 60 hari setelah

melahirkan (Hafez, 2000).

Nutrisi pakan yang diterima oleh sapi sebelum dan sesudah beranak

berpengaruh terhadap CR, sebab kekurangan nutrisi sebelum melahirkan dapat

menyebabkan tertundanya siklus estrus (Bormann et al., 2006). CR dipengaruhi

oleh faktor lainnya diantaranya adalah musim dan lingkungan (Badinga et al,

1985). Tinggi rendahnya CR juga dipengaruhi oleh pengelolaan reproduksi yang

nantinya akan berpengaruh pada fertilitas dan nilai konsepsi ternak (Nebel, 2002).

Menurut Bormann et al. (2006) CR yang rendah dapat menjadi gambaran

bahwa kemampuan sapi betina untuk bunting saat inseminasi pertama sangat

dipengaruhi oleh variasi lingkungan. Nutrisi pakan yang diterima sapi sebelum

dan sesudah beranak juga dapat mempengaruhi CR. Di negara-negara yang sudah

maju peternakannya, efisiensi reproduksi pada sapi dianggap baik bila angka

kebuntingan dapat mencapai 65-75% (Hariadi dkk., 2011).

Angka konsepsi dipengaruhi oleh kualitas dan penanganan semen,

(30)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

(Whittier and Steevens, 1993). Tinggi rendahnya nilai CR juga dipengaruhi oleh

pengelolaan reproduksi yang akan berpengaruh pada fertilitas ternak dan nilai

konsepsi ternak (Nebel, 2002).

Hunter (1981) menyatakan indeks yang paling banyak digunakan dalam

penentuan angka konsepsi adalah kegagalan hewan betina itu untuk kembali

birahi setelah dilakukan IB. Peningkatan angka konsepsi dapat dilakukan dengan

memperbaiki pengelolaan reproduksi ternak terkait deteksi birahi, perbaikan mutu

pakan, pelaksanaan IB yang lebih baik, sanitasi kandang dan lingkungan yang

lebih baik (Hariadi, dkk., 2011)

2.9. Calving Rate (CvR)

Calving rate(CvR)adalah persentase anak yang lahir dari hasil satu kali

inseminasi baik pada inseminasi pertama atau kedua, dan seterusnya. Efisiensi

reproduksi pada sapi dianggap baik bila angka kelahiran mencapai 55-65%

(Hariadi dkk., 2011). Nilai CvR dapat mencapai 62 % dengan dua kali inseminasi

yang sempurna, karena inseminasi belum dikatakan berhasil jika belum ada

seekor anak sapi yang dilahirkan(Partodihardjo, 1987), karena kesulitan –

kesulitan dalam menentukan awal kebuntingan dan karena kemungkinan penyakit

menimbulkan abortus, penampilan reproduksi pada sapi betina kerap kali

ditentukan dengan kelahiran anak sapi yang hidup (Salisbury dan Van Demark,

(31)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

2.10.Fertilitas

Fertilitas merupakan suatu rumus yang berguna untuk menentukan tingkat

kesuburan suatu populasi yang dinyatakan dalam angka. Fertilitas tidak dapat

diukur dalam satuan seperti meter dan liter namun diukur dalam berbagai

parameter yang saling berhubungan (Mattheij et al., 1982).

Mattheij et al., (1982) menganjurkan penggunaan rumus Fertility Status(FS)

hanya berdasarakan tiga variable saja yaitu Conception Rate(CR), Service per

Conception (S/C), Days Open(DO).

Mattheij etal., (1982) menyatakan nilai normal FS adalah 60. Makin tinggi

nilai FS maka makin bagus kemampuan reproduksi pada ternak sebaliknya makin

rendah nilai FS maka semakin rendah pula kemampuan reproduksi pada ternak.

Fertilitas pada sapi betina juga dapat dilihat dari adanya kebuntingan, kondisi

saluran reproduksi, pakan yang diberikan, perubahan kondisi tubuh dari kelahiran

sampai perkawinan kembali, umur dan bangsa (Nebel, 2002).

Salah satu penyebab gangguan reproduksi yang menyebabkan rendahnya

fertilitas adalah adanya gangguan fungsional yaitu organ reproduksi tidak

berfungsi dengan baik. Infertilitas bentuk fungsional ini disebabkan oleh adanya

abnormalitas hormonal. Contoh kasus gangguan fungsional diantaranya, kista

ovarium, subestrus, dan ovulasi tertunda (Afandy dkk., 2007).

2.11.Status Fertilitas

Fertilitas adalah derajat kemampuan bereproduksi baik pada ternak jantan

(32)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

berguna dalam menggambarkan tingkat fertilitas suatu populasi yang dinyatakan

dalam suatu angka. Fertilitas tidak dapat diukur dalam meter dan liter. Namun

harus diukur dalam berbagai parameter yang saling berhubungan Fertilitas

dikatakan baik apabila diperoleh angka 78-92, nilai S/C 1,3-1,6, nilai CR 62

persen dan rata-rata panjang DO sebesar 80-85 hari (Gurnadi, 1988).

Penggunaan Status Fertilitas (FS) hanya berdasarkan tiga variabel saja yaitu

tingkat kebuntingan pada perkawinan yang pertama, jumlah kawin per

kebuntingan dan jarak rata-rata lama kosong dengan rumus sebagai berikut :

FS = CR - (DO – 125)

S/C

(Brand de Kruiif, 1975 dikutip Matheij, 1982)

2.12.Faktor Yang Mempengaruhi Fertilitas

Faktor yang berperan dalam menentukan tingkat fertilitas induk sapi perah

yaitu bangsa, umur, musim, perkandangan, pakan, ketrampilan pengelola dan

pengendalian penyakit (Suyasa, 1999).

Setiap bangsa sapi membutuhkan jumlah perkawinan yang berbeda untuk

mendapatkan satu kebuntingan. Pane (1993) menyatakan bahwa sapi perah FH

tergolong sapi perah yang dewasa kelaminnya (sexual maturity) lambat.

Pada induk yang sudah tua, kondisi alat reproduksinya sudah menurun

diakibatkan kelenjar hipofisa anterior yang bertanggung jawab terhadap fungsi

alat kelamin sudah menurun. Sebaliknya alat kelamin hewan yang masih muda,

(33)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

juga terganggu, sehingga dapat diikuti kematian embrio dan terjadi kawin

berulang (Nebel, 2002).

Musim sangat berpengaruh terhadap siklus birahi pada sapi perah. Musim

panas yang dimiliki Indonesia karena terletak di daerah tropis bisa menjadi

penyebab utama stress yang secara langsung mempengaruhi siklus birahi pada

sapi. Hal ini sesuai dengan pendapat West (2002) yang menyatakan stres panas

yang dialami ternak dapat menyebabkan penurunan asupan energi yang tersedia

untuk fungsi produksi dan reproduksi.

Pengelolaan yang kurang baik juga merupakan hal yang berpengaruh jelas

pada reproduksi ternak, menurut Hariadi, dkk (2011) deteksi birahi, pemberian

pakan yang kurang, sapi yang selalu dikandangkan, kandang yang sempit serta

minimnya ventilasi kandang dapat mengakibatnan gangguan reproduksi (Hariadi,

dkk., 2011).

Pakan merupakan faktor yang penting, tanpa pakan yang baik dengan

jumlah yang memadai, maka meskipun bibit ternak unggul akan kurang dapat

memperlihatkan keunggulannya. Agar proses reproduksi berjalan dengan normal,

diperlukan ransum pakan yang memenuhi kebutuhan baik untuk pertumbuhan

maupun untuk reproduksi. Ransum pakan disebut berkualitas baik dan lengkap

bila didalamnya mengandung karbohidrat dan lemak sebagai sumber energi,

protein sebagai zat pembangun tubuh, mineral dan vitamin sebagai zat pelengkap

untuk pertumbuhan badan. Kekurangan salah satu zat makanan diatas dapat

(34)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

2.12.Ketrampilan Pengelola

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi fertilitas dan produktivitas

ternak adalah peternak sebagai pengelola dan inseminator sebagai petugas

kesehatan. Peternak sebagai pengelola harus menghindari kesalahan-kesalahan

tatalaksana yang dapat menimbulkan kegagalan reproduksi antara lain :

a. Kegagalan mendeteksi estrus serta kegagalan melaporkan dan mengawinkan

sapi betina pada saat yang tepat.

b. Terlalu cepat mengawinkan kembali setelah partus

c. Kegagalan memeriksa kebuntingan sebelum sapi disingkirkan karena alasan

majir

d. Keterlambatan melaporkan kepada dokter hewan apabila ada tanda-tanda

ketidakberesan reproduksi

e. Sering mengganti pejantan jika seekor betina tidak langsung menjadi bunting

pada inseminasi pertama atau kedua (Toeliehere, 1981).

Pengendalian penyakit sangat diperlukan, karena akan menurunkan

produktivitas ternak, terutama penyakit yang dapat menimbulkan gangguan

reproduksi. Penyakit yang dapat menimbulkan gangguan reproduksi dapat

disebabkan oleh berbagai mikroorganisme antara lain :

a. Bakteri (Brucellosis, Vibriosis, Leptospirosis)

b. Virus (Bovine Viral Diarrehea atau BVD)

c. Infeksi Protozoa (Trichomoniasis)

(35)

22

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

BAB III

MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian deskriptif ini dilaksanakan di KPSPSetia Kawan, Nongkojajar,

Pasuruan. Penelitian dilaksanakan pada bulan April - Juni2015.

3.2. Variabel Penelitian

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah service per conception,

days open,calving interval,conception rate, calving rate danfertility statussapi

perah aseptor IB di wilayah kerja KPSP Setia Kawan.

3.3. Definisi Operasional Variabel

1. Inseminasi buatan pada sampel sapi perah adalah salah satu upaya untuk

memasukkan semen dengan bantuan alat (insemination gun) ke dalam

saluran kelamin betina (Hardijanto dkk, 2010).

2. Service per Conception adalah jumlah inseminasi atau service yang

dilakukan hingga terjadi kebuntingan dibagi dengan jumlah sapi yang

diinseminasi kemudian dikalikan dengan seratus persen (Hariadi dkk.,

2011)

3. Conception Rate adalah jumlah induk yang bunting pada inseminasi

buatan pertama dibagi dengan jumlah seluruh induk yang dikawinkan

(36)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

4. Calving rate adalah jumlah anak yang lahir pada inseminasi buatan dengan

jumlah sapi yang diinseminasi dikali dengan seratus persen (Hariadi dkk.,

2011).

5. Days Open adalah jarak waktu beranak hingga terjadi kebuntingan

kembali (Iswoyo, 2008).

6. Calving Interval adalah jarak yang dibutuhkan sapi untuk beranak ke

waktu beranak berikutnya (Hariadi dkk., 2011).

7. Status fertilitas adalah ukuran kemampuan seekor sapi untuk bunting dan

menghasilkan keturunan yang dihitung berdasarkan angka conception rate,

service per conception dan days open (Matheij et al., 1982).

3.4. Materi Penelitian

Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah pengambilan data catatan

reproduksi yang berasal dari 816 sampel Sapi Friesian Holstein betina produktif

hasil Inseminasi Buatan yang didapat dari 10% populasi sapi yang ada di wilayah

kerja KPSP Setia Kawan, Nongkojajar, Pasuruan.Peralatan yang disediakan

adalahkuesioner dan lembaran yang berisi tentang pencatatan sistem reproduksi.

3.5. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Data

yang diambil adalah data primer dan sekunder. Data sekunder diperoleh dari

catatan reproduksi di KPSP Setia Kawan serta data primer berasal dari pencatatan

(37)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

(purposive random sampling) yaitu data ternak sapi perah yang telah produktif

atau sudah pernah beranak.

3.6. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan

sekunder yang berasal dari KPSP Setia Kawan dan peternak. Data yang diperoleh

diolah dengan menggunakan analisis deskriptif untuk mendapatkan angka Service

per Conception, Conception rate, Calving Interval, Days Open, Calving rate dan

Fertility status kemudian dirata – rata (mean) untuk mengetahui angka efisiensi

reproduksi setelah dilakukan inseminasi buatan.

Rumus menghitung Service per Conception(Hafez, 2000) :

S/C =Jumlah inseminasi sampai terjadi kebuntingan

Jumlah sapi betina yang bunting x 100%

Nilai normal S/C = 1,6 – 2,0

Rumus menghitung Conception Rate(Hafez, 2000) :

CR = Jumlah betina bunting pada IB I

Jumlah seluruh betina yang diinseminasi x 100%

Nilai normal CR = 60 %

Rumus menghitung Calving Rate (Hafez, 2000) :

CvR % = Jumlah sapi lahir

Total Sapi Bunting x 100%

Nilai normalCvR = 70 – 75%

Days Openadalah jarak antara kondisi betina setelah beranak hingga bunting

(38)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

Nilai normal = 90 hari (Izquierdo et al., 2008).

Calving Intervaladalahjangka waktu antara satu kelahiran dengan kelahiran

berikutnya.

Nilai normal = 365 – 400 hari (Hariadi dkk., 2011)

Status fertilitas (FS) menurut Matheij et al., (1982) dapat dihitung dengan

rumus :FS =% kebuntingan setelah inseminasi I

Jumlah inseminasi per konsepsi −(DO−125)

= CR

S/C− (DO−125)

(39)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

3.7. Kerangka Operasional Penelitian

Data faktor-faktor nilai

efisiensi reproduksi, meliputi :

 Pengalaman beternak

 Kepemilikan ternak

 Kemampuan deteksi birahi

 Sistim pelaporan birahi

 Pengalaman petugas

 Kualitassediaan sperma beku

 Ketersediaan pakan tiap musim

 Temuan kasus Abortus

Gambar 3.1. Diagram alir prosedur pengolahan data AnalisisData (Deskriptif)

Data Sekunder

Wilayah Kerja KPSP Setia Kawan, Nongkojajar

816 ekorSapi Perah Akseptor IB yang didapat dari 10 % jumlah

populasi

Data Primer

(40)

27

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan mengetehui tingkat efisiensi reproduksi sapi perah di

wilayah kerja KPSP Setia Kawan, Nongkojajar, Pasuruan untuk meningkatkan

produktifitas pada periode berikutnya. Efisiensi reproduksi sapi perah peranakan

Friesian Holstein di wilayah tersebut untuk menggambarkan kinerja reproduksi

yang ditinjau menggunakan sudut pandang reproduksi melalui beberapa

komponen yaitu S/C, DO, CI, CR, CvR, dan FS. Komponen tersebut diperoleh

dari populasi sapi perah betina produktif yang ada di wilayah KPSP Setia Kawan

yakni ± 8.164 ekor, yang diwakili dari 10% populasi tersebut yakni sejumlah 819

ekor. Nilaii dari komponen-komponen kinerja reproduksi tersebut dapat dilihat

pada table 4.1.

Tabel 4.1. Kinerja Reproduksi Sapi Perah Peranakan Friesian holstein di wilayah kerja KPSP Setia Kawan, Nongkojajar, Pasuruan.

Variabel Hasil

Hasil suvai tersebut di peroleh pula data penunjang berupa faktor-faktor yang

dianggap mampu melatarbelakangi hasil dari evisiensi reproduksi, adapun data

(41)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

Tabel 4.2 Data pengalaman beternak.

Pengalaman beternak Jumlah Presentase (%)

1-2 tahun

Table 4.3 Data kepemilikan ternak.

Kepemilikan ternak Jumlah Presentase (%)

1-2 sapi

Table 4.4 Data kemampuan deteksi birahi peternak.

Kemampuan deteksi

Table 4.5 Sistem pelaporan birahi peternak.

Sistem pelaporan birahi

Menggunakan sistim pelaporan kotak surat

Table 4.6 Pengalaman petugas inseminator.

Pengalaman petugas Jumlah Presentase (%)

1-4 tahun

Table 4.7 Kualitas sediaan sperma beku.

Kualitas sediaan sperma beku

penyimpanan sperma beku

Pemeriksaan kualitas sperma beku dengan Post Thawing Motilityoleh

pihak Koperasi

Baik (ketersediaan nitrogen cair yang mencukupi)

(42)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

Table 4.8 Ketersediaan pakan tiap musim.

Pakan

Ketersediaan pakan tiap musim Tersedia

Table 4.9 Temuan kasus Abortus.

Temuan kasus

abortus 2 kasus

Efisiensi reproduksi merupakan satuan yang general yang melibatkan

berbagai faktor pendukung dalam pembahasannya, takhanya dari sisi ternak

melainkan lingkungan sekitarpun mempengaruhi, hal tersebutlah yang mendasari

pengumpulan hasil data-data tersebut seperti halnya pendapat Hariadi, dkk. (2011)

bahwa terdapat beeberapa faktor yang mempengaruhi reproduksi ternak,

(43)

30

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

BAB 5

PEMBAHASAN

Penetapan nilai Efisiensi reproduksi dapat digabarkan melalui beberapa

aspek pendukung antara lain CR, S/C, CvR, DO dan CI. Hariadi dkk. (2011)

menyatakan angka efisiensi reproduksi dianggap baik jika CR mencapai

65%-75%, S/C 1,65-2,0 kali, CvR 55%-65%, DO 60-90 hari dan tidak lebih dari 120

hari, dan CI 365-400 hari.

Status Fertilitas merupakan penilaian yang berguna dalam menggambarkan

tingkat fertilitas suatu populasi yang dinyatakan dalam suatu angka (Srigandono,

1995). FS dikatakan baik apabila diperoleh angka 78-92, nilai S/C 1,3-1,6, nilai

CR 62 persen dan rata-rata panjang DO sebesar 80-85 hari (Gurnadi, 1988).

Berdasarkan pengumpulan dan analisa data yang dilakukan pada bulan april

– juni 2015, didapatkan angka efisiensi reproduksi yang digambarkan dari

beberapa aspek komponen yaitu S/C, DO, CI, CR, CvR, dan FS beserta

factor-faktor penyebabnya, sebagai berikut :

5.1Efisiensi Reproduksi

Efisiensi reproduksi sapi perah di KPSP Setia Kawan menunjukkan bahwa

rataan efisiensi reproduksi yang meliputi: S/C, DO, CI, CR, CvR, dan FS

menunjukkan hasil yang cukup baik untuk dikatakan efisienan dalam

reproduksinya. Hal tersebut didukung dengan normalnya data dari analisa

individu yang meliputi S/C = 2,1 ± 1,16 kali , DO = 94,73 ± 33,85 hari dan CI =

(44)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

yakni 48,2 %, meski belum mencapai nilai normal untuk standar kebaikan nilai FS

pada sapi perah. Analisa secara kelompok diwakili oleh CR dan CvR, dalam hal

ini nilai CR yang merujuk pada jumlah sapi yang bunting pada inseminasi

pertama memiliki nilai yang cukup baik yakni 37,5 %, meskipun masih berada

dibawah nilai normal, namun didukung oleh nilai kelahiran (CvR) yakni 55,6%

yang cukup baik dan minimnya kasus reproduksi yang pada penelitian ini menjadi

bahasan adalah abortus yang tercatar dalam laporan koprasi hanya ditemui ± 6

kasus per bulan dan dalam perwakilann sampel hanya ditemui 2 kasus. Nilai kasus

tersebut sangatlah kecil bila dibandingkan dengan jumlah populasi yang ada di

wilayah tersebut. Rata-rata penyebam munculnya kasus tersebut setelah dilakukan

surve dan wawancara terhadap peternak merupakan kesalahan dari menejemen

yang dilakukan, salah satunya adalah pemberian pakan yang mengandung

bahan-bahan yang mampu menyebabkan abortus pada ternak.

5.2Service per Conception (S/C)

Service per Conception adalah jumlah inseminasi yang dilakukan untuk

menghasilkan suatu kebuntingan. Faktor yang mempengaruhi S/C antara lain

adalah pengelolaan reproduksi seperti deteksi birahi dan ketepatan waktu

inseminasi, fertilitas betina, kualitas semen, faktor lingkungan, serta keahlian

inseminator.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rataan S/Cyang ada di wilayah kerja

KPSP Setia Kawan, Nongkujajar, Pasuruan adalah 2,10 ±1,16 kali. Angka normal

(45)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

menunjukkan tingkat kesuburan dari hewan betina. Semakin rendah nilai rataan

yang dicapai maka menunjukkan kesuburan yang baik dari hewan betina di

kelompok tersebut, begitu pula sebaliknya. Menurut analisa terhadap nilai normal

nilai S/C masih berada dibawah nilai normal, sedangkan analisa terhadap

penelitian sebelumnya pada sapi perah Friesian Holstein pada wilayah lain di

sekitar Pasuruan, Jawa Timur menunjukkan nilai S/C sebesar 1,93 kali untuk di

dataran tinggi dan 2,16 kali pada dataran rendah (Anggatsari, W. T., 2015); dan

3,09 kali (Ligaryani, E.,2015). Bila dibandingkan dengan wilayah lain di sekitar

Pasuruan yang nilai S/C yang ada di wilayah kerja KPSP Setia kawan

menunjukkan nilai yang cukup baik, namun dilihat dari kesamaan lokasi yakni

pada dataran tinggi tidak lebih baik dari data penelitian yang yang dilakukan

Anggarsari, W. T., (2015).

Deteksi birahi memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung

keberhasilan inseminasi buatan (IB) yang akan berakibat pada nilai S/C.

Kesalahan deteksi birahi seperti terlambat mendeteksi saat birahi atau terlambat

melaporkan kepada petugas inseminator dapat mengakibatkan waktu pelaksanaan

IB menjadi terlambat. Pelaksanaan IB yang terlambat menyebabkan penurunan

dari keberhasilan IB itu sendiri. Kondisi lingkungan pun haruslah mendukung

seperti sanitasi kandang sehingga ternak mampu terhindar dari faktor penyebab

gangguan reproduksi (Hariadi, dkk. 2011).

Sesuai dengan hasil surve dan pengolahan data didapat hasil 97,9% mampu

melakukan deteksi birahi dan 2,1 % sangat menguasai. Selain itu didukung

(46)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

tahun. Deteksi birahi dirasa memiliki pengaruh kecil dalam nilai S/C, brdasarkan

pangamatan lapangan terdapat koordinasi pendeteksian birahi antara peternak dan

petugas inseminator, dimana setiap inseminator selalu melakukan pengecekan

kembali sebelum dilakukannya inseminasi. Baiknya koordinasi tersebut namun

kurang didukung dengan pelaksanaan waktu inseminasi yang tepat, Hardijanto,

dkk., (2010) menyatakan waktu paling baik untuk melakukan IB dimulai

pertengahan estrus sampai dengan ± 6 jam setelah estrus berakhir. Kurang

terlaksana dengan baik waktu inseminasi dikarenakan sistim pelaporan yang

masih menggunakan kotak surat, dan surat dalam kotak tersebut menjadi laporan

inseminasi pada waktu tersebut dan setiap inseminator diwilayah tersebut

mempunyai kebiasaan waktu kerja masing-masing, sehingga tidak ada kepastian

pada waktu kapan sapi menunjukkan gejala birahi dilaporkan dan diinseminasi

oleh petugas pada jam ke berapa, hanya berpatokan pada koreksi lapangan oleh

inseminator bahwa masih dalam fase estrus atau telah terlewat.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan IB adalah kualitas

sperma beku yang digunakan. Badan Standarisasi Nasional melalui SNI 4869.1 :

2008 menetapkan bahwa semen beku sapi berkualitas adalah semen yang berasal

dari pejantan unggul yaitu pejantan sapi yang sudah diseleksi menurut garis

keturunannya (pedigree), kemampuan produksi dan reproduksinya (progeny) yang

diencerkan dan disimpan di dalam rendaman nitrogen cair pada suhu -1960C pada

kontainer. Semen beku tidak mengandung mikroorganisme penyebab penyakit

menular dan sel-sel spermatozoa memiliki motilitas progresif (maju). Sperma

(47)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

ml dengan jumlah spermatozoa minimal 25 juta sel/straw, selain itu harus

memiliki nilai Post Thawing Motility minimal 40% atau sekitar 10 juta sperma

bermotilitas prograsif dikarenakan kematian sel spermatozoa post thawing sekitar

20-80% dengan rata-rata 50%, sehingga sperma beku yang digunakan harus

sesuai dengan standar terjadinya fertilitas dibutuhkan minimal sekitar 10 juta

sperma motilitas prograsif (Hardijanto, dkk. 2009).

Semen beku yang digunakan menurut pengamatan yang di lakukan

disinyalir tidak berpengaruh pada tingginya S/C dilokasi penelitian karena semen

beku yang digunakan untuk pelayanan inseminasi buatan berasal dari BBIB

Singosari dan BIB Lembang. Semen beku tersebut sudah sesuai dengan SNI

(2008) dan memiliki Post Thawing Motility sebesar ≥ 40%, namun belum

dilakukan pemeriksaan Post Thawing Motility ditingkat koprasi, yang diharapkan

mampu menghindari penyediaan sperma beku yang berkualitas kurang baik,

dikarenakan terdapat beberapa faktor yang mampu menurunkan kualitas sperma

beku. Faktor yang paling berpengaruh terhadap penurunan kualitas tersebut adalah

kurangnya perhatian akan standar penyimpanan sperma ditahap distribusi dari

Balai Pembibitan Sperma Beku hingga mencapai koprasi. Sesuai dengan standar

penyimpanan sperma beku yakni pada suhu -196 0C terrendam di dalam nitrogen

cair (Hardijanto dan Hardjopranjoto, 2010).

Ketermpilan dalamhal teknis pelaksanaan IB pun merupakan hal yang peting

dalam menunjang keberhasilan IB yang nantinya akan mempengaruhi nilai S/C.

Berdasarkan wawancara dengan petugas inseminator diketahui bahwa inseminator

(48)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

Buatan (BBIB atau BIB), serta memiliki pangalaman bekerja lebih dari dua tahun,

sesuai dengan data yang didapat bahwa dari 9 petugas inseminator 66,6% telah

bertugas antara 1-4 tahun serta telah memenuhi syarat lebih dari 2 tahun bertugas,

dan 33,3 % telah bertugas lebih dari 10 tahun, dengan demikian kecil

kemungkinan tingginya S/C akibat kurang terampilnya petugas inseminator.

Budaya pada masyarakat pun sedikit banyak mempengaruhi S/C terdapat

disebagian kecil daerah di kawasan penelitian masih memiliki patokan terhadap

budaya, hal yang paling jelas adalah tertundanya waktu inseminasi dikarenakan

menurut budaya mereka waktu tersebut kurang baik. Namun hal itu tidak

mempengaruhi nilai S/C secara keseluruhan. Sesuatu yang menarik pula pada

budaya pengetahuan peternak di wilayah tersebut yakni peternak akan segera

menjual dan mengganti sapinya yang dirasa inseminasi yang dilakukan tidak

kunjung berhasil, sehingga ditemukannya S/C yang begitu mencolok sangatlah

kecil.

5.3Day Open (DO)

Day Open adalah rentang waktu (dihitung dalam hari) mulai dari induk sapi

beranak sampai sapi tersebut dikawinkan kembali hingga bunting (Atabany, dkk.,

2011). Besarnya nilai DO dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang

paling mendasar adalah kesalahan dalam mendeteksi birahi, selain itu ada kondisi

dimana peternak memang sengaja memperjang DO agar sapi terus menghasilkan

(49)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

Abidin, dkk., (2012) bahwa pengetahuan peternak dalam mendeteksi birahi sangat

diperlukan untuk keberhasilan IB.

Tingginya nilai DO juga dipengaruhi oleh pakan yang diberikan, sebab sapi

perah laktasi membutuhkan protein yang lebih tinggi, guna menunjang produksi

susu, sehingga perlu pakan dengan kandungan nutrisi yang baik untuk memenuhi

kebutuhan pokok ternak dan untuk produksi. Winugroho (2002) menyatakan

bahwa pemberian ransum dengan kualitas yang baik dapat meningkatkan gejala

birahi yang lebih jelas.

Nilai rentang DO untuk sapi perah yang baik adalah 60-90 hari dan tidak

melebihi 120 hari. Nilai DO berbanding lurus dengan nilai S/C tingginya nilai S/C

akan berpengaruh pula pada rentang nilai DO yang dicapai. Dalam analisa yang

dilakukan didapat rentang rataan DO di KPSP Setia Kawan sekitar 94,73 ± 33,85

hari. Nilai ini masih menunjukkan normal, sehingga rentang tercapainya efisiensi

reproduksi yang lumayan baik masih dapat terpenuhi.

Nilai DO yang normal selaras dengan S/C yang dicapai, namun pada

sebagian peternak yang telah berpengalaman terdapat penyengajaan pemanjangan

DO dengan menunda inseminasi pada gejala birahi pertama yang muncul setelah

partus. Mereka meyakini dengan penundaan tersebut akan memperbaik kondisi

birahi pada siklus berikutnya.

Pada sebagian kecil dari peternak masih memiliki nilai DO yang panjang

terutama pada peternak yang masih bersekala kecil. Tercatat 26,7 % peternak

(50)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

yang dipeliha berpengaruh besar terhadap pendapatan ekonomi yang diperoleh

dan konfersi tambahan untuk pernak menjadi minim pula dan hanya dipasok oleh

hijauan, sedangkan menurut penjelasan sebemnya bahwa sapi perah laktasi

membutuhkan protein yang lebih tinggi, guna menunjang produksi susu, sehingga

perlu pakan dengan kandungan nutrisi yang baik untuk memenuhi kebutuhan

pokok ternak dan untuk produksi. Winugroho (2002) menyatakan bahwa

pemberian ransum dengan kualitas yang baik dapat meningkatkan gejala birahi

yang lebih jelas. Hal tersebut namun tidak berpengaruh besar pada rataan DO

yang diperoleh untuk penggambaran evisiensi reproduksi di wilayah kerja KPSP

Setia Kawan, Nongkojajar, Pasuruan.

5.4Calving Interval (CI)

Calving Interval (CI) adalah jangka waktu antara satu kelahiran dengan

kelahiran berikutnya (Hafez 2000). Hasil analisa menunjukan nilai CI pada KPSP

setia kawan mencapai 376,72 ± 33,88 hari, apabila dibandingkan dengan nilai

normal yakni 365 – 400 hari (Hariadi, dkk. 2011), nilai CI masih menunjukkan

nilai yang baik. Efisiensi reproduksi dikatakan baik apabila seekor induk sapi

dapat menghasilkan satu pedet dalam satu tahun dengan syarat jarak antara

melahirkan tidak melebihi 12 bulan atau 365 – 400 hari (Hariadi, dkk. 2011).

Baiknya rataan nilai CI terkait dengan normalnya rataan S/C dan DO yang

dicapai, karena ketiga variable tersebut merupakan keterkaitan yang mempunyak

(51)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

5.5Conception Rate (CR)

Conception Rate (CR) adalah angka persentase ternak yang bunting hasil

inseminasi pertama pada seluruh ternak yang diinseminasi. Nilai CR ditentukan

oleh kesuburan pejantan, kesuburan betina, dan teknik inseminasi (Susilawati,

2005). Nilai CR yang baik menurut Hariadi dkk., (2011) adalah 65% - 75%. Hasil

analisis statistik menunjukan nilai CR sapi di KPSP Setia Kawan adalah 37,5 %.

Nilai tersebut menunjukan bahwa tingkat kebuntingan hasil inseminasi pertama di

KPSP Setia Kawan tergolong rendah dan masih jauh dari optimal jika

dibandingkan dengan nilai normal. Rendahnya CR dapat terjadi karena inseminasi

buatan yang dilakukan kurang dari 60 hari post partus, dikarenakan mayoritas dari

peternak hanya sekedar mengerti deteksi birahi, sehingga dalam pengertian

mereka apabila terjadi birahi maka haris di inseminasi tidak perduli mengenai

kesiapan dari organ reproduksi ternak. Angka konsepsi IB yang dilakukan kurang

dari 60 hari post partus hanya 46%, sehingga nilai konsepsi menjadi rendah.

Nilai CR berbanding terbalik dengan S/C, DO, dan CI, artinya apabila CR

tinggi maka S/C rendah. CR yang tinggi menyebabkan DO dan CI pendek

(Ligaryani E., 2015), namun dalam penelitian ini nilai CR yang dicapai tidak

berbanding terbalik dengan nilai S/C, DO dan CI. Rendahnya nilai CR tidak

ditunjukkan dengan tingginya nilai S/C, DO dan CI, sehingga dalam penetapan

nilai CR, apabila nilai rendah rendah belum tentu mempengaruhi nilai S/C, DO

dan CI, namun apabila nilai CR tinggi secara langsung akan mempengaruhi nilai

(52)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

5.6Calving Rate (CvR)

Calving Rate adalah merupakan persentase anak yang lahir dari hasil satu

kali inseminasi baik pada inseminasi pertama atau kedua, dan seterusnya. Nilai

CvR pada sapi perah yang didapatkan dari penelitian ini sebesar 55.6 %. Nilai

tersebut bukan merupakan nilai mutlak dikarenakan dilihat dari faktor pendukung

terjadinya kegagalan melahirkan yang dalam hal ini difokuskan pada

ditemukannya laporan kasus abortus dilapangan yang hanya menunjukkan 2 kasus

dalam keseluruhan sampel yang di ambil, dan didukung dengan data sekunder

yang terdapat di KPSP Setia kawan mengenai temuan kasus abortus hanya ±6

kasus per bulan pada keseluruhan populasi. Dapat disimpulkan bahwasanya nilai

CvR di KPSP Setia Kawan yakni >55,6 % dan hal tersebut dapat dikatakan baik

untuk mendunkung tercapainya efisiensi reproduksi sesuai dengan pendapat

Hariadi dkk., (2011) efisiensi reproduksi pada sapi perah dianggap baik bila CvR

mencapai 55%-65%.

5.7Fertilitas Status (FS)

Fertilitas Status adalah angka fertilitas induk sapi yang dihitung berdasarkan

Conception Rate (CR), Service per Conception (S/C), dan Days Open (DO). Nilai

normal FS adalah 60. Semakin tinggi angka FS maka semakin tinggi juga efisiensi

reproduksi sapi tersebut. Dilihat dari hasil penelitian ini beberapa komponen FS

yang telah dihitung mendapatkan nilai CR 37,5 %, S/C 2,1 kali, dan DO 94,73

(53)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

Anggatsari, W. T., (2015) tercatat nilai FS 33,5 pada dataran tinggi dan 31,8 pada

dataran rendah, dari data tersebut KPSP Setia Kawan, Nongkojajar memiliki nilai

FS yang lebih baik meskipun masih jauh dari nilai normal suatu status fertilitas

(54)

41

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan Penelitian

Berdasarkan hasil yang telah digabarkan yakni dengan nilai S/C = 2,1 ±1,16

kali, DO = 94,73 ± 33,85 hari, CI = 376,72 ± 33,88 hari, CR = 37,5 %, CvR =

55,6 % dan FS = 48,2 %. (tabel 4.1), dapat di simpulkan bahwa sapi perah di

wilayah kerja KPSP Setia Kawan menunjukkan efisiensi reproduksi yang cukup

baik walaupun belum optimal. Dilihat dari data fektor-faktor penunjang yang ada

pada table 4.2 peluang dalam pengoptimalan peroduksi dalam hal ini reproduksi

masih berpotensi besar dapat dilakukan. Perlunya penyelarasan dan fisi dari

segala sector yang ada diperlukan demi terciptanya optimalisasi dalam hal

produksi di periode berikutnya.

6.2Saran

1. Pentingnya pengetahuan tentang siklus reproduksi dan manajemen

pemberian pakan yang tepat bagi peternak guna menjaga keberhasilan

reproduksi ternak yang baik.

2. Penyuluhan secara berkala oleh pihak koprasi, petugas lapangan, serta

kelompok ternak yang mampu menggugak peternak mengenai menejemen

sapi perah sehingga mampu mengikis kebudayaan beternak yang kurang

baik.

3. Peternak maupun pihak koprasi harus memiliki data rekording siklus

(55)

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

secara berkala bisa memberikan informasi sistem reproduksi guna

meningkatkan efisiensi reproduksi setiap ternak pada periode berikutnya.

4. Pihak koprasi, petugas inseminator, dan kelompok ternak diharapkan

mampu memberikan penyuluhan secara berkala mengenai menejemen

kandang, serta menejemen mengenai penanganan sapi perah sebelum dan

setelah partus.

5. Penyuluhan secara berkala dalam hal menejemen pakan serta menejemen

produksi susu harus terus dilaksanakan mulai dari pihak kelompok ternak,

koprasi sarta petugas lapangan yang terkait guna menciptakan

peningkatan kemempuan beternak.

6. Pentingnya pengecekan kualitas sperma beku oleh pihak koperasi, guna

menghindari penyediaan sperma beku yang berkualitas kurang baik

sehingga akan berakibat pada penurunan angka reproduksi.

7. Adanya sistim pelaporan yang lebih baik seperti SMS Gateway sehingga

faktor ketepatan waktu inseminasi yang diinginkan mampu mendukung

(56)

43

SKRIPSI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI MUHAMMAD FERLI F N

RINGKASAN

MUHAMMAD FERLI FIRDIAN NUGRAHA. Efisiensi Reproduksi Sapi

Perah Akseptor IB di Wilayah Kerja KPSP Setia Kawan Nongkojajar, Pasuruan.

Penelitian ini dilaksanakan di bawah bimbingan Bapak Prof. Dr. Ismudiono, drh.,

M.Si. selaku dosen pembimbing utama, Ibu Dr. Endang Suprihati, drh., MS. dosen

pembimbing serta.

Susu merupakan salah satu komoditas pemenuhan gizi yang banyak diminati

masyarakat. Tingginya minat tersebut berbanding terbalik dengan tingkat produksi

susu yang mampu dilakukan petani. Rendahnya produksi tersebut terkait dengan

kualitas nutrisi pakan yang diberikan pada sapi perah. Faktor selain pakan yang

berpengaruh pada produksi adalah faktor genetik dari sapi perah itu sendiri.

Perbaikan genetik merupakan hal yang penting untuk memperoleh sifat unggul

sehingga mampu meningkatkan produksi. Upaya untuk memperoleh sifat unggul

sehingga peningkatan produksi mampu tercapai salah satunya adalah dengan

Inseminasi Buatan (IB). jumlah populasi sapi pun merupakan hal yang sentral

pengaruhnya dalam produksi yang dihasilkan, terjadinya penurunan populasi itulah

yang mendasari penelitian ini untuk menggambarkan efisiensi sapi parah di wilayah

Gambar

Gambar
Tabel
Tabel Rekapitulasi Kuisioner Penelitian
Gambar 2.1 : Peta Pasuruan
+5

Referensi

Dokumen terkait

jari-jari yang semakin besar. Dalam satu golongan dari atas ke bawah energi ionisasi semakin besar seiring dengan jari-jarinya yang semakin kecil. b) Energi ionisasi

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terim kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:.. Rektor

Demokrasi yang diterapkan Negara kita pada era reformsi ini adalah demokresi Pancasila, tentu saja dengan karakteristik tang berbeda dengan orde baru dan sedikit mirip

mengenai permasalahan yang diteliti yakni, Badan Permusyawaratan Desa, Kepala Desa Mattirowalie, Perangkat Desa dan Tokoh Masyarakat Desa Mattirowalie. Data yang

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota

Pada pelayanan pembuatan paspor yang dihadapi oleh Kantor Imigrasi Kelas I Semarang dalam melayani masyarakat kendala yang sering terjadi yaitu sistem untuk pengaplikasian

Deposisi dilakukan untuk beberapa parameter proses yang meliputi: waktu deposisi, tekanan gas dan suhu substrat dengan tujuan dapat diperoleh beberapa lapisan tipis a-Si:H:B

Buku Teks Bahan Ajar Siwa SMK Mata Pelajaran Agribisnis Tanaman Buah Semusim Semester 3 Kelas XI memuat tentang Agribisnis Tanaman Buah Semusim yang berisikan uraian