• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Kondisi Geografis - Kehidupan Transmigran Jawa Di Desa Suka Damai, Geureudong Pase Kabupaten Aceh Utara (1987-2000)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Kondisi Geografis - Kehidupan Transmigran Jawa Di Desa Suka Damai, Geureudong Pase Kabupaten Aceh Utara (1987-2000)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

2.1 Kondisi Geografis

Desa Suka Damai merupakan salah satu desa yang berada di wilayah

Kecamatan Gereudong Pase, Kabupaten Aceh Utara. Ibu kota kecamatan ini

berada di Lhokseumawe. Jarak dari Desa Suka Damai menuju kota Lhokseumawe

± 30 km atau sekitar 2 jam jarak tempuh, sementara menuju Kabupaten Aceh

Utara (Lhoksukon) ± 28 km atau sekitar 1 ½ jam jarak tempuh, dan dari Desa

Suka Damai menuju Kecamatan Gereudong Pase ± 4 km.

Letak geografis Desa Suka Damai berbatasan dengan wilayah, sebelah utara

berbatasan dengan lahan karet Satuan Pemukiman (SP) III, sebelah timur

berbatasan dengan gampong Pulo Meuria, sebelah Selatan bebatasan dengan PT.

Satya Agung, dan sebelah Barat berbatasan dengan SP III.5

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang

berada di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara yang berkantor di Jl.

Medan-Banda Aceh Alue Drien, Desa Suka Damai hanya dihuni oleh penduduk

berasal dari pulau Jawa merupakan desa yang berada di sekitar wilayah yang

berjarak ± 4 km dari pemukiman masyarakat setempat yaitu Mbang yang terletak

di Kecamatan Geureudong Pase. Mereka datang ke daerah ini melalui program

5

(2)

Transmigrasi pada tahun 1987 untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Jawa. Seluruh daerah pertanian yang terdapat di Desa Suka Damai dimanfaatkan

oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan mereka, seperti menanam umbi-umbian

dan menanam kebutuhan tanaman yang mereka butuhkan sehari-hari yaitu

singkong, bawang, cabe dan yang lain-lainnya. Luas keseluruhan daerah Desa

Suka Damai adalah sekitar 600 ha, yang terdiri dari, tanah perkarangan, tanah

perkebunan, tanah rawa-rawa dan lahan tidur, lahan sawah tidak terdapat di desa

Suka Damai dan yang bukan lahan sawah seluas 432 ha.

Untuk mendukung terlaksananya program pembangunan nasional dan daerah

secara lebih merata, seperti yang digariskan dalam pembangunan, maka

kebijaksanaan umum pembangunan daerah Aceh diarahkan untuk meningkatkan

produksi pertanian dalam arti luas, yang mencakup peningkatan produksi pangan,

tanaman perdagangan, peternakan, perikanan, dan kehutanan, yang semuanya

dikaitkan dengan peningkatan pendapatan masyarakat serta perluasan kesempatan

kerja. Untuk mencapai tujuan tersebut diadakan usaha ekstensifikasi, diversifikasi,

intensifikasi di bidang produksi dan rehabilitasi prasarana dan sarana pertanian,

peningkatan fungsi irigasi yang telah ada, dan pembangunan irigasi baru. Oleh

sebab itu demi mencapai laju pertumbuhan perekonomian daerah Aceh, maka

transmigrasi merupakan salah satu program terpenting bagi pemerintah Aceh Utara

untuk mewujudkan pembangunan tersebut.

Rendahnya kepadatan penduduk kepulauan di luar Pulau Jawa khususnya di

(3)

mungkin sekali mencakupi wilayah hutan sekunder yang luas dan dari berbagai

usia, bahkan termasuk savana yang ditumbuhi alang-alang.

Meskipun pembabatan hutan terjadi secara intensif sejak tiga puluh tahun

belakangan ini, pada tahun 1985 potensi hutan masih di sebagian besar daerah di

luar Jawa. Meskipun demikian, di beberapa daerah, seperti Sumatera Selatan dan

Lampung, potensi hutan sangat banyak digerogoti.

Pada tahun 1905 kepulauan di luar Pulau Jawa merupakan wilayah luas yang

masih sangat sedikit penduduknya dan ditumbuhi hutan. Dapatkah orang

membayangkan lahan yang lebih baik untuk perkebunan. Betapa pun, amat itu

mengarah pada letak masalah penyebab ketimpangan demografis di Indonesia.

Penyebab rendahnya kepadatan penduduk di luar Jawa selalu menimbulkan

banyak polemik. Pengaruh faktor ekologi, kesehatan, ekonomi, sosial, budaya,

politis atau faktor lainnya sangat sulit dibuktikan.

Sebelum daerah ini menjadi salah satu daerah program penempatan

transmigrasi asal Pulau Jawa, yaitu pada tahun 1970-an menurut hasil wawancara

dengan bapak Ibrahim penduduk setempat di desa Mbang daerah ini dahulunya

adalah hutan.6

6

Wawancara dengan Bapak Ibrahim, penduduk setempat, Desa Mbang, 25 Februari 2013

Ketika menjadi salah satu program penempatan transmigrasi maka

pada tahun 1980-an oleh pemerintah membuka hutan tersebut dengan dua cara.

Yang pertama cara manual membabat dan membakar, yang dilakukan dahulu

membabat rumput-rumput kemudian menebang pohon-pohon yang ada. Sesudah

(4)

dipotong-potong untuk dijual atau dimanfaatkan sebagai kayu bakar, atau dipakai untuk

keperluan lain seperti bangunan. Cara yang kedua yaitu cara mekanis memakai

alat-alat besar seperti bulldozer, untuk menumbangkan pohon-pohon dan

kemudian membersihkan lahan dari semua tumbuhan-tumbuhan termasuk

tunggul-tunggul pohon. Pemotongan batang-batang kayu sukar dilakukan karena seluruh

tumbuh-tumbuhan bercampur aduk, pengumpulan ranting-ranting dibiarkan tetapi

biasanya dibakar sesudah dikeringkan. Daerah yang mulanya hutan sudah mulai

dapat dibuka sebagai lahan untuk para transmigran dengan membuat akses jalan.

Jalan yang dibuat menghubungkan dari Satuan Pemukiman (SP) ke daerah

pemukiman lain disebut dengan jalan poros, serta jalan yang menghubungkan ke

pusat Satuan Kawasan Pemukiman (SKP), jalan ini juga menghubungkan dengan

jalan negara/ jalan propinsi yang ada.7

Dengan dibukanya daerah baru menyebabkan terbentuknya RSTP, sehingga

terbukalah daerah yang dinamakan Desa Suka Damai yang terdiri atas empat

dusun, adapun ke empat dusun tersebut seperti Dusun Suka, Dusun Damai, Dusun

Rahayu, Dusun Karang Rejo, dusun-dusun yang terdapat didalam wilayah desa

Suka Damai. Setiap dusun dikepalai oleh seorang kepala dusun atau sering

disingkat Kadus, yang memiliki kantor yang berada di tengah-tengah desa.

Proyek pembukaan hutan dan jalan ini

disebut dengan Rencana Satuan Pemukiman Transmigrasi ( RSPT ).

8

7

Wawancara dengan Bapak Margo Utomo, Tuha Peut Desa Suka Damai, 17 Maret 2013 8

(5)

Tabel 1

Tata Guna Tanah Desa Suka Damai tahun 1987

Tahun 1987

No. Jenis Hektar

1 Perkarangan 25 Ha

2 Perkebunan 500 Ha

3 Rawa-rawa 70 Ha

4 Lahan tidur 5 Ha

Jumlah 600 Ha

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa areal perkebunan merupakan areal

yang paling luas kecuali daerah hutan yang pada saat itu belum dapat dikelola.

Areal perkebunan tersebut banyak ditanami dengan tanaman kelapa sawit, dan

pohon karet atau rambung yang dalam cara tanamnya tidak terlalu banyak

membutuhkan perairan sehingga tanaman ini cocok dibudidayakan. Lahan Tidur

yang terdapatpada tabel di atas tidak ditanami sayur-sayuran juga tidak untuk

memelihara kerbau atau kambing, melainkan dibiarkan begitu saja oleh para

transmigran. Hal ini terjadi karena perkarangan di rumah mereka masih sangat

(6)

satu hak milik bagi masyarakat transmigran sehingga mereka dapat menggarap

lahan pertanian yang sudah disediakan dengan bebas, tetapi pemerintah tetap

mengingatkan para transmigran agar berbagi hasil dengan pemerintah untuk

mencicil pembayaran lahan dan rumah yang telah diberikan kepada mereka.

Selain itu areal pemukiman menjadi areal terluas kedua. Hal ini mengingat

jumlah penduduk yang berada di Desa Suka Damai banyak, karena penduduk yang

tinggal di Desa Suka Damai adalah masyarakat Transmigran. Pada tahun 1980

daerah ini merupakan hutan yang sama sekali belum digarap menjadi lahan

pertanian. Ketika menjadi salah satu program penempatan transmigrasi maka hutan

tersebut dikelola oleh pemerintah dengan cara manual membabat dan membakar

semak belukar.

Kepadatan penduduk adalah sebanyak 1371 jiwa dengan penyebaran yang

tidak merata pada setiap dusun. Dari keempat dusun yang ada di Desa Suka Damai

terdapat penduduk yang terpadat di dusun 1 yaitu dengan kepadatan sebanyak 503

jiwa. Untuk lebih jelasnya berapa jiwa yang terdapat dimasing-masing dusun dapat

(7)

Tabel II

Komposisi jumlah penduduk

No Dusun Jiwa

1 Dusun 1 453

2 Dusun 2 406

3 Dusun 3 355

4 Dusun 4 157

Jumlah 1371

Sumber: Kantor Camat Geureudong Pase tahun 1987

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa masyarakat yang tinggal di Desa Suka

Damai sudah bisa dikatakan banyak, ini dikarenakan kenyakinan transmigran

untuk tetap tinggal di Desa tersebut. Dari 1371 jiwa jumlah KK yang

keseluruhannya tiga ratus lima puluh tiga (353).

Desa Suka Damai ini memiliki enam wewenang yang harus dilaksanakan

oleh beberapa pengurus. Diantaranya Kaur Umum di Jabat oleh Bapak Boediyono,

(8)

Pemerintah oleh Bapak Zulfikar Fauzi, Tuha Peut oleh Bapak Ponirin, Keuchik

oleh Bapak Mustofa Hasan.9

No

Keseluruhan jumlah penduduk Desa Suka Damai pada tahun 1987 berjumlah

1371 jiwa, menurut jenis kelamin adalah jumlah laki-laki sebanyak (682) jiwa dan

perempuan (689) jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel III

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin 1987

Jenis Kelamin Jumlah (jiwa)

1 Laki-laki 682 jiwa

2 Perempuan 689 jiwa

Jumlah 1.371 jiwa

Sumber: Kantor Camat Geureudong Pase tahun 1987

2.2 keadaan Penduduk

Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa desa Suka Damai dihuni oleh

masyarakat transmigrasi dari pulau Jawa, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah dan

Jawa Barat. Dalam penempatan di setiap desa tidak hanya diperuntukkan bagi

pendatang yang berasal dari satu daerah asal saja, akan tetapi setiap desa dihuni

oleh penduduk dari ketiga daerah asal tersebut.

9

(9)

Perpindahan transmigran ke Desa Suka Damai terjadi akibat kepadatan

penduduk di Pulau Jawa yang sulit diatasi oleh pemerintah. Pendapatan mereka

yang tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari menyebabkan mereka bersedia

mengikuti program transmigrasi yang dilakukan oleh pemerintah.10

Desa Suka Damai memiliki keunikan tersendiri, jika dibandingkan dengan

desa-desa yang ada di sekitarnya. Salah satu yang membedakannya adalah bila

dilihat dari letak daerah dan asal usul desa itu sendiri. Awal kehadiran mereka di

tengah-tengah pemukiman masyarakat Aceh, tidak mudah bagi mereka

bersosialisasi dengan masyarakat setempat. Salah satu penyebabnya adalah

perbedaan bahasa, akan tetapi perbedaan bahasa tidak menyurutkan mereka untuk

saling beradaptasi, bahkan perbedaan itu dijadikan dasar untuk saling

menghormati. Walaupun adanya perbedaan bahasa di tengah-tengah mereka Tujuan

transmigrasi di Indonesia pun sangat jelas, untuk mengurangi kepadatan dan

kemiskinan penduduk di wilayah yang sempit.

Transmigrasi di Desa Suka Damai dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu

tahap pertama dilakukan pada tahun 1987 transmigrasi hanya dilaksanakan satu

kali saja, yaitu tanggal 10 Oktober dan pada tahun 1988 dilakukan transmigrasi

dua kali yaitu pada 22 Maret dan 12 Juni, Desa Suka Damai memungkinkan untuk

menjadi daerah penempatan transmigran mengingat lahan-lahan di daerah tersebut

masih sangat luas, sehingga dapat dijadikan lahan mata pencaharian mereka dalam

memenuhi kebutuhan hidup.

10

(10)

namun terdapat kesamaan agama antara penduduk asli dengan pendatang, yaitu

sama-sama memeluk agama Islam. Kesamaan agama inilah yang dipandang

sebagai “ Saudara seiman dan setaqwa”.

Di pemukiman yang baru, mereka diberi rumah sebagai tempat tinggal dan

tanah seluas 3 ha untuk setiap KK (kepala keluarga). Tempat tinggal yang

diberikan oleh pemerintah telah dilengkapi dengan peralatan dapur dan alat

pertanian agar mereka dapat membuka tempat bercocok tanam guna memenuhi

kebutuhan hidup mereka. Di areal tanah seluas 3 ha itu diusahakan menjadi areal

perkebunan sedangkan sisanya untuk pekarangan yang biasanya ditanami juga

dengan tanaman palawija dan sayur-sayuran. Walaupun selama dua tahun

1987-1988 sejak awal kedatangan mereka kebutuhan pokok masih disubsidi oleh

pemerintah , akan tetapi untuk bertahan hidup masyarakat tidak bargantung

sepenuhnya pada subsidi tersebut. Para transmigran tetap melakukan bercocok

tanam sayur-sayuran, umbi-umbian yaitu singkong, cabe dan palawija.

Keadaan penduduk berdasarkan jumlah kelahiran dan kematian di desa Suka

Damai berjumlah 17 orang yang mana kematian berjumlah satu orang dan

kelahiran berjumlah 16 orang. Jumlah rumah tangga menurut sumber penghasilah

utama kepala rumah tangga dari sektor pertanian berjumlah tiga ratus empat puluh

dua (342), perdagangan berjumlah Sembilan (9), dan jasa lainnya sekitar dua (2).

Jumlah rumah tangga pertanian menurut sub sektor, tanaman pangan berjumlah

sembilan puluh lima (95) dan perkebunan serjumlah dua ratus lima puluh delapan

Gambar

Tabel 1
Tabel II

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kehidupan bermasyarakat, keluarga petani sawah di Desa Meunjee Tujuh Kecamatan Pirak Timu Kabupaten Aceh Utara, pada umumnya berkomunikasi menggunakan kata-kata kasar

Diantara pelaku industri pengolahan batu bata di Gampong Ulee Pulo Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara. Desa ini memiliki industri pengolahan batu bata yang

Alasan penentuan lokasi penelitian adalah karena Kecamatan Sawang merupakan salah satu daerah sentra produksi pinang di Kabupaten Aceh Utara, namun rata-rata

Setelah Kabupaten Tapanuli Utara berpisah dengan Kabupaten Humbang Hasundutan jumlah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara menjadi 15 kecamatan yang salah satunya

Studi Analisa Kapasitas Debit Terhadap Kebutuhan Air Bersih Proyeksi Tahun 2009- 2014 Pada IPA Bantuan AXFAM (PDAM Tirta Mon Pase) Kabupaten Aceh Utara –

hal ini berarti bahwa pengaruh gaya kepemimpinan pengurus terhadap partisipasi anggota Koperasi Suka Damai Desa Kepenuhan Sei Mandian Kecamatan kepenuhan Kabupaten

Adapun lokasi penelitian berada di Kecamatan Sipoholon yang menjadi salah satu kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.. Sejarah Singkat Kabupaten

Pasca ditetapkan sebagai wilayah endemis filariasis, pada tahun 2015 Kabupaten Aceh Utara mulai melaksanakan POPM filariasis. Untuk wilayah yang melaksanakan POPM,