Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti | 42 PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA POKOK BAHASAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN
UNTUK SMP KELAS VIII
Dwi Hidayanti1, Tri Hapsari Utami2
Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang
dwihidayanti92@gmail.com
Abstrak
Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan untuk membuat pembelajaran menjadi bermakna dan siswa aktif dalam pembelajaran adalah menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). LKS harus disusun agar dapat membantu siswa dalam membangun suatu konsep. Salah satu cara dalam menyusun Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang dapat membantu siswa dalam membangun suatu konsep adalah menggunakan pendekatan saintifik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan pendekatan saintifik pada pokok bahasan garis singgung lingkaran yang valid dan praktis. Model pengembangan yang digunakan dalam menyusun LKS menggunakan model pengembangan Thiagarajan, S., Semmel, D. S. and Semmel M. I. (1974) yang terkenal dengan istilah model 4D. Model pengembangan 4D ini terdiri dari empat tahapan yaitu tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (develop), dan tahap penyebaran (disseminate). Namun pengembang memodifikasi model tersebut menjadi 3D, sehingga tahap penyebaran (disseminate) tidak dilakukan oleh pengembang karena keterbatasan tenaga dan biaya. Berdasarkan analisis pengembangan didapatkan hasil bahwa LKS yang dikembangkan dinyatakan valid yaitu dengan skor 3,54 dan praktis dengan skor 3,26. Meskipun demikian, sebagai penyempurnaan bahan ajar, pengembang tetap melakukan revisi berdasarkan saran dan komentar yang diberikan oleh validator dan subjek ujicoba.
Kata kunci: Lembar Kegiatan Siswa (LKS), Pendekatan Saintifik, Garis Singgung Lingkaran
Abstract
One of the teaching material to make the learning meaningful and also makes student
become to active in the learning is using a student’s worksheet. The students’ worksheet
must be arranged in order to assist students in developing a concept. One of the ways in develop the students’ worksheet use scientific aprroach. The objective of this research was developing student’s worksheet using scientific approach on tangent line of circle with valid and practice criteria. The model of developing this research using the model of Thiagarajan, Semmel, and Semmel (1974) was called 4D. There were four steps of 4D’s model, namely define, design, develop, and disseminate. However, the developer has inadequacy of cost and energy, then the developer modify the model by omitting the last step, that is
disseminate. Therefore the 4D’smodel to be 3D’s model. Based on the expert appraisal and
developmental testing that is analyzed in 4th chapter, we have (1) the score of validation is 3,54, it means valid, (2) the score of practical is 3,26, it means practice. So that, the worksheet is valid and practice. Even though the worksheet is valid and practice, the developer do some revision base on the suggestion of the expert and the subject.
43 | Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti PENDAHULUAN
Salah satu materi dalam pembelajaran matematika adalah garis singgung lingkaran.
Materi ini sangat penting karena berkaitan dengan materi-materi lain di matermatika dan
kehidupan sehari-hari (Paloloang, 2014). Materi ini dipelajari di tingkat SMP sampai SMA. Di
tingkat SMP, berdasarkan kurikulum KTSP materi ini dipelajari di kelas VIII semester genap.
Pada tingkat SMP pokok bahasan dipelajari dari garis singgung lingkaran ini adalah
pengenalan terhadap garis singgung lingkaran dan menghitung panjang garis singgung
lingkaran. Sedangkan di tingkat SMA lebih mempelajari menentukan persamaan garis
singgungnya.
Namun sayangnya materi ini pada kurikulum 2013 pada tingkat SMP tidak disertakan
dalam kompetensi dasar. Sedangkan di tingkat SMA materi garis singgung ini tetap ada
dalam kompetensi khususnya pada materi lingkaran. Peneliti tidak setuju dengan keputusan
pemerintah pada kurikulum 2013 ini yang tidak menyertakan materi garis singgung lingkaran
di tingkat SMP. Alasannya adalah jika siswa tidak mempelajari materi ini di tingkat SMP,
nantinya siswa akan kesulitan saat memperlajari di tingkat SMA karena siswa belum
mengenal tentang garis singgung lingkaran, sehingga juga akan menyulitkan guru. Oleh
karena itu peneliti tetap ingin meneliti pada materi ini dengan menggunakan kompetensi
dasar pada kurikulum KTSP dan meninjau materi ini dengan kurikulum 2013.
Meskipun materi ini sangat penting, namun masih banyak siswa yang mengalami
kesulitan dalam memahami materi ini (Paloloang, 2014; Noviyanti dkk, 2013). Hal tersebut
juga didukung dengan hasil penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti dengan melakukan
wawancara terhadap delapan siswa SMPN 2 Malang kelas IX yang telah mempelajari materi
garis singgung lingkaran. Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa tujuh siswa
diantaranya mengalami kesulitan saat menyelesaikan soal menentukan panjang segmen
garis singgung lingkaran dan satu siswa tidak mengalami kesulitan. Tujuh siswa tersebut
mengatakan bahwa mereka mengalami kesulitan karena mereka tidak hafal rumus saat
menyelesaikan soal menentukan panjang segmen garis singgung lingkaran. Mereka
mengatakan bahwa mereka tidak mengahafal rumus karena tidak memahami konsep garis
singgung lingkaran. Jadi bisa disimpulkan bahwa tujuh siswa tersebut hanya menghafal
rumus tanpa memahami konsep garis singgung lingkaran, sehingga mereka kesulitan saat
mengerjakan soal menentukan panjang garis singgung lingkaran. Sedangkan satu siswa
diantaranya tidak mengalami kesulitan saat mengerjakan soal menentukan panjang garis
singgung lingkaran, karena siswa tersebut memahami konsep garis singgung lingkaran.
Dari informasi di atas terlihat bahwa masih banyak siswa yang belajar matematika
cenderung menghafalkan rumus dan tidak memahami konsep. Padahal mengerjakan
soal-soal matematika akan lebih mudah jika memahami konsepnya karena siswa akan
memahami permasalahan yang ada dalam soal sehingga mereka mengerti apa yang harus
Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti | 44 memahami konsep, siswa akan menyelesaikan soal dengan mudah meskipun ketika
soal-soal yang diberikan nonrutin. Oleh karena itu, hendaknya bahan ajar dan metode
pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran dapat membangun konsep
matematika siswa, sehingga siswa dapat membangun pemahamannya sendiri.
Konstruktivisme merupakan teori belajar yang mendeskripsikan proses
pengkonstruksian pengetahuan (Major & Mangope, 2012). Teori ini merupakan salah satu
teori belajar modern dan salah satu aliran yang berasal dari teori belajar kognitif .
Tokoh-tokoh pendidik penggagas pendekatan konstruktivistik dalam pembelajaran diantaranya
adalah Jean Peaget, Len Vigotsky, John Dewey, dan Maria Montessori (Pribadi, 2009:158).
Dalam perspektif konstruktivisme, pengetahuan dibangun sendiri oleh individu melalui
interaksi dengan lingkungan, sehingga membuat siswa aktif dalam pembelajaran, siswa
cenderung dapat mengontrol konsep matematika dan berpikir matematis. Dengan demikian,
teori konstruktivisme ini dapat diterapkan pada pembelajaran matematika karena siswa akan
aktif membangun konsep secara mandiri.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang menerapkan teori konstruksivisme adalah
pendekatan saintifik. Para ahli meyakini bahwa dengan pendekatan saintifik ini siswa akan
lebih aktif mengonstruk pengetahuan dan keterampilannya, selain itu juga dapat mendorong
siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau
kejadian (Bintari dkk, 2014). Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang digunakan
dalam kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diterapkan sekarang ini
di Indonesia. Pada kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pendagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmia/pendekatan saintifik (Permendikbud,
2013).
Menurut Permendikbud (2013) pada pendekatan ilmiah atau pendekatan saintifik ini
peserta didik akan melakukan lima kegiatan utama dalam pembelajaran, yaitu mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Dengan lima
kegiatan tersebut pembelajaran sudah menyentuh tiga ranah, yaitu : sikap, pengetahuan,
dan keterampilan yang mana hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi (Permendikbud, 2013). Kelima kegiatan utama tersebut diuraikan sebagai
berikut.
a. Mengamati, yakni guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik
untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan
membaca (tanpa atau dengan alat).
b. Menanya, yakni guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk
bertanya informasi yang tidak dipahami dari apa yang sudah diamati atau pertanyaan
45 | Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti
c. Mengumpulkan informasi, yakni menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai
sumber melalui berbagai cara. Informasi juga dapat dikumpulkan dari kegiatan mengamati
dan menanya.
d. Mengasosiasi, yakni mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil
kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan
mengumpulkan informasi.
e. Mengkomunikasikan, yakni peserta didik menyampaikan hasil pengamatan kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
Terkait dengan pembelajaran yang menerapkan teori konstruksitfisme, salah satu
bahan ajar yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam memahami dan
membangun konsep adalah dengan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Lembar Kegiatan Siswa
(LKS) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa, LKS ini
dapat berupa petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah terkait
kompetensi dasar yang akan dicapai (Depdiknas, 2008:13). Sedangkan menurut Prastowo
(2012:204), LKS merupakan salah satu bahan ajar cetak yang berisi materi, ringkasan dan
petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik
untuk mencapai kompetensi dasar yang disajikan. Disisi lain menurut Lestari (2013:6) dan
Dhany & Salmah (2013) mengemukakan bahwa LKS lembar kerja siswa merupakan
merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan
dapat materi ajar tersebut secara mandiri. Sejalan dengan Lestari, menurut Dhoruri dkk
(2011) LKS adalah materi pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam
menganalisis dan menyelesaikan masalah secara mandiri, sehingga dengan adanya LKS
dapat meminimalisasi ketergantungan siswa guru dan dapat meningkatkan kebutuhan siswa
terhadap informasi.
Dari beberapa pendapat mengacu pada pendapat yang kemukakan oleh Prastowo
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah bahan ajar cetak berupa lembaran kertas yang berisi
materi, ringkasan, dan petunjuk- petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus
dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai.
Akan tetapi, fokus dari LKS ini bukan pada ringkasan materi, melainkan fokus pada
kegiatan-kegiatan yang harus dikerjakan oleh siswa untuk memahami materi dan membangun
konsep. Namun, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap
sekolah-sekolah SMP yang ada di kota Malang, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang biasa
digunakan dalam pembelajaran kebanyakan adalah dengan jenis Lembar Kegiatan Siswa
(LKS) yang berfungsi sebagai penuntun belajar dan penguatan, yang berisi ringkasan materi
dan soal latihan. LKS ini disusun oleh MGMP kota Malang. Karena LKS yang digunakan
memiliki karakteristik demikian, maka LKS tersebut belum bisa memfasilitasi siswa untuk
Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti | 46 Dari beberapa uraian di atas, maka peneliti engembang ingin mengembangkan suatu
bahan ajar berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang valid dan praktis serta dapat
membantu siswa membangun pemahamannya sendiri tentang konsep materi garis singgung
lingkaran. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) tersebut disusun sesuai dengan pendekatan
saintifik yang sesuai dengan pembelajaran pada kurikulum 2013. Meskipun pada kurikulum
2013 materi ini tidak ada, namun tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan kurikulum
yang berlaku di Indonesia karena kurikulum di Indonesia terus berkembang. Selain itu LKS
yang akan dihasilkan nanti juga masih dapat memberikan kontribusi pada pembelajaran
yang masih menerapkan kurikulum KTSP karena masih banyak sekolah di Indonesia yang
masih menerapkan kurikulum KTSP.
Berdasarkan uraian tersebut, maka susunan LKS dengan pendekatan saintifik ini
disusun sesuai dengan lima langkah-langkah kegiatan pada pendekatan saintifik, yakni
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dna mengkomunikasikan.
Selain itu pada isi LKS nanti dirancang untuk dapat diterapkan pada pembelajaran dengan
model discovery learning. Hal tersebut dikarenakan menurut Permendikbud Nomor 65 Tahun
2013 tentang Standar Proses, model pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi
Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran Inkuiri (Inquiry Based Learning), model
pembelajaran Discovery (Discovery Learning), model pembelajaran berbasis projek (Project
Based Learning), dan model pembelajaran berbasis permasalahan (Problem Based
Learning). Oleh karena itu, peneliti memilih model pembelajaran Discovery sebagai acuan
peneliti dalam mengembangkan LKS.
Model pembelajaran penemuan terbimbing (Discovery Learning) adalah proses
belajar yang di dalamnya tidak disajikan suatu konsep dalam bentuk jadi (final), tetapi siswa
dituntut untuk mengorganisasi sendiri cara belajarnya dalam menemukan konsep (Maulana,
2014). Langkah-langkah dari pembelajaran ini adalah memberi stimulus, mengidentifikasi
masalah, mengumpulkan data, mengolah data, memferifikasi, dan menyimpulkan. Melalui
lima kegiatan utama pada pendekatan saintifik tersebut dirancang untuk melakukan
langkah-langkah kegiatan pada pembelajaran dengan model pembelajaran penemuan terbimbing,
sehingga siswa dapat menemukan dan membangun konsep dengan mandiri.
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan pendekatan saintifik ini diharapkan dapat
menjadi pilihan alternatif para pendidik sebagai bahan ajar pada materi garis singgung
lingkaran, dapat memfasilitasi siswa untuk belajar secara langsung dalam mendapatkan
pengetahuan dan keterampilan pada materi garis singgung lingkaran melalui kegiatan
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan
mengkomunikasikan. Dengan demikian diharapkan siswa bisa aktif dalam membangun
47 | Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang produknya berupa Lembar
Kegiatan Siswa (LKS) dengan pendekatan saintifik pada pokok bahasan garis singgung
lingkaran. Model pengembangan yang digunakan dalam penggembangan Lembar Kegiatan
Siswa (LKS) ini adalah model pengembangan Thiagarajan., Semmel and Semmel (1974)
yang terkenal dengan istilah model 4D. Model pengembangan 4D ini terdiri dari empat
tahapan yaitu tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap
pengembangan (develop), dan tahap penyebaran (disseminate) (Hobri, 2010:12). Namun
pengembang memodifikasi model tersebut menjadi 3D, sehingga tahap penyebaran
(disseminate) tidak dilakukan oleh pengembang karena keterbatasan tenaga dan biaya.
Pada tahap define, peneliti melakukan kegiatan yang meliputi: (a) analisis awal dan
akhir dengan tujuan untuk menetapkan masalah dasar yang diperlukan dalam
pengembangan; (b) analisis pebelajar/siswa, yaitu menelaah karakteristik siswa; (c) analisis
konsep, yaitu untuk mengidentifikasi, merinci dan menyusun secara sistematis
konsep-konsep yang relevan yang akan diajarkan berdasarkan analisis awal-akhir; (d) analisis tugas,
yaitu pengidentifikasian keterampilan-keterampilan utama yang diperlukan dalam
pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum; (e) spesifiksi tujuan pembelajaran, yaitu untuk
mengkonversi tujuan dari analisis tugas dan analisis konsep menjadi tujuan pembelajaran
khusus, yang dinyatakan dengan tingkah laku.
Pada tahap design, peneliti melakukan kegiatan yang meliputi: (a) pemilihan media,
yaitu untuk menentukan media yang tepat untuk menyajikan materi pembelajaran; (b)
pemilihan format, yaitu untuk merancang isi, pemilihan strategi pembelajaran, dan sumber
belajar; (c) perancangan awal, yaitu untuk merancang seluruh kegiatan yang harus dilakukan
sebelum uji coba dilaksanakan. Sedangkan pada tahap develop peneliti melakukan kegiatan
yang meliputi: (a) Uji coba lapangan sebelum penilaian para ahli, yaitu untuk memperoleh
masukan langsung dari lapangan terhadap bahasa yang digunakan dalam Lembar Kegiatan
Siswa (LKS) dan isi dari Lembar Kegiatan Siswa (LKS); (b) penilaian para ahli, yaiut untuk
memvalidasi LKS; (c) uji coba lapangan, yaitu untuk memperoleh masukan langsung dari
lapangan terhadap perangkat pembelajaran yang telah direvisi dari para ahli.
Pada pengembangan ini, produk yang telah dikembangkan oleh pengembang akan
diuji tingkat kevalidan dan kepraktisan., sehingga instrumen yang digunakna adalah lembar
validasi LKS dan angket respon siswa. Menurut Nieven (1999) dalam Plomp (2010) kriteria
umum dari produk yang dihasilkan berkualitas apabila memenuhi kriteria efektif, praktis, dan
efektif. Namun karena keterbatasan peneliti akan tenaga dan waktu maka peneliti hanya
ingin memenuhi kriteria valid dan praktis. Uji kevalidan dilakukan bertujuan untuk menilai
kesesuaian produk yang dikembangkan dengan kriteria Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Uji kepraktisan dilakukan
Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti | 48 Uji kevalidan menggunakan lembar validasi dan dilakukan oleh satu dosen matematika dan
dua guru matematika yang telah berpengalaman minimal lima tahun. Pada uji kepraktisan
menggunakan angket respon siswa yang telah diplilih sebagai subjek uji coba yaitu sembilan
siswa SMPN 2 Malang kelas VIII yang belum menempuh materi garis singgung lingkaran.
Lembar validasi dianalisis dengan menggunakan teknik analisis nilai rata-rata yang
diadaptasi dari Hobri dan dimodifikasi berdasarkan skala yang digunakan oleh pengembang.
Data yang digunakan dalam validasi LKS berupa data kuantitatif dengan 4 skala, yaitu skala
1 : tidak setuju, skala 2 : kurang setuju, skala 3 : setuju, dan skala 4 : sangat setuju. Untuk
mengetahui nilai rata-rata total aspek penilaian kevalidan LKS , pengembang mengadaptasi
dari Hobri (2010:52) dan dimodifikasi menjadi beberapa langkah, diantaranya yaitu
1. melakukan rekapitulasi data penilaian kevalidan model ke dalam tabel yang meliputi:
indikator (Ii), aspek ( ), dan nilai kevalidan (Va )
2. menentukan rata-rata nilai hasil validasi semua validator untuk setiap indikator dengan
rumus
dengan adalah data nilai vakidator ke-j terhadap indikator ke-i, n adalah banyaknya
validator. Hasil yang diperoleh kemudian ditulis pada kolom dalam tabel yang sesuai
3. menentukan rerata nilai untuk setiap aspek dengan rumus
dengan adalah rerata nilai untuk aspek ke-i, adalah rerata untuk aspek ke-j, m
adalah banyaknya indikator dalam aspek ke-i.Hasil yang diperoleh kemudian ditulis
pada kolom tabel yang sesuai
4. nilai kevalidan atau niai rerata total dari rerata nilai
dengan adalah nilai rerata total untuk semua aspek , adalah rerata nilai untuk
aspek ke-i, n adalah banyaknya aspek. Hasil yang diperoleh kemudian ditulis pada
kolom dalam tabel yang sesuai
Selanjutnya nilai atau nilai rata-rata total ini dirujuk pada interval penentuan
49 | Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti
Tabel 1. Kriteria Penilaian Hasil Validasi
Interval Kriteria Kevalidan Keterangan tidak valid revisi total
kurang valid revisi sebagian
cukup valid revisi sebagian
valid tidak perlu revisi
sangat valid tidak perlu revisi (Diadaptasi dengan dimodifikasi dari Hobri, 2010:53)
Keterangan : adalah nilai penentuan tingkat kevalidan LKS
Angket siswa juga dianalisis dengan menggunakan teknik analisis nilai rata-rata yang
diadaptasi dari Hobri dan dimodifikasi berdasarkan skala yang digunakan oleh pengembang.
Data yang digunakan dalam penilaian kepraktisan LKS ini berupa data kuantitatif dengan 4
skala, yaitu skala 1 : tidak setuju, skala 2 : kurang setuju, skala 3 : setuju, dan skala 4 :
sangat setuju.
Untuk mengetahui nilai rata-rata total aspek penilaian kepraktisan LKS pengembang
juga mengadaptasi dari Hobri (2010:54) dan memodifikasinya menjadi beberapa langkah
yaitu:
1. melakukan rekapitulasi data penilaian kevalidan model ke dalam tabel yang meliputi:
indikator (Ii), dan nilai S
2. menentukan rata-rata nilai dari semua subyek uji coba untuk setiap indikator dengan
rumus
dengan adalah nilai dari responden ke-j terhadap indikator ke-i, dan n adalah
banyaknya subyek uji coba
3. menetukan nilai rata-rata kepraktisan ( ) dengan rumus
dengan adalah rata-rata indikator ke-i dan m adalah banyaknya indikator.
Selanjutnya nilai atau nilai rata-rata total ini dirujuk pada interval penentuan tingkat
Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti | 50 Tabel 2. Kriteria Penilaian Hasil Kepraktisan
Interval Kriteria Kepraktisan Keterangan Sangat rendah revisi total
rendah revisi sebagian
sedang revisi sebagian
tinggi tidak perlu revisi
sangat tinggi tidak perlu revisi (Diadaptasi dengan dimodifikasi dari Hobri, 2010:54)
Keterangan : adalah nilai penentuan tingkat kepraktisan LKS
Revisi dilakukan jika hasil skor validasi belum memenuhi kriteria kevalidan. Revisi
juga dilakukan berdasarkan saran dan komentar dari para validator dan subjek uji coba,
sehingga Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang dihasilkan mendekati kesempuranaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yaitu LKS yang memuat
halaman identitas (memuat judul LKS dan satuan pendidikan), halaman orientasi (memuat
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran), mari mengingat
(materi prasyarat), LKS utama (memuat LKS 1, LKS 2, LKS 3, LKS 4 dengan pendekatan
saintifik), latihan (memuat empat soal untuk memantapkan pemahaman materi yang dibahas
dalam kompetensi), dan daftar pustaka. Pada bagian “Mari mengingat” siswa diingatkan
kembali materi tentang kedudukan antar garis, garis sumbu, Phytagoras, kelilling lingkaran,
dan panjang busur lingkaran. Sedangkan pada LKS utama siswa akan membangun konsep
mengenai: (1) pada LKS 1, menentukan garis singgung lingkaran beserta sifat-sifatnya, (2)
pada LKS 2, menghitung panjang segmen garis singgung lingkaran, (3)pada LKS 3,
menghitung panjang segmen garis singgung persekutuan luar dari dua lingkaran, (4) pada
LKS 4, menghitung panjang segmen garis singgung persekutuan dalam dari dua lingkaran.
Pada LKS utama ini siswa akan melakukan lima kegiatan utama, yaitu mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.
Berikut disajikan hasil analisis uji kevalidan dan kepraktisan oleh validator dan subjek
uji coba dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Analisis Hasil Uji Kevalidan
No. Aspek yang dinilai Skor kevalidan
Kriteria kevalidan
Keterangan
1. Kelayakan Isi 4 Sangat Valid Tidak perlu revisi
2. Kebahasaan 3 Valid Tidak perlu revisi
3. Tampilan 3,49 Valid Tidak perlu revisi
4. Pendekatan saintifik 3,66 Valid Tidak perlu revisi
Secara keseluruhan aspek terhadap LKS yang telah dikembangkan, diperoleh skor
51 | Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti
disimpulkan bahwa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang telah dikembangkan valid dan tidak
perlu revisi. Namun, untuk kesempurnaan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang
dikembangkan, pengembang melakukan revisi berdasarkan saran dan komentar para
validator.
Tabel 4. Analisis Hasil Uji Kepraktisan
No Pertanyaan Rata-rata Skor
Pengisian Angket
1 Jenis dan ukuran huruf mudah dibaca 3,56
2 Bahasa yang digunakan mudah dipahami dan
komunikatif 3
3 Informasi, perintah, dan pertanyaan jelas dan
mudah dipahami 2,89
4 Susunan kegiatan dalam LKS memudahkan Anda untuk memahami konsep pada materi garis singgung lingkaran
3,33
5 Soal latihan yang diberikan sesuai dengan materi
yang sudah dipelajari 3,33
6 Tampilan LKS menarik 3,44
Secara keseluruhan diperoleh skor kepraktisan rata-rata dari sembilan siswa adalah
sebesar 3,26. Hal ini berarti Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang dikembangkan termasuk
dalam kriteria kepraktisan yang tinggi dan tidak perlu revisi. Sehingga dengan demikian
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang dikembangkan praktis dan mudah digunakan dalam
pembelajaran. Namun, untuk menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang
dikembangkan lebih mudah digunakan, pengembang melakukan revisi berdasarkan analisis
hasil pekerjaan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) oleh subyek uji coba.
Meskipun hasilnya pengembangan LKS ini valid dan praktis, namun peneliti tetap
melakukan revisi berdasarkan saran dan komentar dari para validator dan subjek uji coba,
sehingga Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang dihasilkan mendekati kesempuranaan. Revisi
yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan saran dari validator adalah sebagai berikut.
1. Memperbaiki kalimat pada LKS 1 nomor 10
Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti | 52 Gambar 2. LKS 1 Nomor 10 Setelah Revisi
2. Memperbaiki kalimat pada LKS 4 nomor 9
Gambar 3. LKS 4 Nomor 9 Sebelum Revisi
Gambar 4. LKS 4 Nomor 9 Setelah Revisi
3. Melengkapi gambar pada Lembar Kegiatan Siswa (LKS) 2 nomor 11
53 | Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti
Gambar 6. LKS 2 Nomor 11 Setelah Revisi
Sedangkan revisi dari hasil uji coba adalah sebagai memperbaiki kalimat pada LKS
3 nomor 5 langkah ke-6.
Gambar 7. LKS 3 Nomor 5 Sebelum Revisi
Gambar 8. LKS 3 Nomor 5 Setelah Revisi
Berdasarkan hasil yang telah diuraikan di atas, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang
dikembangkan sesuai dengan ciri-ciri pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang mana
dapat memfasilitasi siswa agar memiliki kompetensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan).
Ciri-ciri tersebut diantaranya yaitu:
1. pembelajaran diarahkan untuk mendorong siswa mencari tahu dari berbagai sumber
belajar, dengan melakukan observasi, bukan diberi tahu
2. pembelajaran diarahkan untuk mampu merumuskan masalah (menanya), bukan hanya
menyelesaikan masalah (menjawab)
3. pembelajaran diarahkan untuk melatih berpikir analitis (pengambilan keputusan) bukan
berpikir mekanistis (rutin)
4. pembelajaran menekankan pentingnya Kegiatansama dan kolaborasi dalam
menyelesaikan masalah (Kemendikbud, 2013:203).
Selain itu, melalui lima kegiatan belajar pada Lembar Kegiatan Siswa (LKS), siswa
dapat belajar secara langsung untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan atau yang
Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti | 54 singgung lingkaran secara mandiri. Sehingga Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ini menjadi
solusi dari permasalahan yang telah diuraikan pada pendahuluan.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan
bahwa LKS yang dikembangkan telah memenuhi struktur LKS secara umum, yaitu memuat
judul LKS, petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, dan
tugas-tugas. Berdasarkan hasil analisis peneliti yang meliputi analisis uji kevalidan dan
kepraktisan, maka dapat disimpulkan bahwa LKS yang dikembangkan telah memenuhi
kriteria valid dan praktis. Sehingga LKS yang dikembangkan layak dijadikan alternatif bahan
ajar matematika pada pokok bahasan garis singgung lingkaran.
Kelebihan dari LKS yang dikembangkan adalah (1) melalui lima kegiatan mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan siswa dapat
mengembangkan kreativitas, mengembangkan kemampuan merumuskan pertanyaan untuk
berfikir kritis, mengembangkan sikap teliti dan jujur, meningkatkan kemampuan
berkomunikasi dan menghargai pendapat orang lain; (2) LKS dapat meningkatkan keaktifan
belajar siswa dalam memahami konsep garis singgung lingkaran; (3)LKS diduga dapat
memperdalam dan memperluas pemahaman siswa; (4) LKS memiliki desain menarik.
Sedangkan kekurangan LKS adalah terdapat kesalahan, yaitu kesimpulan yang diberikan
secara tertutup pada LKS diletakkan sebelum siswa melakukan aktivitas mengolah informasi
yaitu pada aktivitas mengumpulkan informasi, sehingga tidak sesuai dengan prosedur
pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, maka saran yang
direkomendasi, yaitu : (1) pengembangan LKS dengan pendekatan saintifik masih mengacu
pada kurikulum 2006, untuk selanjutnya sebaiknya kompetensi yang digunakan mengacu
pada kurikulum 2013, (2) LKS yang dikembangkan dapat memperdalam dan memperluas
pemahaman siswa masih bersifat dugaan dari pengembang, sehingga diharapkan terdapat
pengembangan berikutnya untuk melakukan uji keefektifan pada LKS untuk membuktikan
pernyataan pengembang (3) pokok bahasan pada LKS ini hanya terbatas pada materi garis
singgung lingkaran, diharapkan ada pengembangan LKS yang lebih lanjut pada materi lain,
sehingga memperkaya alternatif guru dan sumber belajar siswa (4) uji coba LKS ini terbatas
pada kelompok kecil dengan sembilan siswa yang terbagi dalam tiga kelompok, sehingga
kemungkinan didapatkan hasil yang berbeda. Oleh karena itu, diharapkan bagi pengembang
yang lain untuk melakukan uji coba LKS yang dikembangkan pada kelompok besar untuk
55 | Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti DAFTAR PUSTAKA
Bintari, N L G R P., Sudiana I N., & Putrayasa I D. 2014. Pembelajaran Bahasa Indonesia Berdasarkan Pendekatan Saintifik (Problem Based Learning) sesuai Kurikulum 2013 di Kleas VII SMP Negeri 2 Amlapura. E-journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia..
Vol(3). Diakses dari
http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_bahasa/article/viewFile/1185/924.
Depdiknas. 2008. Pedoman Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas
Dhani, A & Salmah, U. 2011 The Development of Students Worksheet Using PMRI Approach On Materials Of Rectangle And Square For The VII Grade Students Of Junior High School. Dalam Konferensi Internasional. Diselenggarakan oleh Universitas Sriwijaya, Palembang, 22-23 April 2013. Diakses dari http://eprints.unsri.ac.id/2402/1/P1_Achmad_D_1.pdf.
Dhoruri, A., Rosnawat, R., dan Wijaya, A. M F B. 2011. Developing mathematics-Students Worksheet Based On Realistic Approach For Junior High School In Bilingual Program. Dalam Seminar Internasional dan konferensi nasional pendidikan matematika ke-4 Buliding the Nation Character through Humanistic Mathematics Education. Diselenggarakan oleh Universitas Negeri Yogyakarta, 21-23 July 2011. Diakses dari http://eprints.uny.ac.id/1367/1/P%20-%2050.pdf
Hobri, H. 2010. Metodologi Penelitian Pengembangan. Mangli : Pena Salsabila.
Kemendikbud. 2012. Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemendikbud. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 81A
Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemendikbud. 2013. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun
2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Lestari, I. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi Sesuai dengan Kuriklum Tingkat Satuan Pendidikan. Padang: Akademia Permata.
Noviyanti, S. 2013. Penerapan Pembelajaran Missouri Mathematics Project pada
Pencapaian Kemampuan Komunikasi Lisan Matematis Siswa Kelas VIII. Unnes
Journal of Mathematics Education. 2(2): 48-54. Diakses dari
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/unjme.
Major, T E & Mangope, B. 2012. The Constructivist Theory in Mathematics: The Case of
Botswana Primary Schools. International Review of Social Sciences and
Humanities. 3(2): 139-147. Diakses dari
http://irssh.com/yahoo_site_admin/assets/docs/15_IRSSH-155-V3N2.202200518.pdf.
Maulana, L. 2014. Analisis Penerapan Model Pembelajaran Matematika pada Kurikulum
2013 di SMP Laksamana Martadinata Medan. Diakses dari
http://sumut.kemenag.go.id/.
Paloloang, M F B. 2014. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajarsiswa pada Materi Panjang Garis Singgung Persekutuan Dua Lingkaran di Kelas VIII SMP Negeri 19 Palu. Jurnal Elektronik Pendidikan
Matematika Tadulako. 2(1): 67-77. Diakses dari
Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti | 56 Plomp, T & Nieveen, N. 2010. An Introduction to Educational Design Research. Enschede:
Axis Media-ontwerpers.
Prastowo, A. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: Diva Press.