• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA POKOK BAHASAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN UNTUK SMP KELAS VIII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA POKOK BAHASAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN UNTUK SMP KELAS VIII"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti | 42 PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA POKOK BAHASAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN

UNTUK SMP KELAS VIII

Dwi Hidayanti1, Tri Hapsari Utami2

Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang

dwihidayanti92@gmail.com

Abstrak

Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan untuk membuat pembelajaran menjadi bermakna dan siswa aktif dalam pembelajaran adalah menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). LKS harus disusun agar dapat membantu siswa dalam membangun suatu konsep. Salah satu cara dalam menyusun Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang dapat membantu siswa dalam membangun suatu konsep adalah menggunakan pendekatan saintifik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan pendekatan saintifik pada pokok bahasan garis singgung lingkaran yang valid dan praktis. Model pengembangan yang digunakan dalam menyusun LKS menggunakan model pengembangan Thiagarajan, S., Semmel, D. S. and Semmel M. I. (1974) yang terkenal dengan istilah model 4D. Model pengembangan 4D ini terdiri dari empat tahapan yaitu tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (develop), dan tahap penyebaran (disseminate). Namun pengembang memodifikasi model tersebut menjadi 3D, sehingga tahap penyebaran (disseminate) tidak dilakukan oleh pengembang karena keterbatasan tenaga dan biaya. Berdasarkan analisis pengembangan didapatkan hasil bahwa LKS yang dikembangkan dinyatakan valid yaitu dengan skor 3,54 dan praktis dengan skor 3,26. Meskipun demikian, sebagai penyempurnaan bahan ajar, pengembang tetap melakukan revisi berdasarkan saran dan komentar yang diberikan oleh validator dan subjek ujicoba.

Kata kunci: Lembar Kegiatan Siswa (LKS), Pendekatan Saintifik, Garis Singgung Lingkaran

Abstract

One of the teaching material to make the learning meaningful and also makes student

become to active in the learning is using a student’s worksheet. The students’ worksheet

must be arranged in order to assist students in developing a concept. One of the ways in develop the students’ worksheet use scientific aprroach. The objective of this research was developing student’s worksheet using scientific approach on tangent line of circle with valid and practice criteria. The model of developing this research using the model of Thiagarajan, Semmel, and Semmel (1974) was called 4D. There were four steps of 4D’s model, namely define, design, develop, and disseminate. However, the developer has inadequacy of cost and energy, then the developer modify the model by omitting the last step, that is

disseminate. Therefore the 4D’smodel to be 3D’s model. Based on the expert appraisal and

developmental testing that is analyzed in 4th chapter, we have (1) the score of validation is 3,54, it means valid, (2) the score of practical is 3,26, it means practice. So that, the worksheet is valid and practice. Even though the worksheet is valid and practice, the developer do some revision base on the suggestion of the expert and the subject.

(2)

43 | Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti PENDAHULUAN

Salah satu materi dalam pembelajaran matematika adalah garis singgung lingkaran.

Materi ini sangat penting karena berkaitan dengan materi-materi lain di matermatika dan

kehidupan sehari-hari (Paloloang, 2014). Materi ini dipelajari di tingkat SMP sampai SMA. Di

tingkat SMP, berdasarkan kurikulum KTSP materi ini dipelajari di kelas VIII semester genap.

Pada tingkat SMP pokok bahasan dipelajari dari garis singgung lingkaran ini adalah

pengenalan terhadap garis singgung lingkaran dan menghitung panjang garis singgung

lingkaran. Sedangkan di tingkat SMA lebih mempelajari menentukan persamaan garis

singgungnya.

Namun sayangnya materi ini pada kurikulum 2013 pada tingkat SMP tidak disertakan

dalam kompetensi dasar. Sedangkan di tingkat SMA materi garis singgung ini tetap ada

dalam kompetensi khususnya pada materi lingkaran. Peneliti tidak setuju dengan keputusan

pemerintah pada kurikulum 2013 ini yang tidak menyertakan materi garis singgung lingkaran

di tingkat SMP. Alasannya adalah jika siswa tidak mempelajari materi ini di tingkat SMP,

nantinya siswa akan kesulitan saat memperlajari di tingkat SMA karena siswa belum

mengenal tentang garis singgung lingkaran, sehingga juga akan menyulitkan guru. Oleh

karena itu peneliti tetap ingin meneliti pada materi ini dengan menggunakan kompetensi

dasar pada kurikulum KTSP dan meninjau materi ini dengan kurikulum 2013.

Meskipun materi ini sangat penting, namun masih banyak siswa yang mengalami

kesulitan dalam memahami materi ini (Paloloang, 2014; Noviyanti dkk, 2013). Hal tersebut

juga didukung dengan hasil penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti dengan melakukan

wawancara terhadap delapan siswa SMPN 2 Malang kelas IX yang telah mempelajari materi

garis singgung lingkaran. Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa tujuh siswa

diantaranya mengalami kesulitan saat menyelesaikan soal menentukan panjang segmen

garis singgung lingkaran dan satu siswa tidak mengalami kesulitan. Tujuh siswa tersebut

mengatakan bahwa mereka mengalami kesulitan karena mereka tidak hafal rumus saat

menyelesaikan soal menentukan panjang segmen garis singgung lingkaran. Mereka

mengatakan bahwa mereka tidak mengahafal rumus karena tidak memahami konsep garis

singgung lingkaran. Jadi bisa disimpulkan bahwa tujuh siswa tersebut hanya menghafal

rumus tanpa memahami konsep garis singgung lingkaran, sehingga mereka kesulitan saat

mengerjakan soal menentukan panjang garis singgung lingkaran. Sedangkan satu siswa

diantaranya tidak mengalami kesulitan saat mengerjakan soal menentukan panjang garis

singgung lingkaran, karena siswa tersebut memahami konsep garis singgung lingkaran.

Dari informasi di atas terlihat bahwa masih banyak siswa yang belajar matematika

cenderung menghafalkan rumus dan tidak memahami konsep. Padahal mengerjakan

soal-soal matematika akan lebih mudah jika memahami konsepnya karena siswa akan

memahami permasalahan yang ada dalam soal sehingga mereka mengerti apa yang harus

(3)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti | 44 memahami konsep, siswa akan menyelesaikan soal dengan mudah meskipun ketika

soal-soal yang diberikan nonrutin. Oleh karena itu, hendaknya bahan ajar dan metode

pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran dapat membangun konsep

matematika siswa, sehingga siswa dapat membangun pemahamannya sendiri.

Konstruktivisme merupakan teori belajar yang mendeskripsikan proses

pengkonstruksian pengetahuan (Major & Mangope, 2012). Teori ini merupakan salah satu

teori belajar modern dan salah satu aliran yang berasal dari teori belajar kognitif .

Tokoh-tokoh pendidik penggagas pendekatan konstruktivistik dalam pembelajaran diantaranya

adalah Jean Peaget, Len Vigotsky, John Dewey, dan Maria Montessori (Pribadi, 2009:158).

Dalam perspektif konstruktivisme, pengetahuan dibangun sendiri oleh individu melalui

interaksi dengan lingkungan, sehingga membuat siswa aktif dalam pembelajaran, siswa

cenderung dapat mengontrol konsep matematika dan berpikir matematis. Dengan demikian,

teori konstruktivisme ini dapat diterapkan pada pembelajaran matematika karena siswa akan

aktif membangun konsep secara mandiri.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang menerapkan teori konstruksivisme adalah

pendekatan saintifik. Para ahli meyakini bahwa dengan pendekatan saintifik ini siswa akan

lebih aktif mengonstruk pengetahuan dan keterampilannya, selain itu juga dapat mendorong

siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau

kejadian (Bintari dkk, 2014). Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang digunakan

dalam kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diterapkan sekarang ini

di Indonesia. Pada kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pendagogik modern dalam

pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmia/pendekatan saintifik (Permendikbud,

2013).

Menurut Permendikbud (2013) pada pendekatan ilmiah atau pendekatan saintifik ini

peserta didik akan melakukan lima kegiatan utama dalam pembelajaran, yaitu mengamati,

menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Dengan lima

kegiatan tersebut pembelajaran sudah menyentuh tiga ranah, yaitu : sikap, pengetahuan,

dan keterampilan yang mana hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif,

inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang

terintegrasi (Permendikbud, 2013). Kelima kegiatan utama tersebut diuraikan sebagai

berikut.

a. Mengamati, yakni guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik

untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan

membaca (tanpa atau dengan alat).

b. Menanya, yakni guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk

bertanya informasi yang tidak dipahami dari apa yang sudah diamati atau pertanyaan

(4)

45 | Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti

c. Mengumpulkan informasi, yakni menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai

sumber melalui berbagai cara. Informasi juga dapat dikumpulkan dari kegiatan mengamati

dan menanya.

d. Mengasosiasi, yakni mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil

kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan

mengumpulkan informasi.

e. Mengkomunikasikan, yakni peserta didik menyampaikan hasil pengamatan kesimpulan

berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

Terkait dengan pembelajaran yang menerapkan teori konstruksitfisme, salah satu

bahan ajar yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam memahami dan

membangun konsep adalah dengan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Lembar Kegiatan Siswa

(LKS) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa, LKS ini

dapat berupa petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah terkait

kompetensi dasar yang akan dicapai (Depdiknas, 2008:13). Sedangkan menurut Prastowo

(2012:204), LKS merupakan salah satu bahan ajar cetak yang berisi materi, ringkasan dan

petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik

untuk mencapai kompetensi dasar yang disajikan. Disisi lain menurut Lestari (2013:6) dan

Dhany & Salmah (2013) mengemukakan bahwa LKS lembar kerja siswa merupakan

merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan

dapat materi ajar tersebut secara mandiri. Sejalan dengan Lestari, menurut Dhoruri dkk

(2011) LKS adalah materi pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam

menganalisis dan menyelesaikan masalah secara mandiri, sehingga dengan adanya LKS

dapat meminimalisasi ketergantungan siswa guru dan dapat meningkatkan kebutuhan siswa

terhadap informasi.

Dari beberapa pendapat mengacu pada pendapat yang kemukakan oleh Prastowo

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah bahan ajar cetak berupa lembaran kertas yang berisi

materi, ringkasan, dan petunjuk- petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus

dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai.

Akan tetapi, fokus dari LKS ini bukan pada ringkasan materi, melainkan fokus pada

kegiatan-kegiatan yang harus dikerjakan oleh siswa untuk memahami materi dan membangun

konsep. Namun, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap

sekolah-sekolah SMP yang ada di kota Malang, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang biasa

digunakan dalam pembelajaran kebanyakan adalah dengan jenis Lembar Kegiatan Siswa

(LKS) yang berfungsi sebagai penuntun belajar dan penguatan, yang berisi ringkasan materi

dan soal latihan. LKS ini disusun oleh MGMP kota Malang. Karena LKS yang digunakan

memiliki karakteristik demikian, maka LKS tersebut belum bisa memfasilitasi siswa untuk

(5)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti | 46 Dari beberapa uraian di atas, maka peneliti engembang ingin mengembangkan suatu

bahan ajar berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang valid dan praktis serta dapat

membantu siswa membangun pemahamannya sendiri tentang konsep materi garis singgung

lingkaran. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) tersebut disusun sesuai dengan pendekatan

saintifik yang sesuai dengan pembelajaran pada kurikulum 2013. Meskipun pada kurikulum

2013 materi ini tidak ada, namun tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan kurikulum

yang berlaku di Indonesia karena kurikulum di Indonesia terus berkembang. Selain itu LKS

yang akan dihasilkan nanti juga masih dapat memberikan kontribusi pada pembelajaran

yang masih menerapkan kurikulum KTSP karena masih banyak sekolah di Indonesia yang

masih menerapkan kurikulum KTSP.

Berdasarkan uraian tersebut, maka susunan LKS dengan pendekatan saintifik ini

disusun sesuai dengan lima langkah-langkah kegiatan pada pendekatan saintifik, yakni

mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dna mengkomunikasikan.

Selain itu pada isi LKS nanti dirancang untuk dapat diterapkan pada pembelajaran dengan

model discovery learning. Hal tersebut dikarenakan menurut Permendikbud Nomor 65 Tahun

2013 tentang Standar Proses, model pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi

Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran Inkuiri (Inquiry Based Learning), model

pembelajaran Discovery (Discovery Learning), model pembelajaran berbasis projek (Project

Based Learning), dan model pembelajaran berbasis permasalahan (Problem Based

Learning). Oleh karena itu, peneliti memilih model pembelajaran Discovery sebagai acuan

peneliti dalam mengembangkan LKS.

Model pembelajaran penemuan terbimbing (Discovery Learning) adalah proses

belajar yang di dalamnya tidak disajikan suatu konsep dalam bentuk jadi (final), tetapi siswa

dituntut untuk mengorganisasi sendiri cara belajarnya dalam menemukan konsep (Maulana,

2014). Langkah-langkah dari pembelajaran ini adalah memberi stimulus, mengidentifikasi

masalah, mengumpulkan data, mengolah data, memferifikasi, dan menyimpulkan. Melalui

lima kegiatan utama pada pendekatan saintifik tersebut dirancang untuk melakukan

langkah-langkah kegiatan pada pembelajaran dengan model pembelajaran penemuan terbimbing,

sehingga siswa dapat menemukan dan membangun konsep dengan mandiri.

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan pendekatan saintifik ini diharapkan dapat

menjadi pilihan alternatif para pendidik sebagai bahan ajar pada materi garis singgung

lingkaran, dapat memfasilitasi siswa untuk belajar secara langsung dalam mendapatkan

pengetahuan dan keterampilan pada materi garis singgung lingkaran melalui kegiatan

mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan

mengkomunikasikan. Dengan demikian diharapkan siswa bisa aktif dalam membangun

(6)

47 | Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang produknya berupa Lembar

Kegiatan Siswa (LKS) dengan pendekatan saintifik pada pokok bahasan garis singgung

lingkaran. Model pengembangan yang digunakan dalam penggembangan Lembar Kegiatan

Siswa (LKS) ini adalah model pengembangan Thiagarajan., Semmel and Semmel (1974)

yang terkenal dengan istilah model 4D. Model pengembangan 4D ini terdiri dari empat

tahapan yaitu tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap

pengembangan (develop), dan tahap penyebaran (disseminate) (Hobri, 2010:12). Namun

pengembang memodifikasi model tersebut menjadi 3D, sehingga tahap penyebaran

(disseminate) tidak dilakukan oleh pengembang karena keterbatasan tenaga dan biaya.

Pada tahap define, peneliti melakukan kegiatan yang meliputi: (a) analisis awal dan

akhir dengan tujuan untuk menetapkan masalah dasar yang diperlukan dalam

pengembangan; (b) analisis pebelajar/siswa, yaitu menelaah karakteristik siswa; (c) analisis

konsep, yaitu untuk mengidentifikasi, merinci dan menyusun secara sistematis

konsep-konsep yang relevan yang akan diajarkan berdasarkan analisis awal-akhir; (d) analisis tugas,

yaitu pengidentifikasian keterampilan-keterampilan utama yang diperlukan dalam

pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum; (e) spesifiksi tujuan pembelajaran, yaitu untuk

mengkonversi tujuan dari analisis tugas dan analisis konsep menjadi tujuan pembelajaran

khusus, yang dinyatakan dengan tingkah laku.

Pada tahap design, peneliti melakukan kegiatan yang meliputi: (a) pemilihan media,

yaitu untuk menentukan media yang tepat untuk menyajikan materi pembelajaran; (b)

pemilihan format, yaitu untuk merancang isi, pemilihan strategi pembelajaran, dan sumber

belajar; (c) perancangan awal, yaitu untuk merancang seluruh kegiatan yang harus dilakukan

sebelum uji coba dilaksanakan. Sedangkan pada tahap develop peneliti melakukan kegiatan

yang meliputi: (a) Uji coba lapangan sebelum penilaian para ahli, yaitu untuk memperoleh

masukan langsung dari lapangan terhadap bahasa yang digunakan dalam Lembar Kegiatan

Siswa (LKS) dan isi dari Lembar Kegiatan Siswa (LKS); (b) penilaian para ahli, yaiut untuk

memvalidasi LKS; (c) uji coba lapangan, yaitu untuk memperoleh masukan langsung dari

lapangan terhadap perangkat pembelajaran yang telah direvisi dari para ahli.

Pada pengembangan ini, produk yang telah dikembangkan oleh pengembang akan

diuji tingkat kevalidan dan kepraktisan., sehingga instrumen yang digunakna adalah lembar

validasi LKS dan angket respon siswa. Menurut Nieven (1999) dalam Plomp (2010) kriteria

umum dari produk yang dihasilkan berkualitas apabila memenuhi kriteria efektif, praktis, dan

efektif. Namun karena keterbatasan peneliti akan tenaga dan waktu maka peneliti hanya

ingin memenuhi kriteria valid dan praktis. Uji kevalidan dilakukan bertujuan untuk menilai

kesesuaian produk yang dikembangkan dengan kriteria Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan

sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Uji kepraktisan dilakukan

(7)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti | 48 Uji kevalidan menggunakan lembar validasi dan dilakukan oleh satu dosen matematika dan

dua guru matematika yang telah berpengalaman minimal lima tahun. Pada uji kepraktisan

menggunakan angket respon siswa yang telah diplilih sebagai subjek uji coba yaitu sembilan

siswa SMPN 2 Malang kelas VIII yang belum menempuh materi garis singgung lingkaran.

Lembar validasi dianalisis dengan menggunakan teknik analisis nilai rata-rata yang

diadaptasi dari Hobri dan dimodifikasi berdasarkan skala yang digunakan oleh pengembang.

Data yang digunakan dalam validasi LKS berupa data kuantitatif dengan 4 skala, yaitu skala

1 : tidak setuju, skala 2 : kurang setuju, skala 3 : setuju, dan skala 4 : sangat setuju. Untuk

mengetahui nilai rata-rata total aspek penilaian kevalidan LKS , pengembang mengadaptasi

dari Hobri (2010:52) dan dimodifikasi menjadi beberapa langkah, diantaranya yaitu

1. melakukan rekapitulasi data penilaian kevalidan model ke dalam tabel yang meliputi:

indikator (Ii), aspek ( ), dan nilai kevalidan (Va )

2. menentukan rata-rata nilai hasil validasi semua validator untuk setiap indikator dengan

rumus

dengan adalah data nilai vakidator ke-j terhadap indikator ke-i, n adalah banyaknya

validator. Hasil yang diperoleh kemudian ditulis pada kolom dalam tabel yang sesuai

3. menentukan rerata nilai untuk setiap aspek dengan rumus

dengan adalah rerata nilai untuk aspek ke-i, adalah rerata untuk aspek ke-j, m

adalah banyaknya indikator dalam aspek ke-i.Hasil yang diperoleh kemudian ditulis

pada kolom tabel yang sesuai

4. nilai kevalidan atau niai rerata total dari rerata nilai

dengan adalah nilai rerata total untuk semua aspek , adalah rerata nilai untuk

aspek ke-i, n adalah banyaknya aspek. Hasil yang diperoleh kemudian ditulis pada

kolom dalam tabel yang sesuai

Selanjutnya nilai atau nilai rata-rata total ini dirujuk pada interval penentuan

(8)

49 | Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti

Tabel 1. Kriteria Penilaian Hasil Validasi

Interval Kriteria Kevalidan Keterangan tidak valid revisi total

kurang valid revisi sebagian

cukup valid revisi sebagian

valid tidak perlu revisi

sangat valid tidak perlu revisi (Diadaptasi dengan dimodifikasi dari Hobri, 2010:53)

Keterangan : adalah nilai penentuan tingkat kevalidan LKS

Angket siswa juga dianalisis dengan menggunakan teknik analisis nilai rata-rata yang

diadaptasi dari Hobri dan dimodifikasi berdasarkan skala yang digunakan oleh pengembang.

Data yang digunakan dalam penilaian kepraktisan LKS ini berupa data kuantitatif dengan 4

skala, yaitu skala 1 : tidak setuju, skala 2 : kurang setuju, skala 3 : setuju, dan skala 4 :

sangat setuju.

Untuk mengetahui nilai rata-rata total aspek penilaian kepraktisan LKS pengembang

juga mengadaptasi dari Hobri (2010:54) dan memodifikasinya menjadi beberapa langkah

yaitu:

1. melakukan rekapitulasi data penilaian kevalidan model ke dalam tabel yang meliputi:

indikator (Ii), dan nilai S

2. menentukan rata-rata nilai dari semua subyek uji coba untuk setiap indikator dengan

rumus

dengan adalah nilai dari responden ke-j terhadap indikator ke-i, dan n adalah

banyaknya subyek uji coba

3. menetukan nilai rata-rata kepraktisan ( ) dengan rumus

dengan adalah rata-rata indikator ke-i dan m adalah banyaknya indikator.

Selanjutnya nilai atau nilai rata-rata total ini dirujuk pada interval penentuan tingkat

(9)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti | 50 Tabel 2. Kriteria Penilaian Hasil Kepraktisan

Interval Kriteria Kepraktisan Keterangan Sangat rendah revisi total

rendah revisi sebagian

sedang revisi sebagian

tinggi tidak perlu revisi

sangat tinggi tidak perlu revisi (Diadaptasi dengan dimodifikasi dari Hobri, 2010:54)

Keterangan : adalah nilai penentuan tingkat kepraktisan LKS

Revisi dilakukan jika hasil skor validasi belum memenuhi kriteria kevalidan. Revisi

juga dilakukan berdasarkan saran dan komentar dari para validator dan subjek uji coba,

sehingga Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang dihasilkan mendekati kesempuranaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yaitu LKS yang memuat

halaman identitas (memuat judul LKS dan satuan pendidikan), halaman orientasi (memuat

standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran), mari mengingat

(materi prasyarat), LKS utama (memuat LKS 1, LKS 2, LKS 3, LKS 4 dengan pendekatan

saintifik), latihan (memuat empat soal untuk memantapkan pemahaman materi yang dibahas

dalam kompetensi), dan daftar pustaka. Pada bagian “Mari mengingat” siswa diingatkan

kembali materi tentang kedudukan antar garis, garis sumbu, Phytagoras, kelilling lingkaran,

dan panjang busur lingkaran. Sedangkan pada LKS utama siswa akan membangun konsep

mengenai: (1) pada LKS 1, menentukan garis singgung lingkaran beserta sifat-sifatnya, (2)

pada LKS 2, menghitung panjang segmen garis singgung lingkaran, (3)pada LKS 3,

menghitung panjang segmen garis singgung persekutuan luar dari dua lingkaran, (4) pada

LKS 4, menghitung panjang segmen garis singgung persekutuan dalam dari dua lingkaran.

Pada LKS utama ini siswa akan melakukan lima kegiatan utama, yaitu mengamati,

menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.

Berikut disajikan hasil analisis uji kevalidan dan kepraktisan oleh validator dan subjek

uji coba dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Analisis Hasil Uji Kevalidan

No. Aspek yang dinilai Skor kevalidan

Kriteria kevalidan

Keterangan

1. Kelayakan Isi 4 Sangat Valid Tidak perlu revisi

2. Kebahasaan 3 Valid Tidak perlu revisi

3. Tampilan 3,49 Valid Tidak perlu revisi

4. Pendekatan saintifik 3,66 Valid Tidak perlu revisi

Secara keseluruhan aspek terhadap LKS yang telah dikembangkan, diperoleh skor

(10)

51 | Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti

disimpulkan bahwa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang telah dikembangkan valid dan tidak

perlu revisi. Namun, untuk kesempurnaan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang

dikembangkan, pengembang melakukan revisi berdasarkan saran dan komentar para

validator.

Tabel 4. Analisis Hasil Uji Kepraktisan

No Pertanyaan Rata-rata Skor

Pengisian Angket

1 Jenis dan ukuran huruf mudah dibaca 3,56

2 Bahasa yang digunakan mudah dipahami dan

komunikatif 3

3 Informasi, perintah, dan pertanyaan jelas dan

mudah dipahami 2,89

4 Susunan kegiatan dalam LKS memudahkan Anda untuk memahami konsep pada materi garis singgung lingkaran

3,33

5 Soal latihan yang diberikan sesuai dengan materi

yang sudah dipelajari 3,33

6 Tampilan LKS menarik 3,44

Secara keseluruhan diperoleh skor kepraktisan rata-rata dari sembilan siswa adalah

sebesar 3,26. Hal ini berarti Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang dikembangkan termasuk

dalam kriteria kepraktisan yang tinggi dan tidak perlu revisi. Sehingga dengan demikian

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang dikembangkan praktis dan mudah digunakan dalam

pembelajaran. Namun, untuk menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang

dikembangkan lebih mudah digunakan, pengembang melakukan revisi berdasarkan analisis

hasil pekerjaan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) oleh subyek uji coba.

Meskipun hasilnya pengembangan LKS ini valid dan praktis, namun peneliti tetap

melakukan revisi berdasarkan saran dan komentar dari para validator dan subjek uji coba,

sehingga Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang dihasilkan mendekati kesempuranaan. Revisi

yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan saran dari validator adalah sebagai berikut.

1. Memperbaiki kalimat pada LKS 1 nomor 10

(11)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti | 52 Gambar 2. LKS 1 Nomor 10 Setelah Revisi

2. Memperbaiki kalimat pada LKS 4 nomor 9

Gambar 3. LKS 4 Nomor 9 Sebelum Revisi

Gambar 4. LKS 4 Nomor 9 Setelah Revisi

3. Melengkapi gambar pada Lembar Kegiatan Siswa (LKS) 2 nomor 11

(12)

53 | Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti

Gambar 6. LKS 2 Nomor 11 Setelah Revisi

Sedangkan revisi dari hasil uji coba adalah sebagai memperbaiki kalimat pada LKS

3 nomor 5 langkah ke-6.

Gambar 7. LKS 3 Nomor 5 Sebelum Revisi

Gambar 8. LKS 3 Nomor 5 Setelah Revisi

Berdasarkan hasil yang telah diuraikan di atas, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang

dikembangkan sesuai dengan ciri-ciri pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang mana

dapat memfasilitasi siswa agar memiliki kompetensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan).

Ciri-ciri tersebut diantaranya yaitu:

1. pembelajaran diarahkan untuk mendorong siswa mencari tahu dari berbagai sumber

belajar, dengan melakukan observasi, bukan diberi tahu

2. pembelajaran diarahkan untuk mampu merumuskan masalah (menanya), bukan hanya

menyelesaikan masalah (menjawab)

3. pembelajaran diarahkan untuk melatih berpikir analitis (pengambilan keputusan) bukan

berpikir mekanistis (rutin)

4. pembelajaran menekankan pentingnya Kegiatansama dan kolaborasi dalam

menyelesaikan masalah (Kemendikbud, 2013:203).

Selain itu, melalui lima kegiatan belajar pada Lembar Kegiatan Siswa (LKS), siswa

dapat belajar secara langsung untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan atau yang

(13)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti | 54 singgung lingkaran secara mandiri. Sehingga Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ini menjadi

solusi dari permasalahan yang telah diuraikan pada pendahuluan.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan

bahwa LKS yang dikembangkan telah memenuhi struktur LKS secara umum, yaitu memuat

judul LKS, petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, dan

tugas-tugas. Berdasarkan hasil analisis peneliti yang meliputi analisis uji kevalidan dan

kepraktisan, maka dapat disimpulkan bahwa LKS yang dikembangkan telah memenuhi

kriteria valid dan praktis. Sehingga LKS yang dikembangkan layak dijadikan alternatif bahan

ajar matematika pada pokok bahasan garis singgung lingkaran.

Kelebihan dari LKS yang dikembangkan adalah (1) melalui lima kegiatan mengamati,

menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan siswa dapat

mengembangkan kreativitas, mengembangkan kemampuan merumuskan pertanyaan untuk

berfikir kritis, mengembangkan sikap teliti dan jujur, meningkatkan kemampuan

berkomunikasi dan menghargai pendapat orang lain; (2) LKS dapat meningkatkan keaktifan

belajar siswa dalam memahami konsep garis singgung lingkaran; (3)LKS diduga dapat

memperdalam dan memperluas pemahaman siswa; (4) LKS memiliki desain menarik.

Sedangkan kekurangan LKS adalah terdapat kesalahan, yaitu kesimpulan yang diberikan

secara tertutup pada LKS diletakkan sebelum siswa melakukan aktivitas mengolah informasi

yaitu pada aktivitas mengumpulkan informasi, sehingga tidak sesuai dengan prosedur

pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, maka saran yang

direkomendasi, yaitu : (1) pengembangan LKS dengan pendekatan saintifik masih mengacu

pada kurikulum 2006, untuk selanjutnya sebaiknya kompetensi yang digunakan mengacu

pada kurikulum 2013, (2) LKS yang dikembangkan dapat memperdalam dan memperluas

pemahaman siswa masih bersifat dugaan dari pengembang, sehingga diharapkan terdapat

pengembangan berikutnya untuk melakukan uji keefektifan pada LKS untuk membuktikan

pernyataan pengembang (3) pokok bahasan pada LKS ini hanya terbatas pada materi garis

singgung lingkaran, diharapkan ada pengembangan LKS yang lebih lanjut pada materi lain,

sehingga memperkaya alternatif guru dan sumber belajar siswa (4) uji coba LKS ini terbatas

pada kelompok kecil dengan sembilan siswa yang terbagi dalam tiga kelompok, sehingga

kemungkinan didapatkan hasil yang berbeda. Oleh karena itu, diharapkan bagi pengembang

yang lain untuk melakukan uji coba LKS yang dikembangkan pada kelompok besar untuk

(14)

55 | Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti DAFTAR PUSTAKA

Bintari, N L G R P., Sudiana I N., & Putrayasa I D. 2014. Pembelajaran Bahasa Indonesia Berdasarkan Pendekatan Saintifik (Problem Based Learning) sesuai Kurikulum 2013 di Kleas VII SMP Negeri 2 Amlapura. E-journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia..

Vol(3). Diakses dari

http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_bahasa/article/viewFile/1185/924.

Depdiknas. 2008. Pedoman Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas

Dhani, A & Salmah, U. 2011 The Development of Students Worksheet Using PMRI Approach On Materials Of Rectangle And Square For The VII Grade Students Of Junior High School. Dalam Konferensi Internasional. Diselenggarakan oleh Universitas Sriwijaya, Palembang, 22-23 April 2013. Diakses dari http://eprints.unsri.ac.id/2402/1/P1_Achmad_D_1.pdf.

Dhoruri, A., Rosnawat, R., dan Wijaya, A. M F B. 2011. Developing mathematics-Students Worksheet Based On Realistic Approach For Junior High School In Bilingual Program. Dalam Seminar Internasional dan konferensi nasional pendidikan matematika ke-4 Buliding the Nation Character through Humanistic Mathematics Education. Diselenggarakan oleh Universitas Negeri Yogyakarta, 21-23 July 2011. Diakses dari http://eprints.uny.ac.id/1367/1/P%20-%2050.pdf

Hobri, H. 2010. Metodologi Penelitian Pengembangan. Mangli : Pena Salsabila.

Kemendikbud. 2012. Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemendikbud. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 81A

Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran.

Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemendikbud. 2013. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun

2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Lestari, I. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi Sesuai dengan Kuriklum Tingkat Satuan Pendidikan. Padang: Akademia Permata.

Noviyanti, S. 2013. Penerapan Pembelajaran Missouri Mathematics Project pada

Pencapaian Kemampuan Komunikasi Lisan Matematis Siswa Kelas VIII. Unnes

Journal of Mathematics Education. 2(2): 48-54. Diakses dari

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/unjme.

Major, T E & Mangope, B. 2012. The Constructivist Theory in Mathematics: The Case of

Botswana Primary Schools. International Review of Social Sciences and

Humanities. 3(2): 139-147. Diakses dari

http://irssh.com/yahoo_site_admin/assets/docs/15_IRSSH-155-V3N2.202200518.pdf.

Maulana, L. 2014. Analisis Penerapan Model Pembelajaran Matematika pada Kurikulum

2013 di SMP Laksamana Martadinata Medan. Diakses dari

http://sumut.kemenag.go.id/.

Paloloang, M F B. 2014. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajarsiswa pada Materi Panjang Garis Singgung Persekutuan Dua Lingkaran di Kelas VIII SMP Negeri 19 Palu. Jurnal Elektronik Pendidikan

Matematika Tadulako. 2(1): 67-77. Diakses dari

(15)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti | 56 Plomp, T & Nieveen, N. 2010. An Introduction to Educational Design Research. Enschede:

Axis Media-ontwerpers.

Prastowo, A. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: Diva Press.

Gambar

Tabel 1. Kriteria Penilaian Hasil Validasi
Tabel 4. Analisis Hasil Uji Kepraktisan
Gambar 2. LKS 1 Nomor 10 Setelah Revisi
Gambar 7. LKS 3 Nomor 5 Sebelum Revisi

Referensi

Dokumen terkait

ƒ Minggu 2: asist ensi dengan asist en unt uk m em verifikasi program NC ( perlu m em baw a disket pr ogram NC dan disket gam bar solid). Jadwal asist ensi akan dium

HUBUNGAN KOLEKSI TERCETAK PERPUSTAKAAN DENGAN KEPUASAN PEMUSTAKA DI SMA NEGERI 4 BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Selain itu berdasarkan tabel 5 uji beda post test pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol menunjukkan nilai sig 0,002 yang artinya bahwa ada perbedaan

Menurut Acep (2011:4), asset (Aset) adalah barang, yang dalam pengertian hukum disebut benda, yang terdiri dari benda tidak bergerak dan benda bergerak, baik yang berwujud

Penanganan autis secara linguistik klinis akan memberikan pemahaman baru bagi para pengajar di lembaga pendidikan khusus autis tentang bagaimana seharusnya

[r]

bahwa dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik, guna optimalisasi pelayanan

dari pihak luar. 4) kemiskinan struktural: situasi miskin yang disebabkan karena rendahnya akses terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial