• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH ROTASI KERJA, MOTIVASI KERJA DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Syarat Guna Memeperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS PENGARUH ROTASI KERJA, MOTIVASI KERJA DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Syarat Guna Memeperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Syarat Guna Memeperoleh

Gelar

Sarjana Ekonomi (S.E.)

DISUSUN OLEH

SITI SOLIKHAH

NIM : 21312074

JURUSAN S1 PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)

i

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Syarat Guna Memeperoleh

Gelar

Sarjana Ekonomi (S.E.)

DISUSUN OLEH

SITI SOLIKHAH

NIM : 21312074

JURUSAN S1 PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Barang siapa yang taat kepada Allah dan Rosul-Nya dan bertaqwa kepada-Nya,

Maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan. (QS. An-Nuur

ayat 52)

Jadilah orang yang jujur maka akan mendapatkan 3 hal yaitu kepercayaaan, rasa cinta dan rasa hormat (Syaidina Bin Abi Thalib).

PERSEMBAHAN

Terima kasih kepada kedua orang tuaku Ibu Mar‟ah dan Bapak Muhtar tercinta dan adikku tersayang Wulan yang selalu memotivasi dan menyemangati dalam pembuatan skripsi ini, serta penopang lewat do‟a dan kasih sayang.

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, atas limpahan rahmat yang tak ternilai serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul: ANALISIS PENGARUH ROTASI KERJA, MOTIVASI KERJA DAN

KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi program Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari tanpa adanya doa,

dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini tidak akan dapat terwujud. Oleh karena itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Dr. Anton Bawono, S.E.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis Islam IAIN Salatiga.

3. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si. selaku Ketua Jurusan S1 Perbankan Syari‟ah Fakultas Ekonomi Bisnis Islam IAIN Salatiga.

4. Bapak Taufikur Rahman, SE, M.Si selaku pembimbing, yang telah banyak

meluangkan waktu, memberikan dorongan, bimbingan dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu General Manager, Manager Cabang, staf dan seluruh karyawan Kantor Kas BMT Taruan Sejahtera atas kesempatan dan bantuan yang

(8)

telah diberikan kepada penulis untuk mengadakan penelitian guna mendapatkan data sebagai bahan penulisan skripsi ini.

6. Kedua orang tercinta yang telah membimbing dan memotivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas kasih sayang,

doa, nasehat, kesabaran dan semangat yang luar biasa.

7. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2012 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam jurusan S1 Perbankan Syariah.

8. Terima kasih buat desy, afi, novi, vina, nisa dan semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan telah menjadi bagian dari hidupku, sukses selalu

buat kita semua.

9. Dan semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk semangat yang selalu kalian

berikan, dan semoga kita semua sukses.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kata

sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran penulisan skripsi ini. Dan Akhirnya tiada untaian kata yang pantas dan berharga kecuali ucapan Alhamdulillahirobbil „alamin atas rahmat dan

karunia serta ridho Allah SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Jazaa kumullah khairan katsiraan. Wassalamualaikum Wr.Wb

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah... B. Rumusan Masalah... BAB II LANDASAN TEORI

A. Telaah Pustaka...

B. Kerangka Teori... 1. Rotasi Kerja...

a. Pengertian Rotasi Kerja... 11

19 19

19

(10)

b. Manfaat Rotasi Kerja... c. Tahapan Rotasi Kerja...

d. Indikator Rotasi Kerja... 2. Motivasi Kerja...

a. Pengertian Motivasi Kerja... b. Teori Motivasi Kerja... c. Prinsip-Prinsip Dalam Motivasi Kerja Pegawai...

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi... e. Teknik Motivasi Kerja...

3. Kepuasan Kerja... a. Pengertian Kepuasan Kerja... b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja.

c. Teori Kepuasan Kerja... d. Indikator Kepuasan Kerja...

e. Pedoman Meningkatkan Kepuasan Kerja... 4. Kinerja Karyawan... a. Pengertian Kinerja Karyawan...

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja... c. Indikator Kinerja...

d. Penilaian Kinerja Karyawan... e. Tujuan Penilaian Kinerja... 5. Hubungan Antar Variabel...

(11)

Karyawan... b. Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja

Karyawan... c. Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja

Karyawan...

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian...

B. Lokasi dan waktu penelitian... C. Populasi dan sampel...

1. Populasi...

2. Sampel... D. Teknik pengumpulan data...

1. Kuesioner (angket)... 2. Wawancara... 3. Studi Kepustakaan...

E. Skala pengukuran... F. Definisi konsep dan operasional...

(12)

3. Uji Asumsi Klasik... a. Analisis Regresi Berganda...

b. Uji ttes (uji secara individu)...

c. Uji Ftest (Uji Secara Serempak)...

d. Uji R2 (Koefisien Determinasi)... I. Alat analisis... BAB IV ANALISIS DATA

A. Identitas Responden... 1. Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...

2. Profil Responden Berdasarkan Usia... 3. Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir... 4. Profil Responden Berdasarkan Lama Bekerja...

5. Profil Responden Berdasarkan Penghasilan... B. Analisis Data...

1. Uji Validitas... 2. Uji Reliabilitas... 3. Uji Asumsi Klasik...

(13)

b. Uji Heteroscedasticity... c. Uji Normalitas...

d. Uji Linearitas... 4. Uji Statistik...

a. Analisis Regresi Berganda... b. Uji ttes (uji secara individu atau parsial)...

c. Uji Ftest (Uji Secara Serempak)...

d. Uji R2 (Koefisien Determinasi)... 84 85

87 89

89 90 95

95

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 97 B. Saran... 98 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Hierarki Kebutuhan Maslow...

Gambar 2.2. Model Penelitian ... Gambar 4.1 Grafik Normal Plot...

Gambar 4.2. Grafik Hasil Uji Normalitas Histogram ... 28

57 86

87

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Research Gap...

Tabel 3.1. Alamat kantor BMT Taruna Sejahtera... Tabel 3.2. Jumlah Karyawan BMT Taruna Sejahtera...

Tabel 3.3. Definis Konsep dan Operasional... Tabel 4.1. Jenis Kelamin Responden...

Tabel 4.2. Usia Responden... Tabel 4.3. Pendidikan Terakhir... Tabel 4.4. Lama bekerja...

Tabel 4.5. Penghasilan... Tabel 4.6. Hasil Uji Validitas...

Tabel 4.7.Hasil Uji Reliabilitas... Tabel 4.8. Hasil R2 (koefisien determinasi majemuk) regresi utama... Tabel 4.9. Perbandingan r2 dan R2...

Tabel 4.10. Hasil Uji Heteroscedasticity... Tabel 4.11. Hasil Uji Linearitas...

(16)

ABSTRAK

Solikhah, Siti. 2016. Analisis Pengaruh Rotasi Kerja, Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan di Lembaga Keuangan Mikro Syariah. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Jurusan Perbankan Syariah S1, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Taufikur Rahman, SE., M.Si.

Sumber Daya Manusia merupakan aset penting bagi suatu perusahaan, oleh karena itu SDM harus dikelola secara baik supaya memberikan kontribusi bagi perusahaan secara optimal. SDM yang dikelola dengan baik maka akan meningkatkan kinerja karyawan tersebut, yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Tujuan dalam penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh rotasi kerja (X1), motivasi kerja (X2) dan kepuasan kerja (X3) terhadap kinerja karyawan (Y).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan BMT Taruna Sejahtera dengan jumlah 172 karyawan. Sampel yang digunakan sebagai objek dalam penelitian ini sejumlah 120 karyawan. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik probability sampling, yaitu teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi seluruh anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Metode pengumpulan data dilakukan dengan angket/kuesioner. Teknik analisis yang digunakan adalah uji statistik melalui uji ttest, Ftest, koefisien determinasi (R2), dan uji regresi berganda.

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan alat bantu IBM SPSS Statistics 23.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh persamaan regresi linear berganda Y = -12,335 + 0.364X1 + 0.296X2 + 0.235X3 + 0.05. Hasil uji ttest menunjukkan

bahwa variabel rotasi kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, variabel motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan dan variabel kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Hasil uji Ftest menunjukkan bahwa rotasi

kerja, motivasi kerja dan kepuasan kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Sedangkan hasil koefisien determinasi (R2) sebesar 0,883 ini berarti kontribusi variabel independen (rotasi kerja, motivasi kerja dan kepuasan kerja) mempengaruhi variabel dependen (kinerja karyawan) sebesar 88,3% sedangkan sisanya sebesar 11,7% dipengaruhi variabel lain di luar model penelitian.

Kata Kunci: Rotasi Kerja, Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja, Kinerja Karyawan

(17)

1

Perbankan syariah sering dikenal dengan Islamic Banking. Islamic Banking adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syari’at Islam yang ada dalam ajaran Islam. Perbankan syariah mempunyai fungsi sebagai badan hukum yang menghimpun dana dari masyarakat dan

menyalurkannya kepada masyarakat.

Menurut Mulyani (2007: 1) “Perbankan Syariah merupakan lembaga

keuangan yang menginginkan agar tersedia jasa transaksi keuangan yang berkaitan dengan pelarangan praktik riba, kegiatan yang bersifat spekulatif, ketidakpasatian (gharar) dan kegiatan lain yang bertentangan dengan syari’at Islam”.

Perkembangan perbankan di Indonesia di awali dengan berdirinya

Bank Muamalat Indonesia (BMI). Dengan tumbuh dan berkembangnya perbankan syariah diikuti juga dengan perkembangan lembaga keuangan mikro syariah seperti Baitul Mal Wat Tamwil (BMT). BMT merupakan lembaga keuangan non bank yang mempunyai fungsi sebagai perantara investor dengan debitur sesuai dengan syari’at Islam. Menurut Mu‟allim (2003: 18) “BMT berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan

(18)

Permasalahan-permasalahan yang terjadi saat ini pada lembaga keuangan syariah khususnya lembaga keuangan mikro syariah misalnya BMT

tidak hanya dalam kegiatan operasionalnya yang berkaitan dengan produk-produk yang ditawarkan, kualitas layanan ataupun tingkat kesehatan, akan

tetapi permasalahan Sumber Daya Manusia (SDM) juga merupakan permasalahan bagi lembaga keuangan syariah tersebut.

SDM merupakan aset penting bagi suatu perusahaan, oleh karena itu

SDM harus dikelola secara baik supaya memberikan kontribusi bagi perusahaan secara optimal. SDM yang dikelola dengan baik maka akan

meningkatkan kinerja karyawan tersebut, yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan.

Menurut Mangkunegara (2008: 1) “Sumber Daya Manusia di

perusahaan perlu dikelola secara baik dan profesional agar terwujud keseimbangan antara kebutuhan pegawai dengan tuntutan dan kemampuan organisasi perusahaan”. Perusahaan dituntut untuk mengelola Sumber Daya

Manusia yang dimiliki dengan baik demi kemajuan suatu perusahaan. Keberhasilan kinerja suatu perusahaan salah satunya ditentukan oleh hasil

kinerja karyawan yang baik, dan kinerja karyawan yang baik tercipta dengan melakukan pengelolaan Sumber Daya Manusia yang baik dan profesional.

Rivai dan Sagala (2009: 604) mengemukakan bahwa “kinerja merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki”. Kinerja

(19)

mempengaruhi kinerja karyawan adalah rotasi kerja. Kaymaz (2010) mengungkapkan bahwa rotasi kerja dapat meningkatkan produktifitas kerja

karena akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan tersebut. Rotasi kerja menurut Robbins dan Judge (2008: 272) adalah pergantian periodik seorang

karyawan dari satu tugas ke tugas lain. Ketika satu aktifitas tidak lagi menantang, karyawan tersebut dipindah ke pekerjaan lain, biasanya pada tingkat yang sama, yang mempunyai persyaratan-persyaratan keterampilan

yang sama.

Rotasi kerja diharapkan mampu mengurangi kemonotonan, dan dapat

mengurangi kejenuhan pegawai. Selain itu juga rotasi kerja diharapkan mampu meningkatkan kemampuan dan keterampilan pegawai. Rotasi kerja juga bisa membantu karyawan memahami dengan baik tentang pekerjaannya

yang memberikan kontribusi terhadap perusahaan.

Robbins dan Judge (2008: 272) mengemukakan bahwa “rotasi kerja

secara tidak langsung memberikan manfaat bagi organisasi karyawan yang mempunyai keterampilan memberi manajemen lebih, fleksibilitas dalam merencanakan pekerjaan, menyesuaikan diri terhadap perubahan dan mengisi

lowongan-lowongan. Sehingga dengan adanya rotasi kerja, maka akan mampu meningkatkan kinerja dari karyawan.

Penelitian-penelitian yang meneliti tentang pengaruh variabel rotasi kerja terhadap kinerja karyawan telah dilakukan oleh peneliti terdahulu diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Nurlatifah (2009), Putri

(20)

pengaruh rotasi kerja terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa rotasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja karyawan. Artinya ketika rotasi kerja meningkat maka kinerja karyawan juga akan mengalami peningkatan. Penelitian yang dilakukan oleh

Anggraini (2013) menunjukkan hasil yang berbeda. Hasil penelitian tersebut menunjukkan hasil yang negatif terhadap kinerja karyawan. Artinya ketika rotasi kerja meningkat, maka kinerja karyawan mengalami penurunan.

Persaingan bisnis dalam perusahaan yang semakin ketat membuat perusahaan harus meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang akan

mempengaruhi kelangsungan hidup karyawan. Salah satu faktor untuk mencapai kinerja karyawan yang baik selain rotasi kerja yaitu dengan memperhatikan kepuasan kerja seorang karyawan.

Menurut Rivai dan Sagala (2009: 856) kepuasan kerja pada dasarnya sesuatu yang bersifat individual. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan

yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan dirasakan sesuai dengan keinginan individu, maka makin tinggi kepuasannya terhadap kegiatan tersebut.

Menurut Wahab (2012: 17) kepuasan kerja juga mempunyai arti penting untuk aktualisasi diri karyawan. Karyawan yang tidak mendapatkan

kepuasan kerja tidak akan mencapai kematangan psikologis. Karyawan yang mendapatkan kepuasan kerja yang baik biasanya mempunyai catatan kehadiran, perputaran kerja dan prestasi kerja yang baik dibandingkan dengan

(21)

arti yang sangat penting untuk memberikan situasi yang kondusif dilingkungan perusahaan. Seseorang yang merasakan kepuasan diri dengan

hasil kerjanya maka karyawan itu akan puas dengan hasil kerjanya walaupun hanya sedikit. Dengan meningkatnya kepuasan kerja, maka karyawan akan

merasa lebih nyaman di perusahaan tersebut dan karyawan akan bekerja lebih baik dan dapat memperbaiki dirinya.

Menurut Armstrong (1985: 105) kepuasan kerja adalah ukuran proses

pembangunan iklim manusia yang berkelanjutan dalam suatu organisasi. Kepuasan kerja yang tinggi dapat dikaitkan dengan hasil positif yang mereka

harapkan. Kepuasan kerja yang tinggi merupakan tanda organisasi yang dikelola dengan baik dan pada dasarnya merupakan hasil manajemen perilaku yang efektif. Dengan kata lain berati kepuasan kerja berpengaruh positif

dengan kinerja karyawan.

Penelitian yang meneliti tentang pengaruh kepuasan kerja terhadap

kinerja karyawan juga telah dilakukan yaitu penelitian oleh Syahbandar (2011) dan Wahab (2012). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

Artinya ketika kepuasan kerja meningkat maka kinerja karyawan juga akan mengalami peningkatan. Hubungan variabel kepuasan dalam mempengaruhi

kinerja karyawan itu saling terkait. Kepuasan kerja dapat menciptakan sikap atau perilaku yang mempengaruhi perusahaan sehingga kinerja karyawan meningkat. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Gumilar (2010)

(22)

negatif terhadap kinerja karyawan. Artinya ketika kepuasan kerja meningkat, maka kinerja karyawan mengalami penurunan.

Selain kepuasan kerja, perusahaan juga harus memperhatikan, menjaga dan mengelola motivasi pegawai. Seperti yang dikemukakan oleh Armstrong (1988: 66) “motivasi adalah memastikan bahwa orang bergerak ke arah yang diinginkan”. Memberikan motivasi pada karyawan dapat

memberikan dukungan kepada karyawan agar karyawan tetap bekerja lebih

baik dan dapat meningkatkan kinerja karyawan, sehingga dapat dikatakan variabel motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.

Menurut Mangkunegara (2004: 68) motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang karyawan dalam menghadapi situasi. Motivasi merupakan kondisi dimana dapat menggerakkan diri karyawan yang terarah untuk

mencapai tujuan perusahaan. Motivasi yang timbul dari seorang karyawan diharapkan mampu meningkatkan kinerja karyawan.

Armstrong (1988: 65) mengemukakan bahwa “memotivasi sumber

daya manusia dapat mendorong prestasi kerja yang tinggi dan dapat mendorong karyawan untuk berusaha sebaik-baiknya kepentingan perusahaan dan kepentingan karyawan itu sendiri”. Hal ini karyawan dapat bekerja secara

lebih giat dan lebih baik sehingga dapat meningkatkan prestasi kerjanya

sehingga dapat meningkatkan kinerjanya.

Penelitian yang meneliti tentang pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan telah dilakukan oleh Rahmawati (2010) dan Nitasari (2012).

(23)

dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Artinya ketika motivasi kerja meningkat maka kinerja karyawan juga akan mengalami peningkatan

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Murti dan Veronika (2013) menunjukkan hasil yang berbeda yakni motivasi berpengaruh negatif

terhadap kinerja karyawan. Artinya ketika motivasi kerja meningkat, maka kinerja karyawan mengalami penurunan. Hal ini yang menjadi salah satu alasan yang melatar belakangi penelitian ini.

Berdasarkan uraian dan konsep diatas serta hasil penelitian sebelumnya yang berbeda-beda atau tidak konsisten, maka penulis tertarik

melakukan penelitian kembali tentang pengaruh rotasi kerja, motivasi kerja dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan. Judul yang di ambil dalam penelitian ini adalah “Analisis Pengaruh Rotasi Kerja, Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan di Lembaga Keuangan Mikro Syariah.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka masalah dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah rotasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan?

(24)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menguji dan menganalisis adakah pengaruh rotasi kerja terhadap

kinerja karyawan di Lembaga Keuangan Mikro Syariah;

2. Untuk menguji dan menganalisis adakah pengaruh motivasi kerja terhadap

kinerja karyawan di Lembaga Keuangan Mikro Syariah;

3. Untuk menguji dan menganalisis adakah pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan di Lembaga Keuangan Mikro Syariah;

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Lembaga Keuangan Mikro Syariah, hasil penelitian ini diharapkan menambah masukan bagi perusahaaan yang terkait dengan bidang SDM khususnya masalah pengaruh rotasi kerja, motivasi kerja dan kepuasan

kerja terhadap kinerja karyawan, hal tersebut sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan;

2. Bagi karyawan, melalui penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi yang berharga bagi penyempurnaan pelaksanaan rotasi kerja, motivasi kerja dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan, yang pada akhirnya

dapat menguntungkan karyawan;

3. Bagi mahasiswa, menerapkan teori yang diperoleh dalam pembuatan karya

ilmiah yang berupa skripsi;

(25)

E. Sistematika Penelitian

Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang isi dan materi yang dibahas

dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan sistematika penulisan yang mengacu pada pedoman penulisan skripsi Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Salatiga. BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini dibahas tentang pertama latar belakang masalah

yang berisi alasan penelitian ini perlu diteliti berupa data atau fenomena empiris dari obyek yang akan diteliti, research gap,

adanya kesenjangan penelitian yang perlu diteliti dan alasan yang kuat bagi peneliti untuk meneliti masalah yang diajukan. Kedua rumusan masalah terdiri dari pernyataan masalah penelitian dan

rumusan masalah penelitian. Ketiga tujuan penelitian, keempat kegunaan penelitian dan kelima sistematika penulisan;

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini akan membahas tentang pertama telaah pustaka berisi ringkasan penelitian terdahulu, memberikan gambaran posisi

penelitian terhadap penelitian yang lain. Kedua karangka teori, bangunan teori dan konsep yg akan digunakan untuk menganalisis.

Konsep-konsep yang terkait dan penting untuk dikaji sebagai landasan dalam menulis bab analisis dan mengambil kesimpulan. Ketiga kerangka Penelitian, berisi telaah kritis untuk menghasilkan

(26)

bentuk gambar dan atau persamaan. Dan terakhir hipotesis, sub bab ini berisi hipotesis yang diajukan;

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan memberikan informasi jenis penelitian, lokasi

dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, skala pengukuran, variabel penelitian, definisi konsep dan operasional, instrumen penelitian, uji instrumen penelitian dan alat

analisis yang digunakan dalam penelitian ini;

BAB IV ANALISIS DATA

Pada bab ini akan membahas tentang deskripsi obyek penelitian yang berkaitan dengan penelitian, serta menguraikan hasil uji analisis data dari data yang telah diperoleh, berupa uji asumsi

klasik yang meliputi uji multicollinearity, uji heteroscendasticity, uji normalitas, dan uji linearitas. Juga dibahas uji statistik berupa

uji regresi berganda, uji ttest, uji Ftest dan uji koefisien determinasi

yang menggambarkan pengaruh variabel yang digunakan;

BAB V PENUTUP

Merupakan bab yang memuat kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan untuk penelitian

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI A.Telaah Pustaka

Penelitian-penelitian yang meneliti tentang pengaruh variabel rotasi,

motivasi dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan telah dilakukan oleh peneliti terdahulu diantaranya adalah Andriani (2013) yang berjudul Persepsi Kesesuaian Kompensasi dan Rotasi Pekerjaan terhadap Kinerja Karyawan

PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi IX Jember”. Dengan menggunakan uji regresi linier berganda menyimpulkan bahwa persepsi

kesesuaian kompensasi terhadap kinerja karyawan berpengaruh signifikan, persepsi kesesuaian kompensasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan dan persepsi rotasi pekerjaan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.

Jika sistem rotasi pekerjaan semakin baik maka kinerja karyawan juga akan semakin baik, sebaliknya jika sistem rotasi pekerjaan yang kurang baik justru

akan mampu menurunkan kinerja karyawan.

Penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2013) yang berjudul

“Pengaruh Praktek Knowledge Management Terhadap Kinerja Organisasi”

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya dukungan pemimpin, ketersediaan infrastruktur TIK, dan ketersediaan teknologi berbagi pengetahuan secara

signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi. Selanjutnya, pelatihan dan kesempatan belajar karyawan, proses berbagi pengetahuan, insentif, keterampilan dan pengetahuan teknologi, serta program mutasi atau

(28)

Penelitian tentang motivasi kerja yang dilakukan oleh Rahmatika (2014) “Pengaruh Kemampuan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi di Bank BNI Syariah Cabang Bogor)”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kemampuan berpengaruh langsung terhadap kinerja

karyawan sebesar 28.1%, sedangkan pengaruh tidak langsungnya sebesar 21.6% dan untuk motivasi kerja berpengaruh langsung terhadap kinerja karyawan sebesar 22%, sedangkan pengaruh tidak langsungnya sebesar 21.6%.

Kinerja karyawan paling dominan dipengaruhi oleh variabel kemampuan yaitu sebesar 49.7%. Dan pengaruh kemampuan dan motivasi kerja secara

bersama-sama terhadap kinerja karyawan yaitu sebesar 93.3% hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan dan motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja.

Penelitian oleh Siagian (2015) “Pengaruh Pelatihan, Kepuasan Kompensasi, Motivasi Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan” Hasil

pengujian secara uji kelayakan model mengindikasikan adanya pengaruh secara signifikan antara variabel pelatihan, kepuasan kompensasi, motivasi dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan, pada uji koefisien determinasi

(Rsquare) yang menunjukkan sumbangan atau kontribusi yang cukup besar. Sedangkan pengujian secara parsial menunjukkan bahwa variabel pelatihan,

kepuasan kompensasi, motivasi dan disiplin kerja juga menunjukkan pengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan, dengan variabel yang mempunyai pengaruh dominan adalah variabel motivasi karena mempunyai koefisien

(29)

kepuasan kompensasi dan disiplin kerja. hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh secara signifikan antara variabel pelatihan, kepuasan

kompensasi, motivasi dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan.

Apriyanto (2015) "Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan”. Dari hasil penelitian maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) Hasil penelitian dengan menggunakan Uji kelayakan Model menunjukkan bahwa variable gaya

kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan. (2) Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan gaya

kepemimpinan transformasional dengan indikator orientasi tugas, orientasi hubungan, dan kekuasaan jabatan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kinerja karyawan, hasil penelitian menunjukkan bahwa

semakin tepat gaya kepemimpinan yang ditunjukkan oleh pimpinan/atasan, kinerja karyawan juga akan meningkat. (3) Hasil pengujian hipotesis kedua

menunjukkan motivasi kerja dengan indikator ekspektasi, instrumentalis, dan valensi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kinerja karyawan, hasil penelitian menunjukkan motivasi kerja yang cukup akan

menjadikan seseorang karyawan lebih semangat bekerja yang akhirnya akan menciptakan kinerja pegawai yang semakin meningkat hasil penelitian

menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

(30)

Kerja Sebagai variabel Moderating”. Hasil ini mempunyai arti bahwa variabel

motivasi kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan,

variabel kepemimpinan islami berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja karyawan dan variabel kepuasan kerja tidak berpengaruh signifikan positif

terhadap kinerja karyawan.

Penelitian yang meneliti tentang kepuasan dilakukan oleh Wahab (2012) “Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt. Bank Mandiri (Persero) Tbk Makassar”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa secara bersama-sama Kepuasan kerja dan Motivasi Kerja

berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Makassar. Variabel Kepuasan Kerja dan Motivasi Kerja koefisien regresi bertanda positif (+) menandakan hubungan yang searah,

dengan kata lain Kepuasan Kerja dan Motivasi Kerja akan meningkatkan kinerja karyawan pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Makassar. Korelasi

atau hubungan antara Kepuasan Kerja dan Motivasi Kerja dengan Kinerja Karyawan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Makassar adalah sangat kuat sekali sebesar (r = 0,923) dan koefisien determinasi atau angka R square adalah

sebesar 0,853.

Penelitian yang dilakukan Sinta (2015) “Hubungan Kepuasan Kerja

Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Pada Dosen Universitas Widyatama”. Hasil pengujian secara keseluruhan menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang positif dan signifikan antara kepuasan dan komitmen organisasi

(31)

0,734 dan signifikan dibawah 0,05 yaitu 0,000 dengan kinerja, sedangkan komitmen organisasi berhubungan sebesar 0,695 dan signifikan dibawah 0,05

yaitu 0,000.

Gumilar (2010) “Pengaruh Faktor-faktor Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan PT.X”. Kinerja karyawan dipengaruhi banyak faktor, salah

satunya kepuasan kerja, faktor-faktor kepuasan kerja tersebut adalah gaji, promosi, supervisi, tunjangan-tunjangan, penghargaan, peraturan dan prosedur,

rekan kerja, pekerjaan itu sendiri dan komunikasi. Hasil penelitian menyatakan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara komunikasi, rekan kerja,

promosi, pekerjaan itu sendiri, supervisi, tunjangan-tunjangan, penghargaan dan gaji secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan PT.X.

Tabel 2.1 Research Gap

No Peneliti/Judul/

Tahun Variabel Metode Hasil

(32)
(33)
(34)
(35)

/2015 kerja dan kinerja

Pada penelitian ini, penulis lebih berfokus untuk mengetahui apakah rotasi kerja, motivasi kerja dan kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan

di Lembaga Keuangan Mikro Syariah.

B.Kerangka Teori 1. Rotasi kerja

a. Pengertian Rotasi Kerja

Menurut Robbins dan Judge (2008: 272) Rotasi kerja adalah pergantian periodik seorang karyawan dari satu tugas ke tugas lain.

Ketika satu aktifitas tidak lagi menantang, karyawan tersebut dipindah ke pekerjaan lain, biasanya pada tingkat yang sama, yang mempunyai

(36)

lebih banyak dalam merencanakan pekerjaan, menyesuaikan diri terhadap perubahan dan mengisi lowongan-lowongan.

Menurut Nanda, et, al (2014: 48) rotasi kerja adalah perpindahan pegawai dari satu bidang ke bidang lain dengan tingkatan

dan tanggung jawab yang sama tanpa ada perubahan gaji. Rotasi kerja adalah hal yang biasa dilakukan oleh perusahaan atau instansi bagi para karyawan. Rotasi dilakukan bagi karyawan yang sudah lama bekerja.

Menurut Santoso dan Riyardi (2012: 27) rotasi kerja merupakan sarana pembelajaran, penyegaran, sekaligus dapat menghilangkan kebosanan

dari pekerjaan yang selama ini mereka lakukan.

Menurut Arrizal (2011: 11) rotasi jabatan ialah metode on-the job training dengan memindah-mindahkan pegawai dari suatu jabatan

kepada jabatan lain (move the trainee from job to job). Dengan kalimat lain rotasi jabatan ialah metode on-the-job training untuk meningkatkan

(upgrading) dan memperbaiki (improving) kompetensi (competency) pegawai dengan mengerjakan tugas dan kewajiban jabatan (job description) secara aktual di dalam tempat kerja di berbagai jabatan

(variety of jobs) dengan memindah mindahkan pegawai dari suatu jabatan kepada jabatan lain (move the trainee from job to job).

Menurut Robbins dalam Santoso dan Riyardi (2012: 27) menjelaskan bahwa kekuatan dari rotasi pekerjaan adalah mampu mengurangi kebosanan dan meningkatkan motivasi melalui

(37)

kemonotonan yang dilaksanakan terus menerus dapat mengakibatkan kebosanan dan penurunan hasil kerja dari pegawai. Rotasi kerja adalah

penugasan karyawan atau manajer dalam rangka mencari pengalaman dan keahlian dengan cara memindah-memindahkan untuk perencanaan

pengembangan manajemen (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Rotasi kerja menurut Kaymaz (2010) merupakan desain pekerjaan dengan pendekatan secara luas yang digunakan oleh banyak

perusahaan diberbagai tingkatan hirarkis. Selain itu rotasi pekerjaan juga digunakan jika kegiatan tertentu tidak lagi menantang, karyawan

tersebut dipindahkan kepekerjaan lain pada tingkat yang sama dan mempunyai persyaratan keterampilan yang serupa.

Menurut Kaymaz (2010) dalam penelitiannya mengungkapkan

bahwa model yang berkaitan dengan desain pekerjaan dapat diklasifikasikan sebagai rotasi pekerjaan, perluasan kerja dan

sebagainya. Rotasi pekerjaan diperkirakan dapat memberikan kepuasan kerja dan meningkatkan produktifitas kerja yang tertinggi ketika penambahan dan pengkayaan pekerjaan secara bersama-sama dapat

diterapkan untuk mendesain suatu sistem kerja yang sesuai. Karena sebagian besar menganggap rotasi pekerjaan mampu diterima sebagai

(38)

Menurut Maths dalam Nurlatifah (2009: 3) rotasi kerja merupakan proses pemindahan seorang tenaga kerja dimana dalam

organisasi rotasi kerja terencana yang mempunyai data dan jadwal yang terencana, yang secara tepat terencanakan setiap program bagi

masing-masing karyawan. Menurut Mansur dalam Indrayati (2014: 36) rotasi pekerjaan bukan tanpa cacat, karena biaya pelatihan akan meningkat, produktivitas akan menurun karena memindahkan karyawan pada posisi

baru, adanya penyesuain diri lagi karena adanya karyawan baru dalam sebuah kelompok.

Jadi dapat disimpulkan rotasi kerja dalah proses pemindahan karyawan pada posisi yang baru dari satu tugas ke tugas lain untuk mengurangi kemonotonan suatu rutinitas yang dilakukan karyawan

dimana dalam organisasi tersebut mempunyai data dan jadwal yang terencana.

b. Manfaat rotasi kerja

Manfaat rotasi kerja menurut Robbins dan Judge (2008: 272): 1) mampu mengurangi rasa bosan;

2) meningkatkan motivasi melalui pembuatan variasi untuk aktivitas-aktivitas karyawan;

3) membantu karyawan memahami dengan baik bagaimana pekerjaan mereka memberikan kontribusi terhadap organisasi.

Menurut Robbins dalam Andriani (2013: 17) menjelaskan

(39)

kebosanan/kejenuhan kerja karyawan serta mampu meningkatkan motivasi kerja karyawan melalui penganekaragaman kegiatan karyawan.

Rotasi pekerjaan mempunyai manfaat tidak langsung bagi organisasi yaitu karyawan dengan rentang keterampilan yang lebih luas memberi

kesempatan manajemen dalam menjadwalkan kerja dengan fleksibel dengan menyesuaikan diri dengan perubahan dan mengisi kekosongan personalia. Manfaat lainnya yaitu membantu manajer dalam menghadapi

terjadinya ketidak hadiran dan perputaran karyawan, sehingga pada saat hal itu terjadi maka manajer dapat dengan cepat mengisi kekosongan

posisi karena setiap karyawan dapat melakukan beberapa pekerjaan dengan ketrampilan yang telah dimiliki.

Menurut Anggraini (2013: 27) manfaat rotasi kerja antara lain:

Bagi Kepentingan Pegawai :

1) memperluas atau pengembangan pegawai (program pelatihan

jabatan);

2) menghilangkan kejenuhan terhadap pekerjaan; 3) penyesuaian pekerjaan dengan kondisi fisik pegawai;

4) mengatasi perselisihan antara sesama pegawai (kondisional). Bagi Kepentingan Organisasi :

1) menciptakan keseimbangan antara sumber daya manusia dengan komposisi pekerjaan atau jabatan;

2) meningkatkan produktivitas kerja;

(40)

4) alat pendorong agar semangat kerja meningkat melalui persaingan terbuka.

Rotasi kerja menurut Nurlatifah (2009: 3) selain berfungsi bagi pengembangan sumber daya manusia rotasi kerja diyakini dapat

memberikan banyak manfaat lain bagi organisasi, rotasi dapat mencegah timbulnya kebosanan dan dapat juga mengurangi labour turnover (absennya pekerja) karyawan. Manfaat tidak langsung, rotasi kerja bagi

organisasi adalah ketika karyawan yang memiliki katrampilan lebih luas pada berbagai bidang pekerjaan, sehingga lebih mudah dalam

penjadwalan kerja, mengatur cuti karyawan dan beradaptasi terhadap perubahan.

c. Tahapan Rotasi pekerjaan

Tahapan Rotasi pekerjaan yang ditulis oleh Lie dalam Andriani (2013: 16) dalam artikelnya mengungkapkan bahwa terdapat beberapa

tahapan dalam melakukan rotasi pekerjaan diantaranya yaitu:

1) menanyakan kepada karyawan apakah karyawan mau untuk dirotasi dari pekerjaan yang sekarang kepekerjaan yang lainnya. Sehingga

tidak ada rasa keterpaksaan dari karyawan dan tidak berakibat pada penurunan kinerja karyawan. Selain itu imbalan tambahan mungkin

bisa diberikan bila karyawan bersedia dipindahkan atau dirotasi; 2) melakukan tes atau ujian seperti pada saat perekrutan awal

karyawan. Hal ini perlu dilakukan agar rotasi pekerjaan yang

(41)

yang suka ber-explorasi dapat menjadi tes bila mendapatkan kerja yang monoton;

3) melakukan training atau pelatihan bila diperlukan sehingga karyawan dapat dengan mudah dan cepat beradaptasi dengan

lingkungan dan pekerjaannya yang baru;

4) memindahkan karyawan perkelompok sahabat atau rekan kerja untuk meminimalisir stres kerja terutama bila karyawan yang

dirotasi pada kelompok kerja yang memiliki budaya yang jauh berbeda (seperti yang dilakukan oleh nokia, rotasi pekerjaan mereka

adalah per tim bukan per orang);

5) melakukan pengawasan performa karyawan. Dengan mendokumentasikan kerja karyawan pada tempat kerja baru untuk

mengetahui karyawan tersebut dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya atau tidak.

6) menanyakan kembali pada karyawan apakah karyawan tersebut betah atau tidak pada pekerjaan barunya dan apakah karyawan ingin tetap pada pekerjaan barunya atau pindah kepekerjaan lamanya

setelah beberapa bulan (misalkan: 3 bulan).

d. Indikator Rotasi Kerja

Adapun indikator rotasi pekerjaan yang dikembangkan oleh Kaymaz (2010: 74) yaitu :

1) tingkat kejenuhan kerja;

(42)

3) persiapan manajemen;

4) pilihan posisi kerja yang tepat;

5) pengembangan hubungan sosial

Menurut Ortega dan Mangiapane dalam Nanda , et al (2014: 51)

untuk mengukur variabel rotasi pekerjaan digunakan tiga indikator yang dikembangkan oleh), yaitu :

1) tambahan kemampuan;

2) tambahan pengetahuan; 3) tingkat kejenuhan.

2. Motivasi Kerja

a. Pengertian Motivasi Kerja

Menurut Rivai dan Sagala (2009: 837) motivasi adalah

serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Sikap dan nilai

tersebut merupakan suatu yang invisible yang memberikan kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku dalam mencapai tujuan.

Menurut Wahjono (2010: 78) motivasi adalah adalah

serangkaian upaya untuk mempengaruhi tingkah laku orang lain dengan mengetahui terlebih dahulu tentang apa yang membuat seseorang

bergerak. Namun seseorang bergerak itu bergerak karena dua sebab yaitu kemampuan (ability) dan motivasi. Kemampuan dipengaruhi oleh kebiasaan yang diperoleh dari pengalaman, pendidikan dan pelatihan

(43)

kodrat manusia mempetakan dengan jelas motivasi di antara refelks dan kebiasaan.

Menurut Martoyo (1987: 153) motivasi adalah proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita

inginkan dan sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja, atau dengan kata lain pendorong semangat kerja. Motivasi adalah permasalahan yang harus mendapatkan perhatian dan menjadi inti dari

kesuksesan, karena motivasi dapat meningkatkan kinerja yang muncul dengan memenuhi (atau melampaui) tujuan-tujuan organisasi (Buhler,

2001: 190).

Motivasi adalah sesuatu yang menggerakkan orang; memberikan motivasi yaitu memastikan bahwa orang bergerak ke arah

yang diinginkan, apa yang diinginkan agar mereka kerjakan dan apa yang mereka kerjakan tidaklah perlu bersamaan. Sasaran motivasi adalah

untuk mencapai rasa memiliki tujuan bersama dengan memastikan bahwa, sejauh mungkin keinginan dan kebutuhan organisasi serta keinginan dan kebutuhan para anggotanya berada dalam keadaan yang

harmonis (Armstrong, 1988: 66).

Menurut Mangkunegara (2004: 93) motif adalah suatu dorongan

kebutuhan dalam diri pegawai yang perlu dipenuhi agar pegawai tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, sedangkan motivasi adalah kondisi yang menggerakkan pegawai agar mampu mencapai

(44)

Aktualisasi Diri Pengahargaan

Diri

kepemilikan Sosial

Rasa Aman

Kebutuhan Fisiologis

Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu yang dapat

menimbulkan dorongan atau semangat kerja untuk mencapai tujuan.

b. Teori Motivasi Kerja

Menurut Rivai dan Sagala (2009: 840) teori motivasi antara lain:

1) Hierarki Teori Kebutuhan (Hierarchial of Needs Theory)

Teori yang terkenal adalah teori kebutuhan yang

dikemukakan oleh Abraham Maslow. Menurut Maslow bahwa pada setiap diri manusia itu terdiri dari atas lima kebutuhan yaitu: kebutuhan secara fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan dan

aktualisasi diri, seperti terlihat pada gambar 2.1 berikut ini:

Gambar 2.1

Hierarki Kebutuhan Maslow

Dari gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) kebutuhan fisiologis, yaitu mencakup kebutuhan makan, minum,

(45)

b) rasa aman, yaitu kebutuhan perlindungan dari ancaman bahaya, pertentangan dan lingkungan hidup;

c) kepemilikan sosial, yaitu kebutuhan seperti perasaan diterima orang lain, perasaan dihormati dan kebutuhan ikut serta dalam organisasi;

d) penghargaan diri, yaitu kebutuhan akan status yang diduduki seseorang;

e) aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan,

skill, potensi, kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide, memberikan penilaian dan kritik terhadap sesuatu.

2) McCleland Theory of Needs

David McCelland menganalsis tentang tiga kebutuhan manusia yang sangat penting di dalam organisasi atau perusahaan

tentang motivasi, tiga hal tersebut antara lain:

a) need for achievement ( kebutuhan dalam mencapai kesuksesan), yaitu kemampuan untuk mencapai hubungan kepada standar perusahaan yang telah ditentukan juga perjuangan karyawan untuk menuju keberhasilan;

b) need for powwer (kebutuhan dalam kekuasaan atau otoritas)yaitu kebutuhan untuk membuat orang berperilaku dalam keadaan yang

wajar dan bijaksana di dalam tugasnya masing-masing;

c) need for affiliation (kebutuhan untuk berafiliasi) yaitu kebutuhan untuk bersahabat dan mengenal lebih dekatrekan kerja atau para

(46)

3) Theory ERG (Exsistence, Relatedness, Growth)

Teori ERG menyebutkan ada tiga kategori kebutuhan individu,

yaitu:

a) kebutuhan eksistensi untuk bertahan hidup, kebutuhan fisik;

b) kebutuhan keterhubungan adalah kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain;

c) kebutuhan pertumbuhan adalah kebutuhan untuk menjadi produktif

dan kreatif.

4) Teori Dua Faktor Herzberg

Teori ini disebut juga dengan teori motivasi-higiene. Kebutuhan

motivator berkaitan dengan kesempatan untuk maju, promosi jabatan, pengakuan, tanggung jawab dan pekerjaan itu sendiri yang

mempengaruhi kepuasan kerja. Sedang higiene faktor adalah hal-hal yang mempengaruhi kepuasan kerja yang terdiri dari supervisior, kondisi gaji kerja, hubungan inrerpersonal dan kebijakan perusahaan. Herzberg mengatakan bahwa gaji dan upah bukanlah pemotivator melainkan pemelihara, oleh karena itu janganlah memotivasi dengan

(47)

c. Prinsip-Prinsip Dalam Motivasi Kerja Pegawai

Prinsip-prinsip dalam motivasi kerja pegawai yang

dikemukakan oleh Mangkunegara (2009: 100) antara lain:

1) prinsip partisipasi, dalam upaya memotifasi kerja, pegawai perlu

diberikan kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin;

2) prinsip komunikasi, pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu

yang berhubungan dengan usaha pencapaian tugas, dengan informasi yang jelas, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya;

3) prinsip mengakui andil bawahan, pemimpin mengakui bahwa

bawahan (pegawai) mempunyai andil di dalam usaha pencapaian tujuan;

4) prinsip pendelegasian wewenang, pemimpin yang memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai bawahan untuk

sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin;

5) prinsip memberi perhatian, pemimpin memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan pegawai bawahan, akan memotivasi pegawai

bekerja apa yang diharapkan oleh pemimpin.

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

Faktor-faktor motivasi kerja menurut Gomes (2003: 180)

(48)

1) faktor –faktor yang sifatnya individual: a) kebutuhan-kebutuhan (needs);

b) tujuan-tujuan (goals); c) sikap (attitides);

d) kemampuan-kemampuan ( abilities). 2) faktor-faktor yang berasal dari organisasi:

a) pembayaran atau gaji (pay);

b) keamanan pekerjaan (job security); c) sesama pekerja (co-workers);

d) pengawasan (supervisison); e) pujian (praise);

f) pekerjaan itu sendiri (job itself).

Menurut Wahab (2012: 36), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi antara lain:

1) upah, adalah pembayaran tetap secara bulanan atau mingguan yang diberikan pada setiap karyawan, upah terbagi atas:

a) upah berdasar waktu :

i upah (wages) yaitu upah yang dibayarkan kepada buruh kasar atau karyawan berdasarkan jam kerja secara harian;

(49)

b) upah borongan, yang langsung terkait dengan jumlah produksi yang dihasilkan karyawan.

2) situasi kerja, adalah keadaan yang mempengaruhi kegiatan perusahaan;

3) kondisi kerja yang akan mendorong semangat kerja karyawan seperti ketenangan, keamanan, dan keselamatan kerja;

4) fasilitas kerja, adalah sarana yang disediakan perusahaan untuk

kelancaran aktivitas, dengan berbagai bentuk, contohnya :

a) kondisi tempat kerja (lampu atau penerangan, AC, luas ruangan);

b) teknologi yang digunakan (komputer, mesin fotocopy, faximile dan sebagainya);

c) sarana lain yang mendukung (mushalla, loker, rest room).

5) sikap manajemen terhadap karyawan, setiap karyawan pada dasarnya ingin diperlakukan dengan adil. Karyawan juga ingin suaranya

didengar jika perusahaan melakukan hal yang kurang atau bahkan diberkenan dengan tujuan karyawan. Manajemen perlu melakukan pendekatan proaktif dengan cara:

a) merancang pekerjaan - pekerjaan yang memuaskan karyawan; b) menetapkan standar – standar prestasi kerja yang adil;

(50)

6) sikap antar teman sejawat, manusia membutuhkan persahabatan sebagai makhluk sosial, ia membutuhkan hubungan dengan teman – temannya;

7) kebutuhan karyawan berprestasi, setiap perusahaan hendaknya

memberikan kesempatan kepada karyawannya. Karyawan diberikan penghargaan yang sesuai. Penghargaan tersebut dapat berupa pengakuan yang kemudian disertai pujian, hadiah, kenaikan gaji,

kenaikan jabatan, perpindahan dan sebagainya;

8) pelatihan, karyawan dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan

kebijaksanaan, prosedur dan manajer baru dengan cepat. Untuk itu perlu adanya pelatihan dan pengembangan lebih lanjut untuk melakukan tugas –tugasnya dengan sukses. Pelatihan adalah suatu kegiatan dari perusahaan yang bermaksud untuk dapat memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan, dan

pengetahuan dari para karyawan yang sesuai dengan keinginan dari perusahaan;

9) insentif, insentif merupakan suatu sistem pemberian balas jasa yang

berupa financial. Insentif merupakan suatu pendekatan kompensasi yang menghargai atau memberikan imbalan kepada kayawan atas

hasil tertentu yang dicapainya.

10) Promosi, sistem promosi karyawan terdiri dari tertutup dan terbuka. Sistem promosi tertutup adalah sistem dimana manajer

(51)

dipertimbangkan mendapat promosi. Keputusan biasanya dibuat secara informal (dan seringkali subjektif dan cenderung bergantung

pada rekomendasi penyelia yang terdekat;

11) kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan, orang masih merasa

kurang puas dengan apa yang dimilikinya,mereka ingin terus berkembang meski kebutuhan mereka telah terpenuhi.

e. Teknik Motivasi Kerja

Menurut Usman (2010: 272) teknik motivasi antara lain, yaitu: 1) berpikir positif, ketika mengkritik orang begitu terjdi ketidakberesan,

tetapi kita lupa memberi dorongan positif agar mereka terus maju. Jangan mengkritik cara kerja orang lain kalau kita sendiri tidak mampu memberi contoh terlebih dahulu;

2) menciptakan perubahan yang kuat, adanya kemauan yang kuat untuk mengubah situasi oleh diri sendiri;

3) membangun harga diri, banyak kelebihan kita sendiri dan orang lain yang kita hargai padahal penghargaan merupakan salah bentuk teknik memotivasi;

4) memantapkan pelaksanaan, ungkapkan dengan jelas, bagaimana cara kerja yang benar, tindakan yang dapat membantu, dan hargai dengan

tulus;

(52)

mereka butuhkan. Binalah keberanian, kerja keras, bersedia belajar dari orang lain;

6) membasmi sikap suka nunda, hilangkan sikap menunda-nunda dengan alasan pekerjaan itu terlalu sulit dan segeralah untuk memulai.

3. Kepuasan kerja

a. Pengertian Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja merupakan bentuk perasaan seseorang terhadap pekerjaannya, situasi kerja dan hubungan dengan rekan kerja. Dengan

demikian kepuasan kerja merupakan sesuatu yang penting untuk dimiliki oleh seorang karyawan, dimana mereka dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan tujuan perusahaan (Wahab, 2012: 24).

Menurut Rivai dan Sagala (2009: 856) kepuasan kerja pada dasarnya sesutu yang bersifat individual. Setiap individu memiliki tingkat

kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan dirasakan sesuai dengan keinginan individu, maka makin tinggi kepuasannya terhadap

kegiatan tersebut.

Menurut Keith Davis, Wexley dan Yuki dalam Mangkunegara

(2004: 117) kepuasan kerja adalah suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan

(53)

kesempatan pengembangan karir, hubungan dengan pegawai lainnya, penempatan kerja, jenis pekerjaan, struktur organisasi perusahaan, mutu

pengawasan. Sedangkan perasaan yang berhubungan dengan dirinya antara lain umur, kondisi kesehatan, kemampuan dan pendidikan.

Menurut Jewell dan Siegall dalam Syahbandar (2011: 25) kepuasan kerja adalah sikap yang timbul berdasarkan penilaian terhadap situasi kerja. Yang merupakan generalisasi sikap-sikap terhadap

pekerjaannya yang bermacam-macam. Kepuasan kerja erat kaitannya dengan keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak

menyenangkan menurut cara karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja adalah seperangkat perasaan pegawai tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka, kepuasan kerja

merupakan perasaan senang atau tidak senang yang relatif yang berbeda dari pemikiran objektif dan keinginan perilaku (Davis dan Newstrom,

1985: 105).

Menurut Handoko (1989: 193) kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak

menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap

pekerjaannya.

Mathis dan Jackson dalam Gumilar (2010: 27) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai keadaan emosional yang positif yang merupakan

(54)

dengan Locke dan Johnson (2004) yang mendefinisikan kepuasan kerja sebagai keadaan emosional yang menyenangkan yang diasosiasikan

dengan situasi kerja atau pekerjaan.

Menurut Greenberg dan baron dalam Wibowo (2010: 501)

mendeskripsikan kepuasan kerja sebagai sikap positif dan negatif yang dilakukan individual terhadap pekerjaan mereka.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan

emosional seseorang terhadap pekerjaannya, dan sikap yang timbul berdasarkan penilaian terhadap situasi kerja.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Menurut Spector dalam Gumilar (2010: 28) mengidentifikasikan terdapat sembilan faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja dengan

nama Job Satisfaction Survey (JSS), yaitu:

1) gaji/ upah, kepuasan pada gaji dan kenaikan gaji baik dalam segi

jumlah maupun rasa keadilannya;

2) promosi, kepuasan pada peluang promosi dan keadilan untuk mendapatkan promosi;

3) supervisi, kepuasan pada atasan langsung orang tersebut dalam kompetensi penugasan managerial;

(55)

5) penghargaan, kepuasan pada penghargaan (tidak harus materi) yang diberikan untuk kinerja baik sebagai bentuk rasa hormat, diakui dan

apresiasi;

6) peraturan/ prosedur, kepuasan pada aturan, prosedur dan kebijakan;

7) rekan kerja, kepuasan pada rekan kerja yang menyenangkan dan kompeten;

8) pekerjaan itu sendiri, kepuasan pada pekerjaan yang dilakukan dapat

dinikmati atau tidak;

9) komunikasi, kepuasan komunikasi dalam organisasi dalam hal

berbagai informasi didalam organisasi (verbal atau tulisan).

Menurut Mangkunegara (2008: 120) ada dua faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu:

1) faktor pegawai, yaitu kecerdasan (IQ), kecakapan khusus, umur, jenis kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman kerja, masa

kerja, kepribadian, emosi, cara berpikir, persepsi dan sikap kerja; 2) faktor pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat

(golongan), kedudukan, mutu pengawasan, jaminan finansial,

kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial dan hubungan kerja.

c. Teori Kepuasan Kerja

Menurut Rivai dan Sagala (2009: 856) teori tentang kepusaan kerja yang cukup dikenal antara lain, yaitu:

(56)

yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan. Sehingga apabila kepuasannya diperoleh melebihi dari yang diinginkan, maka

orang akan menjadi lebih puas lagi, sehingga terdapat discrepancy, tetapi merupakan discrepancy yang positif. Kepuasan kerja seseorang tergantung pada selisih antara sesuatu yang dianggap akan didapatkan dengan apa yang dicapai;

2) Teori Keadilan (Equity theory). Teori ini mengemukakan bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas, tergantung pada ada atau tidaknya keadilan (equity) dalam suatu situasi, khususnya situasi kerja;

3) Teori dua faktor (Two factor theory). Menurut teori ini kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja itu hal yang berbeda. Kepuasan dan

ketidakpuasan terhadap pekerjaan itu bukan suatu variabel yang kontinu. Teori ini merumuskan karakteristik pekerjaan menjadi dua

kelompok yang satisfies atau motivator dan dissatisfies. Satisfies adalah faktor-faktor atau situasi yang dibutuhkan sebagai sumber kepuasan kerja. Dissatisfies adalah faktor-faktor yang menjadi sumber ketidakpuasan.

Menurut Mangkunegara (2008: 120) mengemukakan teori-teori

kepuasan kerja antara lain:

1) Teori keseimbangan (Equity Theory)

Teori ini dikemukakan oleh Adam, komponen dari teori ini adalah

(57)

dan Yuki (1977) mengemukakan input adalah semua nilai yang diterima pegawai yang dapat menunjang pelaksanaan kerja.

Outcome adalah semua nilai yang diperoleh dan dirasakan pegawai. Comparison person adalah seorang pegawai dalam organisasi yang sama, seorang pegawai dalam organisasi yang berbeda atau dirinya sendiri dalam pekerjaan sebelumnya). Menurut teori ini, puas atau tidak puasnya pegawai merupakan hasil dari membandingkan antara

input-outcome dirinya dengan perbandingan input-outcome pegawai lain;

2) Teori Perbedaan (Discrepancy Theory)

Teori ini dipelopori oleh Proter bahwa dalam mengukur kepuasan dapat dilakukan dengan cara menghitung selisih antara apa yang

seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan pegawai; 3) Teori Pemenuhan Kebutuhan (Need Fulfillment Theory)

Menurut teori ini, kepuasan kerja pegawai bergantung pada terpenuhi atau tidaknya kebutuhan pegawai. Pegawai akan merasa puas apabila ia mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Makin besar

kebutuhan pegawai terpenuhi, makin puas pula pegawai tersebut. Begitu pula sebaliknya apabila kebutuhan pegawai tidak terpenuhi,

pegawai itu akan merasa tidak puas;

4) Teori Pandangan Kelompok (Social Reference Group Theory) Menurut teori ini, kepuasan kerja pegawai bukanlah bergantung pada

(58)

pandangan dan pendapat kelompok yang oleh para pegawai dianggap sebagai kelompok acuan. Kelompok acuan tersebut oleh

pegawai dijadikan tolok ukur untuk menilai dirinya maupun lingkungannya. Jadi, pegawai akan merasa puas apabila hasil

kerjanya sesuai dengan minat dan kebutuhan yang diharapkan oleh kelompok acuan;

5) Teori Dua Faktor dari Herzberg

Dua faktor yangdapat menyebabkan timbulnya rasa puas atau tidak puas menurut Herzberg, yaitu faktor pemeliharaan (maintenance factors) dan faktor pemotivasian (mitivational factors). Faktor pemeliharaan disebut pula dissatisfiers, hygiene factors, job context, extrinsic factors yang meliputi administrasi dan kebijakan perusahaan, kualitas pengawasan, hubungan dengan pengawas, hubungan dengan subordinate, upah, keamanan kerja, kondisi kerja

dan status. Sedangkan faktor pemotivasian disebut pula satisfier, motivators, job content, intrinsic factors yang meliputi dorongan berprestasi, pengenalan, kemajuan (advancement), work it self, kesempatan berkembang dan tanggung jawab;

6) Teori Pengharapan (Exceptancy Theory)

(59)

Menurut Wibowo (2010, 502) teori kepuasan kerja ada dua, yaitu:

1) Two-Factor Theory

Teori dua faktor merupakan teori kepuasan kerja yang menganjurkan

bahwa satisfaction (kepuasan) dan dissatisfaction (ketidakpuasan) merupakan bagian dari kelompok variabel yang berbeda, yaitu motivators dan hygiene factors;

2) Value Theory

Menurut konsep teori ini kepuasan kerja terjadi pada tingkatan di

mana hasil pekerjaan diterima individu seperti diahrapkan. Semakin banyak orang menerima hasil, akan semakin puas. Semakin sedikit mereka menerima hasil, akan kurang puas. Value Theory

memfokuskan pada hasil mana pun yang menilai orang tanpa memerhatikan siapa mereka.

d. Indikator Kepuasan Kerja

Menurut Rivai dan Sagala (2009: 860) faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yang biasanya digunakan untuk

mengukur kepuasan kerja seorang karyawan adalah: (a) isi pekerjaan, penampilan tugas pekerjaan yang aktual dan sebagai

kontrol terhadap pekerjaan; (b) supervisi; (c) organisasi dan manajemen; (d) kesempatan untuk maju; (e) gaji dan keuntungan dalam bidang finansial lainnya seperti adanya insentif; (f) rekan

(60)

e. Pedoman Meningkatkan Kepuasan Kerja

Menurut Greenberg dan Baron dalam Wibowo (2010: 515) memberikan saran untuk mencegah ketidakpuasan dan meningkatkan

kepuasan, dengan cara sebagai berikut:

1) membuat pekerjaan menyenangkan, orang lebih puas dengan pekerjaan yang mereka senang kerjakan daripada yang

membosankan. Meskipun beberapa pekerjaan secara intrinsik membosankan, pekerjaan tersebut masih mungkin meningkatkan

tingkat kesenangan ke dalam setiap pekerjaan;

2) orang dibayar dengan jujur, orang yang percaya bahwa sistem pengupahan tidak jujur cenderung tidak puas dengan pekerjaannya.

Hal ini diperlakukan tidak hanya untuk gaji dan upah per jam, tetapi juga fringe benefit. Konsisten dengan value theory, mereka merasa puas dibayar dengan jujur dan apabila orang diberi peluang memilih fringe benefit yang paling mereka inginkan, kepuasan kerjanyacenderung naik;

3) mempertemukan orang dengan pekerjaan yang cocok dengan minatnya, semakin banyak orang menemukan bahwa mereka dapat

memenuhi kepentingannya sambil di tempat kerja, semakin puas mereka dengan pekerjaannya. Perusahaan dapat menawarkan

(61)

4) menghindari kebosanan dan pekerjaan berulang-ulang, kebanyakan orang cenderung mendapatkan sedikit kepuasan dalam melakukan

pekaerjaan yang sangat membosankan dan berulang. Orang jauh lebih puas dengan pekerjaan yang meyakinkan mereka memperoleh

sukses secara bebas melakukan kontrol atas bagaimana cara mereka melakukan sesuatu.

4. Kinerja Karyawan

a. Pengertian Kinerja Karyawan

Pada dasarnya kinerja seorang karyawan merupakan hal yang

bersifat individual karena setiap karyawan mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda dalam mengerjakan tugas pekerjaannya, kinerja seseorang bergantung pada kombinasi dari kemampuan, usaha

dan kesempatan yang diperoleh (Wahab,2012: 39).

Menurut Rivai dan Sagala (2009: 548) kinerja merupakan suatu

fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah

cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjaknnya.

Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat

(62)

Brahmasari dalam Nitasari (2012: 11) mengemukakan bahwa kinerja adalah pencapaian atas tujuan organisasi yang dapat berbentuk

output kuantitatif maupun kualitatif, kreatifitas, fleksibilitas, dapat diandalkan, atau hal-hal lain yang diinginkan oleh organisasi. Penekanan

kinerja dapat bersifat jangka pendek maupun jangka panjang, juga dapat pada tingkatan individu, kelompok ataupun oragnisasi. Manajemen kinerja merupakan suatu proses yang dirancang untuk menghubungkan

tujuan organisasi dengan tujuan individu, sehingga kedua tujuan tersebut bertemu. Kinerja juga dapat merupakan tindakan atau pelaksanaan tugas

yang telah diselesaikan oleh seseorang dalam kurun waktu tertentu dan dapat diukur.

Menurut Mangkunegara (2008: 67) istilah kinerja berasal dari

kata Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Kinerja (prestasi

kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kinerja menurut Wibowo (2010: 7) merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi,

kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi pada ekonomi. Dengan demikian kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang

(63)

Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah hasil kerja kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang dan tentang apa yang

dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya sehingga dapat mempengaruhi produktivitas dan kinerja organisasional secara signifikan.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai

dengan pendapat Keith Davis dalam Mangkunegara (2008: 67-68) yang merumuskan bahwa:

Human Performance = Ability + Motivation Motivation = Attitude + Situation

Ability = Knowledge + Skill

1) faktor kemamapuan

secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri dari

kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (Knowledge + Skill) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatanya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari hari, maka ia akan lebih mudah

mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the right

man in the right place, the right man on the right job); 2) faktor motivasi

Gambar

Tabel 2.1 Research Gap
Gambar 2.1  Hierarki Kebutuhan Maslow
Gambar 2.2 Model Penelitian
Tabel 3.1 Alamat Kantor BMT Taruna Sejahtera
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Rasa bersalah: Seseorang yang melakukan hubungan seksual pranikah secara psikologis akan memberikan dampak hilangnya harga diri, perasaan dihantui dosa, perasaan

Nama Alat Spesifikasi Satuan Jumlah Pemilik.. Palu General Buah

seringnya beban yang diterima oleh struktur maka struktur tersebut akan cepat Ielah, yangb. biasanya diikuti oleh gejala rusaknya struktur, yaitu struktur mengalami

Pengaruh Return On Asset (ROA), Dividend Payout Ratio (DPR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Kepemilikan Institusional Terhadap Praktik Perataan Laba. Jurnal Akuntansi

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi (S.Akun) pada

Hasil penelitian menunjukan: (1) Tingkat partisipasi petani sebelum mengikuti SL- PHT termasuk dalam kategori rendah, dan setelah mengikuti SL-PHT termasuk dalam

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa melalui pendekatan investigasi pada siswa kelas VII E MTsN Kauman Ponorogo tahun pelajaran 2012/2013 dapat

Kode Barang Asal-usul Cara Nomor Bahan Nomor Register Merk / Type Ukuran /cc Nama Barang /.