• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Situasi perekonomian Indonesia yang telah demikian cepat perubahannya,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Situasi perekonomian Indonesia yang telah demikian cepat perubahannya,"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Situasi perekonomian Indonesia yang telah demikian cepat perubahannya, menyebabkan kehadiran koperasi yang mandiri memberikan keunggulan tersendiri dan menjadikan pembangunan perekonomian terpacu lebih cepat karena adanya lembaga yang mampu memberdayakan perekonomian masyarakat. Dalam teori maupun kenyataan, koperasi mampu memperkenalkan kesadaran ekonomi, mampu menggerakkan sumber-sumber ekonomi (termasuk sumber daya manusia) yang masih belum atau kurang dimanfaatkan menjadi suatu kekuatan produktif yang menumbuhkan nilai tambah. Koperasi sebagai gerakan ekonomi partisipatif menyatupadukan potensi-potensi yang terpisah-pisah menjadi kekuatan bersama yang lebih besar. (Anoraga: 2002:57)

Sejak tahun 2004 terdapat lebih dari 3020 koperasi syari’ah yang berkembang dengan berbagai macam ragam kondisi kelembagaannya. Jenisnya sangat beragam di mulai dari koperasi pondok pesantren (kopontren), koperasi masjid (kopmas), koperasi perkantoran hingga koperasi pasar (kopas). Dalam waktu yang singkat koperasi syari’ah telah memberikan dampak yang cukup positif terhadap pelaku usaha mikro di tanah air dan telah membantu lebih dari 920 ribu usaha mikro di tanah air dan telah merambah ke seluruh kabupaten di Indonesia. Koperasi syaria’ah lahir sebagai salah satu solusi alternatif dikalangan masyarakat muslim karena adanya pertentangan mengenai bunga dan riba.

(2)

Koperasi syari’ah berbeda dengan koperasi konvensional yaitu pada koprasi syari’ah tidak menggunakan sistim bunga atau riba dalam pembagian keuntungan, tetapi menggunakan sistem bagi hasil (mudharabah) yang berdasarkan keadilan. Jadi, koperasi syari’ah hadir dalam rangka penerapan ekonomi syari’ah Islam. Selain koperasi syari’ah dapat membantu masyarakat muslim terbebas dari peraktek bunga atau riba yang dilakukan oleh bank-bank konvensional, kehadiran koperasi syari’ah diharapkan juga mampu memberikan kesejarteraan kepada masyarakat. Sistim bagi hasil (mudharabah) yang dikenalkan pada masyarakat ternyata cukup mudah diterima dan sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang mengedepankan asas gotong royong dan kejujuran.

Disisi lainnya kesulitan mengakses perbankan dihadapi oleh usaha mikro, dikarenakan standar kelayakan perbankan konvensional yang sulit dipenuhi oleh pelaku usaha mikro. Kondisi ini diatasi dengan keberadaan koperasi syari’ah yang terbiasa dengan usaha yang skala dan transaksi kecil (mikro) serta berada di lokasi-lokasi yang selama ini sulit tersentuh sepenuhnya oleh jaringan perbankan. Kenyataannya jumlah koperasi syari’ah masih sangat sedikit dibandingkan dengan kebutuhan pembiayaan usaha mikro yang mencapai 39,72 juta usaha dan menyerap 88% tenaga kerja. Karena itu penumbuhan koperasi syari’ah merupakan upaya strategis untuk mendongkrak tingkat pertumbuhan ekonomi dan mengentaskan kemiskinan. Penumbuhan koperasi syari’ah juga penting dalam rangka meningkatkan keluarga prasejahtera, sehingga bukan sekedar intermediasi financial, melainkan juga intermediasi sosial. Menurut data BPS, terdapat lebih dari 10 juta usaha kecil dan mikro yang belum tersentuh jasa layanan perbankan.

(3)

Kondisi ini menjadi perluang bagi tumbuh dan berkembangnya koperasi syari’ah bagi rakyat Indonesia yang mayoritas muslim. Kelahiran koperasi syari’ah di Indonesia dilandasi oleh Kepututsan Menteri (Kepmen) Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tanggal 10 September 2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah. Kepmen ini memfasilitasi berdirinya koperasi syari’ah menjadi Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah (KJKS) atau Unit Jasa Keuangan Syari’ah (UJKS), dengan adanya sistim ini membantu koperasi serba usaha di Indonesia memiliki unit jasa keuangan syari’ah. Dengan demikian dalam rangka mengakselerasi pertumbuhan dan perkembangan koperasi syari’ah di Indonesia mutlak diperlukan adanya undang-undang koperasi syari’ah tersendiri yang mampu mengakomodir percepatan dari koperasi syari’ah itu sendiri. http://www.kabarindonesia.com/berita.php. PKS Support Pertumbuhan Koperasi Syari’ah Indonesia tanggal 14 Juli 2008.

Koperasi Syariah Berkah Mandiri (KSBM) Pasar USU Medan adalah koperasi yang didirikan oleh mahasiswa dan alumni USU dari berbagai fakultas, yang terbuka secara umum untuk semua kalangan masyarakat dan menjadi salah satu wadah perekonomian bagi anggota khususnya dan umat islam umumnya yang secara profesional dan amanah dengan semangat ukhuwah islamiyah dan berdasarkan syari’at islam.

Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri (KSBM) Pasar USU Medan selain merupakan wadah simpan pinjam juga merupakan usaha yang bergerak di bidang investasi, perdagangan, privat less, cattering service, rental mobil. Adapun produk-produk dari Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri (KSBM) Pasar USU Medan sebagai berikut:

(4)

Tabel 1.1

Data Produk Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri Pasar USU Medan

Produk Bauran Produk

Penghimpunan Dana

1. Tabungan Mudharabah

2. Investasi SPP Mahasiswa dan Pelajar 3. Investasi Walimah/ Nikah

4. Investasi Haji

5. Investasi Berjangka Mudharabah

Produk Usaha / Penyaluran Dana

1. Pembiayaan/ Simpan pinjam a. Pembiayaan Mudharabah (bagi

hasil)

b. Pembiayaan Musyarakah c. Ijarah (sewa)

d. Qard (Pinjaman)

e. Qaldhu Hasan (dana kebajikan yang berasal dari zakat, infak, sadaqah (ZIS) 2. Usaha Perdagangan a. Pulsa (distributor) b. Kartu Perdana c. Buku-buku d. Accessories

e. Parfum non alkohol f. Dll

3. Privat Less

4. Cattrering Service 5. Rental Mobil

Sumber : Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri Pasar USU Medan (diolah)

Tabel 1.1 dapat di jelaskan bahwa Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri (KSBM) Pasar USU Medan bukan hanya bergerak di bidang penghimpunan dan dan penyaluran dana, tapi juga bergerak di bidang investasi, perdagangan, privat less, cattering service, rental mobil. Hal ini disebabkan dengan adanya peluang yang sangat memungkinkan untuk meningkatkan pendapatan Koperasi Syaria’ah Berkah Mandiri (KSBM) Pasar USU Medan.

(5)

Tabel 1.2

Pendapatan Bersih Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri Pasar USU Medan bulan Desember 2008 –Mei 2009

Bulan / Tahun Pendapatan (Rp)

Desember 2008 279.334 Januari 2009 363.178 Februari 2009 213.834 Meret 2009 333.460 April 2009 67.967 Mei 2009 514.825

Sumber : Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri 2009 (diolah)

Tabel 1.2. Dapat di jelaskan bahwa pendapatan bersih Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri Pasar USU Medan di hitung dari 6 (enam) bulan terakhir dimulai dari bulan Desember 2008 sampai dengan bulan Mei 2009. Namun, terjadi penurunan yang sangat drastis di bulan karena pada bulan April, karena salah satu sumber pendapatan Koperasi Syariah Berkah Mandiri (KSBM) Pasar USU Medan (KSBM Profesional Tutor) tidak berjalan dengan maksimal sedangkan jumlah pengeluaran pada bulan April tetap sama seperti bulan-bulan sebelumnya. Ketidakproduktifan dari usaha Koperasi Berkah Syariah Mandiri (KSBM) Pasar USU Medan ini di duga dipengaruhi oleh kurang maksimalnya penerapan faktor-faktor kewirausahan dalam usaha Koperasi Syariah Berkah Mandiri (KSBM) Pasar USU Medan.

Menurut Dalimunthe (2002) Faktor-faktor kewirausahaan yang mempengaruhi keberhasilan suatu usaha yaitu visi, perencanaan, motivasi, kreativitas, peluang, percaya diri, berani mengambil resiko, dan adaptasi. Hasil

(6)

penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dalimunthe (2002) di temukan bahwa kewirausahaan berpengaruh langsung positif terhadap keberhasilan usaha industri kecil tenun dan bordir di sumatera utara, sumatera barat dan riau yang berimplikasi bahwa semakin berani seorang pengusaha kecil mengembangkan usaha, maka akan semakin meningkat kinerja usahanya.

Namun dalam hal ini peneliti hanya meneliti beberapa faktor kewirausahaan saja. Faktor-faktor tersebut meliputi visi, Perencanaan, peluang dan berani mengambil resiko. Pengambilan variabel kewirausahaan yang terdiri dari visi, perencanaan, peluang dan mengambil resiko dianggap lebih berpotensi dalam menentukan keberhasilan usaha pada Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri (KSBM) Pasar USU Medan.

Berdasarkan pernyataan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor–Faktor Kewirausahaan yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha pada Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri (KSBM) Pasar USU Medan.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dirumuskan masalah sebagai berikut : “Apakah faktor-faktor kewirausaahan yang terdiri dari visi, perencanaan, peluang, berani mengambil resiko mempengaruhi keberhasilan usaha pada Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri (KSBM) pasar USU Medan?”.

(7)

Menurut Dalimunthe (2002) faktor–faktor kewirausahaan seperti visi, perencana, motivasi, kreativitas, peluang, percaya diri, berani mengambil resiko, adaptasi sangat menentukan keberhasilan suatu usaha.

Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian adalah seperti yang digambarkan dalam skema berikut :

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

Sumber : Dalimunthe (2002) diolah

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang hendak dicari kebenaranya melauli penelitian. Dikatakan sebagai jawaban sementara karena hipotesis pada dasarnya merupakan jawaban dari permasalahan yang telah dirumuskan dalam perumusan masalah, sedangkan kebenaran dari hipotesis perlu di uji terlebih dahulu melalui analisis data (Suliyanto, 2006:53).

Berdasarkan perumusan masalah, hipotesis penelitian ini adalah : “Faktor-faktor kewirausahaan yang terdiri dari visi, perencanaan, peluang, berani mengambil resiko, berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan usaha pada Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri (KSBM) Pasar USU Medan”.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Keberhasilan Usaha (Y) Kewirausahaan (X)

1. Visi (X1)

2. Perencanaan (X2) 3. Peluang (X3)

(8)

Mengetahui pengaruh faktor-faktor kewirausahaan yang terdiri dari visi, perencanaan, peluang, berani mengambil resiko, terhadap keberhasilan usaha pada Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri (KSBM) Pasar USU Medan.

2. Manfaat Penelitian

a. Sebagai sumber informasi bagi para wirausahawan dalam mendirikan usaha koperasi dan sebagai bahan masukan kepada para wirausahawan mengenai bagaimana pentingnya menerapkan faktor-faktor kewirausahaan dalam mencapai keberhasilan usaha koperasi.

b. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian tentang objek yang sama dimasa yang akan datang.

c. Sebagai suatu bekal pengetahuan dan pengalaman untuk penulis dalam memperluas wawasan, khususnya di bidang kewirausahaan koperasi

F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional

a. Penelitian ini hanya meneliti faktor-faktor kewirausahaan yang mempengaruhi keberhasilan usaha yaitu visi, perencanaan, peluang, berani mengambil resiko.

b. Karakteristik yang diteliti dalam penelitian ini yaitu anggota Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri Pasar USU Medan

2. Defenisi Operasional

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang dioperasionalkan adalah semua variabel yang termasuk dalam variabel yang telah dirumuskan

(9)

untuk memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan penelitian. Dalam hal ini, operasonal variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

a. Faktor-faktor kewirausahaan (X) merupakan variabel yang menpengaruhi variabel dependen yaitu :

1. Mempunyai Visi (X1)

Visi secara hakekat merupakan gambaran masa depan yang ingin dicapai. Seorang wirausaha harus memiliki visi yang jelas dan dapat dipahami oleh seluruh anggota organisasi yang akan meningkatkan seluruh energi organisasi dalam satu kesatuan yang kuat. Semakin tinggi pemahaman dan penerimaan visi organisasi, semakin tinggi pula komitmen anggota organisasi untuk mewujudkan tujuan organisasi.

2. Perencanaan (X2)

Seorang wirausaha sebelum menjalankan usahanya terlebih dahulu membuat perencanaan yang cukup mengenai usaha yang akan di kelolanya, dimulai dari usaha apa yang akan buat, dimana usaha tersebut didirikan, kapan usaha tersebut akan dimulai dan siapa yang akan mengelolanya. Oleh karena itu agar aktivitas bisnis yang dilakukan sesuai dengan tujuan perusahaan.

3. Peluang (X3)

Peluang atau kesempatan biasanya tidak datang berulang-ulang, tapi mungkin hanya sekali saja dan dalam waktu yang sangat singkat, sehingga diperlukan antisipasi dan waktu yang tepat untuk

(10)

melihat berbagai peluang agar tidak mengalami kegagalan. Seorang wirausaha dituntut dapat melihat, memanfaatkan serta mengimplementasikan peluang, sehingga dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Semua tantangan bisa menjadi peluang apabila ada inovasi. Para wirausaha harus mengukur dan memperkirakan ukuran pertumbuhan dan potensi laba dari setiap peluang yang ada dan berhati-hati mengevaluasi peluang sebelum memilih pasar dan sasaran.

4. Berani Mengambil Resiko (X4)

Pengambilan resiko sangat berkaitan dengan kreativitas yang mengubah ide menjadi realistis dan disertai dengan upaya pencapaiannya. Setiap aktivitas manusia selalu mengandung resiko dengan identitas yang berbeda, sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Itu merupakan suatu tantangan bagi pengambil resiko. Bahwa suatu resiko terjadi jika seseorang memiliki pilihan antara dua alternatif atau lebih yang hasilnya tidak diketahui dan harus dinilai secara objektif.

b. Keberhasilan usaha (Y) merupakan variabel yang mempengaruhi variabel independen (terikat). Adapun yang menjadi variabel independen (terikat) adalah Keberhasilan Usaha pada Koperasi Syari’ah Mandiri Pasar USU Medan

(11)

Tabel 1.3 Operasional Variabel

Variabel Definisi Variabel Indikator Skala

Ukur

a. Visi (X1)

Visi secara hakekat merupakan gambaran masa depan yang ingin dicapai. Seorang wirausaha harus memiliki visi yang jelas dan dapat dipahami oleh seluruh anggota organisasi yang akan meningkatkan seluruh energi organisasi dalam satu kesatuan yang kuat. Semakin tinggi pemahaman dan penerimaan visi organisasi, semakin tinggi pula komitmen anggota

organisasi untuk mewujudkan tujuan organisasi. 1. Visi 2. Misi 3. Tujuan Usaha 4. Harapan Guttman b. Perencanaan (X2)

Seorang wirausaha sebelum menjalankan usahanya terlebih dahulu membuat perencanaan yang cukup mengenai usaha yang akan di kelolanya, dimulai dari usaha apa yang akan buat, dimana usaha tersebut didirikan, kapan usaha tersebut akan dimulai dan siapa yang akan mengelolanya. Oleh karena itu agar aktivitas bisnis yang dilakukan sesuai dengan tujuan perusahaan. 5. Rencana Bisnis 6. Perencanaan Produksi 7. Perencanaan Pemasaran 8. Perencanaan MSDM 9. Perencanaan Keuangan Guttman c. Peluang (X3)

Peluang atau kesempatan biasanya tidak datang berulang-ulang, tapi mungkin hanya sekali saja

dan dalam waktu yang sangat singkat, sehingga diperlukan antisipasi dan waktu yang tepat untuk melihat berbagai peluang agar tidak mengalami

10. Lokasi 11. Pesaing 12. Konsumen 13. Harga 14. Promosi Guttman

(12)

kegagalan.

Variabel Definisi Variabel Indikator Skala

Ukur

d. Berani Mengambil Resiko (X4)

Pengambilan resiko sangat berkaitan dengan kreativitas yang mengubah ide menjadi realistis dan disertai dengan upaya pencapaiannya. Setiap aktivitas manusia selalu mengandung resiko dengan identitas yang berbeda, sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Itu merupakan suatu tantangan bagi pengambil resiko. Bahwa suatu resiko terjadi jika seseorang memiliki pilihan antara dua alternatif atau lebih yang hasilnya tidak diketahui dan harus dinilai secara objektif. 15. Keberanian 16. Komitmen 17. Loyalitas 18. Musyawarah Guttman e. Keberhasilan Usaha

Merupakan variabel yang mempengaruhi variabel independen (terikat) 19. Dana usaha bertambah 20. Hasil produksi meningkat 21. Keuntungan bertambah 22. Dana berkembang dengan cepat 23. Penghasilan anggota bertambah. Guttman

Sumber: diolah penulis (2009)

3. Skala Pengukuran Variabel.

Variabel faktor-faktor kewirausahaan yang mempengaruhi keberhasilan usaha diukur dengan menggunakan Skala Guttman. Skala pengukuran tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas; “ya – tidak”, “benar - salah”, “pernah - tidak pernah”, “positif - negatif”, dan lain-lain. Data yang

(13)

diperoleh dapat berupa interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Penelitian menggunakan Skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk checklist (). Jawaban dapat dibuat skor tertinggi 1 (satu) dan terendah 0 (nol). Faktor dengan skor yang memiliki skor tertinggi maka dipilih sebagai faktor yang paling dominan dalam keberhasilan usaha koperasi syari’ah.

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakakukan pada Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri (KSBM) Pasar USU Medan dan dimulai dari bulan Juli 2009 sampai dengan bulan September 2009.

5. Populasi dan Sampel

a. Populasi yang digunakan dalam hal ini adalah anggota dan pengurus harian Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri (KSBM) Pasar USU Medan sebanyak 148 orang yang terdiri dari 3 orang Pengurus, 1 orang Adm dan Keuangan, 3 orang Dewan Pengawas, 1 orang Pengurus Syari’ah, 11 orang Pengelola dan 129 orang anggota.

b. Sampel adalah bagian dari unit populasi. Penentuan jumlah sampel dilakukan memlaui teknik “Purposive Sampling” yaitu tehnik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Penentuan ukuran sampel dari populasi, menggunakan metode Slovin dengan rumus : 2 ) ( 1 N e N n + =

(14)

Dimana:

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Batas Kesalahan, misalkan (10%) maka jumlah sampel dalam penelitian adalah :

2 ) 10 . 0 ( 148 1 148 + = n n= 59.6 orang n= 60 orang

6. Jenis dan Sumber Data

Menurut cara memperolehnya (Suliyanto, 2006: 131) data yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dalam hal ini anggota dan pengurus Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri (KSBM) Pasar USU Medan.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain yang mendukung data primer dengan mengumpulkan data dari buku-buku dan tulisan ilmiah yang ada.

7. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara atau interview

Wawancara yaitu melakukan tanya jawab dengan para karyawan, untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal yang berkaitan

(15)

usaha pada Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri (KSBM) pasar USU Medan.

b. Kuesioner atau angket

Yaitu penyebaran daftar pertanyaan untuk dijawab yang ditentukan skornya dengan menggunakan Skala Likert.

c. Studi Dokumentasi

Studi Dokumentasi yaitu memperoleh data dengan cara meninjau, membaca, dan mempelajari dukumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

8. Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen penelitian yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan instrumen yang reliabel adalah jika instrumen digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilakan data yang sama. (Sugiono, 2004: 267). Instrumen penelitian yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan untuk menguji apakah kuesioner layak digunakan sebagai instrumen penelitian atau tidak. Valid artinya data yang diperoleh melalui kuesioner dapat dapar menjawab tujuan penelitian. Reliabel artinya data yang diperoleh melalui kuesioner hasilnya konsisten bila digunakan untuk penelitian lain.

(16)

Uji validitas pada penelitian ini akan dilakukan pada responden di luar sampel sebanyak 30 responden. Pengujian dilakukan dengan bantuan program SPSS 14 for windows dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika rhitung>rtabel, maka pernyataan tersebut dinyatakan valid b. Jika rhitung<rtabel, maka pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid 2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan dengan menguji butir pertanyaan yang telah dinyatakan valid dalam uji validitas akan ditentukan reliabilitasnya dengan bantuan SPSS 14 for windows dengan kriteria sebagai berikut: a. Jika rpositif atau > rtabel, maka pernyataan dinyatakan reliabel

b. Jika rnegatifatau < rtabel, maka pernyataan tersebut dinyatakan tidak reliabel.

9. Tehnik Analisis Data

a. Metode Analisis Deskriptif

Metode Analisis Deskriptif merupakan cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas melalui pengumpulan, menyusun, dan mengalisa data, sehingga dapat diketahui gambaran umum instansi yang sedang diteliti.

b. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik digunakan sebelum melakukan analisis regresi, agar dapat perkiraan yang tidak bias dan efisiensi. Ada beberapa kriteria persyaratan asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu,

(17)

Tujuan uji normalitas digunakan untuk melihat dalam model regresi, variabel dependen dan independennya memiliki distribusi normal atau tidak, model yang paling baik adalah mendekati normal.

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual pengamatan yang lain. Jika varians residual dari suatu pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas, jika varians berbeda disebut heteroskedastisitas. Model yang paling baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.

3. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen dengan variabel dependen. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas, digunakan ketentuan sebagai berikut: jika nilai Varuante Inflation Faktor (VIF) > 5, maka terjadi multikolinieritas. c. Analsis Regresi Linear Berganda

Metode analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel indepeden baik secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap variabel dependen.Dalam penelitian ini, penulis menggunakan alat bantu program SPSS 14 for windows (StatisticProdutc and Solution).

(18)

Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+ e Dimana:

Y = Keberhasilan usaha e = Standar error X = Faktor-faktor kewirausahaan a = Konstanta

X1 = Visi b = Koefisien regresi X2= Perencanaan

X3= Peluang

X4= Berani mengambil resiko Pengujian hipotesis sebagai berikut:

1. Koefisien Determinan (R2)

Korelasi determinan digunakan untuk melihat sebarapa besar pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Jika determinan (R2) semakin besar atau mendekati 1 (satu) semakin kuat. Jika Koefisien determinan (R2) semakin kecil atau mendekati 0 (nol), maka variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) semakin kecil.

Hal ini berarti, model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

2. Uji F (uji serentak)

Uji F (uji serentak) adalah melihat apakah variabel bebas (X1, X2, X3, X4) secara bersama–sama (serentak) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat (Y). Melalui uji statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut :

(19)

Artinya secara bersama-sama tidak terdapat pangaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3, X4) terhadap variabel terikat (Y). Ha : b1≠ b≠ 2 b3≠ b4 ≠0

Artinya secara bersama-sama (serentak) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3, X4) terhadap variabel terikat (Y). Kriteria pengambilan keputusan:

Ho diterima jika Fhitung<Ftabel pada α = 5% Ha diterima jika Fhitung>Ftabel pada α = 5% 3. Uji t (uji parsial)

Uji t (uji parsial) yaitu menguji setiap variabel bebas (X1, X2, X3, X4) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan variabel terikat (Y) secara parsial.

Kriteria pengambilan kepurtusan : Ho : b1= b2= b3= b4= 0

Artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3, X4) terhadap variabel terikat (Y).

Ha : b1≠ b≠ 2 b3≠ b4 ≠ 0

Artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3, X4) terhadap variabel terikat (Y).

Kriteria pengambilan keputusan :

Ho diterima jika thitung<ttabel pada α = 5% Ha diterima jika thitung>ttabel pada α= 5%

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual  Sumber : Dalimunthe (2002) diolah
Tabel 1.3  Operasional Variabel

Referensi

Dokumen terkait

Wawancara dipergunakan untuk menggali secara meluas dan mendalam data atau informasi yang diperlukan mengenai komunikasi interpersonal yang dilakukan antara orang tua dengan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: Secara simultan corporate social responsibility , profitabilitas, ukuran

Ini berarti bahwa kegiatan penegakan hukum pidana terhadap suatu tindak pidana lingkungan hidup baru dapat dimulai apabila aparat yang berwenang telah menjatuhkan

Seluruh berita tersebut memuat pemberitaan mengenai kasus-kasus Tenaga Kerja Wanita (TKW) Indonesia, baik yang terjadi di Malaysia sendiri maupun di negara lain, tetapi

Perlengkapan Standar Seri K KELISTRIKAN Alarm mundur, lampu mundur Alternator, 115 Ampere Baterai, 750 CCA bebas perawatan Klakson, elektrik Lampu Kerja Lampu, berhenti dan ekor

Maka dapat diartikan pula dalam X2 (Manajemen Material) dan X5 (Pekerja) mempengaruhi terhadap Y (Penyebab Kecelakaan) sedangkan dalam uji f dijelaskan bahwa

Analisis komponen utama (AKU) terhadap rataan spektrum inframerah yang dihasilkan dari kombinasi segitiga kisi 6 ekstrak SDSBL menghasilkan jumlah proporsi kumulatif KU 1 dan KU

Ketika konsentrasi awal sangat tinggi sehingga konsentrasi kolesterol LDL tidak mencapai target terapi absolut dengan statin dosis tinggi, maka dianjurkan untuk