• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan keterampilan berbicara atas penggunaan media gambar seri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan keterampilan berbicara atas penggunaan media gambar seri"

Copied!
336
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KETERAMPILAN BERBICARA ATAS PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI

SKRIPSI

Diajukan sebagai Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh :

Dian Siwi Lestari

111134204

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PERBEDAAN KETERAMPILAN BERBICARA ATAS PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI

SKRIPSI

Diajukan sebagai Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh :

Dian Siwi Lestari

111134204

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur Alhamdulillah, peneliti persembahkan karya sederhana ini

kepada:

1. Allah SWT yang selalu memberikan kemudahan dan segala kenikmatan yang

tak terhingga dalam setiap langkah yang telah peneliti tempuh.

2. Bapak dan ibu tercinta atas kasih sayang, semangat, dan dukungannya.

3. Teman-teman PGSD 2011.

4. Sahabat-sahabat dan teman-temanku semua yang selalu memberikan semangat

dan kasih sayangnya.

(6)

v

MOTTO

“Jika kamu tidak mengejar apa yang kamu inginkan, maka kamu tidak akan

mendapatkannya. Jika kamu tidak bertanya maka jawabannya adalah tidak. Jika

kamu tidak melangkah maju, kamu akan tetap berada di tempat yang sama”

(Nora Robert)

“Allah mencintai pekerjaan yang apabila bekerja ia

menyelesaikannya dengan baik”

(HR. Thabrani)

(7)
(8)
(9)

viii

ABSTRAK

PERBEDAAN KETERAMPILAN BERBICARA ATAS PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI

Dian Siwi Lestari Nim: 111134204

Penelitian ini dilatarbelakangi kurangnya penggunaan media dan rendahnya penggunaan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan keterampilan berbicara siswa atas penggunaan media gambar seri. Media gambar seri berupa gambar yang isinya berurutan untuk materi bercerita pengalaman kelas 3 SD.

Penelitian ini adalah penelitian quasi experimental dengan desain non equivalent control group design. Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Nogotirto dimana kelas IIIA sebagai kelas eksperimen dan kelas IIIB sebagai kelas kontrol. Data penelitian ini diperoleh dari hasil pretest dan posttest yang dilakukan dengan menggunakan kegiatan berbicara dengan materi menceritakan pengalaman yang telah diuji validitas, reliabilitas, dan tingkat kesukarannya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan cara dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data yang dilakukan terdiri dari penentuan hipotesis, mengorganisasi data, uji prasyarat analisis, uji selisih skor kelompok kontrol dan eksperimen, uji paired t-test. Teknik analisis data untuk menguji hipotesis adalah independent t-test yang dibantu dengan menggunakan Microsoft Excell dan Statistical Product and Service Solutions (SPSS). Hasil analisis data menunjukkan mean selisih skor kelompok eksperimen lebih tinggi (Mean = 13,37: Standart of Error Mean: 2,283) dibandingkan dengan selisih skor kelompok kontrol(Mean = 10,04, S Standart of Error Mean: 2,307). Dari hasil uji independent t-test selisih skor diperoleh t(51) = -1,027, p value > 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan signifikan keterampilan berbicara atas penggunaan media gambar seri.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan signifikan atas penggunaan media gambar seri terhadap keterampilan berbicara siswa.

(10)

ix

ABSTRACT

THE DIFFERENCE OF SPOKEN SKILL USE MEDIA OF SERIAL PICTURES

Dian Siwi Lestari NIM: 111134204

This research had background by the lack of the used media usage and low level use of Indonesian language to communicate. This research had aim to know the difference spoken skill of students used media of serial pictures. The media of serial pictures were pictures which contain pictures in a certain order for story material of experience in the third grade of elementary school.

This research was quasi experimental research with design of non equivalent control group design. The population and sample in this research was the third grade students of Nogotirto elementary school where the III A class as experiment class and the IIIB class as control class. The data of this research was obtained by pretest and posttest result which done used spoken activity with material of telling about experience which had been tested by validity, reliability, and its difficulty level. The techniques of collection data used documentation and interview procedural. Data analysis technique used consists of the determination of the hypothesis, organize data, test the prerequisite analysis, test score difference between the control class and the experimental test, and paired t-test. The technique of data analysis to test the hypothesis was independent t-test which was helped using Microsoft Excell and spss. The data analysis result showed that score difference of experiment class was high (Mean = 13,37: Standart of Error Mean: 2,283) compared by posttest score of control class (Mean = 10,04, S Standart of Error Mean: 2,307). the result from an independent t-test the difference in score obtained t(51) = -1,027, p value > 0,05 so that it could be said that there was no significant difference in spoken skills for the use of media serial pictures.

The conclusion of this research there was no significant difference used

media of serial picture in the students’ spoken skill.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan karunia dan

hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi yang berjudul “Perbedaan Keterampilan Berbicara Atas Penggunaan

Media Gambar Seri” ditulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata

I Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Skripsi ini selesai tidak lepas

dari dukungan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

dengan segenap hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph. D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sanata Dharma.

2. G. Ari Nugrahanta, SJ, S.S., BST., M.A., Ketua Porgram Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., Wakil Ketua Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

4. E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D., Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan semangat, ilmu dan inspirasi dalam proses pembuatan karya

ilmiah ini.

5. Th. Yunia Setyawan, S.Pd., M.Hum., Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan banyak bantuan, semangat dan saran yang membangun dalam

karya ilmiah ini.

6. Suprayana, S.Pd., Kepala Sekolah SD Negeri Nogotirto yang telah memberikan

dukungan serta ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di SD Negeri

Nogotirto.

7. Sugiyatmini, S.Pd., guru kelas IIIA SD Negeri Nogotirto yang telah bekerja

sama serta memberikan waktu dan tenaga sebagi guru mitra dalam penelitian

kolaboratif.

8. Mulyani, S.Pd., guru kelas IIIB SD Negeri Nogotirto yang telah bekerja sama

serta memberikan waktu dan tenaga sebagai guru mitra dalam penelitian

(12)
(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO...……….. ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Definisi Operasional ... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 8

a. Keterampilan Berbahasa ... 8

b. Keterampilan Berbicara ... 9

c. Media Pembelajaran ... 13

d. Media Gambar Seri ... 17

B. Penelitian yang Relevan ... 18

C. Kerangka Berpikir ... 24

D. Hipotesis ... 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 25

B. Desain Penelitian ... 25

C. Setting Penelitian ... 26

D. Variabel Penelitian ... 28

E. Populasi dan Sampel ... 29

F. Teknik Pengumpulan Data ... 30

G. Instrumen Pengumpulan Data ... 32

H. Teknik Pengujian Instrumen ... 36

I. Teknik Analisis Data ... 49

(14)

xiii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Penelitian... 63

B. Hasil Penelitian ... 66

C. Pembahasan ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 91

B. Keterbatasan Penelitian ... 91

C. Saran…. ... 92

DAFTAR REFERENSI ... 93

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Nama Halaman

3.1 Waktu penelitian 27

3.2 Kisi-kisi instrument pretest dan posttest sebelum validasi 33 3.3 Deskripsi masing-masing aspek penilaian 33 3.4 Daftar pertanyaan wawancara 35 3.5 Kriteria kelayakan instrumen 38 3.6 Rekap penilaian silabus 42 3.7 Rekap penilaian RPP kelas kontrol dan eksperimen 43 3.8 Rekap penilaian soal pretest dan posttest 43 3.9 Rekap penilaian untuk rubrik 44 3.10 Hasil validasi instrumen 46 3.11 Kriteria koefisien reliabilitas 47 3.12 Hasil perhitungan reliabilitas 48 3.13 Hasil uji indeks kesukaran 48 3.14 Kisi-kisi instrumen pretest dan posttest setelah validasi 49 3.15 Kriteria pengujian effect size 60 3.16 Jadwal penelitian 61 4.1 Kegiatan saat penelitian 64 4.2 Statistik deskriptif data penelitian 66 4.3 Skor pretest dan posttest 67 4.4 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Skor Pretest Kelompok

Kontrol

69

4.5 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Skor Posttest Kelompok Eksperimen

70

4.6 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Skor Pretest 73 4.7 Hasil Perhitungan Uji Independentt-test Skor Pretest 75 4.8 Statistik deskriptif selisih skor krlompok kontrol dan

eksperimen

76

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Nama Halaman

2.1 Media gambar seri 17 2.2 Bagan literatur map penelitian 22 3.1 Desain Penelitian 26 3.2 Rumus Korelasi Product Moment 46

3.3 Rumus Lavene’s test 53

3.4 Rumus Independent t-test 58 3.5 Rumus Effect Size 59 3.6 Rumus Koefisien Determinasi 60 4.1 Diagram peningkatan skor pretest dan posttest kelompok

kontrol dan eksperimen

67

4.2 P-P Plot (kiri) dan Histogram (kanan) Skor Pretest kelompok Kontrol

71

4.3 P-P Plot (kiri) dan Histogram (kanan) Skor Pretest kelompok Eksperimen

72

4.4 P-P Plot (kiri) dan Histogram (kanan) data selisih kelompok kontrol

78

4.5 P-P Plot (kiri) dan Histogram (kanan) data selisih skor kelompok eksperimen

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Nama Halaman

1 Surat Penelitian 97

2 Perangkat Pembelajaran Kelas Kontrol Sebelum Validasi 100 3 Perangkat Pembelajaran Kelas Eksperimen

Sebelum Validasi 133

4 Contoh Instrument Pretest dan Posttest Sebelum Validasi 177 5 Contoh Komentar Validasi 179 6 Contoh Instrumen Sesudah Validasi 198 7 Perangkat Pembelajaran Kelas Kontrol Sesudah Validasi 200 8 Perangkat Pembelajaran Kelas Eksperimen Sesudah

Validasi 233

9 Hasil Validasi Muka 267 10 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Validitas Konstruk 270 11 Contoh Hasil Pekerjaan Pretest Siswa Kontrol 274 12 Contoh Hasil Pekerjaan Posttest Siswa Kontrol 279 13 Contoh Hasil Pekerjaan Pretest Siswa Eksperimen 284 14 Contoh Hasil Pekerjaan Posttest Siswa Eksperimen 289 15 Tabulasi Analisis Validitas Konstruk 294 16 Tabulasi Data Mentah Pretest dan Posttest Kontrol 298 17 Tabulasi Data Mentah Pretest dan Posttest Eksperimen 301 18 Analisis Skor Pretest dan Posttest Kontrol dan Eksperimen 304

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I memberikan gambaran kepada pembaca mengenai landasan penelitian

ini. Bab I membahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah,

batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

definisi operasional.

A. Latar Belakang

Mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang

sudah ada sejak menginjak bangku sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Mata

pelajaran bahasa Indonesia dianggap penting karena bahasa memiliki peran

penting dalam perkembangan intelektual, perkembangan sosial dan emosional

siswa serta merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

studi yang ada di sekolah (BNSP, 2006: 119). Bahasa Indonesia dijadikan sebagai

mata pelajaran dan alat untuk berkomunikasi.

Bahasa Indonesia selain menjadi salah satu mata pelajaran di sekolah juga

memiliki dua tugas yang lain. Dua tugas dari bahasa Indonesia yakni sebagai

bahasa nasional dan bahasa negara atau bahasa resmi sehingga memberikan

dampak bagi siswa yang masih dalam awal penguasaan kaidah bahasa Indonesia

(Suyatno, 2010: 7). Suyatno (2010: 7) juga menjelaskan bahwa siswa harus

menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah, siswa juga harus

menghadapi masyarakat yang menggunakan bahasa Indonesia secara bebas dalam

(19)

masyarakat menjadi tempat sehari-hari siswa untuk hidup sehingga lebih banyak

terpengaruh lingkungannya. Permasalahan penggunaan bahasa di Indonesia yang

baik dan benar semakin mengalami degradasi dilihat pada rendahnya siswa dan

guru dalam melakukan interaksi di kelas serta rendahnya hasil ujian nasional

bahasa Indonesia untuk siswa dan ujian kemahiran untuk guru (Kompas, 2009).

Pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan dapat memberikan pencerahan

bagi siswa agar ia mampu mengenali dirinya, budayanya bahkan budaya orang

lain (BNSP, 2006: 119). Budaya dan lingkungan dapat berpengaruh terhadap

pemerolehan bahasa itu sendiri karena pemerolehan bahasa pertama didapatkan

dari lingkungan (Sunendar, 2008: 77). Bahasa yang diperoleh dari lingkungan

itulah yang dapat membantu siswa mengenali lingkungannya. Seseorang yang

telah memperoleh bahasa pertama maka selanjutnya akan mengalami

pemerolehan bahasa kedua melalui pembelajaran bahasa di sekolah. Pembelajaran

bahasa Indonesia di sekolah mengarahkan siswa agar dapat berkomunikasi dengan

baik dan dapat memberikan apresiasi pada karya sastra (BNSP, 2006: 119).

Mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah, memiliki beberapa aspek

keterampilan. Aspek-aspek tersebut meliputi keterampilan menyimak, berbicara,

membaca dan menulis. Keempat aspek tersebut saling berkaitan satu sama lain

(Nurjamal,2011: 2). Salah satu aspek yang memiliki peranan penting adalah aspek

keterampilan berbicara karena dengan berbicara seseorang dapat menyampaikan

informasi ataupun gagasannya. Keterampilan berbicara membutuhkan

(20)

3

gagasannya atau pendapatnya, sehingga orang lain mau mendengarkan dan

memahami tentang apa yang disampaikan (Sunendar, 2008: 241).

Berbicara merupakan bentuk komunikasi sehingga terampil berkomunikasi

tidak hanya memiliki pengetahuan tetapi juga dapat menggunakan bahasa secara

tepat dalam berbagai situasi. Pembicara hendaknya menguasai lafal, struktur dan

kosakata yang bersangkutan sehingga berbicara dapat dilakukan dengan baik dan

benar (Nurgiantoro, 2001: 276). Pembicara juga harus menguasai apa yang akan

disampaikan dan memahami seseorang yang menjadi lawan bicaranya

(Nurgiantoro, 2001: 276). Siswa hendaknya mampu menggunakan keterampilan

berbicaranya dalam kehidupan sehari-hari dengan baik sehingga dapat

berkomunikasi dengan lancar.

Bentuk-bentuk tes kemampuan berbicara di sekolah antara lain pembicaraan

berdasarkan gambar, wawancara, bercerita, pidato dan diskusi (Nurgiantoro,

2001: 278- 291). Tes kemampuan berbicara dapat dilakukan dengan memberikan

rangsangan kepada siswa. Perkembangan teknologi yang semakin berkembang,

mendorong guru agar dapat memanfaatkan teknologi yang ada untuk merangsang

siswa dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah (Arsyad, 2007: 2). Salah satu

pemberian rangsangan kepada siswa dalam kegiatan berbicara adalah

menggunakan media gambar susun (Nurgiantoro, 2011: 289). Media dikenal

sebagai salah satu alat bantu yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajraan.

Penggunaan media juga disesuaikan dengan kondisi dan materi yang akan

(21)

Media pembelajaran menurut Briggs (1975) adalah alat yang dapat digunakan

untuk menyampaikan isi pembelajaran yang dapat berupa buku, tape recorder,

kaset, video kamera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar,

grafik, televisi dan komputer (dalam Arsyad, 2010: 4). Media gambar dapat

digunakan untuk membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran yang

bersifat abstrak menjadi konkret. Media gambar dapat membantu siswa dalam

memahami isi materi pembelajaran.

Guru dituntut untuk menciptakan situasi belajar yang menarik dan

menyenangkan sehingga ketertarikan siswa dalam belajar menjadi bertambah.

Guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam kegiatan pembelajaran atau

hanya berpedoman pada buku pelajaran . Kecenderungan guru yang menggunakan

metode ceramah, membuat siswa kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran.

Suadnyana (2014: 2) menjelaskan bahwa salah satu masalah dunia pendidikan

adalah lemahnya kegiatan pembelajaran yang mengarahkan pembelajaran

bersumber pada guru sehingga membuat siswa menjadi malas dan kurang

berkomunikasi dan kemampuan untuk berkomunikasi di lingkungan menjadi

kurang optimal (dalam Jurnal PG-PAUD, 2014: 2). Kurangnya penggunaan media

dan lemahnya guru dalam mengembangkan media pembelajaran yang dapat

menarik perhatian siswa juga diduga menjadi salah satu penyebab rendahnya

mutu belajar (Danim, 2010: 1).

Penggunaan media dapat dijadikan sebagai perantara atau alat bantu dalam

kegiatan berbicara bagi siswa misalnya siswa diminta untuk menceritakan

(22)

bernilai seribu bahasa, tetapi juga seribu tahun atau seribu mil dalam” (Anitah,

2012: 8). Siswa dapat berlatih berbicara dengan menggunakan alat bantu media

gambar sehingga apa yang ia sampaikan dapat melihat dari gambar. Siswa juga

dapat berbicara secara luas karean dapat berimajinasi. Anitah (2012: 8) juga

menjelaskan bahwa gambar dapat menunjukkan kepada pembaca tentang suatu

tempat, orang, dan segala sesuatu. Gambar dapat membantu seseorang dalam

menyampaikan sesuatu dalam bentuk lisan. Kelebihan dari media gambar sendiri

menurut Anitah (2012: 9) antara lain (1) dapat menerjemahkan ide-ide abstrak ke

dalam bentuk yang lebih konkret, (2) banyak tersedia di buku, (3) mudah dipakai

dan tidak membutuhkan banyak peralatan, (4) relatif tidak mahal, (5) dapat

dipakai di berbagai tingkat pelajaran dan bidang studi. Penelitian ini ingin melihat

perbedaan keterampilan berbicara atas penggunaan media gambar seri pada siswa

kelas III di Sekolah Dasar.

B. Identifikasi Masalah

Penelitian ini mengungkapkan beberapa masalah yang menjadi dasar

munculnya penelitian ini antara lain:

1. Rendahnya penggunaan bahasa Indonesia untuk berinteraksi.

2. Kurangnya penggunaan alat peraga atau media dalam kegiatan pembelajaran.

C. Batasan Masalah

Dari masalah tersebut, peneliti membatasi masalah agar permasalahan yang

dianalisa dapat terarah sesuai dengan sasaran dan tujuan yang diharapkan.

Penelitian ini hanya terbatas meneiliti seberapa perbedaan keterampilan berbicara

(23)

Negeri Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta. Subjek yang digunakan dalam

penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Nogotirto tahun ajaran 2014/ 2015.

Objek penelitian ini adalah perbedaan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri

Nogotrtirto tahun ajaran 2014/ 2015.

D. Rumusan Masalah

Dilandasi atas latar belakang masalah tersebut, masalah pada penelitian ini

dirumuskan “Apakah ada perbedaan keterampilan berbicara atas penggunaan

media gambar seri?”

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan keterampilan berbicara atas

penggunaan media gambar seri.

F. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Siswa

a) Meningkatkan keterampilan berbicara siswa, b) Meningkatkan minat siswa

dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media gambar seri.

2. Guru

a) Meningkatkan kratifitas guru dalam kegiatan pembelajaran, b) Memudahkan

(24)

3. Sekolah

Mempunyai tambahan koleksi buku atau referensi bermanfaat bagi sekolah

tentang media pembelajaran.

4. Peneliti

Memperoleh pengetahuan baru mengenai penggunaan media gambar seri

dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

G. Definisi Operasional

Definisi operasional dilakukan agar tidak menimbulkan pertanyaan atau

perbedaan penafsiran istilah yang dikemukakan dalam penelitian ini. Adapun

definisi operasional yang diambil oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang

dilakukan secara lisan.

2. Media gambar adalah media pembelajaran yang berbentuk gambar yang dapat

membantu siswa memahami materi.

3. Media gambar seri adalah sebuah media gambar yang berurutan yang memiliki

(25)

8

BAB II LANDASAN TEORI

Bab II merupakan berbagai teori yang berhubungan dengan penelitian ini,

penelitian yang relevan, kerangka berpikir, serta hipotesis penelitian. Kajian

pustaka membahas tentang topik-topik yang berhubungan dengan penelitian ini.

Penelitian yang relevan berisi tentang penelitian-penelitian yang pernah dilakukan

dan berhubungan dengan penelitian ini. Kerangka berpikir merupakan rumusan

dari konsep yang didapat dari berbagai tinjauan teori. Hipotesis penelitian

merupakan dugaan sementara yang terjadi pada penelitian.

A. Kajian Pustaka

Kajian pustaka membahas tentang teori-teori yang mendukung penelitian ini

serta penelitian-penelitian relevan yang pernah dilakukan.

1. Teori yang Mendukung

Teori yang mendukung dalam penelitian ini meliputi teori keterampilan

berbahasa, keterampilan berbicara, media gambar dan media gambar seri.

a. Keterampilan berbahasa

Pembelajaran bahasa Indonesia diselenggarakan untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam bersosialisasi dengan sesama baik secara lisan maupun

tertulis (BNSP, 2006: 119). Siswa diharapkan dapat menghargai sastra dan

mengapresiasikannya. Ruang lingkup pelajaran bahasa Indonesia mencakup

beberapa kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek

(26)

Komponen kemampuan berbahasa menuntut siswa agar dapat berkomunikasi

menggunakan bahasa Indonesia yang memanfaatkan keempat aspek kemampuan

berbahasa (Sufanti, 2010: 14).

b. Keterampilan berbicara

Keterampilan berbicara membahas mengenai pengertian keterampilan

berbicara, bentuk tes keterampilan berbicara, tujuan berbicara dan

kesulitan-kesulitan dalam berbicara.

1) Pengertian Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa secara

lisan. Berbicara berkaitan dengan memberi dan menerima informasi atau

menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Berbicara merupakan kegiatan

berbahasa yang dilakukan oleh manusia setelah kegiatan (Nurgiantoro, 2001:

276). Daeng Nurjamal (2011: 4) juga menjelaskan bahwa berbicara itu merupakan

kemampuan seseorang dalam mengungkapkan gagasan atau pikirannya dalam

bentuk lisan kepada orang lain. Sunendar (2008: 241) mengatakan bahwa

keterampilan berbicara merupakan keterampilan seseorang dalam menghasilkan

bunyi yang dapat digunakan untuk menyampaikan pendapat atau gagasannya

kepada orang lain.Seseorang dapat berbicara menyampaikan gagasannya kepada

orang lain. Ngalimun dan Alfulaila (2014: 10) menyatakan bahwa berbicara

merupakan suatu kegiatan seseorang dalam berbahasa lisan secara prosuktif

dengan mengekspresikan gagasan dan pemikiran untuk diungkapkan kepada

(27)

keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang

berkaitan dengan bahasa lisan dalam mengungkapkan sesuatu kepada orang lain.

Berbicara memerlukan penguasaan lambang bunyi sehingga dalam

pengucapannya benar (Nurgiantoro, 2001:276). Kebelum matangan dalam

perkembangan bahasa akan berpengaruh terhadap lambatnya kegiatan berbahasa

ada seseorang. Tarigan (2013: 3) menjelaskan bahwa kebelummatangan dalam

perkembangan bahasa merupakan keterlambatan kegiatan seseorang dalam

berbahasa. Keterampilan berbicara sangat dibutuhkan khususnya untuk

berkomunikasi secara efektif.

2) Bentuk-bentuk tes keterampilan berbicara

Adapun beberapa macam tes yang dapat digunakan dalam kegiatan

keterampilan berbicara sebagai berikut:

a) Pembicaraan berdasarkan gambar

Gambar dapat dijadikan sebagai media atau perantara bagi siswa dalam

mengungkapkan kemampuan berbahasanyadengan melihat gambar. Rangsang

gambar dapat digunakan pada siswa yang memiliki kemampuan berbahasa lebih

tinggi dengan menyesuaikan kualitas gambar (Nurgiantoro, 2001: 278).

Keterampilan berbicara siswa dapat dilihat dengan meminta siswa untuk

menceritakan gambar. Pemberian tugas yang bersifat pragmatik atau tes yang

mengedepankan keterampilan berbahasa juga dapat dilakukan seperti dalam

memilih gambar menggunakan gambar yang berisi sebuah aktivitas atau

(28)

dapat berupa satu gambar atau rangkaian gambar yang berurutan sehingga siswa

mudah dalam memahami isi gambar.

Nurgiantoro (2001: 280) menjelaskan bahwa dalam pemberian tugas-tugas

pragmatik untuk keterampilan berbicara siswa berdasarkan gambar dapat

dilakukan dengan cara pemberian pertanyaan dan bercerita. Siswa dapat diberikan

pertanyaan yang berkaitan dengan gambar. Pertanyaan dibuat sebagaimana

mestinya sehingga siswa dapat mengungkapkan pemahamannya berdasarkan

gambar. Keterampilan berbicara dengan bercerita ataupun bercerita menggunakan

gambar dapat memberikan kebebasan kepada siswa sehingga siswa dapat

berimajinasi dan mengembangkan gagasannya. Siswa juga dapat mengungkapkan

apa saja yang ia lihat maupun rasakan.

b) Wawancara

Sunendar (2008: 281) menjelaskan bahwa wawancara merupakan teknik yang

paling banyak digunakan untuk menilai keterampilan berbicara seseorang dalam

suatu bahasa, khususnya bahasa asing yang dipelajarinya. Kegiatan wawancara

dilakukan dengan bertanya jawab antara dua pihak sehingga terjadilan

percakapan. Percakapan itulah salah satu bentuk keterampilan berbicara.

3) Tujuan berbicara

Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi (Tarigan, 2013 :16).

Sunendar (2008: 242-243) menjelaskan tujuan keterampilan berbicara akan

mencakup pencapaian hal-hal antara lain (1) memudahkan dalam berbicara

karena siswa akan mendapatkan banyak kesempatan untuk berlatih berbicara, (2)

(29)

menerus, maka saat berbicara siswa dapat melakukan dengan tepat dan jelas, (3)

kegiatan berbicara menekankan seseorang agar bertanggung jawab atas apa yang

sudah diucapkan, (4) berbicara dapat membentuk pendengaran yang kritis karena

seseorang akan menyimak orang yang sedang berbicara agar dapat mengevaluasi

isi dari pembicara, (5) berbicara dapat membentuk kebiasaan karena dengan

melakukan kegiatan berbicara berarti seseorang melakukan interaksi dan

dilakukan setiap hari. Tujuan-tujuan berbicara tersebut dapat tercapai apabila

progarn pengajaran yang dilaksanakan juga mengaktifkan siswa dalam kegiatan

berbicara. Siswa diajak untuk aktif dalam kegiatan berbicara sehingga

kemampuan berbicaranya dapat berkembang.

4) Kesulitan-kesulitan berbicara

Sunendar (2008: 263) menjelaskan beberapa hal yang dapat dapat menjadi

kesulitan-kesulitan berbicara yang dialami oleh guru maupun siswa antara lain

(1) Distorsi fonem atau permasalahan dalam mengucapkan artikulasi, (2) Masalah

gagap yang dialami oleh seseorang, (3) Kecepatan dalam berbicara, (4) Kesulitan

pendengaran dan (5) Masalah lain yang menyimpang sebagai contoh siswa yang

berbicara sendiri dengan suara keras atau lirih.

5) Penilaian dalam keterampilan berbicara

Tarigan (2013: 28) memberikan penjelasan bahwa evaluasi pembelajaran

keterampilan berbicara memiliki beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara

lain bunyi-bunyi atau artikulasi diucapkan dengan tepat, pola intonasi, ketepatan

ucapan yang mencerminkan pemahaman, urutan kata-kata yang diucapkan,

(30)

penilaian dalam keterampilan berbicara yakni intonasi, pilihan kata, kelancaran,

dan pemahaman. Penilaian keterampilan berbicara dibuat dengan memperhatikan

beberapa aspek penilaian yang telah dijabarkan menyesuaikan indikator dalam

rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu kelancaran berbicara, kejelasan

artikulasi, intonasi, ketepatan pemahaman, kelogisan alur cerita, dan ekspresi

wajah. Kelancaran berbicara terlihat apabila siswa lancar dalam berbicara dan

mampu menyampaikan kalimat. Kejelasan artikulasi dilihat saat siswa mampu

mengucapkan bunyi atau suku kata dengan jelas. Intonasi yang semakin jelas dan

keras menunjukkan jika siswa percaya diri dengan yang diceritakan. Ketepatan

pemahaman dilihat pada saat siswa memahami tema atau gambar yang diberikan

oleh guru. Kelogisan alur cerita terlihat saat siswa mampu menceritakan gambar

seri sesuai dengan urutannya sehingga cerita yang disampaikan berurutan.

Penelitian ini menambah satu indikator penilaian yakni ekspresi wajah. Ekspresi

wajah ditambahkan ke dalam penilaian karena ekspresi merupakan salah satu

indikator penilaian untuk menilai aspek psikomotorik sesuai dengan indikator

yang ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.

c. Media Pembalajaran

1) Pengertian Media

Media merupakan alat atau bahan yang dapat menciptakan kondisi belajar

yang memungkinkan siswa dalam mendapatkan pengetahuan, informasi,

keterampilan dan sikap (Anitah, 2012: 6). Association for Educational

Communication and Technology (AECT) mengatakan bahwa media merupakan

(31)

Sutjipto, 2011: 8). Istilah media dapat dikatakan sebagai perantara atau alat yang

digunakan untuk menyampaian atau menyalurkan informasi dalam kegiatan

belajar mengajar (Sutjipto 2011: 7). Media dapat dikatakan sebagai alat bantu

dalam menyalurkan informasi dan pengetahuan. Media dijadikan sebagai salah

satu peralatan yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Media juga

dapat membantu guru untuk menjelaskan materi-materi yang akan disampaikan

agar siswa dapat lebih paham.

2) Fungsi dan kegunaan media

Levie & Lentz (1982) mengemukakan bahwa media pendidikan memiliki

empat fungsi yaitu: fungsi atensi, afektif, kognitif dan kompensatoris (dalam

Arsyad, 2011: 16). Levie & Lentz (1982) dalam (Arsyad, 2010: 16) menjelaskan

bahwa (a) fungsi atensi berarti menarik perhatian siswa untuk lebih mengarah dan

konsentrasi pada pelajaran, (b) fungsi afektif dapat dilihat dari minat siswa dalam

menikmati media yang digunakan, (c) fungsi kognitif terlihat dari tercapainya

sebuah tujuan pembelajaran seperti kegiatan memahami dan mengingat informasi

yang didapatkan dari pelajaran yang diterima dan (d) fungsi kompensatoris dapat

terlihat dari penggunaan media sendiri dalam memberikan konteks pemahaman

kepada siswa dan membantu siswa dalam mengorganisasikan informasi dan teks

untuk diingat kembali.

Kemp & Dayton (1985), menerangkan bahwa media pembelajaran dapat

memenuhi tiga fungsi utama apabila media digunakan untuk perorangan,

kelompok, atau kelompok pendengar yang jumlahnya besar (dalam Arsyad, 2010:

(32)

mengenai fungsi media antara lain (a) memotivasi minat atau tindakan siswa

dalam belajar, memberikan informasi kepada siswa, dan memberikan intruksi atau

perintah dapat dilakukan oleh guru dengan dapat menyajikan dalam bentuk

drama atau hiburan. Kegiatan tersebut diharapkan siswa menjadi lebih minat dan

tertarik untuk mengikuti pelajaran. (b) Fungsi memberikan informasi berarti

media dijadikan sebagai alat untuk menyajikan informasi untuk peserta didik.

Penyajian informasi sendiri dapat berbentuk hiburan, drama atau motivasi yang

lain. Siswa diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam mengikuti pelajaran. (c)

Fungsi memberikan instruksi berarti dalam penyajian media maka memerlukan

keterlibatan dari siswa itu sendiri. Siswa terlibat dalam aktivitas agar guru dalam

menyiapkan instruksi atau perintah menjadi lebih mudah dan efektif. Keterlibatan

siswa akan membawa siswa dalam mendapatkan pengalaman dari aktivitas yang

dilakukan.

3) Media Gambar

Media pembelajaran ada bermacam-macam salah satunya adalah media

gambar. Gambar dapat menunjukkan kepada siswa tentang suatu tempat, orang,

dan segala sesuatu dari daerah yang jauh dari jangkaun pengalaman siswa sendiri

(Anitah, 2012: 8). Gambar dapat memberikan gambaran tentang sesuatu hal yang

bersifat abstrak sehingga dapat konkretkan ataupun gambar yang kurang dapat

dijangkau oleh mata. Alwi, dkk (2002: 239) mengatakan bahwa gambar adalah

suatu coretan di kertas yang menirukan suatu barang (dalam Sufanti, 2010: 70).

Smaldino, dkk (2008) mengatakan bahwa gambar atau fotografi dapat

(33)

mengatakan bahwa gambar dapat digunakan untuk mengalihkan pengalaman

belajar siswa ke dalem bentuk konkret (dalam Anitah 2012: 8).

Hal yang sulit dijelaskan menggunakan kata-kata dapat dibantu

menggunakan gambar. Sebagai contoh guru yang akan menjelasakan tentang

bencana banjir menggunakan gambar sehingga siswa akan lebih mudah

menangkap gambar daripada uraian guru dengan kata-kata. Berbagai pengertian

para ahli tersebut, dapat dikatakan bahwa gambar adalah sesuatu yang diwujudkan

dalam bentuk visual yang menggambarkan sesuatu hal dan dapat membantu

menkonkretkan hal yang abstrak. Gambar juga mudah diperoleh dari buku,

majalah, koran, buletin, dan lain-lain (Anitah, 2012: 9). Gambar juga mudah

dijumpai pada buku pelajaran di sekolah.

4) Ciri-ciri gambar yang baik

Anitah (2012: 10) menjelaskan mengenai ciri-ciri gambar yang baik adalah

(1) cocok dengan tingkatan umur dan kemampuan siswa, (2) bersahaja dalam arti

tidak terlalu kompleks, karena dengan gambar siswa akan mendapatkan gambaran

yang pokok. Jika gambar terlalu kompleks, perhatian siswa akan terbagi dan

bagian terpenting terkadang tidak tertangkap, (3) realistis, maksudnya gambar itu

seperti benda yang sebenarnya, (4) gambar dapat dipergunakan dengan tangan

karena gambar dapat dipegang oleh siswa.

5) Manfaat media gambar

Anitah (2012: 9-10) menjelaskan beberapa manfaat (a) gambar dapat

menimbulkan ketertarikan siswa karena gambar yang berwarna akan menarik

(34)

gambar dapat membantu mengkonkretkan hal yang abstrak, (c) gambar dapat

menjelaskan hal-hal yang penting karena melalui gambar hal-hal yang penting dan

kecil dapat dijelaskan dengan gambar, (d) gambar menyingkat uraian yang

panjang karena dapat ditunjukkan dengan gambar.

6) Kelebihan media gambar

Anitah (2012: 9) menjelaskan kelebihan media gambar antara lain (a) bersifat

konkret yaitu dapat menjelaskan hal yang abstrak menjadi konkret, (b) banyak

tersedia di buku atau majalah, (c) mudah digunakan karena praktis untuk dibawa,

(d) murah dan mudah didapatkan, (e) dapat digunakan untuk berbagai mata

pelajaran.

7) Kelemahan media gambar

Anitah (2012: 9) juga menjelaskan mengenai beberapa kelemahan media

gambar antara lain (a) terdapat gambar yang terlalu kecil untuk ditunjukkan di

kelas sehingga tidak semua siswa dapat melihat gambar dengan jelas, (b) gambar

mati atau dua dimensi membutuhkan dimensi ketiga untuk dapat ditunjukkan sisi

lain yang berbeda, (c) gambar tidak dapat menunjukkan gerak karena gambar

merupakan benda mati, dan (d) tidak semua siswa dapat menginterpretasikan dan

membaca gambar.

d. Media Gambar Seri

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 1049) media gambar seri

adalah gambar dengan cerita yang memiliki keterkaitan atau berurutan.

Suadnyana (2014) mengemukakan bahwa gambar seri yaitu berupa gambar yang

(35)

PG-PAUD, 2014: 3). Nurgiantoro (2001: 405-406) juga menjelaskan bahwa gambar

yang potensial untuk tes pragmatik yaitu gambar yang berisi aktivitas atau

memiliki maksud dan tujuan tertentu.

Gambar 2.1 Media gambar seri

Gambar 2.1 merupakan salah satu contoh gambar seri yang berisikan sebuah

kegiatan menanam tanaman. Media gambar seri tersebut dapat digunakan dalam

kegiatan belajar tema menceritakan pengalaman. Guru dapat menjelaskan materi

tersebut untuk menjelaskan cara bercerita pengalaman dalam kegiatan menanam

tanaman. Media ini terdapat dalam selembar kertas dan sudah tersusun urut.

B. Penelitian yang Relevan

Suadnyana (2014) melakukan sebuah penelitian dengan judul “Penerapan

Metode Bercerita Berbantuan Media Gambar Seri Untuk Meningkatkan

Keterampilan Berbicara Anak Kelompok B TK Putra Sesana Antiga

Karangasem”. Penelitian tesebut bertujuan untuk mengetahui peningkatan

keterampilan berbicara anak melalui penerapan metode bercerita berbantuan

media gambar seri pada kelompok B Semester 2 TK Satu Atap Putra Sesana

Antiga Karangasem tahun ajaran 2013/ 2014. Penelitian ini termasuk penelitian

(36)

Sesana Antiga Karangasem tahun ajaran 2013/ 2014. Teknik pengumpulan yang

digunakan adalah observasi dan instrument lembar observasi. Analisis data

dilakukan dengan statistic deskriptif dan deskiptif kuantitatif. Analisis data

dilakukan dengan membandingkan hasil dari siklus I dan siklus II. Siklus I

menunjukkan bahwa pencapaian keterampilan berbicara sebesar 42% atau dalam

kategori sangat rendah. Siklus II menunjukkan pencapaian keterampilan berbicara

sebesar 87,78% dengan kategori tinggi. Kesimpulan dari penelitian tersebut

adalah menerapkan metode bercerita berbantuan media gambar seri dapat

meningkatkan keterampilan berbicara anak kelompok B Semester 2 TK Satu Atap

Putra Sesana Antiga Karangasem tahun ajaran 2013/ 2014. Penelitian yang

dilakukan oleh Suadnyana (2014) relevan dengan penelitian yang akan dilakukan

oleh peneliti karena dalam penelitian tersebut menggunakan media gambar seri

sebagai dasar untuk berpijak dan membahas tentang keterampilan berbicara yang

juga akan menjadi pembahasan utama dalam penelitian ini.

Prasetyarini (2010) juga melakukan penelitian yang berjudul “Penggunaan

Media Gambar Seri Untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita Siswa Kelas III

Sekolah Dasar”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) penggunaan

media gambar seri, (2) mendeskripsikan hambatan yang dihadapi guru dalam

melaksanakan pembelajaran bercerita, (3) mendeskripsikan hasil belajar siswa

tentang kemampuan bercerita di kelas. Teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah observasi, angket atau kuesioner, dan teknik pengujian. Teknik analisis

data yang digunakan adalah analisis data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan

(37)

siklus, (2) kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan kegiatan bercerita

adalah ukuran gambar uang digunakan kurang maksimal, dan (3) dengan

menggunakan serangkaian gambar, hasil belajar siswa meningkat secara

signifikan. Peneliti mengambil penelitian ini sebagai salah satu penelitian yang

relevan karena penelitian ini juga menggunakan media gambar seri sebagai dasar

untuk berpijak dan membahas tentang keterampilan berbicara di kelas III yang

juga akan menjadi pembahasan utama dalam penelitian ini.

Sudarminah (2008) melakukan penelitian dengan judul “Upaya Peningkatan

Pembelajaran Berbicara Dengan Model Pembelajaran Gambar Seri Untuk Siswa

Kelas VIII SMP Negeri 6 Semarang”. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan

peningkatan keterampilan berbicara siswa setelah diberikan proses belajar

mengajar dengan menggunakan gambar seri, mendeskripsikan perubahan perilaku

siswa setelag mencapai proses belajar mengajar dengan menggunakan media

gambar seri. Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas dengan

menggunakan dua siklus dengan empat tahap meliputi perencanaan, pelaksanaan

tindakan, pengamatan dan refleksi. Objek dari penelitian ini adalah keterampilan

berbicara siswa kelas VIII C SMP Negeri 6 Semarang. Alat pengumpulan data

berupa tes lisan dan non tes berupa observasi, wawancara dan jurnal. Hasil

penelitian diperoleh nilai secara klasikal pada siklus I mencapai 63,49 dan siklus

II mencapai 73,45 dengan keduanya dikategorikan cukup. Keterampilan berbicara

pada siklus II mengalami peningkatan dengan perubahan perilaku siswa antusias,

tidak malu, lancar berbicara, tidak takut, penampilan meyakinkan dan konsentrasi

(38)

dengan menggunakan media gambar seri dan terjadinya perubahan perilaku.

Peneliti mengambil penelitian tersebut sebagai penelitian yang relevan karena

pada penelitian tersebut juga menggunakan media gambar seri dalam kegiatan

berbicara siswa.

Salimah (2011) melakukan penelitian dengan judul “Dampak Penerapan

Bermain Dengan Media Gambar Seri Dalam Mengembangkan Keterampilan

Berbicara Dan Penguasaan Kosa Kata Anak Usia Dini”. Penelitian rersebut

bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan bermain dengan media gambar

seri dalam mengembangkan keterampilan berbicara dan penguasaan kosa kata

anak. Penelitian dilakukan di TK Kartika Siliwangu Kabupaten Majalengka

dengan populasi 20 anak. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuasi

eksperimen. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi kemudian

dianalisis secara kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan

bermain dengan media gambar seri merupakan cara efektif dalam

mengembangkan keterampilan berbicara dan penguasaan kosa kata anak usia dini.

Peneliti mengambil penelitian tersebut sebagai penelitian yang relevan karena

penelitian tersebut juga menggunakan media gambar seri dalam penguasaan kosa

kata. Penguasaan kosa kata termasuk dalam keterampilan berbicara sehingga

penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai dasar untuk berpijak dalam melakukan

penelitian.

Rosmawaty (2013) melakukan penelitian yang serupa dengan judul

“Enhancing the L1 Primary Student’s Achievment in Writing Paragraph by Using

(39)

siswa dalam menulis paragraf dengan menggunakan gambar. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian dilakukan pada

siswa SD kelas I. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa

meningkat tajam dari evaluasi pertama dan kedua yakni sebesar 65,25 menjadi

85,50. Dari data kualitatif menunjukkan bahwa guru dan siswa mengatakan jika

gambar merupakan media yang tepat untuk mengajar dan belajar menulis

paragraf. Peneliti mengambil penelitian tersebut sebagai penelitian yang releban

karen pada penelitian tersebut menggunakan media gambar sedangkan penelitian

yang akan dilakukan oleh penelitia menggunakan media gambar seri.

Kelima penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti diatas, maka peneliti

membuat sebuah penelitian yang lebih mengembangkan dari lima penelitian yang

telah dilakukan tersebut. Literatur Map mengenai lima penelitian yang akan

(40)

Gambar 2.2 Bagan Literatur Map Penelitian

Gambar 2.2 merupakan bagan Literatur Map dari penelitian-penelitian

relevan yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya kemudian

dikembangkan kembali oleh peneliti untuk membuat suatu penelitian yang baru.

Penelitian yang dilakukan oleh Suadnyana (2014) merupakan penelitian dengan

menggunakan metode bercerita berbantuan media gambar seri untuk

meningkatkan keterampilan berbicara, namun dalam penelitian tersebut yang

diteliti adalah anak kelompok TK. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh

Prasetyarini (2010) mengenai penggunaan media gambar seri untuk meningkatkan

kemampuan bercerita siswa kelas III SD.

Penelitian yang dilakukan oleh Rosmawaty (2013) yaitu dengan

menggunakan media gambar tetapi dalam kegiatan menulis paragraph . Siswa Perbedaan Keterampilan Anak Kelompok B TK Putra Sesana Antiga

Salimah (2011)

Penelitian Sudarminah (2008) Upaya Peningkatan Pembelajaran Berbicara Dengan Model

Pembelajaran Gambar Seri Untuk Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Semarang

(41)

yang diteliti merupakan siswa kelas 1. Salimah (2011) melakukan penelitian

menggunakan media gambar seri tetapi dilakukan pada anak usia dini. Penelitian

yang terakhir dilakukan oleh Sudarminah (2008) yang menggunakan media

gambar seri tetapi dilakukan pada siswa kelas VIII SMP. Kelima penelitian yang

telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, maka peneliti lebih mengembangkan

penelitian-penelitian tersebut dengan membuat sebuah penelitian yang berjudul

“Perbedaan Keterampilan Berbicara Atas Penggunaan Media Gambar Seri”.l “

C. Kerangka Berpikir

Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa secara

lisan. Untuk meningkatkan keterampilan tersebut maka penggunaan media

gambar seri dapat dijadikan sebagai salah satu alat bantu atau perantara kegiatan

pembelajaran. Media gambar memiliki kelebihan yaitu dapat menerjemahkan hal

abstrak menjadi lebih nyata. Media gambar seri khususnya lebih membantu siswa

dalam berbicara karena gambar seri menyajikan gambar yang berurutan sehingga

dalam berbicara siswa dapat runtut sesuai gambar. Kegiatan berbicara

menggunakan media gambar seri diawali dengan mengamati gambar kemudian

mengungkapkan sesuatu berdasarkan gambar yang sudah diamati. Kemudian

siswa bercerita berdasarkan gamba-gambar tersebut secara berurutan. Dalam hal

ini, media gambar seri membantu siswa dalam menuangkan gagasannya secara

lisan sesuai dengan isi gambar.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan keterampilan berbicara

(42)

25

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab III membahas mengenai jenis penelitian, desain penelitian, setting

penelitian, variabel penelitan, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data,

instrumen pengumpulan data, teknik pengujian instrument, teknik analisa data dan

jadwal penelitian.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan jenis

penelitian quasi experimental. Penelitian eksperimen adalah penelitian dengan

mengadakan manipulasi pada objek serta adanya kontrol (Moh. Nazir, 2005: 63).

Subjek penelitian ini adalah siswa dan tidak dipilih secara random. Siswa sebagai

subjek penelitian sudah secara alamiah menjadi kelompok kelas tertentu.

Penelitian ini membandingkan dua kelas yaitu antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Kedua kelompok sama-sama diberikan prestest dan posttest. Hanya

kelompok eksperimen yang akan diberikan treatment.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan salah satu penelitian non equivalen control group

design. Penelitian ini membagi dua kelompok yakni kelompok kontrol

dan kelompok eksprerimen. Penelitian dimulai dengan pemberian pretest

kepada dua kelompok tersebut untuk mengetahui kondisi awal kelompok

tersebut. Kelompok eksperimen diberikan treatment berupa penggunaan

(43)

tersebut. Kedua kelompok akan diberikan posttest pada akhir pembelajaran untuk

mengetahui pengaruh penggunaan media gambar seri dalam pembelajaran bahasa

Indonesia.

Gambar 3.1

`Desain Penelitian (Creswell, 2012: 242) Keterangan :

O1 : Hasil pretest kelompok eksperimen

O2 : Hasil posttest kelompok eksperimen

O3 : Hasil pretest kelompok kontrol

O4 : Hasil posttest kelompok kontrol

x : Perlakuan yang dilakukan

C. Setting Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan selama empat bulan dari bulan Agustus sampai

Januari 2014. Proses pengambilan data disesuaikan dengan materi keterampilan

berbicara tentang menceritakan pengalaman yang mengesankan yaitu di

pertengahan bulan September 2014. Penelitian mengambil jam mata pelajaran

bahasa Indonesia sesuai dengan yang sudah dijadwalkan di sekolah seperti terlihat

pada tabel 3.1.

O1 X O2

(44)

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

Kelompok Hari, Tanggal Pert- Kegiatan Waktu

(45)

Jadwal penelitian dibuat berdasarkan jadwal mata pelajaran bahasa Indonesia

di kelas III yang sudah ditentukan oleh sekolah. Pengambilan data hampir

dilakukan pada hari yang sama melainkan pada jam pelajaran yang berbeda.

Setiap pertemuan dilakukan selama 1 jam pelajaran atau 2 x 35 menit.

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian Penelitian dilakukan di SD Negeri Nogotirto, Gamping,

Sleman, Yogyakarta. Sekolah ini beralamatkan di Karang Tengah, Nogotirto,

Gamping, Sleman, Yogyakarta. Sekolah ini berada di tengah-tengah pemukiman

penduduk dan di tepi jalan raya yang tidak begitu ramai sehingga dapat dikatakan

strategis untuk sekolah di lingkungan pinggiran kota.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah variabel independent, variabel dependent dan

variabel moderator.

1. Variabel independent

Variabel independent atau variabel bebas merupakan variabel yang

mempengaruhi atau penyebab perubahan (Sugiyono, 2010: 61). Variabel

independent pada penelitian ini adalah media gambar seri pada materi

menceritakan pengalaman.

2. Variabel dependent

Variabel dependent meruapakan variabel yang dipengaruhi atau yang akan

menjadi akibat karena adanya variabel independent atau variabel bebas

(Sugiyono, 2010: 61). Variabel dependent dalam penelitian ini adalah

(46)

3. Variabel Moderator

Variabel moderator merupakan variabel yang dapat memberikan pengaruh

antara variabel independent dan dependent (Sugiyono, 2010: 62). Variabel

moderator pada penelitian ini adalah rata-rata skor pretest.

4. Variabel kontrol

Variabel kontrol merupakan variabel yang dikendalikan sehingga hubungan

variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor dari luar

yang tidak diteliti (Sugiyono, 2010: 64). Variabel kontrol pada penelitian ini

adalah guru, banyaknya jam pelajaran, dan materi pembelajaran.

E. Populasi dan Sampel

Penelitian kuasi eksperimen ini dilakukuan bertujuan untuk mengetahui

perbedaan keterampilan berbicara siswa pada materi bercerita pengalaman atas

penggunaan media gambar seri. Karakteristik populasi pada penelitian ini adalah

siswa SD Negeri Nogotirto yang sedang belajar materi bercerita pengalaman.

Materi mengenai bercerita pengalaman berada di kelas III, maka peneliti

mengambil populasi pada siswa kelas III SD Negeri Nogotirto.

Hadari Nawawi (1983: 141) menjelaskan bahwa “populasi merupakan

keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan,

tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai

(47)

(dalam Margono, 2010: 118). Populasi pada penelitian ini adalah populasi terbatas

yakni siswa kelas III yang berjumlah 56 yang terbagi ke dalam dua kelas.

Sampel merupakan sebagian dari populasi (Margono, 2010: 121) Peneliti

mengambil sampel siswa kelas III SD Negeri Nogotirto. Peneliti memilih kelas III

dengan jumlah siswa kelas IIIA sebanyak 27 siswa, kelas IIIB sebanyak 26 siswa.

Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelompok yang terdiri dari kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen. Sampel untuk kelompok kontrol adalah kelas

IIIB dan sampel untuk kelompok eksperimen adalah kelas IIIA. Pengambilan

sampel dilakukan dengan teknik convenience random sampling.

Convenience random sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang

didasarkan pada kemudahan dan ketersedianya peneliti. Sampel yang dipilih

peneliti adalah siswa SD Negeri Nogotirto karena peneliti sedang melaksanakan

program pengalaman lapangan. Kemudahan ini yang menjadi dasar peneliti

melakukan pengambilan sampel dengan teknik convenience random sampling.

Simple random sampling adalah pengambilan sampel dengan cara diacak

karena kedua kelas memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sebagai

kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen (Creswell, 2012: 220).

Pemilihan sampel dilakukan dengan undian dan mengambilnya secara acak

sehingga didapatkan kelas IIIA sebagai kelas eksperimen dan kelas IIIB sebagai

kelas kontrol.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik-teknik pengumpulan data ada beberapa macam diantaranya observasi,

(48)

2010:158-181). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua diantaranya yakni

dokumentasi dan komunikasi (wawancara).

1. Dokumenter (dokumentasi)

Teknik dokumenter (dokumentasi) merupakan salah satu cara dalam

mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis. Dokumentasi dapat dilakukan

melalui pengambilan data dari arsip-arsip, buku, pendapat, teori, dalil, atau

hukum-hukum (Arikunto, 2010: 274). Pada penelitian ini, teknik dokumentasi

dilakukan dengan cara mengumpulkan hasil pekerjaan siswa dalam pretest dan

posttest. Skor yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest diolah terlebih

dahulu karena hasil dari pretest dan posttest akan berpengaruh pada hasil

penelitian.

2. Wawancara

Wawancara atau interview merupakan salah satu cara dalam mendapatkan

informasi dari responden yang dilakukan dengan tanya jawab (Nurgiantoro, 2001:

55). Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data yang dilakukan

peneliti untuk studi pendahuluan dalam menemukan permasalahan yang harus

diteliti dan mengetahui hal-hal dari responden (Sugiyono, 2010: 194). Wawancara

dengan responden dilakukan dalam situasi yang santai diawali dengan perkenalan

kemudian pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Dalam proses wawancara yang

dilakukan, pewawancara mencatat jawaban yang diberikan oleh responden supaya

tidak memutuskan kegiatan wawancara tersebut.

Wawancara dapat dilakukan dengan cara terstruktur dan tidak terstruktur

(49)

mengetahui tentang informasi-informasi yang akan didapatkan. Wawancara ini

dilakukan dengan menyediakan alternatif jawaban yang disiapkan oleh

pewawancara. Wawancara tidak terstruktur yakni wawancara yang bebas sehingga

pewawancara tidak perlu menyediakan pedoman wawancara yang disusun

sistematis. Peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur untuk

mengumpulkan data dalam penelitian ini untuk mendapatkan informasi setelah

penelitian.

G. Instrumen Pengumpulan Data

1. Tes

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua

macam yaitu tes dan non tes. Penelitian ini menggunakan instrumen atau tes untuk

mengetahui keterampilan berbicara siswa. Arikunto (2012: 67) menjelaskan

bahwa “tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau

mengukursesuatu dalam suasana, dengan cara aturan-aturan yang sudah

ditentukan”. Peneliti menggunakan dua kali tes yang dilakukan di awal dan akhir

pembelajaran. Tes di awal pembelajaran disebut pretest sedangkan tes yang

dilakukan di akhir pembelajaran disebut posttest.

Tes yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan instrumen yang sama.

Instrumen tes berupa tes lisan yakni meminta siswa untuk bercerita di depan kelas.

“Soal berbentuk tes pragmatik yaitu suatu pendekatan dalam tes keterampilan

(skill) berbahasa untuk mengukur seberapa baik siswa menggunakan

elemen-elemen bahasa sesuai dengan konteks komunikasi yang nyata” (Oller, 1979: 227)

(50)

mengukur kemampuan siswa dalam memahami dan menghasilkan bahasa dalam

komunikasi. Oller (1979:306) menjelaskan bahwa “Tes keterampilan bebicara

mencerminkan kemampuan berbahasa seseorang” dalam Nurgiantoro (2001: 181).

Oller (1979: 305, 311, 315) menjelaskan bahwa tes keterampilan berbicara

(ekspresi lisan) bersifat pragmatik dengan menceritakan gambar susun atau

serangkaian gambar yang dapat membetuk sebuah cerita (dalam Nurgiantoro,

2001: 181). Adapun kisi-kisi dalam soal instrumen tes dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen pretest dan posttest sebelum validasi

No Indikator soal Aspek Penilaian

1 - Menyebutkan berbagai macam pengalaman yang pernah dialami

- Kelancaran Berbicara - Kejelasan artikulasi - Intonasi

- Ketepatan Pemahaman - Kelogisan alur cerita - Ekspresi wajah 2 - Menyebutkan berbagai

macam pengalaman yang pernah dialami

3 - Mengekspresikan diri saat bercerita

Penilaian pada tes keterampilan berbicara berskala 1 sampai 3 yang berarti 3

adalah baik dan 1 adalah perlu bimbingan. Deskripsi dari masing-masing aspek

penilaian pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Deskripsi masing-masing aspek penilaian

(51)

No Aspek Nilai

diharapkan dapat bercerita di depan kelas sesuai dengan kriteria penilaian yang

diberikan oleh guru. Soal instrumen yang telah dibuat akan diuji validitas dan

relaibilitasnya sebelum digunakan untuk penelitian.

2. Non tes

Instrumen non tes yang digunakan oleh peneliti berupa perangkat

pembelajaran dan pedoman wawancara. Perangkat pembelajaran ini terdiri dari

silabus dan RPP, lembar kerja siswa dan bahan ajar. Perangkat pembelajaran kelas

eksperimen terdapat penggunaan media gambar seri sedangkan pada perangkat

(52)

Pedoman wawancara digunakan untuk mengetahui bagaimana

berlangsungnya kegiatan belajar mengajar pada kedua kelompok. Tabel 3.4

merupakan lembar pedoman wawancara yang digunakan oleh peneliti dengan

guru kelas kontrol dan eksperimen. Pedoman wawancara ini digunakan untuk

mendapatkan informasi tambahan sehingga membantu dalam pembahasan hasil

penelitian ini.

Tabel 3.4 Pedoman Wawancara

1. Apakah ibu selalu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk mata pelajaran bahasa Indonesia?

2. Apakah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tersebut ibu buat sendiri? 3. Apakah ibu sering menggunakan alat peraga atau media dalam

pembelajaran keterampilan berbicara?

4. Bagaimana ketika siswa belajar dengan menggunakan media? 5. Apakah ada perbedaan ketika siswa belajara menggunakan media? 6. Apa saja materi dalam keterampilan berbicara di kelas III?

7. Selain menggunakan media, metode apa saja yang ibu gunakan dalam mengajar keterampilan berbicara?

8. Apakah siswa selalu maju ke depan kelas untuk pembelajaran keterampilan berbicara?

9. Kesulitan apa saja yang biasanya dialami siswa saat pembelajaran keterampilan berbicara?

10.Apakah siswa masih mengalami kesulitan saat belajar menggunakan media?

Hasil wawancara memberikan jawaban bahwa guru kelas selalu membuat

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) setiap hari. Guru juga membuat RPP

sendiri. Guru jarang menggunakan media pembelajaran atau alat peraga ketika

pembelajaran keterampilan berbicara. Siswa lebih senang jika belajar

menggunakan media. Hasil nilai siswa saat belajar menggunakan media ada yang

meningkat dan ada yang sama dengan sebelumnya. Materi yang guru berikan

dalam keterampilan berbicara antara lain wawancara, membaca puisi, dan

(53)

pemberian contoh. Materi yang dipilih oleh guru hanya dari buku pelajaran yang

digunakan setiap harinya. Siswa biasanya melakukan unjuk kerja di depan kelas.

Siswa masih mengalami kesulitan berbicara, intonasi kurang jelas dan kurang

berekspresi. Setelah menggunakan media, ada beberapa siswa yang masih

mengalami kesulitan misalnya dalam mengekspresikan diri, tetapi untuk cara

bercerita siswa sudah lumayan baik meskipun ada beberapa yang belum lancar.

Hasil wawancara berupa deskrpsi atau tulisan sehingga tidak menggunakan skala

atau penialaian tertentu.

H. Teknik Pengujian Instrumen

Instrumen penelitian yang akan digunakan harus melalui tahap pengujian

validitas, reliabilitas, dan indeks kesukaran. Uji validitas yang dilakukan melalui

tahap uji validitas isi dan validitas muka. Validitas isi dan muka dikenakan pada

instrumen perangkat pembelajaran dan instrumen tes, validitas konstruk,

reliabilitas, dan indeks kesukaran dilakukan pada instrumen tes.

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui ketepatan instrumen penelitian

sehingga instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur.

Validitas merupakan hal penting untuk mengetaui instrumen sudah layak

digunakan atau tidak. Wawancara tidak dilakukan validitas karena hasil

wawancara berupa deskriptif. Uji validitas dilakukan dengan cara validitas ini,

(54)

a) Validitas Isi

Validitas isi adalah validitas yang menunjuk pada pengertian apakah alat tes

itu mempunyai kesejajaran (sesuai) dengan tujuan dan deskripsi bahan pelajaran

yang diajarkan (Nurgiantoro, 2001: 103). Kesahihan ini merupakan jenis

kesahihan yang harus dipenuhi dalam instrumen, khususnya yang sudah disusun

oleh guru untuk mengukur keberhasilan belajar siswa. Pemenuhan kasahihan isi

dilihat dari tesedianya kisi-kisi yang baik dalam menyusun instrumen. Validitas isi

dilakukan dengan cara expert judgement. Validitas isi diberikan kepada beberapa

ahli yang memiliki bidang keahlian yang berhubungan dengan penelitian ini. Ahli

yang dipilih untuk memberikan validitas berupa 4 dosen, 2 kepala sekolah, dan 2

orang guru. Expert judgment digunakan untuk mengukur kelayakan perangkat

pembelajaran dalam penelitian ini adalah (1) Silabus kelas III semester 1, (2) RPP

tematik, (3) Materi ajar, (4) Media gambar seri, (5) LKS dan (6) Soal pretest dan

posttest.

Para ahli memberikan penilaian pada lembar penilaian yang telah

disediakan oleh peneliti. Skala skor yang digunakan pada lembar penilaian adalah

skala Likert. Skala Likert yang dipilih adalah skala 5 yang terdiri dari 1,2,3,4,5.

Nilai 1 berarti sangat kurang, nilai 2 berarti kurang, nilai 3 berarti cukup, nilai 4

berarti baik dan nilai 5 berarti sangat baik. Lembar penilaian dibuat berdasarkan

indiator-indikator dan hasilnya akan diakumulasikan kemudian dikategorikan

menggunakan kriteria yang telah ditentukan. Kriteria yang dibuat oleh peneliti

tentang hasil validasi isi berdasarkan kelayakan instrumen dan rata-rata skor pada

(55)

Tabel 3.5 Kriteria kelayakan instrumen

Ahli pertama merupakan dosen. Alasan peneliti memilih dosen pertama

karena dosen yang dipilih sebagai validator merupakan dosen ahli bidang

kurikulum dan pembelajaran. Dosen pertama memberikan validasi isi terhadap

perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, rubrik penilaian, soal pretest dan

posttest. Dosen pertama memberikan masukan untuk silabus agar memperbaiki

kesesuaian SK, KD dan Indikator. Masukan untuk RPP antara lain mengenai

perumusan indikator agar lebih jelas lagi, penyusunan materi agar lebih rinci

karena ditujukan untuk siswa SD, model dan metode pembelajaran yang

digunakan belum terlihat jelas, kecukupan sumber belajar juga masih kurang,

penyusunan rubrik penilaian agar diperinci kembali. Perumusan petunjuk LKS

masih perlu diperjelas sehingga untuk ketercapaian tujuan pembelajaran juga

belum terlihat. Bahan ajar yang digunakan belum memuaat fakta dan konsep

untuk siswa. Tampilan pretest dan posttest agar dibuat lebih menarik.

RPP untuk kelas kontrol juga diberikan masukan agar lebih memperinci pada

bagian model pembelajaran yang digunakan. Bagian kutipan juga perlu untuk

dirumuskan kembali. Tampilan LKS dan bahan ajar juga perlu diperbaiki agar

dapat menarik perhatian siswa. Secara keseluruhan perangkat pembelajaran masih Rerata

Kuantitatif Kualitatif Kelayakan istrumen Keputusan

≥ 3 Positif Layak digunakan tanpa perbaikan

Tidak Revisi (TR)

≤ 3 Negatif Layak digunakan dengan

perbaikan Revisi (R)

> 3 Positif Kurang layak digunakan Revisi (R)

Gambar

Gambar 2.1 Media gambar seri
gambar merupakan media yang tepat untuk mengajar dan belajar menulis
Gambar 2.2 Bagan Literatur Map Penelitian
Tabel 3.1 Waktu Penelitian Hari, Tanggal  Pert- Kegiatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari data di atas menunjukkan bahwa hipotesis dapat diterima karena telah terbukti bahwa adanya analisis yang menunjukkan hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan

Perancangan Aplikasi Administrasi Pelaksanaan Anggaran Belanja adalah kegiatan untuk menghasilkan rumusan rancangan aplikasi administrasi pelaksanaan anggaran belanja yang pada

Dampak perubahan lahan tambak ini terhadap aspek sosial dapat dilihat dari jumlah penduduk di daerah penelitian yang bekerja pada sektor perikanan yaitu pada tahun 2006

Pada penelitian Za’imatul (2013), penggunaan media kartun dalam pembelajaran kimia menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar siswaC. Beberapa

Hasil penelitian menunjukan bahwa hampir seluruh balita usia 1-2 tahun di Kelurahan Setono Pande tidak mengalami kejadian gizi kurang, hal ini menunjukan bahwa

( 1) La po ran Realisasi Penyerapan Dana Keistimewaan Tahap Akhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf d diverifikasi oleh Direktorat Jenderal

“Peseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut dengan Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha

Hukum Opini Wajar Tanpa Pengecualian atas Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan.. Negara, adalah