• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Persepsi dan Sikap Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Petani untuk Menggunakan Sumber Pembiayaan Formal Usaha Tani Di Kabupaten Asahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Persepsi dan Sikap Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Petani untuk Menggunakan Sumber Pembiayaan Formal Usaha Tani Di Kabupaten Asahan"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Perilaku Konsumen

Menurut Sumarwan (2004) suatu perusahaan harus mampu memahami perilaku konsumen dengan sebaik mungkin agar memasarkan produknya dengan baik. Perusahaan dapat memperkirakan respon dari konsumen terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan sehingga perusahaan dapat menerapkan strategi pemasaran yang tepat. Perilaku konsumen mencakup proses konsumen dalam mengevaluasi, mendapatkan, menggunakan suatu produk atau jasa . Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan sebelumnya, maka Simamora (2002) menarik kesimpulan bahwa :

1. Perilaku konsumen menyoroti perilaku individu dan rumah tangga.

2. Perilaku konsumen menyangkut suatu proses minat sebelum pembelian serta tindakan dalam memperoleh, memakai, mengonsumsi, dan menghabiskan produk.

(2)

Schiffman dan Kanuk (1994) dalam

Proses minat pembelian meliputi beberapa tahapan. Menurut Engel et al. (1994) terdapat lima tahapan minat pembelian yang dilakukan konsumen, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan evaluasi pascapembelian.

Sumarwan (2004) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang diharapkan akan memuaskan kebutuhannya. Mowen dan Minor (1998) juga mendefinisikan perilaku konsumen sebagai suatu studi tentang proses pembelian dan pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, pembuatan barang dan produk, pengalaman, dan ide-ide.

Sumber : Engel et al. (1994)

Gambar 3. Tahap-Tahap Proses Minat Pembelian

Engel et al. (1994) mendefinisikan pengenalan kebutuhan sebagai suatu persepsi atas perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan situasi aktual yang memadai untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses minat. Ketika ketidaksesuaian yang ada melebihi tingkat atau ambang tertentu, kebutuhan pun dikenali. Namun seandainya ketidaksesuaian itu ada di bawah tingkat ambang, maka pengenalan kebutuhan tidak terjadi.

Menurut Kotler (2002), proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dapat timbul karena adanya

(3)

rangsangan internal atau eksternal. Rangsangan internal merupakan kebutuhan dasar konsumen seperti rasa lapar, haus dan lain-lainnya yang akan timbul suatu saat pada suatu tingkat tertentu dan menjadi sebuah dorongan yang memotivasi orang itu untuk segera memuaskan dorongan tersebut. Pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu. Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, pemasar dapat mengidentifikasi rangsangan yang paling sering membangkitkan minat akan suatu kategori produk. Pemasar kemudian dapat mengembangkan strategi pemasaran yang memicu minat konsumen.

Menurut Schiffman-Kanuk (2000) studi tentang perilaku konsumen difokuskan kepada bagaimana individu membuat minat untuk menghabiskan ketersediaan sumber daya yang mereka miliki, seperti waktu, uang dan usaha, untuk mengkonsumsi barang kebutuhan terkait termasuk didalamnya jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang mereka beli, mengapa mereka membeli itu, kapan mereka membeli itu, dimana mereka membeli itu dan seberapa sering mereka membeli itu. Pendapat yang sejalan dinyatakan oleh Solomom (1995) yang menyatakan bahwa perilaku konsumen meliputi bidang yang sangat luas. Ilmu ini mempelajari seluruh proses yang terlibat dan terkait bila individu-individu atau kelompok memilih, membeli, memakai atau menggunakan suatu produk, jasa pelayanan, gagasan atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.

(4)

semua aspek kehidupannya. Sikap kognitif merefleksikan sikap pemahaman, sikap affektif merefleksikan sikap tindakan nyata. Minat itu sendiri bagian dari unsur melekat pada diri individu konsumen yang disebut dimana ia merujuk kepada tindakan fisik yang nyata yang dapat dilihat dan dapat diukur oleh orang lain. (Peter-Olson, 1999). Sebuah minat menurut Peter-Olson (1999 : 150), merupakan suatu pilihan diantara dua atau lebih alternarif tindakan.

Dikaitkan dengan penelitian ini maka pembiyaan kredit sebagai sumber dana yang digunakan untuk usaha tani merupakan produk yang dipasarkan. Dalam penelitian ini yang menjadi Konsumen adalah Petani yang ingin menggunakan sumber pembiayaan pada Usaha Taninya.

2.1.2 Segmentasi Pasar

Segmentasi pasar adalah merupakan suatu pemisahan pasar pada kelompok-kelompok pembeli menurut jenis produk tertentu dan memerlukan bauran pemasaran sendiri (Kotler, 2002). Persaingan usaha yang semakin ketat menyebabkan perusahaan berusaha untuk memahami tentang konsumen dengan melakukan segmentasi. Keuntungan yang diperoleh dengan melakukan segmentasi pasar sebagai berikut:

1. Informasi lebih jauh mengenai bauran pemasaran tertentu yang diinginkan dan dibutuhkan suatu kelompok konsumen tertentu.

2. Dapat dijadikan masukan untuk tercapainya suatu metode pemasaran yang tepat untuk setiap segmen yang terbentuk.

(5)

Menurut Kotler (1997), dasar-dasar segmentasi pasar dapat dilakukan dengan memperhatikan ciri-ciri konsumen, antara lain:

1. Segmentasi Geografis

Merupakan pembagian pasar menjadi unit-unit geografis yang berbeda seperti negara, negara bagian, wilayah, propinsi, kota atau lingkungan.

2. Segmentasi Demografis

Pasar dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan variabel-variabel demografis seperti usia, ukuran keluarga, jenis kelamin, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, keturunan, kewarganegaraan dan kelas sosial.

3. Segmentasi Psikografis

Merupakan pembagian pasar menjadi kelompok-kelompok yang berbeda berdasarkan gaya hidup dan kepribadian.

4. Segmentasi Perilaku

Merupakan pembagian pasar menjadi kelompok-kelompok yang berbeda berdasarkan pengetahuan, sikap, pemakaian, atau tanggapan konsumen terhadap suatu produk.

2.1.3 Persepsi dan Sikap Konsumen

(6)

dimana individu-individu terekpos pada informasi, menyediakan kapasitas prosesor yang lebih luas dan mampu menginterpretasikan informasi tersebut.

Simamora (2002) mengemukakan bahwa persepsi adalah suatu proses, dengan mana seseorang menyeleksi, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan stimuli ke dalam gambaran dunia yang berarti menyeluruh. Stimuli dapat digolongkan ke dalam dua tipe, yaitu stimuli fisik (physical stimuli) dan stimuli yang berasal dari dalam individu sendiri. Stimuli fisik dipengaruhi dari lingkungan sekitar sedangkan stimuli yang berasal dari dalam individu sendiri ada dalam bentuk predisposisi, seperti harapan (expectation), motivasi (motives), dan pembelajaran (learning) yang didasari pada pengalaman individu sebelumnya. Kombinasi dari kedua tipe tersebut mampu menghasilkan gambaran yang bersifat pribadi karena manusia merupakan individu yang memiliki pengalaman, keinginan, kebutuhan, hasrat, serta pengharapan yang unik akan menghasilkan suatu persepsi tersendiri. Persepsi pada masing-masing individu berbeda meskipun realitas sama. Hal ini disebabkan adanya perbedaan dalam perceptual selection, perceptual organization, dan perceptual interpretation.

(7)

sendiri, pengalaman orang lain, atau bahkan dari beberapa hal yang dilihat sendiri oleh konsumen.

Mcguire dalam Engel at al. (1995) mengatakan bahwa setiap individu akan memiliki persepsi yang berbeda mengenai suatu hal yang sama karena terciptanya sebuah persepsi melalui beberapa proses berikut :

1. Pemaparan, pencapaian kedekatan terhadap suatu stimuli sedemikian rupa sehingga muncul peluang diaktifkannya satu atau lebih dari kelima indera manusia.

2. Perhatian, alokasi kapasitas pemrosesan untuk stimulus yang baru masuk. 3. Pemahaman, tafsiran atas stimulus.

4. Penerimaan, dampak persuasif stimulus kepada konsumen.

(8)

sikap merupakan evaluasi konsep secara menyeluruh yang dilakukan seseorang. Adapun yang dimaksud dengan evaluasi adalah tanggapan pada tingkat intensitas dan gerakan-gerakan yang relatif rendah. Evaluasi dapat diciptakan oleh sistem afektif maupun kognitif. Tanggapan afektif meliputi emosi, perasaan, dan suasana hati, sedangkan pemrosesan kognitif dari pengambilan minat menunjukkan bahwa suatu evaluasi menyeluruh dibentuk ketika konsumen mengintegrasikan antara pengetahuan, arti, atau kepercayaan tentang konsep sikap.

2.1.4 Model Sikap Multiatribut Fishbein

(9)

Gambar 4. Model Perilaku dan Sikap Fishbein

Komponen sikap bersifat internal individu, yang berkaitan langsung dengan obyek penelitian dan atribut-atribut langsungnya. Komponen sikap memiliki peranan penting dalam pengukuran perilaku karena akan menentukan tindakan apa yang akan dilakukan, dengan tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal. Komponen norma subyektif bersifat eksternal individu yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu. Komponen ini dapat dihitung dengan cara mengalikan antara nilai kepercayaan normatif individu terhadap atribut dengan motivasi terhadap atribut tersebut. Kepercayaan normatif mempunyai arti sebagai kuatnya suatu keyakinan normatif seseorang terhadap atribut yang ditawarkan dalam mempengaruhi perilakunya terhadap obyek. Motivasi merupakan dorongan dalam diri seseorang untuk setuju dengan atribut yang ditawarkan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap perilakunya.

Keyakinan akan atribut yang menonjol

Evaluasi atribut

Keyakinan normatif Norma subyektif

Faktor lain Perilaku Maksud perilaku

Sikap

(10)

Suatu produk pada dasarnya adalah kumpulan atribut-atribut, sehingga setiap produk, baik barang maupun jasa dapat dideskripsikan dengan menyebutkan atribut-atributnya. Kekuatan kepercayaan konsumen terhadap atribut barang atau jasa merupakan kekuatan harapan dan keyakinan konsumen terhadap atribut yang dimiliki oleh suatu barang atau jasa (Limbong dan Sitorus, 1987). Mowen dan Minor (1998) menyatakan bahwa kekuatan kepercayaan terhadap suatu atribut produk dicerminkan oleh pengetahuan konsumen terhadap suatu produk dan manfaat yang diberikan oleh produk tersebut. Perusahaan perlu memahami atribut dari suatu produk yang diketahui konsumen dan atribut mana yang digunakan untuk mengevaluasi suatu produk. Pengetahuan tersebut berguna dalam mengkomunikasikan atribut suatu produk kepada konsumen. Kepercayaan konsumen terhadap suatu produk, atribut, dan manfaat produk menggambarkan persepsi konsumen. Oleh karena itu, kepercayaan masing-masing konsumen terhadap suatu produk atau merek pasti berbeda-beda (Sumarwan, 2004).

2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Penggunaan Sumber Pembiayaan

(11)

tersendiri yang mempengaruhi minat petani untuk menggunakan sumber pembiayaan.

2.1.5.1Faktor Internal

Faktor internal yang merupakan ciri pribadi yang melekat pada diri seseorang,

baik yang muncul dari kawasan kepribadiannya maupun yang dimiliki karena status

dan peranannya, akan memunculkan kekuatan atau dorongan untuk bertindak

terutama yang menguntungkan dirinya.

Lionberger (1968) mengatakan faktor-faktor internal yang mempengaruhi

adalah usia, tingkat pendidikan, luas lahan, tingkat pendapatan, partisipasi dalam

kelompok, aktivitas mencariinformasi, keberanian mengambil resiko, sikap terhadap

perubahan, motivasi berkarya, aspirasi, sifat fatalisme dan dogmatisme (sistem

kepercayaan yangtertutup).

Soekartawi (2005) menjelaskan bahwa terdapat peubah yang mempengaruhi

proses pengambilan minat yaitu: usia, pendidikan, keberanian mengambil resiko, pola

hubungan, sikap terhadap perubahan, pendapatan usahatani, luas usahatani, status

pemilikan tanah, prestise masyarakat, sumber informasi yang digunakan dan jenis

produk yang akan digunakan.

Dalam penelitian ini faktor internal yang menjadi variabel penduga yang

dapat mempengaruhi seseorang dalam memberikan respons terhadap stimuli yang

diterimanya, dan akan mengubah perilakunya dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Usia

(12)

bahwa petani yang lebih tua tampaknya kurang termotivasi menerima hal-hal baru daripada mereka yang relatif umur muda. Petani yang berumur lebih muda biasanya lebih bersemangat dibandingkan dengan petani yang lebih tua. Semakin tua (di atas 50 tahun), biasanya semakin lamban mengadopsi inovasi dan cenderung hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah diterapkan oleh warga masyarakat setempat (Mardikanto, 2009). Menurut Padmowihardjo (1994), bahwa umur bukan merupakan faktor psikologis, tetapi apa yang disebabkan oleh umur itu adalah faktor psikologis. Semakin tinggi umur semakin menurun kerja otot, sehingga terkait dengan fungsi kerja indera yang semuanya mempengaruhi daya belajar. Rakhmat (2005) mengatakan bahwa kelompok orang tua melahirkan pola yang pasti berbeda dengan anak-anak muda. Umur merupakan aspek yang berhubungan terhadap kemampuan fisik, psikologis dan biologis seseorang serta berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam belajar, baik dalam mengaktualisasikan hasil belajar dalam pengalaman hidup maupun hakekat serta jenis dari struktur sikap pemprosesan informasi yang dipunyainya. Umur adalah jumlah tahun hidup petani, artinya semakin tua umur petani semakin rendah tingkat adopsinya.

2. Tingkat Pendidikan

(13)

penyuluhan pembangunan atau pendidikan luar sekolah dan bentuk-bentuk interaksi terprogram lainnya dalam proses belajar sosial untuk mewujudkan kualitas kehidupan. Sedangkan pendidikan informal adalah pendidikan dalam keluarga atau hasil interaksi dengan lingkungan (Sumardjo, 2008). Pendidikan baik formal maupun nonformal adalah sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.

Pada umumnya petani yang berpendidikan lebih baik dan berpengetahuan teknis yang lebih banyak, akan lebih mudah dan lebih mampu berkomunikasi dengan baik. Mosher (1987) mengemukakan bahwa dalam memajukan usahatani yang dilaksanakan, petani membutuhkan kemampuan berpikir dan pengetahuan mereka untuk mengelola usahataninya. Hamundu (1997) mengemukakan bahwa semakin tinggi pendidikan petani akan semakin mudah menerima dan bekerja dengan konsep yang abstrak. Dengan demikian pendidikan merupakan proses yang dijalani seseorang untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang kemudian menghasilkan perubahan perilaku.

3. Tingkat Pendapatan

Pendapatan rumah tangga petani merupakan total keseluruhan pendapatan baik yang berasal dari usahatani maupun yang bukan dari usahatani. Pendapatan dari usahatani yang rendah menyebabkan petani mencari tambahan di luar usahataninya.

4. Luas Lahan

(14)

penggunaan lahan. Hernanto (1996) mengatakan bahwa luas lahan usahatani dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yakni lahan yang sempit dengan luas lahan kurang dari setengah hektar, lahan yang sedang dengan luas lahan antara setengah hektar sampai dua hektar dan lahan yang luas lebih dari dua hektar. Sehubungan dengan itu Wiriaatmadja (1977) menjelaskan bahwa petani yang memiliki tanah yang luas memiliki sifat dan kegemaran untuk mencoba hal baru dan akan selalu berusaha sendiri mencari informasi yang diperlukan. Luas Lahan Juga menjadi pertimbangan dalam menggunakan sumber pembiayaan yang diperlukan sesuai dengan Jumlah dana yang dibutuhkan.

5. Produktivitas

(15)

6. Status Lahan

Barlow (1978), Lahan termasuk didalamnya lahan sawah, dalam kegiatan produksi merupakan salah satu faktor produksi tetap.

Secara fisik, lahan merupakan aset ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh kemungkinan penurunan nilai dan harga serta tidak dipengaruhi oleh faktor waktu, secara fisik pula lahan merupakan aset yang mempunyai keterbatasan dan tidak dapat bertambah besar, misalnya dengan melalui usaha reklamasi. Lahan secara fisik tidak dapat dipindahkan, walaupun fungsi dan penggunaan lahan (land function and use) dapat berubah tetapi lahannya sendiri bersifat stationer (tetap). (Sujarto, 1986).

(16)

7. Pengalaman Usaha Tani

Pengalaman berusahatani berpengaruh terhadap minat petani untuk menggunakan sumber pembiayaan. Pengalaman seseorang saling terkait dalam pengambilan minat. Padmowihardjo (1994) mengatakan bahwa pengalaman adalah suatu kepemilikan pengetahuan yang dialami seseorang dalam kurun waktu yang tidak ditentukan sebagai hasil belajar selama hidupnya. Seseorang akan berusaha menghubungkan hal yang dipelajarinya dengan pengalaman yang dimiliki dalam proses belajar. Pengalaman yang menyenangkan dan memuaskan akan berdampak pada hal yang positif bagi perilaku yang sama yang akan diterapkan pada situasi berikutnya.

8. Jumlah Tenaga Kerja

(17)

2.1.5.2Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang ada dalam mayarakat dan petani khususnya mempengaruhi minat petani untuk menggunakan sumber pembiayaan. Faktor faktor eksternal yang dijadikan variabel penduga pada penelitian ini berkaitan dengan faktor yang berada diluar diri individu petani. Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998). Menurut Aryati (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa efektif atau tidaknya suatu penyaluran pembiayaan pada BMT dapat dinilai berdasarkan beberapa parameter antara lain: persyaratan peminjaman, prosedur peminjaman, realisasi kredit, besar kecilnya biaya administrasi, pelayanan petugas bank, lokasi bank, jaminan/agunan, pengetahuan dan partisipasi nasabah/calon nasabah.

(Hidayat, 2004) mengemukakan Efektivitas pembiayaan berdasarkan beberapa parameter, antara lain :

a. Prosedur pembiayaan yang menunjukkan kemudahan bagi calon nasabah untuk memahaminya

b. Persyaratan pembiayaan yang menunjukkan kesanggupan/kemudahan bagi calon nasabah pembiayaan untuk memenuhinya, termasuk ada/tidak adanya jaminan

(18)

d. Lokasi yang menunjukkan kemudahan bagi nasabah pembiayaan untuk mengakses sumber permodalan yang disediakan

e. Dampak pembiayaan yang menunjukkan tingkat kemanfaatan pembiayaan Supriatna (2007) mengemukakan karakteristik skim kredit pembiayaan terdiri atas nilai plafond, jenis agunan, bentuk kredit, lama pinjaman, tingkat suku bunga dan bentuk serta cara pembayaran.

Dari beberapa Uraian diatas maka dapat disusun faktor-faktor eksternal yang menjadi variabel penduga ditawarkan yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Jumlah Sumber Pembiayaan

Jumlah sumber pembiayaan merupakan berapa banyak dana yang dapat digunakan untuk menjadi sumber pembiayaan bagi usaha tani. Jumlah sumber pembiayaan ini akan menjadi pertimbangan petani untuk menggunakan sumber pembiayaan atau tidak disesuaikan dengan kebutuhan usaha tani dan proses mengembangkan usaha tani sesuai dengan skala yang akan dicapai.

2. Lama Waktu Pinjaman

Lama waktu pinjaman menunjukkan seberapa besar periode yang disediakan dalam mengembalikan pinjaman. Lama waktu pinjaman ini menjadi bahan pertimbangan dalam memutuskan konsumen menggunakan sumber pembiayaan karena karakteristik usaha tani yang memerlukan periode sampai dapat menghasilkan nilai keuntungan sehingga dapat mengembalikan pinjaman.

3. Tingkat Bunga

(19)

bahwa para petani pada umumnya akan mengurangi jumlah pinjaman apabila suku bunga kreditnya tinggi agar supaya jumlah pengembalian kredit masih berada di tingkat kemampuan usahanya. Ketika harga jual padi tinggi aksesibilitas petani terhadap kredit bunga tinggi akan meningkat.

4. Mekanisme/Prosedur Peminjaman

Mekanisme/prosedur peminjaman berkaitan dengan aturan-aturan proses administrasi dan prosedur yang harus ditempuh dalam melakukan pinjaman dana sebagai sumber pembiayaan. Semakin sulit aturan, proses administrasi dan prosedur yang akan ditempuh untuk dipahami dan dijalankan maka semakin membuat konsumen tidak menggunakan dana sebagai sumber pembiayaan usaha taninya. Demikian pula sebaliknya apabila aturan proses administrasi semakin mudah maka semakin merangsang konsumen untuk menggunakan dana sumber pembiayaan bagi usaha taninya.

5. Lokasi

Lokasi merupakan tempat yang dapat diakses konsumen menjadi sumber dana pembiayaan bagi usaha tani. Kelayakan tempat, jarak dan kemudahan akses terhadap lokasi menjadi bahan pertimbangan konsumen dalam menggunakan sumber pembiayaan bagi usaha tani.

6. Jaminan

(20)

2.2 Penelitian Terdahulu

Hasil-hasil penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya khususnya untuk sumber pembiayaan kredit pertanian dan analisis persepsi dan sikap konsumen adalah sebagaiberikut :

Supriatna, (2003), Mengenai aksesibilitas petani kecil pada sumber kredit

pertanian di tingkat desa: studi kasus petani padi di NTB. Penelitian tersebut bersifat deskriptif diuraikan menurut hasil interprestasi data tabulasi. bersangkutan. Hasil penelitian Kabupaten Lombok Timur NTB dengan padi sebagai tanaman dominan, mayoritas petani secara umum mengetahui bahwa tingkat bunga sumber pembiayaan formal memang lebih rendah, tapi prosedur administrasi dinilai sulit, waktu penyaluran lama/lambat, dan jumlah kadangkala tidak sesuai seperti yang diharapkan. Sebaliknya, sumber pembiayaan informal seperti pedagang, pelepas uang dan kelompok, prosedur administrasi sederhana, waktu pencairan pinjaman cepat/tepat waktu sesuai kebutuhan tapi dengan tingkat bunga lebih tinggi. Persamaan dari hasil-hasil kajian empirik tersebut dengan penelitian yang dilakukan ini yaitu menganalisis sumber-sumber kredit di tingkat petani dan melihat persepsi masyarakat terhadap lembaga pembiayaan formal di Kabupaten Asahan. Perbedaan ini dengan penelitian Supriatna yang telah dilakukan sebelumnya terdapat pada lokasi, tujuan, alat analisis. Pada penelitian ini analisis persepsi dilakukan dengan Multiatribut Fishbein.

Karyanto, (2008), Dengan Judul Kajian Kredit Usaha Tani dalam

(21)

usaha tani padi, metode analisis data yang dipakai dengan menggunakan analisis fungsi produksi yang diestimasi dengan model Cobb Douglas, perbedaan dengan penelitian ini adalah pada aspek tujuan penelitian, alat analisis, lokasi penelitian. Penelitian ini menitik beratkan tujuan penelitian untuk mengetahui persepsi, sikap, dan faktor yang mempengaruhi minat penggunaan sumber pembiayaan. Dengan menggunakan Analisis Multiatribut Fishbein dan Analisis Logit. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada aspek kajian dan respondennya yang merupakan sektor kredit pembiayaan formal petani pedesaan.

Ratri, (2005), Dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Persepsi dan

(22)

analisis pada penelitian ini adalah analisis multiatribut Fishbein diperoleh skor yang mengindikasikan bahwa frestea kurang disukai oleh konsumen dibanding teh botol sosro. Persamaan penelitian ini adalah pada kesamaan alat analisis yang menggunakan analisis Multiatribut Fishbein tetapi berbeda pada aspek kajiannya yakni produk teh botol dengan kajian produk sumber pembiayaan formal. Penelitian ini juga berbeda karena pada penelitian yang akan dilakukan ini tidak hanya meneliti mengenai persepsi dan sikap tetapi juga menganalisis faktor. Perbedaan juga terdapat pada lokasi penelitan serta responden penelitian.

2.3 Kerangka Pemikiran

Permodalan untuk pembiayaan usaha pertanian, secara umum berasal dari 2 sumber yaitu dari modal sendiri dan dari pinjaman atau kredit dari pihak lain. Dari pinjaman dapat dibagi dalam 3 jenis kredit, yakni (i) kredit program pemerintah, (ii) kredit dari lembaga formal, seperti perbankan/BPR, dan (iii) kredit dari lembaga informal, seperti pedagang, pelepas uang, kelompok dan sebagainya.

(23)
(24)
(25)

2.4 Hipotesis

Gambar

Gambar 3. Tahap-Tahap Proses Minat Pembelian
Gambar 4. Model Perilaku dan Sikap Fishbein
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Remaining mass of ethoprophos (Part A) and bentazone (Part B) as a function of incubation time as measured in laboratory incubations at different temperatures with soil sampled from

Soil samples from the two latter sites were used in a number of laboratory studies, with site I exhibiting properties very similar to field site VIII and site III being investigated

Terimakasih untuk kalian Alin, Debby, Elwinda, Ika dan Yeni yang juga selalu setia setiap saat menemani dan menghibur penulis disaat penulis mulai lelah kadang hampir

Skripsi Perempuan Korban Kekerasan Ekonomi ..... ADLN - Perpustakaan

Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mendukung dan menghambat penerapan internal public relations sebagai upaya meningkatkan produktivitas kerja

67 Kardiono, R., 2014, ‘Uji Efek Sedasi dan Durasi Waktu Tidur Ekstrak Air Herba Putri Malu (Mimosa pudica L.) pada Mencit (Mus musculus) 80 Galur Swiss’, Skripsi, Sarjana

The aim of this study are to analyze the text of female sexuality articles that realized in the women magazines (i.e. vocabulary, grammar, cohesion and text

[r]