TINGKAT
?ET{GETAEUAI{, SIIL4P, DAITTTII{DAXAII MA,STARAI$T
}IENGET'IAI PENCEIGANAHPENYAKIT
I}E}IAM BERIIARAH
DENST'E
I}I
KELURAAAN
AI'R KUI{I}IG BTIKITIINGGI
ftild
UiO
h
ffi
lfudolccra
l,fuiwrsirrr
Aadeb
ftbcltdp*srhsrnstTf d
ocaary*a
EFlr
Sslrlr
l(ldfua
0r*:
If,T{!{r
AZTAru
Nlr.rilillt
FAKI'LTAS KETX}KIR.tr}T
I'T{IYERSTAS AT{DAIAS
PAI}ANG
TIHGI{AT PNNCS.f*ilUAIII,
SE(J{P,D4'{
TtrdDET{A}I
MASABAXAT
MENGEITIAI PENCECAIIAITI
PEIYYAKIT
NEMAM
BEruARAH
DENGTTEI}I ICLTIRAIIAT{
AUR
KT.JNINGBT'KITTINGGI
kiFi
Ditjrrh
b
Frhtar
K#srr
Univeniar nnddra
sdqli
pcncorAn
Erlab ratuslmrt
rffi*
ucq@gdrSriuaKedshcrm
Qlc*;
f#rlI+iAz$ru
!ftF.€sllt001t
FAKULTAS
KEDOKTERAI\T TJNIVERII TASAIIDAII\S
PAI}AI{G
rrNGr(Ar
-='ilffc$t**rri{iGryPry
PENGE"TAHUAN'srlfirP,
DAli
rR:DAI{ry
l!lT.{$-rur
-bs*cunniret
ArnHUNs{GFurrlm{GGr
'
'$&rip
Didttilffi
'
b
fdsltll
t<#su
Uniriersitrr$l1r
s€bqlipc8lo$tnlr$*u
oqryt
t&*
ifidiofftgdr$F}u
Ksddacrm
,
0h*;
f$sltf
*rry*nt
irff.sll€0tt
FAIIuLIAS
KSDOT(TE*AN
r"
ItNnERsrrAs
aNDAIJIS
PADANG
TTI\I6SATPNNtr*I!UA{'
SIT(*F,
NAI{ TU\ID*
rilEst€BltAt
runrcrg*nnx
rEil.f
arffi
Ds*!a*t'il8-8p*RAH'
nrxCt
egr
fCfr*Un**,rx
AUn
I{t$rN€ SUlgtrrgG6r
$KRFSI
&I*h;
m.wArf*nl
t6P.UI1p0!8
Td$dii.qFde@iry$lcripsi K
thsd
ml*omryeUEi
!@
Jfun'
Tn@p
Drs.
Adrial,lLKcs
FcmbinhiryI
k,
dr.I{
l{afti, Bacbtiar, MPHPcmtin$ingII
,+
/((
'\ -7
Y
h,'
&U?*:
..
:$$!{B,DA!*TSrtP,4PtNr$$
..t
,*stc,$s
:rEw,y*lnrDnlfiel4,sBnDAR,Alr
I}ENGUE
DI T{.ELURAI!*,NAUR
KUNING
BUKITTTNGGI
t ,lr:
'sK
${grf
:
Td$
Chcrranum
d
B
TiE
Fctrgt|ii$aiPsi
Frlclltr3
ltuddcerm
thmd
St'g'-tAlfur*tr'7
felboSpji
Stdtrd
;.;,,hlb!'.:,,
Jsb$e.
".
.. Sesuryufi.ryos*r6+$ fosnfiwn
i*
ada ft"4nu^de6an mafr,gopoS+ frg*u
tefafi. sefcsai fiengansati
urasan,fo4iaf;gnhfr
dengansu
fr urusan,
iaqg
feieda* &*rye
4qry6-"{ufianyuk!
fu*o
flerfiarap(qS.
At
InsJkafr 6-s)
".".
.ftfafi
afu*ue,ftiryi$gtn
otsttg-orm& fiqitnan
dtantaranu
dadarang-rmg
F? . .f - - , -f ,-,-, t-C^---- I^--:-t n
tefllkt...
:fekfi
eng&*agiftf{aft jak
tlsry tsrfie{e@ry
'feW
engLgu &uetfigrr{tdt&t
u*wfu
t
ciuda
Khd
&
lxrmlfrinyue*t
afom frgSesarunlvtuNamnr
.-.
pery{atunfrp
nasifi.ponjang
fetin
aw|y"ethL..
satu@udu
defut
frttryfu
tefafifrgteunti
At&in)'aL*oifi
i*sc&fu
6et{w'tihn
St"rg;
seg&
Wxt
ryS
fig!&di
da{a*
fiefii{upan
:
{Dapat&46r&$t
qwotuntaLtnnbq@
S"i"rrg
stjud
ryafi3ufu6€Pat4*Iu
J4,fr{1ol6XpWw*efi&*n
setitifufgr1a;*
larrltlaf;t*ayda*
*tama tercinta
So*qai
{snit
&6&i
{&
i4
sayngfrtt
Wqku
futefru
fgloiftiti{a&d&ea@
sefietfng
tyg&
dqa, futsifi sayang,pettgof6s!1t, torofqatt
dansqnangt yptn
sensttiasa
drcurafifutttur*E&t
'Untudafiffi
tCicitsrsaY'ng
?flpsi$ sa3erymti
*ttstttiaso
ryi&
yiiar
sananflat
do{am setiaphngflgfrfu
Dari orang tuamu kau belajar
rmfcinhidan
tertarva juga cara rnelaqkahkan satu kaki di depan fang lain. Tetap{ regiiukaurembuta
buhr, kau menemulsr bdrwa kaumempunyai sayap...
KATA
PENGAI{TAR
Segala
puji
dan syukurke
hadiratAllah
SWT
atas segala rahmat dankarunia-Nya, sehingga
peneliti
dapat menyelesaikan penulisanskripsi
yangberjudul
"Tingkat
Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Masyarakat Mengenai Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Denguedi
Kelurahan
Aur
Kuning
Bukittinggi".
.
Skripsiini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjanakedokteran (S.Ked) pada Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang.
Dalam
proses penyelesaianskripsi
ini,
peneliti
mendapat bimbingan,-
bantuan, dukungan,dan
kerjasamadari
berbagaipihak. Untuk
itu
padakesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.
BapakProf.
Dr.
H.
Fadil
Oenzil, Ph.D, SpGK
selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.2.
Segenap staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Andalas untuk ilmudan waktu yang telah diberikan untuk mendidik kami.
3.
Bapak Drs. Adrial, M.Kes dan Bapak Dr. dr. H. Hafni Bachtiar, MPH selakupembimbing
yang telah
meluangkanwaktu,
tenagadan pikiran
dalammemberikan
petunjuk,
sarandan
masukandari awal
penelitian sampai penyusunan skripsi ini.4.
Ibu dr. Nurhayati, M.Biomed, Bapak dr. Andani Eka Putra, dan Ibu dr. Yuniar Lestari, M.Kes selaku. penguji atas saran dan kritikannya dalam penelitian skripsi ini.5.
Ibu
dr. EstherH.
Mashuri, Sp.PA selaku pembimbing akademik yang telahmembimbing studi peneliti.
6.
Ibu Yetta, kader posyandudi
KelurahanAur
Kuning yang telah membantupeneliti dalam mendapatkan data di lapangan.
7.
Irma
atas seluruh dukungan, dorongan semangat serta bantuan yang telahdiberikan dalam proses penyusunan skripsi ini.
9.
Seluruh anggota HET, khususnya angkatanXVI
atas segala suka dan duka yang telah kita lewati bersama.10. Rekan-rekan angkatan 2003 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang I
l.
Kedua orang tua dan adik tercinta atas segala bantuan, doa yang tulus dankasih sayang
tak
berhingga yang mengiringi langkah peneliti untuk meraih cita-cita.Peneliti
menyadari sepenuhnya balrwaskripsi
ini
masih
mempunyai kekurangan.Untuk
itu
kritikan,
saran dan koreksidari
semuapihak
sangatdiharapkan.
Akhir
kata peneliti mengharapkanagtr
skripsiini
dapat bermanfaat bagi kita semfa.Amin...
Padang, Agustus 2007
ABSTRACT
KNOWLEDGE, ATTITUDE,
ANDTHE
ACTIONS OF SOCIETYABOUT
PREVENTION
OF DENGUEIMMORRHAGIC
FEVER
IN
AtiR
KUNING
SUB-DISTRICT,BUKITTINGGI'
By
FENI{Y
AZTARI
Dengue Hemorrhagic Fever
(DHD
still
a
public
health problem
in Indonesia because the high prevalention and the wide dishibution. Individual and society behaviour are increase the risk of transmitte disease.The reseach. aimed
to
identifiedof
knowledge, attitude, and actionof
society about preventionof
DHF
in Aur
Kuning sub-district, Bukittinggi. Thereseach was conducted during October 2006
to
August 2007. Designof
reseachwas analitic
with
cross sectional approach.6l
samples was drawn among household wifes proportional simple random sampling technique.
The result showed that, 75,4Yo
of
the respondent have good knowledge level and 24,6Yo did not have good knowledge level. The attitudeof
respondentabout prevention
DHF
were highest,was
100%. Meanwhile,the
respondenthaving good actions of eliminating DHF were 9l,8oZ and 8,2o/o did not have good
actions
of
eliminating DHF. From bivariate analysisit
was foundthat
were norelationship between knowledge level and the actions of eliminating DHF. There
were relationship between attitude and the actions of eliminating DHF.
It was necessary to increase the knowledge level of house hold wifes about
DHF and prevention of DHF with provide more information.
ABSTRAK
TINGKAT
PENGETAHUAII.
SIKAP,DAI\
TII\DAKAI\TMASYARAKAT
MENGENAI
PENCEGAHAN PEIYYAKITDEMAM
BERDARAII
DENGUE
DI
KELT]RAHAI\
AT]R KT'IYINGBUKITTINGGI
OLEII
FEI{IIY AZTARI
Penyakit
Demam
Berdarah Dengue(DBD)
masih menjadi
masalahkesehatan
di
Indonesia, karena prevelensinya yangtinggi
dan penyebarannyasemakin
luas. Perilaku
individu dan
masyarakatikut
meningkatkan resikopenularan DBD.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat mengenai pencegahan penyakit
DBD di
Kelurahan AurKuning, Bukittinggi.
Penelitian dilakukan padabulan
Oktober2006
sampaiAgustus 2007. Jenis penelitian
ini
adalahanalitik
dengan pendekatan crosssectionol. Jumlatr sampel sebanyak
6l
orangibu
rumah tangga yang diambil secara proportionol s imple random sampling.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden yang
baik
75,4yodan yang
kurang
24,6yo.Sikap
respondententang
tindakanpencegahan penyakit
DBD
sudah baik, yaitu 100%. Sedangkan responden yangmempunyai tindakan pencegahan baik91,8%o dan yang kurang S,2Yo.Darihasil
analisis bivariat diketahui tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan
tindakan pencegahan penyakit
DBD.
Terdapat hubungan antarc sikap dengantindakan pencegahan DBD.
Perlu upaya peningkatan pengetahuan ibu rumah tangga tentang DBD dan cara pencegahan penyakit DBD terutama melalui penyuluhan yang lebih efektif.
DAFTARISI
Halaman
KATA
PENGANTAR...ABSTRACT...
...
iii
ABSTRAK
ivDAF
IAR
ISI
...
v6
6
6
t0
l0
2.1.8.
Pencegahan
... 122.2.
KonsepPerilaku...
... 152.2.1.
Pengetahuan
... 162.2.2.Sikap
...l8
2.2.3.Tindakan
...
... 20BAB
3.
KERANGKA
KONSEPTUAL
... 23BAB
4.
METODE
PENELITIAN
... 24-
4.1.
Lokasi dan WaktuPenelitian
... 244.2.
DesainPenelitian
... 244.3.
Populasi danSampel
... 244.4.
Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data ... 274.5.
DefinisiOperasiona1...
... 28BAB 5.
HASIL
PENELITIAI\...
... 305.1.
AnalisisSituasi
... 305.2.
KarakteristikResponden...
...3l
5.3.
Analisis Univariat5.4.
AnalisisBivariat
... 33BAB 6.
PEMBAHASAN...
... 346.1.
Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Pencegahan PenyakitD8D...
... 346.1.1, Tingkat Pengetatruan Responden Tentang Penyakit DBD dan
Pencegahannya...
...:... 346.1.2. Sikap Responden Tentang Pencegahan DBD... 35
6.1.3. Tindakan Responden dalam Pencegahan DBD ... 36
6.2.
Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakanencegahan
D8D...
... 376.2.1.
Hubungan Tingkat Pengetalruan dengan TindakanPencegahan
DBD...-..
... 376.2.2.
Hubungan Sikap dengan Tindakan Pencegahan DBD.
38BAB 7.
PENUTUP
...,,
7.1.
Kesimpulan'
7.2.
Saran...
....
39-
rlAx'TAR
PUSTAKA...
... 40LAMPIRAN
Tabel 1.
Tabel2.
Tabel 3.
Tabel 4.
DAF-TAR
TABEL
Halaman
Distribusi-Responden Menurut Umw dan Pendidikan ... 3 I
Dishibusi Frekuensi Responden Menunrt Pengetahuan Tentang
Penyakit DBD dan Upaya Pencegahm Penyd<it DBD ... 31 Distribusi Frekuensi Responden Me,lrunrt Sftap terhadap
Pencegahan
D8D...,...:...
... 32Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tindakan
Pencegahan
D8D...
... 32 [image:14.453.11.417.100.770.2]DAF'TAR
LAMPIRAN
)
LAMPIRAN
l.
KuisionerLAMPIRAN
2.
Data Kasus DBD per Puskesmas di BukittinggiTahun 2005-2007
LAMPIRAN
3.
Data Kasus DBD per Kelurahan di Puskesmas Tigo Baleh Tahun 2005-2007LAMPIRAN
4.
Gambaran PenderitaDBD perPuskesmas di KotaBukittinggiTahun 2006
LAMPIRAN
5.
Gambaran Penyebaran Penyakit Demam Berdmah Dengue perKelurahan di Kota Bukittinggi Tahun 2005 s/d 2006
LAMPIRAN
6.
Peta Kelurahan Aur KuningLAMPIRANT.
MasterTabelLAMPIRAN
8.
Analisis StatistikLAMPIRAN
9.
Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran Univesitas AndalasLAMPIRAN
8.
Surat Izin Penelitian dari KantorKesbanglinmas BukittinggiLAMPIRANg.
DaftarRiwayatHidupBAB
1PENDAHULUAi\I
1.1.
Latar
BelakangDemam Berdarah Dengue
(DBD)
adarah penyakitvirus
yang
sangatberbahaya karena dapat menyebabkan penderita meninggal dalam waktu yang sangat pendek (beberapa hari), ditularkan oleh nyamuk Aedes aegtpti, ditandai
dengan demam tinggi dan manifestasi perdarahan (Gandahusada dkk.,2003).
DBD ditemukan
di
daerah hopis dan subtropisdi
dunia. Diperkirakan 50juta
infeksi dengue terjadi setiap tahunnya, dimana 500.000 kasus diantaranyamemerlukan rawat inap
di
rumah sakit.Di
Asia Tenggara angka kematian yang disebabkan olehDBD
sekitar 5%o denganjumrah kematian mencapai 25.000 tiap tahunnya.Kira-kira
40oh populasidi
dunia hidup
di
daerahyang
beresikoterinfeksi DBD (Renganathan dkk., 2003; Suroso dkk., 20a3; yamada dkk., 2003).
DBD
masih menjadi masalah kesehatan masyarakatdi
Indonesi a, karenaprevalensin
ya
yangtinggi dan penyeb arannyasemakin luas. Seluruh wilayah diIndonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit
DBD,
sebab baik virus penyebabmaupun nyamuk
penularnya sudah tersebarluas
di
perumahanpenduduk maupun fasilitas umum
di
seluruhIndonesia.
Selainitu
perilakuindividu dan masyarakat juga ikut meningkatkan resiko penularan DBD, misalnya
kebiasaan men:rmpung
air
dalam bak mandi atau ember, kebiasaan menyimpanban
bekas
di
halaman,
masih
rendahnya kesadaran membersihkiur bakpenampungan
air
keperluan rumah tangga secaraberkala
serta kebiasaanvektor sebagai tempat perindukan atau dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk
peristirahatan nyamuk (Depkes RI, 2002; Achmadi, 2004; Sungkar, 2005).
Mengingat sampai saat
ini
pengobatan dan vaksin pencegah vints denguebelum ditemukan maka pemberantasan penyakit
DBD
hanya dapat dilakukan dengan memutus rantai penularan penyakit yaitu dengan memberantas nyamuk penulamya. Kepadatan populasi nyamuk Ae.aegtptitergantung dari pengetahuan,sikap dan perilaku
masyarakatdalam
menjaga kebersihan lingkungannya Berbagai penelitian menunjukkan bahwa peningkatan pengetahuan, sikap danperilaku
masyarakatdalam
pemberantasanDBD
akan
sangat menurunkankepadatan vektor DBD (Pranoto dkk.,7994;Pinzon, 1999; Sungkar, 2005). Penyakit
DBD
di
Indonesia, pertamakali
ditemukan sebagai wabah dikota
Surabaya dan Jakarta pada tahun 1968. Semenjak itu,jumlah
kasus dan daerah yang terjangkit semakin meluas, tidak hanya menimpa daerah perkotaanyang padat penduduknya saja namun juga pedesaan. Hal
ini
disebabkan semakinmeningkatnya penyebaran penduduk
dan
transportasiyang
semakin lancar(Nurdian, 2004; Hasy imi dkk.,2005).
KLB
DBDdi
Indonesia pernah terjadi pada tahun 1988, 1998, dan 2004. Tahun 2005 terjadi peningkatan kasus pada bulan Januari-Maret, Agustus danDesember. Tahun 2006 terjadi peningkatan sejak Januari hingga
Mei.
Jumlahkasus
DBD
sampai bulan Oktober 2006 sebanyak 72.812 kasus, dimana 753Sumatera Barat adalah daerah epidemik
DBD
yang cukuptinggi
di
luar pulau Jawa. Kota Bukittinggi dengan jumlah penduduk 94.350jiwa
merupakan daerah yang mempunyai angka kejadian DBD cukup tinggi dibandingkandaerah-daerah lain
di
Sumatera Barat. Jumlah penderitaDBD
di
Bukittinggi cenderungterjadi peningkatan. Jumlah penderita DBD pada tahun 2005 sebanyak
25
onng,tahun 2006 sebanyak 46 orang dan dari bulan Januari
-
Mei
2007 sebanyak 17orang.
Menurut Dinas Kesehatan
Kota
Bukittinggi kasus penyakitDBD
yangterbanyak adalah di Kelurahan Aur Kuning, dalam wilayah kerja puskesmas Tigo
Baleh. Pada tahun 2005
jumlah
penderitaDBD
di
KelurahanAur
Kuning sebanyak5
orang, tahun 2006 meningkat menjadi sebanyak8
orang, dan padabulan Januari - Mei 2007 sebanyak 3 orang.
Kelurahan
Aur
Kuning terdiri dari 9 Rukun Tetangga (RT) dan4
RukunWarga
(RW)
denganjumlah
penduduk 5308jiwa.
Susunan perumahan di Kelurahan Aur Kuning cukup rapat, sehingga mempengaruhi penyebaran penyakitDBD dengan cepat, mengingat jarak tebari g Ae.aeg7tti yang sangat pendek, yaitu berkisar 40 sampai 100 meter.
Dalam upaya
mehcegahpenyakit
DBD,
perlu
diketahui
tingkatpengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat tentang pencegahan penyakit DBD.
Menurut penelitian di sembilan wilayah perkotaan di Indonesia oleh Soeparmanto
dkk
(1997), didapatkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat tentang DBDmasih
rendah. PenelitianAriane
(2002)
di
KecamatanCibeunying
Kaler, Kotamadya Bandung didapatkan 86,4yo respondenmemiliki
skor pengetahuanmendasar tentang penyakit
DBD
yang belum dipahami denganbaik.
Hal
inimempengaruhi
tingkat
perilaku
kesehatandi
mana hanya
sebanyak 9,8% responden yangmemiliki
skor perilaku kesehatan yang bisa dikategorikan baik. Sedangkandi
Bukittinggi
dapat
dinyatakanbelum ada
penelitian
tingkatpengetahuan masyarakat tentang DBD. Oleh sebab
itu
prlu
dilakukan penelitiantentang tingkat
pengetahuan,sikap
dan
tindakan
masyarakat mengenaipencegahan
penyakit
DBD
di
Kelurahan
Aur
Kuning,
Bukittinggi(Soeparman to dkk., 1997
;
Anane, 2002\.1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat mengenai
pencegahan penyakit DBD di Kelurahan Aur Kuning, Bukittinggi.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui
tingkat
pengetahuan,sikap
dan
tindakan
masyarakat mengenai pencegahan DBD di Kelurahan Aur Kuning, Bukittinggi.1.3.2. Tujuan Khusus
l.
Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang OgD dan upaya pencegahan penyakit DBD.2. Mengetahui sikap masyarakat tentang tindakan pencegahan DBD
3. Mengetahui tindakan masyarakat dalam pencegahan DBD.
4. Mengetahui hubungan antarc pengetahuan dengan tindakan
5. Mengetatrui hubungan antara sikap dengan tindakan pencegahan
penyakit DBD.
'
1.4. Manfaat Penelitianl.
sebagai bahan masukkan bagi DinasKaehmn
Kota Bukittinggi.darammenentukan langkah selanjutnya untuk
melakukan
DBD.2.
Sebagai
bahan
masukkan
untuk
dapat
meninglraflcan partisipasimasyarakat
dalam
kegiatan pencegahandan
pemberantasan penyakitBAB 2
TINJAUAI\
PUSTAKA2.1. Penyakit Demam Berdarah Dengue
2.1.1.
DefinisiDemam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegtpti, yang ditandai dengan
demam
tinggi
yang berlangsung terus menerus selama21
hari dan manifestasiperdarahan yang biasanya didahului dengan terlihatnya tanda khas berupa
bintik-bintik merah Qtetechiae) di tubuh penderita. Penderita dapat mengalami syok danmeninggal (Gandahusa da dkk., 2003 ; Sungkar, 2005).
2.1.2.
EpidemiologiWabah penyakit demam dengue pertama kali dilaporkan oleh David Bylon
pada tahun
l77g
digatavla (sekarang Jakarta). Penyakit itu disebut demam 5 hari yang dikenal dengan lmeetrouble
atau knnokkel-koorts. wabah demam dengueterjadi pada tahun
l87l
-
1873di
zanzibar kemudiandi
pantai Arab dan terusmenyebar
ke
Samudera Hindia. Sedangkan Demam Berdarah Dengue pertamakali
dilaporkan oleh Quintos dkkdi
Filipina pada tahun 1953. Penyakit demamberdarah
ini
hingga saatini
terus menyebar luasdi
negara-negaratopis
dansubtropis (Simon dlik., 2004; Suroso, Umar, 2005).
Kasus Demam Berdarah Dengue
di
Indonesia pertamakali
dilaporkanterjadi
di
Surabaya dan Jakarta tahun 1968 dimana terdapat 53 penderita DBDbeberapa propinsi
di
Indonesia, denganjumlah
kasus yang bertambah setiaptahunnya . Setiap tahun kira-kira 18.000 orang harus dirawat inap karenanya dan
700-750 orang meninggal. Sejak tahun
l%8-1998
terjadi4 kali
kejadian luarbiasa
DBD
yaitu pada tahun 1973, 1984, 1988, 1998. Pada tahun 1996 jumlah kasus DBD adalah 45.548 orang, dengan jumlah kematian sebanyak 1.234onng,
sedangkan padatahun
1998jumlah
kasusDBD
adalah 72.133 orang, denganjumlah kematian sebanyak
1.414
orang. Peningkatan insidenDBD
nampaknyaterjadi setiap 5-10 tahun (Simon dkk.,2004; Kristina dkk.,2004).
2.1.3.
Etiologi
Demam Berdarah Dengue
(DBD)
disebabkanoleh virus
dengue yang termasuk dalam genus Flavivirus dan famili Flaviviridae. Virus dengue termasuk virus yang termolabil dan bisa disimpan pada -700C. Virus dalam darah penderitayang disimpan pada temperatur 50C masih dapat menularkan penyakit untuk
beberapa minggu. Terdapat 4 serotipe yaitu DEN-I, DEN-2, DEN-3, DEN-4 yang
semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue.
Keempat serotipe
telah
ditemukandi
lndonesia denganDEN-3
merupakanserotipe yang paling banyak ditemukan. Infeksi yang disebabkan oleh salah satu
serotipe akan menyebabkan imunitas terhadap serotipe virus tersebut (Sutrisno,
1991; Simon dkk.,2004; Suhendro dkk.,2006).
2.1.4.
Vektor
Vektor utama dalam penularan penyakit demam berdaratt dengue adalah
merupakan
vektor
sekunder
yang
potensial
dalam
penularan
penyakit.Ae.albopictus
kurbng
berperandalam
menyebarkanpenyakit
DBD
jika
dibandingkan dengan nyamuk Ae-aegtpti.-Halini
karena nyamuk Ae.albopictushidup dan berkembang biak
di
kebun atau semak-semak, sehingga lebih jarang kontak dengan manusia dibandingkan dengan nyamuk Ae.aegtpti yang berada didalam dan di sekitar rumah (Achmadi,2004; Suroso, Umar,2005).
Nyamuk
Ae.aegtpti
dewasa berukuranlebih kecil
jika
dibandingkan dengan ukuran nyamuk rumah, mempunyai warna dasar hitam denganbelang-belang putih di seluruh tubuh dan kakinya (Gandahusada dkk.,2003).
Nyamuk Ae.aegtpti
hidup
dan
berkembangbiak
pada
Tempat PenampunganAir
(TPA)
yang mengandungair jernih.
Ae.aegtpti menyukai tempat perindukan yang tidak terkena sinar matahari langsung dan tidak dapathidup
pada tempat
perindukanyang
berhubungan langsung dengan tanah(Sungkar,2005).
Tempat
berkembangbiak
Ae.aegyptidapat
dikelompokkan sebagaiberikut:
l.
TPA untuk keperluan sehari-hari, seperti: drum, tempayan, bak mandi, embeqdan lain-lain
2.
TPA
bukan untuk keperluan sehari-hari seperti: tempat minum burung, vasbung4 perangkap semut, dan barang-barang bekas (ban, kaleng, botol plasttlq
dan lainJain).
3.
TPA
alamiah seperti: lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurungPerkembangan zaman dan kemajuan teknologi
juga
secara tidak disadarimemberikan
peluang
bagi
berkembangnyanyamuk
ini.
Banyak
tempatperindukan yang
dinilai
cocok bagi nyarnukini
untuk bertelur. Tempat-tempat tersebut tercipta akibat perkembangan teknologi seperti:
penampungan air padaAC,
kulkas, dispenser, talang-talangair
yangtidak
lancar, bangunan-bangunanbeton yang terbengkalai. Sampah-sampah modern seperti Styrofoam. Semuanya
adalah
produk
modernyang
merubahpola
hiduup
manusia danjuga
turutmenyumban gkan j umlah popul asi nyamuk (Nindito, 200 4).
Nyamuk
Ae.aegtpti
mengalami metamorfosis sempurnayaitu
:
telur-jentik-kepompong-nyamuk. Perkembangan hidup nyamuk Ae.aegtprf dari telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari. Hanya nyamuk betina yangmenggigit dan menghisap darah serta memilih darah manusia untuk mematangkan
telumya. Sedangkan nyamuk jantan tidak bisa menghisap darah, melainkan hidup
dari sari bunga tumbuh-tumbuhan. Nyamuk Ae.aegtpti biasanya menghisap darah
pada pagi
hari pukul
08.00-
10.00 dan sore hariputut
tt.OO-
17.00. Bila nyamukini
terganggu pada waktu menghisap darah, nyamuk akan menggigit kembali orang yang sama atau lainnya sehingga virus dengan cepat dipindahkan kepnda beberapaorang.
'Umur
nyamuk Ae.aegpyti betina berkisar antarc 2minggu
sampai3
bulan,
tergantungdari
suhu kelembaban disekelilingnya.Kemampuan
terbang berkisar antara
40-100 meter
dari
tempat perkembangbiakannya. Tempat istirahat yang disukai adalah tempat yang gelap,lembab,
dan
banyak tempat
persembunyian,seperti
tirai,
kelambu
dantempat yang rimbun dan sulit dijangkau manusia (Nindito, 2004; sungkar, 2005;
Suroso, Umar, 2005).
Nyamuk Ae.aegtpti tersebar luab
di
seluruh Indonesia, baikdi
kota-kota maupundi
desa-desa, kecualidi
wilayah yang ketinggiannyalebih
dari
1000meter
di
atas permukaan laut. Kepadatan nyamukini
akan meningkat pada waktu musim hujan, dimana terdapat banyak genanganair
bersih yang dapat menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk Ae. aegtpti
(Suroso, Umar, 2005).2.1.5.
HostYirus dengue menginfeksi manusia dan beberapa spesies primata rendah.
Manusia merupakan reservoir utama bagi virus tersebut. Perilaku manusia dapat
mempengaruhi penyebaran penyakit
DBD
seperti membuangsampahlbarang-barang yang dapat digenangi air dengan sembarangan, kebiasaan menampung air
di
tempat-tempat penampungan air, belum membudayanya upaya membersihkantempat-tempat penampungan
air
dan
menggantungpakaian
sembarangan.Kebiasaan tersebut dapat dimanfaatkan vektor sebagai tempat perindukan atau
tempat untuk peristirahatan nyamuk (Achmadi,2004; Kandun, 2004).
2.1.6.
Cara Penularan Penyakit Demam Berdarah DengueSumber penularan penyakit
DBD
adalah orang yangdi
daram darahnyaterdapat virus dengue. orang
ini
bisa menunjukkan gejala sakit, tetapi bisa jugatidak sakit, yaitu
jika
mempunyai kekebalan yang cukup terhadap vinib dengue.Bila seseorang digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap
masuk
ke
lambung nyamuk, selanjutnyavirus
akan memperbanyakdiri
dantersebar
di
seluruh bagiantubuh
nyamuk. Sebagianvirus
itu
berada dalamkelenjar
liur
nyamuk. Kira-kira satu minggu setelah menghisap darah penderita,nyamuk tersebut
siap untuk
menularkan kepadaorang
lain
(Kandun, 2004;Suroso, Umar,2005).
Penularan
DBD
dapat
terjadi
di
semuatempat
yang ada
nyamuk penularnya. Berdasarkan teori infeksi sekunder, seseoftmg dapat terserang DBD,jika
mendapat infeksi ulangan dengan virus tipe yang berlainan dengan infeksisebelumnya (Kandun, 2004).
2.1.7.
GambaranKlinis
dan DiagnosisManifestasi
klinis
infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik (tidak bergejala), atau dapat berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue atau sindrom syok dengue (SSD) (Suroso dkk.,2003).Masa inkubasi virus dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari (rentang 3-14 hari), timbul gejala prodromal yang tidak khas seperti : nyeri kepala,
ny"ri
tulung belakang dan perasaan lelah. Setelahitu
pada umumnya pasien akan mengalamifase demam selama 2-7 hari, yang
diikuti
oleh fasekritis
selama 2-3 han. pada waktu faseini
pasien sudah'tidak demam, akan tetapi mempunyai resiko untukterjadi ranjatan
jika
tidak
mendapat pengobatan yang adekuat (Suhendro dft*., 2006).Kriteria diagnosis demam berdarah dengue menurut WHO 1997 :
l.
Panas tinggi tanpa sebab jelas (mendadak dan terus menerus) antara z-7 hdn.2.
Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut :a.
Uji
bendungpositif
3.
4.
b.
Petekie, ekimosis, atau purpuro.c.
Perdarahan mukosa (tersering epistaksisatau
perdarahangusi),
atauperdarahan dari tempat lain.
d.
Hematemesis atau melenn.Trom bositopenia (i um lah trom bosit < I 00.000/ul).
Terdapat minimal satu tanda-tanda kebocoran plasma :
a.
Peningkatan hematokrit>
20o
dibandingkan standar sesuai dengan umurdan jenis kelamin.
b.
Pe-nurunan hematokritdibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya.
c.
Tanda-tanda kebocoranplasma seperti
:
efitsi pleura,
asites
atauhipoproteinemia (Suhendro dkk., 2006).
2.1.8.
PencegahanPenanggulangan penyakit DBD meliputi tindakan promotif, preventif, dan
kuratif. Tindakan promotif dilaksanakan secara vertikal yaitu melalui edukasi dan
informasi
kepada
masyarakatluas
mengenai
penyakit
DBD dan
carapencegahannya.
Upaya
ini
melibatkan berbagaisektor untuk
mendukung penyebarluasaninformasi penyakit
DBD.
Tindakan preventif
(pencegahan)dilakukan seiring dengan tindakan promotif
yaitu
dengan melakukan berbagaikegiatan kebersihan lingkungan dengan fokus pembasmian tempat perindukan
nyamuk Aedes. Tindakan
kuratif
terus dikembangkan deirgan meningkatkanpengetahuan tentang penatalaksanaan penyakit DBD. Hingga saat ini secara resmi
belum
ditemukanobat
ataupunvaksin yang
dapat mengobati penyakit ini,walaupun penelitian
terakhir
di
Thailand masih dikembangkanvaksin
yangdiharapkan dapat mencegah penyakit ini, sehingga pengendalian DBD tergantung
pada pen gendalian ny amuk Ae. ae glpt i ( Suroso dkk., 2003 ; Nindito, 2004).
Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu:
l.
Pengelolaan LingkunganPengelolaan lingkungan meliputi berbagai perubahan yang menyangkut
upaya
pencegahanatau
mengurangi
perkembangbiakanvektor
sehinggamengurangi kontak antara vektor dengan manusia (Suroso dkk.,2003).
Metode lingkungan
untuk
mengendalikan nyamuk tersebut antara laindengan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN),
pengelolaan sampah padat,modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah. PSN DBD ini dilakukan dengan cara:
1.1.
Mengurasbak
mandi/penampunganair
sekurang-kurangnya sekali seminggu.1.2.
Menutup dengan rapat tempat penampungunui,
seperti tempayan, drumdan tempat air lain.
1.3.
Menggantiair
pada vas bunga dan tempat minum burungsekurang-kurangnya seminggu sekali.
1.4.
Mengubur barang bekas seperti kaleng bekas dan botol pecatr sehinggatidak menjadi sarang nyamuk.
1.5.
Menutup lubangJubang pada bambu pagar dan lubang pohon dengan tanah1.6.
Membersihkan air yang tergenang di atap rumah (Sukana 1993)2.
PerlindunganDiri
Perlindungan
diri
untuk
mencegah gigitanAe.aegtpti bisa
dilakukandengan memakai kelambu pada waktu
tidur
siang, memakai kasadi
lubangventilasi'
dan
memakai penolak
nyamuk
(repellent).
Bisa
juga
dengan menggunakan obat nyamuk nyamuk semprot dan bakar (Suroso dkk." 2003).3.
Pengendalian BiologisPengendalian biologis adalah dengan menempatkan pemangsa
jentik
ditempat-tempat yang tidak mungkin dilakukan pengurasan seperti berbagai ikan hias yang mau memakan jentik. Pengendalian biologis yang lebih ekstrim adalah
dengan menempatkan sejenis bakteri yang
dapat
membunuhjentik
nyamuk,namun penggunaan
bakteri
ini
masih kontroversial karenabelum
diketahuidampaknya bagi kesehatan dan kehidupan manusia (Nindito, 2004).
4.
Pengendalian dengan Bahan KimiawiPengendalian
dengan
bahan
kimiawi
antara
lain
denganpengasapan/fogging
untuk
membunuh nyamuk dewasa (dengan menggunakanmalathion dan fenthion) yang berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan
sampai batas waktu tertentu. Bisa juga dengan mengunakan larvasida (pembasmi
jentik)
seperti organophospat temephos (bubuk abate), Insect Growth Regulator,dll
memang sangatefektif
dalam membunuhjentik
nyamuk atau paling tidak membuat nyamuk menjadi cacat Sekilas caraini
dianggap yangpaling
baik diantara metode lainnya karena nyamuk segera mati, tetapi dalam2
hari akanmuncul nyamuk-nyamuk baru
jika
tempat perindukan masih tersedia (Kristina dkk., 2004; Nindito, 2004).Cara yang paling efektif dalam rnencegah penyakit
DBD
adalah denganmengkombinasikan cara-cara
di
atas, yang disebut dengan"3M
Plus",
yaitu menutup, menguras, mengubur. Selain itu juga melakukan beberapa plus sepertimemelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida menggunakan kelambu pada
waktu
tidur,
memasangkas4
menyemprot denganinsektisida
menggunakanrepellent, memasang obat nyamuk, memeriksa
jentik
berkala"dll
sesuai dengankondisi setempat (Kristina dkk., 2004).
2.2. Konsep Perilaku
Menurut
Blum
derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh4
faktor utama,yakni:
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan kefurunan. Dari keempatfaktor
tersebuto perilaku mempunyai kontribusi yang besar terhadap status deraj at kesehatan tersebut (Notoatm odj o, I 997 ).Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktifitas manusi4 baik yang
dapat diamati secara langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Perilaku manusia merupakan
hasil
daripada segala macam pengaliirfran sertainteraksi manusia dengan lingkungannya. Perilaku manusia sangatlah kompleks,
dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang
ahli
psikologi pendidikan membagi perilaku manusiaitu ke
dalam3
domain(ranahikawasan)
yakni
:
kognitif,
afektif
dan
psikomotor.
Dalam perkembangannya,teori
Bloom
ini
dimodifikasi
untuk
pengukuran hasilpendidikan kesehatan,
yakni
:
pengetahuan, sikap, dan praktek atau tindakan (Sarwono, I 993; Notoatmodjo,20Ar.
2.2.1.
PengetahuanPengetahuan merupakan
hasil dari
tahu,dan
ini
terjadi
setelah orangmelakukan penginderaan terhadap suatu
objek
tertentu. Pengetahuan sangatpenting dalam pembentukan tindakan seseorang. Tingkat pengetahuan yang baik
akan memungkinkan seseorang untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
termasuk tindakan untuk mencegah penyakit, kebersjhan perorangan, memilih makanan, sanitasi, termasuk
juga
kemampuanindividu
untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab serta usaha mencegah penyakit tersebut. Dari pengalaman danpenelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak
didasarioleh
pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru(berperilaku baru),
di
dalamdiri
orang tersebut terjadi proses yang berurutan,yakni :
l.
Awareness (kesadaran),dimana
orang
tersebut
menyadaridalam
artimengetahui terlebih clahulu stimulus (obj ek).
2.
Interest, dimana subjek mulai tertarik kepada stimulus.3.
Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagidirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4.
Trial,
subjek telah mulai mencoba perilaku baru.5.
Adoption, subjek telah
berperilakubaru
sesuai dengan
pengetahuan,kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
J.
4.
5.
Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu :
1.
Tahu, diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya.2.
Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secarabenar.tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenamya.
Analisis, merupakan kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Sintesis, menunjukkan kepada suatu kemampuan
untuk
meletakkan ataumenghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Evaluasi, berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi atau objek (Notoatmodjo,2003).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau
responden. Kedalaman pbngetahuan
yang
ingin
diketahui ataudiukur
dapatdisisuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas (Notoatmodjo, 2003).
Dalam
hal
pencegahan demam berdarahdengue
jika
pengetahuan seseorang tentang DBD cukup baik diharapkan sikap dan tindakannya juga baik.Menurut Kasnodiharjo
dan
Sumengen aspek perilakuerat
kaitannya denganpencegahan
penyakit
DBD
di
Kodya
Sukabumidimana didapatkan
67%responden memiliki pengetahuan yang baik mengenai penyakit demam berdarah
dengue. Penelitian Pranoto (1994\
di
Kodya Batam menunjukkan pengetahuanmemegang peranan penting dalam pencegahan DBD, melalui cara pengendalian
vektor, Menurut Achmad (1997) tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang
penyakit
DBD
memiliki
pengaruh yang kuat terhadap penggerakanibu
rumahtangga dalam pemberantasan sarang nyamuk
DBD.
Menurut penelitian ArianeQ$AD di Kecamatan Cibeunying Kaler, Kotamadya Bandung didapatkan 86,4yo
responden
memiliki
skor pengetahuan dan persepsi yang cukupbaik
tentangDBD,
namun masih ada hal-hal yang mendasar tentang penyakitDBD
yang belum dipahami dengan baik. Halini
mempengaruhi tingkat perilaku kesehatan(Kasnodiharjo, Sumengen, 1994; Pranoto,
Munif,
1994; Achmad, 1997 Ariane,2002; Notoatmodjo, 2003 ;).
2.2.2.
SikapSikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu. stimulus atau objek. Manifestasi sikap
itu
tidak dapat langsungdilihat, tetapi hany
a
dapatditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.Newcoomb,
salah satu
ahli
psikologi
sosial, menyatakan bahwasikap
itu merupakan kesiapan atau kesediaanuntuk
bertindak,dan
bukan merupakan pelaksana-otif
tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Suatu sikap belum
otomatis terwujud dalam suatu tindakan (Notoatmodjo, 1997).
Menurut Allport (1954) sikap mempunyai 3 komponen pokolq yakni :
l.
Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsepterhadap suatu objek.2.
Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.3.
Kecenderungan untuk bertindakKetiga komponen
ini
seara bersama-sama membentuk sikap yang utuh.Dalam penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan, berpikir, keyakinan
dan emosi
memegan g peranan penting (Notoatmodjo, 2003).
Sikap dapat dibedakan menjadi2 yaitu :
l.
Sikap positif
adalahsikap yang
menunjukkan penerimaan, pengakuan,menyetujui dengan kecenderungan mendekati dan menyenangi suatu objek tertentu.
Hasil akhir dari
sikappositif
adalah sikap yang mengarah padatindakan yang benar.
2-
Sikap negatif
adalahsikap
yang
menunjukkan penolakanatau
tidakmenyetujui dengan kecenderungan untuk mengetahui
objek
tertentu yang mengarah pada tindakan yang salah (Notoatmodjo, 2003).Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :
l.
Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulusyang diberikan (objek).
2.
Merespons, diartikan memberikan jawabanjika
ditanya, mengerjakan danmenyelesaikan tugas yang diberikan.
3.
Menghargai,
diartikan
mengajakoftmg
lain
untuk
mengerjakan ataumendiskusikan suatu masalah.
4.
Bertanggungjawab,
diartikan bertanggungiawab atas segala sesuatu yangtelah dipilihnya dengan segara resikonya, merupakan sikap yang paling tinggi
(Notoatmodjo, 1997).
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan
tidak
langsung.Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pemyataan responden
terhadap suatu obyek (Notoatmodjo, 2003).
Menurut
Penelitian
Noviana (2001)
di
Kelurahan Andalas
Barat Kecamatan Padang Timur, sikap ibu rumah tangga dalam pemberantasan sarangnyamuk
DBD
dipengaruhioleh
pengetahuan tentang penyakitDBD
dan carapencegahanny4 dimana 88,7o/o responden memiliki sikap yang baik. Sedangkan
dari
penelitian
Sagala(2005)
didapatkan 100% responden bersikappositif
terhadap pelaksanaan PSN DBD. Menurut penelitian Kasnodiharjo dan Sumengen
di
Kodya Sukabumi, didapatkan bahwa 7l7o responden mempunyai sikap yangpositif terhadap pelaksanaan pemberantasan demam berdarah dengue. Semakin
positif sikap responden, maka semakin baik pula upaya pemberantasan penyakit
demam berdarah dengue (Kasnodiharjo, Sumengen, 1994; Novian4 2001; Sagala,
200s).
2.2.3.
TindakanTindakan adalah wujud dari sikap yang nyata. Untuk mewujudkan sikap
menjadi suatu perbuatan yand nyata diperlukan
faktor
pendukung atau suatukondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas (Notoatmodjo,2003).
-
Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasq dimulaipada
domain
kognitif,
dalam
arti
si
subjektahu terlebih
dahulu terhadap rangsangan yang berupa materi atau objekdi
luar dirinya sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut, dan selanjutnya menimbulkan responbatin
dalam bentuksikap
si
subjek terhadapobjek yang
diketahuinya itu.Akhirnya rangsangan, yakni objek yang telah diketahui atau disadari sepenuhnya
tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan terhadap
atau sehubungan dengan stimulus atau objek tadi. Namun demikian
di
dalam kenyataannya rangsangan yang diterima oleh subjek dapat langsung menimbulkantindakan.
Artinya
seseorang dapat bertindak atau berperilaku banr tanpa lebih dahulu mengetahui makna dari rangsangan yang diterimanya. Dengan kata lain,tindakan
seseorangtidak
harus didasari
oleh
pengetahuanatau
sikap(Notoatmodjo, 1993).
Tindakan ini mempunyai beberapa tingkatan :
1.
Persepsi, mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakanyang akan diambil.
2.
Respons terpimpin, dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benardan sesuai dengan contoh.
3.
Mekanisme, apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benarsecara otomatis, atau sesuai kebiasaan.
4.
Adaptasi, adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang denganbaik.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa
jam,
hari, atau bulan yang lalu. Pengukuranjuga
dapat dilakukan secara langsung, yaknidengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2003).
Menurut
penelitian
Noviana (2001)
di
Kelurahan Andalas
Barat,Kecamatan Padang
Timur
didapatkan 58olo respondenmemiliki
tindakan yangbaik dimana didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
ibu
rumahtangga dalam pelaksanaan pencegahan
DBD
adalah pemnan keluarg4 peranantokoh
masyarakat, peranantetangg4 tingkat
p€ngetahuandan
status sosialekonomi. Menurut penelitian Kasnodiharjo dan Sumengen
di
Kodya Sukabumidiketahui bahwa sebanyak 67Yo ibu rumah tangga yang mernpunyai tindakan yang
positif dalam kaitannya dengan upaya pemberantasan penyakit demam berdarah
de ngue (Noviana, 200 I ; Kasnodiharjo, Sumengen, 2006).
":t
Hal
Ha2
Ho2
BAB 3
KERAI\GKA
KONSEPTUALDiteliti
Tidak ditelitiTidak
terdapat hubungan antara
pengetahuandengan
tindakanpencegahan penyakit DBD.
Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan tindakan pencegahan
penyakit DBD.
Tidak
terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan pencegahanpenyakit DBD.
Terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan pencegahan penyakit
DBD.
Variabel Independen
-Tindakan
Pencegahan dan Pemberantasan
DBD
BAB 4
METODE
PENELITIAN
4.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada buran
oktober 2006
sampai dengan bulanAgustus 2007
di
KelurahanAur Kuning
KecamatanAur
BirugoTigo
Baleh,Bukittinggi.
4.2. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan Cross Sectional.
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian
ini
adarahibu
rumah tangga yang berada di Kelurahan Aur Kuning yang bedumlah 1260 orang.sampel merupakan bagian
dari
popurasi. Besar sampel yang diambildengan menggunakan rumus,
Dimana
d
=
Derajat ketepatan l0% (0,1)Z :
Derajat kemaknaan 95yo-(1,69)P :
Proporsi (17,5o/o:0,18)a - l-P:l-0,18:0,82
N :
Jumlah populasin :
Jumlah sampelDari hasir perhitungan tersebut maka didapatkan
samper sebesar 55 orang
@lvin4
2005; Notoatmodjo, lgg3). Unruk mengantisipasi kemungkinan drop outmaka digunakan rumus
:
_,n
n=-
t-f
Dimana
n'
:
Besar sampel yang direkrutn
:
Besar sampel yang dihitung (55)f
:perkiraan
proporsi drop out(l}yr)
Dari
hasil
perhitungan tersebut didapatkan sampelSampel
diambil
secaraproportional simple
randompengambilan sampel dilakukan secara bertahap.
RTI
RT2
RTI
Ibu
I
lbu2
sebesar
6l
orang.sampling
dimanaIbu
I
lbu2
Pengambilan samper dilakukan di Kerurahan Aur Kuning yang terdiri dari
4
Rw.
TahapI
diambil 2Rw
secara simpre random sampling sehingga terpilihRW
I
danRw IL
Tahap2,
dan masing-masing RW terpirih diambil 2 RT secarasimple random sampling.
RT yang terpirih seterah dirakukan simpre
random sampringadarah :
l.
RWI
:
RTI
dengan jumlah ibu 2g2 orangRT 2 dengan jumlah ibu 155 orang
Kelurahan
RW
II
2.
RWII
:
RTI
dengan jumlah ibu 138 orangRT 3 dengan jumlah ibu 62 orang
Jumlah ibu dari 4 RT adalah 63T orang.
Tahap 3,penentuan sampel secara proporsional untuk memilih ibu rumah tangga sebagai sampel dengan rumus :
!*r
v
Dimana X
:
Jumlah ibu rumah tangga masing-masing RTY = Jumrah ibu rumah tangga keseruruhan RT yang diteriti (637)
K:
Jumlah sampel(61)Jumlah sampel yang diambil :
l.
Rwl
a. RT
I :
282
x6l=27
oranp 637b.RT2:
155x6l=15
orans637
2.
RW2
a.RTl:
#.61
=13orang
b. RT
3 :
62
,61=
6
orans637
Kemudian dilakukan pengambilan sampel secuasimple random sampling
sehingga didapatkan
6l
sampel.Kriteria sampel :
l.
Kriteria'inklusi:
a. Ibu rumah tangga yang menetap di Kelurahan Aur Kuning.b. Ibu rumah tangga yang bersedia diwawancarai.
Z.Kriteria
eklusi
:
a. Responden tidak bersedia diwawancarai.-
b. Responden tidak beradadi rumah daram 2karikunjungan.
c. Responden tidak mampu berkomunikasi karena sakit, bisu
4.4. Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data
4.4.1.
Pengumpulan DataData
primer
:
Diperoleh dengan
menggunakan kuesionerterhadap
responden.
Data sekunder:
Diperoleh
dari
Dinas
KesehatanKota
Bukittinggi,Puskesmas
Tigo
Baleh Bukittinggi dan data pendukung lainnya.4.4.2.
Pengolahan DataDatayangterkumpul diolah secara manual dengan metode tabulasi.
4.4.3.
Analisis DataSetelah
dilakukan'pengolahan
selanjutnyadata
dianalisis
dengan menggunakan2
carayaitu :a.
Analisis UnivariatAnalisis
ini
menggambarkan distribusi dari variabel-variabel dependen danindependen
b.
Analisis BivariatAnalisis
ini
bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen dimana pada penelitianini
menggunakanuji Korelasi. Rumus statistik yang dipakai (Chandra, 1995):
n(z,XY)-(txxtr)
^lt"Gx'
)-
(>x)' lln(>r,
y- 1zrfi
Dimana:
r :
koefisienkorelasiX :
variabelX
Y :
variabelY
Jika korelasi antara
X
danY
mempunyai hubungan sangat erat, maka nilai koefisien korelasi (r) mendekatinilai-l
atau*1,
dan bila tidak ada hubunganakan mendekati
nilai
0. selanjutnya untuk menguji apakah hubungan antaradua variabel terjadi secara signifikan atau hanya karena faktor kebetulan saja
maka digunakan rumus (Chandra, 1995):
Zo=
4.5. Definisi Operasional .
Variabel lndependen
a.
Tingkat
Pengetahuan adalah semuayang
diketahui
tentang demamberdarah dengue yaitu pengertian, penyebab, cara penularan, jenis dan ciri-ciri nyamuk penular, dan pencegahan demam berdarah dengue.
Menjawab benar skor
l,
menjawab salah skor 0.Alat
ukur
: KuesionerCara
ukur
: WawancaraHasil
ukur
: Baiknilai
>_ 60% dantotal skorBuruk <60oh daritotal skor
Skala
ukur
: Ordinalb.
Sikap adalah respon ibu rumah tangga tentang penyakit demam berdarahdengue (pencegahan dan pemberantasan). pemyataan
positif
(kuesionernomor
12,13,14,15,17, l8):
sangat setuju skor 5, setuju skor 4, ragu_ragu skor 3,
tidak
setuju skor2,
sangattidak
setujuskor
l.
pemyataannegatif (kuesioner nomor 16 dan
l9):
sangat setuju skorl,
setuju skor 2,ragu-ragu skor 3, tidak setuju skor 4, sangat tidak setuju skor 5.
Skala ukur
Variabel Dependen
a.
Tindakan adalah seluruh tindakan yang dilakukan ibu rumah tangga dalampencegahan dan pemberantasan DBD. Tindakan positif skor
l,
tindakannegatif skor 0, kecuali kuesioner nomor 27 dimanatotal skor 3.
Alat ukur
Cara ukur
Hasil ukur
AIat ukur
Cara ukur
Hasil ukur
Kuesioner
Wawancara
Positifjika
> 60oh dari total skorNegatif < 6AYo dari total skor Ordinal
Kuesioner
Wawancara
Baik
>
60% dari total skor pertanyaan yang dijawab Buruk < 60yo dari total skorOrdinal
Skala ukur
BAB 5
HASIL
PENELITIAN
5.1. Analisis Situasi
Kelurahan Aur Kuning merupakan salah satu kelurahan yang termasuk ke
dalam wilayah kecamatan
Aur
Birugo
Tigo
Baleh,Bukittinggi
dengan bataswilayah sebagai berikut :
Utara
.
SelatanBarat
Timur
Kelurahan Tarok Dipo
Taluak Agam (Desa Taluak)
Kelurahan Birugo
Kelurahan Pakan Labuah
Kelurahan ini memiliki luas wilayah 93 Ha dan terletak pada ketinggian 780-950
meter
di
atas permukaan laut. KelurahanAur
Kuning didiami oleh 5308 jiwa,terdiri
dari
4
RW
dan
9
RT
dengan 1260 kepala keluarga. Kelurahan injmerupakan kelurahan
yang memiliki
angka kejadianDBD
cukup
tinggi
di Kotamadya BukittinggiDalam upaya pencegahan penyakit DBD di Kelurahan ini usaha yang telah
dilakukan
yaitu
berupa
p-enyuluhan,fogging
(pengasapan),dan
abatisasi.Penyuluhan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah yang telah dilakukan
oleh petugas puskesmas bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang penyakit demam berdarah sehingga dapat meningkatkan kesadaran dan
motivasi untuk melakukan tindakan pencegahan
Karakteristik % Kelompok Umur
2t-3A
3t-40
4l-50
5t-60 >60 24,63
l,l
24,6
14,8
4.9
Jumlah 100
7
:40
tahunSD:ll,89tahun
Pendidikan:Tidak sekolah
-SD atau derajat SMP atau sederajat
SMA atau sederajat Perguruan tinggi
1,6 26,2 19,7 44,3 8,2 Jumlah r00
5.2.
Karakteristik
RespondenTabel
l.
Distribusi Responden Menurut Umur dan PendidikanPada Tabel
L
diketahui bahwa 31,1yo responden berumur antara3l-40
tahun dengan
umur
rata-rata40
tahundan
sD
=
11,89 tahun.Dari
tingkat pendidikan diketahui 52,5oh responden memiliki
tingkat pendidikan tinggi.5.3. Analisis
Univariat
1.
Pengetahuan
Tentang
Penyak[t-
Demam Berdarah
Dengue
dan PencegahannyaTabel2. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Tentang Penyakit
DBD dan Upaya Pencegahan Penyakit DBD
Pengetahuan
f
YoBaik Buruk 46 t5 75,4 24.6
Jumlah 61 100
[image:46.448.22.397.83.342.2]Berdasarkan
Tabel
2.
dapatdilihat
bahwa(75,4%)
memiliki
pengetahuan yangbaik
tentang dengue dan upaya pencegahannya.sebagian besar responden
penyakit demam berdarah
2.
Sikap Tentang Tindakan pencegahan DBDTabel3.
Distribusi Frekuensi Responden Menurutsikap
terhadap pencegahanDBD
Berdasarkan Tabel 3. dapat disimpulkan bahwa 100% responden memiliki
sikap positif terhadap pencegahan DBD.
3.
Tindakan Oalam Pencegahan DBDTabel
4.
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tindakan pencegahan DBDBerdasarkan Tabel
4.
terlihat bahwa pada umumnya responden (91,g%)memiliki tindakan yang baik dalam pencegahan DBD.
Tindakan Pencesahan DBD
Baik Buruk
[image:47.449.26.412.48.303.2]5.4. Analisis
Bivariat
5.4.1.
Hubungan
Antara Tingkat
pengetahuan
dengan
Tindakan Pencegahan DBDDari
analisis statistik dengan-"ngg*uk-
uji
korelasi didapatkanr
=0,19 dan nilai Zo
=
1,96 sehingga Ho diterima dimana tidak terdapat hubunganantara tingkat pengetahuan dengan tindakan pencegahan DBD.
5-4.2.
HubunganAntara
sikap dengan Tindakan pencegahan DBDDari
analisis statistik dengan menggunakanuji
korelasi didapatkanr
:
0,13dan
nilaiZo>
l,96
sehingga Ho ditolak dimana terdapat hubungan antarasikap dengan tindakan pencegahan DBD.
BAB 6
PEMBAHASAI\
6.1. Tingkat Pengetahuan, sikap dan Tindakan pencegahan penyakit DBD
6.1.r. Tingkat
Pengetahuan Responden
Tentang
penyakit
DBD
danPencegahannya
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
di
KelurahanAur
Kuning KecamatanAur
BirugoTigo
Baleh didapatkan bahwa responden adalah ibu-ibu rumah tangga dimana3l,lyo
berada dalam golongan umur3l-40
tahun, rata-rataberumur 40 tahun dan 52,SYopendidikan tinggi.
Dilihat dari
segi pengetahuan, sebagian besar ibu-ibu rumah tangga di KelurahanAur
Kuning mempunyai pengetahuan yang baik mengenaiDBD
dan pencegahan penyakitDBD
(75,4%). Halini
dikaitkan dengan lebih separuhibu-ibu
rumah
tangga(52,5%)
berpendidikantinggi
sehinggadapat
menerima penyuluhan atau informasidari
petugas kesehatan maupundari
media massatentang pencegahan DBD dengan mudah. Angka persentase yang diperoleh lebih
tinggi bila dibandingkan dengan penelitian Noviana (2001) di Kelurahan Andalas Barat yang mendapatkan sebanyak 4a,7yo responden memiliki pengetahuan baik.
Hal ini dikaitkan dengan rendahnya pendidikan ibu-ibu rumah tangga di kelurahan
tersebut. Sedangkan menurut penelitian Ariane (2002) di Kecamatan Cibeunying
Kaler,
KotamadyaBandung didapatkan
86,4yo respondenmemiliki
skorpengetahuan dan persepsi yang cukup baik tentang DBD, nirmun masih ada
hal-hal yang mendasar tentang penyakit
DBD
yang belum dipahami dengan baik. Demikian pula yang terjadidi
KelurahanAur
Kuning dimana masih ada hal-hal mendasar yang belum dipahami dengan baik oleh responden seperti kebiasaanmenggigit
nyamuk
demam berdarah dimanahanya
4g,2yo responden yangmengetahui bahwa nyamuk demam berdarah biasa menggigit pada pagi dan sore
hari. Akan tetapi lebih separuh responden'(
59yl
telahmengetahui bahwa nyamukdemam berdarah
biasa
hidup
di
dalamdan
sekitarrumah.
Lebih
separuhresponden (60,7yo)
juga
mengetahui bahwa nyamuk demam berdarah biasa berkembang biakdi
bak mandi, serokan, serta barang-barang bekas yang dapat menampung air.Pengetahuan sangat penting daram pembentukan tindakan seseorang. Dari
pengalaman
dan
penelitian
terbukti
bahwa
perilaku yang
didasari
olehpengetahuan akan
lebih
langgeng daripada perilaku yangtidak
didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).6.1.2.
Sikap Responden Tentang pencegahan DBDDilihat dari
segi sikap, 100% ibu-ibu rumah tanggadi
Kelurahan Aur Kuning mempunyai sikap yangpositif
terhadap pencegahanDBD.
Sikap ibu rumah tangga dalam pencegahanDBD
dipengaruhi oleh pengetahuan tentangpenyakit
DBD
dan cara pencegahannya (Noviana, 2001).Tingkat pendidikan
responden yang pada umumhya tinggi dan pengetahuan yang baik mengenai
DBD
dan
pencegahanpenyakit
DBD
mempengaruhisikap
respondensehingga
didapatkan seluruh responden mempunyai sikap yang baik terhadap pencegahan
DBD.
Hasil yang didapatkanini
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukansagala (2005), dimana 100% responden
di
wilayah kerja puskesmas KuranjiPadang memiliki sikap yang baik terhadap pencegahan DBD. sedangkan menurut
penelitian Kasnodiharjo dan Sumengen
(lgg4),
didapatkan bahwaTlvo
ibu_iburumah tangga
di
Sukabumi menunjukkan sikappositif
terhadap pencegahanpenyakit
DBD.
semakin positif sikap responden, maka semakin baik pula upayapemberantasan
penyakit
demam berdarah dengue (Kasnodiharjo, Sumengen,tee4).
6.1.3.
Tindakan Responden dalam pencegahan DBDPada umumnya ibu-ibu rumah tangga (gl,gyo)
di
KelurahanAur
Kuning memiliki tindakan yang baik dalam kaitannya dengan pencegahan penyakit DBD.Hal
ini
disebabkan pengetahuan dan sikap responden yang sebagian besar baik sehingga secaratidak
langsung akan mempengaruhi tindakan responden dalam pencegahanDBD.
Angkaini jauh
lebihtinggi
dibandingkan dengan penelitian Noviana (2001)di
Kelurahan Andalas Barat, Kecamatan padangTimur
dimana didapatkan 58olo respondenmemiliki
tindakanyang
baik.
Hal
ini
mungkin dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang pencegahan DBDyang masih rendah. Menurut penelitian Kasnodiharjo dan Sumengen
(lgg4)
diKodya
sukabumi
diketahui bahwa sebanyak67vo
ibu rumah tangga yangmempunyai tindakan yang positif dalam kaitannya dengan upaya pemberantasan
penyakit demam berdarah ilengae.
Pada umumnya responden
(gl,g%)
tidakmemiliki
barang-barang bekasyang dapat menampung
air
di
sekitar rumahnya. Sebanyak 6g,90A respondenmenaburkan bubuk abate di tempat penampungan air di nrmahnya. Lebih separuh
responden (50,87o) masih
memiliki
kebiasaan menggantung pakaiandi
rumah.Hal
ini
dapat dimanfaatkanoleh
nyamuk demam berdarah sebagai tempatperistirahatannyadimana nyamuk ini menyukai tempat peristirahatan yang gelap,
lembab, dan banyak tempat persembunyian seperti pada pakaian yang tergantung
di
dalam rumah,tirai
dan kerambu (Suroso,umar,
2005).cara
yang paringbanyak
digunakan
respondenuntuk
membasmi
nyamuk
adarah
denganmenggunakan obat nyamuk bakar/listrik (7z,lyo) dimana hanya sedikit responden
yang
menggunakannya padapagi dan sore
hari
(ls,gw.
Hal
ini
mungkindisebabkan karena masih banyak responden
yang belum
mengetahui bahwa nyamuk demam berdarah biasa menggigit pada pagi dan sorehari.
6'2.
Hubungan
Trgkat
pengetahuan
dan
sikap
dengan
Tindakan
Pencegahan DBD
6.2.1.
Hubungan Tingkat pengetahuan dengan Tindakan pencegahan DBDPengetahuan memegang peranan penting daram pencegahan DBD, merarui cara pengendalian vektor (pranoto,
Munif,
lgg4).Tingkat pengetahuanyang baik akan memungkinkan seseorang untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
termasuk tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memirih
makanan, sanitasi, termasuk
juga
kemampuanindividu
untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab serta usaha mencegah penyakit tersebutfNotoatmodjo. 1993).
Jika pengetahuan seseorang tentang
DBD
cukup baik diharapkan sikapdan tindakannya-
juga
baik
(Notoatmodjo, 2003). Tetapi secara statistiktidak
terdapat hubungan antaratingkat pengetahuan dengan tindakan pencegahan DBD.
Hal
ini
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa seseorang dapat bertindakatau berperilaku baru tanpa lebih dahulu mengetahui makna dari rangsangan yang
diterimanya. Dengan
kata lain,
tindakan seseorangtidak
harus didasari oleh pengetahuanatau
sikap
(Notoatmodjo,lgg3).
Selain
itu,
hal
ini
mungkin disebabkanoleh
adanyafaktor-faktor
lain
yang
mempengaruhi tindakanpencegahan
DBD
seperti
penyuruhan, kunjunganrutin
petugas
ke
rumahpenduduk, peranan keruarga, peranan tokoh masyarakat, peranan tetangga,
dan status sosial ekonomi (Noviana, ZA}D.
Hasil yang didapatkan berbeda dengan peneritian sagara (2005) di wirayah
kerja puskesmas
Kuranji
padang dimana didapatkan hubungan yangbermakna antara pengetahuan dan tindakan pencegahan DBD.
6'2'2.
rrubungan sikap dengan Tindakan pencegahanDBn
Dalam peneritian
ini
didapatkan bahwa terdapat hubungan antara