• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. yang seluas-luasnya. Sebagai bagian dari arsitektur, mesjid merupakan konfigurasi dari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. yang seluas-luasnya. Sebagai bagian dari arsitektur, mesjid merupakan konfigurasi dari"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

I.1.1. Pentingnya Pengetahuan Arsitektur Mesjid

Mesjid merupakan tempat untuk melaksanakan ibadah kaum muslimin menurut arti yang seluas-luasnya. Sebagai bagian dari arsitektur, mesjid merupakan konfigurasi dari segala kegiatan kaum muslimin dalam melaksanakan kegiatan agamanya. Dengan demikian maka mesjid sebagai suatu bangunan, merupakan ruang yang berfungsi sebagai penampungan kegiatan pelaksanaan ajaran agama Islam, sehingga terdapatlah kaitan yang erat antara kegiatan keagamaan dengan masjid. ( Rochym, 1983:15)

Perkembangan masjid itu sendiri senantiasa mengikuti sifat perkembangan Islam yang memasuki berbagai kehidupan yang beraneka ragam sifatnya disetiap daerah perkembangannya. Dengan demikian maka masjid juga memberikan kesan yang akrab dengan segi-segi kehidupan sosial budaya masyarakat dimana masjid itu berkembang atau masjid senantiasa menjadi ukuran dari setiap periode perkembangan Islam didaerah perkembangannya dan nilai masyarakat yang mendirikannya.

I.1.2. Masjid Sebagai Bangunan Ibadah Umat Islam

Umat Islam atau masyarakat Islam adalah sekumpulan orang-orang Islam yang hidup dalam satu jamaah pada suatu daerah tertentu, mereka beribadah mengamalkan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari seoptimal mungkin. Semua kegiatan umat terpusat di masjid dengan imam sebagai manajer yang efektif dari setiap masjid. Masjid mempunyai daerah pembinaan tertentu dan pembinaan diberikan secara maksimal kepada masyarakat disekelilingnya yang menjadi jamaah tetap pada masjid tersebut. Sedangkan untuk jamaah

(2)

2 tidak tetap, layanan dapat diberikan dalam bentuk informasi yang bersifat bantuan yang sesuai dengan fungsi masjid sebagai tempat beribadah dalam arti yang luas.

Penampilan dan manajemen masjid dapat memberi gambaran tentang hubungan masjid dengan kwalitas sumber daya manusia disekelilingnya. Manajemen masjid harus dilaksanakan sebagai pengamalan dan hubungan manusia dengan Allah SWT, dan hubungan manusia dengan manusia lainnya. Kualitas sumber daya manusia yang merupakan pengalaman ilmu dapat tergambar dalam bentuk bangunan (arsitektur) dan manajemen dari sebuah masjid. Sebagaimana telah diketahui bahwa arsitektur itu mempunyai kaitan dengan perkembangan budaya. Sedangkan budaya itu sendiri merupakan hasil rekayasa akal manusia, dalam arti kata bahwa kebudayaan itu adalah hasil upaya atau rekayasa dalam keseluruhan ilmu pengetahuan yang dipunyai oleh manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan itu terkait erat dengan ruang dan waktu tertentu. Oleh karena itulah maka kebudayaan itu merupakan gambaran dari perkembangan intelektual manusia yang sangat dipengaruhi oleh nalar dalam waktu dan ruang tertentu. ( Supardi dan Amirudin, 2000: 10-12)

I.1.3. Akulturasi Budaya Pada Bangunan-Bangunan Masjid Kesultanan Di Maluku Utara

Kurangnya bukti-bukti tertulis maupun prasasti atau bukti arkeologis pada umumnya telah menyebabkan sulitnya menetapkan secara akurat kapan agama Islam masuk ke Maluku Utara. Karena penyebaran Islam di seluruh Nusantara dilakukan melalui para pedagang, sehingga dapat diduga bahwa penyebaran agama ini mengikuti jalur-jalur niaga yang ada ketika itu, dengan sasaran utama kota-kota pantai dan dan bandar-bandar perniagaan.

Permasalahan seperti bagaimana, mengapa dan kapan penduduk Maluku Utara mulai menganut agama Islam, tidak mudah disepakati secara bulat. Dari sejumlah premis

(3)

3 kesejarahan dapat disimpulkan bahwa islam masuk ke Maluku tidak terlepas dari orang-orang asing dari Asia-Arab, Gujarat, dan Cina yang berprofesi pedagang serta pedagang-pedagang Jawa dan Melayu yang telah memeluk agama islam. ( Amal, 2010:235)

Misalnya Maluku Utara yang terkenal dengan empat kerajaannya atau biasa dekenal Moloku Kie Raha yang terdiri dari kerajaan Ternate, kerajaan Tidore, kerajaan Jailolo dan kerajaan Bacan yang mana empat kerajaan tersebut merupakan kerajaan-kerajaan Islam yang mempunyai peran penting dalam penyebaran agama Islam di Maluku dan Maluku Utara. Banyaknya negara asing yang pernah datang ke Maluku Utara, sehingga mengakibatkan adanya akulturasi budaya dengan budaya lokal yang masih bisa dilihat sampai saat ini. Bentuk nyata dari hasil akulturasi budaya yang bisa dilihat sampai saat ini berupa bangunan peribadatan umat Islam yaitu masjid. Masjid yang dimaksud merupakan masjid yang pertama dibangun atau masjid yang melambangkan kejayaan para Sultan pada masing-masing Kerajaan.

I.1.4. Masjid – Masjid Kesultanan Dimaluku Utara Sebagai Perwujudan Arsitektur Lokal

Dalam masyarakat tradisional, masjid didirikan atas kesepakatan komunitas setempat yang terbentuk pada saat itu juga, yang dihasilkan secara otodidak, tidak terencana maupun terstruktur, tetapi dengan latar belakang Islam yang kuat, artinya suatu kelompok masyarakat dalam kehidupannya tidak akan lepas dari lingkungan fisik maupun non fisik, yaitu alam sekitarnya, masyarakat lain dan kebudayaannya. Kenyataan seperti inilah, yang menjadikan masyarakat Indonesia umumnya membangun masjid dengan menggunakan imajinasi yang terbentuk dari memori yang sudah mereka simpan selama ini tentang bentuk masjid. (Fikriarini dalam Muchlis 2009: 7)

Sedangkan Latif dalam (Aufa 2009: 4 ) mengungkapkan bahwa masjid tradisional adalah masjid yang dibangun sejak jaman masuknya Islam pertama kali dan memiliki

(4)

4 bentuk yang sesuai dengan situasi dan kondisi pada masa itu, serta dilatar belakangi oleh pola pikir masyarakat yang merupakan tradisi. Wujud fisik masjid sebagai arsitektur, mengandung nilai budaya didalamnya. Mengandung nilai budaya karena merupakan pencerminan dari ide-ide atau gagasan masyarakat setempat, nilai-nilai masyarakat setempat termasuk syareat Islam, norma-norma masyarakat setempat dan peraturan masyarakat setempat. Selain itu nilai budaya yang terdapat pada masjid juga merupakan wujud aktifitas atau tindakan berpola dari masyarakat setempat.

Dilihat dari tampilan bentuk atau gaya arsitektur mesjid-mesjid Kesultanan di Maluku Utara tidak telepas pada nilai-nilai arsitektur lokal yang dipadukan dengan ajaran Islam yang sangat tinggi, hal ini ditandai dengan setiap penggunaan bentuk yang terdapat pada mesjid selalu mempunyai makna tersendiri. Selain itu juga keberadaan masjid merupakan bentuk fisik yang sangat penting dari inti ajaran Islam, karena Masjid menjadi penanda utama, paling spesifik dan paling jelas, bagaimana islam tumbuh dan berkembang disuatu tempat atau daerah.

Secara fisik bentuk masjid-masjid Kesultanan Maluku Utara pada umumnya sama dengan masjid-masjid tradisonal di Indonesia, hal tersebut dapat kita lihat dari bentuk atapnya yang cenderung tumpang atau bersusun, dan di ujung atapnya terdapat hiasan yang disebut mustaka atau bahasa daerah setempatnya menyebut dengan nama tiang alif, ditamba lagi dengan adanya kolom penyangga (soko guru). Walaupun secara umum bentuk Masjid Kesultanan di Maluku Utara itu sama dengan masjid tradisional di Indonesia, akan tetapi terdapat perbedaan nilai dan keyakinan yang melekat pada bentuk tersebut, karena setiap daerah mempunyai nilai budaya dan keyakinanya masing-masing, hal inilah yang membuat Indonesia terkenal kaya akan kebudayaan. Selain bentuknya yang memiliki ciri khas tersendiri, lokasi tempat dibangunnya masjid-masjid tersebut sangat menarik karena masih berkaitan dengan istana atau keraton, sehingga dengan

(5)

5 kehadirannya menunjukan bahwa peran dari para Sultan atau Raja bukan hanya sebagai pemimpin, melainkan sebagai ulama yang bertugas menyiarkan agama Islam di wilayah Maluku Utara dan sekitarnya.

Karena bentuk arsitekturanya yang unik, sehingga menjadikan masjid-masjid Sultan Maluku Utara seringkali dijadikan sebagai pelopor bagi masjid-masjid yang akan dibangun saat ini. Bertolak dengan keunikan yang melekat pada masjid-masjid Kesultanan di Maluku Utara, maka perlu adanya penelitian yang sangat spesifik guna merumuskan karakteristik atau ciri khas yang ada pada Masjid-masjid Kesultanan Maluku Utara, sehingga dapat dijadikan sebagai satu identitas kota.

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Belum adanya penelitian khusus yang dilakukan guna mengkaji tentang ciri khas arsitektur yang melekat pada bangunan-bangunan masjid Kesultanan Maluku Utara sehingga bangunan tersebut belum bisa dijadikan sebagai suatu identitas arsitektur lokal Maluku Utara.

2. Kurangnya tingkat kepedulian masyarakat adat dan pemerintah daerah dikarenakan minimnya publikasi mengenai nilai-nilai sejarahnya, maka ditakutkan lambat laun bentuk asli dari masjid-masjid kesultanan di Maluku Utara akan hilang.

I.3. Pertanyaan Penelitian

Dari uraian latar belakang dan rumusan permasalahan diatas, maka dalam penelitian ini dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah karakteristik arsitektur khususnya pola letak tapak dan bentuk pada masjid-masjid Kesultanan di Maluku Utara ?

(6)

6 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi karakteristik arsitektur pola letak tapak

dan bentuk bangunan masjid-masjid kesultanan di Maluku Utara ? I.4. Tujuan dan Sasaran Penelitian

a. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendapatkan rumusan karakteristik arsitektur khususnya pola letak dan bentuk pada masjid-masji kesultanan di Maluku Utara.

2. Untuk merumuskan faktor apa saja yang mempengaruhi karakteristik arsitektur pola letak tapak dan bentuk pada masjid-masjid kesultanan di Maluku Utara.

b. Sasaran Penelitian

1. Mengidentifikasi karakteristik arsitektur khususnya pola letak pada tapak dalam hal ini elemen-elemen yang berkaitan dengan lokasi dimana masjid kesultanan dibangun. Mengidentifikasi karakteristik arsitektur khususnya bentuk yaitu denah, tampak, potongan, dimensi dan bahan bangunan yang digunakan.

2. Mencari bukti-bukti sejarah berupa gambar, foto, arsip dan deskripsi lisan yang berhubungan dengan masjid-masjid kesultanan di Maluku Utara. 3. Mengidentifikasi nilai budaya lokal yang melekat pada bentuk-bentuk

arsitektuk masjid kesultanan di Maluku Utara sehingga bisa membedakan dengan masjid tradisional lainnya.

I.5. Manfaat Penelitian

1. Bagi ilmu pengetahuan, untuk memperkaya wawasan ilmu arsitektur, yang tanggap terhadap lingkungan budaya terutama dalam melestarikan budaya sehingga dapat membangun citra dan identitas kota dalam hal ini berkaitan dengan gaya arsitektur

(7)

7 masjid. Selain itu hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar penelitian tentang gaya arsitektur bangunan dengan objek selain bangunan masjid.

2. Bagi pemerintah dan praktisi, hasil penelitian tersebut berguna sebagai pertimbangan dalam menemukan hal-hal yang dapat mempengaruhi pembentuk gaya arsitektur masjid kaitannya dengan upaya pemerintah dalam pembentuk identitas kota, serta sumbangsi sebagai acuan untuk merancang atau merenovasi bangunan masjid.

I.6. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang karakteristik arsitektur masjid Kesultanan di Maluku Utara belum ditemukan, dengan demikian keaslian penelitian ini terletak pada fokus dan lokus penelitian. Lokus penelitian ini adalah masjid-masjid kesultanan di Profinsi Maluku Utara. Sedangkan fokus penelitian adalah mengkaji karakter yang terdapat pada masjid-masjid kesultanan di Maluku Utara dari segi pola letak pada tapak dan bentuk serta faktor-faktor pembentuk arsitektur masjid. Meskipun berbeda lokus dan fokus, penelitian ini sejenis dengan penelitian yang lain yang mengkaji karakter atau sebuah bangunan atau pemukiman. Hal ini penting untuk diungkapkan untuk mengambil dari metode yang dipakai untuk pengalian karakter atau bangunan atau pemukiman. Berikut ini adalah perbandingan penelitian yang sejenis yang tersedia di perpustakaan UGM.

(8)

8

Tahun Nama

(Judul Penelitian)

Lokus dan fokus Metode penelitian Perbedaan dengan penelitian ini

1991

Ahmad Saifudin mutaqi ( Tipologi Arsitektur Masjid

Swadaya Masyarakat )

Lokus: Masjid swadaya masyarakat di kota jogja Fokus: Aspek Tipologi Dan Morfologi

Eksplorasi dan deskripsi verbal

Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada lokus dan fokus penelitiannya.

1996

Mohammad Ischak ( Beberapa Kaidah Yang Memepengaruhi Keberadaan Masjid Pada Abad Ke 18-19 Di Bagian Barat Pantai Utara Jawa

Tengah)

Lokus: Masjid Di Bagian Barat Pantai Utara Jawa Tengah.

Fokus: Konsep-konsep yang ada dalam islam tentang masjid masjid yang terdapat ayat al-quran, hadist dan aturan agama lainnya dikaitkan dengan norma-norma sosial yang berlaku dalm masyarakat.

Rasionalisme Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada lokus dan fokus penelitiannya, selain itu terdapat perbedaan dalam pendekatan teori yang digunakan

1999 Adi Utomo Hatmoko

( Identifikasi Karakteristik Arsitektur Masjid Tradisional, Dan

Kontempores Jawa)

Majis tradisional dan kontemporer jawa

Rasionalistik Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada lokus dan fokus penelitiannya

2000 Sri Hardiyanto

( Simbol-Simbol Pada Masjid-Masjid Kerajaan Di Jawa Studi Makna Simbolikungkapan Fisisk Dan Setting Bangunan Pada Kasu

Masjid-Masjid Kerajaan Di Surakarta Dan Yogyakarta

Lokus: Masjid-masjid kerajaan di surakarta dan yogyakarta Fokus: Tema-tema simbolik masjid ditinjau dari fenomena fisik arsitektur dan fenomena setting yang berkaitan dengan kawasan dan kota.

Rasionalistik Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada lokus dan fokus penelitiannya Tabel 1. Keaslian penlitian

(9)

9

2003 Irma Nurjannah

(Karakteristik Arsitektur Pemukiman Bugis Di Kelurahan

Mata Puunggaloba Kendari)

Lokus: Arsitektur pemukiman bugis

Fokus: mengkaji karakteristik arsitektur pemukiman suku bugis

Rasionalistik Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada lokus dan fokus penelitiannya

2003 Ade Ira( Karakteristik Bangunan

Masjid Studi Persepsi Visual Pada 6 Masjid Di Yogyakarta)

Lokus: 6 masjid di yogyakarta

Fokus: studi karakter bangunan

Rasionalistik Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada lokus dan fokus penelitiannya

2008 Johan Effendhy

( Interasi Ekspresi Arsitektur Masjid Dengan Budaya Jawa)

Lokus: masjid agung yogyakarta

Fokus: keterkaitan ekspresi arsitektur dengan budaya jawa

Rasionalistik Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada lokus dan fokus penelitiannya

2009 Naimatul Aufa

( Karakteristik Masjid Berbasis Budaya Lokal Di Kalimantan

Selatan)

Lokus: masjid-masjid tradisional yang ada di kalimantan selatan

Fokus: mengkaji nilai budaya suku banjar

Rasionalistik Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada lokus dan fokus penelitiannya

2012 Apuddin Dg Amir

( Perbendingan Karakteristik Rumah Tradisionala Bugis Dengan

Rumah Pondokan Yang Berada Di Sekitar Kampus Universitas

Hasanudin

Lokus: rumah pondokan yang berada di sekitar kampus hasanudin makasar

Fokus: mengkaji nilai-nilai rumah tradisional bugis terhadap rumah pondokan

Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada lokus dan fokus penelitiannya

(10)

10 I.7. Kerangka Pikir Penelitian

Digram 1.1: Kerangka pikir penelitian Sumber: analisis 2015

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan penguat amplifier gain (EDFA) pada simulasi perhitungan optical power link budget pada saluran serat optik, akan mempengaruhi beberapa parameter output seperti

Kesimpulan Uji Signifikansi Parameter Individual (t-test) menunjukkan bahwa variabel kinerja lingkungan (PPP) memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing- masing dilaksanakan

Hidupkan mesin kendaraan sebelum dilakukan servis. Prosedur ini diperlukan untuk mengetahui kondisi awal kendaraan. Pemeriksaan minyak pelumas dan air pendingin

Saat beşi çeyrek geçiyor : Es ist Viertel nach fünf saat sekizi çeyrek geçiyor : Es ist Viertel nach acht Saat dördü çeyrek geçiyor : Es ist Viertel nach vier saat beşe çeyrek

Subyek pada penelitian ini adalah Negara Rusia, Iran, Amerika Serikat dan Israel dengan topik utamanya adalah kebijakan Rusia dalam kerjasama program nuklir Iran yang membuat

Adapun maklumat dalam asas iuss cuuria novit adalah hakim pengadilan tidak diperkenankan memeriksa perkara dan mengadili perkara yang beralasan bahwa hukumnya (kabur) tidak

penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara tuntutan pekerjaan dan kesejahteraan kerja pada pekerja shift, dimana pekerja