• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIVITAS, KOMUNIKASI, DAN KOLABORASI DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21: INOVASI PEMBELAJARAN ABAD 21

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIVITAS, KOMUNIKASI, DAN KOLABORASI DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21: INOVASI PEMBELAJARAN ABAD 21"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 2

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL

PENDIDIKAN DASAR

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS, KREATIVITAS,

KOMUNIKASI, DAN KOLABORASI DALAM

PEMBELAJARAN ABAD 21:

INOVASI PEMBELAJARAN ABAD 21

Bandung, 3 Desember 2016

Editor:

Al Jupri, S.Pd., M.Sc., Ph.D.

Dr. Isah Cahyani, M.Pd. Vina

Anggia N. Ariawan, S.Pd.

(2)
(3)

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL

PENDIDIKAN DASAR

Pengembangan K emampuan Berpikir K ritis, K reativitas, K omunikasi, dan K olaborasi dalam Pembelajaran Abad 21:

Inovasi P embelajaran Abad 21

Vol. 2

Editor:

Al Jupri, S.Pd., M.Sc., Ph.D. Dr. Isah Cahyani, M.Pd. Vina

Anggia N. Ariawan, S.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH PASCASARJANA

(4)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIVITAS, KOMUNIKASI, DAN KOLABORAS I DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21: INOVASI PEMBELAJ ARAN ABAD 21

ISBN 978-602-98647-5-5

Editor:

Al Jupri, S.Pd., M.Sc., Ph.D. Dr. Isah Cahyani, M.Pd. Vina Anggia N. Ariawan, S.Pd.

Cetakan I Desember 2016

SEKOLAH PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 40154

(5)

PENGANTAR

EDITOR SEMINAR NASIONAL PRODI PENDAS SPS UPI Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreativitas, Komunikasi,

dan Kolaborasi dalam Pembelajaran Abad 21: Inovasi Pembelajaran Abad 21

Abad 21 merupakan abad yang sarat akan teknologi serta daya saing yang kompetitif. Pada abad 21 diharapkan generasi masa depan memiliki pola pikir kritis serta kreatif untuk membangun bangsa Indonesia. Selain itu, kemampuan komunikasi juga menjadi kunci bagi generasi masa depan agar mampu menjalin suatu kolaborasi. Salah satu upaya untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi dapat diterapkan dalam pembelajaran di sekolah dasar. Seorang pendidik wajib memiliki pola pikir inovatif yang mampu dituangkan dalam pembelajaran sehingga menghasilkan peserta didik yang mampu berdaya saing di masa depan.

Program Studi Pendidikan Dasar Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia menyelenggarakan seminar nasion al dengan tema Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreativitas, Komunikasi,dan Kolaborasi dalam Pembelajaran Abad 21: Inovasi Pembelajaran Abad 21. Penyelenggaraan seminar nasional didasari keinginan untuk menampung ide-ide dari pendidik dan calon pendidik tentang inovasi pembelajaran abad 21. Melalui kegiatan ini diharapkan partisipan memperoleh pengalaman serta inspirasi sehingga dapat mengembangkan kualitas peserta didik sebagai generasi masa depan yang unggul dan mampu berkontribusi bagi kemajuan Indonesia.

Bumi Siliwangi, 3 Desember 2016

(6)
(7)

DAFTAR ISI

Pengantar Editor Seminar Nasional Prodi Pendas SPs UPI ... iii

BAGIAN I

Penggunaan Model Metode dan Pendekatan Pembelajaran dalam

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Kreativitas Komunikasi dan Kolaborasi

Model Project Based Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Pembelajaran IPS

Merry Christiana, Muliyati ...1

Strategi Means-Ends Analysis (MEA) sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa

Moh. Nurhadi ...7

Pengembangan Pemahaman Konsep IPS di SD Kelas Rendah melalui Pendekatan Personal Berlandaskan Pendekatan Sosial

Mubarok Somantri, Hany Handayani ...12

Penerapan Model Pembelajaran Mandiri Berbasis Content Management System (Cms) Wordpress (E-Learning) dalam Pembelajaran Menulis Dongeng (Penelitian

Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas VII SMP Kota Bandung)

Nais Ambarsari ...16

Penerapan Model SAVI (Somatic, Audiotory, Visualization, Intellectual) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas IV pada Pembelajaran IPA tentang Daur Hidup Beragam Jenis Hewan

Nisrina Hardiani, Acep Roni Hamdani ...21

Penerapan Model Role Playing untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Sekolah Dasar

Nur Fadillah, Trisna Romadhona ...27

Penerapan Metode Games Jejak Kasus Dalam Pembelajaran IPS

Rekha Budi Ramdhani...33

Pengaruh Contextual Teaching And Learning (CTL) Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Rina Indriani ...38

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran

Quantum Learning dalam Pelajaran IPA

(8)

Keefektifan Metode Eksperimen dalam Pembelajaran Daur Air di Sekolah Dasar Rintis Rizkia Pangestika ...48

Kegiatan Berpikir Kritis Matematis Melalui Problem Based Learning Berstrategi

Accelerated Learning

Riska Oktaviani Tristania Pulungan...54

Pembelajaran Tematik Terpadu dengan Model Problem Based Learning (PBL) di Sekolah Dasar

Rizki Ramadhan ...60

Penggunaan Metode Image Streaming dan Musik Latar terhadap Kemampuan Menulis

Cerpen

Senja Pradestia Putri ...65

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Pembelajaran Menulis Teks Diskusi

Siti Pitrianti ...71

Strategi Pembelajaran IPS Abad 21 untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah di Sekolah Dasar

Subarkah, Irwan ...77

Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam Meningkatkan Kecerdasan Ekologis dan Hasil Pembelajaran IPS

Suprihatin, Risma Prasasti ...83

Model Membaca Steinberg untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Sekolah Dasar

Tatat Hartati ...89

Penerapan Strategi REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, And Transferring) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep pada Materi Bangun Ruang Siswa Kelas V Sekolah Dasar

Ulfah ... 102

Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Komunikasi Matematika SD

Vira Pratiwi, Ika Fitri Apriani ... 108

Pembelajaran Kontekstual sebagai Modal Terciptanya Social Care pada Peserta Didik Wahyu Dwi Lestari... 115

Contextual Teaching and Learning dalam Peningkatan Penalaran Matematis Siswa di Sekolah Dasar Kelas V SD

(9)

Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Yuyu Yuliati ... 124

Pengembangan Model Cliosfer dalam Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V

Yuyun Dwi Haryanti... 130

Pengaruh Model Multiliterasi Berbasis Integratif Berdiferensiasi untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis

Zaenal Abidin ... 136

BAGIAN II

Penggunaan Media dalam Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Kreativitas Komunkasi dan Kolaborasi

Efektivitas Google Earth sebagai Media E-Learning di Sekolah Dasar

Neni Maulidah, Murniwati... 141

Penggunaan Media Big Book Terhadap Pembelajaran Literasi di Sekolah Dasar Rahmat Sutedi, Restu Pujiantara ... 147

Penggunaan Teknik Quick On The Draw dengan Media Cerita Bergambar untuk Meningkatkan Pemahaman Membaca Siswa Sekolah Dasar

Ridwan Firdaus... 154

Penggunaan Media Permainan Batu Loncatan untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Berkomunikasi Peserta Didik

Sari Rejeki Utami ... 159

BAGIAN III

Pembelajaran Literasi dalam Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Kreativitas Komunkasi Dan Kolaborasi

Implementasi Program West Java Leader Reading Challenge (WJLRC) sebagai Budaya Literasi di Sekolah Dasar

Muhammad Rizal Fauzi... 165

Pembiasaan Membaca sebagai Wujud Pembelajaran Literasi di Sekolah Dasar

Nunuy Nurkaeti ... 172

Profil Kemampuan Literasi IPS dan IPA Peserta Didik Kelas 4 dan 5 Sekolah Dasar dalam Rangka Gerakan Literasi Sekolah

Rokayah, Neni Hermita, Chaerul Rochman ... 178

Pendidikan Literasi Abad 21 dan Implementasinya pada Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar

(10)

Sastra Didaktis sebagai Afirmasi Literasi Komunikasi di SD

Seni Apriliya, Elan, Dwi Alia ... 188

BAGIAN IV

Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal dalam Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Kreativitas Komunkasi Dan Kolaborasi

Permainan Tradisional Jung dan Kearifan Lokal Pesisir Pantai Bengkalis

Nurmahen ... 195

Fiksimini Berbasis Cybersastra dan Local Wisdom sebagai Model Literasi Mutakhir Abad 21 di Sekolah Dasar

Sani Aryanto, Eli Nurlela Andriani... 200

BAGIAN V

Pendidikan Karakter pada Pembelajaran Abad 21

Efektivitas Pelatihan Komunikasi Interpersonal untuk Mengurangi Rasa Malu (Shyness)

Nandhini Hudha A... 206

Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral dalam Upaya Mewujudkan Pendidikan Karakter

Risa Wismaliya, Cece Rakhmat, dan Reni Bakhraeni ... 212

Menumbuhkan Kepemimpinan Anak di Sekolah Dasar

Roni Rodiyana ... 218

Peran Pendidikan Karakter dalam Konteks Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) di Abad 21

Ropal Aria Silo, Ferdinandus Husen Pantar... 224

Menumbuhkan Karakter Melalui Pembelajaran Kooperatif

Selly Puspa Dewi Rachman... 230

Penerapan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar pada Abad 21 Tri Juli Hajani... 233

Pembentukan Karakter Anak melalui Pendidikan Berbasis Budaya di Kabupaten Purwakarta sebagai Inovasi Pembelajaran Abad 21

Wahyuni , Lia Yulianti ... 238

Implementasi Nilai-Nilai Demokrasi di Sekolah Dasar

Wina Dwi Puspitasari... 244

Nilai Kepemimpinan Pendidikan dan Implikasinya Terhadap Pembinaan Karakter Siswa Sekolah Dasar

(11)

BAGIAN VI

Kurikulum dalam Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Kreativitas Komunkasi dan Kolaborasi

Komparasi Pendidikan Finlandia-Indonesia sebagai Upaya Merumuskan Formulasi Sistem Pendidikan yang Unggul di Abad 21

Rizki Ananda ... 255

Konsep Pengembangan Pendidikan Masa Depan (Abad 21)

Sinta Wahyuni ... 262

Perpaduan Kurikulum Nasional dan Kurikulum Cambridge sebagai Alternatif Kurikulum Pembelajaran di Sekolah Dasar Pada Abad 21

Sita Ratnangingsih ... 267

BAGIAN VII

Kompetensi Guru dalam Pembelajaran Abad 21

Kompetensi Sosial dan Kompetensi Kepribadian Guru dalam Perspektif Pendidikan Berasrama Program Profesi Guru Pasca SM-3T (Analisis Indikator Kompetensi Kepribadian dan Sosial Guru Pendidikan Berasrama Program PPG Pasca SM-3T) Mia Muslimah... 273

Peran Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja Guru Sekolah Dasar

Mohammad Ajid Abdul Majid ... 277

Peran Guru dalam Pendidikan Karakter Di Sekolah Pada Abad Ke 21

Monalisa Gherardini ... 283

Membina Hubungan Guru dan Siswa (rapport building) Guna Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Mengajar

Muhamad Nova ... 288

BAGIAN VIII

Permasalahan di Sekolah Dasar pada Pembelajaran Abad 21 Analisis Kesulitan Belajar Siswa pada Materi Keliling di Kelas 3 SD

Rini Yulia Agustini ... 294

Learning Obstacles Materi Persamaan Linear Satu Variabel

Siti Maryam Rohimah ... 299

(12)

NILAI KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBINAAN KARAKTER SISWA

Yoyo Zakaria Ansori, M.Pd Dosen Universitas Majalengka Email al.anshory0928@gmail.com

A. Abstrak dan Kata Kunci

Sekolah sebagai suatu organisasi dituntut untuk menjalankan tujuannya yaitu membentuk siswa berkarakter melalui pembinaan terhadap siswa, tujuan tersebut dapat tercapai apabila melibatkan semua elemen yang ada di dalamnya. Untuk menggerakan orang-orang yang ada di dalam organisasi, diperlukan seorang pemimpin yang dapat membimbing dan mengarahkan. Seorang pemimpin diangkat karena memiliki kemampuan lebih dalam mengatur dan mengarahkan orang lain dan mampu menjadi pilihan yang representatif dari kebutuhan organisasi.

Kepemimpinan begitu kuat mempengaruhi kinerja organisasi sehingga rasional apabila keterpurukan pendidikan salah satunya disebabkan kinerja kepemimpinan yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan dan juga tidak membuat strategi pendidikan yang adaptif terhadap perubahan.Sehingga suatu organisasi akan berhasil atau gagal sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan.

Pentingnya kepemimpinan pada satuan pendidikan menjadikan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kepemimpinan yang diperankan kepala sekolah dalam membina guru, kepemimpinan yang diperankan kepala sekolah dalam pembinaan karakter siswa, nilai kepemimpinan yang diperankan kepala sekolah dalam membangun kerja sama dengan tenaga kependidikan dalam upaya menciptakan budaya sekolah yang berkarakter.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan alasan untuk mendalami nilai kepemimpinan pendidikan kepala sekolah sedangkan untuk memfasilitasi perkembangan pemikiran para ahli dengan memakai pertemuan (interplay) antar ide.

Hasil dari kajian yang peneliti laksanakan, kepemimpinan kepala sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam pembinaan karakter siswa di awali diri 1) kepala sekolah yang meliputi nilai individu, sosial, dan transendental. 2) perlu melibatkan seluruh unsur sumber daya sekolah 3) menyelenggarakan atau mengikutsertakan guru dalam berbagai kegiatan.

Kata Kunci:Nilai kepemimpinan, Implikasi, Pendidikan Karakter

(13)

seutuhnya, demikian yang diamanatkan oleh aturan normatif kita. Pendidikan yang bermutu harus disediakan melalui jalur, jenis, dan jenjang yang ada dalam sistem pendidikan kita. Pendidikan yang bermutu dapat terselenggara dengan komitmen bersama antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Pendidikan bermutu pada setiap jenis, jenjang, dan jalur pendidikan harus dapat diakses seluruh warga Indonesia.

Dalam Undang-undang Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, peran pendidikan diarahkan untuk mencapai pembangunan nasional yang dapat didekati melalui aspek agama, psikologis, budaya, dan tentu saja aspek ilmiah. Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 mengamanatkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kretif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Sekolah sebagai suatu organisasi dituntut untuk menjalankan tujuan di atas, tujuan tersebut dapat tercapai apabila melibatkan semua elemen yang ada di dalamnya. Untuk menggerakan orang-orang yang ada di dalam organisasi tersebut, diperlukan seorang pemimpin yang dapat membimbing dan mengarahkan. Seorang pemimpin diangkat karena memiliki kemampuan lebih dalam mengatur dan mengarahkan orang lain dan mampu menjadi pilihan yang representatif dari kebutuhan organisasi.

Kepemimpinan menurut Yukl Gary (2010, hal. 8) adalah leadership is the process of influenching others to understand and agree about what needs to be done and how to do it, and the process of facilitating individual and collective efforts to accomplish shared objectives. Kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju dengan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif, serta proses untuk memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama.

Penjelasan di atas memberikan makna bahwa di tangan pemimpin-pemimpin itu suatu organisasi ditentukan. Pemimpin pendidikan yang mampu melahirkan berbagai konsep pendidikan yang bisa mewadahi dan mengadaptasikan dengan perubahan sosial, ekonomi, dan teknologi sehingga mereka siap menghadapi kemungkinan perubahan-perubahan di era globalisasi, sehingga suatu organisasi dituntut untuk beradaptasi mengikuti perubahan tersebut agar tujuan tercapai.

Sekolah Dasar sebagai salah satu organisasi pendidikan yang utama dalam jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan anggota umat manusia, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.(peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 28 tahun 1990)

(14)

Kama Abdul Hakam (2013, hal. 3) perbuatan immoral mulai menyentuh anak-anak usia Sekolah Dasar (SD). Mereka ada yang terlibat narkoba, tindakan kekerasan antar teman, seksualitas, bahkan sampai pembunuhan. Fenomena tersebut mengindikasikan beratnya beban yang harus dipikul dunia persekolahan dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

Kejadian tersebut berangkat dari berbagai aspek yang salah satunya adalah faktor kepemimpinan di sekolah. Kepala sekolah yang seharusnya mampu untuk mengoordinasikan, menggerakan, dan menyelaraskan semua sumber daya pendidikan yang ada di sekolah. Kenyataannya pada saat ini kepala kepala sekolah masih banyak yang belum mampu untuk memengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan, memberdayakan, dan menggerakan sumber daya manusia di sekolah seperti guru, staf, peserta didik, komite sekolah, dewan pendidikan, dan pihak lain yang terkait, untuk mencapai tujuan pendidikan karakter. Padahal dalam Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 dinyatakan bahwa seorang kepala sekolah harus memiliki kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Namun tidak semua kepala sekolah menguasai seluruh kompetensi secara utuh. Berdasarkan survei tahun 2015 oleh Direktorat Tenaga Kependidikan menunjukkan bahwa kompetensi kepala sekolah masih lemah. Penguasaan kompetensi kepribadian (67,3%), manajerial (47,1%), kewirausahaan (55,3%), supervisi (40,41%), dan sosial (64,2%).

Melihat pentingnya fungsi kepemimpinan kepala sekolah, maka usaha untuk meningkatkan kinerja yang lebih tinggi bukanlah pekerjaan mudah bagi kepala sekolah karena kegiatan berlangsung dalam sebuah proses panjang yang direncanakan dan diprogram secara baik pula sehingga sekolah menjadi lembaga pembudayaan nilai moral bagi siswa.Maka seharusnyalah nilai dijadikan sebagai basis kepemimpinan bagi kepala sekolah, nilai sangat penting dalam suatu organisasi sebagai acuan bergeraknya seluruh anggota dalam melaksanakan pencapain tujuan yang diharapkan. Menurut Ahmad Sanusi (2015 hal. 13) alasan manusia dibalik pengambilan keputusan adalah nilai. Ada seperangkat atau sejumlah nilai yang melandasi pilihan manusia. Juga ada seperangkat nilai yang menjadi rujukan dan pertimbangan pilihan manusia. Sebab menurut Michael Fullan dalam El Widdah(2012, hal. 78) “leaders who have not strong values and

no aspirations for their school may provide a dull consistency”. Pemimpin yang tidak memiliki nilai kuat dan tidak memiliki aspirasi bagi sekolahnya akan mengarahkan kepada ketidakkonsistenan dalam pencapaian tujuan sekolah. Dengan demikian seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya tidak boleh lepas dari nilai, baik nilai diri, nilai sosial, dan nilai transsendental. Itulah dasar ketertarikan peneliti mengambil judul “Nilai Kepemimpinan Pendidikan dan Implikasinya terhadap Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar”.

C. Rumusan Masalah

(15)

2. Bagaimana peran kepala sekolah yang efektif untuk menciptakan iklim dan kultur sekolah yang positif?

3. Nilai kepemimpinan apakah yang diperankan kepala sekolah dalam membangun kerja sama dengan pendidik dalam upaya menciptakan budaya sekolah yang berkarakter?

D. Tujuan Penelitian

1. Ingin mengetahui nilai kepemimpinan yang diperankan kepala sekolah dalam pembinaan karakter siswa?

2. Ingin mengetahui peran kepala sekolah yang efektif untuk menciptakan iklim dan kultur sekolah yang positif?

3. Ingin mengetahui nilai kepemimpinan yang diperankan kepala sekolah dalam membangun kerja sama dengan pendidik dalam upaya menciptakan budaya sekolah yang berkarakter?

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat kepada banyak pihak, baik secara teoritis maupun secara praktis. Manfaat teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan, khususnya dalam rangka pelaksanaan pembinaan pendidikan karakter terhadap siswa di sekolah. Di samping itu pula diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan dan temuan baru tentang nilai kepemimpinan pendidikan di sekolah.

Selain memberikan manfaat secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi beberapa pihak sebagai berikut:

1.Bagi peneliti, sebagai bahan untuk mengembangkan teori pendidikan karakter khususnya tentang nilai kepemimpinan pendidikan di sekolah.

2.Bagi para guru, hasil penelitian ini dapat meningkatkan kerjasama antar semua guru bidang studi dalam rangka melaksanakan pendidikan karakter siswa.

3.Bagi pengambil kebijakan, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam mengambil kebijakan pendidikan tentang implementasi pendidikan karakter baik ditingkat pusat, daerah, dan tingkat satuan pendidikan.

4.Bagi peneliti lain, penelitian ini berguna sebagai bahan pijakan untuk penelitian selanjutnya, agar diperoleh pengetahuan baru yang lebih bersinergi.

F. Pembahasan

(16)

Values-based leadership is leading by staying true to one’s values. It

means to lead others by remaining consistent with the leader’s beliefs and never swaying from one’s fundamental values. You may be

wondering, does this mean a values-based leader never changes his or her principles? The answer is no. The leader may change his or her strategy, tactics, or approach given the situation, but the leader never changes his or her underlying values, beliefs, or principles.

Kepemimpinan berbasis nilai adalah memimpindengan tetap setia kepada nilai-nilai individu. Ini berarti untuk memimpin orang lain harus tetap konsisten pada keyakinan dan tidak pernah bergoyang dari nilai-nilai fundamental seseorang. Mungkin kitabertanya-tanya, apakah ini berarti pemimpin berbasis nilai tidak pernah berubah prinsipnya ?Jawabannya adalah tidak. Pemimpin dapat mengubah strateginya, taktik, atau pendekatan yang diberikansituasi, tetapi pemimpin tidak pernah berubah nilai-nilai yang mendasari, keyakinan, atauprinsip. Dengan demikian kebijakan dari kepala sekolah harus ada nilai yang mendasarinya sehingga hasil kebijakannya mampu membangun siswa yang berkarakter.

Pendidikan karakter sering juga disebut dengan pendidikan nilai karena karakter adalah value in action nilai yang diwujudkan dalam tindakan (Lickona,1991). Karakter juga sering disebut operative value atau nilai-nilai yang dioperasionalkan dalam tindakan (perilaku). Oleh karena itu, pendidikan karakter pada dasarnya merupakan upaya dalam proses menginternalisasikan, menghadirkan, menyemaikan, dan mengembangkan nilai-nilai kebaikan pada diri peserta didik. Dengan internalisasi nilai-nilai kebajikan pada diri peserta didik di atas dapat dilakukan melalui penciptaan kultur sekolah yang baik.

Kultur sekolah berkaitan erat dengan visi yang dimiliki oleh kepala sekolah tentang masa depan organisasi sekolah. Kepala sekolah yang memiliki visi untuk menghadapi tantangan sekolah di masa depan akan lebih sukses dalam membangun kultur sekolah. Sehingga menurut J. H. Stronger (2013, hal. 18) terdapat hubungan antara kepemimpinan dan kultur sekolah, dimana kultur tersebut adalah faktor yang berkaitan dengan efektifitas kepala sekolah.Oleh karenanya peran kepala sekolah yang efektif akan mendorong untuk menciptakan iklim dan kultur sekolah yang positif. Menurut J. H. Stronger (2013, hal. 19) iklim dan kultur sekolah yang positif memiliki ciri sebagai berikut:

1. Melibatkan siswa, staf, guru, orang tua siswa, dan seluruh komunitas sekolah untuk menciptakan dan memelihara lingkungan pembelajaran yang aman dan positif (Cotton, 2003)

2. Menggunakan pengetahuan sosial, kultural, kepemimpinan, dan dinamika politik komunitas sekolah untuk memelihara lingkungan pembelajaran yang positif (Piltch & Frederick, 2005)

3. Memberi contoh bagaimana berekspektasi tinggi dan menghormati siswa, staf, orang tua siswa, dan komunitas sekolah (Cotton, 2003; Council of Chief State School Officers, 2002; Haris & Lowery, 2002)

(17)

5. Melakukan pengambilan keputusan bersama untuk menjaga moral sekolah yang positif (Fink & Resnick, 2001; Leitwood & Riehl, 2003)

Pentingnya peran kepala sekolah dapat dilihat dari pendapatnya Thomas Lickona (1992, Hal. 99) bahwa kepala sekolah berperan penting dalam pembentukan kultur moral di sekolah yang dapat menumbuhkan nilai, sikap, dan perilaku positif. Kepala sekolah efektif adalah pelopor dalam dalam pendidikan karakter di sekolah yang dipimpinnya. Dalam menciptakan kultur yang kondusif, kepala sekolah mengatur dan memfasilitasi penyelenggaraan kegiatan yang mendorong terciptanya kultur sekolah yang memungkinkan tumbuhnya karakter. Kegiatan tersebut, diantaranya: workshop, diskusi antar guru, pengembangan kurikulum dan pengajaran, gerakan kebersihan sekolah, kegiatan ibadah, pembunaan organisasi siswa, penegakan disiplin, pertandingan olahraga, perlombaan kesenian, penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup, memberikan teladan dan sejenisnya.

Sedangkan menurut Kama Abdul Hakam (2013) untuk menciptakan pendidikan karakter maka kepala sekolah hendaknya merancang program-program peningkatan empat kompetensi utama guru (pedagogik, kepribadian, professional dan sosial) yang berbasis pendidikan nilai. Pemberian pelatihan khusus kepada guru tentang pendekatan-pendekatan dalam pendidikan nilai serta strategi integrasi nilai-nilai karakter ke dalam rancangan pembelajaran (Silabus dan RPP) menjadi salah satu kebutuhan mendasar yang perlu difasilitasi oleh Kepala Sekolah melalui forum MGMP atau organisasi gugus.

G. Simpulan dan Saran 1.Simpulan

a. Kepemimpinan berbasis nilai adalah memimpindengan tetap setia kepada nilai-nilai individu, sosial, dan transendental. Ini berarti untuk memimpin orang lain harus tetap konsisten pada keyakinan dan tidak pernah bergoyang dari nilai- nilai fundamental seseorang.

b. Untuk kesuksesan pembinaan karakter di sekolah maka perlu melibatkan seluruh unsur sumber daya sekolah diantaranya siswa, staf, guru, orang tua siswa,komite sekolah dan seluruh komunitas sekolah. c. Kepala sekolah perlu menyelenggarakan kegiatan atau

mengikutsertakan guru , diantaranya: workshop, diskusi antar guru, pengembangan kurikulum dan pengajaran, gerakan kebersihan sekolah, kegiatan ibadah, pembunaan organisasi siswa, penegakan disiplin, pertandingan olahraga, perlombaan kesenian, penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup, memberikan teladan dan sejenisnya.

2. Saran

a. Kepala sekolah untuk lebih meningkatkan lagi penguasaan kompetensinya yaitu kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi , dan sosial. Disamping itu perlu adanya pemahaman bahwa tanggung jawab kepemimpinan tidak kepada diri sendiri tetapi juga kepada Tuhan YME.

(18)
(19)

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Saadun .(2014). Revitalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar, Malang: IKIP Malang

Ambarita, Alben .(2014). Kepemimpinan Kepala Sekolah, Graha Ilmu: Jakarta

Budimansyah, Dasim (2014). Perancangan Pembelajaran Berbasis Karakter, Widya Aksara Press: Bandung

Kesuma, Dharma .(2012). Pendidikan Karakter, Rosadakarya: Bandung Koesoema, Dhoni .(2013) Pendidikan Karakter, Grasindo: Jakarta

Hakam, Kama Abdul .(2013). Pendekatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar. UPI: Bandung

--- .(2008). Pendidikan Nilai, Value Press: Bandung

Lickona, Thomas (1991), Educating for Character, How Our Schools can Teach Respect and Responsibility, New York, Bantam Books.

--- .(2004). Character Matters, Bumi Aksara: Jakarta

Maftuh, Bunyamin .(2009). Pendidikan Umum dan Pendidikan Nilai. UPI Pascasarjana : Bandung

Mulyana, Rohmat .(2011). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Alfabeta : Bandung Mulyasa, E .(2012). Manajemen Pendidikan Karakter, Rosdakarya: Bandung --- .(2015). Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Rosdakarya: Bandung Stronger, James .(2013). Qualities of effective Principals, ASCD: USA

Suryadi, Ace .(2015) Pendidikan Menghadapi tahun 2025, Rosadakarya: Bandung

(20)
(21)

Referensi

Dokumen terkait

Cairan infuse RL, infus set, abocath, pakaian ibu dan bayi, alat pelindung diri (celemek, penutup kepala, masker, kacamata, sepatu booth), alat resusitasi bayi. Dibawah

Dari hasil uji hipotesis kelima untuk variabel artinya Due Professional care memiliki nilai t hitung sebesar 3,156 > t tabel (2,004) dan nilai signifikan sebesar 0,003 <

Beberapa proses yang diduga dapat menyebabkan terbentuknya penimbunan liat adalah : (1) terjadinya hancuran tiklim dengan intensitas tinggi pada bagian atas solum tanah,

Perbaikan gambaran histopatologi hati yang dinilai berdasarkan tampilan pewarnaan imunohistokimia TNF-α terdapat pada kelompok yang mendapat ekstrak etanol kulit

Tujuan Kearsipan sebagaimana tercantum dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 adalah untuk menjamin terciptanya arsip dari kegiatan yang dilakukan oleh lembaga

Flypaper Effect adalah suatu kondisi yang terjadi pada saat pemerintah daerah merespon belanja daerah dengan lebih banyak mengandalkan atau menggunakan dana transfer yang berasal

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Upah Minimum Regional (UMR),dan Kontribusi Sektor Industri terhadap ketimpangan distribusi pendapatan di Sulawesi

Alhamdulillahhirobbil’alamin, puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan segala taufik, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat