• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chapter II Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Ketepatan Pemberian MPASI Pada Bayi Di Kelurahan Tigabalata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Chapter II Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Ketepatan Pemberian MPASI Pada Bayi Di Kelurahan Tigabalata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun Tahun 2015"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

9

2.1 MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) 2.1.1 Pengertian MP-ASI

MP-ASI adalah makanan tambahan selain ASI yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6 bulan. Selain MP-ASI, ASI harus tetap diberikan kepada bayi, paling tidak sampai 24 bulan. MP-ASI merupakan makanan tambahan bagi bayi. Makanan ini harus menjadi pelengkap yang dapat memenuhi kebutuhan bayi. Hal ini menunjukkan bahwa MP-ASI berguna untuk menutupi kekurangan zat-zat giji yang terkandung dalam ASI(Krisnatuti & Yenrina,2000).

MP-ASI dapat juga disebut makanan pelengkap atau makanan padat, adalah makanan tambahan yang secara berangsusr-angsur diberikan kepada bayi untuk memenuhi kebutuhan gizi, sebelum bayi diberikan makanan anak. Sesudah anak disapih, makanan tambahan lama kelamaan akan menjadi makanan pokok. Sari buah atau buah-buahan segar, makanan lumat dan makanan lembek secara berturut-turut dapat diberikan sebagai makanan tambahan (RSCM & Persatuan Ahli Gizi Indonesia,1994).

2.1.2 Tujuan MP-ASI

(2)

untuk mengunyah dan menelan, mencoba baradaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi tinggi(Suhardjo, 2003).

Bayi perlu mendapatkan tambahan energi dan zat-zat gizi yang diperlukan, karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus menerus(Krisnatuti, 2000).

2.1.3 Syarat-syarat MP-ASI

Agar pemberian MP-ASI dapat terpenuhi dengan sempurna maka perlu diperhatikan sifat-sifat bahan makanan yang akan digunakan. Makanan tambahan untuk bayi harus mempunyai sifat fisik yang baik, yaitu rupa dan aroma yang layak. Selain itu dilihat dari segi kepraktisannya, makanan tambahan bayi sebaiknya sudah disiapkan dengan waktu pengolahan waktu yang singkat. Makanan pendamping ASI harus memenuhi persyaratan khusus tentang jumlah zat-zat gizi yang diperlukan bayi, seperti protein, energi, lemak, vitamin, mineral, dan zat-zat tambahan lainnya. MP-ASI hendaknya mengandung protein bermutu tinggi dengan jumlah yang mencukupi (Roger, 1999).

1. Makanan yang dianjurkan:

1) Bubur tepung beras atau beras merah yang dimasak dengan menggunakan cairan atau kaldu daging dan sayuran, susu formula (ASI) atau air.

2) Buah-buahan yang dihaluskan atau menggunakan blender seperti pepaya, pisang, apel, melon dan alpukat.

3) Sayur-sayuran dan kacang-kacangan yang direbus kemudian dihaluskan menggunakan blender.

(3)

5) Ikan yang diblender sebaiknya ikan yang digunakan adalah ikan yang tidak berduri.

2. Makanan yang tidak dianjurkan

1) Makanan yang mengandung protein gluten yaitu tepung terigu barley, biji gandum dan kue yang terbuat dari tepung terigu. Makanan tersebut dapat membuat perut bayi kembung, mual dan diare pada bayi.

2) Hindari pemberian garam, gula, bumbu masak atau penyedap rasa. 3) Makanan terlalu berlemak.

4) Buah-buahan yang terlalu asam seperti jeruk dan sirsak. 5) Makanan terlalu pedas atau bumbu terlalu tajam.

6) Buah-buahan yang mengandung gas seperti durian, cempedak. Sayuran yang mengandung gas seperti kol, kembang kol, lobak. Kedua makanan tersebut dapat membuat perut bayi kembung.

7) Kacang tanah pada bayi dapat menyebabkan alergi atau pembengkakan pada tenggorokan sehingga bayi sulit bernapas.

8) Kadangkala telur dapat memacu alergi, berikan secara bertahap dan dengan porsi kecil. Jika bayi alergi segera hentikan.

9) Madu dapat mengandung spora yang sangat membahayakan bayi (Lituhayu R, 2008).

2.1.4 Mutu MP-ASI

(4)

fisik, meliputi anatara lain aroma, konsistensi kelenturan, penampilan dan rasa; b) mutu kimiawi yaitu berupa komposisi zat gizi dan jumlah masing-masing zat gizi yang terkandung dalam status tertentu; c) kepadatan energi atau energi density (ED) yaitu jumlah energi yang dihasilkan dalam satu gram produk siap makan menghasilkan 120-140 kalori; dan d) mutu biologi, meliputi mutu protein seperti nilai Protein Efficiency Ratio (PER) atau protein skor atau komposisi asam amino, dan ketersediaan hayati, vitamin dan mineral (Depkes, 2002).

Mempersiapakan MP-ASI yang bermutu baik tidak dapat didasari hanya kepada insting seorang ibu. Pengetahuan dan praktek diperlukan secara khusus dalam teknologi rumah tangga, agar dapat memenuhi kebutuhan bayi yang relatif lebih tinggi untuk setiap kilogram berat badan dibandingkan dengan kebutuhan orang dewasa. Susunan hidangan disesuaikan dengan pola makanan disesuaiakan dengan faal bayi serta memperhatikan kebersihan lingkungan dan perorangan (Suhardjo,2003).

2.1.5 Waktu Pemberian MP-ASI

Menurut Lituhayu R (2008) MP-ASI sebaiknya diberikan setelah anak berusia 6 bulan. Hal ini dikarenakan :

(5)

2) Sistem pencernaan bayi berumur 6 bulan sudah relatif sempurna dan siap menerima MP-ASI.

3) Mengurangi resiko terkena alergi akibat makanan. Saat bayi berumur kurang dari 6 bulan, sel-sel di sekitar usus belum siap mengolah kandungan dari makanan.

4) Menunda pemberian MP-ASI hingga 6 bulan melindungi bayi dari obesitas di kemudian hari.

2.1.6 Jadwal Pemberian MP-ASI

(6)

Tabel 2.1 Jadwal Pemberian MP-ASI, Menurut Umur Bayi, Jenis, Makanan dan Frekuensi Pemberian

Umur Bayi Jenis Makanan Frekuensi Pemberian per hari

(7)

2.1.7 Resiko Pemberian Makanan Pendamping ASI Terlalu Dini

Menurut Krisnatuti Yenrina (2008), bayi belum siap menerima makanan semi padat sebelum berusia 6 bulan, selain itu makanan tersebut belum diperlukan sepanjang bayi tetap mendapatkan ASI, kecuali pada keadaan tertentu.

Banyak resiko yang ditemukan pada jangka pendek maupun panjang jika bayi diberikan makanan pendamping terlalu dini antara lain :

a. Resiko Jangka Pendek

Salah satu resiko jangka pendek dari pemberian MP-ASI terlalu dini adalah penyakit diare, defisiensi besi dan anemia.

Harus diperhatikan bahwa apabila makanan pendamping ASI sudah diberikan kepada bayi sejak dini (dibawah usia 6 bulan) maka asupan gizi yang diperoleh bayi tidak sesuai dengan kebutuhan. Selain itu system pencernaan bayi akan mengalami gangguan seperti sakit perut, sembelit (susah buang air besar) dan alergi. (Arisman,2009)

b. Resiko Jangka Panjang

Obesitas (kegemukan) & Penyakit Kronis

Kelebihan dalam memberikan makanan adalah salah satu faktor resiko utama dari pemberian susu formula dan MP-ASI yang terlalu dini pada bayi. Sama seperti orang dewasa kelebihan berat badan anak terjadi akibat ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan keluar.

(8)

2.2 Hal yang Berhubungan Dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI 2.2.1 Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu subjek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2007).

Pengetahuan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah Pengetahuan tentang Makanan tambahan yang diberikan pada bayi berusia 4-6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. (Yenrina, 2008 ). Peranan MP-ASI sama sekali bukan untuk menggantikam ASI, melainkan hanya untuk melengkapi ASI (Krisnatuti, 2000).

Pengetahuan yang rendah juga berdampak terhadap praktek pemberian makanan tambahan. Secara umum makanan dan minuman yang diberikan kepada bayi umur 0 – 6 bulan adalah susu formula, air putih, dan madu. Pemberian ASI yang tidak sampai umur 6 bulan karena ASInya sedikit disebabkan karena ibu bekerja dan kurangnya keyakinan terhadap kemampuan memproduksi ASI untuk memuaskan bayinya sehingga mendorong ibu untuk memberikan susu formula. Pemberian makanan tambahan seperti susu formula menjadi salah satu penyebab ibu tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya (Nana, 2013).

(9)

dari responden atau 92% (52 orang) berpengetahuan baik dan 8% (4 orang) berpengetahuan cukup.

Hasil penelitian Dheny di posyandu karyamulya jetis jaten tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI menunjukkan bahwa dari responden tingkat pengetahuan baik, memberikan MP-ASI dengan sebanyak 66,7%, sedangkan yang memberikan MPMP-ASI dengan tingkatan cukup sebanyak 16,7%, kelompok ibu yang tingkat pengetahuannya kurang memberikan MP-ASI sebanyak 3,3%.

2.2.2 Sikap (Attitude)

Sikap adalah reaksi respon seorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sikap adalah tanggapan atau persepsi seorang terhadap apa yang diketahuinya. Jadi sikap tidak dapat langsung dilihat secara nyata, tetapi hanya dapat ditafsirkan sebagai perilaku yang tertutup bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka (Notoadmojo, 2010).

Sikap terdiri dari beberapa tingkatan yakni : a) Menerima (Receiving)

Diartikan orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (Objek).

b) Merespon (Responding)

(10)

c) Menghargai (Valuting)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan dan mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.

d) Bertanggungjawab (Responsible)

Bertanggungjawab terhadap sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

2.3Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk melihat Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI Pada Bayi di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun Tahun 2015. Berdasarkan tinjauan teroritis maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependent

Gambar 2.1

Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan

Sikap

Gambar

Tabel 2.1 Jadwal Pemberian MP-ASI, Menurut Umur Bayi, Jenis, Makanan
Gambar  2.1

Referensi

Dokumen terkait

Assauri (2013:75) mengartikan bahwa “Bauran pemasaran ( marketing mix ) merupakan kombinasi variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran, yaitu variabel

Vokal pendek dituliskan tunggal (satu huruf), vokal panjang dituliskan ganda atau tunggal (jika merupakan suku kata terbuka atau suku kata yang diakhiri vokal).. Jika di

Konsentrasi asam sulfat bertindak sebagai agen dehidrasi yang bertindak pada gula untuk membentuk furfural dan turunannya yang kemudian dikombinasikan dengan alfa

Pengembangan sebuah SOP dalam suatu Manajemen Perkantoran Standar yang akan dijadikan acuan dan juga pedoman dalam proses melakukan pelaksanaan dari

teknik komunikasi yang disesuaikan dengan keadaan masyarakat sehingga informasi. dapat dimengerti dan dilaksanakan

Porsi iklan yang memberikan wawasan yang berkaitan dengan aspek sosial budaya masih minim, padahal isu desa global seperti disebut oleh McLuhan telah

1. Pemberian pupuk hijau cair dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan, luas daun, berat akar dan produksi bahan kering. Pemberian pupuk hijau cair daun eceng gondok

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah dengan komitmen organisasi, budaya