• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Indeks Pembangunan Manusia 2.1.1.1 Definisi Pembangunan Manusia - Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Indeks Pembangunan Manusia 2.1.1.1 Definisi Pembangunan Manusia - Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Riau"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Indeks Pembangunan Manusia 2.1.1.1Definisi Pembangunan Manusia

UNDP (United Nation Development Programme) mendefenisikan pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan

bagi penduduk. Dalam konsep tersebut penduduk ditempatkan sebagai tujuan

akhir (the ultimated end) sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana (principal means) untuk mencapai tujuan itu. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat hal pokok yang perlu diperhatikan adalah

produktivitas, pemerataan, kesinambungan, pemberdayaan (UNDP, 1995). Secara

ringkas empat hal pokok tersebut mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Produktivitas

Penduduk harus dimampukan untuk meningkatkan produktivitas dan

berpartisipasi penuh dalam proses penciptaan pendapatan dan nafkah.

Pembangunan ekonomi, dengan demikian merupakan himpunan bagian

dari model pembangunan manusia.

2. Pemerataan

Penduduk harus memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk

mendapatkan akses terhadap semua sumber daya ekonomi dan sosial.

Semua hambatan yang memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses

(2)

kesempatan yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan produktif yang

dapat meningkatkan kualitas hidup.

3. Kesinambungan

Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus dipastikan tidak

hanya untuk generasi-generasi yang akan datang. Semua sumber daya

fisik, manusia, dan lingkungan selalu diperbaharui.

4. Pemberdayaan

Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang

akan menentukan (bentuk/arah) kehidupan mereka, serta untuk

berpartisipasi dan mengambil manfaat dari proses pembangunan.

Sebenarnya paradigma pembangunan manusia tidak berhenti sampai

disana. Pilihan-pilihan tambahan yang dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat

luas seperti kebebasan politik, ekonomi dan sosial, sampai kesempatan untuk

menjadi kreatif dan produktif, dan menikmati kehidupan yang sesuai dengan

harkat pribadi dan jasmani hak-hak azasi manusia merupakan bagian dari

paradigma tersebut. Dengan demikian, paradigma pembangunan manusia

memiliki dua sisi. Sisi pertama berupa informasi kapabilitas manusia seperti

perbaikan taraf kesehatan, pendidikan dan keterampilan. Sisi lainnya adalah

pemanfaatan kapabilitas mereka untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif,

kultural, sosial dan politik. Jika kedua sisi itu tidak seimbang maka hasilnya

adalah frustasi masyarakat.

Konsep pembangunan manusia dalam pengertian di atas jauh lebih baik

dari pada teori-teori pembangunan ekonomi yang konvensional termasuk model

(3)

kesejahteraan dan pendekatan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Model

pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan peningkatan pendapatan dan produksi

nasional (GNP). Pembangunan manusia terutama sebagai input dari proses

produksi (sebagai suatu sarana bukan tujuan). Pendekatan kesejahteraan melihat

manusia sebagai agen perubahan dalam pembangunan. Pendekatan kebutuhan

dasar memfokuskan pada penyediaan barang dan jasa kebutuhan hidup.

Untuk dapat membuat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) maka UNDP

mensponsori sebuah proyek tahun 1989 yang dilaksanakan oleh tim ekonomi dan

pembangunan, tim tersebut menciptakan kemampuan dasar. Kemampuan dasar itu

adalah umur panjang, pengetahuan dan daya beli. Umur panjang yang

dikuantifikasikan dalam umur harapan hidup saat lahir atau sering disebut Angka

Harapan Hidup/AHH (e0). Pengetahuan dikuantifikasikan dalam kemampuan

baca tulis/angka melek huruf dan rata-rata lama bersekolah. Daya beli

dikuantifikasikan terhadap kemampuan mengakses sumberdaya yang dibutuhkan

untuk mencapai standar hidup yang layak.

Nilai IPM suatu negara atau wilayah menunjukkan seberapa jauh negara

atau wilayah itu telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan

hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tanpa

terkecuali), dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar

hidup yang layak. Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100,

semakin dekat jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu.

Karena hanya mencakup tiga komponen, maka IPM harus dilihat sebagai

penyederhanaan dari realitas yang kompleks dari luasnya dimensi pembangunan

(4)

analisis yang dapat mengungkapkan dimensi-dimensi pembangunan manusia yang

penting lainnya (yang tidak seluruhnya dapat diukur) seperti kebebasan politik,

kesinambungan lingkungan, kemerataan antar generasi.

Indeks Pembangunan Manusia merupakan alat ukur yang peka untuk dapat

memberikan gambaran perubahan yang terjadi, terutama pada komponen daya

beli yang dalam kasus Indonesia sudah sangat merosot akibat krisis ekonomi yang

terjadi sejak pertengahan tahun 1997. Krisis ekonomi dan moneter tersebut

berdampak pada tingkat pendapatan yang akibatnya banyak PHK dan kesempatan

kerja yang kemudian dipengaruhi tingkat inflasi yang tinggi selama tahun

1997-1998. Tingkat kesempatan kerja dalam konteks pembangunan manusia merupakan

terputusnya jembatan yang menghubungkan antara pertumbuhan ekonomi dengan

upaya peningkatan kapasitas dasar penduduk.

Dampak dari krisis ekonomi pada pembangunan manusia adalah dengan

menurunnya daya beli dan ini juga berarti terjadinya penundaan upaya

peningkatan kapasitas fisik dan kapasitas intelektual penduduk. Penurunan

beberapa komponen IPM sebagai akibat kepekaan IPM sebagai alat ukur yang

dapat menangkap perubahan nyata yang dialami penduduk dalam jangka pendek.

Pembangunan di bidang sosial yang sangat mengesankan adalah upaya

pengendalian jumlah penduduk melalui program keluarga berencana. Upaya ini

secara nyata telah berhasil menurunkan angka kelahiran hingga setengahnya yang

kemudian berpengaruh pada pengurangan laju pertambahan penduduk dalam

konteks Indonesia, sesungguhnya merupakan upaya yang mempercepat terjadinya

(5)

ditinjau dari berbagai indikator sosial berada pada tingkatan kualitas yang masih

rendah.

Berdasarkan kajian aspek status pembangunan manusia, tinggi rendahnya

status pembangunan manusia menurut UNDP dapat dibedakan menjadi 3 (tiga)

golongan, yaitu:

1. Tingkatan rendah, jika IPM < 50.

2. Tingkatan menengah, jika 50 < IPM < 80.

3. Tingkatan tinggi, jika IPM > 80.

Namun untuk perbandingan antar daerah di Indonesia, yaitu perbandingan

antar kabupaten/kota, maka kriteria kedua yaitu tingkatan menengah, dipecah

menjadi 2 (dua) golongan, sehingga gambaran status akan berubah menjadi

sebagai berikut:

1. Tingkatan rendah, jika IPM < 50

2. Tingkatan menengah-bawah, jika 50 < IPM < 66

3. Tingkatan menengah-atas, jika 66 < IPM < 80

4. Tingkatan atas, jika IPM > 80

Berdasarkan kajian aspek tingkat pertumbuhannya, IPM dapat digunakan

sebagai ukuran kemajuan pembangunan, melalui 2 (dua) cara, yaitu:

1. Perbandingan Antar Wilayah, yaitu suatu posisi relatif dari satu wilayah

terhadap wilayah yang lain berdasarkan peringkatnya dalam suatu

kawasan tertentu.

2. Pengukuran Tingkat Kemajuan, yaitu untuk mengkaji pencapaian tingkat

kemajuan pencapaian setelah berbagai program diimplementasikan dalam

(6)

per tahun (annual reduction shortfall). Semakin besar reduksi shortfall (r) di suatu wilayah menunjukkan semakin besar kemampuan yang dicapai

oleh wilayah tersebut dalam periode tertentu.

Kecepatan pencapaian dalam hal ini mengukur perbandingan antara

capaian yang telah ditempuh dengan capaian yang masih harus (seharusnya)

ditempuh untuk mencapai titik ideal IPM, yakni IPM = 100. Kecepatan

pencapaian = r, terbagi kedalam 4 (empat) tingkatan:

1. Kecepatan pencapaian sangat lambat, jika r < 1,30

2. Kecepatan pencapaian lambat, jika 1,30 < r < 1,50

3. Kecepatan pencapaian menengah, jika 1,50 < r < 1,70

4. Kecepatan pencapaian cepat, jika r > 1,70

2.1.1.2Metode Perhitungan

Adapun komponen IPM disusun dari tiga komponen yaitu lamanya hidup

diukur dengan harapan hidup pada saat lahir, tingkat pendidikan diukur dengan

kombinasi antara angka melek huruf pada penduduk dewasa (dengan bobot dua

per tiga) dan rata-rata lama sekolah (dengan bobot sepertiga), dan tingkat

kehidupan yang layak yang diukur dengan pengeluaran perkapita yang telah

disesuaikan (PPP rupiah), indeks ini merupakan rata-rata sederhana dari ketiga

komponen tersebut diatas:

IPM = 1

3 (𝑋1 +𝑋2+𝑋3)

Dimana :

𝑋1 = Indeks Harapan Hidup

(7)

𝑋3 = Indeks Standar Hidup Layak

Sebelum menghitung IPM, setiap komponen dari setiap indeksnya harus

dihitung terlebih dahulu dengan formula perhitungan sebagai berikut:

𝐼𝑖 = (𝑋(𝑋𝑖 – 𝑋𝑖min) 𝑖𝑚𝑎𝑥– 𝑋𝑖min)

Dimana :

𝐼𝑖 = Indeks komponen IPM ke-i

𝑋𝑖 = Indikator ke-i

𝑋𝑖𝑚𝑖𝑛 = Nilai minimum dari 𝑋𝑖

𝑋𝑖𝑚𝑎𝑥 = Nilai maksimal dari 𝑋𝑖

Sumber: Panduan Kongres Nasional Pembangunan Manusia, 2006

(8)

2.1.1.3Komponen-Komponen IPM 1. Lamanya Hidup (Longevity)

Lamanya hidup adalah kehidupan untuk bertahan lebih lama diukur

dengan indikator harapan hidup pada saat lahir (life expectancy at birth) (e0), angka e0 yang disajikan merupakan ekstrapolasi dari angka e0 pada akhir tahun

yang merupakan penyesuaian dari angka kematian bayi (infant mortality rate). Dalam publikasi, angka IMR untuk tingkat provinsi dihitung berdasarkan data

yang diperoleh dalam sensus penduduk tahun 1990, 2000, 2010 serta data

gabungan dari SUPAS 2005 dan SUSENAS 2010.

Perhitungan dilakukan secara tidak langsung berdasarkan dua data dasar

yaitu rata-rata jumlah lahir hidup dan rata-rata anak yang masih hidup dari wanita

yang pernah kawin. Untuk mendapatkan Indeks Harapan Hidup dengan

menstandarkan angka harapan hidup terhadap nilai maksimum dan minimumnya,

seperti yang tercantum pada tabel 2.1 di bawah ini:

Tabel 2.1Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM Indikator

Komponen IPM (=X(I))

Nilai Minimum Nilai maksimum Catatan

Angka Harapan PDB per kapita riil

yang disesuaikan

a)

Sumber: BPS, Bappenas, UNDP, 2014

Keterangan: a) Perkiraan maksimum pada akhir Pembangunan Jangka Panjang (PJP) II tahun 2018.

(9)

2. Tingkat Pendidikan

Dalam perhitungan IPM, komponen tingkat pendidikan diukur dari dua

indikator, yaitu: angka melek huruf (Lit) dan rata-rata lama sekolah (MYS).

Angka melek huruf adalah persentase dari pendidik usia 15 tahun ke atas yang

bisa membaca dan menulis dalam huruf latin atau huruf lainnya. Rata-rata lama

sekolah, yaitu rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 15

tahun ke atas di seluruh jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani atau

sedang menjalani. Indikator ini dihitung dari variabel pendidikan yang tertinggi

yang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang ditamatkan dan tingkat

pendidikan yang sedang diduduki. Tabel 2.1 menyajikan faktor konversi dari tiap

jenjang pendidikan, rata-rata lama sekolah (MYS) dihitung berdasarkan formula

sebagai berikut:

MYS = tahun konversi + kelas tertinggi yang pernah diduduki – 1

3. Standar Hidup Layak

Standar hidup dalam perhitungan IPM, didekati dari pengeluaran riil per

kapita yang telah disesuaikan. Untuk menjamin keterbandingan antar daerah dan

antar waktu, dilakukan penyesuaian sebagai berikut:

a. Menghitung pengeluaran per kapita dari modul SUSENAS (= Y).

b. Menaikkan nilai Y sebesar 20% (= Y1), karena berbagai studi

diperkirakan bahwa data dari SUSENAS cenderung lebih rendah dari

20%.

(10)

terhadap harga kelompok barang yang sama di daerah yang ditetapkan

sebagai standar.

d. Menghitung nilai riil Y1 dengan mendeflasikan Y1 dengan indeks harga

konsumen (CPI) (= Y2).

e. Membagi Y2 dengan PPP untuk memperoleh Rupiah yang sudah

disetarakan antar daerah (= Y3).

f. Mengurangi nilai Y3 dengan menggunakan formula Atkinson untuk

mendapatkan estimasi daya beli (= Y4). Langkah ini ditempuh

berdasarkan prinsip penurunan manfaat marginal dari pendapatan.

Dimensi lain dari ukuran kualitas hidup manusia adalah standar hidup

layak. Dalam cakupan lebih luas, standar hidup layak menggambarkan tingkat

kesejahteraan yang dinikmati oleh penduduk sebagai dampak semakin

membaiknya ekonomi. UNDP mengukur standar hidup layak menggunakan

Produk Domestik Bruto (PDRB) riil yang disesuaikan. Sedangkan investasi dapat

meningkatkan pendapatan melalui peningkatan modal-modal produksi sehingga

akan meningkatkan daya beli masyarakat.

BPS dalam menghitung standar hidup layak menggunakan rata-rata

pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan dengan formula Atkinson. Rumus

Atkinson yang digunakan untuk penyesuaian rata-rata konsumsi riil secara

matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

C (I) = C(i) jika C(i) < Z

= Z + 2(C(i) – Z) (1/2) jika Z < C(i) < 2Z

= Z + 2(Z) (1/2)+ 3(C(i) – 2Z) (1/3) jika 2Z < C(i) < 3Z

(11)

Dimana:

C (I) = Konsumsi per kapita riil yang telah disesuaikan dengan PPP/unit.

Z = Batas tingkat pengeluaran yang sudah ditetapkan sebagai

Rp 547.500 per kapita per tahun atau Rp 1.500 per kapita

per hari.

2.1.2 Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product) menyatakan pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa.

Tujuan GDB adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam suatu nilai uang tertentu

selama periode waktu tertentu. Ada dua cara statistik untuk melihat GDP sebagai

pendapatan total dari setiap orang didalam perekonomian dan pengeluaran total

atas output barang dan jasa perekonomian. Setiap transaksi yang mempengaruhi

pengeluaran harus mempengaruhi pengeluaran, dan setiap transaksi yang

mempengaruhi pendapatan harus mempengaruhi pengeluaran. (Mankiw, 2007)

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu

daerah dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB

pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah (value added) yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai

barang dan jasa akhir (neto) yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. (Widodo,

(12)

Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto secara konseptual

menggunakan tiga macam pendekatan, yaitu: pendekatan produksi, pendekatan

pengeluaran dan pendekatan pendapatan (www.bps.co.id). Sebagai berikut:

1. Pendekatan Produksi

Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai tambah atas barang

dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu

daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit

produksi dalam penyajian ini dikelompokkan dalam 9 lapangan usaha

(sektor), yaitu: (1) pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, (2)

pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan, (4) listrik, gas dan

air bersih, (5) konstruksi, (6) perdagangan, hotel dan restoran, (7)

pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan, real estate dan jasa

perusahaan, (9) jasa-jasa (termasuk jasa pemerintah).

2. Pendekatan Pengeluaran

Produk Domestik Regional Bruto adalah semua komponen permintaan

akhir yang terdiri dari: (1) pengeluaran konsumsi rumah tangga dan

lembaga swasta nirlaba, (2) konsumsi pemerintah, (3) pembentukan modal

tetap domestik bruto, (4) perubahan inventori dan (5) ekspor neto

(merupakan ekspor dikurangi impor).

3. Pendekatan Pendapatan

Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah balas jasa yang

diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi

di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas

(13)

keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak

langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan

dan pajak tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).

Sementara itu, PDRB berdasarkan penggunaan dikelompokkan dalam 6

komponen, yaitu:

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, mencakup semua pengeluaran

untuk konsumsi barang dan jasa dikurangi dengan penjualan neto barang

bekas dan sisa yang dilakukan rumah tangga selama setahun.

2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, mencakup pengeluaran untuk belanja

pegawai, penyusutan dan belanja barang pemerintah daerah, tidak

termasuk penerimaan dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan.

3. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto, mencakup pembuatan dan

pembelian barang-barang modal baru dari dalam daerah dan barang modal

bekas atau baru dari luar daerah. Metode yang dipakai adalah pendekatan

arus barang.

4. Perubahan Inventori. Perubahan stok dihitung dari PDRB hasil

penjumlahan nilai tambah bruto sektoral dikurangi komponen permintaan

akhir lainnya.

5. Ekspor Barang dan Jasa. Ekspor barang dinilai menurut harga free on board (fob).

(14)

2.1.3 Ekspor

Ekspor merupakan proses transportasi barang atau komoditas dari suatu

negara ke negara lain, memperhitungkan perdagangan dengan negara lain,

kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean. Ekspor

Menurut Soekartawi (1991) alasan yang mendesak mengapa suatu negara

perlu menggalakkan ekspor adalah untuk meningkatkan kekayaan negara yang

juga berarti meningkatkan pendapatan per kapita. Soekartawi lebih jauh

mengungkapkan bahwa sebagai bagian dari perdagangan internasional ekspor

dimungkinkan oleh berbagai kondisi, antara lain:

adalah penjualan

barang ke luar negeri dengan menggunakan sistem pembayaran, kualitas,

kuantitas dan syarat penjualan lainnya yang telah disetujui oleh pihak eksportir

dan importir.

1. Adanya kelebihan produksi dalam negeri sehingga kelebihan tersebut

dapat dijual ke luar negeri melalui kebijakan ekspor.

2. Adanya permintaan luar negeri untuk suatu produk meskipun untuk

kebutuhan di dalam negeri sendiri belum memadai.

3. Adanya keuntungan yang lebih besar dari penjualan keluar negeri

dibandingkan dengan penjualan di dalam negeri, karena harga pasar dunia

yang lebih menguntungkan.

4. Adanya barter antar produk tertentu dengan produk lain yang diperlukan

dan tidak dapat diproduksi di dalam negeri.

5. Adanya kebijakan ekspor yang bersifat politis.

Secara teoritis menurut Soelistyo dalam Soekartawi (1991) bahwa konsep

(15)

perdagangan antar daerah. Barang yang diperdagangkan antar negara tidaklah

didasarkan atas keuntungan alamiah saja tetapi juga atas dasar proporsi dan

intensitas faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan

barang-barang tersebut.

Negara-negara berkembang juga dapat mengandalkan kelancaran arus

pendapatan devisa dan kegiatan ekonomi yang berasal dari ekspor untuk

meningkatkan kekayaan atau pendapatan negara, yang berarti pula akan

meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat (the export let growth hypothesis). (Soekartawi, 1991)

2.1.4 Tenaga Kerja

Tenaga Kerja adalah semua orang yang bersedia untuk sanggup bekerja.

Pengertian tenaga kerja ini meliputi mereka yang bekerja untuk diri sendiri

ataupun anggota keluarga yang tidak menerima bayaran berupa upah atau mereka

yang sesungguhnya bersedia dan mampu untuk bekerja, dalam arti mereka

menganggur dengan terpaksa karena tidak ada kesempatan kerja. (Sumarsono,

2009)

Tenaga kerja (manpower) adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa.

Sebelum tahun 2000, Indonesia menggunakan patokan seluruh penduduk berusia

10 tahun ke atas (lihat hasil Sensus Penduduk 1980, 1990, 2000). Namun sejak

Sensus Penduduk 2000 dan sesuai dengan ketentuan internasional, tenaga kerja

adalah penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih.

(16)

Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah/sedang bekerja, sedang

mencari pekerjaan dan melakukan pekerjaan lain seperti bersekolah dan mengurus

rumah tangga. Di Indonesia yang dimaksud tenaga kerja yaitu penduduk yang

berumur 15 tahun atau lebih, Indonesia tidak mengenal batasan umur maksimum

alasannya Indonesia masih belum memiliki jaminan kesehatan nasional. Sebagian

kecil penduduk Indonesia yang menerima tunjangan dihari tua, yaitu pegawai

negeri dan sebagian kecil pegawai perusahaan swasta.

Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa

tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri

maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan

menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk

tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja.

Kualitas input tenaga kerja, atau sumber daya manusia merupakan faktor

terpenting bagi keberhasilan ekonomi. Hampir semua faktor produksi yang

lainnya, yakni barang modal, bahan mentah serta teknologi, bisa dibeli atau

dipinjam dari negara lain. Tetapi penerapan teknik-teknik produktivitas tinggi atas

kondisi-kondisi lokal hampir selalu menuntut tersedianya manajemen,

ketrampilan produksi, dan keahlian yang hanya bisa diperoleh melalui angkatan

kerja terampil yang terdidik. Ini terlihat jelas bahwa dengan meningkatnya

kualitas tenaga kerja maka akan meningkatkan pula pertumbuhan ekonomi yang

ditandai dengan meningkatnya PDRB disuatu wilayah. (Samuelson dan Nordhaus,

(17)

2.1.5 Investasi

Investasi merupakan konsep aliran (flow concept), karena besarnya dihitung selama satu interval periode tertentu. Tetapi investasi akan

mempengaruhi jumlah barang modal yang tersedia (capital stock) pada satu periode tertentu. Tambahan stok barang modal adalah sebesar pengeluaran

investasi satu periode sebelumnya. (Rahardja, 2008)

Investasi (investment) terdiri dari barang-barang yang dibeli untuk penggunaan masa depan. Baik perusahaan maupun rumah tangga membeli

barang-barang investasi. Perusahaan membeli barang-barang investasi untuk

menambah persediaan modalnya dan mengganti modal yang ada setelah habis

dipakai. Rumah tangga membeli rumah baru, yang juga menjadi bagian dari

investasi. Jadi menurut para ekonom investasi adalah menciptakan modal baru

(Mankiw, 2007).

Jumlah barang-barang modal yang diminta bergantung pada tingkat bunga

yang mengukur biaya dari dana yang digunakan untuk membiayai investasi.

Investasi merupakan unsur GDP yang paling sering berubah. Ketika pengeluaran

atas barang dan jasa turun selama resesi, sebagian besar dari penurunan itu

berkaitan dengan anjloknya pengeluaran investasi. Ada tiga bentuk pengeluaran

investasi yakni investasi tetap bisnis, investasi residensial dan investasi

persediaan. Sumber dana untuk investasi bisa berasal dari aset-aset yang dimiliki

saat ini, pinjaman dari pihak lain, ataupun dari tabungan.

Secara lebih khusus lagi, ada beberapa alasan mengapa seorang melakukan

investasi, antara lain adalah:

(18)

Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf

hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana

mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak

berkurang di masa yang akan datang.

2. Mengurangi tekanan inflasi.

Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain,

seseorang dapat menghindarkan diri dari resiko penurunan nilai kekayaan

atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.

3. Dorongan untuk menghemat pajak

Beberapa negara di dunia banyak melakukan pemberian fasilitas perpajak

kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha

tertentu.

2.1.6 Inflasi

Inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum dan terus-menerus.

Inflasi sering dihitung dengan menggunakan indeks harga konsumen (consumer price index, CPI), indeks harga produsen (producer price index, PPI) atau deflator PDRB (Widodo, 2006). Inflasi merupakan indikator untuk melihat tingkat

perubahan dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara

terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi.

Pada perekonomian modern inflasi sangat bersifat inersial artinya bahwa

gejala inflasi memang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gejala

ekonomi tersebut sehingga disebut inflasi inersial. Gejala inflasi inersial bersifat

(19)

mengalami perubahan manakala timbul guncangan (shock) pada sisi permintaan agregat atau perubahan harga minyak dunia, pergeseran nilai tukar, kegagalan

panen, dan sebagainya (Yuliadi, 2008). Sama halnya ketika tingkat PDRB

meningkat maka akan meningkatkan jumlah uang yang beredar sehingga akan

meningkatkan angka inflasi.

Ada dua faktor yang menjadi masalah utama yang dapat menyebabkan

inflasi dalam negara berkembang berdasarkan teori strukturalis, yaitu:

1. Ketidakelastisan penerimaan ekspor, yaitu ekspor berkembang secara

lamban dibanding sektor lain dalam perekonomian. Hal ini disebabkan

naiknya harga barang-barang komoditi negara-negara berkembang (hasil

alam), dalam jangka panjang perkembangannya sangat lamban dibanding

harga barang industri.

2. Ketidakelastisan dari supply atau produksi bahan makanan dalam negeri,

berakibat pertumbuhan produksi bahan makanan tidak secepat

pertumbuhan penduduk dan pendapatan, sehingga harga bahan makanan

cenderung untuk meningkat melebihi kenaikan harga barang-barang lain.

Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004), efek-efek buruk dari inflasi

yaitu sebagai berikut:

1. Inflasi dan perkembangan ekonomi. Inflasi yang tinggi tingkatnya akan

menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik

menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka

pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan

(20)

ekonomi akan menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran

akan terwujud.

2. Inflasi dan kemakmuran rakyat. Disamping menimbulkan efek buruk ke

atas kegiatan ekonomi negara, inflasi juga akan menimbulkan efek-efek

terhadap individu dan masyarakat.

3. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan

tetap. Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan

harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-individu yang

berpendapatan tetap. Sehingga daya beli masyarakat juga akan menurun.

4. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian

kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank,

simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi-institusi keuangan lain

merupakan simpanan keuangan, nilai riilnya akan menurun apabila inflasi

berlaku. Maka mereka akan mengenakan tingkat bunga yang tinggi atas

pinjaman yang diberikan sebagai langkah proteksi dalam menghadapi

penurunan pendapatan riil dan kekayaan.

5. Memperburuk pembagian kekayaan. Telah ditunjukkan bahwa penerima

pendapatan tetap akan menghadapi kemorosotan dalam nilai riil

pendapatannya, dan pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami

penurunan dalam nilai riil kekayaannya. Sebagian penjual/pedagang dapat

mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan demikian inflasi

menyebabkan pembagian pendapatan diantara golongan berpendapat tetap

dengan pemilik-pemilik harga tetap dan penjual/pedagang akan menjadi

(21)

2.1.7 Suku Bunga

Suku bunga merupakan persentase dari pokok utang yang dibayarkan

sebagai imbal jasa (bunga) dalam satu periode tertentu. Menurut Karl dan Fair

(2001), suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman dalam

bentuk persentase, dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima

tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman.

Bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku

bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai

persentase dari jumlah yang dipinjamkan. Dengan kata lain, orang harus

membayar kesempatan untuk meminjam uang. Biaya peminjaman uang, diukur

dalam dolar per tahun, per dolar yang dipinjam adalah suku bunga. (Samuelson

dan Nordhaus, 2004)

Pembayaran ke atas modal yang dipinjam dari pihak lain, yang dinyatakan

dalam persentase dari modal dinamakan suku bunga (Sukirno, 2005). Pada

umumnya persentase yang dinyatakan menunjukkan suku bunga dari sejumlah

modal di dalam satu tahun. Dengan demikian jika dinyatakan suku bunga adalah

15 persen, maka artinya modal yang dipinjamkan memperoleh suku bunga

sebanyak 15 persen setahun.

2.1.8 Kurs

Kurs (exchange rate) antara dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Kurs

(22)

Pertukaran suatu mata uang dengan mata uang lainnya disebut transaksi

valas, foreign exchange transaction (Kuncoro, 1996). Harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau nilai tukar mata uang (exchange rate). (Salvatore, 1997)

Mankiw (2007) menambahkan, kurs nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Kurs riil (real exchange rate) adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua negara.

Dalam sistem kurs bebas nilai kurs yang mengalami depresiasi atau

apresiasi akan mendorong terjadinya arus perubahan ekspor dan impor barang dan

jasa dari suatu negara ke negara lainnya sehingga akan tercapai keseimbangan

nilai kurs dimana nilai ekspor sama dengan nilai impornya. (Yuliadi, 2008)

Perubahan nilai tukar dianggap penting, karena dapat berdampak pada

harga komoditas ekspor dan impor, upah tenaga kerja relatif, suku bunga, jumlah

pengangguran, dan tingkat produksi (Saeed et al, 2012), sehingga perlu adanya

upaya menstabilkan nilai tukar di suatu negara. Secara umum menunjukkan

bahwa determinasi nilai tukar ditentukan oleh variabel-variabel makroekonomi,

seperti supply uang diferensial, suku bunga diferensial, PDB riil diferensial, dan inflasi diferensial.

Oleh karena penentuan nilai tukar mata uang dalam sistem mengambang

bebas ditentukan oleh mekanisme pasar, maka hal tersebut akan sangat

bergantung pada kekuatan faktor-faktor ekonomi yang diduga dapat

mempengaruhi kondisi permintaan dan penawaran valuta asing di pasar valuta

asing (Madura, 2000). Faktor-faktor tersebut, antara lain adalah:

(23)

2. Perbedaan tingkat suku bunga antara kedua negara.

3. Perbedaan tingkat pendapatan nasional (Gross Domestik Product, GDP) antara kedua negara.

2.2 Landasan Penelitian Terdahulu

Pratowo (2009) meneliti tentang seberapa besar variabel Belanja Daerah,

Gini Rasio, Pengeluaran Non Makanan, dan Rasio Ketergantungan berpengaruh

terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Propinsi Jawa Tengah. Penelitian ini

menganalisis dengan data sekunder maka di dapat hasil penelitian tersebut bahwa

Belanja Daerah dan Pengeluaran non Makanan secara signifikan berpengaruh

positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia, sedangkan Gini Rasio dan Rasio

Ketergantungan secara signifikan berpengaruh negatif terhadap Indeks

Pembangunan Manusia.

Setiawan dan Hakim (2013) meneliti tentang Indeks Pembangunan

Manusia Indonesia dengan variabel yang digunakan Produk Domestik Bruto

(PDB), Pajak Pendapatan (PPN), Dummy Desentralisasi (DD), dan Dummy Krisis Ekonomi (DK). Data yang digunakan adalah data sekunder. Hasil penelitian tersebut adalah Produk Domestik Bruto (PDB) secara signifikan berpengaruh

positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia sedangkan Pajak Pendapatan

(PPN) secara signifikan berpengaruh negatif terhadap Indeks Pembangunan

Manusia.

Saddewisasi dan Ariefiantoro (2011) meneliti tentang Analisis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Di Kota

(24)

selama tiga tahun terakhir (2006-2008) pengaruh variabel Kesehatan, Pendidikan,

Standar Hidup Layak dan Ketenagakerjaan terhadap Indeks Pembangunan

Manusia Kota Semarang secara umum belum mengalami perubahan yang berarti.

Mirza (2012) meneliti tentang Pengaruh Kemiskinan, Pertumbuhan

Ekonomi, dan Belanja Modal Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Jawa

Tengah Tahun 2006-2009. Data yang digunakan adalah data sekunder, hasil

penelitiannya adalah bahwa Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Modal secara

signifikan berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia, sedangkan

Kemiskinan secara signifikan berpengaruh negatif terhadap Indeks Pembangunan

Manusia.

Badrudin (2011) meneliti tentang Pengaruh Pendapatan dan Belanja

Daerah Terhadap Pembangunan Manusia Di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta. Dari hasil penelitian tersebut didapat kesimpulan bahwa variabel

Pengeluaran Pemerintah pada sektor pendidikan, kesehatan dan infrastuktur tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap pembangunan manusia di Provinsi DI

Yogyakarta. Keberhasilan pembangunan manusia lebih banyak ditentukan oleh

sense of education masyarakat yang dilakukan secara mandiri dan sangat dipengaruhi oleh kondisi dan kekuatan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat itu

sendiri.

Kusumawardhani, et al (2012) meneliti tentang Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi PDB Indonesia Dengan Persamaan Simultan 2SLS. Penelitian ini

menggunakan data PDB tahunan statistik Indonesia dari tahun 1991 sampai

(25)

bahwa PDB yang diduga pajak dan kurs berpengaruh signifikan terhadap investasi

di Indonesia.

Yasinta A, et al (2008) meneliti tentang Pemodelan PDRB Jawa Timur

Dengan Pendekatan Sistem Persamaan Simultan. Data yang digunakan adalah

data sekunder yang meliputi data PDRB atas dasar harga konstan 2000, data upah

sektor pertanian, data pengeluaran untuk belanja pegawai; belanja barang dan

jasa; belanja modal, serta data jumlah tenaga kerja per sektor (1992-2007). Hasil

dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang paling berpengaruh dalam

persamaan adalah sektor tenaga kerja, dimana variabel tenaga kerja memiliki nilai

elastisitas yang lebih besar dari pada variabel-variabel yang lainnya.

Tabel 2.2 Theorical Maping

N

(2009)/ Analisis

Faktor-Faktor

Yang Berpengaruh

Terhadap IPM

Sumber: Jurnal

Bagaimakah

Pengaruh Belanja

Daerah, Gini

Rasio, Proporsi

Pengeluaran Non

Manusia di Provinsi

Jawa Tengah?

a.Belanja Daerah

diduga berpengaruh

positif terhadap IPM.

b.Gini Rasio diduga

berpengaruh negatif

terhadap IPM.

c.Proporsi

Pengeluaran Non

Makanan diduga

negatif terhadap IPM.

log(IPMit)

Belanja Daerah dan

Pengeluaran Non

Makanan secara

signifikan berpengaruh

positif terhadap Indeks

Pembangunan Manusia,

sedangkan Gini Rasio

dan Rasio

Ketergantungan

secara signifikan

berpengaruh negatif

terhadap Indeks

Pembangunan

(26)

N

Setiawan & Abdul

Hakim (2013)/

Domestik Bruto

(PDB) Pajak

IPM di Indonesia?

Produk Domestik

Bruto (PDB) dan

Pajak Pendapatan

(PPN) berpengaruh

Produk Domestik

Bruto (PDB) secara

signifikan berpengaruh

positif terhadap IPM

sedangkan Pajak

Pertambahan (PPN)

secara signifikan

berpengaruh negatif

terhadap IPM.

3 Wyati Saddewisasi

& Teguh

Hidup Layak dan

Ketenagakerjaan

Selama tiga tahun

terakhir (2006-2008)

pengaruh variabel

Kesehatan, Pendidikan,

Standar Hidup Layak

dan Ketenagakerjaan

terhadap IPM Kota

Semarang secara umum

belum mengalami

perubahan yang berarti.

4 Denni Sulistio

Di Jawa Tengah

Tahun 2006-2009

terhadap IPM di

Jawa Tengah?

Kemiskinan,

Pertumbuhan

Ekonomi dan

Belanja Modal

berpengaruh secara

signifikan terhadap

IPM.

Pertumbuhan Ekonomi

dan Belanja Modal

secara signifikan

berpengaruh positif

terhadap IPM

sedangkan kemiskinan

secara signifikan

berpengaruh negatif

(27)

N

Daerah Terhadap

Pembangunan

berpengaruh secara

signifikan terhadap

Pemerintah pada sektor

Pendidikan, Kesehatan

dan Infrastruktur tidak

berpengaruh secara

signifikan terhadap

pembangunan manusia

di Provinsi DI

Yogyakarta.

Keberhasilan

pembangunan manusia

lebih banyak ditentukan

oleh sense of education

masyarakat yang

dilakukan secara

mandiri dan sangat

dipengaruhi oleh

kondisi dan kekuatan

ekonomi, sosial dan

budaya masyarakat itu

sendiri.

Persamaan Simultan

2SLS

Sumber: Jurnal

Bagaimanakah

Pengaruh Pajak,

PDB dan Kurs

Terhadap Investasi?

Investasi dipengaruhi

oleh PDB, Pajak dan

Kurs.

(28)

N

PDRB di Jawa Timur

berpengaruh secara

Faktor yang paling

berpengaruh dalam

persamaan adalah

sektor tenaga kerja

dimana variabel tenaga

kerja nilai elastisitas

yang lebih besar dari

pada variabel-variabel

(29)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu, yaitu:

1. Variabel penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan variabel-variabel penelitian

seperti ekspor, inflasi serta suku bunga yang tidak ada satupun penelitian

terdahulu yang menggunakan variabel-variabel tersebut.

2. Waktu Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan periode penelitian dari tahun

1994 sampai dengan 2013 dimana tidak ada satupun penelitian terdahulu

yang menggunakan periode penelitian ini.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan skema/kerangka sederhana untuk

memberikan gambaran mengenai penelitian yang akan dilakukan secara

keseluruhan agar dapat diketahui secara jelas dan terarah. Kerangka konseptual

pada persamaan simultan ini menggambarkan pengaruh antara variabel-variabel

eksogen terhadap variabel-variabel endogen. Secara sistematis dapat dilihat pada

gambar berikut:

Suku Bunga Ekspor

Tenaga Kerja

Indeks Pembangunan

Manusia Inflasi

PDRB

Kurs

(30)

Keterangan:

1. Variabel Eksogen : Tenaga Kerja

Ekspor

Suku Bunga

2. Variabel Endogen : PDRB

Kurs

Inflasi

Investasi

Indeks Pembangunan Manusia

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian yang dapat diambil dari penelitian diatas adalah

sebagai berikut:

1. Tenaga kerja berpengaruh terhadap PDRB di Provinsi Riau.

2. PDRB, ekspor dan suku bunga berpengaruh secara simultan terhadap

inflasi di Provinsi Riau.

3. PDRB dan suku bunga berpengaruh secara simultan terhadap kurs di

Provinsi Riau.

4. Suku bunga, inflasi dan kurs berpengaruh secara simultan terhadap

investasi di Provinsi Riau.

5. PDRB dan investasi berpengaruh secara simultan terhadap Indeks

Gambar

Gambar 2.1 Perhitungan Indeks Pembangunan Manusia
Tabel 2.1 Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM
Tabel 2.2 Theorical Maping
gambar berikut:

Referensi

Dokumen terkait

Sementara untuk tujuan makalah ini adalah merancang Sinkronisasi dan CS pada audio watermarking, menganalisis kualitas audio yang sudah disisipkan watermark dibandingkan

rawat inap kelas II terhadap pelayanan keperawatan di RSUD Sanjiwani Gianyar dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut dari 86 responden secara umum sebagian besar

Concept Selection adalah suatu metode untuk memutuskan konsep mana yang akan terus dikembangkan hingga akhirnya menjadi produk jadi dari beberapa konsep yang telah

Concept Selection adalah suatu metode untuk memutuskan konsep mana yang akan terus dikembangkan hingga akhirnya menjadi produk jadi dari beberapa konsep yang telah

Pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Komisaris dilaksanakan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan

setelah mendapatkan penjelasan mengenai penelitian tentang “Hubungan Pemberian ASI Eksklusif terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Bayi

Achmad Wardi - Badan Wakaf Indonesia bekerjasama dengan Yayasan Dompet Dhuafa Republika sebagai pengelola RS - Masyarakat dhuafa (gratis disubsidi dana zakat).

Skripsi berjudul “Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Angka Kesakitan Malaria: Studi di Provinsi Lampung” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar