• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN PENDUDUK ANGKATAN KERJA DAN UPAYA MEMPERLUAS KESEMPATAN KERJA DI JAWA TIMUR Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERTUMBUHAN PENDUDUK ANGKATAN KERJA DAN UPAYA MEMPERLUAS KESEMPATAN KERJA DI JAWA TIMUR Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

S K R I P S I

SOEBI JANTORO

PERTUMBUHAN

p e n d u d u k

,

a n g k a t a n

k e r j a

DAN UPAYA MEMPERLUAS KESEMPATAN KERJA

DI JAWA TI MUR

M I L 1 K

PERPUSf AKAAN

■UNI VERSI TAS Al R LAN GOA'

S U R A B A Y A

J

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS AIRLANGGA

(2)

PERTUMBUHAN PENDUDUK, ANGKATAN KERJA DAN UPAYA

MEMPERLUAS KESEMPATAN KERJA DI JAWA TIMUR

Q.

S K R I P S I

Dlajukan untuk Memperlengkapi Syarat-syarat dalam

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

^ '

Jurusan Studi Pembangunan

' * I I K.

PEKk »i a k \ A N

* U M V F : R S i TAS A1R L A N G G A "

S U K A B A Y A

Oleh. : SOEBIJANTORO

No. Pokok: 048111031

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS AIRLANGGA

(3)

M i L 1 K.

P E R P U S l A K A A N

" U N IV E R S I TA S A l K L A N G O A -

S U R A B A Y A

Kupersembahkan untuk ;

(4)

Surabaya, J!. tf!... it

(5)

Surabaya, Y # 7 .

Disetujui dan diterima baik

(6)

1. Kepadatan Penduduk di Jawa Timur menurut Eks

Karesidenan ;Tahun 1971,1980,1985 ... 29

2. Perkembangan dan Pertumbuhan Penduduk Jawa

-Timur menurut Eks Karesidenan ... 32

3. Penyebaran Penduduk Jawa Timur menurut Eks-

Karesidenan Tahun 1971, 1980, 1985... 34

4. Penduduk Jawa Timur menurut Jenis Kelamin

-dan Kelompok Umur Tahun 1985 ... 35

5. Penduduk Jawa Timur menurut Kelompok Umur *

Per Jenis Kelamin dan Sex Ratio Tahun 1985 . 37

6. Penduduk Jawa Timur menurut Eks Karesidenan

Per Jenis Kelamin dan Sex Ratio Tahun 1985. 38

7. Persentase Penduduk Jawa Timur menurut Ke

-lompok Umur Tahun 1971, 1980, 1980... 39

8. Proyeksi Penduduk Jawa Timur menurut Kelom­

pok Umur Tahun 1990-2000 ... 42

9. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk, Penduduk - Usia Kerja dan Angkatan Kerja di Jawa Timur

Tahun 1971-1980 ... 45

10. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk, Penduduk - Usia Kerja, Angkatan Kerja di Jawa Timur -

menurut Eks Karesidenan Tahun 1971-1980 ... 47

11. Jumlah dan Pertumbuhan Angkatan Kerja, Pen­ duduk Usia Kerja di Pulau Jawa per Propinsi

Tahun 1971-1980 ... 49

v 12. Penduduk, Angkatan Kerja, Kesempatan Kerja dan Pengangguran di Jawa Timur Tahun -

1981-1984 ... 52

* 13. Angkatan Kerja menurut Tingkat pendidikan-

yang Ditamatkan di Jawa Timur Tahun 1971-

1980 ... ... 54

14. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Jawa Timur menurut Umur, Jenis Kelamin Tahun -

1971-1980 ... 57

DAPTAR TABEL

(7)

15. proporsi Penduduk Usia Kerja Jawa Timur yang Bersekolah dan Mengurus Rumah Tangga Tahun-

1971-1980 ... ... 59

16. Jumlah dan Persentase Penduduk Yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan di Jawa Timur -

Tahun 1971-1980-1982 ... 61

17* Proyeksi Angkatan Kerja menurut Umur di Jawa

Timur Tahun 1983-1990 ... 65

18, Perkembangan Kesempatan Kerja dan Produk Do­ mes tik Regional Bruto di Jawa Timur Tahun -

1976-1982 ... 69

v 19* Perhitungan Elastisitas Kesempatan Kerja me­

nurut Sektor di Jawa Timur Tahun 1976-1982 . 70

20, Perkiraan Pertumbuhan dan Jumlah Kesempatan Kerja menurut Sektor di Jawa Timur Tahun -

1983-1988 ... 73

21. Penduduk yang Bekerja menurut Propinsi, Sek­ tor Formal dan Informal di Pulau Jawa Tahun

1982 ... 76

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah

S.W.T. atas karunia yang diberikan-Nya sehingga penulis

an skripsi yang berjudul : " Pertumbuhan Penduduk, Ang

katan Kerja dan Upaya Memperluas Kesempatan Kerja di -

Jawa Timur " dapat terwujud.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu sya -

rat untuk dapat menempuh ujian sarjana lengkap pada Fa-

kultas Ekonomi Universitas Airlangga Jurusan Studi Pem­

bangunan disamping persyaratan yang lainnya.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Miendrowo Prawirodjumeno selaku do-

sen pembimbing yang telah bersusah payah .untuk

memberikan bimbingan serta petunjuk-petunjuk

yang sangat berharga sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

2. Bapak Soetidjab selaku Kepala Kantor Wilayah De-

partemen Tenaga Kerja Propinsi Jawa Timur beser

ta Staff yang telah memberikan kepada penulis -

untuk memperoleh data maupun informasi, Juga ti­

dak lupa kepada Bu Yayuk dan Bu Etik yang secara

langsung membantu penulis untuk memperoleh data

(9)

3. Bapak Drs. Ec. Soedjono Abipradja selaku Dekan

Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga beserta ■

Staff dan Bapak-Ibu dosen di Fakultas Ekonomi

Universutas Airlangga yang telah mendidik penu-

lis dalam menuntut ilmu.

4. Sahabat-sahabat yang telah memberikan bantuan,

dorongan serta semangat dalam penulisan skripsi

ini.

5-. Ayahanda dan Kakakku tercinta yang dengan rasa-

penuh pengertian memberikan dorongan serta se­

mangat sehingga penulis dapat menyelesaikan stu-

di di Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga.

Mengingat terbatasnya waktu, dana, literature -

serta kemampuan penulis maka penulis mengharapkan sa-

ran-saran dari rekan-rekan semua.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi -

ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.

Surabaya, 1 April 1987

Penyusun.

(10)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... 1

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... v

Bab : I. Pendahuluan ... 1

1. Pandangan umum ... 1

2. Penjelasan Judul ... 3

3. Alasan Pemilihan Judul ... 5

4. Tujuan Penyusunan Skripsi ... 6

5. Sistematika Skripsi ... 7

6. Metodologi ... ... 9

6.1. Permasalahan ... 9

6.2. Hipotesa Kerja ... 9

6.3. Scope Analisa ... 10

6..4. Prosedure. Pengumpulan dan Peng -olahan Data ... 10

II. Penduduk, Angkatan Kerja dan Peranannya Dalam Pembangunan Ekonomi ... 12

1. Penduduk dan Angkatan Kerja ... 12

2. Jt»entingnya Perluasan Kesempatan Kerja dalam Pembangunan Ekonomi • • ... 22

3,. Beberapa Pengertian dan Definisi .... 26 Halaman

(11)

Bab :

III. Perkembangan penduduk dan Angkatan Kerja

Di Jawa Timur ... .. 28

1. Perkembangan penduduk di Jawa Timur , 28 1*1 .Kepadatan p'enduduk di Jawa Timur. 29 1.2.Pertumbuhan Penduduk di jawa Ti­ mur 31

1.3,.Penyebaran penduduk di Jawa Ti­ mur ... 33

1.4.Susunan umur Penduduk di Jawa Ti­ mur ... 35

2:, Perkembangan Angkatan Kerja di Jawa -Timur ... *... 43

2.1. Tingkat Pendidikan Angkatan Ker­ ja di Jawa Timur ... 53

2.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Ker ja ai Jawa Timur ...7 56 IV. Kesempatan Kerja dan Upaya Memperluae -Kesempatan Kerja di Jawa Timur ... .. 60

1. Struktur Lapangan Pekerjaan di Jawa-Timur serta Perubahannya... . 60

2., proyeksi Angkatan Kerja dan Kesempat­ an Kerja di Jawa Timur ... . 64

Usaha-usaha Memperluas Kesempatan Ker ja di Jawa Timur ... 74

V. Kesimpulan dan Saran ... 84

1. Kesimpulan ... ... 84

2. Saran ... ... 86

Daftar Kepustakaan

Lampiran

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

X, Pandangan umum.

Indonesia hingga pada saat ini sedang giat-giat-

nya melaksanakan pembangunannya yang bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan hidup penduduknya. Dalam me-

laksanakan pembangunannya tersebut.Indonesia banyak

menghadapi berbagai masalah, salah satunya adalah masa­

lah kependudukan.

Masalah-raasalah pokok yang dihadapi Indonesia di

bidang kependudukan adalah berupa : jumlah penduduk -

yang besar, pertumbuhan penduduk yang masih tinggi,

struktur umur yang masih berat kebawah yang artinya

penduduk yang berusia muda jumlahnya besar serta pe-

nyebaran penduduk yang tidak merata,

Masalah kependudukan erat sekali dengan masalah

ketenaga-kerjaan, karena tenaga kerja dan angkatan ker­

ja bersumber pada penduduk baik secara kualitatif mau­

pun kuantitatif. Jadi perlu kiranya mengamati masalah -

ma6alah kependudukan dengan segala aspeknya, Dalam hal

ini pengamatan secara komparatif atas unsur-unsur ke­

pendudukan, misalnya membandingkan pertumbuhan penduduk

dengan pertumbuhan penduduk usia kerja, atau dengan mem

bandingkan dengan pertumbuhan angkatan kerjanya.

(13)

Walaupun pada Pelita I, II, dan III Indonesia te­

lah berhasil mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang

cukup menggembirakan, namun hingga Pelita IV saat ini pe

rekonomian Indonesia masih div/arnai dengan ekonomi yang

kelebiban tenaga kerja. Hal ini ditandai dengan adanya

tingkat pengangguran dan setengah pengangguran yang cu­

kup tinggi.

Kebijaksanaan kcpondudukan, yang salah satunya

adalah Program Keluarga Berencana, telah berhasil menu -

runkan angka pertumbuhan penduduk Indonesia. Namun ang­

ka pertumbuhan penduduk yang masih cukup tinggi di masa

lalu masih menjadi masalah dibidang ketenaga-kerjaan sa­

at ini khususnya penciptaan dan perluasan kesempatan ker

j a •

Jumlah penduduk Jawa Timur berdasarkan sensus pen

duduk tahun 1980 sebesar 29,188 juta jiwa atau sekitar

-19,7 % dari seluruh penduduk Indonesia, sedangkan luas

2

v/ilayah Jawa Timur hanya 47.921,98 km atau sekitar

2,5 % dari luas Indonesia, sehingga kepadatan penduduk

di Jawa Timur mencapai urutan keempat yaitu sebesar

690 jiwa/km^ setelah DKI Jakarta, Jav/a Tengah dan Daerah

iGtimev/a Yogyalu.rta, dan dipfjrkirakan jumlah penduduk Ja

wa Timur pada tahun 2000 akan mencapai 37,127 juta jiwa.

Jumlah penduduk yang besar tersebut akan bisa men

jadi. beban dalam pembangunan apabila sebagian besar dari

jumlah penduduk tersebut tidak turut aktif dalam kegiat-

(14)

dicip-takannya perluasan kesempatan kerja yang seluas-luasnya

guna menampung angkatan kerja dan penduduk yang baru me- .

masuki angkatan kerja (angkatan kerja baru).

Untuk itulah dalam Pelita IV ini masalah

kebijak-sanaan perluasan kesempatan kerja raendapat prioritas

yang besar seperti yang disebutkan dalam 6BHN bahwa:

Perluasan kesempatan kerja merupakan kcfrutuhan J yang mendesak, oleh karena itu perlu~Iebih diman- tapkan dan ditingkatkan langkah-langkah yang me- nyeluruh dan terpadu untuk mendorong perluasan kesempatan kerja baik yang bersifat umum, sek -

toral, regional maupun langkah-langkah yang ber­ sifat khusus. 1

Dengan mengetahui perkiraan pertumbuhan penduduk

dan angkatan kerja dimasa yang akan datang diharapkan da

pat digunakan sebagai bahan untuk menyusun suatu rencana

strategi pembangunan khususnya kebijaksanaan perluasan -

kesempatan kerja. Sehingga akan diperoleh suatu keseim. r-

bangan yang lebih menguntungkan antara penawaran tenaga

kerja dengan permintaan tenaga kerja,

2, Pen.jelasan Judul.

Skripsi ini berjudul "Pertumbuhan Penduduk , Ang-9

katan Kerja dan Upaya Memperluas Kesempatan Kerja Di Ja­

wa Timur " mempunyai arti sebagai berikut ; perturabuh -

an penduduk akan mempengaruhi pertumbuhan angkatan kerja

di masa datang, Karena? berbicara mengenai angkatan kerja

tidak bisa lepas dari penduduk sebagai sumber dari

ang-s

(15)

katan kerja, Dengan adanya pertumbuhan angkatan kerja

yang masih tinggi maka dibutuhkan upaya untuk memperlu-

as kesempatan kerja untuk menampung angkatan kerja mau­

pun penduduk yang baru memasuki angkatan kerja (angkat­

an kerja baru),

Untuk lebih jelasnya, maka berikut ini diuraikan

arti dari kata-kata yang ada dalam judul skripsi ini se

bagai berikut ;

Pertumbuhan Penduduk : Prosentase kenaikan jumlah pendu

duk untuk setiap seribu (1000) -

penduduk dalam satu tahun kalen-

der yang dihitung dari perbedaan

antara jumlah penduduk yang dida

sarkan atas dua angka yang berbe

da (suatu bilangan mutlak). Dari

dua angka itulah dapat dihitung

angka pertumbuhan penduduk tahun

an selama periode tertentu. Ang­

ka pertumbuhan penduduk ternebut

sangat dipengaruhi oleh komponen

kependudukan, seperti angka kc^la

hiran kasar (CBR), Angka kemati-

an kasar (CD1?) dan net migration

(Mn) yang merupakan selisih an­

tara migrasi datong/masuk dan

(16)

Angkatan Kerja : Adalah golongan penduduk yang bor

usia 10 tahun keatas, yang secara

fisik maupun mental sehat, baik -

yang sudah bekerja maupun yang ma

sih aktif mencari pekerjaan,

Upaya Memperluas Kesempatan Kerja :

Adalah usaha-usaha yang ditujukan

untuk menampung angkatan kerja -

maupun penduduk yang baru mema -

suki angkatan kerja (angkatan ker

ja baru) untuk memperoleh kesem -

patan bekerja.

Di Jawa Timur ; Menunjukan scope geografis studi,

dalam hal ini Propinsi Daerah

Tingkat I Jawa Timur.

3. Alasan Pemilihan Judial

Pertambahan penduduk yang cepat akan menirabulkan

masalah yang serius dalam pembangunan, karena masalah -

kependudukan ini akan mempengaruhi masalah ketenaga-ker-

jaan di masa mendatang.

Di Jawa Timur, pertumbuhan penduduknya relatif -

rendah dibandingkan dengan propinsi-propinni lainnya di-

Indonesia, namun pertumbuhan angkatan kerjanya masih me­

nunjukan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding

(17)

Di sisi lain, jika penciptaan kesempatan kerja -

berjalan lamban, maka ada kemungkinan-kemungkinan makin

besarnya angka pengangguran* Hal ini dspat menjadi ham -

batan torhadap kelancaran dan kelangsungan pembangunan,

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka timbullah -

keinginan untuk memperoleh garabaran tentang pertumbuhan

Penduduk, angkatan kerja serta usaha-usaha memperluas ke

sempatan kerja guna menampung angkatan kerja maupun pen­

duduk yang baru memasuki angkatan kerja (angkatan Kerja

baru),di Jawa Timur,

k* Tu.iuan Penulisan Skripsi

Penyajian tertulis dari skripsi ini mempunyai be-

berapa tujuan :

A

a. Untuk memperoleh garabaran tentang karakteris -

tik dan perkembangan dari penduduk dengan mem-

perhatikan komponen demografisnya dalam masa -

lalu, sekarang dan yang akan datang*

b, Untuk memperoleh gambaran tentang karakteris -

tik dari angkatan kerja, penduduk usia kerja

dan tenaga kerja dalam masa lalu, sekarang

dan yang akan datang*

c* Untuk mengetahui seberapa jauh usaha-usaha

yang telah dan akan dilakukan untuk memperlu-

ae kesempatan kerja guna menampung angkatan -

kerja maupun penduduk yang baru memasuki ang­

(18)

5. Sistematika Skripsi

Dalara skripsi ini terdiri dari 5 bab yang terdi­

ri dari :

Bab I ; Pendahuluan, dimana dalara bab ini meli-

puti sus bab pembahasan yaitu : Pandang

an Umum, Penjelasan Judul, Alasan Pemi-

lihan Judul, Tujuan Penulisan Skripsi

serta Metodologi yang terdiri dari sub

paragraf yaitu Perrnasalahan, Hipotesa -

Kerja, Scope Analisa dan Prosedur Peng-

umpulan dan Pengolahan Data,

Bab II ; Penduduk, Angkatan Kerja dan Peranannya

Dalara Pembangunan Ekonomi, yang terdiri

dari 'sub bab :

- Penduduk dan Angkatan Kerja

- Pentingnya Perluasan Kesempatan Kerja

Dalam Pembangunan,

Bab III : Perkembangan Penduduk dan Angkatan Ker­

ja di Jawa Tiraur. Bab ini terdiri 'dari

sub bab :

- Perkembangan Penduduk di Jawa Timur ,

yang terdiri dari kepadatan penduduk,

pertumbuhan penduduk, penyebaran pen-

penduduk dan susunan umur penduduk,

- Perkembangan Angkatan Kerja di Jawa -

(19)

angkatan kerja, tingkat pendidikan

angkatan kerja serta tingkat parti -

sipasi angkatan kerja.

Bab IV : Kesempatan Kerja dan Upaya Memperluas

Kesempatan Kerja di Jawa Timur, bab -

ini terdiri dari sub bab :

- Struktur Lapangan Pekerjaan di Jawa

Timur Serta Perubahannya.

- Proyeksi Angkatan Kerja dan Kesempat

an Kerja di Jawa Timur*

- Usaha-usaha Memperluas Kesempatan -

Kerja di Jawa Timur.

Bab V : Kesimpulan dan Saran, yang terdiri da­

ri sub bab :

- Kesimpulan, yang merupakan bahasan -

singkat sesuai dengan inti pembaha -

san skripsi.

- Saran, merupakan petunjuk dan peme

cahan masalah yang sesuai dengan in­

(20)

6. Metodologi

6.1* Permasalahan.

Pertumbuhan penduduk akan merapengaruhi pertum -

buhan angkatan kerja, karena berbicara mengenai

angkatan kerja akan menyangkut penduduk sebagai

sumber angkatan kerja,

Sekalipun di Jawa Timur pertumbuhan penduduknya

relatif rendah dibandingkan propinsi-propinsi

lain di Indonesia, namun pertumbuhan angkatan -

kerjanya masih lebih tinggi dari pada pertumbuh

an penduduknya.

Di sisi lain, kemampuan penyerapan tenaga kerja

yang masih rendah dibandingkan pertumbuhan ang­

katan kerja, Dari uraian diatas timbullah suatu

permasalahan yaitu terjadinya kelebihan penawar

an tenaga kerja.

6.2, Hipotesa Kerja

Berdasarkan permasalahan diatas penulis menga -

jukan hipotesa kerja sebagai berikut : Dengan

meningkatkan perluasan kesempatan kerja pada

semua sektor maka akan didapat keseimbangan

yang lebih menguntungkan antara penawaran dan

(21)

6*3* Scope Analisa*

Di dalam ruang lingkup pembahasan masalah yang -

ada dalam skripsi ini akan diadakan pembatasan

yang sesuai dengan judul skripsi seperti yang di-

jelaskan dibawah ini ;

- Aspek Kependudukan.

Aspek kependudukan yang akan dibahas dalam

skripsi ini meliputi : pertumbuhan penduduk,pe-

nyebaran penduduk, struktur umur penduduk dan

kepadatan penduduk.

- Aspek Ketenagakerjaan

Dalam aspek ketenagakerjaan disini akan dibahas

pertumbuhan angkatan kerja, penduduk usia kerja

tingkat partisipasi angkatan kerja dan usaha -

usaha memperluas kesempatan kerja.

- Batasan geografisnya adalah Daerah Tingkat I -

Propinsi Jawa Timur*

6 . Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data*

a. Pengumpulan Data

Data yang dipergunakan dalam pembahasan skrip­

si ini diperoleh melalui :

- Studi Kepustakaan

Diperoleh dengan cara membaca buku, majalah,

laporan dan bacaan lainnya yang erat hubung-

(22)

- Survey Lapangan.

Diperoleh dengan cara mengadakan wawancara -

langsung pada instansi-instanei yang diduga

akan memberikan informasi maupun data yang ■ -

erat hubungannya dengan masalah yang akan di-

bahas.

b. Pengolahan Data*

Setelah semua data yang diperlukan terkumpul

kemudian diseleksi dan disusun kerabali dalam

bentuk tabel yang disesuaikan dengan keperluan

analisa pembahasan masalah, Analisa data dila-

lakukan dengan model-model yang sederhana yang

bersifat diskriptif.

Dengan demlkian analisa tersebut diharapkan da

pat memberikan gambaran yang jelas mengenai ma

salah yang sebenarnya, sehingga upaya untuk me

nemukan penyelesaian masalah dapat diperoleh -

(23)

PHWDUIjUK, a n g k a t a n k e r j a d a n PEUA.NANNYA

D'.LAM PEMR/ iNGIJNAN EKONOMI BAB II

1. Penduduk dan Angkatan Ker.ia

fTt

u Dalam menyusun perencanaan strategi pembangunan

diperlukan p&ngetahuan tentang karakteristik yang ada pa

da negara yang bersangkutan* Salah satu unsur penting

yang perlu diperhatikan adalah kependudukan, karena per­

tumbuhan penduduk akan mempcngaruhi pertumbuhan angkatan

kerja dan pendapatan per kapita.

Penduduk merupakan unsur penting dalam pembangun­

an tersebut diayatakan oleh G.M. Meier dan R.E Baldwin

dalam bukunya Pembangunan Ekonomi sebagai berikut :

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses, dengan proses mana pendapatan national n i l suatu pereko

nomian bertambah selama periode waktu yang pau-

jang* Dan jika tingkat pembangunan itu .lebih be­ sar dari pada tingkat pertambah&n penduduk, maka pendapatan riil per kapita akan bertarnbalu 1

Penduduk dapat juga dipandang sebagai pelaksana -

dalam pembangunan, seperti yang dinyatakan oleh Sadono -

Sukirno :

Penduduk merupakan unsur penting dalam kegiatan

ekonomi dan dalam usaha untuk niembangun suatu

perekonomian. Dalam usaha meningkatkan produksi dan mengembangkan kegiatan ekonomi penduduk

me-'^Gerald M. Meier dan Robert E. Baldwin, PembanK- un.an ekonomi . Bharata, Jakarta, 1972, Jilid I, hal. 6

12

(24)

megang peranan yang penting karena ia menyedia­ kan tenaga kerja, tenaga ahli, pimpinan perusa-haan yang diperlukan untuk menciptakan kegiatan ekonomi. 2

Dengan telah mengetahui pentingnya peranan pondu-

duk dalam pembangunan seperti yang telah diuraikan sebe-

lumnya, maka pengetahuan tentang jumlah penduduk pada su

atu waktu eangat penting untuk dijadikan bahan untuk me-

nyusun strategi pembangunan. Sehingga akan diperoleh gam

baran tentang kebutuhan penduduk akan bahan makanan, pa-

kaian, sekolah dan lapangan pekerjaan.

Aspek kependudukan yang perlu diperhatikan oleh -

Indonesia dalam melaksanakan pombangunannya adalah :

a. Adanya tingkat pertumbuhan penduduk yang masih

relatif tinggi,

b. Adanya struktur umur penduduk yang tidak favo­

rable

c. Adanya dietribusi penduduk yang tidak merata.

d. Kualitas penduduk yang rendah,

ad.a, Adanya tingkat pertumbuhan penduduk yang masih re­ latif tinggi.

Tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia masih rela­

tif tinggi yaitu 2,1 persen pada kurun waktu 1961-

1971 dan meningkat monjadi 2,3 persen pada kurun

waktu 1971 - 1980.

Tingkat pertumbuhan penduduk tersebut

(25)

oleh tiga komponen, yaitu : tingkat kelahiran,ting

kat kematian, dan migrasi. Walaupun tingkat kela-

hiran di Indonesia sudah bisa diturunkan melalui

usaha-usaha pembataean kelahiran yang di Indonesia

dikenal dengan Program Keluarga Berencana, naraun -

penurunan tingkat kelahiran tersebut masih lebih

besar penurunan tingkat kematian, Sehingga ting­

kat pertumbuhan penduduk di Indonesia masih rela-

tif tinggi.

Besarnya penurunan tingkat kematian disebabkan ada

nya kemajuan di bidang kedokteran, adanya kenaikan

etandar hidup dan adanya perbaikan fasilitas kese-

hatan.

Sedangkan pengaruh; migrasi terhadap pertumbuhan -

penduduk di Indonesia sangat kecil, karena migra-

ei sangat sedikit dilakukan kecuali migrasi dalam

negeri (antar propinsi).

ad.b. Adanya struktur umur yang tidak favorable.

Struktur umur penduduk dipengaruhi oleh perkembang

an tingkat kelahiran, tingkat kematian dan migrasi

pada masa sebelumnya,' Tingginya tingkat kelahiran

menyebabkan besarnya proporsi golongan penduduk -

usia muda. Di Indonesia golongan penduduk ..usia

(26)

Golongan penduduk usia muda tersebut sering dise-

but sebagai dependent group1 yaitu kelompok yang

tergantung kelompok usia produktif (usia Ik - 59

tahun)* Besarnya proporsi penduduk usia muda ter­

sebut akan menyebabkan lebih besarnya biaya ekono

mi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup

nya,

ad.c, Adanya distribusi penduduk yang tidak raerata.

Penyebaran penduduk di Indonesia tidak merata,ter

utaraa antara pulau Jawa dengan pulau-pulau besar

lainnya (Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Irian

Jaya).

Pulau Jawa yang luasnya hanya 6,9 % dari luas wi-

layah Indonesia dihuni kira-kira 62 % penduduk In

donesia* Sehingga kepadatan penduduk di pulau Ja-

wa mencapai 690 jiwa/km , sebaliknya kepadatan _ -p

penduduk di Sumatra hanya 59 jiwa/km dan di Kali P

mantan 12 Jiwa/km •

Hal tersebut akan menyebabkan adanya kelebihan te

naga kerja di pulau Jawa, eedangkan di luar pulau

Jawa yang mempunyai sumber daya alam yang besar -

sumber daya manusianya sedikit, Sehingga sumber -■

daya alam yang beear tersebut belum dapat diman-

faatkan secara optimal,

ad.d* Kualitas penduduk yang rendah,

(27)

pengeta-huan penduduk menyebabkan kualitas penduduk rendah.

Sedangkan untuk raelaksanakan pembangunan diperlu -

kan tenaga kerja yang mempunyai kualitas yang se­

suai dengan kebutuhan pembangunan,

Dari keempat aspek kependudukan tersebut menun -

jukan bahwa masalah kependudukan tidak saja tingkat per­

tumbuhan penduduk yang tinggi , tetapi struktur umur pen­

duduk, distribusi penduduk dan kualitas penduduk juga -

perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembangunan,

Pertumbuhan penduduk pada waktu yang lalu akan

mempengaruhi pertumbuhan angkatan kerja pada saat ini,

begitu juga pertumbuhan penduduk pada saat ini akan mem­

pengaruhi pertumbuhan angkatan kerja pada waktu yang

akan datang. Karena seseorang yang dilahirkan pada saat

ini membutuhkan waktu untuk dapat digolongkan ke dalam

angkatan kerja,

Hal tersebut dinyatakan oleh Lloyd G, Reynold da­

lam bukunya 'labor Economics and Labor Relation1 6ebagai

berikut : "These fluctuations in population growth are -

reflected in fluctuations in labor force growth; but

there is long lag, bccause it takes time for young peo -

pie to grow up and begin to workM, 3

(28)

Selain keempat aspek kependudukan yang telah di­

sebutkan sebeluranya, hal lain yang perlu diperhatikan da

lam pembangunan adalah adanya tingkat pertumbuhan angkat

an kerja yang masih lebih tinggi dibandingkan perturabuh-

an penduduknya. Masalah tersebut akan lebih mengena lagi

jika dihubungkan dengan penciptaan kesempatan kerja.

Keadaan tersebut sering terjadi pada negara-nega-

ra berke'mbang, seperti yang dinyatakan oleh Sadono Sukir

no, sebagai berikut pertarabahan penduduk yang sa­

ngat pesat akan raenimbulkan perkembangan jumlah tenaga -

kerja yang hampir sama cepatnya. Akan tetapi di lain pi­

hak, negara-negara itu mempunyai kemampuan yang jauh le­

bih terbatas untuk menciptakan lapangan kerja baru". ^

Di Jav/a Timur sendiri, pertumbuhan angkatan kerjanya le­

bih cepat dibandingkan pertumbuhan penduduknya.

Dari dua keadaan yang saling bertentangan terse -

but akan menyebabkan timbulnya pengangguran yang sema­

kin serius yang dapat menghambat jalannya pembangunan.

Penduduk adalah sumber dari tenaga kerja, pendu -

duk terdiri dari ’tenaga kerja* atau 1penduduk usia ker-

ja* dan 'bukan tenaga kerja* atau 'bukan penduduk usia -

kerja1. Untuk pembahasan selanjutnya kita pergunakan sa-

ja istilah *penduduk usia kerja* dan 'penduduk bukan

usia kerja *.

(29)

Pengertian penduduk usia kerja dan penduduk bukan

usia kerja hanya dibedakan oleh batas umur* " Tiap nega-

ra memilih batasan umur yang berbeda karena situasi te­

naga kerja masing-raasing negara juga b e r b e d a " * 5

Di Indonesia batas umur penduduk usia kerja ada­

lah 10 tahun atau lebih tanpa batas umur maksimum, se­

dangkan penduduk dibawah umur 10 tahun digolongkan seba­

gai penduduk bukan angkatan kerja.

Hal tersebut berdasarkan kenyataan di Indonesia

bahwa pada penduduk usia muda sudah banyak yang bekerja

atau mencari pekerjaan. M Demikian juga Indonesia tidak

menganut batas umur maksimum, Alasannya adalah bahwa In-£

donesia belura mempunyai jaminan sosial nasional".

Penduduk usia kerja terdiri dari angkatan kerja

dan bukan angkatan kerja* Jadi angkatan kerja adalah ba-

gian langsung dari penduduk usia kerja. Bagi Indonesia ,

menurut sensus penduduk 1980, angkatan kerja adalah pen­

duduk yang telah berumur 10 tahun atau lebih yang secara

fisik maupun mental sehat, baik yang sudah bekerja mau­

pun yang sedang mencari pekerjaan.

Menurut Lloyd G. Reynolds yang termasuk dalam ang

katan kerja adalah : " An individual is counted as

be-^ Payaman J. Simanjuntak, Pengantar Ekonomi Sum­ ber Dava Manusia. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Uni­ versitas Indonesia, Jakarta, 1985* hal.2

(30)

ing in the labor force if he is able to work and either

7

has a job or is 'actively1 seeking work

Jadi dari dua definisi tersebut dapat disirapulkan

bahwa : ____ __________________________ ...

ANGKATAN KERJA = PEKERJA + PENGANGGUR

Besarnya angkatan kerja tersebut mencerminkan pe­

nyediaan tenaga kerja, karena penyediaan tenaga kerja da

lam masyarakat adalah jumlah orang yang menawarkan jasa

nya untuk proses produksi baik yang sudah bekerja maupun

mencari pekerjaan.

ANGKATAN KERJA = PENYEDIAAN TENAGA KERJA

Sedangkan bukan angkatan kerja adalah golongan -

penduduk yang telah berumur 10 tahun atau lebih tetapi -

dengan sukarela tidak bekerja maupun raencari pekerjaan,

Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari 3 golongan,

sebagai berikut :

1. Golongan yang bersekolah.

yaitu mereka yang kegiatannya hanya atau teru- tama sekolah*

2. Golongan yang mengurus rumah tangga.

yaitu golongan yang mengurus rumah tangga tan- pa memperoleh upah.

3. Golongan lain-lain

yang tergolong lain-lain ini ada 2 raacam :

(31)

a. Penerima pendapatan.

yakni mereka yang tidak melakukan kegia - tan ekonomi tetapi memperoleh pendapatan seperti tunjangan pensiun, bunga atas sim panan atau sewa atas milik.

b'.» Mereka yang hidupnya tergantung dari

orang lain miealnya karena lanjut usia,ca cat, dalam penjara atau sakit kronis. 8

Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa angkat­

an kerja adalah bagian langsung dari penduduk usia kerja

Jadi besar dan perkembangan angkatan kerja dipengaruhi -

oleh dua sumber :

1, Golongan penduduk yang memasuki usia 10 tahun,

2. Golongan penduduk usia 10 tahun atau lebih te­

tapi bukan angkatan kerja.

Untuk mereka yang termasuk dalam kelompok bukan

angkatan kerja (kelompok yang disebut terakhir), sewak -

tu-waktu dapat masuk dalam angkatan kerja. ,.kelompok

ini dapat juga disebutkan sebagai angkatan kerja poten -

sial".^ Kecuali mereka yang hidupnya tergantung orang la

in, misalnya : lanjut usia, cacat dan sakit kronis.

Untuk lebih jelasnya hubungan antara penduduk,pen

duduk usia kerja, angkatan kerja dan bukan angkatan ker­

ja dapat kita lihat pada gambar komposisi penduduk dan -

tenaga kerja pada halaman berikut ini.

® Payaman J. Simanjuntak, o p cit. hal.6

(32)
(33)

2. pentingnva Perluasan Kesempatan Ker.ia dalam Pembang -

unan.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa

pertumbuhan penduduk yang cepat akan mengakibatkan ber-

bagai masalah dalam pembangunan. Pertumbuhan penduduk -

yang cepat juga bisa menakibatkan merosotnya pendapatan

per kapita.

\

i, Suatu hal yang pasti bahwa setiap penambahan jum­

lah penduduk pada suatu waktu tertentu akan merupakan -

penambahan jumlah angkatan kerja di suatu waktu yang la­

in. Jadi pertumbuhan penduduk yang terus menerus akan me

ningkatkan jumlah angkatan kerja secara terus menerus pu

la.

Pada hakekatnya setiap individu menginginkan ke-

hidupan yang bertambah baik. Dengan dasar inilah maka se

tiap individu dituntut berusaha untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya dan meningkatkan kualitas hidupnya.

Berdasarkan kenyataan tersebut, di negara-negara

berkembang termasuk Indonesia yang mempunyai jumlah pen­

duduk yang besar dan tingkat pertumbuhan penduduknya

yang masih relatif tinggi dituntut adanya pembangunan da

lam hal ini perluasan kesempatan kerja.

Pada umumnya kebijaksanaan pembangunan mempunyai

tujuan : meningkatkan pendapatan per kapita dengan ce­

pat; menyediakan kesempatan kerja yang cukup; pemcrataan

(34)

peme-rataan pembangunan antar daerah,

Seraua tujuan kebijaksanaan pembangunan tersebut -

adalah penting, tetapi ada kemungkinan adanya

perten-tangan antara tujuan yang satu dengan yang lain. Maka da

lam kebijaksanaan pembangunan tersebut perlu ditentukan

tujuan mana yang harus didahulukan, sesuai dengan keada-

an negara yang bersangkutan.

Pada umumnya setiap kebijaksanaan pembangunan

menginginkan kenaikaii pendapatan per kapita yang cepat ,

tetapi jika negara tersebut menghadapi adanya tingkat -

pertumbuhan angkatan kerja yang tinggi maka kebijaksana

an pembangunan terutama harus harus ditujukan kepada per

luasan kesempatan kerja untuk menampung pertambahan ang­

katan kerja yang cepat tersebut.

Untuk lebih jelasnya tentang arti dari pembangun­

an marilah kita ikuti beberapa pembahasan tentang pern-

bangunan ekonomi yang merupakan dasar pemikiran bebera­

pa penulis.

Menurut H. Spencer, pembangunan ekonomi dapat

di-artikan sebagai berikut :

Pembangunan ekonomi merupakan sebuah proses, di- mana sebuah perekonomian mencapai suatu gerakan keatas atau transforraasi seluruh sistem sosio-eko nominya, dan termasuk didalamnya perbaikan-perba- ikan dalam kwalitas sumber-sumbcr dayanya maupun perubahan-perubahan positif pada sikapnya,lembaga lembaga atau pranatanya serta nilai-nilainya. 10

(35)

Menurut Sadono Sukirno, pembangunan celain bertu-

juan meningkatkan pendapatan per kapita dalam jangka pan

jang juga meliputi pembangunan politik, sosial dan kebu-

dayaan.

Pembangunan ekonomi hanya meliputi usaha masyara- kat untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan raem- pertinggi tingkat pendapatan masyarakat, sedang - kan keseluruhan usaha-usaha pembangunan meliputi juga usaha-usaha pembangunan sosial, politik dan kebudayaan. Dengan adanya pembatasan diatas maka pengertian pembangunan ekonomi pada umumnya dide-

finisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. 11

Sedangkan oleh Todaro, pembangunan mempunyai ar-

ti yang lebih luas, sebagai berikut :

pembangunan haruslah diartikan sebagai su­ atu proses multidimensional yang melibatkan peru- bahan-perubahan besar dalam struktur sosial, si- kap-sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga- lembaga nasional termasuk juga percepatan/aksele- rasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketirapangan dan pemberantasan kemiskinan yang absolut". 12

Dari ketiga pendapat tersebut terlihat bahv/a pem­

bangunan tidak saja ditujukan untuk menaikan pendapatan

per kapita saja tetapi juga mengurangi kemiskinan, ke-

timpangan serta memperbaiki struktur perekonomian.

Untuk melaksanakan pembangunan tersebut diperlu -

kan strategi pembangunan yang sesuai dengan kondisi nega

ra yang bersangkutan. Kal-hal yang perlu diperhatikan da

lam menyusun strategi pembangunan adalah : sumber daya

-11

Sadono Sukirno, op cit. hal. 13

12 Michael P* Todaro,Economic Development in the

(36)

manusia, sumber daya alam yang tersedia serta modal.

Selain ketiga unsur tersebut, masih ada lagi yang

perlu diperhatikan dalam metiyusun strategi pembangunan,

yaitu : teknologi, yang raencakup cara, proses dan sare -

na yang digunakan dalam proses produksi.

Pemilihan dan penggunaan teknologi perlu dilaku-

kan secara selektif dan bijaksana karena jika teknologi

yang digunakan tidak sesuai dengan kondisi yang ada, ma­

ka teknologi dapat mempersempit kesempatan kerja. Selan-

jutnya akan menimbulkan pengangguran yang dapat mengham-

bat pembangunan.

Oleh karena itu pe'nggunaan teknologi diharapkan -

bisa memberikan keseimbangan antara penggunaan teknologi

padat modal dan teknologi padat karya yang bertujuan un­

tuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang dikehen -

daki dan tuntutan kesempatan kerja yang harus disedia -

kan.

Indonesia seperti halnya dengan negara-negara ber

kembang lainnya mempunyai jumlah penduduk dan angkatan -

kerja yang cukup besar diharapkan bisa menjadi kekuatan

yang besar pula dalam pembangunan.

Dalam pembangunan, sumber daya manusia dalam hal

ini angkatan kerja mempunyai dua arti :

a. Sebagai faktor produksi, diharapkan seluruh -

angkatan kerja dapat ikut aktif dalm proses

(37)

b. Sebagai obyek pembangunan yaitu yang menikmati

hasil-hasil pembangunan, diharapkan dapat ikut

mengkonsumir barang dan jasa yang dihasilkan -

pembangunan.

Dengan demikian dengan jalan memberikan pekerja­

an pada angkatan kerja berarti ikut menunjang pembangun-

an itu sendiri. Karena dengan bekerja akan memperoleh -

pendapatan yang selanjutnya dapat digunakan untuk meng-

konsumir barang dan jasa yang dihasilkan pembangunan ,

dengan deraikian pembangunan akan berjalan terus.

Untuk memberikan pekerjaan pada angkatan kerja -

yang jumlahnya banyak pada saat ini dan yang akan datang

diperlukan suatu kebijaksanaan perluasan kesempatan ker

ja dalam pembangunan.

Beberapa Pengertian dan Definisi.

Di dalam skripsi iiini akan banyak digunakan isti -

lah-istilah yang mungkin dapat diartikan berbeda-beda ,

karena memang adanya perbedaan pengertian dan definisi

dari waktu ke waktu maupun dari suatu negara ke negara -

yang lain.

Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran maka

dalam skripsi ini akan dilakukan penyeragaman istilah -

yang sesuai dengan definisi dan konsep yang digunakan -

(38)

definisi yang biasa digunakan di Indonesia,

a. Penduduk usia kerja.

Bagi Indonesia batasan penduduk usia kerja ada

lah usia 10 tahun atau lebih tanpa batas usia

maksimura. Biasanya perbedaan definisi terletak

pada batas usia minimum dan maksimum.

b. Angkatan Kerja*

Menurut sensus penduduk 1980, angkatan kerja -

didefinisikan sebagai golongan penduduk yang

berusia 10 tahun atau lebih secara fisik dan

mental sehat dan mampu bekerja, baik yang su­

dah bekerja maupun yang sedang mencari peker -

jaan. Dalam hal ini tidak termasuk golongan -

penduduk tertentu, misalnya : ibu rumah tangga,

pelajar/mahasiswa, pensiunan dan mereka yang

secara sukarela tidak bekerja*

c. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja adalah per-

bandingan antara jumlah penduduk yang bekerja

dan yang mencari pekerjaan (angkatan kerja)

terhadap penduduk usia 10 tahun atau lebih.

jumlah angkatan kerja.

(39)

PERKEMBANGAN PENDUDUK DAN ANGKATAN KERJA

DI JAWA TIMUR

1. Perkembangan Penduduk di Jawa Timur.

Menurut hasil sensus penduduk 1971* penduduk Ja-

wa Timur berjumlah 25*516.999 jiwa. Pada tahun 1980 jum

lah penduduk Jawa Timur meningkat menjadi 29*188*852 ji

wa. Jadi angka pertumbuhan penduduknya adalah 1,49 % ti

ap tahun selama periode tersebut yang berarti masih di

bawah angka pertumbuhan penduduk nasional yaitu 2,32 %

tiap tahun.

Rendahnya angka pertumbuhan penduduk di Jawa Ti­

mur dibandingkan angka pertumbuhan penduduk secara na­

sional mungkin karena berhasilnya pelaksanaan program

keluarga berencana.

Ditinjau dari kepadatan penduduknya, Jawa Timur p

yang mempunyai luas 47.992 km atau 6ekitar 2,5 % da­

ri luas wilayah Indonesia, dihuni oleh 29*188*852 jiwa

atau sekitar 19»7 % dari seluruh penduduk Indonesia.

hingga kepadatan penduduk di Jawa Timur ptda tahun 1980

p

adalah 690 jiwa/km , hal ini menempatkan Jav/a Timur pa­

da urutan keempat setelah DKI Jakarta, Jawa Tengah dan

DI Yokjakarta^

Untuk lebih jelasnya tentang garabaran penduduk -

(40)

ran dan kepadatan penduduk, kita bagi dulu Propinsi Ja­

wa Timur menjadi 7 eks kar.esidenan yaitu : Eke Karesiden

an Bojonegoro, Madiun, Kediri, Surabaya,Malang, Besuki ,

dan Madura,

1*1. Kepadatan Penduduk di Jawa Timur.

Baiklah sekarang kita perhatikan kepadatan pendu­

duk di Jawa Timur menurut eks karesidenan, disitu nampak

bahwa penyebaran penduduk tidak merata sehingga kepadat­

an penduduk di tiap-tiap eks karesidenan tersebut juga

berbeda.

TABEL 1

KEPADATAN PENDUDUK DI JAWA TIMUR MENURUT EKS KARESIDENAN TAHUN 1971, 1980, 1985.

No. Eks Karesidenan Luas Daerah

(km2)

| Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

SP'71 SP'BO SUPAS'85

1. Bojonegoro 6.101,52 413 479 522

2. Madiun 5.603,81 569 612 642

3. Kediri 6.153,70 704 789 839

4. Surabaya 4.005,38 1074 1330 1434

5. Malang 9.421,25 507 587 629

6. Besuki 11.749,14 343 378 388

7. Madura if.887,18 488 550 587

JAWA TIMUR 47.921,98 553 609 648

(41)

Dari tabel 1 tersebut dapat kita lihat pcrkembang

an kepadatan penduduk di Jawa Timur. Sks Karesidenan Su­

rabaya mempunyai luas wilayah yang paling sempit yaitu: p

4005,38 km dihuni oleh 4.303.521 jiwa, sehingga

kepa-p

datan penduduknya mencapai 1074 jiwa/km' * ini mertipakan

angka kepadatan penduduk tertinggi di Jawa Timur pada ta

hun 1971.

Pertambahan jumlah penduduk mengakibatkan kepa­

datan penduduk semakin meningkat ^di Eks Karesiaenan Su­

rabaya kepadatan penduduk meningkat dari 1074 jiwa/km2 -

pada tahun 1971 menjadi 1330 jiwaAm2 pada tahun 1980 -

dan meningkat lagi menjadi 1434 jiwaAm2 pada tahun. 1985.

Sedangkan Eks Karesidenan Besuki yang raempunyai

wilayah paling luas diantara eks karesidenan di Jawa Ti

raur yaitu : 11.749,14 kra^ hanya dihuni oleh £i.034.974 ji p

wa sehingga kepadatan penduduknya 343 jiwaAm pada ta­

hun 1971. Pada tahun 1980 meningkat menjadi 378 jiwa/km2 p

dan meningkat lagi menjadi 388 jiwa A m pada tahun 1985.

Untuk eks karesidenan yang lain sepe.rti : Bojone-

goro, Malang dan Madura kepadatan penduduknya tidak mele

bihi kepadatan penduduk di Jawa Timur yaitu 553 jiwaAm2

pada tahun 1971, 609 jiwa/km2 pada tahun 1980 dan b48 ji p

wa/kra pada tahun 1985. Sedangkan untuk Eks Karesidenan

Kediri kepadatan penduduknya selalu diatas kepadatan peQ

duduk Jawa Timur dan di Eks Karesidenan Madiun untuk ta

hun 1971 dan 1980 kepadatan penduduknya diatas kepadatan

(42)

kepadatan penduduk Jawa Timur.

1.2. Pertumbuhan Penduduk di Jawa Timur.

Perhitungan angka pertumbuhan penduduk dengan •J

menggunakan rumus :

1

p n = p o ( 1 + r ) n

dimana : PQ = Jumlah penduduk pada tahun awal*

Pn = Jumlah penduduk pada tahun akhir*

r = Angka pertumbuhan penduduk tiap tahun.

n = Banyaknya tahun antara PQ dan Pn .

Menurut perhitungan Biro Pusat Statistik, perhi -

tungan pertumbuhan penduduk tahun 1971 sampai dengan ta­

hun 1980 dipakai n = 9,1 karena sensus penduduk tahun -

1971 dilaksanakan pada bulan September dan sensus pendu­

duk tahun 1930 dilaksanakan pada bulan oktober, sehingga

antara kedua sensus tersebut tidak tepat 9 tahun.

Sedangkan untuk perhitungan angka pertumbuhan pen

duduk antara Sensus Penduduk 1980 dan SUPAS 1985 dipakai

n =

5

karena kedua kegiatan tersebut dilaksanakan pada -

bulan oktober.

Dengan menggunakan rutnus tersebut di atas didapat

angka pertumbuhan penduduk di tiap eks karesidenan di Ja

wa Timur seperti yang tertera pada tabel 2.

(43)
(44)

Dari tabel 2 tersebut diperoleh bahv/a pertumbuhan

penduduk tertinggi di Jawa Timur diduduki oleh Eks Kare­

sidenan Surabaya yaitu 2,4 % per tahun pada periode

1971 - 1980. Sedangkan pertumbuhan penduduk terendah pa­

da periode yang sama terjadi di Eks Karesidenan Madiun ,

dimana pertumbuhan penduduknya 0,81 % per tahun,

■Untuk periode 1980 - 1985 pertumbuhan penduduk

tertinggi terjadi di Eks Karesidenan Bojonegoro yaitu :

1,74 % per tahun sedangkan Eks Karesidenan Surabaya ber

ada diurutan kedua dengan pertumbuhan penduduk 1,5 % per

tahun, angka pertumbuhan penduduk terendah terjadi di -

Eks Karesidenan Besuki yaitu 0,52 % per tahun.

Salah satu sebab tingginya angka pertumbuhan pen­

duduk di Eks Karesidenan Surabaya adalah adanya kota Su­

rabaya yang merupakan kota terbesar kedua di Indonesia.

Dimana di kota tersebut tersebar banyak pusat kegiatan -

industri, perdagangan dan pendidikan sehingga hal terse­

but menjadi daya tarik (pull Factor) bagi penduduk dae -

rah lain untuk pindah ke kota Surabaya.

1.3. Penvebaran Penduduk di Jawa Timur .

/ Dengan adanya perubahsn angka pertumbuhan pendu -

duk don urbanisasi menyebabkan adanya porgeseran, meski-

pun hanya kecil<i kedudukan jumlah penduduk di tiap Eks -

Karesidenan.

Urutan pertama diduduki oleh Eks Karesidenan Ma­

(45)

Eks-TABEL 3

PENYEBARAN PENDUDUK DI JAWA TIMUR MENURUT EKS KARESIDENAN TAHUN 1971, 1980, 1985.

No. Eks Karesidenan P E R S E N T A S E

1971 1980 1985

1. Bojonegoro 9,87 10 10,26

2. Madiun 12,48 11,76 11,59

3. Kediri 16,97 16,65 16,63

4. Surabaya . 16,85 18,25 18,5

5. Malang 18,68 18,94 19,09

6. Besuki 15,31 15,22 14,68

7. Madura 9,34 9,2 9,25

JAWA TIMUR 100,00 100,00 100,00

Sumber : Penduduk Jawa Timur 1985, Kantor Statistik Propinsi Jawa Timur, diolah kembali.

Karesidenan Malang pada tahun 1971 dan terus meningkat -

menjadi 18,94 % pada tahun 1980, meningkat lagi menjadi

19,09 % pada tahun 1985?

Urutan kedua pada tahun 1971 diduduki oleh Eks Ka

residenan Kediri yaitu 1.6,97 % dan Eks Karesidenan Sura­

baya menduduki urutan ketiga dengan 16,86$.

Pada tahun 1980 dan 1935 terjadi pergeseran dirna-

na urutan kedua sebelumnya diduduki oleh Eks Karesidenan

Kediri, sekarang diambil alih oleh Eks Karesidenan Sura­

baya dengan 18,25 % dan 18,5 % rnasing-masing untuk tahun

(46)

mendu-duki urutan ketiga dengan 16,63 % pada tahun 1980 dan

tahun 1983.

1.4. Susunan Umur Penduduk di Jawa Timur.

^ Pengetahuan tentang susunan umur penduduk sang -

at penting, karena susunan umur penduduk akan mencermin-

kan masalah kependudukan yaitu kebutuhan akan sekolah*

kesempatan kerja yang harus disediakan.

Dengan mengetahui susunan umur penduduk diharap -

kan bisa dijadikan bahan untuk menentukan kebijaksanaan

dalam perencanaan perabangunan, maka berikut ini diketeng

ahkan susunan umur penduduk Jawa Timur pada tabel

4, ke-

mudian kita coba untuk mengevaluasi susunan umur terse -

but.

TABEL if

PENDUDUK JAWA TIMUR MENURUT JKNIS KELAMIN DAN KEL0MP0K UMUR, TAHUN 1935.

Kelompok umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0 - 4 1.800,933 1.712.490 3.513.423

5 - 9 1.885.303 1.732.897 3.618.200

10 - 14 1.909.848 1.737.657 3.647.505

15 - 24 2.756.623 3.037.454 5.794.077

25 - 49 4.868.960

5.

062.202

9.931.162

50 + 2.118.473 2.415.928 4.534.401

J U M L A H 15.340.140 15.698.629 31.038.769

(47)

Jika kita teliti dari .tabel tersebut, ternyata

jumlah penduduk usia muda (kelompok umur 0 - 1 5 tahun )

besar jumlahnya, yaitu :

34,72 % dari seluruh penduduk -

pada tahun 1985 • Kelompok umur 15 - 24 tahun mencapai

18,66 % 9 untuk kelompok umur 25 - 49 tahun = 31,99 % -

dan kelompok umur 50 tahun keatas = 14,61 %• *

Tingginya proporsi penduduk usia muda tersebut -

akan menyebabkan tingkat ketergantungan (dependency ra­

tio) juga tinggi. Hal tersebut berarti bahwa akan sema -

kin banyak pula biaya ekonomi yang diperlukan untuk me-

menuhi kebutuhan hidupnya, seperti : penyediaan fasili -

tas pendidikan bagi mereka.

Bila kita tinjau dari jenis kelamin, ternyata jum

lah penduduk wanita lebih besar dari pada jumlah pendu -

duk pria yaitu 15.698.629 wanita dan 15.3^0.140 pria.

Dengan menggunakan rumus rasio jenis kelamin (sex

ratio) berikut ini :

dimana : M = Jumlah pria yang terdapat dalam penduduk

tertentu.

F = Jumlah wanita yang terdapat dalam penduduk

tertentu.

2

(48)

k = Faktor arbitrar dari 100. 17

raaka rasio. jenis kelamin. di Jawa Tirour =

15.540.U P ;x 10Q _ 9 7 ) 7 2 .

15.698.629|

Rasio tersebut menunjukan bahwa penduduk wanita lebih ba

nyak dari pada penduduk pria.

Dengan menggunakan rumus tersebut juga didapat ra

sio jenis kelamin menurut kelompok umur, sebagai berikut:

TABEL 5

PENDUDUK JAWA TIMUR MENURUT KELOMPOK UMUR PER JENIS KELAMIN DAN SEX RATIO

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Sex .Ratio

0 - 14| 5.596.084 5*183.044 107,97

15 - 24 2.756.623 3.037.m 90,75

25 - k9 4.868.960 5.062.202 96,18

50 + 2.118.473 2.415.920 87,68

JUMLAH 15.340.140 15.698.629 97,72

Suraber : Penduduk Jav/a Timur 1985, Kantor Statistik Pro- pinsi Jawa Timur, diolah kembali.

Dari hasil p rhitungan rasio jenis kelamin terse­

but terlihat bahwa pada kelompok usia muda ( 0 - 1 4 ta­

hun) menunjukan bahwa laki-laki lebih banyak dari pada

perempuan. Setelah umur 15 tahun koatas rasio jenis ke«

(49)

ba-nyak dari laki-laki.

Jika kita lihat ra6io jenis kelamin di tiap-tiap

eks karesidenan maka terlihat bahwa semua eks karesiden­

an di Jawa Timur menunjukan angka rasio jenis kelamin -

yang kurang dari 100, hal ini menunjukan bahwa perempuan * lebih banyak dari pada laki-laki di semua eks karesiden­

an.

' TABEL 6

PENDUDUK JAWA TIMUR MENURUT EKS KARESIDENAN PER JENIS KELAMIN DAN SEX RATIO

1985

No. Eks Karesidenan Laki-laki Perempuan Sex Ratio

1* Bojonegoro 1.582.304 1.602.634 98,73

2, Madiun 1.768.164 1.828.686 96,69

3* Kediri 2.569.900 2.591.536 99,17

4# Surabaya 2.853.723 2,8.-8.729 98,79

5. Malang 2.926.680 2,998.763 97,59

6. Besuki 2.263*7^2

2.292,068

98,76

7. Madura 1.375.627 1,496,213 91,94

JAWA TIMUR 15*340,140 15*698,629 97,72

Sumber : Penduduk Jawa Timur 1985» Kantor Statistik Pro- pinsi Jawa Timur, diolah kembali.

Jika kita ikuti perkembangan susunan umur pendu -

duk dari tahun 1971 sampai tahun 1985, terlihat bahwa un

tuk kelompok umur (0 - 14) tahun pada tahun 1971 sebes^r

41,16 % turun menjadi 36,36 % pada tahun 1980 dan turun-

(50)

Untuk kelompok umur (15 - 24) tahun pada tahun -

1971 sebesar 15,14 % meningkat menjadi 18,86 % pada ta­

hun 1980 dan menurun lagi menjadi 18,67 % pada tahun -

1985* Perkembangan susunan umur penduduk dapat kita li­

hat pada tabel 7.

TABEL ?

PERSENTASE PENDUDUK JAWA TIMUR MENURUT KELOMPOK UMUR TAHUN 1971, 1980, 1985.

Kelompok Umur P E R S E N T A S E

1971 1980 1985

0 - 1 4 . 41,16 36,36 34,72

15 - 24 15,14 18,86 18,67

25 - 49 33,14 31,50

31,00

50 + 10,56 13,28 14,61

JUMLAH 100,00 100,00 100,00

Sumber : Penduduk Jawa Timur 1985, Kantor Statistik Pro- pinsi Jawa Timur, diolah kembali*

Gambar piramida penduduk Jawa Timur berdasarkan

hasil sensus penduduk 1980 dan survey penduduk antar sen

sue 1985 dapat kita lihat pada hulaman b-rikut ini, disa

na tampak bahwa komposisi penduduk yang besar di bawah -

dan meruncing ke atas. Hal tersebut menunjukan besarnya

penduduk usia muda yang mempunyai pengaruh terhadap per-

(51)
(52)

Dalam suatu perencanaan pembangunan, unsur pen­

duduk sangat penting karena dengan mengetahui perkirar

an jumlah penduduk,susunsn umur penduduk pada saat yang

akan datang akan mengetahui pula kebutuhan penduduk se-

perti : pangan, sekolahan dan kesempatan kerja yang ha-

rus disediakan,

Dengan demikian perlu kiranya mengad^Jcan proyek-

si penduduk untuk masa-masa yang akan datang, Untuk itu

lah Biro Pusat Statistik mengadakan proyeksi penduduk,

Proyeksi penduduk tersebut masih bertitik tolak pada ke

cenderungan-kecenderungan yang terjadi dalam tahun 70-

an, Kecenderungan-kecenderungan tersebut dijadikan aeum

si untuk mengadakan proyeksi penduduk.

Asurasi-asumsi yang digunakan untuk memproyeksi -

kan penduduk sampai dengan tahun 2000 tersebut adalah :

a, .'Tingkat kelahiran mulai tahun 1980 sampai dengan tahun 2000 diasumsikan turunsesuai de­ ngan kecenderungan yang terjadi antara tahun- 1967-1979, yaitu rata-rata 2 persen setiap ta hun, Dengan demikian angka kelahiran kasar

(Crude Birth Rate/CBR) turun dari 33*72 per - 1000 penduduk pada tahun 1981-1985 menjadi - 26,61 pada tahun 1996-2000.

b, Tingkat kematian mulai dari tahun 1980 sampai dengan tahun 2000 juga turun sesuai dengan kg cenderungan di masa larapau sehingga harapan - hidup (Cj?) naik dari 55,30 dalam periode 1981-1985 menjadi 64,05 tahun 1996-2000.

c, Migrasi internasional netto dianggap sama de­ ngan nol, karena orang yang keluar mr.suk Indo nesia seimbang dan relatif sangat kecil diban dingkan dengan penduduk Indonesia, 3

(53)

Jakarta-TABEL 8

PROYSKSI PENDUDUK JAWA TIMUR MENURUT UMUR TAHUN 1990 - 2000,

UMUR 1990 1995 2000

0 - if 3.919.600 3.916,600 3.763.000

5 - 9 3.580.600 3.764.300 3.775.900

10 - 14 3.391.800 * 3.483.300 3.661.100

15 - 19 3.396.if00 3.297,700 3.387.100

20 - 24 3.186.900 3.294.600 3.196.800

25 - 29 2.831.900 ' 3.086.200 3.192.300

30 - 34 2.5k0.100 2.376.100 3.124.700

35 - 39 2.12/^.600 2.444.100 2.641.700

40 - 44 1.689.900 2.034.000 2,347.000

45 - 49 1.575.000 1.604.400 1.938.300

50

- 54 1.470.300 1.477.200 1.509.500

55 - 59 1,260*100 f 1.353.300 1.304.800

-3-1

oVO 936.100 1.124.000 1.214.100

65 - 69 642.800 743.300 961.400

o-1

o

E>- 431.300, 501.900 625.800

75 - 79 246.200 294.400 347.700

80 + 156.300 176.200 211,500

JUMLAH 33.579.900 35.381.600 37.127.100

(54)

2. Perkembangan Angkatan ker.ia di Jawa Timur.

43

Analisa terhadap kegiatan ekonorai penduduk pen-

ting sekali bagi suatu negara, karena jumlah dan kompo-

eisi penduduk yang sedang bekerja mencerminkan keadaan

sosial dan ekonorai negara yang bersangkutan.'

Untuk menganalisa kegiatan ekonorai penduduk ter­

sebut . diperlukan data statistik tentang aktivitas pcndu

duk secara ekonomi , keraudian dianalisa secara diskrip-

tif dan komparatif dari wsktu ke waktu,

Dalam menentukan apakah seseorang itu aktif . ee-

cara ekonomi atau tidak aktif secara ekonomi ada dua -

standard yang dipergunakan : "the gainful occupation -

standard" dan "the labor force concept", k

Menurut 'the gainful occupation standard1 raere-

ka yang aktif secara ekonomi adalah orang-orang yang be

kerja untuk meraperoleh pembayaran atau profit, tidak -

termasuk raereka yang sedang bekerja tanpa memperoleh -

pembayaran atau upah, seperti : ibu rutnah tangga misal-

nya. Tetapi termasuk pembantu rumah tangga yang menger-

jakan pekerjaan yang sama seperti ibu rumah tangga, ka­

rena meroka memperoleh pembayaran atau upah. Juga tidak

termasuk pengangguran dengan alasan apapun juga

(55)

•j Sedangkan menurut 'the labor force concept1 se-

lain mereka yang sudah bekerja juga termasuk mereka yang

yang ingin dan sedang raencari pekerjaan dalam referensi

waktu tertentu* Jadi dalam the labor force concept meli-

puti orang yang bekerja penuh, setengah pengangguran -

dan pengangguran.

Bagi Indonesia yang mr*nggunakan konsep labor for­

ce tersebut mendefinisikan angkatan kerja (labor force)

adalah penduduk yang berusia 10 tahun atau lebih secara

fisik dan mental sehat dan mampu bekerja, baik yang . sur-

dah bekerja maupun mencari pekerjaan.

Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa pertumbuhan ang­

katan kerja lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan

penduduk secara keseluruhan, yaitu pertumbuhan angkatan-

kerja sebesar 1,33 % per tahun dibandingkan pertumbuhan

penduduk sebesar 1,49 % per tahun untuk periode 1971 -

I960. Juga disini yang perlu diperhatikan adalah pertum­

buhan penduduk usia kerja yang cukup tinggi bahkan lebih

tinggi dari pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja ya­

itu sebesar 2,2 % per tahun untuk periode yang sarna,

Jelaslah bahwa walaupun angka pertumbuhan pendu -

duk di Jawa Timur relatif rendah dibandingkan dengan pro

pinsi-propinsi lain di Indonesia (juga lebih rendah da -

ri angka pertumbuhan penduduk nasional), namun pertumbuh

(56)
(57)

' Tingginya angka pertumbuhan angkatan kerja terse-

but menjadi masalah, di eatu pihak mcnuntut adanya kesejB

patan kerja yang lebih besar, tetapi di lain pihak kema$

puan menyerap angkatan kerja masih lambat. Hal ini akan

menyebabkan bertambah besarnya angka pengangguran.^

Untuk mengetahui lebih terperinci tentang gambar-

an angkatan kerja di Jawa Timur, berikut ini kita lihat

perkembangan dan angka pertumbuhan angkatan kerja di tu-

juh eks karesidenan yang ada di Jawa Timur tahun 1971 -

1980. j

Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa angka -

pertumbuhan angkatan kerja'lebih tinggi dibandingkan ang

ka pertumbuhan penduduknya, hal tersebut juga berlaku di

tiap-tiap eks karesidenan di Jawa Timur, seperti yang -

tercantura dalam tabel 10. Dalam tabel tersebut juga ter-

lihat bahwa angka pertumbuhan angkatan kerja tertinggi

terjadi di Eks Karesidenan Madiun yaitu sebesar 3»33 %

per tahun dan yang terendah di ks Karesidenan Kediri ya

itu sebesar 1,53 % per tahun.

Juga seperti yang telah disebutkan sebelumnya bah

wa pertumbuhan penduduk usia kerja, sebagai suraber lang-

sung dari angkatan kerja, lebih tinggi dibandingkan ang­

ka pertumbuhan angkatan kerja totapi hal ini tidak ber­

laku untuk semua eks karesidenan.

Kembali kita lihat pada tabel 10, disitu terlihat

bahwa untuk karesidenan Madiun angka pertumbuhan pendu

(58)
(59)

duk usia korja lebih rcndah dibandingkan angka pcrtumbuh

an angkatan kerjanya yaitu 1,6? % dibandingkan 3,33 % -

per tahun* Juga di Eks Karesidenan Madura mengalami hal

yang sama, angka pertumbuhan penduduk usia kerjagya sebe

sar 1,82 % sedangkan angka pertumbuhan angkatan kerjanya

sebesar 2,09 % per tahun.

Hal tersebut diduga karena sebagian besar pertara-

bahan penduduk usia kerja banyak yang meraasuki angkat -

an kerja, dengan kata lain sedikit sekali pertambahan

penduduk usia kerja tersebut yang raenikmati pendidikan

(bersekolah) atau mengurus rumah tangga.

Jika dibandingkan dengan propinsi-propinsi lain

di pulau Jawa (lihat tabel 11), ternyata propinsi Jawa

Timur mempunyai jumlah angkatan kerja dan penduduk usia

kerja terbanyak. Jumlah angkatan kerjanya pada tahun

1971 ada sebanyak 9*754*456 atau 23,64 % dari seluruh -

angkatan kerja Indonesia dan pada tahun 1930 meningkat

menjadi 11.509.283 atau sekitar 22,07 % dari seluruh ang

katan kerja Indonesia.

Jumlah penduduk usia kyrja di Jawa Timur pada ta­

hun 1971 ada sebanyak 17.898.210 atau sekitar 22,23 % da

ri seluruh penduduk usia kerja Indonesia dan raeningkat -

monjadi 21.820.391 pada tahun 1930 atau sekitar 20,91 %

dari seluruh ronduduk urda korja Tndon'isia.

Jika kita lihat proporsi angkatan korja mrupun

penduduk usia kerja Jawa Timur terhadap Indonesia dari

(60)
(61)

ga akibat adanya keberhasilan Program Keluarga Berencana

yang sudah dimulai sejak tahun 1969. Sehingga pertumbuh­

an angkatan kerja maupun penduduk usia kerja di Jav;a Ti­

mur relatif rendah dibandingkan dengan propinsi-propin -

si lain di pulau Jawa.

Dalara tabel 11 terlihat bahwa pertumbuhan angkat

an kerja Jawa Timur terendah sesudah DKI"Jakarta, Jawa -

Barat, Jawa Tengah dan DI Yogjakarta, sedangkan pertum -

buhan penduduk usia kerjanya nomer 4 sesudah DKI Jakarta

Jawa Barat, Jawa Tengah dan yang terendah adalah DI Yog­

jakarta.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa -

tingginya pertumbuhan angkatan kerja menuntut adanya ke-

sempatan kerja yang lebih luas, karena jika tidak ada ke

sempatan kerja yang lebih luas akan raenyebabkan bertam -

bah besarnya angka pengangguran yang bisa mengakibatkan

terganggunya kelancaran dan kelangsungan pembangunan.

Seperti yang terlihat dalara tabel 12, bahwa peng­

angguran penuh di Jawa Timur meningkat terus dari tahun

ke tahun selama tahun 1981 sampai dengan tahun 1984* Ta­

hun 1981 angka pengangguran penuh mencapai 184.067 jiwa-

dan meningkat terus setiap tahun hingga mencapai 220.200-

jiwa pada tahun 1984.

Selain masalsfti angka pengangguran penuh yang te­

rus meningkat, pada tabel 12 juga terlihat bahwa angka -

sete.ngah pengangguran juga mengalami kenaikan dari tahun

(62)

pengang-guran penuh dan angka setengah pengangpengang-guran tersebut ma-

ka' perluasan kesempatan kerja semakin dibutuhkan.

Setengah pengangguran mempunyai dua bentuk ;M se­

tengah penganggur kentara (visible underemployed)11 dan

"setengah penganggur tidak kentara (invisible underem -c

ployed)3 J

Setengah penganggur kentara adalah mereka yang be

kerja kurang dari jam kerja normal (kurang dari 35 jara-

seminggu), sedangkan setengah penganggur tidak kentara -

adalah mereka yang bekerja dengan produktivitas yang ren

dah dan pendapatannya rendah.

Jika kita lihat pada tabel 12 tingkat penganggur­

an penuh di Jawa Timur adalah 222.200 jiwa atau sekitar

1,59 96 dari jumlah angkatan kerja pada tahun 1984. Se­

dangkan jumlah setengah penganggur kentaranya masih cu-

kup besar yaitu 3*185.506 jiwa atau sekitar 1/5 dari me­

reka yang bekerja*

“td ”

(63)
(64)

2*1. Tingkat Pendidikan Angkatan Kerja di Jawa Timur.

j/ Disamping pembahasan secara kuantitatif tentang

angkatan korja seperti yang telah di bahas pada sub -

bab 2, perlu juga kiranya pembahasan secara kualitatif.

Malta pada sub bab ini akan dibahas kualitas angkatan ker

ja.

Kualitas angkatan kerja antara lain dicerminkan -

oleh tingkat pendidikan yang dicapai oleh angkatan korja,

Pada tabel 13 dapat kita lihat tingkat pendidikan angkat

an kerja di Jawa Timur tahun 1971 dan 1980.

Dari tabel 13 tersebut dapat dilihat bahwa kuali­

tas angkatan kerja di Jawa Timur relatif rendah^ pada ta

hun 1971 jumlah angkatan kerja lulusan SD kebawah sebe —

sar 95,05 % yang t‘-rdiri dari tidak sekolah 31)77 % \ ti

dak/belum taraat SD 24,34 % ; dan jumlah angkatan kerja -

lulusan SLP. sebesar 2,8‘% dan jumlah angkatan kerja lu­

lusan SLA sebesar 1,8 % t sedangkan jumlah angkatan kerja

lulusan Akademi/Universitas sebesar 0,3 %

Pada tahun 1980, jumlah angkatan kerja lulusan -

SD kebawah sebesar 91,29 £ yang terdiri dari tidak seko­

lah 37,11 % ; tidak/belum taraat SD 34,29 % ; dan lulus -

SD sebesar 19,89 %• Jumlah angkatan kerja lulusan SLP -

sebesar 4 % dan jumlah angkatan kerja lulusan SLA sebe -

sar 4,19 sedangkan jumlah angkatan kerja lulusan Aka­

demi/Universitas sebesar 0,5

(65)

TABEL 13

ANGKATAN KERJA MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN YANG DITAMATKAN DI JAWA TIMUR

1971-1980

Pendidikan yang

ditaraatkan | 1971 1980

jiwa % jiwa . *

1. Tidak pernah

sekolah >5.

050.573

1

'51,73 4.289.841 37,11

2. Tidak/Belium

taraat SD 2.374.018 2k, 3k 3.963.217 34,29

3. Sekolah Dasar 1.847.395 18,94 2.298.937

19,89-4. SLP Umum 201.184 2,06 342.278 2,96

5. SLP Kejuruan 76,189 0,78 120,093 1,04

6. SLA Umum 94.025 0,96 175.804

I 1,52

7. SLA Kejuruan 81.683 0,84 308,373 2,67

8.

Akademi/Uni-sitas 29.389 0,30 58,242 0,50

9. tak terjawab "" 1.869 0,02

J U M L A H 9.754.456 100 '11.559.159 | 100

Suraber ; - BPS, Sensus Penduduk 1971, Seri E No.13 - BPS, Sensus Penduduk 1980, Seri S No.15.

Rendahnya tingkat pendidikan angkatan kerja di Jg

wa Timur tersebut akan raerupakan suatu hambatan dalam -

mengatasi masalah ketenaga kerjaan, Karena daya serap ti

ap sektor raakin membutuhkan tunaga kerja yang terlatih -

(66)

Jika kita bandingkan tingkat pendidikan angkatan-

kerja antara tahun 1971 dan 1980, narapak bahwa angkatan-

kerja lulusan SD kebawah terjadi penurunan secara prosen

tase yaitu dari 95,0.5 % menjadi 91,29 56, tetapi secara -

mutlak tidak terjadi penurunan bahkan sebaliknya yaitu

peningkatan dari 9*271.986 jiwa menjadi 10.551,995 jiwa.

Jumlah angkatan kerja lulusan SLP terjadi pening­

katan baik secara prosentase maupun mutlak. Secara pro -

eetase meningkat dari 2,8 % menjadi 4,14 % dan secara -

mutlak meningkat dari 277*373 jiwa menjadi 462.376 jiwa,

Begitu pula untuk- lulusan SLA dan Akademi/Univer-

tas t .rjadi peningkatan baik secara prosentase maupun se

cara mutlak. Untuk lulusan SLA secara prosentase mening-

kat dari 1,8 % menjadi 4,19 % dan secara mutlak m-ening-

kat dari 175*708 jiwa menjadi 484*677 jiwa. Jumlah ang­

katan kerja lulusan Akademi/Universitas secara prosenta­

se meningkat dari 0,3 % menjadi 0,5 % dan secara rautlak

meningkat dari 29*389 jiwa menjadi 58.242 jiwa.

Adanya kenaikan secara prosentase maupun secara -

mutlak jumlah angkatan kerja lulusan SLP, SLA maupun Aka

demi/Universitas tersebut diduga akibat adanya perbaikan

dan pembangunan fasilitas pendidikan yang disertai pe­

ningkatan pendapatan raasyarakat, sehingga memungkinkan -

penduduk untuk menikmati jenjang pendidikan yang lebih

tinggi. '

Gambar

TABEL 1KEPADATAN PENDUDUK DI JAWA TIMUR MENURUT
TABEL 3PENYEBARAN PENDUDUK DI JAWA TIMUR MENURUT
TABEL ifPENDUDUK JAWA TIMUR MENURUT JKNIS
TABEL 5PENDUDUK JAWA TIMUR MENURUT KELOMPOK
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Soehadha masyarakat Jawa atau orang-orang Jawa yang memiliki sikap dan tindakan religious yang cenderung bernuasa kultural, biasa disebut penganut kejawen

Selanjutnya jika nilai total akselerasi memenuhi dua kondisi yaitu kurang dari nilai threshold dan melebihi nilai threshold yang sudah di tentukan maka selanjutnya sistem

Ketersediaan pangan keluarga miskin yang memiliki anak umur 12-24 bulan di Kabupaten Sukoharjo sebagian besar dalam keadaan terjamin, namun asupan protein dan zink pada anak

Pada dasarnya, sekolah yang bermutu adalah dambaan bagi semua orang, semua masyarakat pasti menginginkan dapat mengenyam pendidikan sekolah yang bermutu, atas dasar hal

Berdasarkan kriteria kesesuaian lahan tanaman buah naga tersebut, penelitian ini dilakukan guna mencocokkan antara karakteristik lahan di Kota Metro dan syarat

Di lokasi OB-2 terdapat 4 (empat) lapisan batubara, lapisan paling atas merupakan batubara berwarna hitam kecoklat-coklatan, agak kusam, brittle, tebal lapisan yang terukur 0,45 m;

Hasil penelitian menunjukkan, keempat industri pengolahan salak yang diteliti layak untuk dilaksanakan, namun industri kripik salak lebih unggul dibandingkan industri