• Tidak ada hasil yang ditemukan

“IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DI DPD PARTAI GOLKAR KOTA SURABAYA”. (Studi Deskriptif Iklim Komunikasi Organisasi di DPD Partai Golkar Kota Surabaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "“IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DI DPD PARTAI GOLKAR KOTA SURABAYA”. (Studi Deskriptif Iklim Komunikasi Organisasi di DPD Partai Golkar Kota Surabaya)."

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

SURABAYA”.

(Studi Deskriptif Iklim Komunikasi Or ganisasi di DPD Partai Golkar Kota Sur abaya).

Nama Mahasiswa : Karsa Putra Nusantara

Npm : 0843 010 237

Pr ogram Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Telah disetujui untuk mengikuti ujian Lisan/Skripsi Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Ir. Didiek Tranggono, M.si NIP. 195812251990011001

Mengetahui, DEKAN

(2)

(Studi Deskriptif Iklim Komunikasi Organisasi Di DPD Partai Golkar Kota Surabaya)

Oleh :

KARSA PUTRA NUSANTARA

NPM. 0843010237

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunwan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 31 Januari 2013

PEMBIMBING UTAMA

Ir. Didiek Tranggono, MSi NIP. 19581225 1990011001

TIM PENGUJ I

1. Ketua

Ir. Didiek Tranggono, MSi NIP. 19581225 1990011001

2. Sekr etaris

Dr. Catur Sur atnoaji, MSi NIP. 3 6804 94 00281

3. Anggota

Dr s. Kusnarto, MSi

NIP. 19580801 198402 1001

4

Mengetahui

DEKAN

(3)

HALAMAN J UDUL ... i

HALAMAN PERSETUJ UAN ………... ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….. iii

KATA PENGANTAR ... iv

2.1.1. Komunikasi dan Fungsi Komunikasi ... 11

2.1.2. Proses Komunikasi ... 13

2.1.3. Hambatan Komunikasi ... 16

2.1.4. Bentuk dan Tipe Komunikasi ... 17

2.1.5. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication) ... 19

2.1.6. Bidang Komunikasi ... 21

2.1.7. Komunikasi Politik ... 22

2.1.8. Iklim Komunikasi ... 26

2.1.9. Komunikasi Organisasi ... 27

2.1.10.Iklim Komunikasi Organisasi ... 30

2.2.Kerangka Pemikiran Penelitian ... 37

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 41

3.1.1. Iklim Komunikasi Organisasi ... 41

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 42

3.2.Populasi dan Sampel ... 47

3.2.1 Populasi ... 47

3.2.2 Sampel ... 47

3.3.Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 49

(4)

4.1.1.4. Pengalaman di Golkar ……… 64

4.2.2. Iklim Komunikasi Organisasi di DPD Partai Golkar Surabaya .. 66

4.2.2.1. Kepercayaan ………... 66

4.2.2.2. Pembuatan Keputusan Bersama ………. 71

4.2.2.3. Kejujuran ……… 75

4.2.2.4. Keterbukaan dalam Komunikasi ke Bawah …………. 79

4.2.2.5. Mendengarkan dalam Komunikasi ke Atas ………….. 84

4.2.2.6. Perhatian pada Tujuan Berkinerja Tinggi ………. 89

4.2.2.7. Nilai Iklim Komposit ………. 94

4.3. Pembahasan ……… 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ………... 100

5.2. Saran ………. 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103

(5)

DAFTAR GAMBAR

Nomor J udul Halaman

Gambar 2.1. Model Proses Komunikasi Paling Sederhana ... 14

Gambar 2.2. Lima Elemen Dasar dalam Proses Komunikasi ... 14

Gambar 2.3. Model Komunikasi Interpersonal ... 20

Gambar 2.4. Kerangka Berpikir Penelitian ... 40

(6)

DAFTAR TABEL

Nomor J udul Halaman

Tabel 4.1. Jenis Kelamin Responden ... 62

Tabel 4.2. Usia Responden ………. 63

Tabel 4.3. Pendidikan Responden ……… 64

Tabel 4.4. Pengalaman di Partai Golkar ……… 65

Tabel 4.5. Kepercayaan Atasan Terhadap Bawahan ……… 67

Tabel 4.6. Kepercayaan Bawahan Terhadap Atasan ………. 68

Tabel 4.7. Kepercayaan ………. 69

Tabel 4.8. Atasan melakukan Komunikasi dalam Pengambilan Keputusan dan Penetapan Tujuan Bersama ……….. 71

Tabel 4.9. Anggota Dapat Berkomunikasi dan Berkonsultasi Mengenai Kebijakan Organisasi ……….. 72

Tabel 4.10. Pembuatan Keputusan Bersama ……….. 73

Tabel 4.11. Adanya Keterusterangan dan Kejujuran di antara Atasan terhadap Bawahan ……….. 76

Tabel 4.12. Adanya Kebebasan bagi Anggota dalam Mengungkapkan Isi Hati 77 Tabel 4.13. Kejujuran ………. 78

Tabel 4.14. Adanya Kemudahan dari Pimpinan dalam Memberikan Informasi untuk Meningkatkan Kemampuan Berkoordinasi ……….. 80 Tabel 4.15. Kemudahan bagi anggota dalam memperoleh informasi yang berhubungan dengan tugas ……….. 81

Tabel 4.16. Keterbukaan dalam Komunikasi ke Bawah ……… 82

Tabel 4.17. Atasan menganggap Penting Pendapat dan Pemikiran Anggota untuk dilaksanakan ……….. 85

Tabel 4.18. Atasan mendengar dan berpikiran luas atas saran dan laporan anggota ……… 86

Tabel 4.19. Mendengarkan dalam Komunikasi ke Atas ……… 87

Tabel 4.20. Pemimpin Memberikan Motivasi dan Penghargaan kepada Bawahan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja dan loyalitas 90 Tabel 4.21. Komitmen terhadap Tujuan Berkinerja Tinggi (Produktifitas Tinggi, Kualitas Tinggi, Biaya Rendah) ………. 91

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor J udul Halaman

Lampiran I Kuesioner ... 106 Lampiran II Daftar Nama Pengurus DPD Partai Golkar Surabaya Periode

2009-2014 ………... 110

(8)

DPD PARTAI GOLKAR KOTA SURABAYA (Studi Deskr iptif Iklim Komunikasi Or ganisasi di DPD Partai Golkar Kota Sur abaya)

Komunikasi dalam sebuah partai politik sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan iklim organisasi yang baik, sehingga terbentuk nilai dan kepercayaan yang kuat di antara anggota partai politik sebagai titik pusat organisasi. Iklim komunikasi organisasi dalam partai politik merupakan hal yang penting bagi berlangsungnya kehidupan dalam organisasi untuk meningkatkan partisipasi aktif setiap anggota sehingga program kerja dapat dijalankan secara efektif.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tentang iklim komunikasi organisasi yang ada di DPD Partai Golkar Kota Surabaya sehingga akan meningkatkan partisipasi aktif setiap anggota agar program kerja dapat dijalankan secara efektif.

Landasan teori yang digunakan dalam penelitin ini adalah teori Pace dan Faules yang mengemukakan bahwa iklim komunikasi organisasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi tentang peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respon anggota organisasi, harapan, konflik antarpersonal, dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi.

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan kuantitif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa kuesioner. Populasi penelitian sebanyak 91 orang, sedangkan sampel penelitian berjumlah 74 responden.Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan tabel frekuensi data yang telah diklasifikasikan dan dihitung untuk ditampilkan dalam persentase.

Berdasarkan pengamatan peneliti, terdapat komunikasi yang kurang harmonis di antara pengurus DPD Partai Golkar Kota Surabaya. Hal ini tampak pada tidak adanya kepercayaan pada anggota-anggota biasa dalam memimpin suatu kegiatan. Pengambilan keputusan yang dilakukan untuk organisasi juga dilakukan sepihak, hanya oleh pengurus yang duduk di jabatan tertinggi. Komunikasi ke atas maupun ke bawah seringkali tidak berjalan lancar, disebabkan adanya rasa sungkan yang berlebihan dari anggota biasa untuk mengambil inisiatif maupun memberikan saran terhadap pimpinan di atasnya.

(9)

ABSTRACT

KARSA PUTRA NUSANTARA, COMMUNICATIONS ORGANIZATION CLIMATE IN DPD PARTY CITY GOLKAR SURABAYA (Descriptive Study of Organizational Communication Climate in Sur abaya City Council Golkar Party)

Communication in a political party is needed to foster a good

organizational climate, forming strong values and beliefs among members of a polit ical part y as the central point of the organization. Communication climate in the organization of political parties is important for the continuity of life in the organization to promote the active participation of each member so that the work program can be run effectively.

The purpose of research is to know about the communication climate organization in Surabaya City Council Golkar Party that would increase the active participation of each member so that the work program can be run effectively. The foundation of the theory used in this research is the theory of Pace and Faules that suggests that organizational communication climate is a combination of perceptions of communication events, human behavior, response to members of the organization, expectations, interpersonal conflict, and the opportunity for growth within the organization.

This study uses survey with quantitative approach. The data used in this study is primary data in the form of a questionnaire. The study population as many as 91 people, while the study sample totaled 74 responden.Teknik sampling using purposive sampling. Data analysis was performed using frequency tables of data that have been classified and counted to be displayed as a percentage.

Based on the observations of researchers, there is a lack of communication between the board DPD harmonious Golkar Surabaya. This is evident in the lack of faith in the ordinary members in leading an activity. Decision making for the organization also carried out unilaterally, simply by administrators who sit in the highest office. Communication up and down often does not run smoothly, due to the excessive feeling shy from ordinary members to take the initiative and provide advice to the leadership on it.

The research concludes that the communication climate in Surabaya City Council Golkar Party in the negative category. Thus it is concluded that

(10)

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam setiap interaksi yang terjadi, komunikasi merupakan salah satu unsur penting yang tidak akan dapat terpisahkan. Hal ini dikarenakan komunikasi menghasilkan sebuah pemahaman yang sama antara pengirim informasi dengan penerima informasi pada semua level organisasi. Adapun informasi yang dikirim tersebut bisa dalam bentuk simbol verbal maupun nonverbal dengan tujuan persamaan makna atas sebuah informasi (Liliweri, 2004:30). Dengan demikian, komunikasi akan menghasilkan sebuah interaksi yang akan dapat memberikan hasil maksimal. Hal ini membuktikan bahwa komunikasi merupakan hal yang akan selalu dilakukan oleh seorang manusia dari bangun tidur hingga tidur lagi. Semua ini mendukung sifat manusia sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam setiap aktivitas hidupnya

(11)

pengiriman pesan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain maupun sekelompok orang, agar pesan tersebut dapat dipahami. Hal ini sesuai dengan pendapat Liliweri (2004:30) tentang konsep sebuah komunikasi. Definisi ini membuktikan bahwa komunikasi bukan hanya dibutuhkan oleh dua orang saja, melainkan juga dibutuhkan oleh banyak orang.

Komunikasi yang terjadi pada lebih dari dua orang, biasanya terjadi di sebuah organisasi. Hal ini dikarenakan sebuah organisasi merupakan sekumpulan orang yang memiliki visi dan misi sama, sehingga mampu berkumpul dalam satu wadah untuk mencapai tujuan yang diinginkan tersebut. Dalam sebuah organisasi, komunikasi memegang peranan yang sangat penting. Hal ini dikarenakan komunikasi merupakan aktivitas dasar yang mampu menjadi pondasi dari organisasi tersebut. Semakin baik komunikasi dalam sebuah organisasi, maka akan semakin baik pula prestasi yang akan dihasilkan oleh organisasi tersebut. Hal ini dikarenakan komunikasi dalam sebuah organisasi akan membentuk sebuah iklim yang akan dapat menentukan masa depan organisasi tersebut. Dampak dan pengaruh dari perlakuan organisasi terhadap anggota, dalam bentuk peraturan, kebijakan, tata kerja, dan kepemimpinan, dapat terjadi melalui komunikasi. Iklim organisasi tumbuh dan berkembang menjadi mapan karena proses sosialisasi dan dapat hidup lestari melalui interaksi sosial dan komunikasi antaranggotanya, yang disebut sebagai komunikasi interpersonal (Hardjana, 2007:84).

(12)

organisasi, dan juga memerlukan proses waktu karena setiap individu yang berada dalam organisasi tersebut memerlukan adaptasi dan pembenahan secara bertahap untuk mencapai hasil yang maksimal dan bermanfat bagi organisasi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Simamora (2004:81) bahwa iklim organisasi merupakan lingkungan internal yang mempengaruhi praktik dan kebijakan SDM yang diterima oleh anggota organisasi. Iklim organisasi di masing-masing organisasi berbeda. Dengan demikian, kemajuan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang terjadi di antara anggota-anggota organisasi yang bekerja sama yang akan membentuk sebuah iklim.

(13)

hal. Dengan demikian, iklim komunikasi organisasi memiliki peranan vital dalam sebuah organisasi.

Iklim komunikasi yang positif akan menyebabkan tujuan organisasi akan tercapai dengan cepat sesuai dengan yang diharapkan oleh para anggotanya serta cenderung akan meningkatkan dan mendukung komitmen pada organisasi. Sebaliknya, iklim komunikasi yang negatif akan menyebabkan terciptanya lingkungan kerja organisasi yang tidak sehat, sehingga tujuan organisasi tidak dapat tercapai. Iklim komunikasi yang negatif juga dapat mengakibatkan para anggotanya menjadi tidak memiliki komitmen pada organisasi, tidak memiliki sense of belonging terhadap organisasi tempat mereka bekerja.

Indikator yang digunakan untuk mengukur iklim organisasi sehingga masuk dalam karakteristik positif atau negatif menurut Pace dan Faules (2006:159-160) terdiri dari enam indikator, yaitu: kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas, dan perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi. Keenam indikator tersebut merupakan alat ukur yang dipakai untuk menjelaskan lingkungan internal suatu organisasi, di mana anggota organisasi memegang peran penting dalam mencapai tujuan organisasi.

(14)

pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Hal ini menunjukkan bahwa demokrasi merupakan salah satu sistem pemerintahan yang memposisikan rakyat sebagai peran vital dalam sebuah negara. Dengan peran vital yang dipegang oleh rakyat, maka seharusnya pemerintahan tidak dapat bertindak sesuai keinginan penguasa, tapi harus sesuai dengan keinginan rakyat. Hal inilah yang membuat demokrasi merupakan salah satu sistem politik yang paling diminati dan dipercaya positif oleh masyarakat pada negara-negara di dunia. Minat dan kepercayaan itu muncul karena sejarah telah membuktikan bahwa demokrasi mampu menunjukkan kemampuannya untuk mendorong tumbuhnya negara yang adil dan manusiawi.

Dengan menganut sistem demokrasi, maka aspek yang paling berpengaruh dalam kehidupan bernegara tersebut adalah aspek politik. Menurut Budiharsa (2008:1), politik (politics) merupakan berbagai kegiatan yang dilakukan dalam suatu sistem politik maupun kenegaraan yang meliputi proses penentuan tujuan dan pelaksanaan sistem tersebut. Dari definisi politik tersebut dapat dijelaskan bahwa segala kegiatan yang berhubungan dengan negara, maka hal itu termasuk dalam aspek politik. Aspek politik sendiri memiliki beberapa unsur yang menjadi kesatuan dalam sebuah kenegaraan. Unsur dari aspek politik tersebut antara lain: parlemen, birokrasi, rakyat pemilih, dan partai politik.

(15)

hanya sebagai pelengkap saja. Akan tetapi, partai politik memiliki fungsi tersendiri dalam sebuah kehidupan bernegara. Fungsi partai politik antara lain: sebagai sarana sosialisasi politik, sebagai sarana rekrutmen politik, sebagai sarana pengatur konflik, dan sebagai sarana komunikasi politik. Dari keempat fungsi tersebut, yang memiliki peran vital menurut ilmu komunikasi yaitu sebagai sarana komunikasi politik. Hal ini dikarenakan komunikasi politik merupakan salah satu cara anggota partai berinteraksi dengan masyarakat yang memegang peran vital dalam sebuah negara demokrasi. Dengan demikian, komunikasi politik dalam sebuah partai politik akan mampu membentuk iklim komunikasi organisasi dalam partai politik tersebut.

Komunikasi politik berasal dari dua kata, yaitu komunikasi dan politik. Menurut Budiharsa (2008:1), politik (politics) adalah berbagai kegiatan yang dilaksanakan dalam suatu sistem politik maupun kenegaraan yang meliputi proses penentuan tujuan dan pelaksanaan sistem tersebut. Lalu definisi komunikasi menurut Budiharsa (2008:6) adalah sesuatu yang berfungsi untuk memelihara dan menggerakkan kehidupan manusia yang menggambarkan aktivitas dan peradaban serta mampu mengubah naluri menjadi insipirasi. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan tentang definisi komunikasi politik yaitu sebuah penggerak kehidupan manusia yang menggambarkan aktivitas dalam suatu sistem politik meliputi proses dan pelaksanaan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

(16)

partai politik sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan iklim organisasi yang baik, sehingga terbentuk nilai dan kepercayaan yang kuat di antara anggota partai politik sebagai titik pusat organisasi. Iklim komuniksi organisasi dalam partai politik merupakan hal yang penting bagi berlangsungnya kehidupan dalam organisasi. Iklim organisasi yang penuh persaudaraan akan mendorong para anggota saling berkomunikasi secara terbuka, rileks, dan ramah. Sementara iklim organisasi yang negatif menyebabkan anggotanya tidak berani berkomunikasi secara terbuka.

Sebuah partai politik dengan iklim komunikasi yang baik akan membantu pengurus untuk dapat berkomunikasi dengan pimpinannya, sebaliknya iklim komunikasi yang tidak terjalin dengan baik akan mengakibatkan kurang terbukanya komunikasi yang dapat menghambat perkembangan organisasi. Organisasi tergantung pada keputusan-keputusan para pimpinan, namun untuk membuat keputusan yang baik para pimpinan perlu ketersediaan informasi yang tepat waktu dan akurat (Hardjana, 2007:9). Kelancaran komunikasi antara pemimpin dan pengurus akan mempengaruhi kinerja partai, di mana di dalamnya terdapat berbagai macam aktivitas yang berhubungan dengan organisasi-organisasi lain maupun dengan masyarakat umum. Partai politik dituntut untuk selalu meningkatkan kinerja pengurusnya agar segala aktivitas yang ada di dalam partai dapat terselesaikan dengan cepat dan dengan hasil yang baik.

(17)

organisasi yang kuat pada aspek internalnya, sebelum melakukan komunikasi politik ke masyarakat luas. Berdasarkan pengamatan peneliti, terdapat komunikasi yang kurang harmonis di antara pengurus DPD Partai Golkar Kota Surabaya. Hal ini tampak pada kurang dipercayanya anggota-anggota biasa dalam memimpin suatu kegiatan, misalnya dalam kegiatan kepanitiaan ataupun bakti sosial. Pengambilan keputusan yang dilakukan untuk organisasi juga dilakukan sepihak, hanya oleh pengurus yang duduk di jabatan tertinggi. Komunikasi ke atas maupun ke bawah seringkali tidak berjalan lancar, disebabkan adanya rasa sungkan yang berlebihan dari anggota biasa untuk mengambil inisiatif maupun memberikan saran terhadap pimpinan di atasnya. Permasalahan-permasalahan ini mengakibatkan kinerja pengurus DPD Partai Golkar Kota Surabaya tidak berjalan efektif, sehingga seringkali kegiatan yang sudah diagendakan tidak dapat dilaksanakan dengan tepat waktu.

(18)

Penulis mengadakan penelitian dengan menggunakan pendekatan ilmiah terhadap hal-hal yang menjadi faktor penghambat komunikasi politik pengurus DPD Partai Golkar Kota Surabaya. Pendekatan ilmiah yang dilakukan adalah dengan menggunakan teknik wawancara langsung dan memberikan kuisioner deskriptif kepada pengurus DPD Partai Golkar Kota Surabaya. Hasil dari penelitian tersebut akan menjadi topik pembahasan skripsi penulis dalam mengetahui bagaimana Iklim Komunikasi Organisasi di DPD Partai Golkar Kota Surabaya.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan fenomena di atas, maka yang akan menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimana iklim komunikasi organisasi yang ada di DPD Partai Golkar Kota Surabaya?”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dari skripsi ini adalah untuk mengetahui tentang iklim komunikasi organisasi yang ada di DPD Partai Golkar Kota Surabaya.

1.4. Manfaat Penelitian

(19)

1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan sebagai tambahan pengetahuan di bidang iklim komunikasi organisasi, khususnya iklim komunikasi organisasi politik yang ada di Surabaya.

2. Sebagai masukan bagi pengurus DPD Partai Golkar Kota Surabaya, khususnya bagi pengurus inti dalam mengatasi permasalahan yang ada untuk meningkatkan partisipasi aktif setiap anggota sehingga program kerja dapat dijalankan secara efektif.

(20)

2.1. Landasan Teori

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai landasan teori berdasarkan kajian pustaka tentang komunikasi dan fungsi komunikasi, proses komunikasi, hambatan komunikasi, bentuk dan tipe komunikasi, komunikasi antarpribadi (interpersonal communication), bidang komunikasi, komunikasi politik, iklim komunikasi, komunikasi organisasi, dan iklim komunikasi organisasi.

2.1.1. Komunikasi dan Fungsi Komunikasi

Proses komunikasi sangat penting dalam kehidupan manusia. Istilah komunikasi berasal dari Bahasa Latin yaitu communis yang berarti umum (Suprapto, 2006:2-3). Sementara dalam Bahasa Inggris berasal dari kata dasar common yang kemudian menjadi communication dengan artinya adalah suatu pertukaran informasi, konsep, ide, perasaan, dan lainnya antara dua pihak ataupun lebih (Fajar, 2009:31).

Definisi lain dari komunikasi dikatakan oleh Handoko (2003:272) yang mengatakan bahwa komunikasi merupakan sebuah proses pemindahan pengertian yang berbentuk gagasan ataupun informasi dari seseorang ke orang lain. Davis (dalam Mangkunegara, 2004:145) menambahkan tentang definisi komunikasi sebagai berikut:

(21)

Definisi tersebut dapat diartikan sebagai sebuah pemindahan informasi dan pemahaman dari seseorang kepada orang lain. Komarudin (2001:76) juga menambahkan bahwa definisi komunikasi merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk menyampaikan pikiran, informasi, peraturan, atau instruksi dengan cara tertentu yang bertujuan agar penerimanya memahami pesan yang diterimanya. Liliweri (2004:30) melengkapi bahwa hasil dari komunikasi merupakan sebuah pemahaman yang sama antara pengirim informasi dengan para penerima informasi. Adapun informasi tersebut dikirim bisa dalam bentuk simbol verbal maupun simbol nonverbal agar memperoleh kesamaan makna. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses pemindahan suatu informasi/pesan dari seseorang kepada orang lain agar dapat tercipta suatu pemahaman yang sama dari kedua belah pihak. Adapun sebuah komunikasi baru bisa dilakukan jika pihak pertama memberikan informasi dan pihak kedua menerima informasi, barulah terjadi sebuah komunikasi.

Pentingnya komunikasi tersebut, menunjukkan bahwa komunikasi memiliki fungsi. Menurut Sofyandi dan Garniwa (2007:157), fungsi komunikasi sebagai berikut:

1. Sebagai kontrol, hal ini dikarenakan komunikasi dapat berfungsi sebagai kontrol atau pengendali perilaku seseorang;

2. Sebagai motivasi, hal ini dapat digunakan seseorang menjelaskan bagaimana seseorang harus melakukan sesuatu untuk meraih kesuksesannya;

(22)

2.1.2. Pr oses Komunikasi

Menurut Hovland (dalam Effendy, 2003:4) mendefinisikan proses komunikasi sebagai berikut:

“The process by which individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbols) to modify the behavior of other individual (communicates).”

Definisi diatas dapat diartikan bahwa sebuah proses oleh individu (komunikator) menyampaikan sebuah rangsangan (biasanya berupa simbol verbal) untuk mengubah perilaku individu lainnya (komunikan). Ardianto, Komala, dan Karlinah (2009:83) menambahkan bahwa proses komunikasi terjadi ketika manusia berinteraksi dalam sebuah aktivitas komunikasi dengan cara menyampaikan sebuah pesan dari seorang komunikator kepada satu atau lebih komunikan.

Dari definisi proses komunikasi di atas, dapat disimpulkan bahwa sebuah proses komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian. Adapun tahapan dalam proses komunikasi menurut Effendy (2003:11) sebagai berikut:

1. Proses komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer merupakan sebuah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan simbol sebagai media. Adapun simbol yang digunakan misalnya bahasa, gambar, dan lainnya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran dan perasaan komunikator kepada komunikan.

2. Proses komunikasi secara sekunder

(23)

pertama. Dengan kata lain, proses komunikasi secara sekunder ini memerlukan perantara dalam menyampaikan sebuah pesan dari seorang komunikator kepada komunikan. Seorang komunikator menggunakan perantara karena komunikan berada di tempat yang relatif jauh dan dalam jumlah banyak. Adapun perantara tersebut misalnya surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan lainnya.

Menurut Handoko (2003:273), proses komunikasi yang paling sederhana akan menunjukkan tiga unsur esensi komunikasi. Bila salah satu unsur hilang, maka komunikasi tidak akan dapat berlangsung. Adapun model proses komunikasi yang paling sederhana tersebut ditunjukkan Gambar 2.1. berikut

Gambar 2.1. Model Proses Komunikasi Paling Sederhana Sumber: Handoko (2003:273)

Sementara model proses komunikasi yang lebih komplit menuurt Setiadi (2003:242) yang menunjukkan adanya 5 elemen dalam proses komunikasi seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2. berikut,

Gambar 2.2. Lima Elemen Dasar dalam Proses Komunikasi Sumber: Setiadi (2003:242)

Pengirim

Berita

Penerima

Mengirim Pesan Pesan Menerima

Pengirim

(Sumber) Penyandian Saluran Pengartian Penerima

Menerima Gangguan Mengirim

(24)

Adapun deskripsi dari kelima elemen dasar dalam proses komunikasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengirim atau sumber pesan

Pengirim pesan (komunikator) adalah pihak yang bertindak sebagai pengirim pesan dalam sebuah proses komunikasi. Dengan kata lain, komunikator merupakan seseorang atau sekelompok orang yang berinisiatif untuk menjadi sumber dalam sebuah hubungan.

2. Penerima

Penerima pesan atau (komunikan) adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber pesan yang dapat memahami pesan dari pengirim meskipun dalam bentuk kode atau isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang dimaksud oleh pengirim. Penerima bisa saja satu orang atau lebih. 3. Penyandian

Penyandian terjadi ketika seorang pengirim menerjemahkan sebuah informasi untuk dikirim menjadi serangkaian simbol. Dengan kata lain, penyandian ini menerjemahkan seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang diterima dari gagasan yang mampu dipahami.

4. Pengertian

Pengertian merupakan sebuah proses yang dilakukan penerima untuk menginterpretasikan pesan dan menerjemahkannya ke dalam sebuah informasi yang memiliki arti.

5. Gangguan

(25)

2.1.3. Hambatan Komunikasi

Dalam menjalankan sebuah proses komunikasi, tidak selamanya komunikasi akan berjalan dengan lancar. Selalu akan terdapat beberapa kesalahan dalam penyampaian maupun penerimaan, apalagi hambatan komunikasi merupakan salah satu dari lima elemen dasar dalam sebuah proses komunikasi. Menurut Effendy (2003:11), hambatan dalam sebuah proses komunikasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Hambatan sosio-antro-psikologis, terdiri dari:

a. Hambatan sosiologis: merupakan hambatan yang terjadi karena perbedaan golongan dan lapisan yang menyebabkan perbedaan status sosial, pendidikan, tingkat kekayaan, dan lainnya. Semua penyebabnya yaitu tentang keadaan sosiologis yang ada di lingkungan komunikator dan komunikan.

b. Hambatan antropologis: sebuah hambatan komunikasi yang terjadi akibat adanya perbedaan postur, warna kulit, kebudayaan, gaya hidup, norma, kebiasaan, dan bahasa.

c. Hambatan psikologis: terhambatnya proses komunikasi karena komunikan sedang sedih, bingung, marah, kecewa, iri hati, prasangka, dan lain-lain terhadap komunikator.

(26)

3. Hambatan mekanis, sebuah hambatan yang terjadi pada media yang digunakan untuk berkomunikasi. Hambatan ini misalnya pada suara telepon yang tidak jelas, ketikan huruf pada surat yang buram, suara yang hilang dan muncul pada saluran radio, dan sebagainya.

2.1.4. Bentuk dan Tipe Komunikasi

Komunikasi merupakan sebuah penyampaian informasi terhadap satu sama lain yang pada gilirannya akan tiba saling pengertian. Menurut Rogers dan Kincaid (dalam Cangara, 2009:19), ada dua bentuk komunikasi, antara lain:

1. Komunikasi verbal (dengan kata-kata)

Komunikasi verbal merupakan penggunaan bahasa yang merupakan bagian dari sebuah proses komunikasi. Proses komunikasinya berupa percakapan yang menggunakan bahasa tertentu utuk menyampaikan pesan kepada si penerima.

2. Komunikasi nonverbal (dengan gerakan tubuh)

Komunikasi nonverbal merupakan proses komunikasi dimana pesan yang disampaikan tanpa menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi nonverbal adalah menggunakan gerak, isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan pandangan mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, symbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.

(27)

1. Komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal communication)

Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang terjadi dalam diri individu, atau dengan kata lain proses berkomunikasi dengan diri sendiri. Terjadinya proses komunikasi di sini karena adanya seseorang yang memberi arti terhadap sesuatu objek yang diamatinya atau terbersit dalam pikirannya. Objek dalam hal ini bisa saja dalam bentuk benda, kejadian alam, peristiwa, pengalaman, fakta yang mengandung arti bagi manusia, baik yang terjadi di luar maupun di dalam diri seseorang.

2. Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication)

Devito (dalam Effendy, 2003:60) mendefinisikan komunikasi antarpribadi sebagai The process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of persons, with some effect and some

immediate feedback (proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika).

3. Komuniksi publik (public communication)

(28)

pendengarnya. Pesan yang disampaikan dalam komunikasi publik tidak berlangsung secara spontanitas, tetapi terencana dan dipersiapkan lebih awal. Tipe komunikasi publik biasanya ditemui dalam berbagai aktivitas sepserti kuliah umum, khotbah, rapat akbar, pengarahan, ceramah, dan semacamnya. 4. Komunikasi massa

Komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum, dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop. Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media. Seorang komunikator yang menyampaikan pesan kepada ribuan pribadi yang berbeda pada saat yang sama, tidak akan bisa menyesuaikan harapannya untuk memperoleh tanggapan mereka secara pribadi.

2.1.5. Komunikasi Antarpr ibadi (Interpersonal Communication)

(29)

Dalam komunikasi antarpribadi, model komunikasi dapat dilihat pada Gambar 2.3. berikut,

Gambar 2.3. Model Komunikasi Interpersonal Sumber: DeVito, 2007:12

Adapun model komunikasi pada Gambar 2.3. di atas, merefleksikan sebuah siklus natural komunikasi interpersonal. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya komunikasi yang berlangsung dari orang pertama kepada orang kedua, lalu orang kedua kepada orang pertama, dan seterusnya. Komunikasi antarpribadi berfungsi untuk meningkatkan hubungan insani (human relations), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagai pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain. Komunikasi antarpribadi dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan diantara pihak-pihak yang berkomunikasi (DeVito, 2007:9).

Komunikasi antarpribadi juga mempunyai beberapa tujuan yang penting bagi komunikan dan komunikator. Menurut Widjaja (2000:16), tujuan komunikasi antarpribadi antara lain:

Sumber/Penerima

Kompetensi

Sumber/Penerima

Kompetensi Gangguan

Umpan Balik

Umpan Balik

Pesan yang disampaikan lewat saluran

(30)

1. Mengenal diri sendiri dan orang lain; 2. Mengetahui dunia luar;

3. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna; 4. Mengubah sikap dan perilaku;

5. Bermain dan mencari hiburan; serta 6. Membantu orang lain.

2.1.6. Bidang Komunikasi

Menurut Effendy (2003:52), ilmu komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari, menelaah, dan meneliti kegiatan-kegiatan komunikasi manusia yang luas ruang lingkupnya. Salah satunya yaitu bidang kehidupan manusia, dimana komunikasi dalam suatu jenis kehidupan tertentu memiliki proses komunikasi yang berbeda dengan jenis kehidupan yang lain. Berdasarkan bidangnya, komunikasi meliputi jenis-jenis sebagai berikut:

1. Komunikasi sosial (social communication);

2. Komunikasi organisasional atau manajemen (organizational or management communication);

3. Komunikasi bisnis (business communication); 4. Komunikasi politik (political communication);

5. Komunikasi internasional (international communication); 6. Komunikasi antarbudaya (intercultural communication); 7. Komunikasi pembangunan (development communication).

(31)

2.1.7. Komunikasi Politik

Salah satu unsur penting dari komunikasi politik adalah partai politik. Menurut Budiardjo (2006:160-161), definisi dari partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir dengan rincian anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai, dan cita-cita yang sama. Sementara menurut Friedrich (dalam Gea, dkk., 2005:94), definisi partai politik merupakan sekelompok manusia yang terorganisir dengan stabil dan bertujuan untuk merebut atau mempertahankan penguasaan pemerintahan bagi pimpinan partainya, serta untuk memberikan manfaat pada anggota partai yang bersifat idiil dan materil. Dengan demikian, partai politik seharusnya tidak hanya memiliki peran bagi sekelompok manusia di dalamnya, melainkan juga untuk masyarakat yang berada di wilayah kerjanya.

Keberadaan partai politik memiliki fungsi yang penting untuk masyarakat dan pemerintahan pada suatu negara demokrasi. Menurut Budiardjo (2006:163), fungsi partai politik di negara demokrasi antara lain:

1. Partai politik sebagai sarana komunikasi politik

(32)

2. Partai politik sebagai sarana sosialisasi politik

Sosialisasi politik disini diartikan sebagai proses seseorang dalam memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik yang terjadi di sekitarnya. Proses sosialisasi ini berlangsung secara bertahap dan berkelanjutan. Dalam upaya menguasai pemerintahan melalui kemenangan pemilu, partai harus mendapat dukungan yang banyak. Oleh karenanya, partai harus menciptakan image memperjuangkan kepentingan khalayak. Proses sosialisasi ini dapat dilakukan melalui ceramah penenrangan, kursus kader, dan lainnya.

3. Partai politik sebagai sarana rekrutmen politik

Hal ini ditunjukkan dengan fungsi partai politik yang harus mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai. Dengan demikian, hal tersebut menunjukkan bahwa partai ikut memperluas partisipasi politik. Adapun pencarian orang baru tersebut dengan melakukan kontrak pribadi ataupun lainnya. Selain menarik orang baru, juga harus mengajak pemuda agar menjadi kader di masa depan sebagai regenerasi pemimpin.

4. Partai politik sebagai sarana pengatur konflik

(33)

Salah satu fungsi partai politik yang memiliki peranan penting dalam kehidupan bernegara adalah fungsinya sebagaisebagai sarana komunikasi politik antara masyarakat dengan pemerintah. Komunikasi politik terdiri dari dua unsur penting, yaitu komunikasi dan politik. Menurut Budiharsa (2008:1), politik (politics) adalah berbagai kegiatan yang dilaksanakan dalam suatu sistem politik maupun kenegaraan yang meliputi proses penentuan tujuan dan pelaksanaan sistem tersebut. Lalu definisi komunikasi menurut Budiharsa (2008:6) adalah sesuatu yang berfungsi untuk memelihara dan menggerakkan kehidupan manusia yang menggambarkan aktivitas dan peradaban serta mampu mengubah naluri menjadi insipirasi. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan tentang definisi komunikasi politik yaitu sebuah penggerak kehidupan manusia yang menggambarkan aktivitas dalam suatu sistem politik meliputi proses dan pelaksanaan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

(34)

Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa komunikasi politik merupakan gabungan kata komunikasi dan politik yang akan mempengaruhi kehidupan bernegara seseorang maupun sekelompok orang. Komunikasi politik juga merupakan ranah persaingan antarpersonal dalam sistem sebuah kenegaraan yang bertujuan untuk mencapai keinginan politik anggota partai khususnya dan seluruh warga negara umumnya..

Adapun fungsi komunikasi politik menurut Harun dan Sumarno (2006:28) antara lain:

1. Fungsi pada struktur pemerintah (suprastruktur politik atau biasa disebut the governmental politic sphere)

Fungsi dalam struktur pemerintah ini berisi tentang informasi meliputi seluruh kebijakan yang dilaksanakan pemerintah yang bertujuan untuk mencapai tujuan negara yang lebih luas.

2. Fungsi pada struktur masyarakat (infrastruktur politik atau biasa disebut the socio political sphere)

Fungsi ini berperan sebagai pengumpulan dan sendi kepentingan yang berfungsi sebagai proses komunikasi dalam sebuah kelompok. Selain itu, fungsinya juga sebagai proses penyampaian isi komunikasi kepada pemerintah dari hasil pengumpulan dan sendi kepentingan tersebut.

(35)

2.1.8. Iklim Komunikasi

Iklim komunikasi merupakan sebuah kiasan yang diterapkan pada kondisi yang berbeda dengan tujuan untuk menyatakan suatu persamaan. Kiasan adalah bentuk ucapan yang di dalamnya suatu istilah atau frase yang jelas artinya diterapkan pada situasi yang berbeda dengan tujuan menyatakan suatu kemiripan. Meskipun perbandingannya figurative, perbandingan tersebut memberi informasi mengenai isi, struktur, dan arti situasi baru tersebut. Menurut Sackmann (dalam Cangara, 2009:165), iklim komunikasi merupakan sebuah kiasan yang dapat memberikan deskripsi dengan jelas pada tingkat emosional, perilaku, dan menyatakan bagian tertentu pada sebuah tindakan tanpa menetapkan perilaku yang sesungguhnya. Sementara definisi iklim komunikasi menurut Denis (dalam Muhammad, 2009:86) merupakan kualitas pengalaman yang bersifat objektif tentang lingkungan internal organisasi, yang mencakup persepsi anggota organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi di dalam intern organisasi.

(36)

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa iklim komunikasi merupakan sebuah suasana yang timbul dan terasa oleh para pegawainya sebagai akibat dari adanya peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respon, konflik, dan kesempatan seseorang dalam untuk berkembang dalam sebuah organisasi. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang sebuah iklim komunikasi, membutuhkan jangka waktu yang lebih panjang.

Iklim komunikasi penting karena mengaitkan konteks organisasi dengan konsep konsep, perasaan perasaan dan harapan harapan anggota organisasi dan membantu menjelaskan prilaku anggota organisasi. Dengan mengetahui sesuatu tentang iklim suatu organisasi kita dapat memahami lebih baik apa yang mendorong anggota organisasi untuk bersikap dengan cara-cara tertentu.

2.1.9. Komunikasi Or ganisasi

(37)

Teorinya yaitu bahwa sebuah organisasi bukanlah susunan yang terbentuk oleh posisi dan peranan, melainkan oleh aktivitas komunikasi. Dengan demikian, organisasi itu dapat dicapai seseorang melalui sebuah proses komunikasi yang berkelanjutan. Oleh karenanya, komunikasi dalam sebuah organisasi adalah wajib.

Dari beberapa pendapat tentang definisi komunikasi organisasi di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi mutlak selalu ada dalam sebuah organisasi. Adapun tujuan dari dilakukannya komunikasi dalam organisasi tersebut adalah untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam visi sebuah organisasi. Oleh karenanya, masing-masing individu dalam sebuah organisasi hendaknya memahami tentang peranan komunikasi organisasi.

Dalam komunikasi organisasi, ada tiga dimensi dalam arus yang terjadi. Menurut Effendy (2003:81), tiga dimensi tersebut antara lain:

1. Komunikasi vertikal

Merupakan sebuah komunikasi vital dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen. Komunikasi vertikal ini merupakan komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) dan dari bawah ke atas (upward communication). Dalam arus komunikasi vertikal (dari atas ke bawah), dicontohkan dengan pemberian instruksi, petunjuk, dan penugasan lain dari seorang pimpinan kepada ketua unit dan bawahan. Sementara komunikasi yang dari bawah ke atas diterima dalam bentuk bawahan memberikan laporan, pelaksanaan tugas, dan saran yang diberikan pada pimpinannya. 2. Komunikasi horizontal

(38)

untuk mengoordinasikan pekerjaan agar menghasilkan kinerja lebih baik. Dengan melakukan komunikasi horizontal, maka akan ada koordinasi yang menghubungkan beberapa bagian yang terpisah.

3. Komunikasi eksternal

Komunikasi ini terjadi antara dua pihak, yaitu organisasi yang bersangkutan dengan pihak luar. Contoh komunikasi eksternal ini antara lain: komunikasi organisasi dengan rekan bisnis, pelanggan, pemasok, pejabat pemerintah, dan lainnya.

Adapun tujuan dan fungsi komunikasi organisasi menurut Liliweri (2004:64) dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tujuan komunikasi organisasi

a. Sebagai tindakan koordinasi, menunjukkan bahwa komunikasi organisasi bertujuan untuk mengoordinasikan sebagian atau seluruh tugas dan fungsi organisasi yang telah terbagi menjadi beberapa bagian sebagai proses untuk mewujudkan visi dan misi organisasi.

b. Membagi informasi, bertujuan untuk menghubungkan seluruh aparatur organisasi dengan tujuan organisasi. Informasi akan berfungsi untuk membagi dan menjelaskan tentang tujuan organisasi, arah dari suatu tugas, proses untuk mencapai hasil, dan pengambilan keputusan.

(39)

2. Fungsi komunikasi organisasi a. Fungsi umum, terdiri dari:

1) To tell, yaitu untuk menceritakan informasi terkini yang berkaitan dengan tugas dalam sebuah organisasi;

2) To sell, yaitu untuk menjual gagasan, pendapat, fakta, dan lainnya; 3) To learn, yaitu untuk meningkatkan kemampuan SDM organisasi

agar bisa belajar tentang organisasi;

4) To decide, yaitu untuk menentukan apa dan bagaimana organisasi membagi pekerjaan, membagi kekuasaan, menangani sejumlah orang, memanfaatkan sumber daya, mengalokasikan dana, dan lainnya.

b. Fungsi khusus, terdiri dari:

1) Membuat SDM melibatkan diri dalam isu organisasi dan menerjemahkannya dalam tindakan tertentu di bawah komando; 2) Membuat SDM dalam organisasi menciptakan dan menangani relasi

untuk meningkatkan produk organisasi;

3) Membuat karyawan memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dalam suasana ketidakpastian.

2.1.10.Iklim Komunikasi Or ganisasi

(40)

Dennis (dalam Muhammad, 2009:86) mendefinisikan iklim komunikasi organisasi sebagai kualitas pengalaman yang bersifat obyektif tentang lingkungan internal organisasi yang mencakup persepsi anggota organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi dalam intern organisasi. Kriyantono (2007:311) menambahkan tentang definisi iklim komunikasi organisasi merupakan persepsi tentang seberapa jauh anggota organisasi merasa bahwa organisasi dapat dipercaya, mendukung, terbuka, perhatian dengan secara aktif meminta pendapat anggota organisasi, dan memberi penghargaan atas standar kinerja yang baik. Dari beberapa definisi iklim komunikasi organisasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa iklim komunikasi organisasi merupakan sebuah persepsi yang ada pada beberapa anggota organisasi tentang semua hal yang terjadi di dalam organisasi tersebut.

Poole (dalam Pace dan Faules, 2006:154) mengatakan bahwa unsur-unsur organisasi tidak secara langsung dapat menciptakan sebuah iklim komunikasi organisasi. Hal ini dikarenakan sebuah organisasi pasti memiliki hukum dan peraturan yang harus ditaati. Semua itu akan mempengaruhi iklim komunikasi organisasi. Dengan demikian, iklim komunikasi organisasi bergantung pada persepsi anggota organisasi mengenai nilai hukum dan peraturan tersebut.

(41)

memberi tangung jawab dalam mengerjakan tugas yang dimiliki. Selain itu, iklim komunikasi organisasi juga berfungsi untuk menyediakan informasi yang terbuka dan cukup tentang organisasi, mendengarkan dan memperoleh informasi yang dapat dipercaya, serta secara aktif memberikan penyuluhan kepada anggota organisasi. Dengan demikian, seluruh anggota organisasi akan merasa terlibat dan merasa peranannya begitu penting dalam membuat keputusan organisasi.

Dari uraian tentang iklim komunikasi organisasi di atas, dapat dibuktikan bahwa iklim komunikasi organisasi penting. Hal ini dikarenakan iklim komunikasi organisasi dapat mempengaruhi cara hidup orang-orang dalam sebuah organisasi, kepada siapa berbicara, siapa saja yang disukai, bagaimana perasaan masing-masing orang, bagaimana perkembangan individu dalam sebuah organisasi, dan lain sebagainya. Oleh karenanya, diperlukan pengukuran pada sebuah iklim komunikasi organisasi untuk menunjukkan kualitas dari iklim komunikasi organisasi dalam sebuah organisasi. Adapun pengukuran iklim komunikasi organisasi tersebut dilakukan dengan menggunakan beberapa indikator. Menurut Pace dan Faules (2006:159-160), ada enam indikator yang dapat digunakan untuk mengukur iklim komunikasi organisasi, antara lain:

1. Kepercayaan

(42)

yang menyebutkan bahwa semakin tinggi kepercayaan yang diberikan, maka ada kecenderungan untuk meningkatkan motivasi kerja yang dimiliki. Dengan demikian, kepercayaan harus senantiasa dijaga. Baik kepercayaan atasan terhadap kemampuan kerja bawahannya, maupun kepercayaan dari bawahan bahwa atasan mampu memimpin anggotanya. Dengan demikian, kepercayaan akan mampu menunjukkan kondisi iklim komunikasi organisasi pada sebuah organisasi tertentu.

2. Pembuatan keputusan bersama

Merupakan sebuah indikator tentang persepsi anggota organisasi tentang keterlibatannya dalam proses pembuatan keputusan bersama. Disini ditunjukkan dengan semua pegawai dalam semua tingkat dalam organisasi harus diajak berkomunikasi dan berkonsultasi tentang semua masalah dalam wilayah kebijaksanaan organisasi yang relevan kedudukannya. Selain itu, pegawai juga diberi kesempatan dalam berkomunikasi dan berkonsultasi dengan manajemen di atasnya dengan tujuan agar pegawai tersebut dapat berperan dalam proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan. Melalui cara demikian, maka setiap anggota organisasi akan merasa dilibatkan, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.

3. Kejujuran

(43)

ataupun atasannya. Sehingga setiap anggota memiliki kebebasan dalam mengungkapkan isi hati mengenai keadaan organisasi.

4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah

Menurut Wursanto (2003:162), komunikasi ke bawah merupakan sebuah komunikasi yang berlangsung dari satuan organisasi yang lebih tinggi kepada satuan-satuan organisasi yang ada di bawahnya. Adapun komunikasi tersebut dapat berbentuk memo, buku pedoman, perintah atau komando, teguran, dan pujian.

Anggota organisasi harus dipermudah dalam memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan tugas yang menjadi kewajibannya, kecuali informasi rahasia. Hal tersebut dikarenakan akan mempengaruhi kemampuan anggota organisasi untuk mengoordinasikan pekerjaan yang menjadi tugasnya dengan orang lain maupun bagian lain yang berhubungan luas dengan organisasi, para pimpinan, dan rencana-rencananya. Kemudahan dari pimpinan untuk memberikan informasi bagi peningkatan koordinasi maupun kemudahan anggota dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan akan menunjukkan iklim yang ada dalam suatu organisasi.

5. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas

Menurut Wursanto (2003:162), komunikasi ke atas merupakan komunikasi yang berlangsung dari sebuah organisasi yang lebih rendah dengan satuan organisasi yang lebih tinggi. Adapun komunikasi ke atas tersebut dapat berupa laporan, keluhan, pendapat, dan saran.

(44)

bawah dalam organisasi tersebut secara berkesinambungan dan dengan pikiran terbuka. Hal ini dikarenakan informasi dari bawahan harus dipandang cukup penting untuk dilaksanakan kecuali ada petunjuk yang berlawanan. Atasan juga harus mampu berpikiran luas atas saran dan laporan dari anggota, sehingga setiap anggota merasa diperlakukan dengan adil.

6. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi

Anggota di semua tingkatan dalam organisasi harus menunjukkan sebuah komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi (produktivitas tinggi), kualitas tinggi, biaya rendah, dan menunjukkan perhatian besar pada anggota organisasi lainnya. Di sisi lain, tindakan atasan untuk selalu memberikan motivasi dan penghargaan kepada anggota perlu selalu dilakukan untuk meningkatkan kinerja dan loyalitas terhadap organisasi. Dengan adanya indikator yang digunakan untuk mengukur iklim komunikasi dalam suatu organisasi, maka akan diketahui secara pasti bagaimana iklim komunikasi suatu organisasi dijalankan terhadap anggota-anggotanya. Iklim komunikasi organisasi dalam prakteknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Iklim Komunikasi Organisasi Positif

(45)

organisasi tersebut. Misalnya, dalam setiap pembuatan keputusan bersama semua personel diajak berkomunikasi dan berkonsultasi. Terciptanya suasana yang penuh dengan keterusterangan, adanya saling keterbukaan dalam memperoleh informasi antara atasan dan bawahan, serta personel di setiap tingkatan mau mendengarkan dengan pikiran yang terbuka.

Pada iklim yang positif, cenderung ditemukan respons (tanggapan-tanggapan) positif terhadap penyelia, sikap tanggap atas kebutuhan-kebtuhan pribadi dan organisasi, kepekaan terhadap perasaan pegawai, dan kesediaan untuk berbagi informasi. Seluruh unsur-unsur tersebut adalah prasyarat terjadinya komunikasi ke atas dan ke bawah yang efektif, sebagaimana dikemukakan oleh Pace & Faules (2005 :203). `

2. Iklim Komunikasi Organisasi Negatif

Iklim komunikasi organisasi negatif dapat dipahami sebagai iklim yang akan merusak keputusan yang dibuat anggota organisasi mengenai bagaimana mereka akan bekerja dan berpartisipasi untuk organisasi. Iklim komunikasi organisasi seperti ini sangat rentan, karena tidak adanya kepercayaan terhadap masing-masing anggota. Keputusan yang dibuat hanya mewakili salah satu pihak.

(46)

Iklim komunikasi yang negatif akan menyebabkan terciptanya lingkungan kerja organisasi yang tidak sehat, sehingga tujuan organisasi tidak dapat tercapai. Iklim komunikasi yang negatif juga dapat mengakibatkan para anggotanya menjadi tidak memiliki komitmen pada organisasi dan tidak memiliki sense o belonging terhadap organisasi tempat mereka bekerja. Kondisi ini mengakibatkan proses kerja organisasi tidak berjalan dengan lancar.

2.2. Kerangka Pemikiran Penelitian

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang memiliki penting dalam sebuah organisasi. Komunikasi membuat sebuah organisasi mampu mewujudkan visi yang telah ditetapkan, begitu juga sebaliknya. Tanpa adanya sebuah komunikasi dalam organisasi, maka organisasi tersebut akan mati karena tidak ada koordinasi di dalamnya. Adanya komunikasi yang berlangsung dalam sebuah organisasi akan membentuk sebuah iklim komunikasi organisasi akibat persepsi, respon, dan kesempatan yang dimiliki masing-masing individu dalam organisasi tersebut.

(47)

karakteristik iklim komunikasi organisasi yang ada di DPD Partai Golkar Kota Surabaya. Untuk mengetahui karakteristik iklim komunikasi organisasi di DPD Partai Golkar Kota Surabaya tersebut, peneliti menggunakan 6 indikator yang akan dapat mendeskripsikan karakteristik iklim komunikasi organisasi tersebut. Adapun 6 indikator tersebut antara lain:

1. Kepercayaan

Anggota organisasi di setiap tingkat harus berusaha untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang di dalamnya ada sebuah kepercayaan. Terdapat dua faktor yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu: kepercayaan harus dimiliki baik oleh atasan terhadap bawahan, maupun bawahan kepada atasan.

2. Pembuatan keputusan bersama

Setiap anggota harus diajak berkomunikasi dan berkonsultasi tentang masalah dalam wilayah kebijaksanaan organisasi agar anggota berperan dalam proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan. Dua faktor yang dapat diukur adalah: atasan harus melakukan komunikasi dalam pengambilan keputusan dan penetapan tujuan bersama, demikian pula anggota dapat berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai kebijakan perusahaan.

3. Kejujuran

(48)

kebebasan bagi anggota dalam mengungkapkan isi hati yang berkaitan dengan masalah organisasi.

4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah

Semua anggota organisasi harus relatif mudah untuk memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan tugas yang dimiliki untuk koordinasi, kecuali untuk informasi rahasia. Dua hal yang akan diteliti adalah: adanya kemudahan dari atasan dalam memberikan informasi untuk meningkatkan kemampuan berkoordinasi dan kemudahan bagi karyawan dalam memperoleh informasi yang berhubungan dengan pekerjaan mereka. 5. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas

Setiap anggota di tiap tingkatan organisasi harus mendengarkan saran dari anggota di tingkat bawah organisasinya, secara berkesinambungan dan dengan pikiran terbuka. Oleh karena itu terdapat dua faktor yang akan diteliti, yaitu: atasan menganggap penting pendapat dan pemikiran anggota untuk dilaksanakan, dan atasan mendengar dan berpikiran luas atas saran dan laporan anggota.

6. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi

(49)

Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.4. Kerangka Berpikir Penelitian

Iklim Komunikasi Or ganisasi 1.Kepercayaan

• kepercayaan atasan terhadap bawahan

• kepercayaan bawahan kepada atasan 2.Pembuatan keputusan bersama

• atasan melakukan komunikasi dalam penetapan tujuan bersama

• anggota dapat berkonsultasi mengenai kebijakan organisasi

3.Kejujuran

• adanya keterusterangan dan kejujuran di antara atasan dan bawahan

• ada kebebasan bagi anggota dalam mengungkapkan isi hati tentang organisasi.

4.Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah

• Kemudahan dari pimpinan dalam memberikan informasi untuk

meningkatkan kemampuan berkoordinasi

• kemudahan bagi anggota dalam

memperoleh informasi yang berhubungan dengan tugas mereka.

5.Mendengarkan dalam komunikasi ke atas

• atasan menganggap penting pendapat dan pemikiran anggota untuk dilaksanakan

• atasan mendengar dan berpikiran luas atas saran dan laporan anggota.

6.Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi.

• Atasan memberikan motivasi dan penghargaan kepada bawahan

(50)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini difokuskan pada iklim komunikasi organisasi yang ada di Partai Golkar DPD Kota Surabaya. Penelitian tentang iklim komunikasi organisasi ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei dan merupakan tipe penelitian deskriptif. Menurut Soehartono (2004:35), metode survei dengan tipe penelitian deskriptif merupakan sebuah metode untuk memperoleh data yang ada saat penelitian dilakukan dan bertujuan untuk menjelaskan pembahasan dari permasalahan penelitian. Dengan menggunakan metode ini, maka peneliti akan melakukan survei dengan mengunjungi, menyebarkan kuesioner, dan mencari data-data sekunder. Setelah itu, hasilnya akan dianalisis dan disajikan dalam bentuk deskriptif berupa rekomendasi arahan bagi pengurus Partai Golkar DPD Kota Surabaya.

3.1.1. Iklim Komunikasi Organisasi

(51)

karakteristik iklim komunikasi organisasi dalam penelitian ini menggunakan 6 indikator, antara lain: kepercayaan, pengambilan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas, dan perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Adapun pengukuran variabel ini menggunakan 6 indikator yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Kepercayaan

(52)

koefisien berkisar dari 0,8 - 0,97 umumnya dianggap memuaskan, dan masuk dalam kategori positif.

2. Pengambilan keputusan bersama

Pengambilan keputusan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana pastisipasi anggota organisasi yang berada di tingkat staf dilibatkan dalam pengambilan keputusan bersama yang dilakukan oleh pengurus inti Partai Golkar DPD Kota Surabaya. Hal ini dikarenakan apapun keputusan yang diambil, kelak akan mempengaruhi semua anggota organisasi juga. Dengan demikian, partisipasi aktif anggota organisasi merupakan hak yang dimiliki anggota untuk selalu diajak berkomunikasi dan berkonsultasi tentang semua masalah yang ada dalam wilayah kebijakan organisasi yang relevan dengan kedudukannya. Pengukuran iklim pengambilan keputusan bersama menggunakan rumus iklim organisasi, di mana jawaban positif dari kedua pernyataan akan dibagi dua, kemudian hasilnya dibagi lagi dengan jumlah responden. Nilai iklim pengambilan keputusan bersama gabungan yang mencapai nilai koefisien berkisar dari 0,8 - 0,97 umumnya dianggap memuaskan, dan masuk dalam kategori positif.

3. Kejujuran

(53)

demikian, semua anggota organisasi mampu mengatakan apa yang ada dalam pikirannya tanpa mengindahkan lawan bicara yang dimaksud apakah rekan kerjanya, bawahan, maupun atasannya. Sehingga diperoleh variabel penelitian berupa: adanya keterusterangan dan kejujuran di antara atasan dan bawahan, serta adanya kebebasan bagi anggota dalam mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan organisasi. Pengukuran iklim kejujuran menggunakan rumus iklim organisasi, di mana jawaban positif dari kedua pernyataan akan dibagi dua, kemudian hasilnya dibagi lagi dengan jumlah responden. Nilai iklim kejujuran gabungan yang mencapai nilai koefisien berkisar dari 0,8 - 0,97 umumnya dianggap memuaskan, dan masuk dalam kategori positif.

4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah

(54)

kemudahan bagi bawahan dalam memperoleh informasi yang berhubungan dengan pekerjaan mereka. Pengukuran iklim keterbukaan dalam komunikasi ke bawah menggunakan rumus iklim organisasi, di mana jawaban positif dari kedua pernyataan akan dibagi dua, kemudian hasilnya dibagi lagi dengan jumlah responden. Nilai iklim keterbukaan dalam komunikasi ke bawah gabungan yang mencapai nilai koefisien berkisar dari 0,8 - 0,97 umumnya dianggap memuaskan, dan masuk dalam kategori positif.

5. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas

(55)

mendengarkan dalam komunikasi ke atas menggunakan rumus iklim organisasi, di mana jawaban positif dari kedua pernyataan akan dibagi dua, kemudian hasilnya dibagi lagi dengan jumlah responden. Nilai iklim mendengarkan dalam komunikasi ke atas gabungan yang mencapai nilai koefisien berkisar dari 0,8 - 0,97 umumnya dianggap memuaskan, dan masuk dalam kategori positif.

6. Perhatian pada tujuan-tujuan dengan kinerja tinggi

Adapun maksud dari perhatian pada tujuan-tujuan dengan kinerja tinggi ini adalah sejauh mana responden menunjukkan komitmen yang dimiliki untuk menghasilkan kinerja yang baik dengan kualitas tinggi dan biaya rendah yang merupakan bagian dari tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi tersebut. Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: atasan memberikan motivasi dan penghargaan kepada bawahan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja dan loyalitas, serta anggota berkomitmen terhadap tujuan berkinerja tinggi. Pengukuran iklim perhatian pada tujuan-tujuan dengan kinerja tinggi menggunakan rumus iklim organisasi, di mana jawaban positif dari kedua pernyataan akan dibagi dua, kemudian hasilnya dibagi lagi dengan jumlah responden. Nilai iklim perhatian pada tujuan-tujuan dengan kinerja tinggi gabungan yang mencapai nilai koefisien berkisar dari 0,8 - 0,97 umumnya dianggap memuaskan, dan masuk dalam kategori positif.

(56)

jumlah jawaban positif dari keenam indikator dihitung dan dibagi dengan dua belas pertanyaan tentang iklim organisasi. Hasil yang didapatkan kemudian dibagi dengan jumlah responden untuk memperoleh nilai iklim komunikasi organisasi. Nilai Iklim Komunikasi Organisasi yang mencapai nilai koefisien 0.8 – 0.97 menunjukkan bahwa iklim komunikasi organisasi masuk dalam kategori positif.

3.2. Populasi dan Sampel

Berikut ini akan dijelaskan tentang penentuan populasi dan sampel dalam penelitian ini.

3.2.1 Populasi

(57)

3.2.2 Sampel

Menurut Bungin (2010:101), sampel merupakan objek penelitian yang lebih kecil yang merupakan bagian dari populasi. Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan berasal dari populasi penelitian, yaitu jumlah pengurus Partai Golkar DPD Kota Surabaya. Dalam rangka menetapkan jumlah sampel, maka dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:

2

n = jumlah sampel yang ditentukan e = error yang dipatok

Penelitian ini telah ditentukan derajat presisinya adalah 5%. Dengan demikian, perhitungan sampel sebagai berikut:

(58)

sumber data dengan pertimbangan tertentu. Teknik ini digunakan karena sumber data dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan, sehingga mempermudah peneliti menjelajahi obyek atau situasi yang sedang diteliti.

3.3. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Menurut Silalahi (2009: 289-291), data untuk penelitian dapat dikumpulkan dari berbagai macam sumber yang ada. Data dikumpulkan dari latar yang berbeda. Data juga dapat bersumber dari dalam organisasi obyek penelitian. Sumber data dibedakan menjadi dua, yaitu primer dan sekunder. Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan berasal dari sumber data primer dan sekunder. Penjelasannya sebagai berikut:

1. Sumber data primer, merupakan data yang dikumpulkan dari situasi aktual ketika suatu peristiwa terjadi secara langsung. Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil kuesioner.

2. Sumber data sekunder merupakan data-data yang dikumpulkan dari tangan kedua ataupun dari sumber-sumber lain yang ada. Contoh sumber data sekunder antara lain: komentar, struktur organisasi, dan pembahasan tentang data asli. Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen yang ada dalam Partai Golkar DPD Kota Surabaya.

(59)

1. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data penelitian tersebut dapat diamati oleh peneliti. (Bungin, 2010: 134). Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan analisis terhadap unsur-unsur yang mempengaruhi iklim komunikasi organisasi di Partai Golkar DPD Kota Surabaya.

2. Kuesioner

Metode pengumpulan data dilakukan secara langsung, artinya penyebaran kuesioner kepada responden dilakukan dengan bertemu langsung dengan responden (tidak melalui pos, ataupun telepon). Dengan adanya kontak langsung antara peneliti dan responden akan menciptakan suatu kondisi yang cukup baik sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data objektif dan cepat (Sugiyono, 2010:146). Dalam penelitian ini, akan dibagikan kuesioner kepada para responden yang menjadi sampel penelitian untuk mendapatkan data yang valid.

3. Dokumenter

(60)

3.4. Metode Analisis Data

Penelitian ini tidak menguji hipotesis, penelitian ini hanya menjelaskan bagaimana keadaan iklim komunikasi organisasi di Partai Golkar DPD Kota Surabaya. Instrument yang akan digunakan dalam peneltian ini adalah kueisioner dan akan disebarkan kepada seluruh sampel penelitian atau dan hasilnya akan dianalisis secara deskriptif. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini menggunakan metode survei dengan analisis deskriptif.

Dalam peneltian ini metode analisis data dilakukan dengan menggunakan tabel frekuensi data yang telah diklasifikasikan, dihitung untuk ditampilkan dalam persentase, yaitu persentase dari masing-masing data yang ada. Terakhir data diinterpretasikan agar memberikan suatu kesimpulan dari data yang sudah diperoleh. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

%

100

x

N

F

P

=

Keterangan :

P : Persentase Responden N : Jumlah Populasi

F : Frekuensi

(61)

Untuk mengukur nilai indikator-indikator iklim komunikasi organisasi yang digunakan dalam penelitian ini (6 indikator), peneliti menggunakan rumus berikut:

1. Untuk mengukur Nilai Iklim Kepercayaan (NIT) digunakan rumus :

2 1

= N

NIT

N1 = Pernyataan mengenai kepercayaan

2. Untuk mengukur Nilai Pengambilan Keputusan Bersama (NIP) digunakan rumus :

N2 = Pernyataan mengenai pengambilan keputusan partisipatif 3. Untuk mengukur Nilai Kejujuran (NIJ) digunakan rumus :

2 3

= N

NIJ

N3 = Pernyataan mengenai kejujuran

4. Untuk mengukur Nilai Keterbukaan dalam Komunikasi ke Bawah (NIB)

N4 = Pernyataan mengenai Keterbukaan Dalam Komunikasi ke Bawah

(62)

2 5

= N

NIA

N5 = Pernyataan mengenai Keterbukaan dalam Komunikasi ke Atas

6. Untuk mengukur Nilai Perhatian Pada Tujuan-Tujuan Berkinerja Tinggi (NIPBT) digunakan rumus :

2 6

= N

NIBT

N6 = Pernyataan mengenai Perhatian Pada Tujuan Berkinerja Tinggi

7. Untuk mengukur Nilai Iklim Komposit (NIK) digunakan rumus:

Inventaris Iklim Komunikasi (IIK). Menurut Pace & Faules (2006:157-161), IIK dirancang untuk mengukur enam “pengaruh komunikasi” yang berasal dari analisis “iklim ideal yang berhubungan dengan pengelolaan”. Pengujian keandalan internal IIK menunjukkan koefisien berkisar dari 0,8 - 0,97 yang umumnya dianggap memuaskan, artinya termasuk dalam kategori positif. Analisis faktor IIK dapat merupakan indeks sah bagi iklim komunikasi organisasi secara keseluruhan. Adapun penilaian dan analisisnya sebagai berikut:

(63)

inventaris dan dibagi dengan jumlah total kepercayaan. Nilai kepercayaan gabungan yang mencapai koefisien 0,8 - 0,97 masuk dalam kategori positif. 2. Nilai Pengambilan Keputusan Partisipatif – untuk memperoleh Nilai

Pengambilan Keputusan Partisipatif, jumlahkan nomer enam dan tujuh pada setiap inventaris lalu dibagi dua. Ini adalah nilai individu untuk memperoleh nilai pembuatan keputusan partisipatif gabungan, jumlahkan semua inventaris dan dibagi dengan jumlah total responden. Nilai pengambilan keputusan bersama gabungan yang mencapai koefisien 0,8 - 0,97 masuk dalam kategori positif.

3. Nilai Iklim Kejujuran – untuk memperoleh Nilai Kejujuran, jumlahkan nomer delapan dan sembilan pada setiap inventaris lalu dibagi dua. Ini adalah nilai kejujuran individu. Untuk memperoleh nilai iklim kejujuran gabungan, jumlahkan semua inventaris dan dibagi dengan total responden. Nilai kejujuran gabungan yang mencapai koefisien 0,8 - 0,97 masuk dalam kategori positif.

Gambar

Gambar 2.2. Lima Elemen Dasar dalam Proses Komunikasi Sumber: Setiadi (2003:242)
Gambar 2.3. berikut,
Gambar 2.4. Kerangka Berpikir Penelitian
Gambar 4.1. Struktur Organisasi DPD Partai Golkar Kota Surabaya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil wawancara dengan Nia Faricha selaku manajer KSPS Minna Mandiri Pusat Juwana, dikutip pada hari selasa, 13 Desember 2016.. kepada calon anggota/anggota yang ingin

belakang di atas penulis ingin mengetahui apakan pola asuh orang tua yang diberikan kepada anak dapat mempengaruhi perkembangan aqidah bagi anak,.. maka penelitian ini penulis

Dengan pengolahan tertentu yaitu proses aktivasi seperti perlakuan dengan tekanan dan suhu tinggi, dapat diperoleh karbon aktif yang memiliki permukaan dalam yang luas.

19 Suami saya kurang bersedia untuk bercerita mengenai berbagai macam permasalahan pekerjaan pada saat berlayar. 20 Saya merasa suami saya masih tertutup mengenai

pertentangan atau ketidak cocokan. Asimilasi atau akulturasi, merupakan usaha mengurangi perbedaan pendapat dan meningkatkan persatuan pemikiran, sikap dan tindakan

Untuk dapat mengukur dan memberikan ukuran pada setiap variabel maka variabel – variabel tersebut didefinidikan secara operasional sebagai berikut: Workplace spiritualitymerupakan

Hasil penelitian ini adalah aplikasi multimedia sebagai media pembelajaran Teori Bahasa Automata pada materi Konversi Finite Automata bagi mahasiswa Program Studi Teknik

Dengan hasil Dari hasil penelitian didapatkan gambaran distribusi frekuensi responden berdasarkan prestasi belajar yaitu sebanyak 7 responden (9,2%) mempunyai tingkat