• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Isu lingkungan merupakan pembicaraan hangat yang saat ini sering

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Isu lingkungan merupakan pembicaraan hangat yang saat ini sering"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Isu lingkungan merupakan pembicaraan hangat yang saat ini sering diperbincangkan, baik di media cetak maupun elektronik. Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab segala kebutuhan manusia terkandung didalamnya. Penggunaan manusia terhadap energi dalam kehidupan sehari-hari saat ini cenderung bersifat konsumtif. Seperti yang diketahui bahwa penggunaan energi, baik energi listrik maupun bahan bakar minyak (BBM) secara berlebihan akan menimbulkan dampak yang negatif, khususnya terhadap kelestarian lingkungan. Kebutuhan manusia terhadap sumber energi yang semakin meningkat

(2)

tentunya mempengaruhi tingginya tingkat penambangan sumber-sumber daya energi di bumi.

Pada saat ini, keadaan lingkungan sebagai tempat hidup manusia dan mahkluk hidup lainnya berada pada kondisi yang sangat memperihatinkan. Banyaknya kasus kerusakan lingkungan yang terjadi disebabkan oleh pemanfaatan sumber daya alam (SDA) untuk keperluan energi secara eksploratif untuk mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa mempertimbangkan kemampuan lingkungan dalam menghasilkan sumber daya energi dalam jangka waktu tertentu. Hutan sebagai suatu ekosistem ataupun sebagai tempat tinggal mahkluk hidup yang juga merupakan paru-paru dunia, berfungsi untuk melindungi dan menyeimbangkan suhu bumi agar tetap hangat serta terhindar dari radiasi sinar matahari. Saat ini terganggu kelestariannya yang disebabkan oleh berbagai kegiatan eksploratif sumber daya alam (SDA) yang tidak ramah lingkungan.

Kerusakan terhadap fungsi hutan sebagai penyeimbang suhu dan pelindung bumi dari radiasi sinar matahari menyebabkan peningkatan suhu bumi yang saat ini lebih dikenal dengan istilah global warming atau pemanasan global. Global warming

disebabkan oleh tingginya tingkat konsentrasi gas-gas, seperti karbondioksida, metana dan nitrogen oksida di atmosfer bumi. Hal tersebut merupakan hasil pembakaran bahan bakar minyak (BBM) yang berasal dari asap kendaraan bermotor maupun pembakaran batubara (sebagai salah satu bahan baku pembangkit listrik) yang melampaui batas kemampuan tumbuh-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya. Berdasarkan perhitungan World Wide Fund (WWF) tahun 2007 bahwa sektor transportasi menyumbang sekitar seperempat dari total pencemaran yang terhimpun

(3)

di atmosfer. Maka, semakin banyak manusia menggunakan bahan bakar minyak (BBM), semakin besar pula sumbangan manusia terhadap pemanasan global atau

global warming.

Meningkatnya jumlah penggunaan energi listrik saat ini secara langsung akan mempengaruhi potensi ketersediaan sumber daya alam batubara di bumi. Hal ini disebabkan karena energi listrik yang selama ini dihasilkan dari pembangkit listrik menggunakan batubara sebagai bahan bakarnya. Ditambah lagi tersedianya alat-alat elektronik rumah tangga yang cenderung kurang ramah lingkungan, seperti AC (Air Conditioner), kulkas dan sebagainya yang menghasilkan CFC (Chlor Fluor Carbon),

yaitu salah satu gas berbahaya yang apabila di atmosfer terlalu banyak akan merusak lapisan ozon.

Seperti yang diketahui bahwa batubara merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan membutuhkan waktu yang sangat lama dalam pembentukannya. Jika dalam penggunaan energi listrik tersebut tidak disertai dengan pertimbangan yang ekonomis dan kurangnya penerapan terhadap perilaku hemat energi, maka dapat dipastikan akan memberikan sumbangan pada percepatan terjadinya krisis energi. Selain itu, bertambahnya jumlah kendaraan bermotor saat ini juga berdampak buruk bagi kualitas udara di perkotaan karena akan menyebabkan pencemaran udara yang tinggi dan disamping itu kurang tersedianya tumbuh-tumbuhan hijau sebagai paru-paru kota untuk membersihkan udara kota (Sunarto, 2008).

Munculnya berbagai persoalan lingkungan saat ini, mulai menyadari manusia dari ”mati surinya” bahwa bumi sudah tidak ramah lagi. Ketersediaan sumber-sumber

(4)

energi yang semakin menipis dan terjadinya berbagai bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, kekeringan dan sebagainya merupakan akibat dari kerusakan lingkungan yang sebahagian besar merupakan aktifitas manusia dalam kehidupannya. Dari berbagai pembicaraan tentang lingkungan hidup, media selalu menyoroti akibat-akibat dari kerusakan lingkungan dan sering mengabaikan bagaimana pemahaman masyarakat terhadap perilaku hemat energi.

Pertumbuhan penduduk dan perkembangan IPTEK yang semakin meningkat menyebabkan aktifitas eksploitasi terhadap lingkungan semakin tinggi. Hal tersebut menyebabkan lingkungan tidak mampu memperbaiki dirinya secara alami dan menyediakan sumber daya alam energi bagi manusia dalam jangka waktu kedepan, tanpa adanya kesadaan masyarakat terhadap eksistensi sumber daya alam yang saat ini sedang krisis. Dengan kondisi seperti itu, maka masyarakat perlu diatur pola konsumsinya dan lingkungan hidup perlu dikelola dengan baik pemanfaatannya secara optimal agar ketersediaannya mencukupi kebutuhan generasi saat ini, tanpa harus mengurangi kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan generasi yang akan datang sehingga hubungan keduanya antara masyarakat dan lingkungan hidup bersifat sinergis.

Pola konsumsi yang secara sempit, dapat dilihat pada lingkup rumah tangga. Hal tersebut merupakan salah satu indikator yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga atau keluarga. Selama ini pengertian yang berkembang bahwa besar-kecilnya proporsi pengeluaran untuk konsumsi terhadap penggunaan alat-alat elektronik maupun bahan bakar minyak seluruh pengeluaran rumah tangga dapat memberikan gambaran terhadap tingkat kesejahteraan rumah

(5)

tangga tersebut. Rumah tangga dengan proporsi pengeluaran yang lebih besar untuk mengkonsumsi hal tersebut, mengindikasikan rumah tangga yang berpenghasilan tinggi. Makin tinggi tingkat penghasilan rumah tangga, makin besar proporsi pengeluaran untuk konsumsi terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa rumah tangga atau keluarga akan semakin sejahtera bila persentase pengeluaran untuk konsumsi lebih tinggi (Data Statistik Indonesia, 2009).

Berdasarkan hukum, masyarakat memiliki peran dalam mengelola lingkungan hidup, seperti yang dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 5 Ayat 3 dan Pasal 34 Peraturan Pemerintah (PP) No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Dampak Lingkungan. Terjadinya masalah-masalah kerusakan lingkungan disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang lingkungan hidup. Selain itu, juga dikarenakan kurangnya kegiatan penelitian dan sosialisasi terhadap inventarisasi Sumber-Sumber Daya Alam, baik yang alami maupun buatan dan juga sumber daya manusia. Hal ini disebabkan minimnya anggaran yang tersedia untuk kegiatan pengelolaan lingkungan.

Meningkatnya suhu bumi secara global (global warming) merupakan contoh

nyata dampak pengelolaan lingkungan yang eksploratif dan perkembangan perilaku konsumtif di masyarakat. Aktivitas dan segala kebutuhan manusia cenderung mengarah pada proses eksploitasi sumber daya alam, baik untuk kepentingan industri maupun dalam kehidupan sehari-hari yang berdampak pada perubahan lingkungan.

(6)

Amerika, China, Jepang maupun Eropa, tetapi juga berdampak bagi Indonesia. Pada tahun 1987, melalui World Commission On Enviroment And Development

(Brundtland Commission) dalam bukunya Our Common Future, mencoba

memperkenalkan konsep pembangunan yang berkelanjutan, yaitu suatu pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini tanpa harus mengorbankan kemampuan generasi mendatang dalam mencukupi kebutuhan mereka (Mitchell, Setiawan & Hadi, 2000).

Inti dari permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan mahluk hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya yang disebut dengan ekologi (Soemarwoto, 1991:19). Interaksi manusia dengan lingkungan hidup bersifat timbal balik, dapat mempengaruhi dan dipengaruhi. Pada hakikatnya hubungan manusia dengan lingkungannya bersifat sirkuler, dimana satu variabel mempengaruhi variabel lainnya.

Masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau Lembaga independen dan pemerintah, baik pada negara maju maupun berkembang diharuskan memberikan perhatian serius terhadap masalah lingkungan. Diketahui bahwa pengelolaan SDA yang berorintasi pada ekonomi tidak saja membawa efek positif, tetapi juga dampak negatif bagi umat manusia. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak terlepas dari persoalan lingkungan, dalam hal ini khususnya pada perubahan iklim atau cuaca yang saat ini terasa begitu menganggu kenyamanan masyarakat saat beraktifitas. Saat ini sudah tidak jelas lagi antara musim hujan dan musim kemarau, keduanya terasa begitu singkat. Perbedaan temperatur udara antara pagi dan siang

(7)

hari yang terasa begitu mencolok perbedaannya, belum lagi temperatur udara di siang hari yang terasa begitu panas.

Hal yang sama juga dirasakan oleh masyarakat di kota-kota besar di Indonesia, seperti halnya Kota Medan dan secara khusus pada Kelurahan Babura, Kecamatan Medan Baru. Kelurahan Babura merupakan salah satu daerah pemukiman padat, baik dari segi jumlah penduduknya, transportasi, lalu lintas, pusat perbelanjaan, sarana pendidikan, dan segala aktifitas masyarakat lainnya. Masyarakat di Kelurahan Babura termasuk dalam tipe masyarakat perkotaan karena letaknya yang berada tidak jauh dari pusat Kota Medan. Kelurahan Babura juga merupakan wilayah pemukiman ”elit” yang memiliki intensitas penggunaan alat-alat listrik dan bahan bakar minyak yang tinggi. Hal ini disebabkan karena sebahagian besar dari masyarakatnya memiliki mobilitas tinggi sehingga tingkat penggunaan terhadap alat-alat elektronik maupun bahan bakar minyak berada pada tingkat yang tinggi. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitiannya di Kelurahan Babura, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan dengan judul ”Pola Konsumsi Masyarakat dan Perilaku Hemat Energi” pada masyarakat perkotaan.

1.2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan pemaparan latar belakang di atas, adapun perumusan masalah yang dibuat adalah :

(8)

2. Seberapa besar tingkat konsumsi masyarakat mempengaruhi terjadinya pemanasan global (global warming)?

3. Sejauhmana tingkat kesadaran masyarakat mempengaruhi masyarakat dalam merealisasikan perilaku hemat energi?

4. Apakah pola konsumsi masyarakat mempengaruhi dasar atau pertimbangan dalam pemilihan barang-barang yang menggunakan energi?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat terhadap perilaku hemat energi.

2. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat konsumsi masyarakat mempengaruhi terjadinya pemanasan global (global warming).

3. Untuk mengetahui sejauhmana tingkat kesadaran masyarakat mempengaruhi masyarakat dalam merealisasikan perilaku hemat energi.

4. Untuk mengetahui apakah pola konsumsi masyarakat mempengaruhi dasar atau pertimbangan dalam pemilihan barang-barang yang menggunakan energi.

1.4. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan mampu untuk memberikan manfaat, baik untuk diri sendiri maupun orang lain, terlebih lagi untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Untuk itu, yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :

(9)

1. Manfaat Teoritis

Untuk memperoleh hasil yang lebih baik dan lengkap serta menjawab persoalan yang telah dibuat. Kemudian untuk dijadikan sebagai bahan informasi bagi khalayak luas, khususnya bagi masyarakat di Kelurahan Babura, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan mengenai perilaku hemat energi.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis dan hasilnya dapat dijadikan sebagai bahan referensi dari hasil penelitian dan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti berikutnya yang ingin mengetahui lebih dalam lagi terkait dengan penelitian sebelumnya. Kemudian untuk dijadikan sebagai bahan informasi bagi khalayak luas, khususnya juga bagi masyarakat itu sendiri tentang perilaku hemat energi.

3. Manfaat Bagi Penulis

penelitian ini dapat mengasah kemampuan penyusun dalam membuat karya tulis ilmiah dan melatih untuk membiasakan diri untuk membuat dan membaca karya tulis orang lain. Melalui penelitian ini juga dapat menambah wawasan penyusun mengenai masalah isu lingkungan sosial yang sedang diteliti.

1.5. Kerangka Teori

Perilaku konsumsi masyarakat berbeda satu dengan lainnya. Menurut Sumarwan (1997), perilaku konsumen adalah kegiatan, tindakan, serta proses

(10)

psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi. Schiftmann dan Kanuk (2000) mengemukakan bahwa studi perilaku konsumen adalah suatu studi mengenai bagaimana seorang individu membuat keputusan untuk mengalokasikan sumber daya yang tersedia (waktu, uang, usaha dan energi). Pada akhirnya, perilaku konsumsi masyarakat akan menimbulkan pemilihan terhadap barang-barang tertentu, baik yang menggunakan energi listrik maupun yang menggunakan energi bahan bakar minyak.

Dalam membuat pilihan, suatu individu diawali dengan adanya keinginan terhadap sesuatu dan kenyakinan terhadap tujuan-tujuan tertentu yang disusun dalam suatu keyakinan. Keyakinan-keyakinan inilah yang pada akhirnya akan menciptakan pilihan rasional pada individu. Teori Pilihan Rasional pusatnya adalah aktor atau manusia yang mempunyai tujuan. Teori ini memperhatikan dua pemaksa utama, yaitu sumber daya dan lembaga sosial. Dalam Teori Pilihan Rasional dikenal adanya preferensi-preferensi atau keinginan-keinginan yang paling dominan yang muncul dari warga masyarakat. Setiap individu maupun masyarakat tentu memiliki keinginan yang berbeda-beda. Untuk itu diperlukan mekanisme pilihan yang berorientasi pada pemilihan rasional dan pada akhirnya akan menimbulkan gaya hidup masyarakat itu sendiri.

Gaya hidup atau life style merupakan pola hidup yang menentukan bagaimana

seorang memilih untuk menggunakan waktu, uang dan energi untuk merefleksikan nilai-nilai, rasa dan kesukaan. Gaya hidup adalah bagaimana seorang menjalankan apa yang menjadi konsep dirinya yang ditentukan oleh karakteristik individu yang

(11)

terbangun dan terbentuk sejak lahir dan seiring dengan berlangsungnya interaksi sosial selama mereka menjalani siklus kehidupan.

Gaya hidup terkait dengan bagaimana seorang hidup, bagaimana menggunakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu mereka. Gaya hidup yang diinginkan seorang mempengaruhi perilaku pembelian yang ada di dalam dirinya dan selanjutnya akan mempengaruhi atau bahkan mengubah gaya hidup individu tersebut yang pada akhirnya mengakibatkan ketergantungan (dependensi) terhadap segala sesuatu, yakni di dalam penggunaan energi listrik untuk alat-alat elektronik dan penggunaan energi bahan bakar minyak untuk kendaraan bermotor, seperti sepeda motor dan mobil.

Pada dewasa ini yang menjadi bahan perdebatan adalah bagaimana menyusun suatu pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Semakin meningkatnya populasi manusia mengakibatkan tingkat konsumsi produk dan energi meningkat juga. Permasalahan ini ditambah dengan ketergantungan penggunaan energi dan bahan baku yang tidak dapat diperbarui. Pada awal perkembangan pembangunan, industri dibangun sebagai suatu unit proses yang tersendiri, terpisah dengan industri lain dan lingkungan. Proses industri ini menghasilkan produk, produk samping dan limbah yang dibuang ke lingkungan. Adanya sejumlah limbah yang dihasilkan dari proses produksi, mengharuskan industri menambah investasi untuk memasang unit tambahan untuk mengolah limbah hasil proses sebelum dibuang ke lingkungan. Pengendalian pencemaran lingkungan dengan cara pengolahan limbah (pendekatan end of pipe) menjadi sangat mahal dan tidak dapat menyelesaikan

permasalahan ketika jumlah industri semakin banyak, daya dukung alam semakin terbatas, dan sumber daya alam semakin menipis. Gaya hidup masyarakat yang begitu

(12)

kompleks akan menimbulkan kebutuhan terhadap penggunaan energi listrik untuk alat-alat elektronik dan penggunaan energi bahan bakar minyak untuk sepeda motor dan mobil.

Untuk memahami kebutuhan manusia, Teori Maslow dan McClelland menggambarkan bahwa manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan yang berbeda. Pada suatu jenjang, kebutuhan tersebut akan membentuk persepsi pada individu dalam memilih sesuatu, menggunakan sesuatu dan menafsirkan segala sesuatunya. Kebutuhan masyarakat akan energi, baik energi listrik maupun energi bahan bakar minyak tidak ada habis-habisnya dan terus meningkat. Hal itu jika tidak dapat dibatasi, maka dampak yang ditimbulkannya akan terjadi pemanasan global atau (global warming).

Di tengah kian seringnya dilakukan pemadaman listrik bergilir di Indonesia, (World Wide Fund) WWF Indonesia tak henti mengingatkan masyarakat tentang pentingnya penghematan listrik. Bukan sekadar untuk mengurangi pengeluaran bulanan semata, tapi untuk mengatasi masalah kurangnya pasokan listrik di Indonesia, pasokan listrik yang belum bisa dinikmati seluruh rakyat Indonesia serta adanya ancaman pemanasan global (global warming). Hampir 40 % emisi karbon

dihasilkan oleh sektor ketenagalistrikan. Semakin tinggi konsumsi listrik maka semakin tinggi pula emisi karbon yang dihasilkan dari pembangkit listrik, karena 60% menggunakan bahan bakar fosil. Sementara pembakaran bahan bakar fosil adalah penyebab utama terjadinya pemanasan global yang berdampak pada meningkatnya suhu bumi secara global.

(13)

Bertambahnya kendaraan dengan sangat cepat sementara ruas jalannya tidak mampu lagi menampung, menjadi masalah utama di kota-kota besar. Sehingga terjadi kemacetan lalu lintas. Ini berdampak buruk bagi kualitas udara karena pencemaran semakin tinggi dan berkurangnya ruang terbuka hijau sebagai paru-paru kota untuk membersihkan udara. Masalahnya akan berlanjut kepada gangguan kesehatan bagi masyarakat, minimal menimbulkan infeksi saluran pernafasan.

Saat ini masih sekitar 45 % penduduk Indonesia yang belum dapat menikmati listrik. Kelompok yang memiliki akses listrik justru melakukan gaya hidup boros tanpa menyadari bahwa listrik adalah komoditas yang terbatas dan selayaknya dapat diakses oleh seluruh masyarakat Indonesia. Permintaan listrik yang kian meningkat dan boros, sementara kapasitas pembangkit listrik yang ada terbatas mengakibatkan terjadinya pemadaman listrik yang bergilir.

Kegiatan edukasi publik tentang pentingnya penggunaan listrik secara efisien, seperti menghemat listrik dan penggunaan peralatan elektronik dengan daya kecil dengan kualitas yang baik perlu terus dilakukan dengan sasaran berbagai kelompok, termasuk kelompok anak-anak dan anak muda agar tidak terjadi pemanasan global (global warming).

1.6. Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah yang terdiri dari satu kata atau lebih yang menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide maupun gagasan (Hasan, 2002:17). Untuk menjelaskan maksud dan pengertian konsep-konsep yang terdapat di

(14)

dalam penelitian ini, maka akan dibuat batasan-batasan konsep yang dipakai adalah sebagai berikut.

1. Pola

Pola adalah sistem, cara kerja, bentuk atau struktur yang tetap (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007).

2. Konsumsi

Konsumsi adalah suatu kegiatan yang mempunyai arti menggunakan, menghabiskan atau memakaian sesuatu untuk dihabiskan. Menurut Raymond Williams, seorang ekonom menegaskan bahwa seiring dengan proses kapitalisme, suatu tindakan konsumsi diartikan sebagai posisi yang berseberangan dengan tindakan produksi atau produsen (Juliastuti, 2004).

3. Masyarakat

Menurut Selo Sumardjan, masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. Dalam penelitian ini yang menjadi objek kajiannya adalah masyarakat perkotaan. Hal ini dikarenakan bahwa masyarakat perkotaan memiliki sifat materialis dan konsumerisme yang dianggap lebih mementingkan rasionalitas. Sifat rasional ini erat hubungannya dengan konsep

Gesellschaft atau Gemeinschaft (Madjid, 2008).

4. Perilaku Hemat Energi

Perilaku Hemat Energi merupakan suatu sikap positif dalam hal penggunaan energi listrik maupun Bahan Bakar Minyak (BBM). Hal ini dilakukan karena

(15)

sat ini kondisi masyarakat yang cenderung konsumtif, terkait dengan penggunaan energi listrik dan Bahan Bakar Minyak (BBM). Sosialisasi untuk memberikan pengertian kepada masyarakat sangat diperlukan, namun pelaksanaan sosialisasi tidak dapat berdiri sendiri. Peran serta masyarakat dan pemerintah sangat dibutuhkan (Warta PLN, 2008).

1.7. Operasional Variabel

Defenisi operasional adalah spesifikasi kegiatan peneliti dalam mengukur atau memanipulasi suatu variabel. Defenisi operasional memberikan batasan atau arti suatu variabel dengan merinci hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk mengukur variabel tersebut (Sarwono, 2006:12).

Dalam penelitian kuantitatif, secara umum terdiri dari 2 (dua) variabel, yaitu variabel terikat (dependent) dan variabel bebas (independent). Dalam penelitian ini

yang menjadi variabelnya adalah sebagai berikut. 1. Pola Konsumsi Masyarakat (X)

Pola Konsumsi Masyarakat menjadi variabel (X) atau variabel bebas (independent) yang merupakan variabel yang akan diteliti pengaruh terhadap masalah yang akan diajukan. Adapun yang menjadi indikator variabel dalam penelitian ini, yaitu : bentuk partisipasi masyarakat terhadap perilaku hemat energi, yaitu :

1. Pengetahuan atau pemahaman masyarakat tentang konsep hemat energi.

(16)

2. Tingkat kesadaran masyarakat terhadap perilaku hemat energi, yaitu : a. Tinggi

b. Sedang, dan c. Rendah

3. Intensitas atau tingkat konsumsi masyarakat terhadap barang-barang kebutuhan yang menggunakan energi, yaitu :

a. Tinggi b. Sedang, dan c. Rendah

2. Perilaku Hemat Energi (Y)

Perilaku hemat energi menjadi variabel (Y) atau variebel terikat (dependent), yaitu variabel yang perubahannya dipengaruhi variabel lain. Adapun yang menjadi indikator dalam penelitian ini, yaitu : keikutsertaan atau peran-serta masyarakat dalam penerapan perilaku hemat energi, yaitu :

1. Aktif, berkaitan dengan pemilihan barang-barang konsumsi yang ramah lingkungan dan frekuensi penggunaan berbagai alat atau sarana yang menggunakan energi maupun bahan bakar minyak dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :

a. Tinggi b. Sedang, dan

(17)

c. Rendah.

2. Pasif, menggunakan berbagai alat atau sarana yang menggunakan energi maupun bahan bakar minyak secara bebas tanpa mempertimbangkan efeknya terhadap lingkungan.

Bagan Operasional Variabel

Perilaku Hemat Energi (Y)

Pola Konsumsi Masyarakat (X)

Bentuk partisipasi masyarakat terhadap perilaku hemat energi, yaitu :

1. Pengetahuan atau

pemahaman masyarakat tentang konsep hemat energi.

2. Tingkat kesadaran

Keikutsertaan atau peran-serta masyarakat dalam penerapan perilaku hemat energi, yaitu :

1. Aktif, berkaitan dengan pemilihan barang-barang konsumsi yang ramah lingkungan dan frekuensi penggunaan berbagai alat atau

Referensi

Dokumen terkait

Pada pengukuran kadar O2 yang dilakukan diperoleh hasil 1,1 dilakukan diperoleh hasil 1,1 mg/l mg/l dimana faktor y dimana faktor yang ang mempengaruhinya, yaitu derajat

Menurut penuturan bapak Afroh, nasi dikepal itu mirip seperti simbol yang sering digunakan dalam peribadatan Agama Hindu yaitu japa mala , untuk kemudian oleh Sultan

Pengadilan Agama Pekanbaru melakukan pencanangan Pembangunan Zona Integritas pada tanggal 2 Oktober 2018 dan pada tanggal 10 Desember 2019 bertepatan dengan peringatan

Peranan internal audit pada PT X telah banyak memberikan manfaat bagi badan usaha dalam meningkatkan efektifitas, efisiensi, dan keekonomisan dari bagian produksi. Melalui

No Urt NSM NPSN Status Nama Lembaga Alamat Kecamatan Kab/Kota Propinsi Titik Koordinat... Abdul

Sedarmayanti (2013) menyatakan: Pentingnya arti kinerja bagi keberlangsungan sebuah organisasi adalah untuk melakukan, menjalankan, melaksanakan serta melaksanakan atau

Untuk mendapatkan tegangan local pada pondasi mesin, maka gaya berat, gaya dorong dan momen torsi diberikan pada pondasi masing- masing sesuai dengan perhitugan

Arah hubungan yang negatif menunjukkan bahwa semakin rendah performance goal orientation, maka akan diikuti dengan makin positifnya sikap terhadap sertifikasi guru