• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PENDIDIKAN ANAK USIA DINI.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PENDIDIKAN ANAK USIA DINI.docx"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah PAUD

Semester Gasal Jurusan Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Disusun Oleh :

Nurul Istiqomah – 1511505338

M. Irvan Al Fauzani, Ch. – 1511505339

Bram Kristian – 1511505341

Nur Laely Fajri – 1511505347

Lindri Putri Ningrum – 1511505362

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI (AUD)

I.

Tahapan Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget karakterisasi anak – anak berdasarkan pada tendensi – tendensi biologis yang terdapat pada semua organisme. Tendensi – tendensi tersebut mencakup 3 hal, sebagai berikut :

a. Asimilasi, secara harfiah artinya adalah memasukkan atau menerima. Pada anak usia dini proses asimilasi dapat ditinjau seperti ini :

Pada awalnya seorang bayi akan mencoba berasimilasi dengan menyentuh, meremas, bahkan merobek benda – benda yang dijangkaunya. Selanjutnya anak akan mengasimilasi objek tersevut dengan memasukkannya ke dalam mulut sebagai ekspresi rasa ingin tahu. Kemudian anak akan mengasimilasi dengan dengan cara mencium, menatap lebih detail, mencoret – coretnya.

Dengan begitu anak pada usia dini memiliki pengetahuan bahwa kertas akan kucal jika diremas, sobek jika ditarik, hancur jika terkena air, dapat dutilisi, dan diwarnai.

b. Akomodasi, mengubah struktur diri. Dalam melihat beberapa objek, belum tentu anak mempunyai struktur penglihatan (diri) yang memadai sehingga anak perlu melakukan akomodasi.

c. Organisasi, menggabungkan ide – ide tentang sesuatu ke dalam sisten berpikir yang koheren (masuk akal). Hal ini hanya bias dilakukan dengan menggabungkan asimilasi dan akomodasi.

Tahapan perkembangan kognitif Piaget : a. Tahap sensorimotor (0 – 18 bulan)

Anak memperoleh pengetahuan murni dari gerak dan indra secara konkrit. Lebih lanjut, Piaget menyebut struktur aksi baya pada tahap ini dengan istilah “skema”.

Tabel sub tahapan sensorimotor :

No

. Sub Tahapan Usia

Pencapaian Perkembangan Sensorimotor

(3)

(bawaan) menguap.

2. Sirkuler Primer 1 – 4 bulan Bayi melakukan reaksi berulang – ulang, contoh : mengisap ibu jari

3. Sirkuler

Sekunder 4 – 8 bulan

Bayi bereaksi melibatkan benda di luar dirinya, contoh bermain dengan teman

5. Sirkuler Tersier 12 – 18 bulan

Anak mampu mencar cara baru untuk memperoleh keinginannya. Contoh memanjat

b. Tahap pra – operasional (18 bulan – 6 tahun)

Tahap ini dimulai ketika bayi berusia 18 hingga 24 bulan. Ditandai dengan internalized thought. Anak mampu memecahkan masalah dengan memikirkannya terlebih dahulu melalui kesan mental. Dan diteruskan dengan kemampuan trial and error secara fisik.

Tabel karakteristik pada tahap pra – operasional :

No mental image. Anak mampu meniru tindakan orang lain.

2. Persepsi pikiran Anak bias membandingkan dua objek tetapi belum bias membandingkan

3. Berpikir uni dimensi

Anak mampu memahami konsep secara umum, tapi belum mampu memadukan dan membedakan.

4. Irreversibilitas Anak dapat membongkar susunan tapi belum mampu menyusunnya kembali.

5. Penalaran Tahap pemikiran anak masih sebatas mitos

6. Egosentrisme Anak memandang semua benda

(4)

Anak mulai mampu berpikir logis untuk memecahkan masalah. Tapi, masih memerlukan objek konkrit dalam belajar.

Tabel capaian perkembangan kognitif pada anak usia dini :

No .

Anak Usia Capaian Perkembangan Kognitif

1. Lahir – 1 tahun

- Mengenal benda - Mengenal bentuk 2. 1 – 2 tahun - Mengenal warna

- Mengenal rasa

- Mengenal bilangan 1 dan 2

3. 2 – 3 tahun - Mampu mengelompokkan benda yang berbentuk sama

- Mampu membedakan bentuk

- Mampu membedakan rasa dan warna - Mengenal bilangan hitungan 5

4. 3– 4 tahun - Mampu membedakan bentuk dan ukuran - Mampu mengurutkan angka 1 – 10 - Mampu membedakan warna lebih banyak

5. 4– 5 tahun - Menunjukkan rasa ingin tahu mengenai cara kerja sesuatu

- Suka membongkar mainannya untuk dilihat isinya dan kemudian merangkainya lagi

- Suka mengurut – urutkan sesuatu

6. 5– 6 tahun - Mampu mengurutkan bilangan 1 hingga (minimal) 50

- Senang dengan permainan otak – atik bilangan - Menyukai permainan dalam computer

- Dengan mudah meletakkan benda sesuai dengan kelompoknya

,

II.

Tahapan Perkembangan Sosial - Emosional

(5)

berinteraksi dengan orang lain. Jadi, perkembangan sosial – emosional adalah kepekaan anak untuk memahami perasaan orang lain ketika berinteraksi dalam kehidupan sehari – hari.

Menurut Lawrence E. Shapiro, emosi adalah kondisi kejiwaan manusia. Karena sifatnya psikis, maka emosi hanya dapat dikaji melalui kondisi emosional yang muncul. Kondisi emosi setiap anak pun berbeda – beda, tergantung pada sikap, cara, dan kepribadian orang tua dalam memelihara, mengasuh, dan mendidik anaknya. Namun, masih memiliki sisi persamaan, yaitu setiap anak akan emosionalnya akan terangsang apabila diberi stimulus.

Menurut Hurlock, pola perkembangan emosi pada anak terbagi menjadi 9 aspek, yaitu :

No. Pola Emosi Rangsangan Reaksi 1. Takut Suara keras, gelap,

binatang, dan rasa sakit

Lemas, tak berdaya, menangis, dan teriak meminta tolong.

2. Malu Orang yang belum dikenal Menangis dan memalingkan muka

3. Khawatir

Melebih – lebihkan kekurangan dan mengkhayalkannya

Wajah berperangai khawatir

4. Cemas Pesimistis dan terpojok Murung, gugup, dan mudah tersinggung

5. Marah Rintangan dan pembatasan gerak

Diam, berkata kasar, dan tindakan anarkis

6 Cemburu Kurangnya perhatian. Tidak aman dan ragu – ragu

7. Duka cita Hilangnya sesuatu yang

dicintai Menangis dan sukar tidur

8. Rasa ingin tahu Segala hal yang baru Mengerutkan dahi dan membuka mulut.

Berikut ini adalah materi pokok yang dapat diajarkan kepada anak usia dini untuk mengembangkan kecerdasan sosial – emosionalmya :

1. Mengembangkan empati dan kepedulian. 2. Optimisme

(6)

Tabel Perkembangan Sosial – Emosional Anak Genius pada Usia Dini

No. Usia Anak Indikator Capaian Perkembangan Sosial-Emosional

1. 0 – 4 bulan

-Menangis sebagai ungkapan rasa takut, sakit, tidak senang -Senyum ketika disentuh dan dipegang

-merespon ketika diajak bermain sederhana

2. 4 – 8 bulan

-Merespon nama panggilan

-Menangis ketika berada di tempat yang gelap, sendirian, tempat tinggi, jauh dari orang dewasa

3. 8 – 12 bulan

-Menirukan gerak – gerik orang dewasa -Senang bercermin

-Selalu ingin di dekat orang dewasa

4. 12 – 18 bulan

-Sedih ketika dipisahkan dari orang tua

-Meniru kebiasaan orang dewasa (batuk, bersin) -Senang bermain kelompok dan bertepuk tangan

5. 18 – 24 bulan

-Senang menirukan ekspresi orang dewasa -Sulit berbagi mainan dengan temannya -Mulai bisa ngambek

-Mulai bisa merasa malu jika salah

-Memeluk dan mencium boneka mainannya -Sering menirukan gaya tertawa orang lain 8. 4 – 5 tahun -Menikmati bermain kelompok

-Rela antre menunggu giliran bermain -Mampu menaati aturan bermain

(7)

-Suka humor dan tertawa lepas -Suka menirukan tokoh idolanya

9. 5 – 6 tahun

-Mampu mengekspresikan marah secara verbal

-Sering bersumpah untuk meyakinkan teman – temannya -Mampu memahami perasaan orang lain

-Seringkali mengajak humor orang dewasa

III.

Tahapan Perkembangan Fisik – Motorik

PERKEMBANGAN ANAK USIA 0 - < 6 TAHUN

Usia <3 bulan:

- Perkembangan Motorik Kasar: reflek menggenggam benda yang menyentuh telapak tangan, menegakkan kepala saat ditengkurapkan, tengkurap, berguling ke kanan dan ke kiri.

- Perkembangan Motorik Halus: memainkan jari tangan dan kaki, memegang benda dengan lima jari.

Usia 3- <6 bulan:

- Perkembangan Motorik Kasar: meraih benda didepannya, tengkurap dengan dada diangkat dan kedua tangannya menopang, duduk dengan bantuan.

- Perkembangan Motorik Halus: memasukkan benda kedalam mulut, memindahkan mainan dari satu tangan ke tangan yang lainnya

Usia 6 - <9 bulan:

- Perkembangan Motorik Kasar: melempar benda yang dipegang, merangkak kesegala arah, duduk tanpa bantuan, bertepuk tangan.

- Perkembangan Motorik Halus: memegang benda dengan ibu jari dan jari telunjuk (menjumput), meremas.

Usia 9 - <12 bulan:

- Perkembangan Motorik Kasar: menarik benda yang terjangkau oleh tangannya, berjalan dengan berpegangan, berjalan beberapa langkah tanpa bantuan, melakukan gerak menendang bola.

(8)

Usia 12 – <18 bulan:

- Perkembangan Motorik Kasar: berjalan sendiri, naik tangga atau tempat yang lebih tinggi dengan merangkak, menendang bola kearah depan, berdiri dengan satu kaki selama satu detik.

- Perkembangan Motorik Halus: memegang alat tulis, membuat coretan yang bebas, menyusun benda secara sederhana, memegang gelas dengan dua tangan, menumpahkan benda-benda dari wadah dan memasukkannya kembali

Usia 18 -<24 bulan:

- Perkembangan Motorik Kasar: melompat ditempat, naik tangga atau tempat yang lebih tinggi dengan berpegangan, berjalan mundur beberapa langkah, menarik benda yang tidak terlalu berat (kursi kecil).

- Perkembangan Motorik Halus: meniru garis vertical atau horizontal, memasukkan benda ke dalam wadah yang sesuai membalik halaman buku walaupun belum sempurna, dan menyobek kertas.

Usia 2 - <3 tahun:

- Perkembanagn Motorik Kasar: berjalan sambil berjinjit, melompat kedepan dan ke belakang dengan dua kaki, melempar dan menangkap bola, menari mengikuti irama, naik-turun tangga atau tempat yang lebih tinggi/rendah dengan berpegangan.

- Perkembangan Motorik Halus: meremas kertas atau kain dengan menggerakkan lima jari, melipat kertas meskipun belum rapih dan lurus, menggunting kertas tanpa pola, koordinasi jari tangan cukup baik untuk memegang benda pipih seperti sikat gigi, sendok.

Usia 3 - <4 tahun:

- Perkembangan Motorik Kasar: berlari sambil membawa sesuatu yang ringan (bola), naik turun tangga atau tempat yang lebih tinggi dengan kaki bergantian, meniti diatas papan yang cukup lebat, melompat turun dari ektinggian sekitar 20cm (dibawah tinggi lutut anak), dan meniru gerakan senam sederhana.

(9)

Usia 4 - <6 tahun:

- Perkembangan Motorik Kasar: menirukan gerakan binatang, gerakan menggantung, melempar dan menendang sesuatu secara terarah, menangkap sesuatu secara tepat, melakukan gerakan antisipasi.

- Perkembangan Motorik Halus: menjiplak bentuk, membuat gari vertical horizontal dll, mengekspreskan diri dengan berkarya seni menggunakan berbagai media.

IV.

Tahapan Perkembangan Bahasa

Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi menggunakan lisan,tulisan,isyarat,mimik muka. Menurut Eliason (1994) perkembangan bahasa dimulai sejak bayi dan mengandalkan perannya pada pengalaman,penguasaan dan pertumbuhan bahasa.Anak belajar bahasa sejak masa bayi, sebelum belajar berbicara mereka berkomunikasi malaului tangisan, senyuman dan gerakan badan.

Belajar bahasa sangatlah penting sebelum usia enam tahun. Oleh karena itu, pendidikan Anak Usia Dini merupakan tempat yang penting dalam mengembangkan bahasa anak-anak. Sehingga hal ini dapat mengembangkan keterampilan berbahasa anak usia dini. Anak-anak memperoleh bahasa dari lingkungan keluarga dan lingkungan tetangga. Dengan kata yang mereka miliki pertumbuhan kata anak akan tumbuh dengan cepat dan kosa kata anak-anak akan lebih cepat setelah anak-anak mulai berbicara.

M. Schaerleakens (1977) membagi fase-fase perkembangan bahasa anak dalam empat periode. Perbedaan fase-fase ini berdasrkana pada ciri-ciri tertentu yang khas pada setiap periode.Tahap-tahap perkembangan bahasa anak yaitu:

1.

Periode prelingual (usia 0-1 tahun)

(10)

sedangkan bayi yang menjerit, menangis, atau takut terhadap orang yang tidak ramah.

2.

Periode Lingual Dini ( usia 1-2,5 Tahun )

Periode Lingual dini (early lingual period) yaitu suatu sistem perkembangan bahasa yang ditandai dengan kemampuan anak untuk membuat kalimat satu,dua atau lebih kata dalam suatu percakapan dengan orang lain.

3.

Periode Diferensiasi ( usia 2,5- 5tahun )

Periode diferensiasi ( differentiation periode ) ialah suatu periode yang di tandai dengan kemapuan anak untuk menguasai bahasa sesuai dengan hukum tata bahasa yang baik. Cara berkomunikasi dengan orang lain sudah menggunakan susunan tata bahasa yang sempurna yaitu Subjek , Predikat, dan Objek ( S-P-O ). Pembendaharaan kata berkembang secara kuantitas maupun kualitas.

4.

Perkembangan bahasa sesudah usia 5 tahun.

Dalam periode ini ada anak dianggap telah menguasai struktur sintaksis dalam bahasa pertamanya, sehingga ia dapat membuat kalimat lengkap.

Hambatan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Keterlambatan berbicara tidak hanya mempengaruhi penyesuaian akademis dan pribadi anak, pengaruh yang paling serius adalah terhadap kemampuan membaca pada awal anak masuk sekolah.Banyak penyebab keterlambatan bicara pada anak.Salah satu penyebab paling umum dan paling serius adalah ketidakmampuan mendorong/memotivasi anak berbicara, bahkan pada saat anak mulai berceloteh. Apabila anak tidak diberikan rangsangan (stimulasi) didorong untuk berceloteh, hal ini akan menghambat penggunaan didalam berbahasa/kosakata yang baik dan benar.

(11)

kekurangan waktu/karena mereka tidak menyadari betapa pentingnya suatu perkembangan bicara pada anak didik tersebut.

Gangguan/bahaya didalam perkembangan bicara pada anak yaitu : 1. Kelemahan didalam berbicara (berbahasa) kosakata,

2. Lamban mengembangkan suatu bahasa/didalam berbicara,

3. Sering kali berbicara yang tidak teratur,

4. Tidak konsentrasi didalam menerima suatu kata (bahasa) dari orang tua/guru.

Tahapan Perkembangan Bahasa Usia Dini

 Usia < 3 bulan:

Perkembangan Bahasa: mengeluarkan suara untuk menyatakan keinginan atau sebagai reaksi atas rangsangan misalnya menangis, berteriak, dan beergumam.

 Usia 3- < 6 bulan:

Perkembangan Bahasa: memperhatikan atau mendengarkan orang lain berbicara, mengoceh, tertawa kepada orang yang mengajak berkomunikasi  Usia 6- <9 bulan

Perkembangan Bahasa: mulai menirukan ucapan, merespon permainan cilukba, menunjuk benda dengan mebucapkan satu kata.

 Usia 9- < 12 bulan:

Perkembangan Bahasa: mengucapkan dua kata untuk menyatakan keinginan, menyatakan penolakan, menyebut nama benda atau binatang misalnya menyebut kucing dengan sebutan pus, kambing dengan mbek.

 Usia 12- <18 bulan:

Perkembanagn Bahasa: menerima bahasa misalnya menunjuk bagian tubuh yang ditanyakan, memahami tema cerita pendek seperti merespon pertanyaan dengan jawaban “Ya atau Tidak”, mengucapkan kalimat yang terdiri atas dua kata.

(12)

Perkembangan Bahasa: menaruh perhatian pada gambar-gambar dalam buku, menggunakan kata-kata sederhana untuk menyatakan keinginannya, menjawab pertanyaan dengan kalimat yang masih pendek, dan menyanyikan lagu yang masih sederhana.

 Usia 2- < 3 tahun:

Perkembangan Bahasa: hafal beberapa lagu anak sederhana, memahami cerita/dongeng sederhana, memehami perintah sederhana seperti taruh mainan diatas kursi dan ambil mainan dari dalam kota, menggunakan kata Tanya dengan tepat (apa, siapa, bagaimana, mengapa, dimana).

 Usia 3- < 4 tahun:

Perkembangan Bahasa: pura-pura membaca cerita bergambar dalam buku dengan merangkai katanya sendiri, mulai memahami dua perintah yang diberikan bersamaan, mulai menyatakan keinginan dengan mengucapkan kalimat sederhana, mulai menceritakan pengalaman yang dialami deengan cerita sederhana.

 Usia 4- < 6 tahun:

Perkembangan Bahasa: mengenal perbendaharaan kata mengenai kata sifat, memahami cerita yang dibacakan, mengutarakan pendapat kepada orang lain.

P A U D

(PENDIDIKAN ANAK USIA DINI)

SEJARAH DI INDONESIA

(13)

dan buruh. Casa dei Bambini artinya rumah untuk perawatan anak yang selanjutnya dikenal sebagai rumah anak. Di Indonesia, pemerintah Hindia Belanda membawa konsep ini dan mendirikan Froebel School bagi anak-anaknya.

Seiring dengan kebangkitan nasional yang diawali berdirinya Budi Utomo, kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi kaum bumi putera semakin dirasakan. Froebel School yang awalnya diperuntukkan bagi anak-anak keturunan Belanda, Eropa dan Bangsawan, mulai dikenal oleh cendikiawan muda pribumi. Pada tahun 1919 Persatuan Wanita Aisyiyah mendirikan Bustanuf Athfal yang pertama di Yogyakarta. Kurikulum dan materi pendidikannya menanamkan sikap nasionalisme dan nilai-nilai ajaran agama. Bustanul Athfal ditujukan untuk merespon popularitas lembaga PAUD yang berorientasi di Eropa. Pada tahun 1922, Ki Hajar Dewantara, sepulang dari diasingkan dari Belanda selama dua tahun (1913-1915), mendirikan Taman Lare atau Taman Anak atau Kindertuin yang akhirnya berkembang menjadi Taman Indria.

Pada masa penjajahan Jepang, lembaga pendidikan sejenis PAUD terus berlanjut namun semakin berkurang. Pemerintah Jepang tidak mengawasi secara formal penyelenggaraan setingkat PAUD, namun melengkapi kegiatan kelasnya dengan nyanyian-nyanyian Jepang.

Periode berikutnya adalah periode setelah kemerdekaan, periode ini terbagi menjadi lima periode.

a. Periode 1945-1965

(14)

tahun 1960-an mulai didirikan TK yang berstatus negeri.

Tahun 1960 sampai 1963 pemerintah mulai melakukan pengiriman SDM untuk belajar ke luar negeri diantaranya Australia, USA, dan New Zeeland. Dampak dari pengiriman SDM tersebut terjadi modernisasi pendidikan di tingkat PAUD berskala besar dan merupakan jawaban atas ketidakpuasan sebelumnya. Sebagai penghujung di periode tersebut yaitu tahun 1963-1964 lahirlah proyek (Kurikulum) gaya baru. Ini kurikulum tersebut berorientasi pada fasilitas anak mendekati kecakapan kebutuhan, dan minat individual. Ciri khasnya tersedia pusat minat seperti sudut rumah tangga, sudut seni, pusat musik dan sebagainya.

b. Periode 1965-1998

Ditandai dengan diperkenalkannya silabus kurikulum baru tahun 1968. Pada bulan November 1968 pemerintah Indonesia bekerja sama dengan UNICEF dalam bentuk menyediakan konsultan dan pendanaan untuk penataran guru dan administrator pendidikan di tingkat TK. Pada tahun 1970 mulai dijamin kerjasama nyata antara pemerintah dengan GOPTKI, IGTKI, dan PGRI. Kerjasama tersebut melahirkan kegiatan workshop bersama dengan tema Konsolidasi Gerakan Pra Sekolah. Pada tahun 1974 diberlakukan kurikulum baru yang merupakan pembaharuan dari kurikulum 1968. Isi kurikulum meliputi PMP, kegiatan bermain bebas, pendidikan bahasa, PLH, ungkapan kreatif, pendidikan olahraga, pendidikan dan pemeliharaan kesehatan, serta pendidikan skolastik. Pada tahun 1984, diberlakukan kurikulum baru dengan isi kurikulum meliputi bidang pengembangan agama, PMP, daya cipta, jasmani dan kesehatan, daya pikir, serta perasaan kemasyarakatan dan lingkungan. Berlakunya UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang diikuti terbitnya PP No. 27 Tahun 1990 tentang Pendidikan Pra Sekolah, semakin mempertegas eksistensi kedudukan pendidikan pra sekolah di Indonesia. Selanjutnya tahun 1993 diberlakukan kurikulum TK tahun 1993.

(15)

di IKIP Jakarta. Peserta terdiri dari 10 LPTK dan unsur dinas pendidikan dari seluruh Indonesia.

c. Periode 1998-2003

Ditandai dengan otonomi daerah yang berpengaruh terhadap tata kelola penanganan PAUD di pusat maupun di daerah. Pada periode ini pemerintah mulai mendukung berkembangnya PAUD jalur pendidikan nonformal dalam bentuk kelompok bermain, taman penitipan anak, dan satuan PAUD sejenis dalam bentuk pengintegrasian layanan PAUD dengan Posyandu. Melalui dukungan Bank Dunia pada 1998-2004 pemerintah merintis program pengembangan anak usia dini di empat provinsi, yaitu Jawa Barat, Banten, Bali, dan Sulawesi Selatan.

Program dilanjutkan pada tahun 2008 sampai tahun 2013 dengan nama program pendidikan dan pengembangan anak usia dini dengan dukungan pembiayaan pinjaman Bank Dunia dan hibah dari pemerintah Belanda. Pada tahun 2001dibentuk Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (PADU) yang mengemban mandate melakukan pembinaan satuan PAUD nonformal. Pada tahun 2002 terbentuk konsorsium PAUD yang membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan. Pada bulan Februari 2002, terbentuk forum PADU/PAUD jenjang S-1 di beberapa perguruan tinggi.

d. Periode 2003-2009

Periode ini ditandai dengan keluarnya UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang merupakan jawaban atas tuntutan reformasi dalam semua aspek kehidupan. Melalui UU ini untuk pertama kali PAUD diatur secara khusus dalam sebuah perundang-undangan. Pada tahun 2003 diselenggarakan Seminar dan Lokakarya Nasional di IKIP Bandung. Pada tahun 2005 berdiri organisasi profesi, Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan PAUD Indonesia (HIMAPAUDI).

Pada tahun 2004-2009 program PAUD menjadi salah satu dari 10 prioritas Depdiknas hingga PAUD menjadi salah satu program pendidikan Indonesia.

e. Periode 2010 – Sekarang

(16)

karakteristiknya yang meliputi TK, RA, KB, TPA, Satuan PAUD Sejenis serta PAUD berbasis keluarga atau lingkungan.

DEFINISI

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang

pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan 5 perkembangan, yaitu : perkembangan moral dan agama, perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan/kognitif (daya pikir, daya cipta), sosio emosional (sikap dan emosi) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan sesuai kelompok usia yang dilalui oleh anak usia dini seperti yang tercantum dalam Permendiknas no 58 tahun 2009.

TUJUAN PROGRAM PAUD

Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:

Tujuan utama : untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa dewasa.

Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah, sehingga dapat mengurangi usia putus sekolah dan mampu bersaing secara sehat di jenjang pendidikan berikutnya.

JENIS – JENIS PROGRAM PAUD

PAUD Jalur Formal (Pasal 62)

(17)

(2) TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki program pembelajaran 1 (satu) tahun atau 2 (dua) tahun.

(3) TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diselenggarakan menyatu dengan SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat.

PAUD Jalur Nonformal (Pasal 107)

(1) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain, taman penitipan anak, dan satuan pendidikan anak usia dini yang sejenis.

(2) Kelompok bermain, taman penitipan anak, dan satuan pendidikan anak usia dini yang sejenis menyelenggarakan pendidikan dalam konteks:

a. bermain sambil belajar dalam rangka pembelajaran agama dan ahlak mulia; b. bermain sambil belajar dalam rangka pembelajaran sosial dan kepribadian; c. bermain sambil belajar dalam rangka pembelajaran estetika;

d. bermain sambil belajar dalam rangka pembelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan; e. bermain sambil belajar dalam rangka merangsang minat kepada ilmu pengetahuan dan teknologi.

(3) Peserta didik kelompok bermain, taman penitipan anak, dan satuan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan nonformal yang sejenis dapat dievaluasi perkembangannya tanpa melalui proses yang bersifat menguji kompetensi.

ISU-ISU PELAKSANAAN PAUD DITINJAU DARI SEGI

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN AUD

LANDASAN PERMASALAHAN

(18)

pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya, masyarakat telah menunjukkan kepedulian terhadap masalah pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan anak usia dini untuk usia 0-6 tahun dengan berbagai jenis layanan sesuai dengan kondisi dan kemampuan yang ada, baik dalam jalur pendidikan formal maupun nonformal. Penyelenggaraan PAUD jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanaak (TK)/raudhatul atfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat, yang menggunakan program untuk anak usia 4 – ≤ 6 tahun. Sedangkan penyelenggaraan PAUD jalur pendidikan nonformal berbentuk taman penitipan anak (TPA) dan bentuk lain yang sederajat, yang menggunakan program untuk anak usia 0 – ≤ 2 tahun, 2 - ≤ 4 tahun, 4 – ≤ 6 tahun dan program pengasuhan untuk anak usia 0 – ≤ 6 tahun ; kelompok bermin (KB) dan bentuk lain yang sederajat, menggunakan program untuk anak usia 2 – ≤ 4 tahun dan 4 – ≤ 6 tahun.

Standar tingkat pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Tingkat perkembangan yang di capai merupakan aktualisasi potensi semua aspek perkembangan yang dihrapkan dapat dicapai anak pada setiap tahap perkembangannya, bukan merupakan suatu tingkat pencapaian kecakapan akademik.

STANDAR TINGKAT PENCAPAIAN PERKEMBANGAN

Tingkat pencapaian perkembangan menggambarkan perkembangan yang di harapkan di capai anak pada rentang usia tertentu. Perkembangan anak yang di capai merupakan integrasi aspek pemahaman nilai-nilai agama dan moral, fisik, kognitif,bahasa, dan social emosional. Pertumbuhan anak yang mencakup pemantauan kondisi kesehatan dan gizi mengacu pada panduan kartu menuju sehat (KMS) dan deteksi dini tumbuh kembang anak.

(19)

Tingkat pencapaian perkembangan disusun berdasarkan kelompok usia anak 0 – ≤ 2 tahun; 2 – ≤ 4 tahun; dan 4 – ≤ 6 tahun. Pengelompokan usia 0 – ≤ 1 tahun dilakukan dalam rentang tiga bulanan karena pada tahap usia ini, perkembangan anak berlangsung sangat pesat. Pengelompokan usia 1 – ≤ 2 tahun dilakukan dalam rentang enam bulanan karena pada tahap usia ini, perkembangan anak berlangsung tidak sepesat usia sebelumnya. Untuk kelompok usia selanjutnya, pengelompokan dilakukan dalam rentang waktu per tahun.

Pada fase anak usia dini, karakteristik anak dapat di kategorikan berdasar tahap-tahap perkembangan . berkaitan dengn aspek social emosi, erikson (dalam papalia, olds, dan Feldman, 2002 : santrock,1995: Morrison, 1998) membagi masa anak usia dini dalami tiga periode perkembangan, yaitu :

1. Masa bayi (usia 0-18 bulan), sebagai tahap terbentuknya kepercayaan dasar versus ketidakpercayaan (basic trust vs mistrust), dengan karakteristik berupa adaanya kebutuhan dasaar bayi yang harus di penuhi oleh pengasuh yang tanggap dan peka agar terbantuk rasa kepercayaan yang akan menimbulkan rasa aman.

2. Masa toddlers (usia 18 bulan – 3 tahun ), sebagai tahap terbentuknya otonomi vewrsus rasa malu dan ragu-ragu (autonomy vs shame and doubt ) dengan karakteristik berupa adanya kemauan yang berasal dari diri anak sendiri, sehingga bayi mulai mengembangkan rasa otonomi atau kemandirian. Namun jika bayi terlalu di batasi atau di hukum terlalu keras , bayi cenderung mengembangkan rasa malu dan ragu-ragu.

3. Masa awal kanak-kanak (tahun-tahun prasekolah: usia 3-6 tahun), sebagai tahap terbentuknya inisitif versus rasa bersalah (initiative vs guilt) dengan karakteristik anak yang mulai mengembangkan berbagai aktivitas dan perilaku yang lebih bertujuan. Lingkungan yang memberi kesempatan bereksplorasi akan dapat mengembangkan kemampuan anak untuk menerima tanggung jawab, aktif, dan ,memiliki keterlibatan dalam lingkungan. Namun perasaan bersalah yang tidak menyenangkan dapat muncul jika anak tidak mampu melakukan aktivitas-aktivatas baru.

KONDISI YANG TERJADI DI LAPANGAN

(20)

system pelaksanaan pendidikannya. Melalui berbagai macam media social telah di temukan berbagai macam blok-blok mengenai permasalahan yang terjadi di lembaga-lembaga PAUD. Kondisi yang terjadi di Indonesia, khususnya di Jakarta, saat ini adalah banyaknya anak usia taman kanak-kanak (TK) sudah diajarkan membaca, menulis dan berhitung (calistung). Tentunya, jika hal ini dipaksakan, tidak akan efektif dan pasti akan ada efeknya mengingat anak pada usia prasekolah akan optimal jika diberi stimulasi atau rangsangan motorik dan bahasa sesuai fase tumbuh kembang anak.

Faktanya, tidak akan ada bedanya antara anak yang bisa membaca pada umur 4 tahun dengan anak bisa membaca di usia 6 tahun. Hal itu tidak lantas membuat anak umur 4 tahun ini menjadi superior. Justru, biarkan mereka bisa pada saatnya, karena di situlah keindahannya. Sebaiknya lakukan stimulasi sesuai dengan usia anak, namun hal ini dikembalikan pada pola asuh yang diterapkan orangtua.

Saat ini banyak ditemukan kasus efek dari anak diperkenalkan calistung pada usia dini. Misalnya, anak mogok sekolah, cepat merasa bosan, dan kurang konsentrasi belajar. Anak belum mempunyai kesiapan mental walau secara daya pikir anak usia 3 tahun pun bisa untuk diajari membaca dengan penuh semangat. Idealnya, kembalikan hak anak kepada situasi yang sesuai dengan kondisi psikis anak, yaitu jika memang seharusnya membaca itu diajarkan di kelas 1 SD. Perlu atau tidak anak mengikuti kegiatan prasekolah disesuaikan dengan kondisi dan keadaan, seperti dimana tempat anak itu tinggal, maupun ada tidak seseorang yang memberikan stimulasi.

Praktek-Praktek Umum Pengajaran Di PAUD Yang Dapat

Membahayakan Perkembangan Karakter Anak Yang Saat Ini Terjadi

Di Lapangan

 Orientasi “Calistung”

(21)

 Proses Belajar Pasif, Tidak Melibatkan Pengalaman Konkrit

Piaget mengatakan bahwa tahapan perkembangan kognitif anak usia 2 tahun sampai kurang lebih usia 6 atau 7 tahun adalah tahap “Pre-operational Thinking”, yaitu kemampuan berpikir “concrete, here, and now”. Artinya, anak-anak usia dini tidak boleh diberikan materi yang abstrak atau tidak melibatkan pengalaman konkrit.

Misalnya, guru sering menyuruh anak untuk menghafal abjad, atau menghitung sampai 100. Atau anak diminta untuk mengulang apa yang dikatakan guru (“membeo”). Cara ini memang bisa membuat anak cepat hafal, namun materi yang dihafalkannya terlalu abstrak, sehingga anak tidak mengerti apa yang dipelajarinya. Selain itu, cara ini tidak melibatkan “pikiran, tangan, dan perasaan anak” secara simultan, sehingga anak belajar secara pasif.

Terkadang guru memperkenalkan konsep yang bukan “here and now”.. Misalnya, mengajarkan anak konsep “Hutan Tropis” terlebih dahulu, padahal seharusnya diajarkan tentang sesuatu di lingkungan terdekatnya (lingkungan rumah, sekolah). Setelah mengerti tentang lingkungannya, baru diperkenalkan konsep “Hutan Tropis”. Kecuali apabila lingkungan sekolah memang berada di wilayah hutan tropis. Proses belajar yang memberikan makna pada anak, akan membuat anak tertarik dan dan termotivasi untuk mengetahui materi lebih lanjut. Cara menghafal, materi abstrak, dan pengisian LK adalah cara yang membosankan bagi anak. Hal ini berbahaya bagi perkembangan karakter anak, karena motivasi belajar anak akan menurun. Akibatnya sulit bagi anak untuk menjadi seorang pembelajar sejati.

Cara-cara tersebut juga tidak melibatkan peran aktif anak dalam diskusi, sehingga proses berpikir kritis dan analitis anak sulit untuk berkembang. Selain itu, cara belajar yang pasif ini, dimana anak tidak terlibat secara aktif baik fisik, verbal, maupun emosi, akan menghambat daya kreativitas anak.

 Fokus Pada Pemberian Nilai dan Rapor, serta Komunikasi Negatif dan Kritikan

(22)

membentuk sikap inisiatif, maka yang berkembang adalah rasa bersalah, dan takut untuk mengambil inisiatif.

Namun sayangnya banyak guru yang sering mengkritik atau menilai hasil pekerjaan anak, bahkan memarahi anak ketika melakukan kesalahan. Padahal anak-anak mudah sekali stress ketika sedang dinilai pekerjaannya, apalagi dikritik dan dimarahi. Proses belajar yang seperti ini akan tidak menyenangkan, dan anak merasa terbebani. Pemberian nilai juga akan membuat anak takut untuk mengambil inisiatif untuk mencoba sesuatu, karena takut salah.

Sering pula guru menggunakan kata-kata yang negatif, mengkritik, berkata-kata kasar, dan bahkan menghukum anak dengan fisik (menjewer, dihukum di depan kelas). Atau guru yang suka membanding-bandingkan anak, atau melabel anak. Kalau pun anak melakukan sesuatu dengan benar dan baik, guru juga jarang memberikan pujian.

Cara-cara mengajar seperti ini akan menimbulkan efek negatif, yaitu anak akan takut mengambil resiko, dan lebih baik bersifat pasif daripada berbuat, tidak berani mencoba karena takut salah (guilt), dan akhirnya dapat meruntuhkan kepercayaan diri anak. Selain itu, karena anak tidak berani melakukan sesuatu yang baru, maka daya imaginasi dan inovasi anak sulit untuk berkembang.

Proses belajar yang tidak menyenangkan ini akan membuat anak merasa terbebani, dan selalu merasa terpaksa dalam melakukan pekerjaannya. Hal ini dapat menurunkan motivasi, dan akhirnya etos kerja.

 Kelas Sunyi dan Proses Belajar Satu Arah

Banyak guru berpendapat bahwa kelas sunyi adalah kelas yg baik. Hal ini tidak benar, terutama untuk kelas TK/PAUD. Pada usia ini, anak perlu mengembangkan kemampuan verbalnya.

Selain itu banyak guru yang berperan sebagai “pengabar” kurikulum saja, tanpa dan anak menjadi pendengar pasif, atau disuruh meniru apa kata guru. Hal ini tidak dapat menstimulasi perkembangan nalar, dan proses berpikir yang lebih tinggi lagi.

Padahal menurut Vigotsky ada keterkaitan antara bahasa dan pikiran. Dengan aktif berbicara (diskusi) anak akan lebih mengerti konsep. Semakin sulit sebuah konsep yang dipelajari, semakin memerlukan keterlibatan verbal anak . Anak memerlukan interaksi verbal (diskusi dua arah) dalam proses belajar, sehingga suasana belajar menjadi lebih hidup dan menyenangkan, sehingga anak menjadi bersemangat.

(23)

Banyak guru yang menyuruh anak untuk duduk, mendengar, dan menulis dalam waktu yang lama di dalam kelas. Padahal secara hukum alam anak-anak usia dini akan lebih cepat lelah jika duduk diam dibandingkan kalau sedang berlari, melompat, atau bersepeda. Bermain adalah cara belajar yang alami bagi anak, sehingga apabila anak merasa bermain ketika belajar, maka ia akan melakukannya tanpa merasa bosan dan lelah. Menurut Katz dan Chard anak perlu keterlibatan fisik ketika belajar untuk mencegah mereka dari kelelahan dan kebosanan. Dengan belajar yang aktif, motorik halus dan motorik kasar mereka akan berkembang dengan baik. Selain itu. dengan bergerak aliran oksigen ke otak akan lebih banyak, sehingga otak dapat berfungsi dengan lebih optimal. Katz dan Chard mengembangkan model pendidikan yang disebut Project-based Approach, dimana proses belajar lebih banyak melibatkan seluruh dimensi anak (fisik, verbal, perasaan dan daya nalar). Misalnya, mengajak murid ke luar kelas untuk mengamati jenis-jenis pohon di sekitar sekolah, menyuruh mereka mengumpulkan jenis-jenis-jenis-jenis bentuk dan tulang daun, dan sebagainya. Akibat negatif dari proses belajar yang lebih banyak duduk di dalam kelas adalah sbb:

 Karena melanggar hukum alam, anak-anak tidak termotivasi untuk belajar dan tidak ada motivasi/semangat untuk sekolah , sulit untuk menjadi pencinta belajar

 Kemampuan motorik halus dan kasar tidak berkembang dengan optimal  Menghambat kemampuan akademis dan kreativitas.

Berkenaan dengan system pendidikan di indonesia, supriadi (1994) berpendapat bahwa salah satu kemungkinan penyebab rendahnya kreatifitas anak indonesia adalah lingkungan yang kurang menunjang anak-anak kita untuk mengekspresikan kreativatasnya, khususnya lingkungan keluarga dan sekolah. Saat ini orientasi system pendidikan kita lebih mengarah pada pendidikan “akademik” dan “industry tenaga kerja”. Artinya system persekolahan kita lebih mengarah pada upaya membentuk manusia nutuk menjadi “ pintar di sekolah saja” dan menjadi “ pekerja” bukan menjadi “manusia indonesia yang seutuhnya”.

Dalam sebuah penelitian munandar (1999) menemukan bahwa karakteristik murid ideal menurut orang tua dan guru tidak mencerminkan murid yang kreatif. Murid yang ideal menurut guru diantaranya sehat, sopan, rajin, punya daya ingat yang baik, dan mengerjakan tugas secara tepat waktu. Hal ini jauh dan karakteristik anak yang kreatif yang biasanya memiliki ide sendiri untuk mengerjakan dan memperkaya tugas-tugasnya.

(24)

a. Sikap guru

Dalam suatu studi, tingkat motivasi anstrinsik siswa terlihat lebih rendah jika guru terlalu banyak mengotrol, dan lebih tinggi jika guru memberikan hadiah lebih banyak otonomi

b. Belajar dengan hafalan mekanis

Salah satu cara yang keliru dalam menghimpun pengetahuan adalah dengan belajar secara mekanis, menghafal fakta tanpa pemahaman bagaimana hubungan antar fakta tersebut.

c. kegagalan

Kegagalan mempunyai dampak yang nyata terhadap motivasi intrinsic dan kreativitas. Kita tidak dapat menghindari sepenuhnya suatu kegagalan. Yang paling penting adalah cara guru dalam membantu siswa memahami dan menafsirkan kegagalannya.

d. Tekanan akan konformitas

Tekanan yang berlebihan akan konformitas tradisi, dirumah, di sekolah, ataupun lingkungan dapat menghambat pengembangan kreativitas. Sebaiknya seorang anak di beri kebebasan untuk menjadi dirinya sendiri.

Daftar Pustaka

Masher, Riana. 2010 emosi anak usia dini dan strategi pengembangannya. Jakarta: kencana. 12 - 13

(25)

Rachmawati, Yeni. 2012. Strategi pengembangan kreatifitas pada anak usia taman kanak-kanak. Jakarta: kencana prenada media group. 9-10

S. Titin. 2012. Permainan Asyik Bikin Anak Pintar. Yogyakarta: In Azna Books. 43,46,49

Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya. Jakarta : Sagung

Seto.

Tim Penyusun. 2014. Psikologi perkembangan anak 1. Medan: Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMED. 34,60,61

Gambar

Tabel karakteristik pada tahap pra – operasional :
Tabel capaian perkembangan kognitif pada anak usia dini :
Tabel Perkembangan Sosial – Emosional Anak Genius pada Usia Dini

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan kemampuan bahasa untuk anak usia dini dapat dilakukan dengan mengembangkan empat pengembangan sekaligus yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara,

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan

dalam perkembangan dan pertumbuhan mereka. Dengan bahasa mereka bisa berbicara, bercerita, bahkan bernyanyi. Karena pendidikan bahasa pada anak usia dini sangatlah

Pendidikan demikian berpengaruh kepada perkembangan seorang manusia baik emosi, intelektual maupun sosial, dengan demikian pendidikan anak usia dini dalam Islam merupakan

Pada usia sekolah, anak mengalami tahap perubahan perkembangan dari “preoperational” ke “concrete operation” yang ditandai oleh kemampuan lebih

Jika kita membandingkan susunan kedua kalimat di atas, objek yang ada dalam kalimat aktif diubah menjadi subjek dari kalimat pasif. Hal itu juga tampak dalam susunan kalimat di

Perkembangan tersebut meliputi perkembangan Fisik, Intelektual, Bahasa, Sosial- Emosional. Seorang anak pada usia dini dari hari ke hari akan mengalami perkembangan. Proses

Keywords: character education, early childhood education Pendahuluan Pendidikan anak usia dini meru- pakan investasi bangsa; jika ingin mengembangkan bangsa Indonesia menjadi