• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Relasional Celebrity Endorser, Brand Image, dan Kepercayaan Konsumen Dengan Alasan Pembelian Kosmetik Korea ; Studi pada Kosmetik Etude House di Ambarrukmo Plaza Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Relasional Celebrity Endorser, Brand Image, dan Kepercayaan Konsumen Dengan Alasan Pembelian Kosmetik Korea ; Studi pada Kosmetik Etude House di Ambarrukmo Plaza Yogyakarta."

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RELASIONAL CELEBRITY ENDORSER, BRAND

IMAGE, DAN KEPERCAYAAN KONSUMEN DENGAN

ALASAN PEMBELIAN KOSMETIK KOREA

Studi pada Kosmetik Etude House di Ambarrukmo Plaza Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh: Ayu Afrini NIM: 122214074

PROGRAM STUDI MANAJEMEN, JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

ANALISIS RELASIONAL CELEBRITY ENDORSER, BRAND

IMAGE, DAN KEPERCAYAAN KONSUMEN DENGAN

ALASAN PEMBELIAN KOSMETIK KOREA

Studi pada Kosmetik Etude House di Ambarrukmo Plaza Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh:

Ayu Afrini

NIM: 122214074

PROGRAM STUDI MANAJEMEN, JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO:

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada

kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari

sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan

yang lain). Dan hanya kepada Tuhan-mu lah engkau

berharap.” (QS. Al-Insyirah, 6-8)

“Hidup adalah kegelapan jika tanpa hasrat dan keinginan. Dan

semua hasrat -keinginan adalah buta, jika tidak disertai

pengetahuan. Dan pengetahuan adalah hampa jika tidak diikuti

pelajaran. Dan setiap pelajaran akan sia-sia jika tidak disertai

cinta.” (Kahlil Gibran)

“Lebih baik merasakan sulitnya pendidikan sekarang daripada rasa pahitnya kebodohan kelak.” (Penulis)

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Allah Subhanallahu wa Ta’ala yang senantiasa bersamaku

(6)

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN MANAJEMEN – PROGRAM STUDI MANAJEMEN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

v

Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul:

“ANALISIS RELASIONAL CELEBRITY ENDORSER, BRAND IMAGE,

DAN KEPERCAYAAN KONSUMEN DENGAN ALASAN PEMBELIAN KOSMETIK KOREA”

Studi Pada Kosmetik Etude House di Ambarrukmo Plaza Yogyakarta

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pikiran penulis lain yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang diambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Yogyakarta, 20 April 2016

Penulis,

Ayu Afrini

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Ayu Afrini

Nomor Mahasiswa : 122214074

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“ANALISIS RELASIONAL CELEBRITY ENDORSER, BRAND IMAGE,

DAN KEPERCAYAAN KONSUMEN DENGAN ALASAN PEMBELIAN KOSMETIK KOREA ,Studi Pada Kosmetik Etude House di Ambarrukmo Plaza

Yogyakarta”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta, Pada tanggal 20 April 2016 Yang menyatakan,

(8)

vii

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat, rahmat, dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi dengan judul “Analisis Relasional Celebrity Endorser, Brand Image, dan Kepercayaan Konsumen Dengan Alasan Pembelian Kosmetik Korea”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana dan terselesaikan dengan baik

tanpa bantuan, dukungan, serta kerjasama dari berbagai pihak yang dengan tulus

dan rela mengorbankan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis sampai

penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Johanes Eka Priyatma, M. Sc., Ph.D selaku Rektor Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Dr. H. Herry Maridjo, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Dr. Lukas Purwoto, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi

Manajemen.

4. Ibu Dra. Diah Utari Bertha Rivieda, M.Si selaku dosen pembimbing I

yang telah mengarahkan, membimbing serta memberikan dukungan

(9)

viii

5. Bapak V. Mardi Widyadmoro, SE., MBA selaku dosen pembimbing II

yang dengan teliti, sabar, memberikan bimbingan dan koreksi, serta

saran dan nasihat kepada penulis selama penyusunan skripsi ini

sehingga skripsi ini menjadi lebih sempurna.

6. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta yang telah banyak membantu dan memberikan

pengalaman hidup kepada penulis.

7. Papa, mama, serta kakak tercinta yang selalu ada dan selalu

memberikan dukungan, doa, dan nasihat dalam segala hal.

8. Matias Gadau dan mbak Renny Ayuningtyas terima kasih untuk

semangat dan dukungannya.

9. Sahabat-sahabatku Claris Pebriani Rambu Podu, Eugenia Maubere,

Emilia Ika Andriyani, Lita Lestari, dan Krezensia Banda, yang selalu

ada saat senang maupun susah. Aku bangga bisa mengenal kalian dan

menjadi bagian dari hidup kalian. Terima kasih untuk hari-harinya,

terima kasih untuk suka duka yang mendewasakan kita, semua canda,

tawa, tangis, kebersamaan, saling menyemangati, saling mendukung,

saling peduli, dan saling belajar satu sama lain. Bersama kalian aku

mengerti apa artinya kebersamaan dan bersama kalian aku belajar apa

artinya perbedaan. Jika suatu saat aku diizinkan kembali untuk

memilih, aku tetap memilih kalian sebagai sahabat-sahabatku.

10. Teman-teman IBC “IA Be Cool” SMA Santo Yosef Lahat yang selalu

(10)

ix

penghalang bagi kita untuk tetap saling mendukung, dan selalu

bersama.

11. Teman-teman KKP (Kuliah Kerja Profesi) angkatan 29 kelompok

Pundong 13, Florensius Desty D.N, Claris Pebriani Rambu Podu, Ni

Putu Rusmitha C.D, dan Nuryani, terima kasih atas kerjasamanya,

kesolidannya, pengalaman hidup yang tak terlupakan. Meskipun cuma

dua minggu kita berdinamika bersama, tapi semua kenangan dan cerita

yang tercipta tak akan pernah lekang oleh waktu.

12. Untuk semua teman-teman Manajemen angkatan 2012 yang tidak bisa

penulis sebut satu persatu, tetap semangat dalam berproses semoga

kedepannya menjadi lebih baik.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam

penulisan tugas akhir ini. Oleh karena itu, diharapkan ada kritik dan saran yang

membangun untuk meningkatkan kemampuan penulis untuk menulis karya ilmiah

selanjutnya. Akhir kata, semoga skripsi ini menjadi referensi dan bermanfaat bagi

Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma khususnya dan

masyarakat pada umumnya.

Yogyakarta, 20 April 2016

Penulis

Ayu Afrini

(11)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... x

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xiii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiv

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xv

HALAMAN ABSTRAK ... xvi

HALAMAN ABSTRACT ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

(12)

xi

F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Landasan Teori ... 11

B. Penelitian (penelitian-penelitian) Sebelumnya ... 42

C. Kerangka Konseptual Penelitian ... 44

D. Hipotesis ... 46

BAB III METODE PENELITIAN ... 48

A. Jenis Penelitian ... 48

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 48

C. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 49

D. Variabel Penelitian ... 49

E. Definisi Operasional ... 56

F. Populasi dan Sampel ... 59

G. Teknik Pengambilan Sampel ... 61

H. Sumber Data ... 61

I. Teknik Pengambilan Data ... 62

J. Teknik Pengujian Instrumen ... 62

K. Teknik Analisis Data ... 65

BAB IV GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN ... 67

(13)

xii

A. Uji Validitas dan Reliabilitas Data ... 77

B. Analisis Deskriptif ... 79

C. Analisis Relasional ... 88

D. Pembahasan ... 94

E. Implikasi Teoritis ... 97

F. Implikasi Manajerial ... 99

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 101

C. Keterbatasan Penelitian ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 104

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

III.1 Definisi operasional variabel-variabel ... 51

III.2 Skala Likert ... 55

III.3 Interpretasi Korelasi ... 66

V.1 Rangkuman Tes Validitas ... 78

V.2 Hasil Uji Reliabilitas ... 79

V.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 80

V.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 80

V.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 81

V.6 Karakteristik Responden Berdasarkan pendapatan per bulan ... 82

V.7 Rentang Skala Interval ... 83

V.8 Kategorisasi Skor Variabel Celebrity Endorser ... 83

V.9 Kategorisasi Skor Variabel Brand Image... 84

V.10 Kategorisasi Skor Variabel Kepercayaan Konsumen ... 86

V.11 Kategorisasi Skor Variabel Alasan Pembelian... 87

V.12 Pedoman Interpretasi Korelasi ... 89

V.13 Hasil Uji Korelasi Simultan ... 89

V.14 Hasil Uji Korelasi Celebrity Endorser dengan Alasan Pembelian ... 91

(15)

xiv

V.16 Hasil Uji Korelasi Kepercayaan Konsumen dengan Alasan Pembelian ... 93

DAFTAR GAMBAR Gambar Judul Halaman I.1 Tingkat Penjualan Kosmetik ... 2

II.1 Model Sikap Konsumen ... 34

II.2 Hubungan Komponen Sikap ... 35

II.3 Pembentukan kepercayaan di antara objek, atribut, dan manfaat ... 37

II.4 Kerangka Konseptual Keputusan Pembelian ... 38

II.5 Kerangka Konseptual Penelitian ... 44

IV.1 Krystal f(x) dan Beenzino dalam iklan produk Etude house ... 69

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 106

Lampiran 2 Karakteristik Responden... 111

Lampiran 3 Data Hasil Penelitian ... 113

Lampiran 4 Uji Validitas ... 118

Lampiran 5 Uji Reliabilitas ... 124

Lampiran 6 Uji Korelasi... 126

(17)

xvi ABSTRAK

ANALISIS RELASIONAL CELEBRITY ENDORSER, BRAND IMAGE, DAN KEPERCAYAAN KONSUMEN DENGAN ALASAN PEMBELIAN

KOSMETIK KOREA

Studi pada Kosmetik Etude House di Ambarrukmo Plaza Yogyakarta

Ayu Afrini

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui relasi atau hubungan celebrity endorser dengan alasan pembelian, relasi brand image dengan alasan pembelian, dan relasi kepercayaan konsumen dengan alasan pembelian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 di Ambarrukmo Plaza Yogyakarta. Populasi penelitian ini adalah konsumen Etude House di Ambarrukmo Plaza. Sampel penelitian ini sejumlah 100 konsumen Etude House di Ambarrukmo Plaza Yogyakarta. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Teknik analisis statistik yang digunakan adalah uji korelasi Spearman.

(18)

xvii ABSTRACT

RELATIONAL ANALYSIS OF CELEBRITY ENDORSERS, BRAND IMAGE, AND CONSUMER CONFIDENCE WITH PURCHASING

REASONS OF KOREAN COSMETICS

A Case Study on Etude House Cosmetics in Ambarrukmo Plaza Yogyakarta

Ayu Afrini

Sanata Dharma University Yogyakarta

2016

The aim of this study is to determine the relationship between the celebrity endorsers, brand image, consumer confidence and the purchasing reasons. This research was conducted in January, 2016 and involved 100 consumers. The sampling technique used was the purposive sampling. The data was gathered using tested validity and reliability questionnaires. Statistics analysis used was

Spearman’s Rank Order Correlation.

The result showed that: there was a relationship between the celebrity endorsers, brand image, consumer confidence and the purchasing reasons.

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wanita adalah makhluk yang identik dengan keindahan. Wanita selalu

ingin tampil cantik dalam berbagai keadaan dan selalu ingin menjadi pusat

perhatian bagi sekelilingnya. Bagi wanita, kecantikan merupakan modal

dasar untuk menunjukkan eksistensi dirinya dalam sosialitas. Banyak cara

yang dapat dilakukan wanita dalam upaya untuk mencapai kecantikan

yang diidam-idamkannya. Dimulai dengan memperhatikan gaya hidup,

penampilan, dan pemilihan kosmetik. Bagi kaum wanita, kecantikan dan

daya tarik fisik sangat penting karena dukungan sosial, popularitas,

pemilihan teman hidup dan karir dipengaruhi daya tarik fisik seseorang.

Hal inilah yang menjadi alasan mengapa wanita senang mempercantik diri

dengan menggunakan berbagai macam kosmetik (Indonesia Finance

Today, Kemenperin.go.id/artikel/5897/). Kosmetik merupakan produk

yang unik karena selain produk ini memiliki kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan mendasar wanita akan kecantikan sekaligus seringkali menjadi

sarana bagi konsumen untuk memperjelas identitas dirinya secara sosial

dimata masyarakat. Penggunaan kosmetik pada saat ini tidak hanya

digunakan oleh wanita yang sudah dewasa, para remaja putri pun kini

sehari-hari sudah menggunakannya. Menjaga penampilan bagi seorang

remaja putri merupakan suatu kewajiban, hal ini wajar dilakukan karena

(20)

berada. Hasil pengamatan yang dilakukan di Amerika Serikat

menggambarkan bahwa lebih dari 85% gadis remaja menggunakan

kosmetik karena merasa kosmetik tersebut akan membuat mereka lebih

cantik dan percaya diri (Damanik dkk, 2011).

Menurut data dari Kementerian Perindustrian Republik Indonesia pada

tahun 2012 penjualan kosmetik impor penjualan kosmetik meningkat 14%

menjadi Rp 9,76 triliun dari sebelumnya Rp 8,5 triliun dan terus

meningkat hingga tahun 2013. Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia

(Perkosmi) dalam (kemenperin.go.id, 2013) memperkirakan tahun 2013

penjualan kosmetik dapat tumbuh hingga Rp 11,22 triliun, naik 15%

dibanding proyeksi 2012 sebesar Rp 9,76 triliun.

(http://www.kemenperin.go.id). Berdasarkan data diatas dapat terlihat

bahwa kenaikan penjualan produk impor yang lebih tinggi pada tahun ini

terjadi karena besarnya permintaan terhadap produk bermerek asing dan

sebagian besar gaya hidup konsumen Indonesia cenderung menggunakan

merek luar negeri karena adanya prestise yang berlebih (Wiyantono, Ketua

Bidang Perdagangan Perkosmi, 2013). Berikut adalah data penjualan

(21)

Industri kosmetik merupakan industri dengan tingkat persaingan yang

tinggi di Indonesia. Lembaga Riset Pemasaran Euro Monitor International

menyebutkan bahwa nilai industri kosmetik Indonesia mencapai lebih dari

US$ 5 miliar dengan pertumbuhan rata-rata 12% per tahun (Octama,

2013). Data ini didukung sepenuhnya oleh Kementerian Perindustrian

Indonesia melalui Indonesia Finance Today yang mengumumkan bahwa

industri kosmetik Indonesia berhasil bertahan dalam krisis ekonomi global

ditahun 2012 yang memperlambat pertumbuhan ekonomi nasional dengan

terus mengalami pertumbuhan yang solid (Kementerian Perindustrian

Republik Indonesia, 2013).

Ketua Umum Perhimpunan Perusahaan dan Asosiasi Kosmetik

(PPAK) Wardani mengungkapkan saat ini trend kosmetik datang dari

brand-brand asal Korea (http://www.kemenperin.go.id). Salah satu faktor

yang menyebabkan fenomena ini terjadi adalah Hallyu Wave atau Korean

Wave. Menurut Lee (2011) Korean Wave memberikan kontribusi untuk

meningkatkan citra nasional Korea. Hallyu Wave atau Korean Wave

merupakan istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya pop Korea

secara global di berbagai negara di dunia (Pohan, 2014).

Pemerintah juga mendukung perkembangan industri kosmetik dengan

memberikan insentif berupa tax allowance dan pembebasan bea masuk

atas impor mesin. Diharapkan dengan adanya insentif tersebut maka

industri kosmetik dapat berekspansi secara rutin untuk meningkatkan

(22)

pasar bebas ASEAN dan China (ACFTA) yang akan berlaku pada 2015

sehingga produk-produk kosmetik China juga dapat memasuki industri

kosmetik Indonesia (Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, 2013).

Peluang ini akan semakin meningkatkan persaingan di dalam industri

kosmetik Indonesia.

Berdasarkan hasil survey dari lembaga Survey Clicktop10 terdapat

sepuluh perusahaan kosmetik yang dinilai memiliki penjualan terbaik

(Clicktop10, 2013), yaitu:

1. L’Oreal Group 6. Oriflame

2. Etude 7. Urban Decay

3. Revlon 8. Maybelline New York

4. Avon 9. MAC

5. Covergirl 10. Clinique

Dua tahun kemudian, berdasarkan hasil survey dari lembaga Survey

Clicktop10 terdapat sepuluh perusahaan kosmetik terbaik dan paling terkenal

ditahun 2015 (Clicktop10, 2015), yaitu:

1. Clinique

10. Maybelline New York

Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau

mengidentifikasi barang atau jasa penjual, atau kelompok penjual, dan untuk

mendiferensiasikannya dari barang atau jasa pesaing (Kotler dan Keller:

2009). Merek merupakan suatu atribut yang dianggap penting terutama

(23)

setelah menilai atribut yang dimiliki oleh suatu merek. Persepsi yang positif

dan kepercayaan konsumen terhadap suatu merek tersebut akan menciptakan

citra merek (brand image) dan pada akhirnya merupakan salah satu faktor

yang akan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Sepuluh merek

kosmetik di atas sukses menjadi merek dengan penjualan terbaik

dikarenakan adanya pemahaman yang baik mengenai pasar kosmetik dan

brand image yang positif. Selain itu kepercayaan konsumen terhadap produk

maupun merek sangatlah penting dalam pengambilan keputusan konsumen

ketika membeli, karena hasil akhir dari semua proses pemasaran tersebut

tidak hanya untuk membangun citra merek, citra produk yang kuat dengan

kepercayaan yang tinggi dari konsumen, tetapi juga tingkat penjualan yang

terus meningkat.

Shimp (2007: 302), Celebrity Endorser adalah para bintang televisi,

aktor film, para atlet terkenal, dan pribadi-pribadi yang telah mati digunakan

secara luas di dalam iklan-iklan, di majalah, iklan radio, dan iklan televisi

untuk mendukung suatu produk.

Kotler dan Keller (2009: 332), Citra merek (brand image) merupakan

suatu kesan yang ada di dalam benak konsumen mengenai suatu merek yang

hal ini di bentuk oleh pesan dan pengalaman konsumen mengenai merek,

sehingga menimbulkan citra yang ada dalam benak konsumen. Tjiptono

(2011: 49) Brand image merupakan deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan

(24)

Dalam komunikasi pemasaran (marketing communication), penggunaan

celebrity dalam periklanan adalah suatu keputusan yang sangat dilematis.

Bukan hanya biayanya yang sangat tinggi, tetapi karena ini juga adalah

sebuah proses meningkatkan image sebuah brand pada image seorang

celebrity. Iklan mempunyai peran paling penting dalam pembangunan brand image. Beriklan mempunyai target “audience” yang sangat luas, sehingga

dalam waktu singkat pesan yang ingin disampaikan tentang “brand image

akan lebih di terima oleh masyarakat atau konsumen.

Celebrity adalah wujud nyata dari berbagai image atau asosiasi yang

difikirkan oleh konsumen pada suatu merek. Bagi seorang pemasar, brand

image sangat penting karena seperti halnya manusia, image membuat merek

suatu produk akan nampak berbeda dengan dibandingkan dengan merek

lain. Fitur dan harga akan mudah sekali di tiru oleh kompetitor, tetapi image

umumnya lebih sulit untuk di tiru.

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti merasa perlu untuk melakukan

penelitian yang didasarkan pada maraknya penggunaan selebriti sebagai

celebrity endorser, brand image, dan kepercayaan konsumen yang kemudian

memunculkan sebuah pertanyaan mengenai bagaimana relasi ketiga variabel

tersebut dengan alasan pembelian sehingga konsumen Etude House di

Yogyakarta dapat mengambil keputusan untuk membeli Etude House, yang

(25)

Alasan Pembelian Kosmetik Korea (Studi Pada Kosmetik Etude House di Ambarrukmo Plaza Yogyakarta)”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hubungan celebrity endorser dengan alasan pembelian

kosmetik Korea Etude House?

2. Bagaimana hubungan brand image dengan alasan pembelian kosmetik

Korea Etude House?

3. Bagaimana hubungan kepercayaan konsumen dengan alasan

pembelian kosmetik Korea Etude House?

C. Pembatasan Masalah

1. Penelitian ini difokuskan pada kajian tentang kosmetik Etude House

yang ada di Ambarrukmo Plaza Yogyakarta.

2. Kajian mengenai kepercayaan konsumen Etude House yang dibatasi

pada analisis dari perspektif aspek iklan (celebrity endorser dan brand

image), dan aspek alasan pembelian. D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengidentifikasi hubungan/relasi celebrity endorser dengan

alasan pembelian kosmetik Korea Etude House

2. Untuk menjelaskan hubungan/relasi brand image dengan alasan

pembelian kosmetik Korea Etude House

3. Untuk mengidentifikasi bagaimana hubungan/relasi kepercayaan

(26)

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan bagi manajemen perusahaan dapat

menggunakannya sebagai salah satu referensi untuk memperbaiki

dalam hal pemasaran ke arah yang lebih baik lagi demi meningkatkan

penjualan kosmetik Etude House.

2. Bagi Akademik

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi kajian tentang

kepercayaan konsumen terhadap suatu kosmetik, utamanya yang

menggunakan analisis dari perspektif iklan (celebrity endorser dan

brand image), dan aspek alasan pembelian.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangan pada ilmu

pengetahuan dan menambah referensi kepustakaan yang dapat

dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang hendak melakukan penelitian

sebelumnya.

F. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari lima bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah,

(27)

BAB II Kajian Pustaka

Landasan teori terdiri dari kerangka acuan teoritis berdasarkan

variabel-variabel pada penelitian ini yang diambil dari berbagai

literatur yang berkaitan dengan topik, penelitian terdahulu,

kerangka pemikiran, dan hipotesis.

BAB III Metode Penelitian

Bab ini membahas tentang variabel penelitian beserta definisi

operasionalnya, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, serta

metode analisis yang digunakan.

BAB IV Gambaran Umum Subjek Penelitian

Bab ini menjelaskan mengenai subjek penelitian, yaitu sejarah

perusahaan Etude House, bidang usaha, struktur organisasi, serta

tugas dan wewenang.

BAB V Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini memaparkan data-data hasil analisis yang di peroleh baik

melalui tabel dan grafik serta memuat hasil uji statistik. Hal yang

paling penting untuk dikemukakan pada bab ini adalah di tolak

atau diterimanya hipotesis alternatif dan disertai dengan

(28)

BAB VI Kesimpulan, Saran, dan Keterbatasan

Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari analisis

data dan pembahasan, serta hasil penelitian yang dilakukan dan

juga saran-saran yang dapat dijadikan sebagai masukan bagi

masyarakat, perusahaan, maupun peneliti selanjutnya. Keterbatasan

penelitian memuat secara jujur pengakuan penulis terhadap

(29)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Manajemen Pemasaran

Menurut Kotler dan Keller (2009:5) manajemen pemasaran terjadi ketika

setidaknya satu pihak dalam sebuah pertukaran potensial berfikir tentang

cara-cara untuk mencapai respon yang diinginkan pihak lain, karenanya kita

memandang manajemen pemasaran (Marketing Management) sebagai seni dan

ilmu memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan

pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai

pelanggan yang unggul.

Kotler dan Keller (2009:5) mengemukakan bahwa manajemen pemasaran

merupakan sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan meraih,

mempertahankan serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan,

menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen

pemasaran adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang bagaimana suatu

perusahaan atau organisasi memilih pasar sasaran yang sesuai, yang dapat

mendukung terciptanya tujuan perusahaan dan menjalin hubungan yang baik

(30)

2. Filosofi Pemasaran

Pemikiran dan praktik pemasaran berkembang pesat dari waktu ke waktu.

Filosofi pemasaran mengalami evolusi, mulai dari konsep produksi, konsep

produk, konsep penjualan, konsep pemasaran, dan konsep pemasaran sosial.

Sejumlah faktor (seperti customers, company, competition, collaborators, dan

change) berkontribusi pada berkembangnya sejumlah perspektif baru dalam

pemasaran.

Filosofi pemasaran mengalami evolusi dari orientasi internal

(inward-looking) menuju orientasi eksternal (outward-(inward-looking). Artinya, pemasaran

beralih dari yang semula menekankan “try to sell what I can make” (berusaha

menjual apa saja yang bisa saya buat/hasilkan) menjadi “try to make what I can

sell” (berusaha menghasilkan produk atau jasa yang bisa dijual karena

dibutuhkan dan diinginkan konsumen). Orientasi internal tercermin dalam

konsep produksi, konsep produk, dan konsep penjualan, sedangkan orientasi

eksternal direfleksikan dalam konsep pemasaran dan konsep pemasaran sosial.

Sebagai ilmu sekaligus seni, pemasaran (marketing), mengalami

perkembangan pesat dan dramatis. Berbagai transformasi telah, sedang, dan

akan terus berlangsung. Peranan dan arti penting pemasaran semakin diakui

dan disadari oleh para pelaku bisnis. McKenna (1991) bahkan menegaskan

bahwa “marketing is everything and everything is marketing”. Dengan kata

lain, pemasaran bukan lagi sekedar departemen atau fungsi manajerial dalam

sebuah organisasi, melainkan telah menjelma menjadi filosofi dan cara

(31)

secara efektif, efisien, dan etis sedemikian rupa sehingga lebih unggul

dibandingkan para pesaing dan berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan

masyarakat dan lingkungan secara umum.

Kotler dan Armstrong (2008:34) mengemukakan lima konsep alternatif

yang mendasari langkah-langkah organisasi dalam merancang dan

melaksanakan strategi pemasaran, yaitu:

a) Konsep Produksi (Production Concept)

Konsep produksi adalah ide bahwa pelanggan akan menyukai

produk yang tersedia dengan harga yang terjangkau. Oleh karena itu,

perusahaan harus berfokus pada peningkatan produksi dan dan efisiensi

distribusi.

b) Konsep Produk (Product Concept)

Konsep produk adalah ide bahwa konsumen akan menyetujui

produk yang menawarkan kualitas kinerja dan fitur terbaik. Oleh karena

itu, perusahaan harus menguras tenaganya untuk membuat peningkatan

produk yang berkelanjutan.

c) Konsep Penjualan (Selling Concept)

Konsep penjualan menyatakan bahwa konsumen tidak akan

membeli produk perusahaan, kecuali jika produk itu dijual dalam skala

penjualan dan usaha promosi yang besar.

d) Konsep Pemasaran (Marketing Concept)

Konsep pemasaran menyatakan bahwa pencapaian tujuan

(32)

target pasar dan memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih baik

daripada pesaing.

e) Konsep Pemasaran Berwawasan Sosial (Social Marketing Concept)

Konsep pemasaran sosial menyatakan bahwa perusahaan harus

mengambil keputusan pemasaran yang baik dengan memerhatikan

keinginan konsumen, persyaratan perusahaan, dan kepentingan jangka

panjang masyarakat. Strategi pemasaran harus dapat memberikan nilai

bagi pelanggan, dengan cara mempertahankan atau meningkatkan

kesejahteraan konsumen dan masyarakat.

Pengertian pemasaran sesungguhnya jauh lebih luas dibandingkan

penjualan maupun periklanan. Definisi merumuskan secara jelas ruang lingkup

dan konten mengenai apa yang dijabarkan, menetapkan batasan-batasannya dan

menjelaskan isu atau topik utamanya. Definisi formal pemasaran

mengungkapkan secara jelas makna atau signifikansi pemasaran.

Menurut Kotler dan Keller (2009:5) mengatakan bahwa pemasaran adalah

sebuah proses kemasyarakatan di mana individu atau kelompok memperoleh

apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan,

dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan orang

lain.

Menurut Saladin (2007:1) menyatakan bahwa pemasaran merupakan suatu

sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan,

menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang-barang yang dapat

(33)

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai pemasaran di atas, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa pemasaran merupakan suatu aktivitas pemenuhan

kebutuhan dan keinginan konsumen baik individu atau kelompok sehingga

tercapai kepuasan konsumen melalui penciptaan, penawaran, dan penukaran

suatu produk atau jasa dengan lainnya.

3. Perilaku Konsumen

Menurut Kotler dan Keller (2009:166) Perilaku konsumen adalah studi

tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli,

menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk

memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Studi perilaku konsumen

terpusat pada cara individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber

daya mereka yang tersedia (waktu, uang, usaha) guna membeli barang-barang

yang berhubungan dengan konsumsi. Hal ini mencakup apa yang mereka beli,

mengapa mereka membeli, kapan mereka membeli, di mana mereka membeli,

seberapa sering mereka membeli, dan seberapa sering mereka

menggunakannya.

Secara umum, perilaku konsumen dibagi menjadi dua, yaitu perilaku

konsumen yang bersifat rasional dan irrasional (Schiffman dan Kanuk, 2000).

Adapun ciri-ciri perilaku konsumen yang bersifat rasional yaitu konsumen

memilih barang berdasarkan dengan kebutuhannya, barang yang dipilih

memberikan manfaat bagi konsumen, konsumen memilih barang yang kualitas

terjamin, dan konsumen memilih barang yang harganya sesuai dengan

(34)

yaitu konsumen cepat tertarik dengan iklan ataupun promosi di media cetak

dan online, konsumen memiliki barang-barang bermerek yang sudah terkenal,

dan konsumen memilih barang bukan berdasarkan kebutuhannya melainkan

karena gengsi atau prestise.

a) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kosumen

Perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial,

dan pribadi (Kotler dan Keller, 2009).

1) Faktor Budaya

Menurut Kotler dan Keller (2009:166), Budaya (culture) adalah

determinan dasar keinginan dan perilaku seseorang. Kelas budaya,

subbudaya, dan sosial sangat mempengaruhi perilaku pembelian

konsumen.

a. Subbudaya (subculture)

Setiap budaya terdiri dari beberapa subbudaya (subculture)

yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang

lebih spesifik untuk anggota mereka. Subbudaya meliputi

kebangsaan, agama, kelompok ras, dan wilayah geografis.

b. Kelas Sosial

Menurut Kotler dan Keller (2009:168), kelas sosial

didefinisikan sebagai sebuah stratifikasi sosial atau divisi yang

relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat,

tersusun secara hierarki dan mempunyai anggota yang berbagi

(35)

2) Faktor Sosial

Selain faktor budaya, faktor sosial seperti kelompok referensi,

keluarga, serta peran sosial dan status mempengaruhi perilaku

pembelian.

a. Kelompok Referensi

Kelompok referensi (reference group) adalah semua kelompok

yang mempunyai pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak

langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut. Kelompok

yang mempunyai pengaruh langsung disebut kelompok keanggotaan

(membership group). Beberapa dari kelompok ini merupakan

kelompok primer (primary group), dengan siapa seseorang

berinteraksi dengan apa adanya secara terus menerus dan tidak

resmi, seperti keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja.

Masyarakat juga menjadi kelompok sekunder (secondary group),

seperti agama, profesional, dan kelompok persatuan perdagangan,

yang cenderung lebih resmi dan memerlukan interaksi yang kurang

berkelanjutan. Orang juga dipengaruhi oleh kelompok di luar

kelompoknya. Kelompok aspirasional (aspirational group) adalah

kelompok yang ingin diikuti oleh orang itu; kelompok disosiatif

(dissociative group) adalah kelompok yang nilai dan perilakunya

ditolak oleh orang tersebut. Jika pengaruh kelompok referensi kuat,

pemasar menentukan cara menjangkau dan mempengaruhi

(36)

menawarkan nasihat atau informasi informal tentang produk atau

kategori produk tertentu, misalnya mana yang terbaik dari beberapa

merek atau bagaimana produk tertentu dapat digunakan.

b. Keluarga

Menurut Kotler dan Keller (2009:171), Keluarga adalah

organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam

masyarakat, dan anggota keluarga merepresentasikan kelompok

referensi utama yang paling berpengaruh. Ada dua keluarga dalam

kehidupan pembeli. Keluarga orientasi (family of orientation) yang

terdiri dari orang tua dan saudara kandung. Dari orang tua seseorang

mendapatkan orientasi terhadap agama, politik, dan ekonomi serta

rasa ambisi pribadi, harga diri, dan cinta. Pengaruh yang lebih

langsung terhadap perilaku pembelian setiap hari adalah keluarga

prokreasi (family of procreation) terdiri dari pasangan dan

anak-anak.

c. Peran dan Status

Orang berpartisipasi dalam banyak kelompok-keluarga, klub,

organisasi. Kelompok sering menjadi sumber informasi penting dan

membantu mendefinisikan norma perilaku. Posisi seseorang dalam

tiap kelompok di mana menjadi anggota berdasarkan peran dan

status. Peran (role) terdiri dari kegiatan yang diharapkan dapat

(37)

Pada kenyataannya, dalam hidup ini manusia sering dihadapkan

pada berbagai pilihan guna memenuhi kebutuhannya. Pilihan-pilihan ini

terpaksa dilakukan karena kebutuhan manusia tidak terbatas, sedangkan

alat untuk memenuhi kebutuhan tersebut sangat terbatas. Banyak faktor

dan alasan yang mendorong manusia untuk melakukan suatu pembelian.

Pemahaman tentang perilaku mereka sangat penting karena dapat

dijadikan modal penting bagi perusahaan untuk mencapai tujuannya.

Sebuah prinsip pemasaran mengatakan bahwa pencapaian tujuan

organisasi tergantung pada seberapa mampu organisasi memahami

kebutuhan dan keinginan pelanggan, dan memenuhinya secara lebih

efisien dan efektif dibandingkan pesaingnya.

Dari pengertian perilaku konsumen di atas dapat disimpulkan

bahwa perilaku konsumen adalah tindakan atau perilaku yang dilakukan

konsumen yang dimulai dengan merasakan adanya kebutuhan dan

keinginan, kemudian berusaha mendapatkan produk yang diinginkan,

mengonsumsi produk tersebut, dan berakhir dengan tindakan-tindakan

pasca pembelian, yaitu perasaan puas atau tidak puas.

b) Peranan dalam Perilaku Konsumen

Menurut Swastha dan Handoko (2011) ada beberapa macam

peranan dalam perilaku konsumen, antara lain:

a. Initiator adalah individu yang mempunyai inisiatif pembelian barang

tertentu atau yang mempunyai kebutuhan/keinginan tetapi tidak

(38)

b. Influencer adalah individu yang mempunyai keputusan untuk membeli

baik secara sengaja atau tidak sengaja.

c. Decider adalah individu yang memutuskan apakah akan membeli atau

tidak, apa yang akan dibeli, bagaimana membelinya, kapan dan di

mana membelinya.

d. Buyer adalah individu yang melakukan transaksi pembelian

sesungguhnya.

e. User adalah individu yang mempergunakan produk atau jasa yang di

beli.

4. Pengertian Promosi

Promosi merupakan salah satu variabel di dalam marketing mix yang

sangat penting dilaksanakan oleh perusahaan dalam pemasaran produk atau

jasanya. Promosi dikembangkan untuk mengkomunikasikan informasi tentang

produk yang diciptakan oleh perusahaan dan mempengaruhi konsumen untuk

membelinya. Secara konseptual, promosi adalah upaya untuk memberitahukan

atau menawarkan produk atau jasa pada konsumen dengan tujuan menarik

calon konsumen untuk membeli atau menkonsumsinya. Dengan adanya

promosi, produsen atau distributor mengharapkan kenaikan angka penjualan.

Menurut Kotler & Armstrong (2009:72), Promosi (Promotion) adalah

merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam upaya

mengkomunikasikan suatu produk kepada konsumen sehingga dapat

(39)

yang mengkomunikasikan keunggulan produk dan membujuk pelanggan

sasaran untuk membelinya.

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa promosi merupakan salah

satu alat berkomunikasi dalam pemasaran yang berperan aktif dalam

menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan kembali manfaat suatu

produk sehingga mendorong konsumen untuk membeli produk yang di

promosikan tersebut. Untuk melakukan promosi, setiap perusahaan harus dapat

menentukan dengan tepat alat promosi yang dipergunakan agar dapat mencapai

keberhasilan dalam penjualan.

Menurut Kotler (2009:233) alat promosi terdiri dari:

1) Promosi konsumen (sampel, kupon, tawaran uang kembali, potongan

harga, pemberian hadiah, imbalan berlangganan, pengujian gratis,

garansi, promosi bersama, promosi silang, pajangan di tempat

pembelian, dan perdagangan).

2) Promosi perdagangan (potongan harga, tunjangan dana iklan dan

pajangan, dan dana gratis).

3) Promosi bisnis dan promosi tenaga penjualan (pameran dan konvensi

dagang, kontes bagi perwakilan penjualan, dan iklan barang bagus).

a) Pengertian Bauran Promosi

Bauran promosi menurut Kotler dan Keller (2009:174) adalah

(40)

1) Iklan, yaitu semua bentuk terbayar dari persentasi non personal dan

promosi ide, barang, atau jasa melalui sponsor yang jelas. Bentuk

yang paling di kenal oleh masyarakat adalah melalui media elektronik

dan media cetak.

2) Promosi penjualan, yaitu berbagai insentif jangka pendek untuk

mendorong percobaan pembelian produk atau jasa. Bentuknya seperti

undian, hadiah, sampel, dan lain-lain.

3) Acara dan pengalaman, yaitu kegiatan dan program yang disponsori

perusahaan yang dirancang untuk menciptakan interaksi harian atau

interaksi yang berhubungan dengan merek tertentu. Bentuknya seperti

festival seni, hiburan, acara amal, dan lain-lain.

4) Hubungan masyarakat dan publisitas, yaitu beragam program yang

dirancang untuk mempromosikan atau melindungi citra perusahaan

atau produk individunya. Bentuknya seperti donasi amal, pidato,

seminar dan lain-lain.

5) Pemasaran langsung, yaitu penggunaan surat, telepon, faksimile,

e-mail, atau internet untuk berkomunikasi secara langsung dengan atau

meminta respon atau dialog dari pelanggan dan prospek tertentu.

6) Pemasaran interaktif, yaitu kegiatan dan program online yang

dirancang untuk melibatkan pelanggan atau prospek secara langsung

dengan atau tidak langsung meningkatkan kesadaran, memperbaiki

(41)

7) Pemasaran dari mulut ke mulut, yaitu komunikasi lisan, tertulis, dan

elektronik antar masyarakat yang berhubungan dengan keunggulan

dan pengalaman membeli atau menggunakan produk dan jasa.

Bentuknya seperti orang ke orang atau chatroom.

8) Penjualan personal, yaitu interaksi tatap muka dengan satu atau lebih

pembeli prospektif untuk tujuan melakukan presentasi, menjawab

pertanyaan, atau pengadaan pesan. Bentuknya seperti penjualan, rapat

penjualan, dan lain-lain.

a) Manfaat Promosi

Menurut Kotler (2009:644) walaupun alat promosi sangat beragam,

semuanya memberikan tiga manfaat yang berbeda:

1) Komunikasi adalah promosi menarik perhatian dan biasanya

memberikan informasi yang dapat mengarahkan konsumen ke produk

bersangkutan.

2) Insentif adalah promosi menggabungkan sejumlah kebebasan,

dorongan, atau kontribusi yang memberikan nilai bagi konsumen.

3) Ajakan adalah promosi merupakan ajakan untuk melakukan transaksi

pembelian sekarang.

6. Pengertian Periklanan

Menurut Kotler dan Armstrong (2008:117) Advertising (periklanan) adalah

semua bentuk terbayar presentasi non pribadi dan promosi ide, barang, atau

(42)

Sementara menurut Tjiptono (2011:226) “Periklanan adalah bentuk

komunikasi tidak langsung, yang didasari pada informasi tentang keunggulan

atau keuntungan suatu produk, yang disusun sedemikian rupa sehingga

menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah pikiran seseorang

untuk melakukan pembelian”

Dari definisi periklanan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa periklanan

merupakan bagian dari komunikasi yang terdiri dari berbagai kegiatan untuk

memberikan informasi kepada pasar sasaran mengenai keunggulan atau

keuntungan suatu produk sehingga akan mempengaruhi konsumen agar

membeli atau menggunakan produk yang di tawarkan perusahaan

.

a) Tujuan Periklanan

Tujuan periklanan menurut Kotler dan Keller (2009:203) yaitu:

1) Iklan Informatif

Bertujuan menciptakan kesadaran merek dan pengetahuan tentang

produk atau fitur baru produk yang ada.

2) Iklan Persuasif

Bertujuan menciptakan kesukaan, preferensi, keyakinan, dan

pembelian produk atau jasa.

3) Iklan Pengingat

Bertujuan menstimulasikan pembelian berulang produk dan jasa.

4) Iklan Penguat

Bertujuan meyakinkan pembeli saat ini bahwa mereka melakukan

(43)

7. Menetapkan Pesan yang akan Disampaikan

Keputusan memilih pesan periklanan yang digunakan biasanya

dipengaruhi oleh beberapa hal termasuk tema, teknik atau cara, serta sasaran

yang akan di tuju. Tema periklanan tersebut harus singkat, jelas, mudah

dipahami, serta tepat sasaran. Idealnya suatu pesan harus mendapat perhatian,

menarik, membangkitkan keinginan dan menghasilkan tindakan.

Menurut Saladin (2007:130) ada lima masalah dalam penyusunan pesan

yaitu:

1) Isi Pesan, di mana komunikator harus memperhitungkan apa yang harus

disampaikan kepada khalayak sasaran supaya mendapat tanggapan yang di

inginkan.

2) Format Pesan, yaitu pesan yang berisikan pokok berita, kalimat-kalimat,

ilustrasi, dan warnanya.

3) Sumber Pesan, di mana pesan-pesan yang akan disampaikan lebih

persuasif sifatnya dan dapat dipercaya.

4) Perencanaan Pesan, yaitu menciptakan beberapa alternatif pesan, memilih

yang terbaik.

5) Evaluasi dan Seleksi Pesan, yaitu mengevaluasi dan menyeleksi kualitas

appeal yang menyehatkan. Dalam hal ini tentang tema dan appeal

(44)

8. Endorser sebagai Penyampai Pesan a) Pengertian Celebrity Endorser

Untuk menciptakan identitas produk, dibutuhkan sosok endorser atau

bintang iklan yang tepat sebagai daya tarik yang sesuai dengan karakter

produk tersebut. Dalam hal ini perusahaan dapat menggunakan celebrity

endorser sebagai daya tarik dalam periklanan yang mewakili produk yang

akan diiklankan. Selebriti seperti penyanyi, pemain musik, pelawak, dan

atlit, eksekutif, politikus, merupakan orang-orang yang mempunyai

popularitas tinggi dan mempunyai pengaruh kuat. Anak-anak menyukai

pemain sinetron, dan penyanyi anak-anak. Kaum remaja menyukai para artis

pemain sinetron remaja, pemain musik yang sedang terkenal, atlit muda

olahraga. Demikian pula dengan ibu-ibu maupun bapak-bapak banyak

diantara mereka yang mengidolakan celebrity tertentu. Bahkan mereka tidak

hanya sekedar mengidolakan, tetapi juga menjadikan idolanya. Shimp

(2007) mendefinisikan celebrity endorser merupakan para bintang televisi,

aktor film, para atlet terkenal, dan pribadi-pribadi yang telah mati digunakan

secara luas di dalam iklan-iklan di majalah, iklan radio, dan iklan televisi,

untuk mendukung produk.

b) Jenis-jenis Endorser

Menurut Shimp (2007:302) ada dua jenis endorser yang bisa

digunakan oleh perusahaan untuk mendukung iklan dari produk atau merek

(45)

a. Selebriti Pendukung (Celebrity endorser) yaitu: para bintang televisi,

aktor film, para atlet terkenal, dan pribadi-pribadi yang telah mati

digunakan secara luas di dalam iklan-iklan di majalah, iklan radio,

dan iklan televisi, untuk mendukung produk.

b. Non-selebriti pendukung (typical-person endorser) yaitu orang-orang

biasa atau non-selebriti yang digunakan untuk mendukung suatu

produk.

Kedua jenis endorser di atas memiliki atribut yang sama, tetapi hanya

dibedakan dalam penggunaan orang sebagai pendukungnya. Apakah

orang yang sudah di kenal luas oleh masyarakat yaitu kaum selebriti

atau orang biasa yaitu non-selebriti.

c) Atribut-atribut Pendukung Endorser

Shimp (2007:304) mengemukakan bahwa terdapat dua atribut dasar

yang dimiliki oleh endorser, yaitu:

1. Kredibilitas (credibility)

Kredibilitas seorang sumber pesan dapat membuat penerima pesan

mempunyai kecenderungan untuk mempercayai sumber pesan tersebut.

Apabila seorang endorser sebagai sumber pesan mempunyai

kredibilitas yang baik, maka endorser tersebut dapat mengubah

perilaku penerima pesan kepada suatu proses psikologis yang dikenal

dengan proses internalisasi (internalization). Proses internalisasi terjadi

ketika penerima pesan dapat menerima dan memahami posisi endorser

(46)

untuk terus berlangsung walaupun sumber pesan telah dilupakan atau

sumber pesan telah berpindah posisi. Dua dimensi pokok dari

kredibilitas dari model TEARS, yaitu:

a. Trustworthiness

Yaitu kejujuran, ketulusan hati, dan tingkat kepercayaan terhadap

sumber (endorser).

b. Expertise

Yaitu pengetahuan, pengalaman, keterampilan yang dimiliki oleh

endorser yang berhubungan dengan topik komunikasi yang

disampaikannya.

2. Kemenarikan (Attractiveness)

Kemenarikan tidak hanya ditimbulkan dari daya tarik secara fisik

semata, tetapi termasuk juga hal-hal yang berhubungan dengan non

fisiknya, seperti: intellectuall skill, personality properties, lifestyle,

characteristic, atheltic prowess. Model TEARS mengidentifikasikan

tiga sub komponen dari konsep umum mengenai daya tarik

(attractiveness), yaitu: daya tarik fisik (physical attractiveness),

kehormatan (respect), dan kesamaan (similiarty).

a. Physical Attractiveness

Daya tarik fisik (physical attractiveness) merupakan aspek

yang sangat penting dalam hal ini. Alasan mengapa agen-agen

(47)

menunjukkan adanya ekpektasi intuisif bahwa seorang endorser

dengan daya tarik tinggi mendorong evaluasi yang lebih

diharapkan dalam dunia periklanan.

b. Respect

Mempresentasikan kualitas penghargaan atau kebanggaan

dari kualitas kepribadian dan pencapaian seseorang. Jika daya tarik

seorang celebrity dianggap sebuah “bentuk” (form) dari

keseluruhan atribut daya tarik (physical attractiveness), maka

atribut kehormatan (respect) merupakan suatu “fungsi” (function)

atau elemen substansial.

c. Similiarity

Mempresentasikan tingkat keberhasilan endorser dalam hal

kesamaan dengan karakteristik konsumen yang relevan dengan

produk yang ditawarkan (usia, gender, etnis, dan sebagainya).

Similiarity merupakan suatu atribut penting yang menyangkut fakta

bahwa publik cenderung menyukai seseorang yang memiliki suatu

kesamaan dengan mereka.

Ketika penerima pesan dapat melihat sisi menarik dari seorang

endorser, maka langkah persuasif suatu iklan dapat terjadi melalui

suatu proses yang dinamakan proses identifikasi. Proses itu terjadi jika

penerima pesan merasa bahwa seorang endorser mempunyai sisi

menarik, maka penerima pesan akan lebih mengenal dan

(48)

mereka akan mengadopsi sikap, perilaku, kesukaan, atau preferensi

dari sumber pesan (Shimp, 2007:305).

9. Pengertian Merek (Brand)

Merek merupakan suatu atribut yang sangat penting terutama dalam

menumbuhkan persepsi yang positif dan konsumen akan percaya setelah

menilai atribut yang dimiliki oleh suatu merek. Persepsi yang positif dan

kepercayaan konsumen terhadap suatu merek tersebut akan menciptakan citra

merek (brand image) dan pada akhirnya merupakan salah satu faktor yang akan

mempengaruhi keputusan pembelian. Menurut Kotler dan Keller (2009:147)

brand adalah nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan, atau mengidentifikasi

barang atau jasa penjual atau kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikan

dari barang atau jasa.

Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa merek atau brand tidak hanya

sebuah nama bagi produk, tetapi lebih dari itu merupakan identitas untuk

membedakan dari produk-produk pesaing yang dihasilkan perusahaan lain,

dengan identitas khusus produk tertentu akan lebih mudah dikenali oleh

konsumen dan pada gilirannya tentu akan memudahkan pada pembelian ulang

produk tersebut.

Menurut Kotler dan Keller (2009:332), tingkatan merek atau brand dapat di

(49)

1) Atribut

Setiap merek memiliki atribut yang dikelola dan diciptakan agar

pelanggan dapat mengetahui dengan pasti atribut-atribut apa saja yang

terkandung di dalam merek.

2) Manfaat

Selain atribut, merek juga memiliki serangkaian manfaat karena

konsumen tidak hanya membeli atribut tetapi juga manfaat.

3) Nilai

Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai bagi produsen. Merek

yang memiliki nilai tinggi dan di hargai oleh konsumen sebagai merek

yang berkualitas dan berkelas, sehingga dapat mencerminkan siapa

pengguna merek tersebut.

4) Budaya

Merek memiliki budaya tertentu yang dapat mempengaruhinya.

5) Kepribadian

Merek memiliki kepribadian, yaitu kepribadian bagi para

penggunanya. Jadi, diharapkan dengan menggunakan merek, kepribadian

pengguna akan tercermin dengan merek yang digunakan.

6) Pemakai

Merek menunjukkan jenis konsumen pemakai merek tersebut.

Itulah sebabnya para pemasar selalu menggunakan orang-orang yang

(50)

10. Pengertian Citra Merek (Brand Image)

Citra merek (brand image) dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang

muncul dibenak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu. Asosiasi

tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra

tertentu yang dikaitkan kepada suatu merek, sama halnya ketika kita berfikir

tentang orang lain.

Menurut Kotler dan Keller (2009:332) mendefinisikan citra merek

adalah suatu kesan yang ada didalam benak konsumen mengenai suatu merek

yang hal ini dibentuk oleh pesan dan pengalaman konsumen mengenai

merek, sehingga menimbulkan citra yang ada dalam benak konsumen.

Sementara menurut Rangkuti (2008:17) tentang Image suatu merek dalam

pandangan konsumen sangat penting dalam melakukan strategi pemasaran

perusahaan. Image positif yang terbentuk dalam benak konsumen akan suatu

merek produk atau jasa akan menumbuhkan minat beli konsumen dan begitu

pula sebaliknya, sehingga dapat menciptakan konsumen yang loyal akan

produk tersebut.

Berdasarkan definisi di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa

brand image merupakan representasi dari keseluruhan persepsi terhadap

merek yang dibentuk dari informasi dan pemahaman konsumen mengenai

merek secara keseluruhan tergantung pada persepsi seseorang terhadap

(51)

a) Manfaat Citra Merek

Brand image juga mempunyai berbagai manfaat bagi perusahaan,

seperti dikemukakan oleh Rangkuti (2008:17) sebagai berikut:

1) Brand image dapat dibuat sebagai tujuan di dalam strategi

perusahaan.

2) Brand image dapat dibuat sebagai suatu dasar untuk bersaing

dengan brand-brand lain dari produk yang sejenis.

3) Brand image juga dapat membantu memperbaharui penjualan

suatu produk.

4) Brand image dapat dipergunakan untuk mengevaluasi efek

kualitas dari strategi pemasaran.

5) Brand image dapat dihasilkan dari faktor-faktor lain diluar

usaha-usaha strategi perusahaan.

11. Sikap dan Kepercayaan Konsumen a) Definisi Sikap Konsumen

Sikap adalah inti dari perasaan suka atau tidak suka seseorang

terhadap suatu objek tertentu. Sikap merupakan tanggapan perasaan

seseorang terhadap suatu objek tertentu. Sikap konsumen adalah

tanggapan perasaan konsumen yang bisa berupa perasaan suka atau tidak

suka terhadap objek tertentu.

Menurut Engel (2006) sikap konsumen adalah suatu mental dan

saraf yang berkaitan dengan kesiapan untuk menanggapi, diorganisasi

(52)

atau dinamis terhadap perilaku. Menurut Kotler (2005) sikap adalah

perilaku yang menunjukkan apa yang disukai dan tidak disukai

konsumen. Dengan demikian, sikap dapat didefinisikan sebagai (1) Sikap

merupakan kategorisasi objek pada rangkaian kesatuan evaluatif; (2)

Karakteristik yang membedakan sikap dari konsep adalah sifat evaluative

atau afektif; (3) Sikap merupakan inti dari rasa suka dan tidak suka bagi

orang, kelompok, situasi, objek, dan ide-ide tidak berwujud tertentu.

Definisi tersebut menggambarkan pandangan kognitif dari

psikologi sosial, di mana sikap dianggap memiliki tiga unsur yaitu

kognitif (pengetahuan), afektif (emosi, perasaan), dan konatif (tindakan).

Jadi, dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap

adalah suatu mental dan saraf sehubungan dengan kesiapan konsumen

untuk menanggapi apa yang mereka sukai dan yang tidak disukai karena

adanya rangsangan. Definisi yang dikemukakan oleh para peneliti

tersebut mengandung makna bahwa sikap mempelajari kecenderungan

pemberian tanggapan terhadap suatu objek, baik yang disenangi maupun

yang tidak, secara konsisten. Dengan demikian, konsumen mengevaluasi

merek tertentu secara keseluruhan dari yang terjelek sampai yang terbaik.

Gambar II.1 Model sederhana sikap konsumen (Sumber: Schiffman dan Kanuk, 2000)

Afektif

(53)

Komponen Kognitif b) Komponen Sikap Konsumen

Kepercayaan merek, evaluasi merek, dan maksud untuk membeli

merupakan tiga komponen sikap. Kepercayaan merek merupakan

komponen kognitif dari sikap; evaluasi merek merupakan komponen

afektif atau perasaan; maksud untuk membeli merupakan komponen

konatif atau tindakan. Hubungan antara ketiga komponen ini dijelaskan

pada gambar II.2.

Gambar II.2 Hubungan antara tiga komponen sikap (Sumber: Setiadi, 2003)

c) Peranan Sikap dalam Pengembangan Strategi Pemasaran

Pengukuran sikap konsumen bagi pemasar merupakan hal yang

sangat penting. Dengan mengetahui sikap konsumen, pemasar dapat

mengidentifikasikan segmen manfaat, mengembangkan produk baru, dan

memformulasikan serta mengevaluasi strategi promosi. Pemahaman sikap

konsumen juga merupakan hal yang sangat krusial. Pengembangan

produk dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui sikap

konsumen.

d) Definisi Kepercayaan Konsumen

Menurut Mowen dan Minor (2002) mendefinisikan kepercayaan

konsumen sebagai semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan

(54)

manfaatnya. Objek dapat berupa produk, orang, perusahaan, atau segala

sesuatu yang padanya seseorang memiliki kepercayaan dan sikap.

Atribut adalah karakteristik atau fitur yang mungkin dimiliki atau

tidak dimiliki oleh objek. Terdapat dua macam atribut, yaitu atribut

intrinsik dan atribut ekstrinsik. Atribut intrinsik adalah segala sesuatu

yang berhubungan dengan sifat aktual produk, sedangkan atribut

ekstrinsik adalah segala sesuatu yang diperoleh dari segala aspek

eksternal produk, seperti nama merek, kemasan, dan label. Manfaat

adalah hasil positif yang diberikan atribut kepada konsumen.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepercayaan

konsumen adalah kekuatan pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen

dan semua kesimpulan yang di buat konsumen bahwa produk mempunyai

objek, atribut, dan manfaat.

e) Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut Merek

Para manajer harus menyadari bahwa kepercayaan terhadap objek,

atribut, dan manfaat menunjukkan persepsi konsumen, dan karena itu

umumnya kepercayaan seorang konsumen berbeda dengan konsumen

lainnya. Seseorang membentuk tiga jenis kepercayaan, antara lain:

1) Kepercayaan objek-atribut (object-atribute belief)

Pengetahuan bahwa sebuah objek memiliki atribut khusus

disebut kepercayaan objek-atribut. Kepercayaan objek-atribut

menghubungkan objek, seperti seseorang, barang, atau jasa,

(55)

Kendaraan Sport serbaguna

Kendaraan jalan pedesaan

roda empat dikendarai di jalan pedesaan merupakan

kepercayaan objek-atribut. Melalui kepercayaan objek-atribut,

konsumen menyatakan apa yang mereka ketahui tentang

sesuatu dalam hal variasi atributnya.

2) Kepercayaan atribut-manfaat

Kepercayaan ini merupakan persepsi konsumen tentang

seberapa jauh sebuah atribut tertentu menghasilkan atau

memberikan manfaat tertentu.

3) Kepercayaan objek-manfaat

Kepercayaan objek-manfaat merupakan persepsi konsumen

tentang seberapa jauh merek atau produk, orang, atau jasa

tertentu akan memberikan manfaat tertentu. Pada kendaraan

sport serbaguna, kepercayaan objek-manfaat akan timbul

karena dengan membeli sebuah Ford Explorer atau Jeep

Cherokee, konsumen akan memiliki pandangan yang sangat

baik tentang jalan.

Atribut Manfaat

Kepercayaan Atribut-Manfaat

Objek

Gambar II.3 Pembentukan kepercayaan di antara objek, atribut, dan manfaat (Sumber: Mowen dan Minor, 2002)

(56)

12. Alasan Pembelian Konsumen

Proses pembelian pada konsumen sangat dipengaruhi oleh berbagai

alasan tertentu. Proses tersebut merupakan proses pemecahan masalah dalam

rangka memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Sebelum konsumen

mengambil keputusan untuk melakukan pembelian terhadap suatu merek,

biasanya konsumen memiliki alasan tertentu mengapa mereka melakukan

pembelian terhadap merek tersebut. Alasan merupakan dasar bukti

(keterangan) yang dipakai untuk menguatkan pendapat (Kamus Besar Bahasa

Indonesia). Alasan-alasan tertentu ini lah yang nantinya mendorong

konsumen untuk mengambil keputusan dalam melakukan pembelian terhadap

suatu merek.

Menurut Peter dan Olson (2000:162-163) menyebutkan bahwa inti

dari pengambilan keputusan konsumen (consumer decision making) adalah

proses pengintegrasian yang mengombinasikan pengetahuan untuk

mengevaluasi dua perilaku alternatif atau lebih, dan memilih salah satu

diantaranya. Pengambilan keputusan konsumen meliputi semua proses yang

dilalui konsumen untuk mengenali masalah, mencari solusi, mengevaluasi

(57)

a) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alasan Pembelian

Gambar II.4 Kerangka Konseptual Alasan Pembelian

(Diadopsi dari Chaniotakis dkk. (2010); Beneke, (2008); Liljander et al. (2009); Chen, (2008); Munusamy dan Wong, (2008)

1) Faktor Intrinsik

Intrinsik didefinisikan sebagai bagian dari dalam sesuatu (Longman

Dictionary, 2004). Faktor intrinsik berhubungan dengan karakteristik

merek fisik di mana termasuk persepsi kualitas, resiko dan nilai.

Konsumen selalu berpikir bahwa membeli harga rendah, kemasan

sederhana dan bahkan merek yang kurang dikenal sangat berisiko karena

kualitas merek tersebut kurang dipercaya dan diragukan (Sudhir dan

Talukdar, 2004). Itulah alasannya mengapa konsumen menilai bahwa

Etude House sebagai produk berisiko tinggi. Sebagian besar konsumen

tidak begitu akrab dengan kosmetik bermerek Etude House dan mereka

tidak mengerti sangat baik, oleh karena takut membuat keputusan yang

salah (Batra dan Sinha, 2000). Konsumen biasanya memaksimalkan

Alasan

- Citra Perusahaan Sikap Konsumen - Kepercayaan

(58)

utilitas mereka dari produk yang mereka beli dengan menghindari

kesalahan. Atas dasar itu, produsen merek produk tertentu yang lebih

tinggi harganya selalu dianggap produk berkualitas tinggi dengan risiko

yang lebih rendah dan karenanya mereka akan selalu menggunakan harga

dan merek untuk menentukan kualitas produk.

2) Faktor Ekstrinsik

Ekstrinsik didefinisikan sebagai tidak bagian inheren dari hal atau

tidak mengandung sesuatu (gratis Dictionary, 2011). Penelitian

menunjukkan bahwa isyarat ekstrinsik memainkan peran penting dalam

mempengaruhi niat beli konsumen dari isyarat intrinsik (Richardson,

1997). Faktor ekstrinsik dari merek termasuk harga dirasakan, kemasan,

citra toko, dan iklan. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa niat

konsumen dipengaruhi oleh biaya moneter (Grunert et al, 2004). Selain itu,

Munusamy dan Wong (2008) membuktikan bahwa ada hubungan positif

yang signifikan antara harga dan motif konsumen terhadap pembelian

produk. Oleh karena itu, sebagian besar konsumen akan membuat

keputusan mereka dengan mengacu pada produk harga rendah (Boutsouki

et al., 2008). Selain itu, kemasan penting karena mencapai hampir semua

konsumen, karena itu merupakan faktor penting dalam proses pengambilan

keputusan, dan konsumen biasanya memeriksa produk dengan melihat

informasi yang disediakan pada kemasan (Ampuero dan Vila, 2006).

Selanjutnya, iklan bertindak sebagai komunikator dimana akan

Gambar

Tabel Judul
Gambar Judul
Gambar II.1 Model sederhana sikap konsumen
Gambar II.2 Hubungan antara tiga komponen sikap
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peneltian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh celebrity endorser yang terdiri dari expertise, trustworthiness, dan attractiveness, secara simultan terhadap brand image

signifikan terhadap keputusan pembelian, untuk menganalisis, apakah harga, daya tarik iklan, celebrity endorser dan brand image secara simultan mempunyai pengaruh

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh brand image dan celebrity endorserterhadap keputusan pembelian kosmetikWardah pada mahasiswi Fakultas

ABSTRAK.‘ Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengamh celebrity endorser, brand image dan harga terhadap minat beli konsumen pada Geprek Bensu Kawi Malang. Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui.apakah variabel celebrity endorser, brand image dan harga berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap keputusan pembelian

Namun hasil analisis regresi terhadap masing-masing variable dari konstruk (Celebrity Endorser dan Brand Image) serta (Typical Person Endorser dan Brand Image)

Implikasi Hasil Penelitian Implikasi dari penelitian ini adalah bagaimana celebrity endorser, dan brand awareness dapat mempengaruhi konsumen untuk melakukan keputusan pembelian

Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa celebrity endorser dan brand image memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian produk Wardah pada