ABSTRACT
Thesis has been examined by the author entitled "The Role of Fiscal Reconciliation Order Determining the amount of Income Tax Payable (Case Study CV. Prosperous Motor Home)". This thesis discusses the role of fiscal reconciliation of financial statements in order to calculate the amount of commercial income tax Due CV. Prosperous Main Motor (USM) for fiscal year 2011. With the distinction between commercial and fiscal, fiscal reconciliation should be performed on permanent differences and temporary differences in the financial statements as a means to adjust commercial commercial financial statements to fiscal financial statements. The method used in this research is descriptive analytical and historical methods. The analysis tools to examine differences in the recognition of revenue and costs between the Financial Accounting Standards generally accepted by the taxation laws are regression analysis and analysis of the coefficients. The hypothesis in this study are represented by Ho is not the role that fiscal reconciliation determining the amount of Income Tax (Income Tax) Payable and hypothesis H1 is expressed by the reconciliation act determining the amount of Income Tax (Income Tax) Payable. The equation obtained from the regression analysis is Y = 0.1379 X + 3.3171 and the value specified in the value of the coefficient r is 0.9994. The results obtained from this study is that the reconciliation act determining the amount of tax (Income Tax) Payable, which is expressed in hypothesis testing tcount of 95.79 and a TTable at 2.94.
vii
Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ...iv
ABSTRACT ...vi
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 5
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Kegunaan Penelitian ... 6
ix
2.1.4 Timbul Dan Hapusnya Hutang Pajak ... 13
2.2 Pajak Penghasilan ... 14
2.2.1 Subjek Pajak Penghasilan ... 15
2.2.2 Objek Pajak Penghasilan ... 18
2.2.3 Bukan Objek Pajak Penghasilan ... 20
2.2.4 Pajak Penghasilan Yang Bersifat Final ... 23
2.2.5 Tarif Pajak Penghasilan ... 24
2.3 Biaya ... 26
2.3.1 Biaya Yang Dapat Dikurangkan ... 26
2.3.2 Biaya Yang Tidak Dapat Dikurangkan ... 29
2.4 Rekonsiliasi Fiskal... 32
2.5 Kompensasi Kerugian ... 34
2.6 Kerangka Pemikiran ... 34
2.7 Hipotesis Penelitian ... 36
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 37
3.1 Objek Penelitian ... 37
3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 37
3.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan ... 38
3.2.1 Jenis dan Sumber Data ... 47
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 48
3.2.3 Operasionalisasi Variabel ... 51
3.2.4 Penetapan Populasi dan Sampel ... 52
3.2.5 Analisis Data ... 52
3.2.6 Pengujian Hipotesis ... 55
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57
4.1 Perhitungan Laba Rugi Secara Komersial ... 57
4.2 Perhitungan Laba Rugi Secara Fiskal ... 59
4.3 Rekonsiliasi Fiskal... 59
4.3.1 Koreksi Positif atas Biaya Karena Perbedaan Permanen ... 61
4.3.2 Koreksi Negatif atas Pendapatan Karena Perbedaan Permanen ... 72
4.3.3 Koreksi Positif atas Biaya Karena Perbedaan Temporer .... 74
4.4 Rekonsiliasi Fiskal Atas Laporan Keuangan CV. USM ... 77
4.5 Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Terhutang ... 79
xi
Universitas Kristen Maranatha
5.1 Simpulan ... 88
5.2 Saran ... 89
DAFTAR PUSTAKA ... 92
LAMPIRAN ... 93
DAFTAR GAMBAR
xiii
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Tabel I Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dalam Negeri ... 24
Tabel II Penyusutan Aktiva Tetap ... 27
Tabel III Kriteria Nilai Korelasi ... 54
Tabel IV Data Jumlah Rekonsiliasi Fiskal dan Besarnya Pajak
DAFTAR LAMPIRAN
Bab I Pendahuluan 2
sebesar Rp 619,9 triliun, sedangkan pada tahun 2010 penerimaan dari sektor pajak meningkat menjadi 72,6% dari total penerimaan negara sebesar Rp 723, 3 triliun. Penerimaan negara ini diharapkan akan terus menerus mengalami peningkatan yang maksimal setiap tahunnya agar pemerintah dapat merealisasikan tujuan pembangunan dengan sebaik-baiknya.
Untuk dapat memaksimalkan penerimaan dari sektor pajak, maka pemerintah melalui Direktorat Jendral Pajak secara konsisten melakukan berbagai upaya pembenahan dengan mengadakan perubahan, penambahan, maupun penyesuaian atas Undang – Undang Perpajakan yang berlaku terhadap perkembangan bisnis di Indonesia. Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah adalah dengan perubahan kebijakan perpajakan dari official assessment menjadi self assessment, dimana Wajib Pajak diberikan kepercayaan dan tanggung jawab untuk menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri besarnya pajak penghasilan terhutang yang harus dibayar kepada Negara. Kebijakan tersebut dilakukan yaitu untuk menciptakan sistem perpajakan yang sederhana dan mudah dimengerti oleh setiap masyarakat khususnya Wajib Pajak.
Bab I Pendahuluan 3
Universitas Kristen Maranatha (PSAK) yang disebut “Laporan Keuangan Komersial” sedangkan untuk laporan
keuangan pajak berdasarkan Undang – Undang Perpajakan yang berlaku disebut “Laporan Keuangan Fiskal”. Karena perbedaan dasar penyusunan laporan
keuangan maka mengakibatkan besarnya laba rugi yang diperoleh perusahaan berbeda. Oleh karena itu dibuatlah “Rekonsiliasi Fiskal”, yaitu suatu mekanisme
dalam menghitung laba kena pajak yang menjadi dasar untuk menghitung jumlah pajak terhutang. Dalam rekonsiliasi fiskal terdapat koreksi fiskal yang bersifat positif yaitu untuk “menambah” Penghasilan Kena Pajak (PKP), dan
koreksi fiskal yang bersifat negatif untuk “mengurang” Penghasilan Kena Pajak
(PKP). Rekonsiliasi fiskal merupakan cara yang tepat dalam menyusun laporan fiskal, dimana perusahaan tidak perlu membuat pembukuan ganda (double bookkeeping).
Bab I Pendahuluan 4
penghasilan dan biaya menurut akuntansi dengan menurut pajak, yaitu adanya penghasilan dan biaya yang diakui menurut akuntansi komersial namun tidak diakui menurut fiskal, atau sebaliknya. Beda waktu/sementara (temporer differences) adalah perbedaan pengakuan pendapatan dan beban menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dengan ketentuan pajak yang berlaku. Perbedaan ini menyebabkan pergeseran pengakuan pendapatan dan beban antara satu tahun pajak ke tahun pajak berikutnya. Beda waktu biasanya timbul karena perbedaan yang dipakai antara pajak dengan akuntansi dalam hal akrual dan realisasi, penyusutan dan amortisasi, penilaian persediaan, dan kompensasi kerugian fiskal.
Bab I Pendahuluan 5
Universitas Kristen Maranatha ketentuan perpajakan yang berlaku untuk menghitung jumlah pajak yang terhutang.
Karena adanya perbedaan – perbedaan yang terjadi antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal yang akan berpengaruh terhadap besarnya pajak terhutang, maka penulis tertarik untuk membahasnya ke dalam penelitian dengan judul: PERANAN REKONSILIASI FISKAL DALAM RANGKA
MENENTUKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERHUTANG
(STUDI KASUS PADA CV. UTAMA SEJAHTERA MOTOR).
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah-masalah dalam penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimanakah CV. Utama Sejahtera Motor menyusun laporan keuangannya?
b. Seberapa besar peranan koreksi fiskal dalam menentukan besarnya pajak penghasilan (PPh) terhutang?
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan dari penelitian ini antara lain:
Bab I Pendahuluan 6
b. Untuk mengatahui seberapa besar peranan koreksi fiskal dalam menentukan besarnya pajak penghasilan (PPh) terhutang pada CV. Utama Sejahtera Motor.
1.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan maksud dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
a. Bagi penulis
Dengan penelitian ini, penulis dapat memperluas pengetahuan dan mendapat pemahaman mengenai prosedur dan tujuan disusunnya rekonsiliasi fiskal beserta dampak perbedaan yang terdapat dalam akuntansi perpajakan terhadap kewajiban perpajakan. Selain itu juga untuk dapat memahami secara teoritis Undang – Undang Perpajakan yang berlaku di Indonesia dan penerapannya dalam perhitungan pada perusahaan.
b. Bagi CV. Utama Sejahtera Motor
Memberikan masukan serta informasi untuk dapat membantu perusahaan dalam membuat laporan keuangan fiskal sesuai dengan ketentuan Undang – Undang Perpajakan.
Bab I Pendahuluan 7
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Setelah melakukan penelitian dan pembahasan pada CV. Utama Sejahtera Motor mengenai rekonsiliasi laporan keuangan fiskal untuk menghitung pajak terhutang maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa :
Bab V Simpulan Dan Saran 89
Universitas Kristen Maranatha 2. Dalam penelitian ini telah dinyatakan dalam pengujian hipotesis dengan
melakukan Uji-T (t-test) bahwa Rekonsiliasi Fiskal berperan dalam rangka menentukan besarnya jumlah Pajak Penghasilan (PPh) terhutang yang dinyatakan dengan thitung > ttabel, 95,79 > 2,94. Seberapa besar peranan Rekonsiliasi Fiskal dalam rangka menentukan besarnya Pajak Penghasilan (PPh) didapat hasil sebesar 0,9994, hal ini menunjukan bahwa peranan rekonsilisi fiskal dalam rangka menentukan besarnya Pajak Penghasilan (PPh) Terhutang pada CV. Utama Sejahtera Motor (USM) termasuk dalam kategori sangat kuat atau sangat berperan 0,9994 < R < 1,00. Besarnya koefisien determinasi (KD) adalah sebesar 0,9988 (nol koma sembilan sembilan delapan delapan) atau 99,88% (sembilan puluh sembilan delapan puluh delapan persen).
5.2.Saran
Bab V Simpulan Dan Saran 90
1. Sebaiknya CV. Utama Sejahtera Motor sebagai Wajib Pajak Badan dalam negeri harus lebih taat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya karena Indonesia menganut self assesment system dalam perhitungan Pajak Penghasilan (PPh). Kewajiban perpajakan yang harus dilakukan seperti mengisi SPT Tahunan dengan benar, menyampaikan SPT Tahunan dengan tepat waktu, dan lain sebagainya. Karena jika Wajib Pajak tidak melakukan kewajiban perpajakannya dengan baik maka akan memperoleh sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% atau denda 150% dari jumlah pajak yang kurang bayar sesuai dengan Undang – Undang No. 28 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
2. Manajemen CV. Utama Sejahtera Motor seharusnya lebih sering memberikan pelatihan kepada staf khusus untuk bagian yang menangani pajak dengan cara mengikuti seminar perpajakan. Agar para staff dapat mempelajari dan mengikuti perkembangan terbaru dari peraturan perpajakan yang berlaku (up to date) seperti Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor KEP-213/PJ/2001 mengenai pemberian natura kepada karyawan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dan Keputusan Dirjen Pajak KEP-220/PJ/2002 tentang Perlakuan Pajak Penghasilan atas Biaya Pemakaian Telepon Seluler dan Kendaraan Perusahaan yang dapat dikurangkan sebesar 50% sehingga dapat membantu perusahaan dalam membuat laporan keuangan pajak lebih baik lagi.
Bab V Simpulan Dan Saran 91
Universitas Kristen Maranatha diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan menurut aturan perpajakan khususnya dalam Undang – Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008. 4. CV. Utama Sejahtera Motor sebaiknya membentuk tim khusus yang
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Gustian dan Irwansyah Lubis. (2009). Pelaporan Pajak Penghasilan Edisi Revisi.Gramedia, Jakarta.
Gunadi. (2009). Akuntansi Sesuai dengan Undang-Undang Pajak Baru. Grasindo, Jakarta.
Gunadi. (2010). Panduan Komprehensif Pajak Penghasilan. Multi Utama Consultindo, Jakarta.
Jogiyanto. (2010). Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE, Yogyakarta. Mardiasmo.(2009). Perpajakan Edisi Revisi. Andi Offset, Yogyakarta Pomadi, Didik. (2009). Akuntansi Pajak. Gramedia, Jakarta.
Sugiyono. (2008). Metoda Penelitian Kuantitatif, Kumulatif, R&D. Salemba Empat, Jakarta.
Wahyudi, Dudi. (2011). Panduan Praktis Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan. Salemba Empat, Jakarta.
Yamin, Mohammad. (2012). Pajak Penghasilan Jilid 1. Gramedia, Jakarta.
Yani, Ahmad.(2006). Seri Praktis Perpajakan Solusi Masalah Pajak Penghasilan. Salemba Empat, Jakarta.
www.pajak.go.id