• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB ‘AQIDATUL AWAM KARYA SAYID AHMAD AL – MARZUKI SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB ‘AQIDATUL AWAM KARYA SAYID AHMAD AL – MARZUKI SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID

DALAM KITAB ‘AQIDATUL AWAM

KARYA SAYID AHMAD AL

MARZUKI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

SYARIFATUN NURUL MAGHFIROH

NIM: 111

12

092

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

َىُه ًُْل

﴿ ٌذَدَأ ُ هللَّٱ

١

﴿ ُذَّهصٌٱ ُ هللَّٱ ﴾

٢

﴿ ْذٌَىَُ ٌَُْ َو ْذٍََِ ٌَُْ ﴾

٣

﴿ ٌٌۢذَدَأ ا ًىُفُو ۥُههٌ ُٓىََ ٌَُْ َو

٤

“ Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan

yang bergantung pada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan-Nya”

(7)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

 Kedua orang tuaku yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, do‟a serta uang saku yang lebih sehingga skripsi ini bisa penulis selesaikan.

 Adikku tersayang Abdillah Khoiri Nafi‟ yang selalu memberikan semangat.

 Abah Cholid Ulfi Fatkhurrohman, Abah As‟ad Haris N.F., Abah

Taufiqurrohman, Ibunda Fatichah Ulfah dan Ummah Chusnul Halimah

serta segenap keluarga besar kepengasuhan Yayasan Al-Manar yang

senantiasa memberikan tempat bagi saya untuk menimba ilmu.

 Jajaran kepengurusan pondok pesantren Al-Manar.

 Almamaterku tercinta, IAIN Salatiga, tempatku menimba pengetahuan, teman-teman PACISTA (PAI C IAIN Salatiga angkatan 2012) kalian luar

biasa.

 Seluruh teman-teman curhatku (curahan hati) yakni ifa, aulia, elfa, maslikhah, faid, luluk serta teman-teman lain yang tak bisa ku sebutkan

satu per satu. Tak lupa kepada kang Fatwa yang selalu memberikan

semangat, motivasi dan perjuangannya dalam mengajariku banyak ilmu

pengetahuan dan selalu kurepotkan.

 Someone yang masih jauh di mata.

(8)

KATA PENGANTAR

menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam wujud yang sederhana dan jauh

dari sempurna. Sholawat dan salam Allah SWT, semoga senantiasa

terlimpahkan kepada Sang Pemimpin hidup manusia dan yang menjadi

cakrawala rindu para umatnya (Nabi Muhammad SAW).

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat

diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,

penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak, Ibuku dan seluruh keluargaku yang telah mendo‟akan dan

membantuku dalam menyelesaikan studi di Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

(9)
(10)

ABSTRAK

Nurul, Syarifatun.2016. Nilai-nilai Pendidikan Tauhid dalam Kitab „Aqidatul Awam Karya Sayid Ahmad Al-Marzuki. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Machfudz, M.Ag.

Kata kunci: Nilai, Pendidikan Tauhid.

Sayid Ahmad Al-Marzuki adalah seorang ulama yang terkenal. Salah satu kitabnya adalah „Aqidatul Awam, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendidikan tauhid menurut Sayid Ahmad Al-Marzuki dalam kitab „Aqidatul Awam. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah sistematika penulisan kitab „Aqidatul Awam karya Sayid Ahmad Al-Marzuki (2) Apa nilai tauhid dalam kitab „Aqidatul Awam karya Sayid Ahmad Al-Marzuki (3) Bagaimanakah signifikansi pendidikan tauhid dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian menggunakan pendekatan kepustakaan.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research). Sumber data primer adalah kitab „Aqidatul Awam, sumber sekundernya adalah terjemahannya dan sumber tersiernya adalah kitab-kitab dan buku-buku lain yang bersangkutan dan relevan dengan penelitian. Adapun teknis analisis data menggunakan metode deduktif dan metode induktif.

(11)

maupun antar masyarakat, serta sesuai syar‟i dan norma-norma yang berlaku di masyarakat itu sendiri.

DAFTAR ISI

1. HALAMAN JUDUL ... i

2. LOGO IAIN ... ii

3. NOTA PEMBIMBING ... iii

4. PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

5. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v

6. MOTTO... vi

7. PERSEMBAHAN... vii

8. KATA PENGANTAR... viii 9. ABSTRAK ... x

10.DAFTAR ISI ... xi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelilitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian ... 7

E. Penegasan Istilah ... 9

F. Metode Penelitian ... 14

(12)

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Pengertian Nilai Pendidikan Tauhid ... 18

B. Materi Pendidikan Tauhid ... 22

C. D asar dan Tujuan Pendidikan Tauhid ...……….. 29

D. M etode Pendidikan Tauhid ... 33

BAB III. DESKRIPSI PEMIKIRAN SAYID AHMAD AL-MARZUKI A. Bi ografi Pengaran Kitab „Aqidatul Awam ... 37

1. La tar Belakang Penulisan Kitab Aqidatul Awam ... 37

2. Bi ografi Sayid Ahmad Al-Marzuki ... 41

3. Guru-guru Sayid Ahmad Al-Marzuki ... 43

4. Karya-karya Sayid Ahmad Al-Marzuki ... 44

B. Sistematika Penulisan Kitab Aqidatul Awam ... 47

(13)

BAB IV. ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB ‘AQIDATUL AWAM KARYA SAYID AHMAD AL-MARZUKI

A. Ni

lai Tauhid dalam kitab „Aqidatul Awam karya Sayid Ahmad

Al-Marzuki ... 69

B. Signifikansi Pendidikan Tauhid dalam kehidupan

sehari-hari ... 79

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86

C. Kata Penutup ... 87

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tauhid merupakan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha

Esa. Manusia yang percaya dengan keberadaan Tuhan Yang Maha

Esa, senantiasa merasa dekat dan dilindungi oleh Tuhannya (Musa,

1999: 43). Karena di alam ini pemimpin dan pengatur semua tatanan

sistem peredaran kehidupan hanya Allah SWT. Hidup dan mati

merupakan kuasa sang pencipta yaitu Allah SWT. Kepercayaan

terhadap Allah adalah sang pencipta dan Yang Maha Esa, merupakan

landasan bagi setiap muslim. Seorang muslim tidak dapat dikatakan

sebagai umat muslim jika tidak menerima suatu ajaran tauhid.

Seorang muslim dapat menjalani kehidupannya wajib memegang

(15)

Islam yang menegaskan bahwa Tuhan itu hanya satu dan menjadi

satu-satunya sumber kehidupan (Zainuddin, 1992: 3).

Manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya,

karena seluruh makhluk hidup termasuk manusia pada hakikatnya

akan kembali kepada Allah SWT. Beribadah kepada Allah dengan

landasan keyakinan bahwa hanya Allah-lah satu-satunya Tuhan semesta

alam (Hanafi, 1988: 67). Objek kajian dari tauhid adalah tindakan

manusia yang diperintahkan oleh Allah agar meng-Esa-kanNya dalam

menjalani kehidupan sehari-hari.

Perintah untuk men-tauhid-kan Allah dan pernyataan Allah

itu Esa dalam Al-Qur‟an: Al-Baqarah ayat 163.

ٌََِٰإ ُُْىُهٌََِٰإَو

ُُُ ِدهشٌا ُٓ ََّْٰدهشٌا َىُه هلاِإ َهٌََِٰإ َلا ۖ ٌذ ِداَو ٌه

Artinya: Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha penyayang (Q.S Al-Baqarah: 163).

Ilmu Tauhid adalah ilmu yang membicarakan tentang

cara-cara menetapkan „aqidah agama dengan mempergunakan dalil naqli

maupun dalil aqli. Dengan menggunakan dalil aqli maupun naqli,

seseorang akan lebih mudah memahami dan meyakini segala bentuk

penjelasan yang ada dalam ilmu tauhid. Dapat dinamakan ilmu

tauhid karena pembahasan-pembahasannya yang paling menonjol ialah

pembahasan tentang ke-Esaan Allah yang menjadi asasi agama Islam

(16)

Ilmu tauhid merupakan ilmu yang membahas tentang Allah

SWT, sifat-sifat wajib yang ada pada-Nya, sifat-sifat yang boleh

kepada-Nya (Sifat jaiz Allah) dan sifat-sifat yang sama sekali harus di

tiadakan daripada-Nya serta tentang Rasul-rasul Allah SWT untuk

menetapkan kerasulan mereka. Dapat dinamakan ilmu tauhid karena

pokok pembahasannya yang paling penting adalah menetapkan

keesaan Allah SWT dalam dzat-Nya, dalam menerima peribadatan

dari makhluk-Nya, dan meyakini bahwa Dia-lah tempat kembali,

satu-satunya tujuan ( Maslikhah, 2003:90).

Pokok-pokok pembahasan ilmu tauhid meliputi tiga hal,

yaitu: a) mempercayai dengan sepenuh hati tentang pencipta alam,

Allah Yang Maha Esa, b) mempercayai dengan penuh keyakinan

tentang para utusan Allah SWT dan perantara Allah SWT kepada

para utusannya untuk disampaikan kepada umat manusia untuk

menyampaikan ajaran-ajaran-Nya, tentang kitab-kitab Allah SWT yang

dibawa oleh para utusan-Nya, dan tentang para malaikat-Nya, c)

mempercayai dengan sepenuh hati akan adanya kehidupan abadi

setelah mati di alam akhirat dengan segala hal-ihwal yang ada di

dalamnya.

Berdasarkan jenis dan sifatnya, ilmu tauhid dapat dibagi

dalam tiga tingkatan atau tahapan. 1) Tauhid Rububiyyah yaitu: mengesakan Allah dalam segala perbuatanNya dan meyakini bahwa

(17)

mengesakan Allah dengan perbuatan para hamba, misalnya: tawakal,

beribadah, memohon pertolongan. 3) Tauhid asma‟ wa sifat yaitu:

beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatNya yang diterangkan

dalam Al-Qur‟an dan sunnah Rasul-Nya yang pantas ditiru oleh

umat-Nya ( Ilyas, 1993 :23)

Sumber utama ilmu tauhid ialah Al-Qur‟an dan Hadis yang

banyak berisi penjelasan tentang wujud Allah SWT, keesaan-Nya,

sifat-sifat-Nya, dan persoalan ilmu tauhid lainnya. Maka dari itu ilmu

tauhid selalu didasarkan pada dua hal, yaitu dalil aqli dan dalil

naqli. Dengan menggunakan dalil aqli maupun naqli tersebut, maka

seseorang akan lebih mudah untuk memahami dan meyakini segala

bentuk penjelasan yang ada di dalam ilmu tauhid. Terutama untuk

memahami dan meyakini penjelasan tentang sifat-sifat Allah SWT

baik yang wajib maupun yang mustahil, ataupun yang jaiz pada-Nya,

sehingga seseorang akan lebih mudah mengenal dzat Allah SWT

secara mendalam (Maslikhah, 2003:90).

Ilmu tauhid bertujuan untuk memantapkan keyakinan dan

kepercayaan agama melalui akal pikiran, selain itu ilmu tauhid juga

digunakan untuk membela kepercayaan dan keimanan dengan

menghilangkan keraguan seseorang, serta ilmu tauhid bertujuan untuk

meluruskan aqidah-aqidah yang menyeleweng, serta membimbing

manusia untuk melakukan ke jalan yang benar serta dapat melakukan

(18)

tauhid yaitu: mengetahui tentang Allah dengan segala hal yang ada

pada-Nya, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala

larangan-Nya, semakin meningkatkan dan memperteguh keimanannya.

Hukum mempelajari ilmu tauhid adalah fardhu „ain bagi

setiap muslim dan muslimah sampai ia betul-betul memiliki

keyakinan dan kepuasan hati serta akal bahwa ia berada diatas agama

yang benar. Sedangkan mempelajari lebih dari itu hukumnya fardhu

kifayah, artinya jika telah ada yang mengetahui, yang lain tidak

berdosa ( Maslikhah, 2003: 90).

Dari uraian di atas, penulis berusaha mengkaji lebih mendalam

tentang nilai pendidikan tauhid dalam kitab „Aqidatul Awam, yang di

dalamnya terdapat beberapa uraian tentang pendidikan tauhid. Untuk

itu, maka penulis mencoba untuk menyusun sebuah skripsi yang

berjudul: “NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB

„AQIDATUL AWAM KARYA SAYID AHMAD AL-MARZUKI”,

alasan penulis mengambil judul di atas karena melihat perkembangan

zaman yang terjadi pada saat ini. Banyak masyarakat yang mengaku

beragama Islam dan beriman kepada Allah SWT. Akan tetapi, sikap

dan perilaku mereka tidak mencerminkan keimanan tersebut.

Sebagian besar dari mereka sering melakukan ke onaran, berbuat

dzalim, seperti halnya: mabuk-mabukan, berjudi, anak sekolah tawuran

serta anak yang melawan orang tuanya. Oleh sebab itu, penulis

(19)

kurangnya keimanan pada diri mereka, jika keimanan benar-benar

sudah tertancap pada diri seseorang, niscaya ia akan benar-benar takut

kepada Allah, siksa Allah dan takut akan adzab Allah yakni balasan di

neraka. Bila seseorang takut kepada Allah, sungguh ia akan melaksanakan

apa yang diperintahkan Allah dan meninggalkan apa yang

dilarang-Nya.

Kemudian setelah ia menyadari pentingnya keimanan maka

perbuatan-perbuatan dzalim yang disebutkan di atas sungguh akan

bisa dihindari.

Penulis merujuk pada kitab „Aqidatul Awam ini, karena di dalam kitab tersebut membahas tentang ketauhidan yang menerapkan

dasar pokok bagi umat Islam, selain kata-katanya mudah dipahami

oleh orang awam kitab tersebut memiliki lafadz-lafadz yang relatif

sedikit karena memang kitabnya tipis, akan tetapi mempunyai

kandungan makna yang banyak dan cakupannya luas. Selain itu,

karena pendidikan tauhid suatu perbuatan manusia untuk meng-Esa-kan

Allah SWT sebagai suatu landasan umat muslim dalam menjalankan

semua ibadah. Tauhid yang dimaksud penulis adalah Tauhid yang

memiliki pengertian percaya kepada Allah yang Satu. Pendidikan Tauhid

dalam kitab „Aqidatul Awam yang sampai sekarang masih digunakan

dalam pembelajaran pendidikan Agama khususnya di pondok pesantren

Al-Manar dan TPA/TPQ Al-Mubarok, pringapus. Harapan penulis,

(20)

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pendidikan

tauhid, terutama bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana sistematika penulisan kitab „Aqidatul Awam karya Sayid

Ahmad Al-Marzuki?

2. Apa nilai tauhid dalam kitab „Aqidatul Awam karya Sayid Ahmad

Al-Marzuki?

3. Bagaimana signifikansi pendidikan tauhid dalam kehidupan

sehari-hari?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi pembaca khususnya dalam mendalami jenis penelitian literature

serta dapat mengembangkan berbagai media sebagai sumber

pengetahuan khususnya dalam bentuk naskah, adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui sistematika penulisan kitab „Aqidatul Awam karya Sayid Ahmad Al-Marzuki.

2. Mengetahui nilai tauhid dalam kitab „Aqidatul Awam karya Sayid

Ahmad Al-Marzuki.

3. Mengetahui signifikansi pendidikan tauhid dalam kehidupan

sehari-hari.

(21)

Kegunaan dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua

bagian yaitu:

(1) Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

teoritis, berupa pengetahuan tentang nilai-nilai pendidikan tauhid

dalam kitab „Aqidatul Awam karya Sayid Ahmad Al-Marzuki serta

dapat bermanfaat sebagai kontribusi pemikiran dalam upaya

peningkatan pengetahuan tentang kajian mengenal sifat-sifat Allah

SWT dan juga pengetahuan tentang ilmu tauhid Islam, sehingga dapat

diketahui bagaimana seseorang untuk mengenal sifat-sifat wajib,

mustahil dan jaiz bagi Allah SWT.

(2) Kegunaan Praktis

a. Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan serta pemahaman penulis

tentang kajian nilai pendidikan tauhid sehingga dapat dijadikan

pedoman dan dapat diterapkan dalam menjalankan aktifitas

sehari-hari.

b. Bagi Lembaga Pendidikan

Dapat menjadi masukan serta sebagai bahan pertimbangan

untuk diterapkan dalam sehari-hari dalam dunia pendidikan Islam

pada lembaga-lembaga pendidikan. Seperti: Pondok Pesantren,

Madrasah Diniyah, di TPA maupun TPQ, sebagai pedoman dalam

(22)

kehidupan manusia untuk menuju kebahagiaan didunia sampai

akhirat.

c. Bagi Ilmu Pengetahuan

1. Menambah pengetahuan mengenai nilai pendidikan tauhid

yang terdapat dalam kitab „Aqidatul Awam sehingga

mengetahui betapa pentingnya pendidikan tauhid dalam

kehidupan sehari-hari.

2. Sebagai bahan referensi dalam ilmu pendidikan terutama ilmu

pendidikan Islam, sehingga dapat memperkaya dan menambah

wawasan dibidang tersebut khususnya dan bidang ilmu

pengetahuan lain pada umumnya.

E. Penegasan Istilah

Untuk memperjelas judul serta menghindari kekeliruan, maka

penulis membatasi istilah yang berkaitan dengan permasalan tersebut.

Sehingga dapat mengemukakan uraian kajian tersebut sesuai yang

dikehendaki oleh penulis, sebagai berikut:

1. Nilai Pendidikan Tauhid

Nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, disukai dan paling

benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga

prefensinya tercermin dalam perilaku, sikap dan

perbuatan-perbuatannya (Maslikhah, 2009:106). Nilai adalah tentang apa yang

(23)

Nilai adalah sesuatu yang bersifat ideal dan tidak dapat disentuh

oleh panca indera (Sidi, 1978: 93). Maka nilai yang kita rasakan

dalam diri kita masing-masing sebagai pendorong atau prinsip-prinsip

yang menjadi penting dalam kehidupan. Dari beberapa pernyataan

tersebut, nilai adakan ukuran memilih tindakan atau tujuan tertentu.

Koasih Djahiri dan Aziz Wahab (1996: 23) memberikan

batasan nilai sebagai sesuatu yang berharga baik menurut standar

logika (benar dan salah), estetika (baik dan buruk), etika (adil dan

tidak adil), agama (dosa/ haram dan halal), dan hukum (sah dan tidak

sah) serta menjadi keyakinan diri maupun hidupnya.

Berarti, nilai akan selalu berkaitan dengan kebaikan, kebajikan

dan keluhuran, yang menjadi sesuatu yang dihargai, dijunjung tinggi

serta dikejar oleh manusia. Melalui nilai, seseorang akan merasakan

adanya sesuatu kepuasan dan ia menjadi manusia sebenarnya. Bahkan

dengan nilai seseorang secara penuh menyadari kebermaknaannya dan

menganggapnya sebagai pendorong dan pedoman, penuntun dan

prinsip untuk menentukan sesuatu dalam kehidupan manusia

sehari-hari.

Pendidikan berasal dari kata didik, kemudian mendapatkan

awalan pe- dan akhiran -an yang berarti pengukuhan sikap dan tata

perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewesakan

manusia melalui upaya pengajaran, pelatihan, proses, cara dan

(24)

Menurut Maslikhah (2009: 130) pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, bangsa dan negara.

Secara bahasa kata tauhid berasal dari bahasa arab, bentuk

masdar dari kata

اًذُْ ِد ْىَذ

-

ُذ ِّد َىَُ

-

َذهد َو

yang berarti percaya kepada

Allah SWT yang Maha Esa. Secara istilah syar‟i, tauhid berarti

mengesakan Allah dalam hal mencipta, menguasai, mengatur dan

mengikhlaskan peribadahan kepada-Nya, meninggalkan penyembahan

kepada selain-Nya serta menetapkan Asma‟ul Husna (Nama-nama yang

baik) dan shifat Al-Ulya (sifat-sifat yang tinggi) bagi-Nya dan mensucikan-Nya dari kekurangan. Lebih jelas lagi bahwasanya tauhid

itu adalah meyakini bahwa Allah SWT itu Esa dan tidak ada sekutu

bagi-Nya. Jadi pendidikan tauhid itu merupakan usaha sadar untuk

mengembangkan diri sesuai kebutuhan, yang diyakini benar oleh setiap

orang atau kelompok sehingga dapat menetapkan keyakinan yang

berkaitan dengan ketuhanan, kenabian dan hal yang ghaib.

Pendidikan Tauhid adalah pengembangan ke arah keyakinan

seseorang terhadap Allah SWT. Pendidikan tauhid ini dimulai sejak

(25)

utama. Pendidikan tauhid sejak dini terlihat pada bayi yang baru lahir

kemudian dikumandangkan adzan oleh orang tuanya.

Pendidikan tauhid mempunyai arti suatu proses bimbingan

untuk mengembangkan dan memantapkan kemampuan manusia dalam

mengenal keesaan Allah. Pendidikan tauhid yang berarti membimbing

atau mengembangkan potensi (fitrah) manusia dalam mengenal Allah,

menurut pendapat Chabib Thoha, “Supaya siswa dapat memiliki dan

meningkatkan terus-menerus nilai iman dan taqwa kepada Allah Yang

Maha Esa sehingga pemilikan dan peningkatan nilai tersebut dapat

menjiwai tumbuhnya nilai kemanusiaan yang luhur (Thoha, 1996: 62)”.

Pendidikan tauhid adalah usaha mengubah tingkah laku

manusia berdasarkan ajaran tauhid dalam kehidupan melalui

bimbingan, pengajaran dan pelatihan dengan dilandasi oleh keyakinan

kepada Allah semata.

Pendidikan tauhid, akan membentuk watak seorang muslim

yang beriman kepada Allah SWT serta mampu mengimplementasikan

nilai-nilai keimanan dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga mampu

menjadi orang yang berguna bagi masyarakat yang timbul saling

mengasihi, menolong, memberikan hartanya yang lebih kepada mereka

yang membutuhkan.

Nilai-nilai pendidikan tauhid adalah nilai ketauhidan (ke-Esaan),

aplikasi dan implementasinya yang dapat diambil dari suatu kajian dan

(26)

2. „Aqidatul Awam

Adalah sebuah karya Sayid Ahmad Al-Marzuki yang disajikan

untuk seorang hamba sebagai pedoman dan rujukan memantapkan

keyakinan dan kepercayaan agama melalui akal pikiran, di samping

kemantapan hati, yang didasarkan pada wahyu.

Di dalamnya menjelaskan tentang ilmu tauhid. Ilmu tauhid ini

menjelaskan tentang keesaan Allah dan pembuktiannya. Dalam kitab

tersebut menjelaskan sifat-sifat Allah, atau yang disebut aqoid lima puluh.

Aqoid lima puluh itu terdiri dari, 20 sifat yang wajib bagi Allah,

20 sifat mustahil bagi Allah, 1 sifat jaiz bagi Allah, serta 4 sifat wajib

bagi Rasul, 4 sifat mustahil bagi rasul dan 1 sifat jaiz bagi rasul.

Semua merupakan isi dari ajaran yang terangkum dalam

kitab Aqidatul Awam ( Nasar, 1995: 8-13). 3. Sayid Ahmad Al-Marzuki

Nama lengkap beliau Syekh Ahmad bin Muhammad bin Sayid

Ramadhan Mansyur bin Sayid Muhammad al-Marzuki Al-Hasani.

Beliau lahir di Mesir pada tahun 1205 H. Al-Marzuki dikenal sebagai

penulis yang handal serta amat lincah dalam menuliskan qolam-nya

(pena), terutama menyangkut puji-pujian kepada Allah dan Rasulullah

SAW. Salah satu karyanya yang terkenal dan fenomenal adalah

(27)

awam, dituangkan dalam sebuah nadzam (prosa) berisi sebanyak 57

bait. Al-Marzuki diangkat sebagai Mufti madzhab Maliki di Makkah

menggantikan saudaranya pengganti saudara Sayid Muhammad yang

telah mendahului wafat (1261 H ). Di masjid Makkah al-Mukaramah,

Al-Marzuki mengajar Al-Qur‟an, Tafsir, Tauhid, dan Ilmu-ilmu

lainnya. Syekh Ahmad marzuki juga terkenal sebagai seorang

Pujangga dan dijuluki dengan panggilan Abu Alfauzi (Muhammad

Syamsu, 1996: 253 ).

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian

kepustakaan (library reseach), karena semua yang digali adalah bersumber dari pustaka, dan yang dijadikan objek kajian adalah hasil

karya tulis yang merupakan hasil dari pemikiran.

2. Sumber Data

Karena jenis penelitian ini adalah kepustakaan (library research), maka data yang diperoleh bersumber dari literatur. Adapun yang menjadi sumber data primer adalah kitab „Aqidatul Awam

karangan Sayid Ahmad Al-Marzuki.

Kemudian yang menjadi sumber data sekunder adalah

Terjemah kitab „Aqidatul Awam karangan Achmad Sunarto, terjemah

(28)

Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, terjemah kitab Tijan al-Darary karangan Achmad Sunarto, terjemah Kifayah Al-Awam, buku Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/ Kalam, buku Keimanan Ilmu Tauhid,

buku kuliah Aqidah Islam, Rintisan Tauhid, Kitab Tauhid Jilid I,

Terjemah Kifayatul Awam, Ensiklopedi islam dan Ensiklopedi Pendidikan, serta buku-buku lain yang bersangkutan dengan obyek

pembahasan penulis.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam

penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan buku yang

menjadi sumber data primer yaitu kitab „Aqidatul Awam karangan

Sayid Ahmad Al-Marzuki. Dan sumber data sekunder diantaranya

adalah Terjemah kitab „Aqidatul Awam karangan Achmad Sunarto,

terjemah kitab Jawahirul Kalamiyah karangan Thahir bin Saleh Al-Jazairi, buku Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, terjemah kitab Tijan al-Darary karangan Achmad Sunarto, terjemah Kifayah Al-Awam, buku Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/ Kalam, buku Keimanan Ilmu

Tauhid, buku kuliah Aqidah Islam, Rintisan Tauhid, Kitab Tauhid Jilid

I,Terjemah Kifayatul Awam, Ensiklopedi islam dan Ensiklopedi Pendidikan, serta buku-buku dan kitab relevan yang lainnya.

(29)

Yaitu penanganan terhadap suatu obyek ilmiah tertentu dengan

jalan memilah-milah antara pengertian yang satu dengan pengertian

yang lain untuk memperoleh kejelasan mengenai halnya.

Macam-macam metode yang digunakan dalam menganalisis

masalah adalah sebagai berikut :

1. Metode Deduktif

Yaitu apa saja yang dipandang benar pada suatu

peristiwa dalam suatu kelas atau jenis, berlaku juga pada hal

yang benar pada semua peristiwa yang termasuk dalam kelas

atau jenis. Metode ini digunakan penulis untuk menganalisa

data tentang sifat-sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah

SWT.

2. Metode Induktif

Yaitu metode yang berangkat dari fakta-fakta yang

khusus, peristiwa-peristiwa yang kongkret, kemudian dari

fakta-fakta dan peristiwa-peristiwa yang khusus itu ditarik

generalisasi-generalisasi bersifat umum. Metode ini, penulis

gunakan untuk menganalisa data ayat-ayat dan teks kitab

„Aqidatul Awam sehingga dapat diketahui nilai pendidikan

tauhid yang terkandung di dalamnya.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan untuk memberikan kesan runtutnya

(30)

adalah penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini menjadi

satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Yang bertujuan

agar tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud penulisan

skripsi ini.

Adapun sistematika penulisan skripsi ini antara lain:

BAB I : Pendahuluan, berisi tentang: Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaaan

Penenlitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian,

dan Sistematika Penulisan sebagai gambaran awal

untuk memahami skripsi ini.

BAB II : Landasan Teori, berisi tentang: Nilai Pendidikan Tauhid,

Materi Pendidikan Tauhid, Dasar dan Tujuan

Pendidikan Tauhid, dan Metode Pendidikan Tauhid.

BAB III : Deskripsi pemikiran Sayid Ahmad Al-Marzuki tentang

nilai pendidikan tauhid dalam kitab „Aqidatul Awam,

berisi tentang: Latar Belakang penulisan kitab

Aqidatul Awam, Isi pokok Kitab „Aqidatul Awam,

Biografi Sayid Ahmad Al-Marzuki, menguraikan

tentang: Biografi Sayid Ahmad Al-Marzuki yang

meliputi riwayat kelahiran, karya-karyanya dan

guru-gurunya.

BAB IV : Signifikansi Pendidikan Tauhid dalam Kitab „Aqidatul

(31)

BAB V : Penutup, menguraikan Kesimpulan dan Saran.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Nilai Pendidikan Tauhid

Nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, disukai dan paling

benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga

prefensinya tercermin dalam perilaku, sikap dan perbuatan-perbuatannya

(Maslikhah, 2009: 106). Nilai adalah tentang apa yang baik, benar,

bijaksana dan apa yang berguna.

Nilai adalah sesuatu yang bersifat ideal dan tidak dapat disentuh

oleh panca indera (Sidi, 1978: 93). Maka nilai yang kita rasakan dalam

diri kita masing-masing sebagai pendorong atau prinsip-prinsip yang

menjadi penting dalam kehidupan. Dari beberapa pernyataan tersebut, nilai

adalah ukuran memilih tindakan atau tujuan tertentu. Berarti, nilai akan

selalu berkaitan dengan kebaikan, kebajikan dan keluhuran, yang menjadi

(32)

Melalui nilai, seseorang akan merasakan adanya sesuatu kepuasan dan ia

menjadi manusia sebenarnya. Bahkan dengan nilai seseorang secara

penuh menyadari kebermaknaannya dan menganggapnya sebagai

pendorong dan pedoman, penuntun dan prinsip untuk menentukan sesuatu

dalam kehidupan manusia sehari-hari.

Pendidikan merupakan hal yang paling penting bagi kehidupan

manusia. Dengan menggunakan pendidikan itulah manusia dapat maju

dan berkembang dengan baik, melahirkan kebudayaan dan peradaban

positif yang membawa kebahagiaan dan kesejahteraan hidup mereka.

Hal ini disebabkan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang

makin tinggi pula tingkat kebudayaan dan peradaban. Kata

pendidikan berasal dari kata didik atau mendidik, yang secara harfiah

berarti memelihara dan memberi latihan (Muhibin, 2000: 32).

Dalam bahasa Arab kata pendidikan juga berasal dari kata

rabba-yurabbi-tarbiyatan, berarti mendidik, mengasuh dan memelihara (Munawir, 1989: 504). Bahasa Arab pendidikan juga sering diambilkan

dari kata „allama dan addaba. Kata „allama berarti mengajar (menyampaikan pengetahuan), mendidik. Sedang kata addaba lebih menekankan pada melatih, memperbaiki, penyempurnaan akhlak (sopan

santun), dan berbudi baik.

Dalam kamus pendidikan, kata pendidikan diartikan sebagai

“Upaya membantu peserta didik untuk mengembangkan dan

(33)

laku yang berguna bagi hidupannya”. Adapun arti pendidikan menurut

Al-Ghazali yaitu proses memanusiakan manusia sejak masa kejadiannya

sampai akhir hayatnya melalui berbagai ilmu pengetahuan yang

disampaikan dalam bentuk pengajaran secara bertahap, dimana proses

pengajaran itu menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat

menuju pendekatan diri kepada Allah sehingga menjadi manusia

sempurna (Abidin, 1998: 56).

Pendidikan adalah lembaga pendidikan yang yang dikelola,

dilaksanakan, dan diperuntukkan bagi umat Islam. Pendidikan Islam

sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah, dimulai dari mengubah sikap

dan pola pikir masyarakat, menjadikan masyarakat Islam menjadi

masyarakat belajar. Berkembang menjadi masyarakat ilmu yaitu

masyarakat yang mau dan mampu menghargai nilai-nilai ilmiah

(Thoha, 1996: 12).

Dapat disimpulkan bahwa hakikatnya pendidikan adalah ikhtiar

manusia untuk membantu dan mengarahkan pertumbuhan dan

perkembangan fitrah (kemampuan dasar) atau potensi manusia agar

berkembang sampai titik maksimal sesuai dengan tujuan yang

dicita-citakan.

Secara bahasa kata tauhid berasal dari bahasa arab, bentuk masdar

dari kata

اًذُْ ِد ْىَذ

-

ُذ ِّد َىَُ

-

َذهد َو

yang berarti percaya kepada Allah SWT

yang Maha Esa. Secara istilah syar‟i, tauhid berarti mengesakan Allah

(34)

kepada-Nya, meninggalkan penyembahan kepada selain-Nya serta

menetapkan Asma‟ul Husna (Nama-nama yang baik) dan shifat Al-Ulya

(sifat-sifat yang tinggi) bagi-Nya dan mensucikan-Nya dari kekurangan.

Lebih jelas lagi bahwasanya tauhid itu adalah meyakini bahwa Allah SWT

itu Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya (Abduh, 2003: 3).

Secara sederhana pendidikan tauhid mempunyai arti suatu

proses bimbingan untuk mengembangkan dan memantapkan kemampuan

manusia dalam mengenal Allah. Menurut Hamdani pendidikan tauhid

yang dimaksud di sini adalah suatu upaya yang keras dan

bersungguh-sungguh dalam mengembangkan, mengarahkan, membimbing akal

pikiran, jiwa, qalbu, dan ruh kepada pengenalan (ma‟rifat) dan cinta (mahabbah) kepada Allah SWT.

Pendidikan tauhid yang berarti membimbing atau mengembangkan

potensi (fitrah) manusia dalam mengenal Allah, menurut pendapat

Chabib Thoha, “Supaya siswa dapat memiliki dan meningkatkan

terus-menerus nilai iman dan taqwa kepada Allah Yang Maha Esa

sehingga pemilikan dan peningkatan nilai tersebut dapat menjiwai

tumbuhnya nilai kemanusiaan yang luhur (Thoha, 1996: 62)”.

Pendidikan tauhid adalah usaha mengubah tingkah laku

manusia berdasarkan ajaran tauhid dalam kehidupan melalui

bimbingan, pengajaran dan pelatihan dengan dilandasi oleh keyakinan

(35)

Pendidikan tauhid, akan membentuk watak seorang muslim

yang beriman kepada Allah SWT serta mampu mengimplementasikan

nilai-nilai keimanan dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga mampu

menjadi orang yang berguna bagi masyarakat yang timbul saling

mengasihi, menolong, memberikan hartanya yang lebih kepada mereka

yang membutuhkan.

Pendidikan tauhid mempunyai makna yang dapat kita pahami

supaya untuk menampakkan atau mengaktualisasikan potensi laten yang

dimiliki oleh setiap manusia, yang dalam Islamnya potensi laten di

sini disebut dengan fitrah beragam. Oleh sebab itu, pendidikan tauhid

lebih diarahkan pengembangan firah keberagaman seseorang sebagai

manusia tauhid.

Pendapat lain pendidikan tauhid adalah usaha mengubah

tingkah laku manusia berdasarkan ajaran tauhid dalam kehidupan

melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan dengan dilandasi oleh

keyakinan kepada Allah.

Hal ini sesuai dengan karakteristik Islam sendiri yaitu,

mengesakan Allah dan menyerahkan diri kepada-Nya. Allahlah yang

mengatur hidup dan kehidupan umat manusia serta seluruh alam.

Dialah yang berhak ditaati dan dimintai pertolongan-Nya (Zaky, 1998:

80).

Nilai-nilai pendidikan tauhid adalah nilai ketauhidan

(36)

kajian dan ditransformasikan sebagai bahan pengajaran dan

pendidikan.

B. Materi Pendidikan Tauhid

Islam adalah agama wahdaniyah, yang meliputi beberapa agama samawi. Islam mendokumentasikan ajarannya dalam Al-Qur‟an, dan tauhid merupakan dasar dari beberapa agama samawi

(Muhammad, 1969: 18).

Ajaran tauhid bukanlah monopoli ajaran Nabi Muhammad

akan tetapi ajaran tauhid ini merupakan prinsip dasar dari semua

ajaran agama samawi. Para Nabi dan Rasul diutus oleh Allah untuk menyeru kepada pengesaan Allah dan meninggalkan dalam penyembahan

selain Allah. Walaupun semua Nabi dan Rasul membawa ajaran

tauhid, namun ada perbedaan dalam pemaparan tentang prinsip-prinsip

tauhid. Hal ini dikarenakan tingkat kedewasaan berfikir masing-masing

umat berbeda sehingga Allah menyesuaikan tuntunan yang dianugrahkan

kepada para Nabi-Nya sesuai dengan tingkat kedewasaan berfikir

umat tersebut (Quraish, 1996: 19).

Ilmu-ilmu tauhid dapat diperoleh dari beberapa sumber, antara

lain:

1. Adanya Wujud Allah

Al-Qur‟ānul karim (al-Qur‟an yang mulia) adalah sumber utama ilmu tauhid yang paling fundamental, kita akan mendapatkan darinya

(37)

dan persoalan ilmu tauhid lainnya. Banyak sekali dalil-dalil al-Qur‟an

yang telah menjelaskan tentang keesaan Allah SWT, diantaranya Allah

SWT berfirman dalam Al-qur‟an :

Artinya: “ Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah tuhan yang bergantung pada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan-Nya” (QS. Al-Ikhlash: 1-4) (Departemen Agama, 2005: 604).

Ayat-ayat di atas menegaskan tentang kemurnian keesaan Allah

SWT dan menolak segala kemusyrikan dan menerangkan bahwa tidak

ada sesuatu apapun di alam semesta ini yang menyamai-Nya.

Al-Qur‟an juga memaparkan tentang wujud Allah SWT tidak

menyerupai benda yang wujud, begitu pula benda yang wujud tidak

menyerupai Allah SWT. Ukuran tidak akan bisa mencapai Allah

SWT, dan arah tidak bisa memuat dan meliput-Nya. Begitu pula bumi

dan langit tidak bisa memadai jika ditempati oleh Allah SWT. Dia-lah

(Allah SWT) yang mengangkat derajat segala sesuatu dan lebih dekat

dari urat nadi manusia. Dialah (Allah SWT) yang maha mengetahui

atas segala sesuatu. Kedekatan Allah SWT tidak menyerupai

kedekatan jisim. Dia Maha Luhur dari tempat yang meliputi-Nya,

sebagaimana Dia Maha Bersih dari segala masa yang akan

(38)

diciptakan. Dia akan tetap berada di atas tempat yang ada. Selain itu

al-Qur‟an juga memaparkan mengenai bukti sifat qudrat (kekuasaan)

Allah SWT pada penciptaan alam semesta sebagai aplikasi dari sifat

wujud, qidam, dan baqa‟ Allah SWT. Dengan sifat qudrat ini, Allah SWT akan mewujudkan dan meniadakan segala sesuatu kemungkinan

yang sesuai dengan kehendak-Nya. Allah SWT telah menciptakan

segala sesuatu yang ada di alam semesta ini dengan seimbang, serasi,

teratur dan rapi. Tidak ada satupun dari makhluk-Nya yang mampu

menandingi keindahan ciptaan-Nya. Adapun alam semesta ini dari

setiap bukti dari sekian banyak bukti yang selalu berulang, beriringan

atau perubahan bentuk dari yang indah yang mengharubirukan kesan

dalam jiwa kita, semuanya adalah yang patut dikagumi nilai seninya

dari pada segala yang mengagumkan (Sa‟id Hawa, 2005: 112).

Dari beberapa uraian di atas dapat dipahami, bahwa untuk

meyakinkan adanya Tuhan (Wujud Allah), akal pikiran hendaknya

diarahkan pada fenomena alam, namun mata hati manusia jauh

lebih tajam dan dapat lebih meyakinkan daripada pandangan

kasat mata, karena dalam jiwa manusia sudah tertanam fitrah

untuk mengakui adanya Tuhan. Segala sesuatu itu pasti ada yang

menciptakan, yaitu Allah Zat Yang Maha Pencipta.

2. Keesaan Allah

Ajaran mengenai keesaan Allah ini, sudah diterangkan oleh para

(39)

itu Dzat yang pertama kali ada, Maha Awal, Maha Esa dan Maha Suci

yang meliputi sifat, asma dan af‟al-Nya. Sementara menurut Quraish Shihab yang menganalisa kata ahad (Esa), ia menggolongkan keesaan Allah menjadi empat yaitu: keesaan Dzat, keesaan sifat, keesaan

perbuatan dan keesaan dalam beribadah kepada-Nya. Yang dimaksud

dengan esa pada Dzat ialah Dzat Allah itu tidak tersusun dari beberapa

bagian dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Esa pada sifat berarti sifat Allah

tidak sama dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh makhluk- Nya. Esa

pada af‟al berarti tidak seorang pun yang memiliki perbuatan

sebagaimana pebuatan Allah. Ia Maha Esa dan tidak ada sesembahan

yang patut disembah kecuali Allah (Asmuni, 1993: 17).

Dengan demikian dapat dipahami bahwa mulai Rasul pertama

sampai generasi terakhir Nabi Muhammad hingga pewaris Nabi

(ulama), telah mengajarkan tauhid yang seragam. Allah adalah Maha

Esa, Dzat Yang Maha Suci yang meliputi nama, sifat dan af‟al-Nya,

tidak ada Tuhan selain Allah.

3. Hadits

Hadits Rasulullah SAW yang shahîh, yang dimuat oleh kitab-kitab para ulama hadist yang di kenal dengan sifat keterpercayaan

mereka dalam dunia Islam, seperti kitab sunnah yang enam, yaitu:

(40)

Imam Hanbal. Kitab-kitab ini, khususnya kitab Shahîh Bukhāri dan Muslim keduanya menempati posisi derajat paling shahîh (kuat), adapun kitab-kitab yang lain di dalamnya memuat hadits-hadits selain

hadits-hadits shahîh, seperti hadits hasan dan juga dhoîf (lemah). Dari kitab-kitab ini yang memuat jumlah yang besar tentang tauhid, yaitu

meliputi sifat-sifat, zat, asma dan af‟al Allah SWT. Dengan hal ini,

semoga akan menambah keyakinan yang sempurna dalam diri kita

terhadap aqidah ketuhanan dalam Islam, karena terkadang kita masih

berada atas metode yang salah dalam memahami keesaan dan

penyucian dzat Allah SWT, lalu menarik kesalahan ini pada pendapat

dengan sempurna (absolut), seperti ketiadaan secara absolut pula

dalam keesaan dalam praktik dan keesaan dalam kehendak. Oleh

karena itu kitab-kitab ini disusun sebagai pedoman kedua setelah

al-Qur‟an untuk menyempurnakan aqidah ketuhanan umat manusia di

seluruh dunia ini. Diantara faktor yang menambah rasa kepercayaan

kita kepada Allah SWT ialah hal-ihwal tentang-Nya diriwayatkan

dengan sanad (istilah ilmu hadits) yang bersambung sampai kepada Sahabat-sahabat Rasulullah SAW.

Para sahabat adalah orang-orang yang senantiasa bergaul dan

bersama Rasulullah SAW dalam memperjuangkan agama Allah SWT.

Mereka telah dididik oleh Rasulullah SAW, maka mereka adalah

generasi paling sempurna dalam sejarah, akhlaknya lurus, imannya

(41)

setiap yang mereka riwayatkan kepada kita dari Rasulullah SAW

adalah dengan sanad yang shahîh yang bersambung kepada Rasulullah SAW, oleh sebab itu, wajib bagi kita untuk menerimanya sebagai

kebenaran, seperti kebenaran keesaan Allah SWT yang tidak

diragukan keabsahanya.

Demikianlah para ulama senantiasa menyusun kitab tentang

ketauhidan dengan berbagai macam penjelasan yang mudah diterima

oleh khalayak ramai.

4. Hikmah Mengenal Allah

Seseorang yang mengenal sesuatu yang telah memberikan

manfaat pada dirinya maka akan mempunyai kesan atau hikmah

terhadap sesuatu itu, demikian juga apabila seseorang mengenal

Tuhan melalui akal dan hatinya maka ia akan merasakan buah

kenikmatan dan keindahan yang tercermin pada dirinya.

Mengenal (Ma‟rifat) kepada Allah adalah ma‟rifat yang

paling agung. Ma‟rifat ini menurut (Sayid, 1996: 41) adalah asas

yang dijadikan standar dalam kehidupan rohani dan untuk

mengenal Allah melalui cara berfikir dan menganalisis makhluk

Allah serta mengenal terhadap nama-nama dan sifat-sifat Allah.

Sifat berkenalan dengan Tuhan menurut (Sutan Mansur,

1981: 14) yaitu seseorang merasa berhadapan dengan Tuhan.

Keadaan itu merasa benar-benar dalam diri bukan kira-kira atau

(42)

Pengalaman ketauhidan yang tercermin pada diri manusia

disebabkan karena seseorang telah mengetahui dan menginsyafi

kebenaran kedudukan Allah, menyadari akan keagungan dan

kebesaran-Nya sehingga dari sini segala apa yang dilakukan akan

mengarahkan tujuan pandangannya ke arah yang baik dan benar.

Seseorang yang yakin akan keesaan Allah, akan mempunyai sikap

hidup optimis yang jauh lebih kuat dibandingkan dengan orang

kafir yang menyekutukan Allah, sebagai satu-satunya Rabb, pencipta alam semesta beserta isinya ini. Keimanan apabila sudah

menjadi kenyataan yang hebat maka akan dapat mengubah dan

beralih, yang merupakan suatu tenaga dan kekuatan tanpa dicari

akan datang dengan sendirinya dalam kehidupan sehingga

keimanan dapat manusia yang asalnya lemah menjadi kuat, baik

dalam sikap, kemauan, maupun keputan menjadi penuh harap dan

harapan ini akan dibuktikan dengan perbuatan nyata.

C. Dasar dan Tujuan Pendidikan Tauhid

1. Dasar Pendidikan Tauhid

Dasar merupakan fundamental dari suatu bangunan atau

bagian yang menjadi sumber kekuatan. Ibarat pohon, dasarnya

adalah akar. Dasar pendidikan merupakan pandangan yang

mendasari seluruh aspek aktivitas pendidikan, karena pendidikan

merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan (Abidin,

(43)

Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk

mencapai suatu tujuan harus mempunyai landasan tempat berpijak

yang baik dan mapan. Pendidikan tauhid sebagai suatu usaha

membentuk insan kamil harus mempunyai landasan ke mana

semua kegiatan pendidikan dikaitkan dan diorientasikan.

Dasar pendidikan tauhid adalah sama dengan pendidikan

Islam, karena pendidikan tauhid merupakan salah satu aspek dari

pendidikan Islam, sehingga dasar dari pendidikan ini tidak lain

adalah pandangan hidup yang Islami, yang pada hakikatnya

merupakan nilai-nilai luhur yaitu Al-Qur‟an dan Hadits.

Adapun uraian dasar pendidikan Tauhid adalah sebagai berikut:

a) Al-Qur‟an

Di dalam Al-Qur‟an terdapat banyak ajaran yang berkenaan

dengan kegiatan atau usaha pendidikan tauhid. Misalnya dalam

surat Luqman ayat 13, menerangkan kisah luqman yang mengajari

anaknya tentang tauhid,

ٌٍُُْظٌَ َن ْشِّشٌا هِْا ِ ّللَّاِت ْن ِشْشُذ لا هٍَُٕت اََ ُهُظِؼََ َىُه َو ِهِْٕتَ ِلا ُْاَّْمٌُ َياَلْرِاَو

( ٌُُِظَػ

31

)

(44)

Pengajaran yang disampaikan Luqman kepada anaknya,

merupakan dasar pendidikan tauhid yang melarang berbuat

syirik, karena hakikatnya pendidikan tauhid adalah pendidikan

yang berhubungan dengan kepercayaan akan adanya Allah

dengan keesaan-Nya, sehingga timbul ketetapan dalam hati

untuk tidak mempercayai selain Allah. Kepercayaan itu dianut

karena kebutuhan (fitrah) dan harus merupakan kebenaran

yang ditetapkan dalam hati sanubari.

Manusia diciptakan oleh Allah dengan dibekali fitrah

tauhid, yaitu fitrah untuk selalu mengakui dan meyakini bahwa

Allah itu Maha Esa, yang menciptakan alam semesta beserta

pengaturannya dan wajib untuk disembah.

b) As-Sunnah

As-Sunnah didefinisikan sebagai sesuatu yang didapatkan

dari Nabi Muhammad SAW yang terdiri dari ucapan, perbuatan,

persetujuan, sifat fisik atau budi, atau biografi, baik pada masa

sebelum kenabian ataupun sesudahnya. Didalam dunia pendidikan,

Sunnah memiliki dua manfaat pokok. Manfaat pertama,

As-Sunnah mampu menjelaskan konsep dan kesempurnaan pendidikan

Islam sesuai dengan konsep Al-Qur‟an, serta lebih merinci

penjelasan Al-Qur‟an. Kedua, As-Sunnah dapat menjadi contoh

yang tepat dalam penentuan metode penelitian dan sebagai

(45)

membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim

bertaqwa (Abdullah, 1999:34).

c) Ijtihad

Ijtihad merupakan istilah para fuqaha, yakni berfikir dengan

menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari‟at

Islam untuk menetapkan atau menentukan sesuatu hukum syariat

Islam. Ijtihad dalam hal ini meliputi seluruh aspek kehidupan

termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada

Al-Qur‟an dan Sunnah. Ijtihad dalam pendidikan harus tetap

bersumber dari Al-Qur‟an dan Sunnah yang di olah oleh akal yang

sehat oleh para ahli pendidikan Islam.

2. Tujuan Pendidikan Tauhid

Suatu usaha atau kegiatan dapat terarah dan mencapai

sasaran sesuai yang diharapkan maka harus ada tujuannya,

demikian pula dengan pendidikan. Tujuan menurut (Zakiyah

Daradjat, 1996: 29) yaitu “suatu yang diharapkan tercapai setelah

usaha atau kegiatan selesai”.

Apabila pendidikan dipandang sebagai suatu usaha melalui

proses yang bertahap dan bertingkat, maka usaha atau proses itu

akan berakhir apabila tujuan akhir pendidikan sudah tercapai.

Tujuan pendidikan secara umum menurut (Hasan, 1986: 59)

yaitu “maksud atau perubahan-perubahan yang dikehendaki dan

(46)

pendidikan menurut UU pendidikan ialah untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha esa, berakhlak mulia, sehat

berilmu, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan menurut pendapat Al-Ghazali yang

dikutip oleh Abidin Ibnu Rusn ialah pendidikan dalam prosesnya

haruslah mengarah kepada pendekatan diri kepada Allah dan

kesempurnaan insani untuk mencapai tujuan kebahagiaan hidup di

dunia maupun di akhirat. Secara khusus tujuan pendidikan tauhid

menurut (Thoha, 1996: 72) untuk meningkatkan ketaqwaan kepada

Allah Yang Maha Esa serta nilai ketuhanan sehingga dapat

menjiwai lahirnya nilai etika insani.

Tujuan pendidikan tauhid menurut beberapa pendapat di

atas, pada dasarnya adalah tujuan hidup manusia dalam beribadah

serta mendekatkan diri kepada-Nya bahwa satu-satunya pencipta

alam semesta yaitu Allah SWT.

Dapat disimpulkan, tujuan dari pendidikan tauhid yaitu

tertanamnya aqidah tauhid dalam jiwa manusia secara kuat,

keyakinan untuk mempercayai bahwa Allah itu satu, dan yang

wajib disembah.

(47)

Tauhid merupakan masalah yang paling mendasar dan utama

dalam Islam. Namun demikian masih banyak dari kalangan awam yang

belum mengerti, memahami dan menghayati sebenarnya akan makna dan

hakikat dari tauhid, sehingga tidak sedikit dari mereka secara tidak dasar

telah terjerumus ke dalam pemahaman tentang keyakinan yang keliru.

Dalam pembahasan metodologi pengajaran, yang perlu

diperhatikan adalah pengertian metodologi pengajaran itu seniri.

Metodologi pengajaran dapat diartikan sebagai ilmu yang harus

dilaksanakan untuk mencapai tujuan (Al-Khazin, 2009: 27)

Dilihat dari jenis, ada beberapa metode pengajaran yang dapat

diterapkan dalam pendidikan tauhid khususnya dalam kitab „Aqidatul

Awam sesuai dengan materi dan tujuan yang akan dicapai. Beberapa metode antara lain:

a. Metode Ceramah

Ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan

penuturan lisan dari guru kepada peserta didik, dalam pelaksanaan

ceramah untuk menjelaskan uraiannya, guru dapat menggunakan

alat-alat bantu media pembelajaran seperti gambar dan audio visual

lainnya

Metode Ceramah yaitu penerapan dan penuturan secara lisan oleh

guru terhadap kelasnya, dengan menggunakan alat bantu mengajar

untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada siswa. Metode

(48)

sekolah mulai dari tingkat yang rendah sampai ke tingkat perguruan

tinggi, sehingga metode seperti ini sudah dianggap sebagai metode

yang terbaik bagi guru untuk melakukan interaksi belajar mengajar

(Supriawan Dedi, 1990: 95-96).

b. Metode Tanya jawab dan diskusi

Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk

pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetpi

dapat pula dari siswa kepada guru. Metode tanya jawab adalah yang

tertua dan banyak digunakan dalam proses pendidikan, baik di

lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah.

Metode ini dapat diklasifikasikan sebagai metode tradisional atau

konvensional. Dalam metode tanya jawab, guru mengajukan

pertanyaan-pertanyaan dan siswa menjawabnya, atau sebaliknya siswa

bertanya guru menjelaskan. Dalam proses tanya jawab, terjadilah

interaksi dua arah. Guru yang demokratis tidak akan menjawabnya

sendiri, tetapi akan melemparkan pertanyaan dari siswa kepada siswa

atau kelompok lainnya tanpa merasa khawatir dinilai tidak dapat

menjawab pertanyaan itu. Dengan metode tanya jawab tidak hanya

terjadi interaksi dua arah tetapi juga banyak arah.

c. Metode Menghafal

Kata menghafal juga berasal dari kata

ظفد

ظفذَ

اظفد

yang

(49)

Indonesia kata menghafal berasal dari kata hafal yang artinya telah

masuk dalam ingatan tentang pelajaran atau dapat mengucapkan di

luar kepala tanpa melihat buku atau catatan lain. Kemudian mendapat

awalan me- menjadi menghafal yang artinya adalah berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat. Kata menghafal dapat

disebut juga sebagai memori. Dimana apabila mempelajarinya maka

membawa seseorang pada psikologi kognitif, terutama bagi manusia

sebagai pengolah informasi. Secara singkat memori melewati tiga

proses yaitu perekaman, penyimpanan dan pemanggilan (Al-Khazin,

2009: 45)

Metode hafalan (makhfudzat) adalah suatu teknik yang digunakan oleh seorang pendidik dengan menyerukan peserta didiknya untuk

menghafalkan sejumlah kata-kata (mufradat) atau kalimat-kalimat maupun kaidah-kaidah.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode dapat

diartikan sebagai cara yang tepat dan cepat dalam pengajaran. Faktor

metode tidak boleh diabaikan begitu saja, karena metode di sini akan

berpengaruh pada tujuan pengajaran. Jadi, metode menghafal adalah

cara yang tepat dan cepat dalam melakukan kegiatan belajar mengajar

pada bidang pelajaran dengan menerapkan menghafal yakni

mengucapkan di luar kepala tanpa melihat buku atau catatan lain

(50)

Tujuan metode ini adalah agar peserta didik mampu mengingat

pelajaran yang diketahui serta melatih daya kognisi, ingatan, dan

imajinasi.

BAB III

DESKRIPSI PEMIKIRAN SAYID AHMAD AL-MARZUKI

A. Biografi Pengarang Kitab ‘Aqidatul Awam

1. Latar Belakang Penulisan Kitab „Aqidatul Awam

Sayid Ahmad Al-Marzuki, merasa penting sekali dalam

menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan ilmu tauhid dalam

menjalani kehidupan agar dapat menjadi manusia yang lebih baik,

serta menetapkan keeasaan (wahdah) Allah SWT dalam zat-Nya, dalam menerima peribadatan dari makhluk-Nya, dan meyakini

bahwa Dia-lah tempat kembali, satu-satunya tujuan. Melihat

konteks kehidupan yang sangat dibutuhkannya ilmu ini, maka

beliau menulis kitab yang dirasa cukup memuat pembahasannya

(51)

Kitab „Aqidatul Awam telah beliau rincikan dalam sebuah kitab

syarah yang diberi nama Tahshil Nail al-Maram Libayani Mandhumah „Aqidah al-Awam dan turut memberikan syarah atas kitab „Aqidatul

Awam yaitu Syaikh Imam an-Nawawiy ats-Tsaniy Bantaniy al-Jawiy asy-Syafi‟i dengan nama kitab Nurudl Dlalam „alaa Mandhumah „Aqidah al-Awam. Dalam kitab Nurudl Dlalam, Imam an-Nawawiy

ats-Tsaniy al-Jawiy menuturkan bahwa alasan Syaikh al-Marzuki menulis

kitab tersebut adalah karena beliau mimpi berjumpa dengan Rasulullah

dan para sahabatnya

(http://sufi-road-kitab-aqidatul-awwam.30/10/2015).

„Aqidatul Awwam yang berarti Aqidah Bagi Orang-Orang

Awam ini merupakan satu kumpulan aqidah yang wajib diketahui oleh

setiap individu muslim. Aqidah tersebut disusun dengan baik dan

teratur dalam bentuk nadzom (syair) oleh As-Syeikh As-Sayyid Ahmad

Al-Marzuqi. Disusun pada tahun 1258 Hijriyah, dan terdapat 57 bait.

„Aqidatul Awam ini sangat penting karena dengan mengetahui nadzom

ini, secara tidak langsung, kita akan dapat mengetahui aqidah yang wajib diketahui oleh setiap individu Muslim secara ringkas. Nadzom

„Aqidatul Awam ini sangat terkenal di dunia Islam dan telah lama

diamalkan, yakni dibaca dan dipelajari, termasuk di negara kita,

Indonesia dan di negara-negara yang lain.

Mimpi Allamah Al-Imam Syaikh Ahmad Al-Marzuki Al-Maliki

(52)

20. Segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan empunya sekalian Alam,

Tiada Ia berhajat kepada selain-Nya, malah selain-Nya lah yang

berhajat kepada-Nya. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan Allah

SWT atas junjungan kita Sayyidina Nabi Muhammad SAW (Ya Allah

tempatkan baginda di tempat yang terpuji seperti yang Kau janjikan,

Amin) Beserta pemilik rumah dan Para Sahabat yang mulia lagi

mengerah keringat menyebarkan Islam yang tercinta. Dan kepada

mereka yang mengikut mereka itu dari semasa ke semasa hingga ke hari

kiamat. Ya Allah Ampuni kami, Rahmati Kami, Kasihani Kami, Amin

(Sunarto, 2012: 3).

Pada suatu malam yang sudah larut, tepatnya pada tanggal 6

Rajab 1258 H, Marzuki bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW

yang disampingnya berjejer para sahabat-sahabat Nabi SAW. Marzuki

menceritakan, dalam mimpi itu, Rasulullah SAW menyuruhnya untuk

membacakan Manzhumah at-Tauhid (yaitu syair Aqidah al-Awwam).

''Bacalah, Manzhumah At-Tauhid yang akan menjamin surga dan

tercapai maksud baiknya bagi yang menghafalnya.''

Marzuki pun bertanya : Nadham apa gerangan Ya Rasulullah?'' Nabi

kemudian membacakan nazam tersebut. ''Abda'u Bismillahi warrahmani hingga kalimat wa Shuhuf al-Khalil wa al-Kalimi fiha Kalam al-Hakam al-Alimi. Marzuki pun lantas menirukannya. Ketika bangun dari tidurnya, Marzuki mencoba mengingat dan membaca

(53)

dihafal Marzuki dengan baik. Ia pun kemudian mencatat nadham

tersebut hingga bisa dinikmati oleh umat Islam di seluruh dunia sampai

sekarang (

http://kembaraimanku.blogspot.com/2010/10/mimpi-allamah-al-imam-syaikh-ahmad-al.html).

Karya Marzuki ini, menjadi catatan penting dalam hidupnya.

Sebab, beberapa bulan setalah peristiwa itu, Ia kemudian bermimpi

berjumpa kembali dengan Rasulullah SAW. Tepatnya malam Jumat

menjelang subuh, tanggal 28 Dzulqa'dah. Pada pertemuannya kali ini,

Rasulullah SAW memintanya kembali untuk membacakan nazam

„Aqidah Al-Awam tersebut. ''Bacalah apa yang telah kau hafal,'' kata

Rasul (Al-Marzuki, 1958: 4).

Marzuki kemudian membacakannya dari awal hingga akhir. Dan

setiap kali Marzuki selesai membaca satu bait nadzam tersebut, para

sahabat Nabi selalu mengitari (berputar mengelilingi) Marzuki dan

meng-amini-nya. Setelah selesai, Rasulullah SAW pun berdoa

untuknya.

Semula, nadham „Aqidah Al-Awam ini berjumlah 26 bait,

sebagaimana yang didapatkannya dalam mimpi. Kemudian, ia

menambahkannya lagi sebanyak 31 bait, sehingga menjadi 57 bait.

Menurut beberapa riwayat, penambahan yang dilakukan Marzuki dalam

nadham Manzhumah At-Tauhid tersebut dikarenakan rasa cinta dan

(54)

Kitab tersebut merupakan syarah yang disusun guna

mensyarahi sebuah kitab yang berisi aqidah dan ketauhidan, karya

Syekh Ahmad bin Muhammad bin Sayid Ramadhan Mansyur bin Sayid

Muhammad al-Marzuki Al-Hasani, dan beliau beri nama kitab

tersebut dengan „Aqidatul Awam yang berisikan sifat-sifat Allah,

atau yang disebut aqoid lima puluh. Aqoid lima puluh itu terdiri dari, 20 sifat yang wajib bagi Allah, 20 sifat mustahil bagi Allah, 1 sifat jaiz

bagi Allah, serta 4 sifat wajib bagi Rasul, 4 sifat mustahil bagi rasul dan

1 sifat jaiz bagi rasul (http://

terjemah-jalaul-afham-syarah-kitab.30/10/2015).

2. Biografi Sayid Ahmad Al-Marzuki

Beliau adalah seorang yang memiliki nama lengkap Syekh

Ahmad bin Muhammad bin Sayid Ramadhan Mansyur bin Sayid

Muhammad al-Marzuki Al-Hasani. Beliau lahir di Mesir pada tahun

(1293 – 1353 H/1876 – 1934 M). Ulama terkemuka asal Betawi yang

bermazhab Syafi‟i dan populer dengan sebutan Guru Marzuki ini lahir

dan besar di Batavia (Betawi). Ayahnya bernama, Syekh Ahmad

al-Mirshad, merupakan keturunan keempat dari kesultanan Melayu Patani

di Thailand Selatan yang berhijrah ke Batavia, ibunya bernama

Al-Marhumah Hajjah Fathimah binti Al-Haj berasal dari Madura dari

keturunan Ishaq yang makamnya di kota Gresik Jawa Timur

(55)

Masa kecil Sayid Ahmad Al-Marzuki pada Usia 9 tahun

ayahanda Al-Marhum berpulang ke Rohmatulloh dan diasuh oleh

ibunda tercinta yang sholehah dan taqwa dalam suatu kehidupan rumah

tangga yang sangat sederhana. Usia 12 tahun beliau diserahkan kepada

sorang „alim al-ustadz al-hajj Anwar Rohimahulloh untuk mendapat

pendidikan dan pengajaran Al-qur‟an dan berbagai disiplin ilmu agama

Islam lainnya untuk bekal kehidupannya dimasa yang akan datang.

Selanjutnya setelah berusia 16 tahun, untuk memperluas ilmu

agamanya, maka ibundanya menyerahkan lagi kepada seorang „alaim

ulama al-„allamah al-wali al-„arifbillah dari silsilah dzurriyah khoyrul

bariyyah SAW Sayyid „Utsman bin Muhammad Banahsan

Rohimahullohu ta‟ala. Melihat kegeniusan serta ingatannya dalam

menghafal, maka Sayid Ahmad Al-Marzuki dikirim ke Mekkah atas ijin

Ibundanya untuk berkhidmat menuntut ilmu pada para Ulama‟ besar di

Mekkah. Kesempatan menuntut ilmu tersebut digunakan dengan sebaik

mungkin, sehingga dalam waktu 7 tahun dalam menuntut ilmu, apa

yang dicita-citakan tercapai, yaitu memperdalam ilmu agama untuk

selanjutnya diamalkan serta diajarkan dan juga dikembangkan. Beliau

sepanjang waktu bertugas mengajar Masjid Mekkah karena kepandaian

dan kecerdasannya Syekh Ahmad Marzuki diangkat menjadi Mufti

Madzhab Al-Maliki di Mekkah menggantikan Sayyid Muhammad yang

wafat sekitar tahun 1332 H, Syekh Ahmad Marzuki juga terkenal

(56)

Al-Marzuki dikenal sebagai penulis yang handal serta amat lincah

dalam menuliskan qolam-nya (pena), terutama menyangkut puji-pujian

kepada Allah dan Rasulullah SAW. Salah satu karyanya yang terkenal

dan fenomenal adalah Mandzumat 'Aqidah Al-Awwam, yaitu ringkasan ilmu kalam mengupas tentang tauhid untuk dijadikan acuan dalam

aqidah bagi orang-orang awam, dituangkan dalam sebuah nadzam

(prosa) berisi sebanyak 57 bait.

Cara mengajar Sayid Ahmad Al-Marzuki kepada muridnya

yaitu: para murid mengikutinya dalam formasi berkelompok, yang

setiap kelompok berjumlah 4-5 orang yang belajar kitab yang sama,

satu orang diantaranya bertindak sebagai juru baca. Sayid Ahmad

Al-Marzuki akan menjelaskan bacaan murid sambil berjalan.

Marzuki wafat pada hari jum‟at. 25 Rajab 1353 H. Pemakaman

beliau dihadiri oleh ribuan orang, baik dari kalangan habaib, ulama, dan

masyarakat Betawi pada umumnya, dengan shalat jenazah yang

diimami oleh Habib Sayyid Ali bin Abdurrahman al-Habsyi (w. 1388

H). Di masa hidupnya, Marzuki dikenal sebagai seorang ulama yang

dermawan, tawadhu‟, dan menghormati para ulama dan habaib. Beliau

juga dikenal sebagai seorang sufi, da‟i dan pendidik yang sangat

mencintai ilmu dan peduli pada pemberdayaan masyarakat lemah,

hari-hari beliau tidak lepas dari mengajar, berdakwah, mengkaji kitab-kitab

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi Pengolahan data program dan kegiatan belanja langsung pada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Sumatera Selatan merupakan aplikasi pengolahan

Jadi, permasalahan dalam penelitian ini, bagaimana menghasilkan cat tembok dari getah karet, tepung tapioka dan air sehingga dapat membentuk cat tembok dengan komposisi yang tepat

49 sampaikan pada 2 hal ini, mereka akan mulai membaca informasi dibawahnya, Hingga contact person berada dipaling bawah, karena ketika audience sudah mulai

Hasil belajar adalah suatu gambaran yang menjelaskan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran dalam bentuk aspek pengetahuan dan keterampilan setelah mendapat

This study is aimed to develop teaching material based on learning style whether visual, auditory, and kinesthetic based on mathematical reflective thinking ability (MRTA) stages

Untuk mencapai semangat kerja yang tinggi maka perusahaan harus memperhatikan dan memenuhi kebutuhan dari karyawannya yaitu dengan program kesejahteraan yang sesuai

dilakukan kajian yang lebih memfokuskan pada “ Pengaruh Promosi, Kualitas Layanan, dan Citra Produk Terhadap Loyalitas Konsumen PT. CIMB Niaga Auto Finance cabang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses peradilan pidana bagi anak pelaku tindak pidana narkotika ditinjau dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang