• Tidak ada hasil yang ditemukan

ETIKA KOMUNIKASI POLITIK KAJIAN HADIS TE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ETIKA KOMUNIKASI POLITIK KAJIAN HADIS TE"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah

Disampaikan dalam Seminar Kelas Mata Kuliah Hadis Maud}u>’i< Semester I (S3) Tahun Akademik

Oleh:

---

NIM:---Dosen Pemandu;

---

(2)

2016 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini seiring dengan datangnya reformasi pada pertengahan tahun 1998, Indonesia memasuki masa transisi dari era otoritarian ke era demokrasi, pada masa transisi itu dilakukan, transisi yang fundamental dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk membangun tatangan kehidupan politik baru yang demokratis. Namun dalam perjalanannya tatanan kehidupan politik yang demokratis ini, lambat laun tergerus karna sebab pribadi dan kelompok.

Ini dapat saja dilihat bagaimana saat ini para elit bekuasa lebih mudah menghalalkan segala cara apapun untuk mewujudkan kepentingannya. Mereka sudah tidak lagi mengindahkan nilai-nilai etik dan moralitas berpolitik dalam kehidupan berbagsa dan bernegarah.

Kurangnya etika berpolitik untuk sering kita jumpai merupakan akibat dari ketiadaan kepentingan politik yang memadai. Bangsa tidak banyak mempunyai guru politik yang baik, yang dapat mengajarkan bagaimana berpolitik tak hanya memperebutkan kekuasaan. Namun dengan penghayatan etika serta moral, politik yang mengedepankan teke and give

(3)

mampu meyuarakan kepentingan rakyat namun juga menghasilkan orang-orang yang cenderung otoriter termasuk politik kekerasan yang semakin berkembang karena pelaku politik dipandu oleh nilai-nilai emosi. Oleh sebab itu, sangat perlunya edukasi tentang etika komunikasi politik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis membuat dalam sub-sub masalah, sebagai berikut:

1. Apa Pengertian Etika Komunikasi Politik?

2. Bagaimana Kualitas Hadis tentang Amar Makruf Nahi Mungkar?

(4)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika Komunikasi Politik

1. Pengertian Etika

Istilah etika, berasal dari bahasa Yunani kuno. Dalam bentuk tunggal, kata Yunani ethos mempunyai banyak arti, yakni: tempat tinggal yang biasa; padang rumput, kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Arti terakhir inilah, yang menjadi latar belakang terbentuknya istilah ‘etika’, yang oleh Aristoteles (384-322 SM) – filosof besar Yunani – sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Dari arti etimologis etika di atas, maka etika dapat diartikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.1

Adapun kata yang dekat maknanya dengan etika adalah ‘moral’. Kata moral berasal dari bahasa Latin mos (jamak: mores), yang dapat berarti kebiasaan atau adat. Sehingga kedua kata tersebut, secara etimologis, mempunyai arti yang sama, yakni adat kebiasaan. Hanya saja, asal usul kedua kata tersebut berbeda. Kata etika berasal dari bahasa Yunani, sedang kata moral berasal dari bahasa Latin.2

Sedangkan secara terminologis – sebagaimana diungkapkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia – kata etika dapat dibedakan

(5)

menjadi tiga arti, yaitu: 1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak); 2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; 3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan dan masyarakat.3

Sejalan dengan statemen di atas, John L. Esposito mengungkapkan, bahwa term ethic (etika) merupakan studi yang berkaitan dengan practical justification. Focus etika adalah mengabstraksikan dan mengevaluasi reason personal atau kelompok tertentu, yang memberikan judgment kepada mereka, tentang benar-salah, atau baik-buruk, yang biasanya berkaitan dengan perbuatan manusia (human act), sikap (attitudes) dan kepercayaan (belief) mereka.4

Kemudian kata moral, secara terminologis, menurut Bertens, sama dengan etika – meskipun mempunyai arti lain – yaitu: nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.5

Namun ada juga yang membedakan kedua istilah tersebut (etika dan moral). Moral selalu dikaitkan dengan kewajiban khusus, dihubungkan dengan norma sebagai cara bertindak yang berupa tuntutan, baik bersifat relatif maupun mutlak. Moral merupakan

3K. Bertens, Etika, h. 5-6; Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar bahasa Indonesia (Cet. I; Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 237.

4John L Esposito (Ed), The Oxford Encyclopedia of The Modern Islamic World, vol. 1 (New York: Oxford University Press, 1995), h. 442.

(6)

wacana normatif dan imperatif yang diungkapkan dalam kerangka yang baik dan yang buruk, yang dianggap sebagai nilai mutlak atau transenden, yakni seluruh kewajiban-kewajiban kita. Sehingga kata moral mengacu pada baik-buruknya manusia, yang berkaitan dengan tindakan, sikap, cara mengungkapkannya. Moral ingin menjawab “apa yang harus saya lakukan?”. Jadi, konsep moral mengandung dua makna. Pertama, keseluruhan aturan dan norma yang berlaku, yang diterima oleh masyarakat tertentu sebagai arah atau pegangan dalam bertindak, dan diungkapkan dalam kerangka yang baik dan yang buruk. Kedua, disiplin filsafat yang merefleksikan aturan-aturan tersebut, dalam rangka mencari pendasaran dan tujuan atau finalitasnya. Arti ke dua inilah yang lebih dekat dengan konsep etika.6

Sedangkan etika, biasanya dipahami sebagai refleksi filosofis tentang moral. Etika lebih merupakan wacana normatif, tetapi tidak selalu imperatif, karena juga bisa hipotesis, yang membicarakan pertentangan antara yang baik dan yang buruk, yang dianggap sebagai nilai relatif. Etika ingin menjawab pertanyaan “bagaimana hidup yang baik?”. Sehingga etika lebih dipandang sebagai seni hidup yang mengarah kepada kebahagiaan dan puncaknya adalah kebijakan.7

2. Pengertian Komunikasi

6Haryatmoko, Etika Politik dan Kekerasan (Cet. II; Jakarta: Kompas, 2004), h. 187.

(7)

Istilah komunikasi sudah sangat akrab di telinga, namun membuat definisi mengenai komunikasi ternyata tidak semudah yang diperkirakan. Stephen Littlejohn mengatakan: Communication is difficult to define. The word is abstract and, like most terms,

process numerous meanings (Komunikasi sulit untuk didefinisikan. Kata “komunikasi” bersifat abstrak, seperti kebanyakan istilah, memiliki banyak arti).8

Frank Dance (1970) melakukan terobosan penting dalam upayanya memberikan klarifikasi terhadap pengertian komunikasi. Ia mengklasifikasikan teori kominikasi yang banya itu berdasarkan sifat-sifatnya. Dance mengajukan sejumlah elemen dasar yang digunakan untuk membedakan komunikasi. Ia menemukan tiga hal yang disebut dengan “diferensiasi konseptual kritis” (critical conceptual differentiation) yang membentuk dimensi dasar teori komunikasi yang teridiri atas:9

a. Dimensi level observasi (level of observation)

Menurut beberapa definisi mengenai komunikasi sangat luas (inclusive) sementara devinis lainnya bersigat terbatas. Misalnya, definisi komunikasi yang menyatakan komunikasi adalah the process that links discontinuous parts of the living world to one

another (proses yang berhubungan dengan bagian-bagian yang terputus dari yang hidup satu sama lainnya) dinilai sebagai definisi

8Morissan, Teori Komunikasi; Individu Hingga Massa (Cet. II; Jakarta: Kencana, 2014), h. 8.

(8)

yang terlalu umum atau luas. Sebaliknya definisi yang menyatakan,

communication as the means of sending military messages, order

etc, as by telephone, telegraph, radio and couriers (komikasi adalah alat untuk mengirim pesan militer, perintah dan sebagainya, melalui telepon, telegraf, radio, dan kurir) sebagai terlalu sempit. b. Dimensi kesengajaan (intentionality)

Contoh definisi yang memasukkan faktor kesengajaan atau maksud tertentu misalnya: komunikasi adalah those situations is which a sourse transmits a massage to a receiver with conscious

intent to affect the latter’s behaviors (situasi di mana smber mengirimkan pesan kepada penerima dengan sengaja untuk mempengaruhi tingkah laku penerima). Adapun definisi yang tidak memerlukan kesengajaan atau maksud tertentu misalnya: it is a process that makes common to two or several tha was the

monopoly of one or some (komunikasi adalah proses yang membuat dua atau beberapa orang memahami apa yang menjadi monopoli satu atau beberapa orang lainnya).

c. Dimensi penilaian normatif (normative judgement)

(9)

atau gagasan itu selalu berhasil dipertukarkan. Definisi lainnya, sebalinya, tidak menilai apakah hasil komunikasi itu akan berhasil atau tidak. Misalnya communication is the transmission of information. Di sini terjadi pengiriman informasi, namun pengiriman itu tidak harus berhasil (diterima atau dipahami).

3. Pengertian Politik

Istilah politik biasa menunjukkan pada masyarakat secara keseluruhan. Sebuah keputusan dianggap bersifat politis, apabila keputusan tersebut diambil dengan memperhatikan kepentingan masyarakat keseluruhan. Suatu tindakan disebut politis, apabila menyangkut masyarakat secara keseluruhan. Politisi adalah seseorang yang mempunyai profesi mengenai masyarakat sebagai keseluruhan.10

Sedangkan dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, kata politik diartikan sebagai berikut ; 1) (ilmu) pengetahuan tentang ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti sistem pemerintah, dasar-dasar pemerintah); 2) segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain; dalam dan luar negeri. Kedua negara itu bekerja sama di bidang ekonomi dan kebudayaan, partai atau organisasi; 3) kebijakan; cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani masalah).11

(10)

Dalam bahasa arab, kata politik biasa disebut dengan al-siya>sah. Al-siya>sah merupakan bentuk mas}dar dari kata kerja

sa>sa-yasu>su, yang pelakunya disebut sa>’is. Secara etimologis, kata al-siya>sah dapat berarti mengatur, mengurus, dan memerintah.12 Siya>sah juga bisa berarti pemerintahan dan politik

atau membuat kebijaksanaan.13

Secara terminologis, siya>sah adalah mengatur atau memimpin sesuatu dengan cara yang membawa kemaslahatan;14

atau membuat kemaslahatan manusia dengan membimbing mereka ke jalan yang menyelamatkan. Siya>sah adalah ilmu pemerintahan untuk mengendalikan tugas dalam negeri dan luar negeri, yaitu politik dalam negeri dan politik luar negeri serta kemasyarakatan, yakni mengatur kehidupan umum berdasarkan keadilan dan istiqamah.15 Atau mudahnya, siya>sah artinya

kewajiban menangani sesuatu yang mendatangkan kemaslahatan; mengatur dan menangani urusan rakyat dan mendatangkan kemaslahatan bagi mereka.16

11Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar bahasa Indonesia, h. 694.

12Jama>l al-Di>n Muh}ammad Ibn Mukarram al-Ans}a>ri> Ibn Manz}u>r, Lisa>n al-‘Arab, juz 6 (Bairut: Da>r al-Masyriq, 1968) h. 108; Luwi>s Ma‘lu>f, Al-Munji>d fi> al-Lugah wa al-A‘lam (Bairut: Da>r al-Masyriq, 1986), h. 362.

13Abd Wahha>b Khalla>f, Al-Siya>sah Syar‘iyyah (Kairo: Da>r al-Ansha>r, 1977), h. 4.

14Ibn Manz}u>r, Lisa>n al-‘Arab, h. 108.

(11)

Dari berbagai definisi etika, komunikasi dan politik yang telah penulis jelaskan di atas, maka dapat dikatakan, bahwa etika komunikasi politik artinya kumpulan nilai yang berkenaan dengan akhlak dalam proses komunikasi untuk mengatur atau memimpin sesuatu dengan cara yang santun dan membawa kemaslahatan. Dan etika komunikasi politik itu merupakan filsafat moral tentang dimensi politis kehidupan manusia.

Dalam masyarakat, fungsi etika komunikasi politik terbatas pada penyediaan alat-alat teoritis untuk mempertanyakan dan menjelaskan legitimasi politik secara bertanggung jawab; tidak berdasarkan emosi, prasangka, dan apriori, tetapi secara rasional, obyektif, dan argumentatif.

Manfaat etika komunikasi politik tidaklah bersifat praktis. Ia tidak bertugas mengkhutbahi para politisi atau untuk langsung mempertanyakan legitimasi moral berbagai keputusan. Tetapi, etika komunikasi politik menuntut agar segala klaim atas hak untuk menata masyarakat dipertanggungjawabkan pada prinsip-prinsip moral dasar. Etika komunikasi politik dapat memberikan patokan-patokan orientasi dan pegangan normative bagi mereka yang memang mau menilai kualitas tatanan dan kehidupan politik dengan tolok ukur martabat manusia.

(12)

Etika komunikasi politik tidak hanya menyangkut masalah perilaku politikus, tetapi juga berhubungan dengan praktik institusi sosial, hukum, komunitas, struktur-struktur sosial, politik, ekonomi. Karena, perilaku politikus hanya salah satu dimensi etika politik. Sebuah kehendak yang baik, perlu didukung institusi yang adil. Dan kehendak baik berfungsi mempertajam makna tanggung jawab, sedangkan institusi (hukum, aturan, kebiasaan, lembaga sosial) berperan mengorganisir tanggung jawab.

Atau dengan kata lain, etika komunikasi politik mengandung aspek individu dan aspek sosial. Satu sisi, etika komunikasi politik adalah etika individu dan etika sosial sekaligus. Disebut etika individu, karena ia membahas masalah kualitas moral pelaku; dan disebut etika sosial, karena ia merefleksikan masalah hukum, tatanan sosial, dan institusi yang adil.

Selain itu, etika komunikasi politik ini memiliki tiga dimensi:

pertama adalah tujuan politik; ke dua berhubungan dengan masalah pilihan sarana; ke tiga berhadapan dengan aksi politik, yang terkait langsung dengan perilaku politikus.

(13)

kebebasan dan membangun institusi-institusi yang adil.17 Dan

kendala utama dalam masalah ini adalah upaya penerapan kebijakan umum (policy) dalam manajemen publik. Berdasarkan kebijakan umum ini, wakil rakyat dan kelompok-kelompok masyarakat dapat membuat evaluasi pelaksanaan kinerja pemerintah dan menuntut pertanggungjawaban. Kejelasan tujuan yang tertuang dalam kebijakan publik tersebut, menunjukkan ketajaman visi sang pemimpin dan kepedulian suatu partai politik terhadap aspirasi masyarakat. Dan dimensi moralnya adalah terletak pada kemampuan menentukan arah yang jelas terhadap kebijakan umum dan akuntabilitasnya.18

Dimensi sarana – yang memungkinkan pencapaian tujuan – meliputi sistem dan prinsip-prinsip dasar pengorganisasian praktik penyelenggaraan negara dan yang mendasari institusi-institusi sosial, yang ikut menentukan pengaturan perilaku masyarakat dalam menghadapi masalah-masalah dasar. Pola-pola tersebut mengandung imperatif normatif yang disertai sangsi. Dimensi sarana (polity) ini, mengandung dua pola normatif. Pertama, tatanan politik (hukum dan institusi) harus mengikuti prinsip solidaritas dan subsidiaritas, penerimaan pluratitas; struktur sosial ditata secara politik menurut prinsip keadilan. Karena itu, asas kesamaan dan masalah siapa yang diuntungkan atau siapa yang

(14)

dirugikan oleh hukum atau institusi tertentu, relevan untuk dibahas.

Ke dua, kekuatan-kekuatan politik ditata sesuai dengan prinsip timbal balik. Dimensi moral pada tingkat sarana ini, terletak pada peran etika dalam menguji dan mengkritisi legitimasi keputusan-keputusan, institusi-institusi dan praktik-praktik politik.19

Sedangkan dalam dimensi aksi politik, pelaku memegang peran sebagai penentu rasionalitas politik, yang terdiri dari rasionalitas tindakan dan keutamaan (kualitas moral pelaku). Sebuah tindakan politik dapat dikatakan rasional, apabila pelakunya mempunyai orientasi situasi dan paham permasalahan. Hal ini sangat tergantung pada kemampuan pelakunya, untuk mempersepsi kepentingan-kepentingan yang dipertaruhkan, berdasarkan peta kekuatan politik yang ada. Dan disposisi kekuasaan ini membantu untuk memperhitungkan kemampuan dan dampak aksi politiknya. Karenanya, penguasaan manajemen konflik adalah syarat aksi politik yang etis. Dan aksi, mengandaikan keutamaan; penguasaan diri dan keberanian memutuskan serta menghadapi risikonya; fair dan adil dalam hubungan dengan yang lain. Pada dimensi aksi ini, etika identik dengan tindakan yang rasional dan bermakna. Politik mempunyai makna, karena memperhitungkan reaksi yang lain; seperti harapan, protes, kritik, persetujuan, atau penolakan. Dan makna etis akan semakin dalam,

(15)

ketika tindakan politikus didasari oleh pembelaan dan keberpihakan kepada kaum yang lemah atau korban.20

Hukum dan kekuasaan Negara merupakan pembahasan utama etika komunikasi politik. Hukum sebagai lembaga penata masyarakat yang normatif, kekuasaan negara sebagai lembaga penata masyarakat yang efektif sesuai dengan struktur ganda kemampuan manusia (makhluk individu dan sosial). Jadi etika komunikasi politik membahas hukum dan kekuasaan.

(16)

B. Kualitas Hadis tentang Etika Politik (Amar Makruf Nahi Mungkar)

1. Materi Hadis

ن

ن ع

ع ععِيككوع َانعثعددحع ةعبعِينشع ِيبكأع ن

ن بن ركك

ن بع ُوبنأع َانعثعددحع

َانعثعددحع َّىندثعمنلنا ن

ن بن د

ن مدحعمن َانعثعددحع و ح ن

ع َاِيعفنس

ن

ن

ن ع

ع َامعهنلعكك ةنبععنش

ن َانعثعددحع ررفععنجع ننبن دنمدحعمن

اذ

ع هعوع ب

ر َاهعش

ك ن

ك بن ق

ك ركَاط

ع ن

ن ع

ع م

ر لكس

ن من ن

ك بن س

ك

ِينقع

ل

ع َاقع رركنبع ِيبكأع ث

ن ِيدكحع

ةكلعص

د لا ل

ع بنقع دكِيعكلنا معُونِيع ةكبعط

ن خنلنَابك أعدعبع ننمع لنودأع

ل

ع بنقع ةنلعص

د لا ل

ع َاقعفع ل

ع جنرع هكِينلعإك معَاقعفع نناوعرنمع

ُوبنأع ل

ع َاقعفع ك

ع لكَانعهن َامع كعركتن دنقع لعَاقعفع ةكبعط

ن خنلنا

ت

ن عنمكس

ع هكِينلعع

ع َامع َّىض

ع قع د

ن قعفع اذ

ع هع َامدأع درِيعكس

ع

ن

ن مع ل

ن ُوقنِيع معلدس

ع وع هكِينلعع

ع هنلدلا َّىلدص

ع هكلدلا ل

ع ُوس

ن رع

م

ن لع ن

ن إكفع هكدكِيعبك هنرنِييغعِينلنفع اررك

ع ننمن منكنننمك َىأعرع

هكبكلنقعبكفع عنط

ك تعس

ن ِيع م

ن لع ن

ن إكفع هكنكَاس

ع لكبكفع عنط

ك تعس

ن ِيع

ك َامعِيلن

ك ا ف

ن ععض

ن أع ك

ع لكذعوع

21

Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan. (dalam riwayat lain disebutkan) Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al-Mutsanna telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far telah menceritakan kepada kami Syu'bah keduanya dari Qais bin Muslim dari Thariq bin Syihab dan ini

(17)

adalah Hadis Abu Bakar, “Orang pertama yang berkhutbah pada Hari Raya sebelum shalat Hari Raya didirikan ialah Marwan. Lalu seorang lelaki berdiri dan berkata kepadanya, “Shalat Hari Raya hendaklah dilakukan sebelum membaca khutbah.” Marwan menjawab, “Sungguh, apa yang ada dalam khutbah sudah banyak ditinggalkan.” Kemudian Abu Said berkata, “Sungguh, orang ini telah memutuskan (melakukan) sebagaimana yang pernah aku dengar dari Rasulullah saw., bersabda: “Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran hendaklah ia mencegah kemungkaran itu dengan tangannya. jika tidak mampu, hendaklah mencegahnya dengan lisan, jika tidak mampu juga, hendaklah ia mencegahnya dengan hatinya. Itulah selemah-lemah iman.”

2. Takhri>j al-H{adis\

Takhri>j menurut bahasa mempunyai beberapa makna, yang paling mendekati disini adalah berasal dari kata kharaja yang

Takhri>j adalah petunjuk untuk mengetahui tempat hadi>s\\\\\ yang terdapat dalam sumber aslinya dengan mengeluarkan sanad serta menjelaskan martabatnya sesuai keperluan.23

(18)

Adapun kata al-H{adi<s\ secara bahasa berasal dari kata

h{adas|a yang berarti baru. Sedangkan al-H{adi<s\ secara istilah adalah segala sesuatu yang bersumber dari nabi baik berupa perkataan, perkataan, perbuatan, dan taqri>r .

Beberapa definisi takhri>j al-h}adi>s\ menurut para ulama hadis:

a. Menurut Ibn al-S{ala>h{ Takhrij adalah “Mengeluarkan hadis dan menjelaskan kepada orang lain dengan menyebutkan mukharrij (penyusun kitab hadis sumbernya)”.24

b. Menurut Mah}mu>d al-T{ah}h}a>n, takhri>j pada dasarnya mempertemukan dua perkara yang berlawanan dalam satu bentuk.25

c. Mengemukakan hadis berdasarkan sumbernya atau berbagai sumbernya, yakni kitab-kitab hadis, yang didalamnya disertakan metode periwayatannya dan sanadnya masing-masing serta diterangkan keadaan para periwayatnya dan kualitas hadisnya.26

23Mah}mu>d T}ah}h}a>n. Us}u>l Takhri>j wa Dira>sah al-Asa>ni>d (Riya>d{: Maktabah Rasyad}, t.th.) h. 12.

24Abu> ‘Amr ‘Us\ma>n Ibn ‘Abd Rah}ma>n Syaira>zi> Ibn S}ala>h}, ‘Ulu>m H}adi>s\ (Cet. II; Madi>nah Munawwarah: al-Maktabah al-‘Ilmiyah, 1973 M), h. 228. Selanjutnya disebut Ibnu S{alah}.

25Mah}mu>d T}ah}h}a>n, Us}u>l Takhri>j wa Dira>sah al-Asa>ni>d (Cet. III; al-Riya>d}: Maktabah al-Ma’a>rif, 1417 H./1996 M), hal. 7. Lihat juga Muh}ammad ‘Ajja>j Khat}i>b, Us}u>l H{adi>s\ (Beirut: Da>r al-Fikr, 1989), h. 27.

(19)

d. Suatu usaha mencari derajat, sanad, dan rawi hadis yang tidak diterangkan oleh penyusun atau pengarang suatu kitab.

Misalnya:

1) Takhri>j Aha>dis\ al-Kasysya>f, Karya Jamaluddin Al-Hanafi adalah suatu kitab yang mengusahakan dan menerangkan derajat hadis yang terdapat di dalam kitab Tafsir Al-Kasysya>f, yang oleh pengarangnya tidak diterangkan derajat hadisnya, apakah shahih, hasan, atau lainnya.

2) Al-Mugni> ‘An Hamli al-Asfa>r, karya Abdurrahim Al-‘Ira>q>, adalah kitab yang menjelaskan derajat-derajat hadis yang terdapat dalam Ihya> Ulu>m al-Di>n karya Al-Ghazali.27

Kata takhri>j dapat pula diartikan dalam beberapa arti, dan paling popular adalah al-Istimba>t} (mengeluarkan), al-Tadri>b (meneliti, melatih), al-Tauji>h (menerangkan atau menghadapkan).28

Dari beberapa uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Takhrij al-H}adi>s\ adalah menunjukkan tempat hadis pada sumber aslinya yang mengeluarkan hadis tersebut dengan sanadnya dan menjelaskan derajatnya.29

27Muhammad Ahmad dan M. Mudzakir, Ulumul Hadis (Bandung: Pustaka Setia, (t.th)), h. 132.

28M. Syuhudi Ismail, Metodologie Penilitian H}adi>s\ Nabi (Cet.1; Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 41.

(20)

Ada tiga hal yang menyebabkan pentingnya kegiatan takhri>j hadi>s\ yaitu untuk mengetahui asal-usul riwayat hadis yang akan diteliti, mengetahui seluruh riwayat hadis akan diteliti dan untuk mengetahui apakah ada syahid atau mutabi’.30

1. Manfaat Takhri>j

Manfaat takhrij secara umum banyak sekali di antaranya: a. Memperkenalkan sumber-sumber hadis, kitab-kitab asal dari

suatu hadis beserta ulama’ yang meriwayatkannya.

b. Menambah perbendaharaan sanad hadis melalui kitab-kitab yang ditunjukinya.

c. Memperjelas keadaan sanad, sehingga dapat diketahui apakah munqati’ atau lainnya.

d. Memperjelas perawi hadis yang samar karena dengan adanya

Takhrij, dapat diketahui nama perawi yang sebenarnya secara lengkap.

e. Dapat membedakan antara proses periwayatan yang dilakukan dengan lafaz| dan yang dilakukan dengan makna saja.31

Adapun potongan lafadz h}adi>s\ yang akan dikaji oleh peneliti adalah:

.هكدكِيعبك هنرنِييغعِينلنفع ارركعننمن َىأعرع ن

ن مع

30Arifuddin Ahmad, Paradigma Baru Memahami Hadis Nabi (Cet. II; Ciputat: MMCC, 2005), h. 66- 68.

(21)

Metode dengan menggunakan lafal pertama matan hadis. Pada metode ini, penulis menggunakan kitab Mu}jam Mufakh}ras

dan menemukan petunjuk sebagai berikut. H}adi>s\ di bawah dinukil dari kitab Ziya>dah Jami‘, dikeluarkan oleh Muslim, Abu> D{a>wu>d, Imam Nasa>’i>, dan Ibnu Ma>jah dan Imam al-Tur}mu>z}i>. Dan hadis di bawah berstatus s}ah}i>h}. Demikian yang tercantum dalam Kitab al-Fath} al-Kabi>r.

ٌ،ععِيككوع َانعثعددحع ٌ،ةعبعِينشع ِيبكأع ن

ن بن ركك

ن بع ُوبنأع َانعثعددحع

ٌ،َّىندثعمنلنا ن

ن بن د

ن مدحعمن َانعثعددحعوع ح ٌ،ن

ع َاِيعفنس

ن ن

ن ع

ع

ٌ،َامعهنلعكك ةنبععنش

ن َانعثعددحع ٌ،ررفععنجع ننبن دنمدحعمن َانعثعددحع

ب

ر َاهعش

ك ن

ك بن ق

ك ركَاط

ع ن

ن ع

ع ٌ،م

ر لكس

ن من ن

ك بن س

ك

ِينقع ن

ن ع

ع

أعد

ع بع ن

ن مع ل

ن ودأع :لعَاقع - رركنبع ِيبكأع ث

ن ِيدكحع اذعهعوع

-.ن

ن اوعرنمع ةكلعص

د لا ل

ع بنقع دكِيعكلنا معُونِيع ةكبعط

ن خنلنَابك

ٌ،ةكبعط

ن خنلنا لعبنقع ةنلعص

د لا :ل

ع َاقعفع ٌ،ل

ع جنرع هكِينلعإك معَاقعفع

:درِيعكس

ع ُوبنأ

ع لعَاقعفع ٌ،كعلكَانعهن َامع كعركتن دنقع :لعَاقعفع

ل

ع ُوس

ن رع ت

ن عنمكس

ع هكِينلعع

ع َامع َّىض

ع قع د

ن قعفع اذ

ع هع َامدأع

َىأعرع ن

ن مع» :ل

ن ُوقنِيع معلدس

ع وع هكِينلعع

ع هنللا َّىلدص

ع هكللا

عنط

ك تعس

ن ِيع م

ن لع ن

ن إكفع ٌ،هكدكِيعبك هنرنِييغعِينلنفع اررك

ع ننمن منكنننمك

ك

ع لكذعوع ٌ،هكبكلنقعبكفع عنط

ك تعس

ن ِيع م

ن لع ن

ن إكفع ٌ،هكنكَاس

ع لكبكفع

.ِ«ن

ك َامعِيلن

ك ا ف

ن ععض

ن أع

(22)

terdapat pada juz I halaman 70, dalam kitab Sunan Ibnu Majah ditemukan sebanyak dua riwayat yang dimana terdapat pada Juz I halaman 406, juga pada Juz 2 halaman 1330, sedangkan dalam kitab Sunan an-Nasa>I ditemukan sebanyak 2 riwayat yang terdapat pada Juz 8 halama 111, juga pada juz 2 halama 112, dan pada kitab Sunan al-Tizmizi ditemukan sebannyak 1 riwayat yang terdapat pada Juz. 4 halaman 39, dan pada kitab Sunan Abi Da>wud terdapat pada Juz I halam 296, dan Juz 4 halaman 123, yang terakhir ditemukan pada musnad Ahmad sebanyak 6 riwayat pertama pada Juz 17 halama 127, juga pada Juz 17 halama 223, dan pada Juz 18 halaman 42, juga pada Juz 18 halaman 67, Juz 18 halaman 78-79, Juz 18 halaman 378.

3. Struktur Sanad dan Redaksi Matan

Setelah melakukan penelusuran pada kitab matan hadis dengan dibatasi pada Kitab Sembilan Imam (Kutubu al-Tis‘ah) berdasarkan petunjuk dari kitab-kitab takhri>j, peneliti menemukan 15 riwayat. Adapun rinciannya sebagai berikut:

a. Musnad Ah}mad Ibn H{anba>l

(23)

أند

ع بنِين ن

ن ك

ن ِيع منلعوع ةكلعص

د لا ل

ع بنقع ةكبعط

ن خنلنَابك أعدعبعوع

ت

ع فنلعَاخع ن

ن اوعرنمع َاِيع ل

ع َاقعفع ل

ر جنرع معَاقعفع ل

ع َاقع َاهعبك

ن

ن ك

ن ِيع منلعوع درِيعك معُونِيع رعبعننمكلنا ت

ع جنرعخنأ

ع ةعندسسلا

ةكبعط

ن خنلنَابك تعأندعبعوع درِيعك مكُونِيع ِيفك هكبك جنرعخنِين

ل

ع َاقعفع ل

ع َاقع َاهعبك أندعبنِين ننكنِيع منلعوع ةكلعص

د لا ل

ع بنقع

ن

ن بن ن

ن لعفن اُولنَاقع اذ

ع هع ن

ن مع ي

س ركدنخ

ن لنا درِيعكس

ع ُوبنأ

ع

د

ن قعفع اذ

ع هع َامدأع درِيعكس

ع ُوبنأ

ع لعَاقعفع لعَاقع نرلعفن

َّىلدص

ع هكلدلا ل

ع ُوس

ن رع ت

ن عنمكس

ع هكِينلعع

ع َامع َّىض

ع قع

م

ن ك

ن ننمك َىأعرع ننمع لنُوقنِيع معلدسعوع هكِينلععع هنلدلا

ل

ن ععفنِيعلنفع هكدكِيعبك هنرعِييغعِين ننأع ععَاط

ع تعس

ن ا ن

ن إكفع اررك

ع ننمن

عنط

ك تعس

ن ِيع م

ن لع ن

ن إكفع هكدكِيعبك هنرنِييغعِينلنفع ةرردمع لعَاقعوع

هكنكَاس

ع لكبك عنط

ك تعس

ن ِيع م

ن لع ن

ن إكفع هكنكَاس

ع لكبكفع هكدكِيعبك

ك َامعِيلن

ك ا ف

ن ععض

ن أع ك

ع لكذعوع هكبكلنقعبكفع

32

ن

ك بن س

ك

ِينقع ن

ن ع

ع ةنبععنش

ن ِينكرعبعخنأع دنِيزكِيع َانعثعددحع

ب

ع ط

ع خع لعَاقع ب

ر َاهعش

ك ن

ك بن ق

ك ركَاط

ع ن

ن ع

ع م

ر لكس

ن من

معَاقعفع دكِيعكلنا م

ك ُونِيع ِيفك ةكلعص

د لا ل

ع بنقع ن

ن اوعرنمع

ةكبعط

ن خنلنا لعبنقع ةنلعص

د لا ت

ن نعَاك

ع َامعندإك لعَاقعفع لعجنرع

درِيعكس

ع ُوبنأ

ع معَاقعفع نرلعفن َابعأع َاِيع كعلكذع َىرعتع لعَاقعفع

هكِينلععع َامع َّىض

ع قع د

ن قعفع اذعهع َامدأع ل

ع َاقعفع ي

س ركدنخ

ن لنا

(24)

م

ع لدس

ع وع هكِينلعع

ع هنلدلا َّىلدص

ع هكلدلا ل

ع ُوس

ن رع ت

ن عنمكس

ع

م

ن لع ن

ن إكفع هكدكِيعبك هنرنِييغعِينلنفع اررك

ع ننمن َىأعرع ننمع لنُوقنِيع

هكبكلنقعبكفع عنط

ك تعس

ن ِيع م

ن لع ن

ن إكفع هكنكَاس

ع لكبكفع عنط

ك تعس

ن ِيع

ك َامعِيلن

ك ا ف

ن ععض

ن أع ك

ع لكذعوع

33

ن

ن ع

ع ن

ن َاِيعفنس

ن َانعثعد

د حع ن

ك معحنردلا دنبنع

ع َانعثعددحع

ب

ر َاهعش

ك ن

ك بن ق

ك ركَاط

ع ن

ن ع

ع م

ر لكس

ن من ن

ك بن س

ك

ِينقع

ةكلعص

د لا ل

ع بنقع ةعبعط

ن خنلنا معددقع ننمع لنودأع لعَاقع

ت

ع فنلعَاخع ن

ن اوعرنمع َاِيع ل

ع َاقعفع ل

ع جنرع معَاقعفع نناوعرنمع

ل

ع َاقعفع ن

ر لعفن َابعأ

ع َاِيع كعَانعهن َامع كعركتن لعَاقع ةعندسسلا

هكِينلععع َامع َّىض

ع قع د

ن قعفع اذ

ع هع َامدأع درِيعكس

ع ُوبنأ

ع

م

ع لدس

ع وع هكِينلعع

ع هنلدلا َّىلدص

ع هكلدلا ل

ع ُوس

ن رع ت

ن عنمكس

ع

هكدكِيعبك هنرنِييغعِينلنفع ارركعننمن منكنننمك َىأعرع ن

ن مع ل

ن ُوقنِيع

عنط

ك تعس

ن ِيع م

ن لع ن

ن إكفع هكنكَاس

ع لكبكفع عنط

ك تعس

ن ِيع م

ن لع ن

ن إكفع

ك َامعِيلن

ك ا ف

ن ععض

ن أع ك

ع لكذعوع هكبكلنقعبكفع

34

ن

ن ع

ع ش

ن

مععنلن

ع ا َانعثعددحع درِينبععن ننبن دنمدحعمن َانعثعددحع

ن

ن مع ل

ن ودأع لعَاقع هكِيبكأع ننعع ءرَاجعرع نكبن لعِيعكَامعس

ن إك

ن

ن مع ل

ن ودأعوع نناوعرنمع دكِيعكلنا معُونِيع رعبعننمكلنا جعرعخنأع

ل

ع َاقعفع ل

ع جنرع معَاقعفع ةكلعص

د لا ل

ع بنقع ةكبعط

ن خنلنَابك أعدعبع

رعبعننمكلنا ت

ع جنرعخنأ

ع ةعندسسلا تعفنلعَاخع نناوعرنمع َاِيع

(25)

ةكلعص

د لا ل

ع بنقع ةكبعط

ن خنلنَابك تعأندعبعوع جنرعخنِين كنِيع منلعوع

ن

ر لعفن ن

ن بن ن

ن لعفن اُولنَاقع اذ

ع هع ن

ن مع درِيعكس

ع ُوبنأ

ع لعَاقع

ت

ن عنمكس

ع هكِينلعع

ع َامع َّىض

ع قع د

ن قعفع اذ

ع هع َامدأع لعَاقع

ل

ن ُوقنِيع معلدس

ع وع هكِينلعع

ع هنلدلا َّىلدص

ع هكلدلا ل

ع ُوس

ن رع

هنرعِييغعِين ننأع ععَاط

ع تعس

ن ا ن

ن إكفع اررك

ع ننمن َىأعرع ننمع

م

ن لع ن

ن إكفع هكنكَاس

ع لكبكفع عنط

ك تعس

ن ِيع م

ن لع ن

ن إكفع هكدكِيعبك

ك َامعِيلن

ك ا ف

ن ععض

ن أع ك

ع لكذعوع هكبكلنقعبكفع عنط

ك تعس

ن ِيع

35

ن

ك بن س

ك

ِينقع ن

ن ع

ع ن

ن َاِيعفنس

ن َانعثعد

د حع ععِيككوع َانعثعددحع

ن

ن مع ل

ن ودأع لعَاقع ب

ر َاهعش

ك ن

ك بن ق

ك ركَاط

ع ن

ن ع

ع م

ر لكس

ن من

ن

ن اوعرنمع ةكلعص

د لا ل

ع بنقع درِيعك معُونِيع ةكبعط

ن خنلنَابك أعدعبع

ةنلعص

د لا ل

ع َاقعفع ل

ع جنرع هكِينلعإك معَاقعفع م

ك ك

ع حعلنا ننبن

ك

ع لكَانعهن َامع كعركتن نناوعرنمع لعَاقعفع ةكبعط

ن خنلنا لعبنقع

اذعهع َامدأع ي

س ركدنخ

ن لنا درِيعكس

ع ُوبنأ

ع لعَاقعفع نرلعفن َابعأع

هكلدلا ل

ع ُوس

ن رع ت

ن عنمكس

ع هكِينلعع

ع َامع َّىض

ع قع د

ن قعفع

َىأعرع ن

ن مع ل

ن ُوقنِيع معلدس

ع وع هكِينلعع

ع هنلدلا َّىلدص

ع

عنط

ك تعس

ن ِيع م

ن لع ن

ن إكفع هكدكِيعبك هنرنِييغعِينلنفع اررك

ع ننمن منكنننمك

ك

ع لكذعوع هكبكلنقعبكفع عنط

ك تعس

ن ِيع م

ن لع ن

ن إكفع هكنكَاس

ع لكبكفع

ك َامعِيلن

ك ا ف

ن ععض

ن أع

36

(26)

ن

ن ع

ع ةنبععنش

ن َانعثعددحع ررفععنجع ننبن دنمدحعمن َانعثعددحع

ن

د أع ب

ر َاهعش

ك ن

ك بن ق

ك ركَاط

ع ن

ن ع

ع م

ر لكس

ن من ن

ك بن س

ك

ِينقع

ل

ع جنرع هنلع لعَاقعفع ةكلعص

د لا ل

ع بنقع ب

ع ط

ع خع نعاوعرنمع

ك

ع ركتن نناوعرنمع هنلع لعَاقعفع ةكبعط

ن خنلنا لعبنقع ةنلعص

د لا

اذعهع َامدأع درِيعكس

ع ُوبنأ

ع لعَاقعفع نرلعفن َابعأع َاِيع كعاذع

هكلدلا ل

ن ُوس

ن رع َانعلع ل

ع َاقع هكِينلععع َامع َّىض

ع قع د

ن قعفع

م

ن ك

ن ننمك َىأعرع ننمع معلدسعوع هكِينلععع هنلدلا َّىلدص

ع

عنط

ك تعس

ن ِيع م

ن لع ن

ن إكفع هكدكِيعبك هنرنككننِينلنفع اررك

ع ننمن

ك

ع اذعوع هكبكلنقعبكفع عنط

ك تعس

ن ِيع م

ن لع ن

ن إكفع هكنكَاس

ع لكبكفع

.نَامعِيلن

ك ا ف

ن ععض

ن أع

37

b. Imam Muslim

ععِيككوع َانعثعددحع ةعبعِينشع ِيبكأع ن

ن بن ركك

ن بع ُوبنأع َانعثعددحع

َّىندثعمنلنا ن

ن بن د

ن مدحعمن َانعثعددحع و ح ن

ع َاِيعفنس

ن ن

ن ع

ع

َامعهنلعكك ةنبععنش

ن َانعثعددحع ررفععنجع ننبن دنمدحعمن َانعثعددحع

ب

ر َاهعش

ك ن

ك بن ق

ك ركَاط

ع ن

ن ع

ع م

ر لكس

ن من ن

ك بن س

ك

ِينقع ن

ن ع

ع

أعد

ع بع ن

ن مع ل

ن ودأع لعَاقع رركنبع ِيبكأع ث

ن ِيدكحع اذعهعوع

ن

ن اوعرنمع ةكلعص

د لا ل

ع بنقع دكِيعكلنا معُونِيع ةكبعط

ن خنلنَابك

ةكبعط

ن خنلنا لعبنقع ةنلعص

د لا ل

ع َاقعفع ل

ع جنرع هكِينلعإك معَاقعفع

درِيعكس

ع ُوبنأ

ع لعَاقعفع كعلكَانعهن َامع كعركتن دنقع لعَاقعفع

ل

ع ُوس

ن رع ت

ن عنمكس

ع هكِينلعع

ع َامع َّىض

ع قع د

ن قعفع اذ

ع هع َامدأع

(27)

َىأعرع ن

ن مع ل

ن ُوقنِيع معلدس

ع وع هكِينلعع

ع هنلدلا َّىلدص

ع هكلدلا

عنط

ك تعس

ن ِيع م

ن لع ن

ن إكفع هكدكِيعبك هنرنِييغعِينلنفع اررك

ع ننمن منكنننمك

ك

ع لكذعوع هكبكلنقعبكفع عنط

ك تعس

ن ِيع م

ن لع ن

ن إكفع هكنكَاس

ع لكبكفع

ك َامعِيلن

ك ا ف

ن ععض

ن أع

38

َانعثعددحع ٌ،ءكلعععلنا ن

ن بن د

ن مدحعمن ب

ر ِينرعك

ن ُوبنأع َانعثعددحع

ل

ع ِيعكَامعس

ن إك ن

ن ع

ع ٌ،ش

ن

مععنلن

ع ا َانعثعددحع ٌ،ةعِيعوكَاععمن ُوبنأع

درِيعكس

ع ِيبكأ

ع ننعع ٌ،هكِيبكأع ننعع ٌ،ءرَاجعرع نكبن

ن

ن ع

ع ٌ،م

ر لكس

ن من ن

ك بن س

ك

ِينقع ن

ن ع

ع وع ٌ،ي

ي ركدنخ

ن لنا

ٌ،ي

ي ركدنخ

ن لنا درِيعكس

ع ِيبكأ

ع ننعع ٌ،برَاهعشك نكبن قكركَاطع

ن

ك ع

ع ٌ،درِيعكس

ع ِيبكأ

ع ثكِيدكحعوع ٌ،نعاوعرنمع ةكصدقك ِيفك

ث

ك ِيدكحع ل

ك ثنمكبك م

ع لدس

ع وع هكِينلعع

ع هنللا َّىلدص

ع ِي

ي بكندلا

ع َاِيعفنس

ن وع ٌ،ةعبععنش

ن

39

c. Sunan Ibn Ma>jah

ن

ن ع

ع ةعِيعوكَاععمن ُوبنأع َانعثعددحع ب

ر ِينرعك

ن ُوبنأع َانعثعددحع

هكِيبكأع ن

ن ع

ع ءرَاجعرع نكبن لعِيعكمعس

ن إك ن

ن ع

ع ش

ك

مععنلن

ع ا

ن

ن ع

ع م

ر لكس

ن من ن

ك بن س

ك

ِينقع ن

ن ع

ع و درِيعكس

ع ِيبكأ

ع ننعع

ل

ع َاقع درِيعكس

ع ِيبكأ

ع ننعع برَاهعشك نكبن قكركَاطع

أعد

ع بعفع دكِيعكلنا معُونِيع رعبعننمكلنا ن

ن اوعرنمع جعرعخنأ

ع

َاِيع ل

ع َاقعفع ل

ع جنرع معَاقعفع ةكلعص

د لا ل

ع بنقع ةكبعط

ن خنلنَابك

(28)

معُونِيع رعبعننمكلنا ت

ع جنرعخنأ

ع ةعندسسلا تعفنلعَاخع نناوعرنمع

ةكبعط

ن خنلنَابك تعأندعبعوع هكبك جنرعخنِين ننكنِيع منلعوع درِيعك

ُوبنأع ل

ع َاقعفع َاهعبك أندعبنِين ننكنِيع منلعوع ةكلعص

د لا ل

ع بنقع

ت

ن عنمكس

ع هكِينلعع

ع َامع َّىض

ع قع د

ن قعفع اذ

ع هع َامدأع درِيعكس

ع

ل

ن ُوقنِيع معلدس

ع وع هكِينلعع

ع هنلدلا َّىلدص

ع هكلدلا ل

ع ُوس

ن رع

هكدكِيعبك هنرعِييغعِين ننأع ععَاط

ع تعس

ن َافع اررك

ع ننمن َىأعرع ننمع

ن

ن إكفع هكنكَاس

ع لكبكفع عنط

ك تعس

ن ِيع م

ن لع ن

ن إكفع هكدكِيعبك هنرنِييغعِينلنفع

ف

ن ععض

ن أع ك

ع لكذعوع هكبكلنقعبكفع هكنكَاس

ع لكبك عنط

ك تعس

ن ِيع م

ن لع

ك َامعِيلن

ك ا

40

ن

ن ع

ع ةعِيعوكَاععمن ُوبنأع َانعثعددحع ب

ر ِينرعك

ن ُوبنأع َانعثعددحع

هكِيبكأع ن

ن ع

ع ءرَاجعرع نكبن لعِيعكمعس

ن إك ن

ن ع

ع ش

ك

مععنلن

ع ا

ن

ك بن س

ك

ِينقع ن

ن ع

ع و ي

ي ركدنخ

ن لنا درِيعكس

ع ِيبكأ

ع ننعع

ِيبكأع ن

ن ع

ع ب

ر َاهعش

ك ن

ك بن ق

ك ركَاط

ع ن

ن ع

ع م

ر لكس

ن من

رعبعننمكلنا نناوعرنمع جعرعخنأع لعَاقع ي

ي ركدنخ

ن لنا درِيعكس

ع

ةكلعص

د لا ل

ع بنقع ةكبعط

ن خنلنَابك أعدعبعفع درِيعك مكُونِيع ِيفك

ةعندس

س لا ت

ع فنلعَاخع ن

ن اوعرنمع َاِيع ل

ع جنرع لعَاقعفع

ن

ن ك

ن ِيع منلعوع مكُونِيعلنا اذعهع ِيفك رعبعننمكلنا تعجنرعخنأع

م

ن لعوع ةكلعص

د لا ل

ع بنقع ةكبعط

ن خنلنَابك تعأندعبعوع جنرعخنِين

د

ن قعفع اذعهع َامدأع درِيعكس

ع ُوبنأ

ع لعَاقعفع َاهعبك أندعبنِين ننكنِيع

(29)

َّىلدص

ع هكلدلا ل

ع ُوس

ن رع ت

ن عنمكس

ع هكِينلعع

ع َامع َّىض

ع قع

م

ن ك

ن ننمك َىأعرع ننمع لنُوقنِيع معلدسعوع هكِينلععع هنلدلا

هنرنِييغعِينلنفع هكدكِيعبك هنرعِييغعِين ننأع ععَاط

ع تعس

ن َافع اررك

ع ننمن

م

ن لع ن

ن إكفع هكنكَاس

ع لكبكفع عنط

ك تعس

ن ِيع م

ن لع ن

ن إكفع هكدكِيعبك

ك َامعِيلن

ك ا ف

ن ععض

ن أع ك

ع لكذعوع هكبكلنقعبكفع عنط

ك تعس

ن ِيع

41

d. Sunan al-Nasa>i>

د

ن بنع

ع َانعثعددحع ل

ع َاقع ررَاش

د بع ن

ن بن د

ن مدحعمن َانعرعبعخنأ

ع

ن

ك بن س

ك

ِينقع ن

ن ع

ع ن

ن َاِيعفنس

ن َانعثعد

د حع ل

ع َاقع ن

ك معحنردلا

ُوبنأع ل

ع َاقع ل

ع َاقع ب

ر َاهعش

ك ن

ك بن ق

ك ركَاط

ع ن

ن ع

ع م

ر لكس

ن من

هكِينلععع هنلدلا َّىلدص

ع هكلدلا ل

ع ُوس

ن رع ت

ن عنمكس

ع درِيعكس

ع

هكدكِيعبك هنرنِييغعِينلنفع ارركعننمن َىأعرع ن

ن مع ل

ع َاقع معلدس

ع وع

عنط

ك تعس

ن ِيع م

ن لع ن

ن إكفع هكنكَاس

ع لكبكفع عنط

ك تعس

ن ِيع م

ن لع ن

ن إكفع

ك َامعِيلن

ك ا ف

ن ععض

ن أع ك

ع لكذعوع هكبكلنقعبكفع

42

َانعثعددحع ل

ع َاقع درمدحعمن ن

ن بن دكِيمكح

ع لنا دنبنع

ع َانعثعددحع

ن

ن ع

ع ل

ر ُوعغنمك ن

ن بن ك

ن لكَامع َانعثعددحع لعَاقع دعلعخنمع

ب

ر َاهعش

ك ن

ك بن ق

ك ركَاط

ع ن

ن ع

ع م

ر لكس

ن من ن

ك بن س

ك

ِينقع

ت

ن عنمكس

ع ي

س ركدنخ

ن لنا درِيعكس

ع ُوبنأ

ع لعَاقع لعَاقع

ل

ن ُوقنِيع معلدس

ع وع هكِينلعع

ع هنلدلا َّىلدص

ع هكلدلا ل

ع ُوس

ن رع

41Al-Qazwi>ni>, Sunan Ibnu Ma>jah, juz 2, h. 1330.

(30)

ن

ن معوع ئ

ع ركبع دنقعفع هكدكِيعبك هنرعِيدغعفع ارركعننمن َىأعرع ننمع

هكنكَاس

ع لكبك هنرعِيدغعفع هكدكِيعبك هنرعِييغعِين ن

ن أع عنط

ك تعس

ن ِيع م

ن لع

هنرعِييغعِين ننأع عنط

ك تعس

ن ِيع م

ن لع ن

ن معوع ئ

ع ركبع دنقعفع

ك

ع لكذعوع ئ

ع ركبع دنقعفع هكبكلنقعبك هنرعِيدغعفع هكنكَاس

ع لكبك

ن

ك َامعِيلن

ك ا ف

ن ععض

ن أع

.

43

e. Sunan al-Turmu>z\i>

ن

ن بن ن

ك معحنردلا دنبنع

ع َانعثعددحع :ل

ع َاقع ٌ،رعادعننبن َانعثعددحع

ن

ك بن س

ك

ِينقع ن

ن ع

ع ٌ،ن

ن َاِيعفنس

ن َانعثعد

د حع :ل

ع َاقع ٌ،ي

ي دكهنمع

ل

ن ودأع :لعَاقع ٌ،ب

ر َاهعش

ك ن

ك بن ق

ك ركَاط

ع ن

ن ع

ع ٌ،م

ر لكس

ن من

ٌ،ن

ن اوعرنمع ةكل

ع ص

د لا ل

ع بنقع ةعبعط

ن خنلا معددقع ننمع

ٌ،ةعندس

س لا ت

ع فنلعَاخع :ن

ع اوعرنمعلك ل

ع َاقعفع ل

ع جنرع معَاقعفع

ُوبنأع ل

ع َاقعفع ٌ،ك

ع لكَانعهن َامع كعركتن ٌ،ننلعفن َاِيع :لعَاقعفع

ٌ،هكِينلععع َامع َّىض

ع قع د

ن قعفع اذعهع َامدأع :درِيعكس

ع

م

ع لدس

ع وع هكِينلعع

ع هنلدلا َّىلدص

ع هكللا ل

ع ُوس

ن رع ت

ن عنمكس

ع

ن

ن معوع ٌ،هكدكِيعبك هنرنك

ك ننِينلنفع اررك

ع ننمن َىأعرع ننمع :لنُوقنِيع

عنط

ك تعس

ن ِيع م

ن لع ن

ن معوع ٌ،هكنكَاس

ع لكبكفع عنط

ك تعس

ن ِيع م

ن لع

ك َامعِيل

ك ا ف

ن ععض

ن أع ك

ع لكذعوع ٌ،هكبكلنقعبكفع

44

f. Sunan Abu> Da>wu>d

43Al-Nasa>’i>, Sunan al-Nasa>’i>, juz 8, h. 112.

(31)

ةعِيعوكَاععمن ُوبنأع َانعثعددحع ءكلعععلنا ننبن دنمدحعمن َانعثعددحع

ن

ن ع

ع ءرَاجعرع نكبن لعِيعكمعس

ن إك ن

ن ع

ع ش

ن

مععنلن

ع ا َانعثعددحع

س

ك

ِينقع ن

ن ع

ع وع ح ي

ي ركدنخ

ن لنا درِيعكس

ع ِيبكأ

ع ننعع هكِيبكأع

ِيبكأع ن

ن ع

ع ب

ر َاهعش

ك ن

ك بن ق

ك ركَاط

ع ن

ن ع

ع م

ر لكس

ن من ن

ك بن

رعبعننمكلنا نناوعرنمع جعرعخنأع لعَاقع ي

ي ركدنخ

ن لنا درِيعكس

ع

ةكلعص

د لا ل

ع بنقع ةكبعط

ن خنلنَابك أعدعبعفع درِيعك مكُونِيع ِيفك

ةعندس

س لا ت

ع فنلعَاخع ن

ن اوعرنمع َاِيع ل

ع َاقعفع ل

ع جنرع معَاقعفع

ن

ن ك

ن ِيع منلعوع درِيعك مكُونِيع ِيفك رعبعننمكلنا تعجنرعخنأع

ةكلعص

د لا ل

ع بنقع ةكبعط

ن خنلنَابك تعأندعبعوع هكِيفك جنرعخنِين

اُولنَاقع اذعهع ن

ن مع ي

ي ركدنخ

ن لنا درِيعكس

ع ُوبنأ

ع لعَاقعفع

َامع َّىض

ع قع د

ن قعفع اذ

ع هع َامدأع لعَاقعفع نرلعفن ننبن ننلعفن

هكِينلععع هنلدلا َّىلدص

ع هكلدلا ل

ع ُوس

ن رع ت

ن عنمكس

ع هكِينلعع

ع

ن

ن أع ع

ع َاط

ع تعس

ن َافع اررك

ع ننمن َىأعرع ننمع لنُوقنِيع معلدسعوع

عنط

ك تعس

ن ِيع م

ن لع ن

ن إكفع هكدكِيعبك هنرنِييغعِينلنفع هكدكِيعبك هنرعِييغعِين

ك

ع لكذعوع هكبكلنقعبكفع عنط

ك تعس

ن ِيع م

ن لع ن

ن إكفع هكنكَاس

ع لكبكفع

ك َامعِيلن

ك ا ف

ن ععض

ن أع

45

ي

ي ركس

د لا ن

ن بن دنَاندهعوع ءكلعععلنا ن

ن بن د

ن مدحعمن َانعثعددحع

ن

ن ع

ع ش

ك

مععنلن

ع ا ننعع ةعِيعوكَاععمن ُوبنأع َانعثعددحع لعَاقع

درِيعكس

ع ِيبكأ

ع ننعع هكِيبكأع ننعع ءرَاجعرع نكبن لعِيعكمعسنإك

(32)

ن

ك بن ق

ك ركَاط

ع ن

ن ع

ع م

ر لكس

ن من ن

ك بن س

ك

ِينقع ن

ن ع

ع وع

ل

ع َاقع ي

ي ركدنخ

ن لنا درِيعكس

ع ِيبكأ

ع ننعع برَاهعشك

م

ع لدس

ع وع هكِينلعع

ع هنلدلا َّىلدص

ع هكلدلا ل

ع ُوس

ن رع ت

ن عنمكس

ع

هنرعِييغعِين ننأع ععَاط

ع تعس

ن َافع اررك

ع ننمن َىأعرع ننمع لنُوقنِيع

ةعِيدقكبع دعَاندهع ععط

ع قعوع هكدكِيعبك هنرنِييغعِينلنفع هكدكِيعبك

عنط

ك تعس

ن ِيع م

ن لع ن

ن إكفع ءكلعععلنا ن

ن بنا هنَافدوع ث

ك ِيدكح

ع لنا

هكبكلنقعبكفع هكنكَاس

ع لكبك عنط

ك تعس

ن ِيع م

ن لع ن

ن إكفع هكنكَاس

ع لكبكفع

ك َامعِيلن

ك ا ف

ن ععض

ن أع ك

ع لكذعوع

46

(33)

4. I‘tiba>r al-Sanad

H{adi>s\ di atas dinukilkan dari kitab Zia>dah Jami’, dikeluarkan oleh muslim, Abu> Da>wu>d, Imam Nasa>’i>, dan Ibnu Ma>jah dan Imam al-Turmu>z}i>. Dan hadis di atas berstatus

s}ahi>h} Demikian yang tercantum dalam kitab al-Fath} al-Kabi>r. Hadis yang diteliti pada tingkatan (tabaqat) sahabat hanya terdapat seorang sahabat yaitu Abu> Sa‘id al-Khuduri>, sedangkan pada tingkatan tabi‘in 2 muta>bi‘antara lain: T{a>riq bin Syiha>b dan Raja>’. Jumlah jalur periwayatan hadis tersebut sebanyak 15 Jalur, 6 jalur dari Ah}mad Ibn H{anba>l, 2 jalur dari Muslim, 2 jalur dari Imam Nasa>’i, 2 jalur dari Imam Ibn Ma>jah, 2 jalur dari Imam Abu> Da>wu>d, dan 1 jalur dari Imam al-Turmu>z}i>.

5. Skema H{adis

6. Naqd al-H{adis\ a. Naqd Sanad

(34)

mencermati silsilah guru-murid yang ditandai dengan s}igah al-tah}ammul (lambang penerimaan hadis), menguji integritas perawi (al-‘ada>lah) dan intelegensianya (al-d}abt}) dan jaminan aman dari syuz\uz\ dan ‘illah.

Jika terjadi kontradiksi penilaian ulama terhadap seorang perawi, peneliti kemudian memberlakukan kaedah-kaedah al-jarh{ wa al-ta‘di>l dengan berusaha membandingkan penilaian tersebut kemudian menerapkan kaedah berikut:

a.

لِيندكعععنتدلا َّىععلععع منددععقعمن حنرنععجعلنا

(Penilaian cacat didahulukan dari pada penilian adil)

Penilaian jarh}/cacat didahulukan dari pada penilaian ta‘di>l jika terdapat unsur-unsur berikut:

1) Jika al-jarh} dan al-ta‘di>l sama-sama samar/tidak dijelaskan kecacatan atau keadilan perawi dan jumlahnya sama, karena pengetahuan orang yang menilai cacat lebih kuat dari pada orang yang menilainya adil. Di samping itu, hadis yang menjadi sumber ajaran Islam tidak bisa didasarkan pada hadis yang diragukan.47

2) Jika al-jarh{ dijelaskan, sedangkan al-ta‘di>l tidak dijelaskan, meskipun jumlah al-mu‘addil (orang yang menilainya adil) lebih banyak, karena orang yang menilai cacat lebih banyak pengetahuannya terhadap perawi yang dinilai dibanding orang yang menilainya adil.

(35)

3) Jika al-jarh{ dan al-ta‘di>l sama-sama dijelaskan sebab-sebab cacat atau keadilannya, kecuali jika al-mu‘addil menjelaskan bahwa kecacatan tersebut telah hilang atau belum terjadi saat hadis tersebut diriwayatkan atau kecacatannya tidak terkait dengan hadis yang diriwayatkan. 48

b.

حرنععجعلان َّىععلععع منددععقعمن لِيندكعععنتدلا

(Penilaian adil didahulukan dari pada penilian cacat)

Sebaliknya, penilaian al-ta‘di>l didahulukan dari pada penilaian jarh}/cacat jika terdapat unsur-unsur berikut:

1) Jika al-ta‘dil dijelaskan sementara al-jarh} tidak, karena pengetahuan orang yang menilainya adil jauh lebih kuat dari pada orang yang menilainya cacat, meskipun al-ja>rih/orang yang menilainya cacat lebih banyak.

2) Jika al-jarh} dan al-ta‘dil sama-sama tidak dijelaskan, akan tetapi orang yang menilainya adil lebih banyak jumlahnya, karena jumlah orang yang menilainya adil mengindikasikan bahwa perawi tersebut adil dan jujur. 49

Sanad yang menjadi obyek kajian adalah hadis yang terdapat dalam Ah}mad Ibn H{anba>l:

48Muh{ammad ibn S}a>lih} al-‘Us\aimi>n, Mus}at}alah} al-h}adi>s\ (Cet. IV; al-Mamlakah al-‘Arabiyah al-Sa‘u>diyah: Wiza>rah al-Ta‘li>m al-‘A<li>, 1410 H.), h. 34. Lihat juga: Arifuddin Ahmad, Paradigma Baru Memahami Hadis Nabi (Cet. I: Jakarta: Renaisan, 2005 M.), h. 97.

(36)

ن

ك بن س

ك

ِينقع ن

ن ع

ع ٌ،ةنبععنش

ن ِينكرعبعخنأع ٌ،دنِيزكِيع َانعثعددحع

ب

ع ط

ع خع :لعَاقع ٌ،ب

ر َاهعش

ك ن

ك بن ق

ك ركَاط

ع ن

ن ع

ع ٌ،م

ر لكس

ن من

معَاقعفع ٌ،دكِيعكلنا م

ك ُونِيع ِيفك ةكلعص

د لا ل

ع بنقع ن

ن اوعرنمع

ٌ،ةكبعط

ن خنلنا لعبنقع ةنلعص

د لا ت

ك نعَاك

ع َامعندإك :لعَاقعفع لعجنرع

درِيعكس

ع ُوبنأ

ع معَاقعفع ٌ،نرلعفن َابعأع َاِيع كعلكذع َىرعتع :لعَاقعفع

هكِينلععع َامع َّىض

ع قع دنقعفع اذ

ع هع َامدأع :لعَاقعفع ٌ،ي

س ركدنخ

ن لنا

م

ع لدس

ع وع هكِينلعع

ع هنللا َّىلدص

ع هكللا ل

ع ُوس

ن رع ت

ن عنمكس

ع

ن

ن إكفع ٌ،هكدكِيعبك هنرنِييغعِينلنفع اررك

ع ننمن َىأعرع ننمع “ :لنُوقنِيع

عنط

ك تعس

ن ِيع م

ن لع ن

ن إكفع ٌ،هكنكَاس

ع لكبكفع عنط

ك تعس

ن ِيع م

ن لع

”ن

ك َامعِيلن

ك ا ف

ن ععض

ن أع ك

ع لكذعوع ٌ،هكبكلنقعبكفع

1.Ah{mad ibn H{anba>l

Ah{mad Ibn H{anba>l bernama lengkap Ah{mad ibn Muh{ammad Ibn H{anbal Ibn Hila>l ibn Asad ibn Idris ibn ‘Abdilla>h al-Syaiba>ni al-Marwazi>. Lahir pada bulan rabi’ al-awal

tahun 164 H di Bagda>d. Usia beliau sekitar 77 tahun, yang wafat pada hari Jumat Rabi>>‘ al-Awwal tahun 241 H.50 Ada juga yang

berpendapat di Marwa dan wafat pada hari Jumat bulan Rajab 241 H.51 Beliau lebih banyak mencari ilmu di Bagdad kemudian

mengembara ke berbagai kota seperti ke Ku>fah, Bas}rah, Makkah, Madinah, Yaman, Syam, dan Jazirah. Beliau menceritakan bahwa

50Jama>l al-Di>n Abi> al-H{ajja>j Yu>suf Al-Mizzi>, Tahzi>b al-Kama>l fi> Asma>’ al-Rija>l, Juz I, (Beirut: Mu’assasah al-Risa>lah, 1992), h. 465.

Referensi

Dokumen terkait

Latar Belakang : Strong ion difference (SID) adalah perbedaan aktivitas ion-ion kuat, SID merupakan salah poin untuk menentukan kondisi asam basa metabolik pasien menurut

Dari Tabel 2 terlihat bahwa lama duduk statis 91-300 menit meningkatkan risiko untuk terjadinya nyeri punggung bawah 2,35 kali lebih besar dibandingkan dengan subyek yang duduk

Pemberian ransum dengan kualitas berbeda berupa perbedaan level PK sampai 16% dan TDN sampai 75% pada sapi perah laktasi dapat meningkatkan secara nyata terhadap

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan kesiapan mahasiswa dengan kualitas sistem one day service yang dijalankan pada proses penerimaan

Sosialisasi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengguggah dan memberikan pengetahuan kepada para wajib pajak tentang peraturan, tata cara perpajakan, prosedur,

Simpulan : Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa potensi bahaya dan risiko akan selalu ada di lingkungan kerja sehingga perlu identifikasi dan dilakukan

Setelah didapatkan laju alir gas dari masing masing sumur kemudian dilakukan perhitungan pencampuran komposisi sehingga didapatkan campuran gas umpan menuju

KAMAR HASNA (NIGHT) PROPERTY : meja, laptop, tab, hiasan kamar, (artistik lengkap kamar) WARDROBE : baju biasa CASTING : hasna SOUNDEFEX : Lipstik lipsing