Ryaas Rasyid: Jangan Harap Dapat
Pemimpin Cerdas, kalau yang Memilih
Bodoh
/
/
Home News Nasional
ESTU SURYOWATI
Kompas.com - 16/10/2017, 11:33 WIB
Mantan menteri era Abdurrahman Wahid, Ryaas Rasyid (kanan) saat mengisi diskusi bertema Partisipasi Perempuan
dalam Mendukung Agenda Demokrasi Pemilu Serentak Tahun 2019, di Jakarta, Senin (16/10/2017).
Mantan menteri era Abdurrahman Wahid, Ryaas Rasyid (kanan) saat mengisi diskusi bertema Partisipasi Perempuan
dalam Mendukung Agenda Demokrasi Pemilu Serentak Tahun 2019, di Jakarta, Senin (16/10/2017).
((KOMPAS.com/ESTU SURYOWATI))JAKARTA, KOMPAS.com -
Mantan menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Ryaas Rasyid mengatakan, sejak dulu dirinya pesimistis sistem
pemilihan umum langsung dapat menghasilkan sosok pemimpin ideal.
Pasalnya, kata Ryaas, rakyat tidak memiliki kapasitas untuk menilai
Close [X] S o n o r a F M • M o t i o n F M • S m a r t F M
RADIO LIVE STREAMING
HARIAN KOMPAS KOMPAS TV LIVE RADIO KOMPASIANA.COM KOMPASKARIER.COM GRAMEDIA.COM GRIDOTO.COM BOLASPORT.COM GRID.ID KONTAN.CO.IDSearch
REGISTER | LOGINNEW
Submit
sebuah program yang disuguhkan dan integritas kandidat yang maju.
"Maka kalau rakyatnya masih bodoh, ya enggak apa-apa mendapat
pemimpin bodoh. Jangan harap mendapat pemimpin yang cerdas,
kalau yang memilih saja bodoh. Jadi, terima saja nasib," kata Ryaas
dalam diskusi bertema 'Partisipasi Perempuan dalam Mendukung
Agenda Demokrasi Pemilu Serentak Tahun 2019', di Jakarta, Senin
(16/10/2017).
Menurut Ryaas, dengan kondisi rakyat Indonesia yang seperti saat ini,
lebih baik pemilihan umum dikembalikan ke sistem tidak langsung,
yaitu dipilih oleh MPR.
"Saya sudah hopeless dengan sistem ini. Mau dapat pemimpin cerdas,
berkompeten, semua itu batal dengan dipilih rakyat. Karena rakyat tidak
bisa menilai itu," ucapnya.
Dia mencontohkan konkretnya, seringkali dalam sebuah kampanye
terbuka, hanya sedikit rakyat yang benar-benar menyimak visi-misi
ataupun program kandidat yang maju.
"Sisanya sudah kepanasan, hanya menunggu door prize atau penyanyi
dangdut, tidak mungkin bisa menilai program," kata dia lagi.
Dari sini, kata dia, penting sekali untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa. Dalam kesempatan tersebut, secara khusus Ryaas berpesan
kepada audiens perempuan untuk mencerdaskan anggota keluarga
dan komunitasnya.
READ MORE
Begini Cara Jepang Memenuhi Kebutuhan Masyarakat Modern...
Beragam jenis robot telah diciptakan Jepang demi memudahkan pekerjaan manusia. Di
negerinya sana, semua sektor telah menggunakan teknologi tinggi tersebut.
Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:
Jelang Pemilu 2019
KOMPAS.COM NEWSLETTER
Ingin menerima berita terkini setiap hari ?
Masukkan alamat email DAFTAR
TERPOPULER
Hari Sumpah Pemuda, Jokowi
"Sulap" Istana Bogor Jadi
Tempat Nongkrong
Dibaca 36.116 kali
1
Rosario "Merah Putih" di
Tangan Azyumardi Azra...
Dibaca 21.174 kali
2
Hari Sumpah Pemuda Zaman
"Now" ala Jokowi
Dibaca 14.157 kali
3
Menteri Susi Pimpin
Penenggelaman 33 Kapal
Pencuri Ikan di Natuna
Dibaca 6.954 kali
4
Saat Menteri Susi Temukan
Kaus Berlambang Partai di
Pantai Sindu Natuna
Dibaca 6.900 kali
5
Ada 20 komentar untuk artikel ini
REKOMENDASI UNTUK ANDA
Powered byRyaas Rasyid
Tawarkan Diri
Berantas Korupsi…
Pesan Ryaas Rasyid
ke Anies Baswedan,…
Parpol Dinilai Punya
Tanggung Jawab
Besar…
Menko Polhukam:
Salah Pilih Pemimpin,
Pembangunan…
Sumpah Pemuda,
Pemilih Pemula, dan
Penyelenggaraan…
Pansus Angket KPK:
Mahasiswa Kerahkan
1.000…
Instruksi Jokowi soal
KEK Mandalika, dari…
Formappi: Kalau DPR
Mau Bangun Gedung,
…
NASIONAL NASIONAL NASIONAL NASIONAL
NASIONAL NASIONAL NASIONAL NASIONAL
REKOMENDASI UNTUK ANDA
Powered byRyaas Rasyid
Tawarkan Diri
Berantas Korupsi…
Pesan Ryaas Rasyid
ke Anies Baswedan,…
Parpol Dinilai Punya
Tanggung Jawab
Besar…
Menko Polhukam:
Salah Pilih Pemimpin,
Pembangunan…
Sumpah Pemuda,
Pemilih Pemula, dan
Penyelenggaraan…
Pansus Angket KPK:
Mahasiswa Kerahkan
1.000…
Instruksi Jokowi soal
KEK Mandalika, dari…
Formappi: Kalau DPR
Mau Bangun Gedung,
…
NASIONAL NASIONAL NASIONAL NASIONAL
NASIONAL NASIONAL NASIONAL NASIONAL
Tulis opini Anda seputar isu terkini di
mulai nulis
Tulis komentar...
Kompas.com tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Estu Suryowati
Sandro Gatra
Penulis
:
Editor
:
KOMENTAR
Andreas Sufardy
Selasa, 17 Oktober 2017 | 20:06
rakyat pemilih memang mungkin bodoh tetapi bukan berarti terpilih pemimpin yg bodoh (tidak ada
relevansinya).justru sistem dikembalikan ke mpr, rakyat lah terus-menerus dibodohi disuguhi pemimpin yg membodohi rakyat.
(1) (0) Tanggapi Laporkan
!
" # $ %
Hendra Hendra
Selasa, 17 Oktober 2017 | 09:55
udah bodoh rasis pulak yah...
(2) (0) Tanggapi Laporkan
!
" # $ %
John Sebastian
Saat Menteri Susi Temukan
Kaus Berlambang Partai di
Pantai Sindu Natuna
Menang TKO, Anthony Joshua
Ingin Bertarung di Luar Inggris
Dilema Polisi Catalonia: Patuhi
Titah Raja atau Puigdemont
WhatsApp Rilis Fitur Hapus
Pesan Terkirim
Memuat Selasa, 17 Oktober 2017 | 08:40
58% pemilih anies sandi memang bodoh..begitu?
(3) (0) Tanggapi Laporkan
!
" # $ %
anwar santoso
Senin, 16 Oktober 2017 | 23:49
pak rasyid....pengertian pemimpin yang cerdas seperti apa ? seperti siapa contohnya ? apa anda maksud jokowi tidak cerdas ?? asal tahu saja doktor dan profesor belum tentu cerdas untuk menjadi seorang presiden ?? kalo ukurannya hanya selembar kertas...anda salah faham...sorry
(3) (0) Tanggapi Laporkan
!
" # $ %
Dewi
Senin, 16 Oktober 2017 | 21:36
saya tetap memilih pemilu langsung. jalan maju ke depan, jangan mundur.
(1) (0) Tanggapi Laporkan
!
" # $ %
maken awalun
Senin, 16 Oktober 2017 | 18:54
rakyat tahu diri pak rr. kami mungkin bodoh tapi punya hati. kami memilih dengan hati yang tulus. para kontestan pemilu dan calon pemimpin atau/dan pemimpin sering lebih bodh dari rakyat dengan omongan yang tak masuk akal dan hati. yang harus diperbaiki adalah sistem pendidikan, jgn salahkan rakyat
(2) (0) Tanggapi Laporkan
!
" # $ %
Orang Awam
Senin, 16 Oktober 2017 | 18:45
terkadang kesulitan memperbaiki cara berpikir mereka yg msh ngaco adl gengsi. tp kl itu cm utk alasan mpr merubah sistem agar kembali diserahkan ke mpr, ya ga setuju. sebab mpr ga lbh pintar dr rakyat, dan utk menghindari kepentingan golongan/kelompok tertentu.
(1) (0) Tanggapi Laporkan
!
" # $ %
Dadang Nazirudin
Senin, 16 Oktober 2017 | 13:08
1)konsekuensi demokrasi. 2)masih lebih banyak yg memilih dg perasaan bukan pikiran. 3)orang yg menyadari hal ini hingga ia sukses bisa terpilih, bukankah berarti dia seorang yg cerdas?
(4) (0) Tanggapi Laporkan
!
" # $ %
Budi S
Senin, 16 Oktober 2017 | 13:01
sebenarnya ada cara mempercepat pendidikan politik agar rakyat melek pentingnya pemimpin berintegritas, yaitu dengan membuat kpu-bawaslu memiliki kemampuan seperti kpk utk menyeleksi calon anggota dewan dan calon kepala daerah secara ketat, misal gimana caranya agar orang2 pansus tidak terpilih lagi
(1) (0) Tanggapi Laporkan
!
" # $ %
Kita Muda
Senin, 16 Oktober 2017 | 12:24
bukan pemilihan langsung nya yang salah pak melainkan pemilihnya yang bodoh. kalo pemilihnya yang bodoh, kewajiban pendidik, parpol dan para pemimpin di negara ini untuk mendidik. bukan sistem yang menperlihatkan sebuah proses demokrasi yang jadinya dirubah pak
(0) (0) Tanggapi Laporkan
!
" # $ %
Menteri Susi Pimpin
Penenggelaman 33 Kapal
Pencuri Ikan di Natuna
Hasil Liga Spanyol, Valencia
Terus Tempel Barcelona
Saat Bertemu di Istana,
Jokowi Undang SBY ke
Pernikahan Kahiyang
! "
TERKINI LAINNYA
Dilelang, Lukisan Mesir dengan Tanda Tangan
Anies Laku Rp 250 Juta
MEGAPOLITAN 29/10/2017, 12:20 WIB
Anggaran Pilkada 2018 Rp 20 Triliun, Tujuan
Efisiensi Dianggap Belum Tercapai
NASIONAL 29/10/2017, 12:20 WIB
Viral, Video 2 Pria Buang Sampah ke Sungai
dan Tak Gubris Teguran Anggota DPD
REGIONAL 29/10/2017, 12:10 WIB
Resmikan Gereja HKBP Semper, Anies dan Istri
Dihadiahi Ulos
MEGAPOLITAN 29/10/2017, 11:57 WIB
2 Minggu Menghilang, Petani di Ngawi
Ditemukan Tewas di Pinggir Sungai Bengawan
Solo
REGIONAL 29/10/2017, 11:46 WIB
Spanyol Gelar Pemilu Catalonia, Kubu
Pro-Kemerdekaan Mengecam
INTERNASIONAL 29/10/2017, 11:37 WIB
Tontowi/Liliyana Berusaha tetap Fokus di Final
OLAHRAGA 29/10/2017, 11:19 WIB
Catatan Evaluasi Jakarta Marathon 2017 dari
Sandiaga
MEGAPOLITAN 29/10/2017, 11:12 WIB
Menang TKO, Anthony Joshua Ingin Bertarung
di Luar Inggris
OLAHRAGA 29/10/2017, 10:59 WIB
Dilema Polisi Catalonia: Patuhi Titah Raja atau
Puigdemont
INTERNASIONAL 29/10/2017, 10:49 WIB
# $ %
4 m
Kompas.com
@kompascom&
Golkar Usung Ridwan Kamil, Kadernya di Kota Bandung Tetap Dukung Dedi Mulyadi
-https://t.co/4VOOkFAhXw https://t.co/oOs2KKgNRW
' ♥
)
KOMPAS TV
@KompasTV&
[VIDEO] Main di Emirates Stadium Arsenal Menang Atas Swansea 2 - 1
https://t.co/DXC3wjXuZO https://t.co/JAGHuUBWSq
Finis 21 Km di Jakarta Marathon, Berapa
Catatan Waktu Berlari Sandiaga?
MEGAPOLITAN 29/10/2017, 10:40 WIB
Anggaran Pilkada 2018 Rp 20 Triliun, Perludem
Ingatkan Transparansi Penggunaannya
NASIONAL 29/10/2017, 10:13 WIB
Bayi Laki-laki dan Sebotol Susu di Dalam
Kardus Ditemukan di Depok
MEGAPOLITAN 29/10/2017, 10:04 WIB
Puigdemont Nyatakan Perlawanan Damai
terhadap Madrid
INTERNASIONAL 29/10/2017, 09:41 WIB
Menjaga Warisan Gerabah dari Generasi ke
Generasi di Borobudur
REGIONAL 29/10/2017, 09:10 WIB
LOAD MORE
News
Nasional
Regional
Megapolitan
Internasional
Surat Pembaca
Sains
Edukasi
Olahraga
Ekonomi
Bola
Tekno
Entertainment
Otomotif
Travel
Health
Lifestyle
Properti
Kolom
Images
TV
VIK
Indeks Berita
Indeks Headline
Indeks Topik Pilihan
Indeks Terpopuler
Copyright 2008 - 2017 PT. Kompas Cyber Media ( Kompas Gramedia Digital Group). All rights reserved.
Ingin menerima berita terkini setiap hari ?Masukkan alamat email DAFTAR