• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

i PENGARUH PENGGUNAAN METODE INKUIRI

TERHADAP KEMAMPUAN MENGAPLIKASI DAN MENGANALISIS MATA PELAJARAN IPA KELAS V

SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh:

Agustina Ika Pramita Aditama

091134009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini aku persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus atas rahmat dan kasih karunia-Nya,

2. Bunda Maria penghantar doa-doa umat manusia,

3. Bapak Philipus Sihwandi dan Ibu Veronica Artimah,

4. Adik-adikku Florentius Nico Dampitara dan Florentina Nicen

Dampitari,

5. Romo G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A dan Ibu Agnes

Herliana D H, S.Si., M.T., M.Sc atas bimbingannya,

6. Seluruh teman-temanku yang telah memberikan banyak dukungan

(5)

v MOTTO

Jangan hina pribadi Anda dengan kepalsuan karena dialah mutiara diri Anda yang tak ternilai

Hidup tidak menghadiahkan barang sesuatupun kepada manusia tanpa bekerja keras

Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah

—Lessing—

Rahmat sering datang kepada kita dalam bentuk kesakitan, kehilangan dan kekecawaan; tetapi kalau kita sabar, kita segera

akan melihat bentuk aslinya

(6)

vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya tulis

ilmiah.

Yogyakarta, 08 Juli 2013

Penulis

(7)

vii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Agustina Ika Pramita Aditama

NIM : 091134009

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGARUH PENGGUNAAN METODE INKUIRI

TERHADAP KEMAMPUAN MENGAPLIKASI DAN MENGANALISIS MATA PELAJARAN IPA KELAS V

SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya

dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama

tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 08 Juli 2013

Yang menyatakan

(8)

viii ABSTRAK

Aditama, Agustina Ika Pramita. (2013). Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Kemampuan Mengaplikasi dan Menganalisis Mata Pelajaran IPA Kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta. Skripsi: Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci: metode inkuiri, proses kognitif B.S. Bloom, kemampuan mengaplikasi, kemampuan menganalisis, mata pelajaran IPA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap 1) kemampuan mengaplikasi dan 2) kemampuan menganalisis pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya, siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen quasi experimental design dengan menggunakan rancangan nonequivalent comparison-group design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kanisius Sengkan dengan jumlah siswa sebanyak 63 siswa. Sampel penelitian untuk kelompok eksperimen adalah kelas VB sebanyak 32 siswa dan untuk kelompok kontrol adalah kelas VA dengan jumlah siswa sebanyak 31 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan pretest, posttest I, dan posttest II pada kelompok kontrol dan eksperimen. Analisis data menggunakan program SPSS 20 atau dikenal dengan IBM SPSS Statistic 20 for Windows.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis. Hal ini ditunjukkan dengan harga sig. (2-tailed) kemampuan mengaplikasi sebesar 0,049 (atau < 0,05) maka Hi diterima dan Hnull ditolak dengan kata lain bahwa metode inkuiri berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mengaplikasi. Besar pengaruh metode inkuiri menunjukkan efek besar dengan harga r = 0,70 atau 49%. Retensi pengaruh kelompok kontrol menunjukkan harga sig. (2-tailed)

sebesar 0,654 (atau > 0,05) pada kelompok kontrol dan 0,857 (atau > 0,05) pada kelompok eksperimen dengan kata lain bahwa tidak terjadi penurunan skor yang signifikan dari posttest I dan posttest II baik pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen.

(9)

ix

ABSTRACT

Aditama, Agustina Ika Pramita. (2013). The Effect of Using Inquiry Method on the Application and Analyze Ability on Science for 5th Grade in Kanisius Sengkan Yogyakarta Elementary School. Skripsi: Yogyakarta: Elementary School Teacher Education of Sanata Dharma University.

Keywords: inquiry method, B.S. Bloom‟s cognitive process, application ability, analyze ability, science.

This study is conducted to find out the effect of inquiry method for 1) application ability and 2) analyze ability on science about desciption light characteristics the student‟s class V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta in academic year 2012/2013.

Research cunducted using kuantitatif research by experimental method with non-equivalent comparison-group design quasi experimental type. Population for this research are 63 students class V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta. Sample research for the experimental group is VB class which consist of 32 students and the control group is VA class which consist of 31 students. Data collectors in each class using a pretest, postest I, and posttest II. Then the results were analyzed using IBM SPSS Statistic 20 for Windows.

The results showed that inquiry method considering the effect on the cognitive ability of application and analyze. This is indicated by a price sig. (2-tailed) of application ability is 0,049 (or < 0,05) Hi accepted and null rejected. In

other words, inquiry method significantly influence of application ability. The influence of inquiry method showed high effect with 0,70 for effect size or 49%. The retention influence for control group showed that sig. (2-tailed) is 0,654 (or > 0,05) and the experiment group showed that sig. (2-tailed) is 0,857 (or > 0,05). This means that the control group and the experiment group didn‟t occourrence significant score descend from posttest I to posttest II. .

Analyze ability showed for sig. (2-tailed) is 0,034 (or < 0,05) Hi accepted

and Hnull rejected. This means that inquiry method significantly influence of

(10)

x PRAKATA

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan

rahmatnya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Kemampuan Mengaplikasi dan Menganalisis Mata Pelajaran IPA Kelas

V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta” disusun sebagai syarat untuk memperoleh

gelar sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segenap hati

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. G. Ari Nugrahanta, SJ, S.S., BST, M.A., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,

sekaligus Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan beserta

masukan yang bermanfaat untuk menyelesaikan penelitian dan

penyusunan skripsi ini.

3. E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D selaku Wakaprodi PGSD.

4. Agnes Herliana D H, S.Si., M.T., M.Sc, selaku Dosen Pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan sehingga terselesaikannya skripsi ini tepat

waktu.

5. M. Sri Wartini, selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Sengkan Yogyakarta

yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian di SD Kanisius

Sengkan Yogyakarta.

6. Olivia Dewi Maharani, S.Pd., selaku guru mitra SD peneliti yang sudah

memberikan waktu dan tenaganya sehingga penelitian dapat berjalan

dengan lancar.

7. Siswa kelas VA dan VB SD Kanisius Sengkan Yogyakarta, yang telah

bersedia menjadi subjek peneltian.

8. Sekretariat PGSD yang telah membantu proses perijinan penelitian sampai

(11)

xi 9. Bapak dan Ibu terkasih (Philipus Sihwandi dan Veronica Artimah), yang

selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

10.Adik-adik tercinta (Florentinus Nico Dampitara dan Florentina Nicen

Dampitari), yang selalu memberikan semangat.

11.Teman-teman penelitian kolaboratif IPA SD Kanisius Sengkan Ygyakarta

(Anastasia Sriwahyuni dan Danang Fitrianto) yang banyak memberikan

masukan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam

penulisan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran

dari berbagai pihak. Besar harapan penulis karya ilmiah ini dapat berguna bagi

pembaca.

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

PRAKATA ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 5

2.1.1 Teori-teori yang Relevan... 5

2.1.2 Pengertian IPA ... 14

2.1.3 Materi Sifat-sifat Cahaya ... 15

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya ... 20

2.2.1 Penelitian Tentang Inkuiri ... 20

2.2.2 Penelitian Tentang Kemampuan Proses Kognitif ... 21

2.2.3 Literature Map ... 23

2.3 Kerangka Berpikir ... 24

2.4 Hipotesis Penelitian ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 25

3.2 Setting Penelitian ... 26

3.3 Populasi dan Sampel ... 27

3.4 Variabel Penelitian ... 27

3.5 Definisi Operasional ... 28

3.6 Instrumen Penelitian... 29

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 30

3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 32

(13)

xiii BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 37

4.1.1 Penggunaan Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mengaplikasi ... 37

4.1.1.1 Uji Perbedaan Skor Pretest Kemampuan Mengaplikasi ... 39

4.1.1.2 Uji Perbedaan Skor Pretest ke Posttest Kemampuan Mengaplikasi ... 40

4.1.1.3 Uji Perbedaan Selisih Skor Kemampuan Mengaplikasi ... 42

4.1.1.4 Uji Besar Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mengaplikasi ... 44

4.1.1.5 Uji Retensi Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Mengaplikasi ... 45

4.1.2 Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Menganalisis ... 47

4.1.2.1 Uji Perbedaan Skor Pretest Kemampuan Menganalisis ... 48

4.1.2.2 Uji Perbedaan Skor Pretest ke Posttest Kemampuan Menganalisis ... 49

4.1.2.3 Uji Perbedaan Selisih Skor Kemampuan Menganalisis 50 4.1.2.4 Uji Besar Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Menganalisis ... 53

4.1.2.5 Uji Retensi Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Menganalisis ... 53

4.1.3 Rangkuman Hasil Penelitian ... 55

4.2. Pembahasan ... 58

4.2.1 Kemampuan Mengaplikasi ... 59

4.2.2 Kemampuan Menganalisis ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 61

5.2Keterbatasan Penelitian ... 62

5.3Saran ... 62

DAFTAR REFERENSI ... 63

(14)

xiv DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

Gambar 1. Sifat-sifat Cahaya ... 15

Gambar 2. Cahaya Dapat Merambat Lurus... 16

Gambar 3. Macam-macam Pemantulan ... 17

Gambar 4. Hukum Pemamtulan Cahaya ... 17

Gambar 5. Pembiasan Cahaya Mendekati Garis Normal ... 18

Gambar 6. Pembiasan Cahaya Menjauhi Garis Normal ... 18

Gambar 7. Contoh Pembiasan Cahaya ... 19

Gambar 8. Cakram Warna ... 19

Gambar 9. Literature Map ... 23

Gambar 10. Desain Penelitian ... 25

Gambar 11. Pemetaan Variabel Penelitian ... 28

Gambar 12. Selisih Skor pada Kelompok Kontrol dan Eksperimen Kemampuan Mengaplikasi ... 43

Gambar 13. Hasil Pretest, Posttest I, Posttest II Kemampuan Mengaplikasi .. 46

(15)

xv DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 1. Jadwal Implementasi dan Pengumpulan Data ... 26

Tabel 2. Matrik Pengembangan Instrumen ... 30

Tabel 3. Hasil Uji Validitas Soal SD Negeri Denggung ... 31

Tabel 4. Hasil Uji Aspek SD Negeri Denggung ... 31

Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas ... 32

Tabel 6. Teknik Pengumpulan Data ... 33

Tabel 7. Hasil Uji Normalitas pada Kemampuan Mengaplikasi dengan Kolmogorov Smirnov ... 38

Tabel 8. Perbedaan Skor Pretest Kemampuan Mengaplikasi ... 40

Tabel 9. Perbedaan Skor Pretest ke Posttest Kemampuan Mengaplikasi ... 41

Tabel 10. Uji Normalitas Skor Selisih ... 42

Tabel 11. Perbedaan Selisih Skor Pretest dengan Posttest Variabel Mengaplikasi ... 43

Tabel 12. Besar Pengaruh terhadap Kemampuan Mengaplikasi ... 44

Tabel 13. Perbedaan Skor Posttest Pertamake Posttest Kedua Kemampuan Mengaplikasi ... 45

Tabel 14. Hasil Uji Normalitas pada Kemampuan Menganalisis dengan Kolmogorov-Smirnov ... 47

Tabel 15. Perbedaan Skor Pretest Kemampuan Menganalisis ... 49

Tabel 16. Perbedaan Skor Pretest ke Posttest Kemampuan Menganalisis ... 50

Tabel 17. Uji Normalitas Skor Selisih ... 51

Tabel 18. Perbedaan Selisih Skor Pretest dengan Posttest Variabel Menganalisis ... 52

Tabel 19. Besar Pengaruh terhadap Kemampuan Menganalisis ... 53

Tabel 20. Perbedaan Skor Posttest Pertamake Posttest Kedua Kemampuan Menganalisis ... 54

Tabel 21. Rangkuman Perbedaan Skor Pretest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ... 57

Tabel 22. Rangkuman Perbedaan Skor Pretest ke Posttest ... 58

Tabel 23. Rangkuman Perbedaan Selisih Pretest Ke Posttest ... 58

Tabel 24. Uji Besar Pengaruh Metode Inkuiri ... 58

(16)

xvi DAFTAR LAMPIRAN

HALAMAN

Lampiran 1. Silabus Kelompok Kontrol ... 67

Lampiran 2. Silabus Kelompok Eksperimen ... 70

Lampiran 3. RPP Kelompok Kontrol ... 73

Lampiran 4. RPP Kelompok Eksperimen ... 79

Lampiran 5. Contoh Lembar Kerja Siswa dan Evaluasi ... 90

Lampiran 6. Instrumen Pengumpulan Data dan Kunci Jawaban ... 96

Lampiran 7. Rubrik Penilaian ... 101

Lampiran 8. Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 103

Lampiran 9. Uji Validitas Aspek Instrumen Penelitian ... 104

Lampiran 10. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 106

Lampiran 11. Tabulasi Nilai Pretest, Posttest I,dan Posttest II ... 108

Lampiran 12. Rekapitulasi Nilai ... 115

Lampiran 13. Uji Normalitas Data Kemampuan Mengaplikasi ... 116

Lampiran 14. Uji Normalitas Data Kemampuan Menganalisis ... 116

Lampiran 15. Uji Perbedaan Pretest Kemampuan Mengaplikasi ... 117

Lampiran 16. Uji Perbedaan Pretest Kemampuan Menganalisis ... 118

Lampiran 17. Uji Kenaikan Skor Pretest ke Posttest Kemampuan Mengaplikasi ... 119

Lampiran 18. Uji Kenaikan Skor Pretest ke Posttest Kemampuan Menganalisis ... 120

Lampiran 19. Uji Normalitas Selisih Pretest dengan Posttest Kemampuan Mengaplikasi ... 121

Lampiran 20. Uji Normalitas Selisih Pretest dengan Posttest Kemampuan Menganalisis ... 121

Lampiran 21. Uji Selisih Pretest dengan Posttest Kemampuan Mengaplikasi ... 122

Lampiran 22. Uji Selisih Pretest dengan Posttest Kemampuan Menganalisis ... 123

Lampiran 23. Uji Normalitas Retensi Pengaruh Metode Inkuiri Kemampuan Mengaplikasi ... 124

Lampiran 24. Uji Normalitas Retensi Pengaruh Metode Inkuiri Kemampuan Menganalisis ... 124

Lampiran 25. Uji Retensi Pengaruh Metode Inkuiri Kemampuan Mengaplikasi ... 125

Lampiran 26. Uji Retensi Pengaruh Metode Inkuiri Kemampuan Menganalisis ... 125

Lampiran 27. Uji Besar Pengaruh Metode Inkuiri (Effect Size) Kemampuan Mengaplikasi ... 127

Lampiran 28. Uji Besar Pengaruh Metode Inkuiri (Effect Size) Kemampuan Menganalisis ... 128

Lampiran 29. Foto-foto Penelitian SD Kanisius Sengkan ... 129

Lampiran 30. Surat Ijin Penelitian ... 131

Lampiran 31. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian ... 132

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab I ini peneliti membahas latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

1.1 Latar Belakang Penelitian

Belajar dalam teori konstruktivis menuntut siswa membangun sendiri

pengetahuan di dalam benaknya (Trianto, 2010:28). Agar benar-benar memahami

dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah,

menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan

ide-ide (Slavin dalam Trianto, 2010:28). Penemuan atas jawaban-jawaban dari

suatu permasalahan dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa.

Pillips (dalam Kitot. et al., 2010:268) membagi berpikir kritis dalam tiga

level, yaitu rendah, tinggi, dan proses berpikir. Level rendah dalam berpikir kritis

meliputi membandingkan, pengamatan, klasifikasi, koleksi, dan

mengategorisasikan. Level tinggi meliputi merasakan, membuat hubungan,

mengusulkan ide, dan memformulasikan. Level pada proses berpikir meliputi

membuat keputusan dan memecahkan masalah. Seseorang dikatakan memiliki

keterampilan berpikir ketika dia dapat menunjukkan salah satu dari tiga level

berpikir kritis yang disebutkan.

Kemampuan berpikir siswa diharapkan dapat mencapai pada proses

berpikir (Pillips dalam Kitot. et al., 2010:268) yaitu dapat membuat keputusan dan

memecahkan masalah. Kemampuan berpikir diharapkan tidak hanya sampai pada

mengingat dan memahami saja, tetapi dapat dikembangkan juga pada level

mengaplikasi dan menganalisis, serta level yang lebih tinggi lagi. Kemampuan

mengaplikasi diharapkan dapat mencapai aspek mengeksekusi, melaksanakan,

menggunakan, dan mengimplementasikan. Sedangkan kemampuan menganalisis

diharapkan dapat mencapai aspek membedakan, memilih, mengorganisasi, dan

mengatribusi.

Pada kenyataannya, proses belajar di sekolah masih menggunakan metode

tradisional yang membuat pembelajaran menjadi kurang bermakna sehingga tidak

(18)

2 di SD tempat peneliti melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) pada

tanggal 19 Januari 2013, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di kelas V

SD tersebut masih menggunakan metode ceramah, hal ini terlihat pada saat

pembelajaran mengenai gaya magnet. Guru bahkan tidak menyediakan alat peraga

untuk memperkenalkan materi, guru hanya menjelaskan materi dengan ceramah

saja. Pembelajaran tersebut tidak dapat merangsang berpikir siswa sampai pada

level yang lebih tinggi karena siswa tidak mengalami langsung sebuah proses

sehingga siswa hanya akan membayangkan saja bagaimana cara membuat magnet

dan yang lainnya. Berdasarkan pengamatan tersebut, peneliti menemukan adanya

kesenjangan dalam pembelajaran, kemampuan berpikir siswa hanya akan sampai

pada level mengingat saja. Kemampuan berpikir siswa seharusnya dapat

dikembangkan sampai pada level yang lebih tinggi lagi.

Untuk mengatasi masalah di atas, peneliti ingin menerapkan metode

pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa sampai pada

level mengaplikasi dan menganalisis pada revisi taksonomi Bloom yaitu dengan

metode inkuiri terbimbing. Menurut Anderson dan Krathwohl (2010:101) dalam

mengaplikasikan siswa diharapkan dapat menerapkan atau menggunakan suatu

prosedur dalam keadaan tertentu, sedangkan dalam menganalisis siswa

diharapkan dapat memecah materi menjadi bagian penyusunnya dan menentukan

hubungan antar bagian tersebut. Penggunaan metode inkuiri ini dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa (Kitot. et al., 2010:264). Metode

inkuiri membantu siswa untuk dapat menemukan sendiri

permasalahan-permasalahan yang ada di sekitar dan mencari pemecahan atas permasalahan-permasalahan

tersebut. Menurut Kitot. et al., (2010:268) pembelajaran inkuiri menunjukkan

banyak pengaruh positif untuk merangsang keterampilan berpikir siswa. Menurut

Soetjipto (2001:191) proses dan tujuan dari pembelajaran inkuiri dapat digunakan

untuk menerapkan metode pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Pembelajaran

inkuiri membuat siswa aktif berpartisipasi dalam pembelajaran, ini terlihat dalam

memecahkan permasalahan atau menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh

guru. Siswa akan berusaha menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, guru

sebagai fasilitator sampai siswa menemukan jawaban yang sesuai. Peneliti

(19)

3 mengembangkan kemampuan berpikir sampai pada level mengaplikasi dan

menganalisis.

Keuntungan yang didapat dari pembelajaran menggunakan metode inkuiri

adalah mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,

bersikap objektif, jujur, terbuka, mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan

merumuskan hipotesisnya sendiri (Roestiyah, 2001:77). Langkah-langkah yang

dapat diterapkan dalam pembelajaran inkuiri adalah orientasi, merumuskan

masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, membuat kesimpulan,

mempresentasikan hasil, dan mengevaluasi.

Peneliti memilih SD Kanisius Sengkan sebagai tempat melaksanakan

penelitian. Hal ini dikarenakan peneliti ingin mengetahui kemampuan

mengaplikasi dan menganalisis siswa yang akan dihasilkan pada kelas yang hanya

menggunakan metode tradisional dan pada kelas yang menggunakan metode

inkuiri.

Penelitian ini dibatasi hanya pada pengaruh penggunaan metode inkuiri

terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis siswa pada mata pelajaran

IPA materi sifat-sifat cahaya siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Tahun Ajaran

2012/2013. Kemampuan mengaplikasi dan menganalisis diukur dari hasil pretest

dan posttest. Kelas yang digunakan untuk penelitian adalah kelas VA sebagai

kelompok kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 31 siswa dan kelas VB sebagai

kelas eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 32 siswa. Penelitian ini

mengambil standar kompetensi 6, yaitu menerapkan sifat-sifat cahaya melalui

kegiatan membuat suatu karya/model dengan Kompetensi Dasar 6.1

Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. Jenis penelitian yang digunakan adalah

penelitian eksperimental dengan tipe quasi-experimental design.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah penggunaan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan

mengaplikasi pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya, siswa

(20)

4 1.2.2 Apakah penggunaan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan

menganalisis pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya siswa kelas

V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan

mengaplikasi pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya, siswa

kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

1.3.2 Mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan

menganalisis pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya siswa kelas

V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Guru

Penelitian ini dapat memberikan inspirasi para pendidik untuk mengajar

dengan menggunakan metode inkuiri. Metode inkuiri yang digunakan

dapat diterapkan tidak hanya pada mata pelajaran IPA tetapi juga pada

mata pelajaran lain.

1.4.2 Bagi Siswa

Siswa dapat belajar dengan menemukan sendiri jawaban-jawaban dari

suatu permasalahan. Dari metode inkuiri siswa dapat mengembangkan

kemampuan berpikir sampai ke level kognitif yang lebih tinggi.

1.4.3 Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat menambah bahan bacaan terkait dengan pengaruh

metode inkuiri terhadap kemampuan berpikir kognitif pada level

mengaplikasi dan menganalisis.

1.4.4 Bagi Peneliti

Peneliti memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode inkuiri dalam

pelajaran IPA, sehingga hal ini dapat diterapkan pada waktu mengajar

(21)

5 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada Bab II ini akan dibahas beberapa hal yang meliputi, kajian pustaka,

hasil-hasil penelitian sebelumnya, kerangka berpikir dan hipotesis. Kajian pustaka

berisi teori yang relevan terhadap penelitian yang berkaitan dengan metode

inkuiri, proses kognitif, dan hakikat IPA. Selanjutnya akan dibahas penelitian

sebelumnya yang membahas penelitian tentang inkuiri dan kemampuan proses

kognitif. Pada sub bab terakhir akan dibahas tentang kerangka berpikir dan

hipotesis.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-teori yang Relevan

Dalam teori-teori yang relevan ini akan dibahas metode inkuiri, proses

kognitif mengaplikasi dan menganalisis, dan hakikat IPA. Seluruhnya akan

dibahas sebagai berikut.

2.1.1.1 Metode Inkuiri

1. Pengertian Metode Inkuiri

Pembelajaran pada masa kini harus berpusat pada siswa. Pengajaran

menjadi student-centered (Amien, 1987:134). Semakin besar keterlibatan siswa

dalam kegiatan, maka semakin besar baginya untuk mengalami proses belajar.

Metode-metode pembelajaran yang berpusat pada guru saja membuat para siswa

hanya menerima ilmu yang guru punya saja. Dari sini siswa menjadi pasif dalam

mencari berbagai sumber ilmu. Pembelajaran yang hanya berpusat pada guru saja,

kebanyakan hanya mengunakan metode ceramah. Metode ceramah yang setiap

hari dilaksanakan guru dari pagi sampai siang hari pada jam sekolah membuat

para siswa bosan. Kebosanan yang mereka rasakan akan berpengaruh pada hasil

belajar yang mereka dapat.

Metode inkuiri sangat dianjurkan untuk diterapkan guru pada

pembelajaran di kelas. Dengan ini mereka dapat menemukan masalah-masalah

dan bagaimana cara memecahkannya dari berbagai sumber. Pembelajaran yang

seperti ini akan membuat siswa lebih aktif dan senang dalam mengikuti

(22)

6 dalam pembelajaran dapat meningkatkan berpikir kritis siswa, sehingga siswa

dapat belajar untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada di

sekitarnya. Pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri dapat merangsang

keterampilan berpikir siswa, sehingga kemampuan berpikir siswa dapat

dikembangkan (Kitot. et al., 2010:268).

Metode tradisional yang sering dipakai dalam pembelajaran sulit untuk

mengaktifkan siswa. Dengan metode inkuiri ini siswa dapat menjadi aktif karena

seluruh siswa ikut berpartisipasi dalam pembelajaran, yang terlihat dalam

memecahkan permasalahan atau menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh

guru (Soetjipto, 2001:191). Inkuiri membantu siswa untuk mengembangkan

keterampilan yang dimiliki oleh siswa, seperti keterampilan berkomunikasi,

berpikir kritis, keterampilan berpikir kreatif, keterampilan manipulasi, dan teknik

dalam melakukan penelitian (Kitot. et al., 2010:267).

Mulyasa (2007:108) menjelaskan bahwa inkuiri berasal dari bahasa Inggris „inquiry”, yang berarti penyelidikan. Piaget (dalam Mulyasa, 2009:108) menjelaskan bahwa inkuiri adalah metode yang mempersiapkan peserta didik

dalam situasi untuk bereksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang

terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan

mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan

penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang

ditemukan siswa lain.

Sanjaya (2011:196) menjelaskan bahwa model pembelajaran inkuiri

adalah pembelajaran yang menekankan proses berpikir kritis dan analitis dalam

mencari dan menemukan sendiri jawaban atas suatu pertanyaan. Proses berpikir

ini biasanya dilakukan melalui tanya jawab oleh guru dan siswa.

Enquiry-discovery learning adalah belajar mencari dan menemukan sendiri (Riyanto,

2009:138).

Gulo (dalam Trianto, 2010:166) menyatakan bahwa metode inkuri

merupakan kegiatan pembelajaran melibatkan kemampuan siswa dalam mencari

dan menyelidiki secara sistematis, logis, analitis sehingga siswa dapat

merumuskan sendiri penemuannya. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri

(23)

7 keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3)

mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam

proses inkuiri.

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri adalah

sebagai berikut: guru membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa

dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat

tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti,

atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka dalam

kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik

(Roestiyah, 2001:75).

Dari penjelasan-penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa metode

inkuiri adalah metode pembelajaran di mana siswa berperan untuk menemukan

sendiri, memecahkan sendiri permasalahan-permasalahan yang ada dengan

menggunakan langkah pembelajaran orientasi, merumuskan masalah,

merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, merumuskan kesimpulan,

mempresentasikan hasil, dan evaluasi.

2. Macam-macam Metode Inkuiri

Sund and Trowbridge (dalam Mulyasa 2007:109) mengemukakan tiga macam

metode inquiry sebagai berikut.

a. Inquiry terpimpin atau inquiry terbimbing (guide inquiry);

Siswa memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan.

Pendekatan ini digunakan terutama bagi siswa yang belum

berpengalaman belajar dengan metode inquiry, guru memberikan

bimbingan dan pengarahan yang cukup luas.

b. Inquiry bebas (free inqury);

Siswa melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Siswa

harus dapat mengidentifikasi dan merumuskan topik-topik permasalahan

yang hendak diselidiki.

c. Inquiry bebas yang dimodifikasi (modified free inqury);

Guru memberikan permasalahan atau problem kemudian siswa

diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan,

(24)

8 Dari ketiga macam metode inkuiri, peneliti menggunakan metode inkuiri

yang terbimbing. Guru memberikan bimbingan pada setiap kelompok yang belum

jelas dalam setiap langkah kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran dengan

metode inkuiri ini guru membantu siswa untuk menggunakan kata tanya “Apakah” dalam merumuskan masalah.

3. Prinsip-Prinsip Penggunaan Metode Inkuiri

Dalam penggunaan strategi pembelajaran inkuiri terdapat beberapa prinsip

yang harus diperhatikan oleh setiap guru (Sanjaya, 2011:199):

a. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual

Tujuan utama dari inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir.

Kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan

strategi inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai

materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan

menemukan sesuatu.

b. Prinsip Interaksi

Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru

bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau

pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing) agar

siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi

mereka.

c. Prinsip Bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan metode inkuiri

adalah guru sebagai penanya. Kemampuan siswa untuk menjawab setiap

pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan bagian dari proses berpikir.

Karena itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri

sangat diperlukan.

d. Prinsip Belajar untuk Berpikir

Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak

secara maksimal. Belajar yang hanya cenderung memanfaatkan otak kiri,

(25)

9 misalnya dengan memasukkan unsur-unsur yang dapat mempengaruhi

emosi, yaitu unsur estetika melalui proses belajar yang menyenangkan dan

menggairahkan.

e. Prinsip Keterbukaan

Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan

berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan

kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan

kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka

membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

4. Langkah-langkah Metode Inkuiri

Menurut Sanjaya (2011:201), secara umum proses pembelajaran

menggunakan metode inkuiri dapat dituliskan sebagai berikut: (a) orientasi;

(b) merumuskan masalah; (c) mengumpulkan data; (d) menguji hipotesis; (e)

merumuskan kesimpulan.

Mulyasa (2007:109) mengungkapkan bahwa metode inkuiri merupakan

metode penyelidikan yang melibatkan proses mental dengan

kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam;

b. Merumuskan masalah yang ditentukan;

c. Merumuskan hipotesis;

d. Merancang dan melakukan eksperimen;

e. Mengumpulkan dan menganalisis data;

f. Menarik kesimpulan mengembangkan sikap ilmiah, yakni: objektif,

jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, berkemauan, dan bertanggung jawab.

Menurut Hamalik (2003:220-221) langkah-langkah inkuiri adalah sebagai

berikut:

a.Mengidentifikasi dan merumuskan situasi yang menjadi fokus inkuiri

secara jelas.

b.Mengajukan suatu pertanyaan tentang fakta.

c.Memformulasikan hipotesis atau beberapa hipotesis untuk menjawab

(26)

10 d.Mengumpulkan informasi yang relevan dengan hipotesis dan menguji

setiap hipotesis dengan data yang terkumpul.

e.Merumuskan jawaban atas pertanyaan sesungguhnya dan menyatakan

jawaban sebagai proposisi tentang fakta. Jawaban itu mungkin

merupakan sintesis antara hipotesis yang diajukan dan hasil-hasil dari

hipotesis yang diuji dengan informasi yang terkumpul.

Gulo (dalam Trianto, 2010:168) menyatakan, bahwa kemampuan

yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah sebagai

berikut: (a) mengajukan pertanyaan atau permasalahan; (b) merumuskan

hipotesis; (c) mengumpulkan data; (d) analisis data; dan (e) membuat

kesimpulan.

Sudjana (dalam Trianto, 2010:172) menyatakan, ada lima tahapan

yang ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri, yaitu:

a.Merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa;

b.Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah

hipotesis;

c.Mencari informasi, data, dan fakta yang diperlukan untuk menjawab

hipotesis atau permasalahan;

d.Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi; dan

e.Mengaplikasi kesimpulan.

Dari pendapat beberapa ahli di atas, peneliti menggunakan

langkah-langkah pembelajaran inkuiri sebagai berikut:

a. Orientasi

Guru mengondisikan siswa agar siswa siap melaksanakan proses

pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan

orientasi ini adalah:

1) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat

dicapai oleh siswa.

2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa

untuk mencapai tujuan.

3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar untuk memberikan

(27)

11 b. Merumuskan masalah

Siswa diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan,

kemudian memilihnya. Permasalahan yang dipilih biasanya yang paling

menarik dan fleksibel untuk dipecahkan (Riyanto, 2009:138).

c. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang

sedang dikaji (Sanjaya, 2011:203). Pada langkah ini siswa diminta

membuat jawaban sementara dari permasalahan yang sudah dipilih.

d. Melakukan eksperimen

Siswa diminta membuktikan jawaban atas hipotesis yang sudah disusun.

Pembuktian dapat dilakukan dengan melakukan eksperimen untuk

menguji jawaban, apakah benar atau salah.

e. Membuat kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang

diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

f.Mempresentasikan hasil

Siswa dalam kelompok mempresentasikan hasil berdasarkan eksperimen

yang sudah dilakukan.

g. Mengevaluasi

Guru melakukan evaluasi pada akhir pembelajaran. Siswa diminta

mengerjakan soal-soal evaluasi untuk mengetahui hasil belajar yang

sudah dilaksanakan.

5. Keunggulan Inkuiri

Sanjaya (2011:208) menjelaskan beberapa keunggulan dari strategi

inkuiri sebagai berikut:

a. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang menekankan

pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara

seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih

bermakna.

b. Strategi pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa

(28)

12 c. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai

dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap

belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

2.1.1.2 Proses Kognitif Mengaplikasi dan Menganalisis

Menurut Supratiknya (2012:5) tujuan pengajaran dan hasil belajar di

sekolah lazimnya dibedakan mengikuti taksonomi tertentu. Taksonomi adalah

klasifikasi atau penggolongan tentang objek atau gejala berdasarkan satu atau

lebih prinsip tertentu. Menurut Anderson dan Krathwohl (2010:99)

kategori-kategori dimensi proses kognitif dalam taksonomi Bloom yang sudah direvisi

dibagi menjadi 6 level yaitu:

1. Mengingat

Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan

dari memori jangka panjang. Kategori mengingat mencakup proses-proses

kognitif mengenali, mengidentifikasi, mengingat kembali, mengambil.

2. Memahami

Memahami adalah mengonstruksi makna dari materi pembelajaran,

termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. Kategori

proses memahami ini meliputi proses-proses kognitif menafsirkan,

mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan,

membandingkan, dan menjelaskan.

3. Mengaplikasi

Mengaplikasi adalah menerapkan atau menggunakan suatu prosedur

dalam keadaan tertentu. Kategori proses mengaplikasi ini meliputi

proses-proses kognitif mengeksekusi, mengimplementasi, menggunakan, dan

melaksanakan.

4. Menganalisis

Menganalisis adalah melibatkan proses memecah-mecah materi

menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan

antarbagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya.

Kategori proses menganalisis ini meliputi proses-proses kognitif

(29)

13 5. Mengevaluasi

Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan

kriteria dan standar tertentu. Kategori mengevaluasi mencakup

proses-proses kognitif memeriksa (keputusan-keputusan yang diambil

berdasarkan kriteria internal dan mengritik (keputusan-keputusan yang

diambil berdasarkan kriteria eksternal).

6. Mencipta

Mencipta adalah memadukan bagian-bagian untuk membentuk

sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang

orisinil. Mencipta berisikan tiga proses kognitif yaitu, merumuskan,

merencanakan, dan memproduksi.

Di dalam subbab ini akan dibahas lebih lanjut tentang proses kognitif pada

level mengaplikasikan dan menganalisis.

1. Mengaplikasikan

Menurut Anderson dan Krathwohl (2010:116) mengaplikasikan adalah

menggunakan prosedur-prosedur tertentu untuk menyelesaikan suatu masalah.

Kategori mengaplikasi terdiri dari dua proses kognitif yaitu mengeksekusi, dan

mengimplementasikan.

a. Mengeksekusi

Mengeksekusi yaitu menerapkan prosedur ketika menghadapi tugas

yang sudah familier (dikenali siswa sebelumnya). Kata lain yang dapat

digunakan untuk mengukur dimensi kognitif mengeksekusi adalah

melaksanakan.

b. Mengimplementasikan

Mengimplementasikan yaitu menggunakan sebuah prosedur dalam

menyelesaikan tugas yang tidak familier (belum dikenali oleh siswa

sebelumnya). Kata lain yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi

kognitif mengimplementasikan adalah menggunakan.

Sehingga level kognitif mengaplikasi yang digunakan dalam penelitian ini

(30)

14 2. Menganalisis

Menurut Anderson dan Krathwohl (2010:120) menganalisis melibatkan

proses memecah-mecah materi jadi bagian-bagian kecil dan menentukan

bagaimana hubungan antarbagian dan antara setiap bagian dan struktur

keseluruhannya. Tujuan pendidikan yang dapat diklasifikasikan dalam

menganalisis mencakup belajar untuk menentukan potongan-potongan informasi

yang relevan atau penting (membedakan), menentukan cara-cara untuk menata

potongan-potongan informasi tersebut (mengorganisasikan), dan menentukan

tujuan di balik informasi itu (mengatribusikan).

a. Membedakan

Membedakan melibatkan proses memilah-milah bagian-bagian yang relevan

atau penting dari sebuah struktur. Kata lain yang dapat digunakan untuk

mengukur dimensi kognitif membedakan adalah memilih.

b. Mengorganisasi

Mengorganisasi melibatkan proses mengidentifikasi elemen-elemen

komunikasi atau situasi dan proses mengenali bagaimana elemen-elemen ini

membentuk sebuah struktur yang koheren.

c. Mengatribusikan

Mengatribusikan terjadi ketika siswa dapat menentukan sudut pandang,

pendapat, nilai, atau tujuan di balik komunikasi.

Sehingga level kognitif menganalisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah membedakan, memilih, mengorganisasi, dan mengatribusikan.

2.1.2 Pengertian IPA

Menurut Trianto (2010:136) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah bagian

dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang berasal dari bahasa Inggris ‟science‟.

„Science‟ juga berasal dari bahasa Latin „scio‟ yang mempunyai arti saya tahu.

„Science‟ sendiri terdiri dari dua aspek, yaitu social sciences (ilmu pengetahuan

sosial) dan natural science (ilmu pengetahuan alam).

Wahanaya (dalam Trianto, 2010:136) menjelaskan IPA adalah suatu

kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematik, penggunaannya pun hanya

(31)

15 adanya kumpulan fakta tetapi juga harus ada metode ilmiahnya dan sikap

ilmiahnya.

Menurut Fisher (dalam Amien, 1987:4) IPA adalah suatu kumpulan

pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang

berdasarkan observasi. Carin (dalam Amien, 1987:4) menyatakan bahwa, IPA

adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, yang di

dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa

IPA adalah ilmu pendidikan yang mempelajari gejala-gejala alam, tidak hanya

fakta saja tetapi harus ada metode ilmiah dan sikap ilmiahnya.

Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis

kompetensi menurut Depdiknas (dalam Trianto, 2010:138) adalah sebagai berikut.

1) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2) Mengembangkan kemampuan, sikap dan nilai ilmiah.

3) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan

teknologi.

4) Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan

pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

2.1.3 Materi Sifat-Sifat Cahaya

Makhluk hidup memerlukan cahaya. Cahaya membuat terang benderang.

Cahaya dapat membantu manusia melihat lingkungan. (Wiwik, 2009:78).

Gambar 1. Sifat-Sifat Cahaya Sifat-sifat Cahaya

Cahaya merambat

lurus

Cahaya menembus benda bening

Cahaya dapat dipantulkan

Cahaya dapat dibiaskan

(32)

16 1. Cahaya Merambat Lurus

Gambar 2. Cahaya Dapat Merambat Lurus

(Sumber: Wiwik, 2009:79)

Gambar di atas membuktikan bahwa cahaya datang merambat lurus. Cahaya

dalam ruangan berasal dari jendela ruang. Cahaya langsung mengenai meja dan

vas bunga.

Cahaya merambat lurus menyebabkan terbentuknya bayangan dari benda

yang terkena cahaya. Cahaya dapat merambat lurus karena melewati medium

yang sama (Munawar, 2009:146).

2. Cahaya Menembus Benda Bening

Pada saat merambat, cahaya dapat terhalang suatu benda. Jika mengenai

suatu benda, ada tiga kemungkinan yang akan terjadi.

a. Cahaya tidak diteruskan.

b. Cahaya diteruskan sebagian.

c. Cahaya diteruskan seluruhnya (Munawar, 2009:148).

Gelas berisi air jernih, kaca, dan plastik, jika dikenai cahaya, hampir semua

sinar cahaya akan diteruskan. Benda-benda yang dapat ditembus cahaya

disebut benda bening. Buku tebal dan kayu jika dikenai cahaya, hampir semua

sinar tidak dapat diteruskan. Benda-benda yang tidak dapat ditembus cahaya

disebut benda gelap. Kain dapat ditembus cahaya, tetapi tidak semua cahaya

diteruskan. Cahaya hanya diteruskan sampai ke bagian belakang benda. Benda

semacam ini disebut benda keruh atau buram (Muslim, 2009:81).

3. Cahaya Dapat Dipantulkan

Ketika cahaya mengenai suatu benda, maka sebagian cahaya akan

diteruskan ke dalam benda yang dikenainya dan sebagian lagi akan dipantulkan

kembali.

(33)

17 a) Kita dapat melihat benda pada siang hari walaupun semua lampu dimatikan

karena sinar matahari dipantulkan oleh benda-benda di sekeliling kita.

b) Lampu senter yang diarahkan ke cermin menimbulkan berkas sinar pada

arah berbeda. Berkas sinar yang ditimbulkan seakan-akan berasal dari

cermin.

Tahap-tahap pemantulan dapat dituliskan sebagai berikut:

a) Cahaya datang mengenai bidang pantul,

b) Kemudian cahaya dipantulkan oleh bidang pantul

c) Cahaya memantul mengenai mata kita

Pemantulan cahaya ada dua macam, yaitu:

a) Pemantulan teratur, terjadi pada permukaan yang rata dan tidak tembus

cahaya. Pemantulan ini disebut pemantulan searah.

b) Pemantulan tak teratur terjadi pada permukaan yang tidak rata. Pemantulan

ini disebut pemantulan difus/baur (Sulistyowati, 2009:97)

Gambar 3. Macam-macam Pemantulan

a) Pemantulan baur atau difus b) Pemantulan teratur

(Sumber: Choirulamin, 2009:128)

Hukum pemantulan cahaya

Gambar 4. Hukum Pemantulan Cahaya

(Sumber: Sulistyowati, 2009:97)

a) Besar sudut datang sama dengan sudut pantul

(34)

18 4. Cahaya Dapat Dibiaskan

Menurut Wiwik (2009:84) cahaya merambat melalui dua medium yang

berbeda. Misalnya dari suatu zat ke zat yang lain dengan kerapatannya

berbeda. Cahaya tersebut mengalami pembiasan atau pembelokan. Medium

adalah zat perantara yang dilalui. Kerapatan zat berbeda-beda. Kerapatan gelas

bening lebih besar daripada kerapatan air jernih. Kerapatan air jernih lebih

besar daripada kerapatan udara.

a. Bila cahaya datang dari medium renggang ke medium yang lebih rapat,

maka cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Misalnya pembiasan

dari udara ke air.

Mendekati garis normal

Gambar 5. Pembiasan Cahaya Mendekati Garis Normal (Sumber: Wiwik, 2009:84)

b. Bila cahaya datang dari medium rapat ke medium renggang maka cahaya

akan dibiaskan menjauhi garis normal. Misalnya pembiasan cahaya dari air

ke udara.

Menjauhi garis normal

Gambar 6. Pembiasan Cahaya Menjauhi Garis Normal (Sumber: Wiwik, 2009:84)

Dalam kehidupan sehari-hari, beberapa peristiwa yang berhubungan dengan

(35)

19 a. Dasar sungai yang airnya jernih tampak lebih dangkal dari sebenarnya,

karena sinar-sinar yang berasal dari dasar sungai dibiaskan.

b. Jalan raya yang beraspal pada siang hari tampak berair. Hal ini karena

lapisan udara di atas aspal lebih panas sehingga lebih rapat dibandingkan

dengan lapisan udara di atasnya. Peristiwa ini dinamakan fatamorgana yang

merupakan penipuan terhadap mata kita (Muslim, 2009:84).

Gambar 7. Contoh Pembiasan Cahaya (Sumber: Muslim, 2009:84)

5. Cahaya Dapat Diuraikan

Pelangi terjadi ketika cahaya matahari diuraikan oleh tetes-tetes air hujan.

Pelangi akan terlihat jika di depanmu terjadi hujan dan matahari ada di

belakangmu. Sifat cahaya yang diuraikan dapat dibuktikan dengan cakram

warna. Bila cakram warna tersebut kita putar terus-menerus akan menghasilkan

warna putih.

Gambar 8. Cakram Warna (Sumber: Muslim, 2009:85)

Cahaya putih terdiri atas berbagai warna, yaitu merah, jingga kuning,

hijau, biru, nila, dan ungu seperti warna pelangi. Warna-warna cahaya yang

(36)

20 Pada peristiwa pembiasan cahaya, cahaya akan dibiaskan jika melewati

dua medium yang berbeda kerapatannya. Cahaya matahari yang berwarna putih

ketika mengenai air akan mengalami pembiasan dan terurai menjadi

warna-warna pelangi. Setiap cahaya dengan warna-warna berbeda, ketika masuk ke dalam

air, dibiaskan dengan sudut yang berbeda-beda. Cahaya merah akan dibelokkan

dengan sudut yang berbeda dengan cahaya kuning. Cahaya kuning akan

dibelokkan dengan sudut yang berbeda dengan cahaya hijau. Hal ini terjadi

pula untuk warna-warna yang lainnya (Wiwik, 2009:84-85).

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya 2.2.1 Peneltian tentang Metode Inkuiri

Berikut ini akan disajikan beberapa penelitian tentang metode inkuiri dari

penelitian-penelitian sebelumnya.

Aryani (2011) meneliti pengaruh metode inkuiri terhadap prestasi belajar

dan kemampuan berpikir kritis kategori kognitif pada mata pelajaran IPA.

Populasi dan sampel yaitu siswa kelas V SDK Wirobrajan yang berjumlah 32

siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada pengaruh penerapan metode

inkuiri terhadap prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan harga sig.

(2-tailed) sebesar 0,001 (atau < 0,05). Meskipun demikian, kenaikkan skor prestasi

belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak berbeda secara

signifikan yang ditunjukkan dengan harga sig.(2-tailed) sebesar ,734 (atau >

0,05). (2) Ada pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan berpikir

kristis kategori kognitif siswa yang ditunjukkan dengan harga sig.(2-tailed)

sebesar 0,000 (atau < 0,05). Peningkatan kemampuan berpikir kritis kategori

kognitif kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berbeda secara signifikan

yang ditunjukkan dengan harga sig.(2-tailed) 0,000 (atau < 0,05). Selain itu,

rata-rata kenaikan skor antara aspek kognitif berbeda secara signifikan yang

ditunjukkan oleh harga sig. (2-tailed) 0,000 (atau < 0,05).

Kitot. et al., (2010:246-272) meneliti efektivitas pembelajaran inkuiri

dalam meningkatkan berpikir kritis siswa. Penelitian ini menggunakan desain

quasi experimental. Populasi dan sampel penelitian ini adalah siswa Matang Jaya

Secondary School, Kuching, Sarawak. Jumlah untuk kelompok eksperimen adalah

(37)

21 ini pretest dan posttest dari kelompok kontrol dan eksperimen menunjukkan

perbedaan signifikan 0,05 antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Dapat dilihat bahwa kelompok eksperimen menunjukkan peningkatan yang tinggi

dalam berpikir kritis daripada kelompok kontrol. Penelitian ini juga menunjukkan

bahwa pembelajaran inkuiri efektif dan seharusnya diterapkan di sekolah.

Soetjipto (2001:191) meneliti bahwa inkuiri adalah metode yang

mengimplementasikan pembelajaran aktif. Soetjipto meneliti tiga keuntungan

dalam penerapan mengajar dengan menggunakan inkuiri. 1) Inkuiri adalah sebuah

metode pembelajaran yang dirancang pada level perkembangan sesuai dengan

kebutuhan siswa dalam memahami konsep dan memberikan pengertian kepada

siswa untuk bertanggung jawab dalam belajar mereka. 2) Dalam pembelajaran

inkuiri siswa memiliki keingintahuan untuk megetahui dan mengeksplor atau

mengembangkan sesuatu dengan bimbingan dari guru. 3) Proses dan tujuan

inkuiri memperlihatkan bahwa inkuiri dapat menerapkan pembelajaran yang aktif.

Populasi dan sampel yang diambil oleh peneliti adalah siswa kelas V Sekolah

Dasar Park Ridge di Victoria. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa inkuiri

adalah strategi atau metode untuk menemukan kebutuhan siswa dalam level

perkembangan mereka dengan pemahaman konsep. Inkuiri menempatkan anak

dalam pembelajaran mereka dan memberikan rasa tanggung jawab dalam

belajarnya. Selain itu, anak bebas dengan keingintahuannya untuk mengetahui dan

mengembangkan sesuatu dengan bimbingan gurunya. Akhirnya berdasarkan dari

pengertian inkuiri sendiri, proses dan tujuan dari pembelajaran inkuiri dapat

digunakan untuk menerapkan metode pembelajaran yang mengaktifkan siswa.

2.2.2 Penelitian tentang Kemampuan Proses Kognitif

Berikut ini akan disajikan beberapa penelitian tentang kemampuan proses

kognitif dari penelitian-penelitian sebelumnya.

Wahyuningsih (2009) meneliti perbedaan metode ceramah dengan metode

simulasi komputer terhadap hasil belajar fisika yang menekankan aspek kognitif

siswa. Populasi dan sampel penelitian yaitu siswa kelas X SMA Negeri 1

Ngemplak dengan jumlah 56 siswa. Hasil penelitian yaitu (1) metode ceramah

(38)

22 perbedaan antara metode simulasi komputer dengan metode ceramah yaitu metode

simulasi komputer lebih meningkatkan hasil belajar siswa dibanding metode

ceramah.

Uno (1996:211) meneliti pengaruh strategi pengajaran dan gaya kognitif

terhadap perolehan belajar geometri di Sekolah Menengah Umum. Populasi dan

sampel penelitian adalah siswa kelas X SMU Negeri 1 Gorontalo Tahun Ajaran

1994/1995. Hasil dari penelitian ini adalah (1) strategi pembelajaran yang berbeda

memberikan pengaruh yang berbeda terhadap perolehan belajar. Strategi modul

memberikan perolehan belajar lebih baik daripada strategi penyampaian guru

dalam pembelajaran geometri. (2) Jenis gaya kognitif siswa yang berbeda yaitu

gaya kognitif sangat tinggi (GKST) dan gaya kognitif sangat rendah (GKSR)

memberikan pengaruh yang berbeda pula pada perolehan belajar. Siswa yang

mempunyai GKST cenderung lebih baik perolehan belajarnya daripada siswa

yang yang mempunyai GKSR. (3) Tidak terdapat interaksi antara jenis strategi

pembelajaran dengan jenis gaya kognitif terhadap perolehan belajar geometri.

Chandra (2011) meneliti pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap

prestasi belajar dan berpikir kritis kategori kognitif pada mata pelajaran IPA

materi pesawat sederhana. Populasi dan sampel penelitian yaitu siswa kelas V SD

Kanisius Demangan Baru dengan jumlah 38 siswa. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa (1) ada peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan metode inkuiri.

Hal ini dibuktikan dengan uji t (Independent Samples T-test) yang menunjukkan

harga sig.(2-tailed) adalah 0,000 lebih kecil dari 0,05. Sedangkan kenaikan skor

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak berbeda secara signifikan

dengan harga signifikansi (2-tailed) yang diperoleh sebesar ,619 lebih besar dari

0,05. Ada peningkatan pada masing-masing aspek kecakapan berpikir kritis pada

kategori kognitif dengan harga signifikansi (2-tailed) hasil uji Kruskal-Wallis

sebesar 0,02 lebih kecil dari 0,05. (2) Penerapan metode inkuiri meningkatkan

kemampuan berpikir kritis pada kategori kognitif, ini terbukti dengan harga

signifikansi (2-tailed) yang diperoleh sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05.

Meskipun demikian, kelompok eksperimen dibanding kelompok kontrol tidak

berbeda secara positif dan signifikan dengan harga signifikansi (2-tailed) ,619

(39)

23 kritis kategori kognitif pada masing-masing aspeknya di kelompok eksperimen

tidak berbeda secara signifikan harga signifikansi (2-tailed) yang diperoleh

sebesar ,370 lebih besar dari 0,05.

2.2.3 Literature Map

Literature map yang dapat disajikan dari penelitian-penelitian terdahulu

adalah sebagai berikut:

Gambar 9. Literature Map

Beberapa penelitian sebelumnya tentang metode pembelajaran inkuiri dan

proses kognitif, menunjukkan bahwa metode inkuiri berpengaruh untuk

meningkatkan kemampuan berpikir proses kognitif. Berdasarkan

penelitian-penelitian tersebut, belum ada yang meneliti pengaruh metode inkuiri terhadap

kemampuan proses kognitif tingkat mengaplikasi dan menganalisis pada siswa di

tingkat pendidikan dasar. Oleh sebab itu peneliti mengambil judul penelitian

Metode Inkuiri Proses Kognitif

Aryani (2011) Metode inkuiri, prestasi belajar- berpikir kritis kategori

kognitif

Kitot, Ahmad, dan Seman(2010) Inkuiri-berpikir kritis

Wahyuningsih (2009) Metode Ceramah, metode simulasi, hasil belajar-aspek

kognitif

Uno (1996) Strategi Pengajaran, gaya kognitif-perolehan belajar

Chandra (2011) Metode inkuiri, prestasi belajar, dan berpikir kritis

kategori kognitif

Yang perlu diteliti adalah pengaruh metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis Soetjipto (2001)

(40)

24 tentang pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengaplikasi

dan menganalisis pada pelajaran IPA.

2.3 Kerangka Berpikir

Metode inkuiri adalah metode pembelajaran yang berpusat pada siswa di

mana siswa berperan untuk menemukan sendiri dan memecahkan sendiri

permasalahan-permasalahan yang ada dalam materi dari berbagai sumber.

Mengaplikasi adalah level ketiga dari taksonomi Bloom. Mengaplikasi

adalah menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu.

Level keempat dari taksonomi Bloom adalah menganalisis. Menganalisis adalah

melibatkan proses memecah-mecah materi jadi bagian-bagian kecil dan

menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan antara setiap bagian dan

struktur keseluruhannya.

Dengan metode inkuri diharapkan dapat membantu kemampuan berpikir

siswa SD sampai ke tahap mengaplikasi dan menganalisis. Hal ini disebabkan

karena siswa dapat menemukan sendiri solusi dari pemecahan masalah. Kelas VB

adalah kelas eksperimen yang menggunakan metode inkuiri dalam pembelajaran,

sehingga diharapkan kemampuan kognitif mengaplikasi dan menganalisis mereka

diharapkan akan lebih tinggi dibandingkan dengan kelas VA yang menggunakan

metode ceramah saja.

2.4 Hipotesis Penelitian

2.4.1 Penggunaan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan

mengaplikasi pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya, siswa

kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

2.4.2 Penggunaan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan

menganalisis pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya siswa

(41)

25 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III membahas beberapa hal yaitu, jenis penelitian, populasi dan sampel,

jadwal pengambilan data, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen

penelitian, uji validitas dan reliabilitas, teknik pengumpulan data, dan teknik

analisis data, dan jadwal penelitian. Kesembilan hal tersebut akan dibahas dalam

subbab-subbab berikut.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen quasi

experimental design. Metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian

yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain

dalam kondisi yang dikendalikan (Sugiyono, 2010:107). Quasi experimental

design adalah penelitian eksperimental yang tidak memberikan kontrol penuh

terhadap variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Johnson &

Christensen, 2008:328).

Penelitian ini menggunakan rancangan nonequivalent comparison-group

design (Johnson & Christensen, 2008:330). Jenis penelitian ini mempunyai

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Responden pada kelompok kontrol

dan kelompok eksperimen ini tidak dipilih secara random. Kedua kelompok diberi

pretest untuk mengetahui kemampuan awal sebelum perlakuan. Sesudah diberikan

pretest, hasil kedua kelompok tersebut dibandingkan. Hasil pretest dikatakan baik

jika tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok tersebut. Posttest

dilakukan setelah diberikan perlakuan. Pengaruh perlakukan didapat dari

(O2-O1)-(O4-O3).

Desain penelitian digambarkan sebagai berikut:

Gambar 10. Desain Penelitian

(Sumber: Sugiyono, 2010:116) O1 X O2 ...

(42)

26 Keterangan:

O1 = Rerata skor pretest kelompok ekperimen

O2 = Rerata skor posttest kelompok eksperimen

X = Perlakuan (treatment) penggunaan metode inkuiri

O3 = Rerata skor pretest kelompok kontrol

O4 = Rerata skor posttest kelompok kontrol

Garis putus-putus di antara kedua kelompok menunjukkan

kelompok-kelompok yang ditetapkan tidak dipilih secara random atau nonrandomly assigned

group (Setyosari, 2010:158).

3.2 Setting Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di SD Kanisius Sengkan yang beralamatkan di

Jl Kaliurang Km 7 Gg Sengkan 3 Condongcatur, Depok, Yogyakarta 55283. SD

Kanisius Sengkan adalah sekolah swasta yang mayoritas latar belakang pekerjaan

orang tua adalah para pegawai swasta. Jumlah seluruh siswa di SD ini yaitu 404

siswa. SD Kanisius yang letaknya di Gg Sengkan ini mempunyai tenaga-tenaga

pendidik yang mayoritas masih muda dengan seorang kepala sekolah, 21 guru,

dan 3 pegawai.

Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan jadwal pelajaran sekolah pada

tanggal 11 Februari sampai dengan 27 Februari 2013. Jadwal penelitian dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Jadwal Implementasi dan Pengumpulan Data

Kelas Eksperimen VB Kelas Kontrol VA

Hari/Tanggal Pertemuan Materi Hari/Tanggal Pertemuan Materi Senin, 11

Februari 2013

Pre Test Selasa, 12 Februari 2013

Pre Test

Jumat, 15 Februari 2013

1 Cahaya dapat dibiaskan

Kamis, 14 Februari

1 Cahaya dapat dibiaskan Senin, 18

Februari 2013

2 Cahaya dapat merambat lurus

Sabtu, 16 Februari 2013

2 Cahaya dapat merambat lurus Rabu, 20

Februari 2013

3 Cahaya dapat menembus benda bening

Selasa, 19 Februari 2013

3 Cahaya dapat menembus benda bening Jumat, 22

Februari 2013

4 Cahaya dapat dipantulkan

Rabu, 20 Februari 2013

4 Cahaya dapat dipantulkan Senin, 25

Februari 2013

5 Cahaya dapat diuraikan

Kamis, 21 Februari 2013

5 Cahaya dapat diuraikan Rabu, 27

Februari 2013

Post Test Sabtu, 23 Februari 2013

(43)

27 3.3 Populasi dan Sampel

Sugiyono (2010:117) menjelaskan bahwa populasi adalah wilayah generasi

yang terdiri dari objek atau subjek dengan kualitas dan karakteristik tertentu yang

sudah ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi yang diambil oleh peneliti adalah semua siswa kelas V

SD Kanisius Sengkan yaitu sebanyak 63 siswa.

Sugiyono (2010:117) menjelaskan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dipunyai oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian

ini adalah kelas VB sebagai kelompok eksperimen sebanyak 32 siswa dan kelas

VA sebagai kelompok kontrol sebanyak 31 siswa.

Pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan secara

diundi oleh peneliti dan guru mitra. Dari pengundian tersebut maka kelas VB yang

terpilih sebagai kelompok eksperimen dan kelas VA sebagai kelompok kontrol.

Pembelajaran dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan oleh

guru mitra agar tidak terjadi bias dalam penelitian.

3.4 Variabel Penelitian

Hatch dan Farhady (dalam Sugiyono, 2010:60) menjelaskan bahwa variabel adalah atribut seseorang atau objek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek lain. Menurut Setyosari (2010,

108) variabel secara umum adalah segala sesuatu yang akan menjad objek

pengamatan dalam penelitian. Menurut hubungan antara satu variabel dengan

variabel yang lain, macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan

menjadi 2 yaitu:

1. Variabel independen dapat juga disebut variabel bebas merupakan variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat), dalam penelitan ini yang menjadi variabel

independen adalah metode inkuiri.

2. Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas, dalam penelitian ini

yang menjadi variabel dependen adalah k

Gambar

Gambar 1. Sifat-Sifat Cahaya
Gambar di atas membuktikan bahwa cahaya datang merambat lurus. Cahaya
Gambar 3. Macam-macam Pemantulan
Gambar 6. Pembiasan Cahaya Menjauhi Garis Normal
+7

Referensi

Dokumen terkait

dengan judul “ Pengaruh Lingkungan Kerja Non Fisik dan Karakteristik Pekerjaan Terhadap Kepuasan Kerja (Studi pada Karyawan Hotel Bintang Dua di Yogyakarta) ”.. Semoga skripsi

K[ltrrAlAN UJr

Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Guna Menyelesaikan Studi pada Program Diploma III. Fakultas Ekonomi Universitas

Apabila pelayanan yang diterima atau dirasakan sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan, sehingga melalui kepuasan itu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanpa memperhatikan tingkat kecocokan CRM, iklan yang menggunakan CRM lebih berpengaruh dibandingkan dengan iklan yang tidak

Pola pengelolaan hutan, lahan dan air dalam Pengelolaan DAS Terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c, harus dipenuhi untuk suatu kegiatan dan usaha

mengembangkan kemampuan dan ketrampilan untuk memecahkan persoalan, (6) membantu siswa mengetahui bagaimana dan kapan menggunakan berbagai alat peraga/media

Sebaiknya dalam memilih sepeda motor yang baik perlu memperhatikan hal- hal seperti bobot motor yang ringan, kestabilan motor dalam kecepatan tinggi, teknologi fuel injection ,