• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KEMAMPUAN MENGENAL POLA ABCD-ABCD PADA ANAK KELOMPOK B DI TK SE-GUGUS 3 KECAMATAN KASIHAN KABUPATEN BANTUL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI KEMAMPUAN MENGENAL POLA ABCD-ABCD PADA ANAK KELOMPOK B DI TK SE-GUGUS 3 KECAMATAN KASIHAN KABUPATEN BANTUL."

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

i

STUDI KEMAMPUAN MENGENAL POLA ABCD-ABCD PADA ANAK KELOMPOK B DI TK SE-GUGUS 3 KECAMATAN KASIHAN KABUPATEN BANTUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Meilani Ika Pratiwi NIM 13111241062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

We live in a world of patterns, and it is natural for children to describe, extend, and create patterns.

(Jean M. Shaw)

Akan selalu ada pola dalam kehidupan ini, seperti halnya kebiasaan. Kebiasaan merupakan pengulangan yang berpola, maka

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Atas rahmat Allah SWT, telah terselesaikanlah karya yang akan penulis persembahkan untuk:

1. Ibu Tumilah dan Bapak Suhardi tercinta, yang selalu memberikan doa dan dorongan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

(7)

vii

STUDI KEMAMPUAN MENGENAL POLA ABCD-ABCD PADA ANAK KELOMPOK B DI TK SE-GUGUS 3 KECAMATAN KASIHAN KABUPATEN BANTUL

Oleh Meilani Ika Pratiwi NIM 13111241062

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD baik pada indikator kemampuan meniru, memperkirakan urutan berikutnya, menyusun, maupun menciptakan pola pada anak kelompok B di TK se-Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode

survey. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B di TK se-Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul yang berjumlah 115 anak. Objek penelitian ini yaitu kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD, baik pada kemampuan meniru, memperkirakan urutan berikutnya, menyusun, maupun menciptakan pola. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik analisis statistik deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD termasuk dalam predikat berkembang sesuai harapan dengan rata-rata keseluruhan yaitu sebesar 66,71%. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil penilaian dari observasi terhadap empat indikator kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD, yaitu kemampuan meniru pola dengan kategori berkembang sangat baik (83,50%), kemampuan memperkirakan urutan berikutnya dengan kategori berkembang sesuai harapan (73,83%), kemampuan menyusun pola dengan kategori berkembang sesuai harapan (60%), dan kemampuan menciptakan pola dengan kategori mulai berkembang (49,50%).

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdullilah, segala puji bagi Allah SWT atas segala hidayah, taufiq, dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan persyaratan untuk menyelesaikan studi pada jenjang strata satu Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak, baik moril maupun materil. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan izin studi di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan penelitian.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini atas motivasi yang diberikan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dra.Sudaryanti, M.Pd. dan Ibu Nur Cholimah, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan dengan sabar dan ikhlas sehingga skripsi ini bisa selesai.

5. Segenap dosen FIP UNY yang telah memotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

(9)

ix

7. Teman-teman PG-PAUD angkatan 2013 kelas A terima kasih atas bantuannya.

8. Semua pihak yang telah membantu sejak penelitian hingga penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT menggantikannya dengan kebaikan yang jauh lebih baik dari semua yang telah diberikan kepada penulis. Amin. Penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah khasanah ilmu pendidikan umumnya. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi para pembaca.

Yogyakarta, 21 April 2017

(10)

x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Kemampuan Kognitif Anak ... 11

1. Pengertian Kognitif ... 11

2. Teori Perkembangan Kognitif ... 12

3. Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun ... 13

(11)

xi

1. Pengertian Matematika... 15

2. Konsep Matematika ... 16

3. Perkembangan Matematika Anak TK Usia 5-6 Tahun ... 18

C.Tinjauan tentang Pola ABCD-ABCD ... 19

1. Pengertian Pola ABCD-ABCD ... 19

2. Pengertian Kemampuan Mengenal Pola ABCD-ABCD ... 20

3. Macam-macam Pola ABCD-ABCD ... 21

4. Pengenalan Pola pada Anak TK ... 23

5. Pentingnya Pengenalan Pola pada Anak TK ... 29

D.Penelitian yang Relevan ... 32

E. Kerangka Berpikir ... 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37

G. Instrumen Penelitian ... 42

1. Lembar Observasi ... 42

2. Dokumentasi ... 45

H. Validitas dan Reliabilitas ... 45

1. Validitas ... 45

2. Reliabilitas ... 47

(12)

xii BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian ... 51

1. Deskripsi Wilayah Penelitian ... 51

2. Deskripsi dan Analisis Data Hasil Penelitian ... 55

B.Pembahasan Hasil Penelitian ... 73

1. Meniru Pola ... 74

2. Memperkirakan Pola ... 77

3. Menyusun Pola ... 79

4. Menciptakan Pola ... 81

5. Hasil Keseluruhan dari Kemampuan Mengenal Pola ABCD-ABCD .. 83

C.Keterbatasan Penelitian ... 84

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 86

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tingkat Pencapaian Perkembangan Aspek Kognitif dalam Peraturan Menteri Pendidkan dan Kebudayaan Nomor 137

tahun 2014 …... 14

Tabel 2. Data Jumlah Populasi dan Sampel………... 39

Tabel 3. Kisi-kisi Kemampuan Mengenal Pola ABCD-ABCD ... 42

Tabel 4. Lembar Observasi Kemampuan Anak Mengenal Pola ABCD-ABCD …... 43

Tabel 5. Rubrik Penilaian Meniru Pola ... 44

Tabel 6. Rubrik Penilaian Memperkirakan Urutan Berikutnya ... 44

Tabel 7. Rubrik Penilaian Menyusun Pola ... 44

Tabel 8. Rubrik Penilaian Menciptakan Pola ... 45

Tabel 9. Acuan Predikat Persentase Kemampuan Mengenal Pola ABCD-ABCD ... 50

Tabel 10. Persentase Kemampuan Mengenal Pola ABCD-ABCD pada Anak Kelompok B di TK Segugus III Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul ... 70

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Meniru pola AB-AB ... 25

Gambar 2. Meniru pola ABCD-ABCD ... 26

Gambar 3. Memperkirakan urutan berikutnya ... 27

Gambar 4. Menyusun pola ... 28

Gambar 5. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Meniru Pola pada Anak Kelompok B TK PKK 58 Utami Mardi Siwi ... 56

Gambar 6. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Meniru Pola pada Anak Kelompok B TK ABA Ambarbinangun ... 56

Gambar 7. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Meniru Pola pada Anak Kelompok B TK ABA Surya Melati ... 57

Gambar 8. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Meniru Pola pada Anak Kelompok B TK PKK 111 Tunas Harapan ... 58

Gambar 9. Grafik Histogram Persentase Kemampuan Menru Pola di TK se-Gugus III Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul ... 58

Gambar 10. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Memperkirakan Pola pada Anak Kelompok B TK PKK 58 Utami Mardi Siwi .... 59

Gambar 11. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Memperkirakan Pola pada Anak Kelompok B TK ABA Ambarbinangun ... 60

Gambar 12. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Memperkirakan Pola pada Anak Kelompok B TK ABA Surya Melati ... 61

Gambar 13. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Memperkirakan Pola pada Anak Kelompok B TK PKK 111 Tunas Harapan ... 61

Gambar 14 Grafik Histogram Persentase Kemampuan Memperkirakan Pola di TK se-Gugus III Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul ... 62

Gambar 15. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Menyusun Pola pada Anak Kelompok B TK PKK 58 Utami Mardi Siwi ... 63

Gambar 16. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Menyusun Pola pada Anak Kelompok B TK ABA Ambarbinangun ... 64

(15)

xv

Gambar 17. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Menyusun Pola

pada Anak Kelompok B TK ABA Surya Melati ... 64 Gambar 18. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Menyusun Pola

pada Anak Kelompok B TK PKK 111 Tunas Harapan ... 65 Gambar 19. Grafik Histogram Persentase Kemampuan Menyusun Pola di

TK se-Gugus III Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul ... 66 Gambar 20. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Menciptakan

Pola pada Anak Kelompok B TK PKK 58 Utami Mardi Siwi .... 67 Gambar 21. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Menciptakan

Pola pada Anak Kelompok B TK ABA Ambarbinangun ... 67 Gambar 22. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Menciptakan

Pola pada Anak Kelompok B TK ABA Surya Melati ... 68 Gambar 23. Diagram Lingkaran Persentase Kemampuan Menciptakan

Pola pada Anak Kelompok B TK PKK 111 Tunas Harapan ... 69 Gambar 24. Grafik Histogram Persentase Kemampuan Menciptakan Pola

di TK se-Gugus III Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul ... 69 Gambar 25. Grafik Histogram Persentase Kemampuan Mengenal Pola

ABCD-ABCD di TK se-Gugus III Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul ... 72

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 92

Lampiran 2. Data Observasi Awal ... 98

Lampiran 3. Data Wawancara Awal ... 100

Lampiran 4. Validitas dan Reliabilitas ... 101

Lampiran 5. Surat Pernyataan Validasi ... 103

Lampiran 6. Lembar Observasi Hasil Penelitian ... 104

Lampiran 7. Analisis Pengolahan Data ... 108

Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)... 116

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengubah tingkah laku seseorang menjadi lebih baik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 263), pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan memegang peranan penting bagi setiap individu dalam kehidupannya. Pendidikan tidak hanya milik orang dewasa namun anak usia dini sekalipun berhak memperoleh pendidikan. Menurut Slamet Suyanto (2005: 33), setelah lahir anak perlu mendapatkan stimulasi pendidikan dan orang tua bertanggung jawab untuk memberi stimulasi pendidikan tersebut. Anak usia dini memerlukan stimulasi dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Salah satu cara pemberian stimulasi pendidikan untuk anak usia dini yaitu melalui PAUD.

(18)

2

dini sudah semestinya mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan tahapan perkembangannya.

Melalui pendidikan anak usia dini, potensi dalam diri anak dapat digali. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 tentang Pendidikan Anak Usia Dini bagian ketujuh pasal 28 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Atfal (RA), dan bentuk lain yang sederajat; pada jalur nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KOBER), Taman Penitipan Anak (TPA), dan bentuk lain yang sederajat; sedangkan pada jalur informal berbentuk pendidikan keluarga dan pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

(19)

3

Dalam pembelajaran matematika kegiatan yang dapat dilakukan dalam pembelajaran adalah mencocokkan, perbandingan dan seriasi/urutan, pengenalan geometri dengan bangun dan ruang, penjumlahan, pengukuran, grafik, klasifikasi atau mengelompokkan benda dan mengenal pola. Pembelajaran matematika sangat penting untuk diajarkan pada anak. Salah satu pembelajaran matematika yang dapat diajarkan kepada anak yaitu mengenal pola ABCD-ABCD.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 tahun 2009 terdapat standar Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) yang harus dicapai oleh anak kelompok B atau pada usia 5-6 tahun dalam sublingkup perkembangan konsep, bentuk, warna, ukuran, dan pola, yaitu anak mampu mengenal pola ABCD-ABCD. Sementara itu, dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, mengenal pola ABCD-ABCD ada dalam lingkup perkembangan kognitif dengan sub lingkup perkembangan berpikir logis.

(20)

4

Anak kelompok B harus mampu memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat dua sampai tiga pola berurutan yaitu ABCD-ABCD- ..., dan seterusnya.

Bagi anak proses mengenal pola ABCD-ABCD memang membutuhkan pemahaman yang lebih tinggi daripada mengenal pola AB-AB atau ABC-ABC. Guru dapat memberikan kegiatan mengenal pola ABCD-ABCD pada anak dengan berbagai media dan dengan metode pembelajaran yang menarik, sederhana, dan menyenangkan. Saat anak melakukan kegiatan mengurutkan pola maka anak akan melakukan pengamatan yang berfungsi melatih pemahaman anak. Selain itu, pengenalan pola pada anak dimaksudkan agar anak mampu memperkirakan atau memprediksi peristiwa atau kejadian di kehidupan anak dengan baik.

Kegiatan mengenal pola ABCD-ABCD tidak hanya diperoleh dari pembelajaran di kelas saja. Dalam kehidupan sehari-hari anak dapat mengenal pola yaitu dengan memperkirakan urutan waktu dalam satu hari. Perkiraan pola yang seharusnya dimengerti anak pada urutan pola waktu dalam satu hari adalah pagi, siang, sore, malam. Pada hari berikutnya anak akan tahu bahwa pola waktu dalam hari itu akan sama seperti hari kemarin yakni pagi, siang, sore, malam, pagi, siang, sore, malam, dan seterusnya. Saat anak sudah paham dengan konsep mengenal pola ABCD-ABCD maka akan mudah bagi anak untuk mengenal suatu urutan pola.

(21)

5

Banyak manfaat yang didapat ketika anak telah mampu mengenal konsep pola. Salah satu diantaranya adalah anak belajar untuk memperkirakan suatu situasi, kejadian, peristiwa, maupun hal-hal pentingnya lain di kehidupannya dengan baik, setelah melihat pola-pola yang berurutan. Mengenal pola ABCD-ABCD merupakan kegiatan yang sebenarnya mudah untuk anak TK. Jika anak telah paham konsep dari mengurutkan atau menyusun suatu benda maka akan sangat mudah bagi anak untuk menyelesaikan kegiatan mengenal pola ABCD-ABCD.

Pada anak TK kelompok B, banyak ditemukan anak yang masih mengalami kesulitan dalam mengenal pola ABCD-ABCD. Hal tersebut diperkuat dengan observasi awal yang telah peneliti lakukan pada salah satu TK se-Gugus 3 Kecamatan Kasihan yaitu TK PKK 58 Utami Mardi Siwi. Anak kelompok B di TK PKK 58 Utami Mardi Siwi masih mengalami kesulitan dalam mengenal pola ABCD-ABCD. Sebanyak 48% anak kelompok B di TK PKK 58 Utami Mardi Siwi belum mengenal pola dengan baik. Hal ini terlihat dari 25 anak hanya 13 anak yang benar dalam mengurutkan pola ABCD-ABCD, dan 12 anak masih terbalik dalam mengurutkan pola ABCD-ABCD. Data observasi awal dapat dilihat pada lampiran 2.

(22)

6

masih sering terbalik saat mengurutkan suatu urutan pola. Banyak anak TK kelompok B yang masih kebingungan saat kegiatan mengenal pola ABCD-ABCD sehingga terbalik saat mengurutkan pola. Contoh pola yang terbalik adalah ABCD-ABDC-ACBD dan lain sebagainya. Pola yang seharusnya disusun anak adalah pola ABCD-ABCD. Anak juga terlihat kurang aktif saat pembelajaran berlangsung dan tidak jarang saat anak kebingungan, anak tersebut tidak menyelesaikan tugasnya dalam mengenal pola ABCD-ABCD. Hasil wawancara dapat dilihat pada lampiran 3.

Permasalahan yang ada dilapangan berikutnya adalah pembelajaran yang monoton atau kurang bervariasi. Variasi pembelajaran dalam mengenalkan pola ABCD-ABCD perlu sekali dilakukan sebagai seorang guru. Hal ini ditujukan agar anak dapat tertarik dengan kegiatan mengenal pola ABCD-ABCD dan mencegah agar anak tidak bosan. Melihat betapa pentingnya pengenalan pola pada anak usia dini khususnya pada TK kelompok B, maka perlu sekali anak untuk mampu mengenal pola ABCD-ABCD dengan tepat saat di sekolah.

(23)

7

Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD di TK se-Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. Selain itu, di TK se-Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul belum pernah diadakan penelitian mengenai kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti merumuskan judul “Studi Kemampuan Mengenal Pola ABCD-ABCD pada Anak Kelompok B di TK se-Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang muncul dapat diidentifikasi antara lain sebagai berikut:

1. Anak masih kesulitan dalam mengenal pola ABCD-ABCD sehingga urutan polanya masih sering terbalik.

2. Anak tidak menyelesaikan kegiatannya dalam mengenal pola ABCD-ABCD. 3. Anak kurang aktif pada saat pembelajaran berlangsung.

(24)

8 C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, serta mengingat luasnya masalah maka dalam penelitian ini dibatasi pada permasalahan tentang kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD pada aspek meniru pola, memperkirakan urutan berikutnya, menyusun pola, dan menciptakan pola pada saat kegiatan pembelajaran.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan meniru pola pada anak kelompok B di TK se-Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul?

2. Bagaimana kemampuan memperkirakan urutan berikutnya pada anak kelompok B di TK se-Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul?

3. Bagaimana kemampuan menyusun pola pada anak kelompok B di TK se-Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul?

4. Bagaimana kemampuan menciptakan pola pada anak kelompok B di TK se-Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui kemampuan meniru pola pada anak kelompok B di TK se-Gugus

(25)

9

2. Mengetahui kemampuan memperkirakan urutan berikutnya pada anak kelompok B di TK se-Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul.

3. Mengetahui kemampuan menyusun pola pada anak kelompok B di TK se-Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul.

4. Mengetahui kemampuan menciptakan pola pada anak kelompok B di TK se-Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik pada aspek teoritis maupun praktik sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai literatur dalam pengembangan kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD pada anak TK kelompok B dengan cara meniru pola, memperkirakan urutan berikutnya, menyusun pola, dan menciptakan pola.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, sebagai data riil yang dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut khususnya penelitian kemampuan mengenal pola.

(26)

10

c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran data tentang kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD yang ada di TK Kelompok B se-Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul.

G. Batasan Istilah

(27)

11 BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Kemampuan Kognitif Anak 1. Pengertian Kognitif

Kognitif adalah pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati, jadi merupakan tingkah laku-tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan (Soemiarti Patmonodewo, 2003: 27). Selain itu Ahmad Susanto (2011:47) mengemukakan bahwa kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan atau inteligensi yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar.

(28)

12

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan kognitif adalah kemampuan anak untuk berpikir melalui mengamati, menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa yang berhubungan dengan tingkat kecerdasan atau inteligensi yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar.

2. Teori Perkembangan Kognitif

Teori Perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Paul Suparno (2001: 25) ada empat tahapan, yaitu: tahap sensorimotor (0-2 tahun), tahap praoperasi (2-7 tahun), tahap operasi konkret (8-11 tahun), dan tahap operasi formal (11 tahun ke atas. Tahapan-tahapan kognitif tersebut pasti dialami anak dan tidak akan pernah ada yang terlewati walaupun tingkat kemampuan anak berbeda-beda (Yudha M. Saputra & Rudyanto, 2005: 21).

Piaget dalam Slamet Suyanto (2005: 4), berpendapat bahwa tahapan perkembangan kognitif anak TK kelompok B (usia 5-6 tahun) sedang berada di fase praoperasional. Cara berpikir anak bukan berdasarkan pengetahuan dan konsep-konsep abstrak. Pada tahap ini anak belajar terbaik melalui kehadiran benda-benda. Anak dapat belajar mengingat benda-benda, jumlah dan ciri-cirinya.

(29)

13

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tahap perkembangan kognitif ada 4 yaitu tahap sensorimotor, praoperasio, operasi konkret, dan operasi formal. Tahapan perkembangan kognitif anak TK kelompok B usia 5-6 tahun berada pada tahap praoperasi atau praoperasional. Pada tahap ini anak menggunakan simbol yang mewakili suatu konsep. Anak belajar dengan melihat secara nyata, merasakan, dan melakukan dengan tangan sendiri. Anak akan lebih mudah menerima pengetahuan dengan kehadiran benda-benda.

3. Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun

Kemampuan kognitif anak usia 5-6 tahun dalam Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) lingkup perkembangan konsep bentuk, warna, ukuran, dan pola dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini adalah sebagai berikut:

a. Mengenal perbedaan berdasarkan ukuran “lebih dari”, “kurang dari”, dan “paling/ter”.

b. Mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran (3 variasi).

c. Mengklasifikasikan benda yang lebih banyak ke dalam kelompok yang sama atau kelompok yang sejenis, atau kelompok berpasangan yang lebih dari 2 variasi.

d. Mengenal pola ABCD-ABCD.

e. Mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atau sebaliknya.

(30)

14

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 tahun 2014 disajikan pada tabel 1 yakni sebagai berikut:

Tabel 1. Tingkat Pencapaian Perkembangan Aspek Kognitif dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 tahun 2014

Lingkup Perkembangan Kognitif

Usia 5-6 Tahun Belajar dan pemecahan

masalah

a. Menunjukkan aktivitas yang bersifat eksploratif dan menyelidik

b. Memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari

c. Menerapkan pengetahuan atau pengalaman dalam konteks yang baru

d. Menunjukkan sikap kreatif dalam menyelesaikan masalah

Berpikir logis a. Mengenal perbedaan berdasarkan ukuran “lebih dari”, “kurang dari”, dan “paling/ter” b. Menunjukkan inisatif dalam memilih tema

permainan (seperti: “ayo kita bermain pura-pura seperti burung”)

c. Menyusun perencanaan kegiatan yang dilakukan

d. Mengenal sebab akibat tentang lingkungannya (angin bertiup menyebabkan daun bergerak, air menjadi basah)

e. Mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran (3 variasi)

f. Mengklasifikasikan benda yang lebih banyak ke dalam kelompok yang sama atau kelompok yang sejenis, atau kelompok berpasangan yang lebih dari 2 variasi

g. Mengenal pola ABCD-ABCD

h. Mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atau sebaliknya. Berpikir simbolik a. Menyebutkan lambang bilangan 1-10

b. Menggunakan lambang bilangan untuk menghitung

c. Mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan

d. Mengenal berbagai macam lambang huruf vokal dan konsonan

(31)

15

Dalam dua Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) tersebut sama-sama terdapat TPP mengenai mengenal pola ABCD-ABCD. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 tahun 2014 mengenal pola ABCD-ABCD terdapat dalam sub berpikir logis dan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 mengenal pola ABCD-ABCD terdapat dalam lingkup perkembangan konsep bentuk, warna, ukuran, dan pola.

B. Matematika Anak Usia Dini 1. Pengertian Matematika

Menurut Reys, dkk, dalam Tombokan dan Selphius (2014: 28) matematika adalah studi tentang pola dan hubungan, cara berpikir dengan strategi organisasi, analisasi dan sintesis, seni, bahasa, dan alat untuk memecahkan masalah-masalah abstrak dan praktis. Lain halnya dengan Yuliani Nurani Sujiono, dkk (2011: 113) yang mengemukakan definisi matematika dalam pusat pembinaan dan pengembangan bahasa matematika bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian persoalan mengenai bilangan.

(32)

16

Senada dengan Lestari, Slamet Suyanto (2005: 56) juga mengemukakan bahwa matematika sangat penting dalam kehidupan sehari-hari (seperti belanja, menghitung benda, waktu, tempat, jarak, dan kecepatan, memahami grafik dan tabel, mengukur panjang, berat, dan volume, kesemuanya merupakan fungsi matematis yang sangat penting bagi kehidupan seseorang).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan, pola dan urutan, cara berpikir dengan strategi organisasi, analisasi dan sintesis, seni, bahasa, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian persoalan mengenai bilangan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Matematika tidak hanya terbatas pada masalah konsep bilangan dan berhitung saja, namun konsep-konsep lain seperti pola merupakan salah satu bagian dari konsep dalam matematika.

2. Konsep matematika

(33)

17

Secara umum menurut Slamet Suyanto (2005: 162) konsep matematika untuk anak usia dini meliputi hal-hal berikut ini :

a. Memilih, membandingkan, dan mengurutkan. Misalnya memilih balok yang pendek, diteruskan ke balok yang lebih panjang sehingga membentuk urutan dari yang paling pendek menuju balok yang paling panjang.

b. Klasifikasi, yaitu mengelompokkan benda-benda ke dalam beberapa kelompok, untuk matematika bisa berdasarkan ukuran atau bentuknya.

c. Menghitung, yaitu menghubungkan antara benda dengan konsep bilangan, dimulai dari angka satu. Jika sudah mahir anak dapat melanjutkan menghitung kelipatan, misalnya kelipatan dua, lima, atau sepuluh.

d. Angka, yaitu simbol dari kuantitas. Anak bisa menghubungkan antara banyaknya benda dengan simbol angka.

e. Pengukuran, yaitu anak dapat mengukur ukuran suatu benda dengan berbagai cara, mulai dari ukuran nonstandar menuju ukuran standar. Ukuran nonstandar, misalnya kaki, depa, dan jengkal. Sementara ukuran standar menggunakan alat ukur standar, misalnya penggaris atau meteran.

f. Geometri, yaitu mengenal bentuk, luas, volume, dan area.

g. Membuat grafik, misalnya guru membagi kartu merah, hijau, dan kuning untuk anak yang suka apel, mangga, dan pisang. Lalu guru menyuruh anak untuk menempelnya di papan tulis yang telah diberi sumbu datar (X) dan tegak (Y). Maka akan tampak grafik yang menggambarkan banyaknya anak yang suka buah-buahan tersebut.

h. Pola, misalnya guru memberi angka 1, 3, 6 lalu anak melanjutkannya dengan suatu pola tertentu, bisa 9, 12, 15 atau bisa juga 1, 3, 6 lagi, atau 3, 6, 1.

i.Problem solving, yaitu kemampuan memecahkan persoalan sederhana yang melibatkan bilangan dan operasi bilangan.

(34)

18

3. Perkembangan Matematika Anak TK Usia 5-6 Tahun

Anak usia 5-6 tahun mengalami perubahan dalam daya pikir dan nalarnya. Perubahan dalam pengetahuan ini memungkinkan anak untuk mengerti konsep-konsep matematika melalui cara baru. Dalam periode ini menurut Seefeld Carol dan Barbara A. Wasik (2008: 385), anak-anak mulai melakukan hal-hal seperti berpikir tentang simbol atau lambang, memahami kelestarian bilangan, dan berpikir secara semilogis atau penalaran yang masih terbatas.

Matematika juga erat dikaitkan dengan kemampuan berhitung, namun untuk anak usia dini disebut dengan konsep pra-hitung sebab masih dalam tahap pengenalan berhitung. Menurut J. Tombokan Runtukahu dan Selpius Kandou (2014: 84-90) kegiatan-kegiatan pembentukan konsep pra-berhitung yaitu adalah 1) mengklasifikasikan benda; 2) membandingkan panjang dan bentuk; 3) mengurutkan objek-objek (keterampilan menemukan pola); 4) meniru sebuah pola; 5) batang kuesioner.

(35)

19

11) Statistik dan probabilitas; 12) Pecahan dan desimal; dan 13) Pola dan relasi (Slamet Suyanto, 2005: 57).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa anak pada usia 5-6 tahun mulai melakukan hal-hal seperti berpikir tentang simbol atau lambang, memahami kelestarian bilangan, dan berpikir secara semilogis. Anak pada usia ini mengalami tahap konsep pra-hitung yang salah satu diantaranya adalah kemampuan mengenal pola, sehingga pada tahap ini memungkinkan anak untuk dapat mengerti tentang konsep pola. Selain itu, standar matematika untuk anak TK terdapat 13 macam. Pada penelitian yang akan dilakukan di TK Kelompok B standar matematika yang digunakan adalah bagian pola dan relasi dimana lebih menekankan pada kemampuan mengenal pola yaitu pola ABCD-ABCD.

C. Tinjauan tentang Pola ABCD-ABCD 1. Pengertian Pola ABCD-ABCD

Dalam Pendidikan Anak Usia Dini matematika memiliki beberapa komponen yang perlu dikenalkan pada anak, salah satunya adalah pola atau

(36)

20

Dijelaskan pula oleh Jackman Hilda L. (2009: 160) bahwa “patterning is another way for children to see order in their world. A pattern is a sequence of

numbers, colors, object, sounds, shapes, or movements that repeat, in the same

order or arrangement, over and over again.” Sesuai dengan kutipan tersebut yang dimaksud pola adalah cara lain bagi anak-anak untuk melihat ketertiban di dunia mereka. Pola adalah urutan angka atau bilangan, warna, objek, suara, bentuk, atau gerakan yang berulang, dalam urutan atau susunan yang sama. Sementara Reys, dkk (2012: 353) menyatakan bahwa pola adalah bagian penting dari matematika karena pola membantu anak-anak untuk mengatur dunianya dan anak lebih memahami matematika

Dari berbagai sumber tersebut dapat disimpulkan bahwa pola ABCD-ABCD adalah urutan angka, warna, objek, suara, bentuk, serangkaian bilangan, benda, atau gerakan dengan di mana semua anggota berhubungan satu sama lain yang disusun secara berulang dengan aturan empat rangkaian (ABCD-ABCD).

2. Pengertian Kemampuan Mengenal Pola ABCD-ABCD

Mengenal pola ABCD-ABCD merupakan bagian dari matematika yang penting untuk anak. Kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD menurut Tim Penyusun Pedoman Pembelajaran Permainan Berhitung Permulaan di TK (2007: 10) adalah kemampuan anak untuk memunculkan pengaturan sehingga anak mampu memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk dua sampai tiga pola yang berurutan.

(37)

21

menguraikan pola-pola. Selanjutnya menurut Slamet Suyanto (2005: 67) mengenal pola adalah kemampuan anak mengenal dan mengikuti pola-pola yang ada didekatnya secara berurutan. Pola-pola tersebut misalnya seperti pensil, bolpoin, crayon, spidol, maka setelah spidol anak akan mengurutkan kembali dengan meletakkan pensil, bolpoin, crayon dan spidol setelahnya. Sesuai contoh tersebut yang dimaksud dengan pola ABCD-ABCD tersebut yakni pensil dapat dikodekan dengan huruf A, bolpoin dapat dikodekan dengan huruf B, crayon dapat dikodekan dengan huruf C, dan spidol dapat dikodekan dengan huruf D.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD adalah kemampuan dasar dari bagian matematika dimana anak mampu untuk mengenal dan mengikuti pola-pola yang ada didekatnya, mislanya pensil (A)-bolpoin crayon (C)-spidol (D), pensil (A)-bolpoin (B)-crayon (C)-spidol (D), dan seterusnya.

3. Macam-macam Pola ABCD-ABCD

Menurut Reys, dkk (2012: 145) pola-pola dapat didasarkan pada bentuk-bentuk geometri (bentuk-bentuk atau sifat), hubungan antara berbagai atribut obyek-obyek (urutan atau fungsi), atribut fisik (warna, ukuran, tektur, jumlah), atau beberapa atribut afektif. Beberapa pola didasarkan pada kombinasi atribut, misalnya kombinasi warna dan bentuk.

(38)

22

2012: 125) warna pada prinsipnya hanya terdiri dari tiga warna yaitu merah, kuning, dan biru, sementara warna di luar ketiga tersebut merupakan gabungan dari ketiga warna itu. Warna terdiri dari warna primer, sekunder, dan tersier. Warna primer merupakan warna asli atau warna utama yang terdiri dari merah, kuning, dan biru, sedangkan warna sekunder dan tersier merupakan hasil campuran dari warna yang akan menghasilkan warna lain atau di luar warna merah, kuning dan biru.

Selain warna, bentuk-bentuk yang dapat dikenalkan pada anak salah satunya adalah bentuk geometri. Menurut Slamet Suyanto (2005: 79) anak perlu mengenal dasar benda atau bentuk dasar, misalnya bangun datar yang terdiri atas segi empat, segi tiga, segi lima, segi enam, dan lingkaran. Selain bangun datar adapula bangun ruang yang terdiri dari balok, kubus, prisma, limas, dan piramid. Sementara itu pola bentuk geometri menurut Mulyana Az (2007: 88-96) yaitu:

a. Persegi panjang adalah bangun geometri yang disusun dari empat titik yang tidak segaris dan dihubungkan antara yang satu dengan yang lain serta sisi yang berhadapan sama panjang.

b. Bujur sangkar atau persegi adalah suatu segi empat yang keempat sisinya sama panjang dan besar sudutnya sama yaitu 90 .

c. Segitiga adalah suatu bangun yang dibentuk oleh tiga titik yang tidak segaris dan dihubungkan dengan tiga ruas garis. Sedangkan jumlah sudutnya 180 .

d. Jajaran genjang adalah bangun segi empat yang sisi-sisinya berhadapan sejajar sama panjang, serta sudut-sudut yang berhadapan sama besar.

e. Belah ketupat adalah jajaran genjang yang keempat sisinya sama panjang

f. Layang-layang adalah suatu segiempat dimana sisi yang berdekatan sepasang-sepasang dan diagonalnya saling berpotongan serta tegak lurus.

(39)

23

Selain berdasarkan warna dan bentuk masih ada bermacam-macam bahan yang dapat digunakan untuk mengenalkan pola, seperti tepuk yang berulang, suara atau nada yang berulang, angka, ukuran dan masih banyak lagi. Shaw Jean M. (2005) menyatakan bahwa:

“Anak TK belajar untuk menggunakan pola yang sama menggunakan berbagai bahan atau simbol. Bergantian bertepuk tangan dengan menjentikkan jari mereka, misalnya A, B, A, B. Ini adalah pola yang sama seperti hari, malam, siang, malam; lampu merah, lampu hijau, dan sebagainya. Anak TK juga dapat bekerja dengan pola gambar dan nomor urutan, seperti 2, 4, 6, 8. Dengan membandingkan objek satu sama lain dan memahami hubungan antara pasangan benda maka anak-anak menunjukkan kemampuan untuk transitif berpikir. Pemahaman anak terhadap hubungan matematika berkembang secara bertahap dari waktu ke waktu, anak belajar dengan pola di dunia di sekitar mereka, anak-anak mulai menggunakan ide-ide yang merupakan dasar berpikir aljabar.”

Kegiatan mengenal pola dapat dilakukan dengan bahan-bahan yang sering dijumpai seperti manik-manik, kancing, daun, kulit, kubus, atau balok. Pada kelas awal, pola membantu anak-anak mengembangkan kemampuan menyusun, menghitung dan mengurutkan.

Dari pemaparan di atas, pola dapat dikenalkan dengan bermacam-macam variasi seperti bentuk-bentuk geometri (bentuk atau sifat), hubungan antara berbagai atribut obyek-obyek (urutan atau fungsi), atribut fisik (warna, ukuran, tektur, jumlah), beberapa atribut afektif atau kombinasi atribut. Pola dapat dikenalkan pada anak dengan berbagai bahan yang sering dijumpai.

4. Pengenalan Pola pada Anak TK

(40)

24

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 tahun 2014 terdapat lingkup perkembangan kognitif yaitu berfikir logis, di mana Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) anak usia 5-6 tahun yaitu mengenal pola ABCD-ABCD. Sedangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 tahun 2009 indikator mengenal pola pada anak usia 5-6 tahun adalah memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk lebih dari 3 pola yang berurutan, misalnya : merah, putih, biru, merah, putih, biru, merah.../ABCD-ABCD; menirukan pola dengan menggunakan berbagai benda; meniru pola dengan menggunakan 4-8 kubus.

Menurut Reys, dkk (2012: 145-146) kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD meliputi: (1) meniru atau menyalin pola; (2) memperkirakan urutan berikutnya atau menemukan yang berikutnya; (3) memperluas pola dengan menyusun pola dan; (4) menciptakan pola atau membuat pola sendiri.

Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengenalan pola dapat dilakukan dengan cara meniru pola dengan berbagai benda, memperkirakan urutan berikutnya pola, memperluas pola dengan menyusun pola, dan menciptakan pola. Pola yang diajarkan dapat menggunakan berbagai bahan atau simbol seperti tepuk, benda dengan berbagai warna, gambar, angka.

a. Meniru pola

(41)

25

mengikuti contoh. Anak-anak menunjukkan pola dan kemudian diminta untuk membuat satu pola seperti yang dicontohkan.

Hal ini dapat dilakukan oleh guru saat memberikan contoh dengan menggambar suatu pola misalnya gambar matahari-bulan-bintang-bumi-matahari-bulan-bintang-bumi-dan seterusnya, anak meniru gambaran pola dari guru. Anak-anak ditunjukkan pola dan kemudian diminta untuk membuat satu pola seperti contoh. Misalnya, guru menunjukkan gelang dari manik-manik, anak diminta untuk membuat gelang dari manik-manik tersebut dengan pola yang sama sesuai dengan contoh yang ditunjukkan guru. Kegiatan meniru pola dapat dilihat pada gambar 1 dan gambar 2.

Gambar 1. Meniru pola AB-AB Sumber: Reys, dkk (2012: 145)

(42)

26

penggunaan dari pola ABCD-ABCD adalah karena anak yang diteliti adalah anak TK kelompok B. Berikut pola ABCD-ABCD dalam kegiatan meniru pola.

Gambar 2. Meniru pola ABCD-ABCD b. Memperkirakan urutan berikutnya

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 571) memperkirakan berarti membuat perhitungan kira-kira atau menduga. Memperkirakan urutan berikutnya menurut Richardson (dalam Tombokan J. Runtukahu & Selpius Kandao, 2014: 88), merupakan keterampilan yang dibutuhkan anak untuk menyadari perbedaan-perbedaan antara objek yang satu dengan objek yang lainnya dan mengatur objek-objek sesuai dengan perbedaanya.

(43)

27

seterusnya. Apabila kemampuan mengurutkan pola ini diasah dengan baik maka akan menghasilkan sistematika logika berpikir yang baik pada anak.

Memperkirakan urutan berikutnya dalam sebuah pola adalah anak mampu memperkirakan urutan yang tepat setelah melihat pola-pola yang berurutan. Memperkirakan urutan berikutnya berarti mendorong anak untuk melanjutkan atau memperpanjang pola. Dalam pola ABCD-ABCD anak memperkirakan pola apa yang selanjutnya digunakan setelah melihat pola berulang. Memperkirakan urutan berikutnya dapat dilihat pada gambar 3.

?

Gambar 3. Memperkirakan urutan berikutnya

(44)

28 c. Menyusun pola

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 685), menyusun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 1112) berarti mengatur dengan secara tindih-menindih atau menaruh berlapis-lapis. Anak-anak ditunjukkan suatu pola dan diminta untuk melanjutkannya dengan menyusun suatu pola. Menyusun pola dapat dilakukan dengan membuat pola awal dengan balok atau catatan tempel (sticky note), dan anak-anak dapat diminta untuk melanjutkan pola. Berikut adalah contoh gambar menyusun pola:

1 2 3 4 5

Gambar 4. Menyusun pola

(45)

29 d. Menciptakan pola

Menciptakan berasal dari kata cipta yang artinya kemampuan pikiran untuk mengadakan sesuatu yang baru (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 215). Menciptakan pola adalah membuat pola yang baru. Artinya anak tidak meniru pola dari orang lain. Anak-anak membutuhkan kesempatan untuk menciptakan pola yang dibuat oleh mereka sendiri. Pola yang dibuat anak tentu sangat kreatif dengan pemikirannya masing-masing.

Menurut Elizabeth Warren dan Tom Cooper (2006: 11) dengan menciptakan pola maka akan mendorong anak-anak untuk membuat pola yang berulang sendiri. Guru dapat menanyakan bagaimana anak akan melanjutkan pola tersebut. Guru juga dapat meminta anak untuk menunjukkan bagian pola yang berulang.

Sementara itu, menurut Reys, dkk (2012: 146) menciptakan pola akan membantu mengungkapkan wawasan berfikir matematika. Guru harus mendorong anak-anak untuk 'berpikir keras' saat mereka mencari pola. Guru dapat meminta anak untuk menjelaskan mengapa mereka memilih bagian tertentu dari pola atau alasan mengapa anak membuat pola tersebut. Guru perlu belajar dan memahami pola anak-anak dan mendorong mereka untuk berbagi pemikiran mereka.

5. Pentingnya Pengenalan Pola pada Anak TK

(46)

30

mengembangkan strategi berfikir untuk mengetahui fakta-fakta dasar dan dalam mengembangkan berfikir aljabar. Selain itu, ketika anak tumbuh dewasa, dengan pola pengalaman mereka dipercepat karena mereka menjelajahi grafik dan geometri.

Lebih lanjut Gordon Biddle Kimberly A., dkk (2014: 348) mengungkapkan bahwa:

“Pattern are ever present in the lives of young children. Although this skill is important for mathematical and science understanding, it is also integrated into other domains and area of a child’s life, such as physical / motor development with dancing and other movement. Patterns and mathematics and art are related. The same basic pattern that underlie mathematics also underlie visual and performing arts. Early childhood teacher can foster patterning skill skills with music. For instance, they can clap a rhytmic pattern and have the young student repeat the same pattern”.

Berdasarkan pemaparan tersebut disebutkan bahwa keterampilan dalam membuat pola sangat penting untuk matematika dan pemahaman pengetahuan, bahkan terintegrasi ke domain lain dan bidang kehidupan anak, seperti perkembangan fisik motorik. Selain itu, dijelaskan bahwa Guru PAUD dapat memupuk keterampilan keterampilan pola dengan musik, misalnya, bertepuk tangan dengan ritme tertentu yang berulang.

(47)

31

nyata, misalnya dengan kancing baju, buah, sayur, dan lain sebagainya. Pola sangat penting untuk anak karena pola merupakan cara bagi anak usia dini untuk mengenali ketertiban dan untuk mengatur dunia mereka dalam sehari-hari, misalnya saya bangun tidur mandi, pakai baju, sarapan pagi dan begitu seterusnya. Senada dengan Smith, Elvina Lim Kusumo (2016), juga menyatakan bahwa mengenalkan pola sangat penting untuk anak prasekolah, hal ini dikarenakan pola atau patterning merupakan dasar yang digunakan dalam mengenal konsep matematika lainnya. Pola dapat dengan mudah dikenalkan pada anak karena dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya menurut Maman (2015), mengenalkan pola pada anak akan tidak hanya akan mengembangkan kosakata matematika, namun juga membantu anak memahami banyak konsep matematika seperti simetri, urutan, menghitung, operasi jumlah, pengumpulan data, dan perkiraan. Anak akan mendapat keuntungan tersendiri bila memiliki banyak pengalaman dalam hal penyortiran dan pengelompokkan objek/benda dengan mengenal pola. Setelah anak mengenl dan membuat suatu pola, anak mulai melihat dan memahami bagaimana sesuatu bekerja bersama-sama (memiliki suatu hubungan).

(48)

32

pola tidak hanya berkaitan dengan matematika saja, ada juga bidang ilmu lainnya. Pola dapat dengan mudah dikenalkan pada anak karena dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

D. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian Skripsi Endah Retno Susanti Tahun 2014

Penelitian ini berjudul “Peningkatan Kemampuan Mengenal Pola Melalui Bermain Konstruktif Kelompok B2 TK ABA Playen I Gunung Kidul”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan mengenal pola anak. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenal pola melalui bermain konstruktif kelompok B2 TK ABA Playen I Gunung Kidul.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas. Sementara metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok B2 TK ABA Playen I Gunung Kidul yang berjumlah 10 anak perempuan dan 7 anak laki-laki. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan 2 siklus.

(49)

33

58,82%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa bermain konstruktif dapat meningkatkan kemampuan mengenal pola anak kelompok B2 TK ABA Playen I Gunungkidul.

2. Penelitian Skripsi Siti Kusniati Tahun 2014

Penelitian ini berjudul “Peningkatan Kemampuan Mengurutkan Pola Melalui Metode Pembelajaran Papan Flanel Pada Anak”. Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah pembelajaran mengurutkan pola di TK Pertiwi Eromoko Kecamatan Eromoko. Masih belum tercapainya target sesuai dengan kriteria ketuntasan pembelajaran 75% disebabkan oleh pembelajaran yang kurang menarik minat belajar anak dalam mengurutkan pola dari berbagai macam bentuk. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus yang masing-masing siklus dilaksanakan 3 kali pertemuan. Setiap pertemuan ada 4 langkah kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah anak didik kelompok B di TK Pertiwi Eromoko Kecamatan Eromoko Kabupaten wonogiri dengan jumlah peserta didik 25 anak terdiri dari laki-laki 12 anak dan perempuan 13 anak.

Dalam mengumpulkan data penelitian tindakan kelas ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data digunakan analisis kualitatif yaitu dengan cara membandingkan data hasil pengamatan pra siklus, siklus I dan siklus II kemudian dilakukan refleksi.

(50)

34

melalui perbandingan kemampuan mengurutkan pola sebelum menggunakan metode pembelajaran papan flanel dan sesudah menggunakan metode papan flanel. Apabila ada peningkatan kemampuan 80% dari kemampuan sebelumnya, berarti pembelajaran dengan metode pembelajaran papan flanel tercapai.

Hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran mengurutkan pola menggunakan metode pembelajaran papan flanel dapat memotivasi dan meningkatkan hasil belajar anak di TK Pertiwi Eromoko Kecamatan Eromoko Kabupaten Wonogiri. Hal ini dapat dilihat dalam siklus I media yang digunakan kertas berbentuk matahari, bintang, dan bulan berwarna putih dengan menggunakan papan flanel berwarna orange, hasil yang dicapai anak yang mampu meningkat daripada pra siklus yaitu 4% menjadi 20%

Dalam siklus II peneliti menggunakan kain flanel berwarna-warni, hal ini sangat menarik minat dan antusiasnisme anak dalam mengikuti pembelajaran mengurutkan pola. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar anak yang meningkat secara signifikan hasil belajar anak dari sklus I terhadap siklus II, anak kategori mampu mengalami peningkatan pada siklus I 20% meningkat menjadi 88%. Dilihat dari ketuntasan hasil belajar, anak tidak tuntas (belum mampu) dari siklus I 40% turun menjadi 4%, sedang pada anak yang tuntas (mampu dan cukup mampu), yaitu pada siklus I 60% meningkat menjadi 96 % pada siklus II.

E. Kerangka Berpikir

(51)

35

konsep. Anak belajar dengan melihat secara nyata, merasakan, dan melakukan dengan tangan sendiri. Anak akan lebih mudah menerima pengetahuan dengan kehadiran benda-benda. Salah satu pembelajaran yang mengaju pada aspek kognitf adalah matematika.

Mengingat betapa pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari, maka konsep matematika perlu dikenalkan sejak dini. Dalam pendidikan anak usia dini, konsep matematika dapat dikenalkan dengan cara yang sesuai dengan karakteristik dan kemampuan anak. Berdasarkan Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) di dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014, anak usia 5-6 tahun seharusnya mampu mengenal pola ABCD-ABCD.

Kemampuan mengenal pola merupakan kemampuan dasar dari bagian matematika dimana anak mampu untuk mengenal dan mengikuti pola-pola yang ada didekatnya. Pengenalan konsep pola kepada anak dilakukan melalui cara yang tepat agar kemampuan anak dapat berkembang secara optimal. Cara yang dilakukan disesuaikan dengan karakteristik dan perkembangan anak. Guru dapat memberikan kegiatan mengenal pola ABCD-ABCD pada anak dengan berbagai media dan dengan metode pembelajaran yang menarik, sederhana, dan menyenangkan.

(52)

36

pola membuat anak memiliki banyak pengalaman dalam hal penyortiran dan pengelompokkan objek atau benda.

(53)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang berjudul “Studi Kemampuan Mengenal Pola ABCD-ABCD pada Anak Kelompok B Di TK se-Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul” ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar dan ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia (Nana Syaodih, 2006: 72). Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dilihat dari cara pengolahan dengan angka dan dianalisis menggunakan uji statistik sederhana.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan survey. Penelitian survey menurut Sugiyono (2011: 10), adalah penelitian yang dilakukan

pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel

yang diambil dari populasi tersebut. Salah satu tujuan penelitian survey adalah

mendeskripsikan atau menggambarkan suatu gejala maupun keadaan. Metode survey

dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan mengenal pola

ABCD-ABCD pada anak kelompok B se-Gugus 3 Kecamatan Kasihan.

Penelitian ini dikatakan survey karena dalam penelitiannya dilakukan pada

populasi yang luas dan tidak bermaksud untuk menguji hipotesis namun hanya

bertujuan untuk melukiskan variabel atau suatu situasi dalam penelitian, serta analisis

datanya digambarkan dalam jumlah, ukuran atau frekuensi. Dalam melakukan

penelitian ini diharapkan dapat memperoleh data dalam bentuk angka sebagaimana

(54)

38 B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Pemilihan lokasi diharapkan dapat memfokuskan ruang lingkup pembahasan dalam penelitian sehingga permasalahan tidak terlalu luas. Tempat yang diambil dalam penelitian ini adalah TK se-Gugus 3 Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, yaitu TK Tunas Harapan, TK ABA Ambar Binangun, TK PKK 58 Utami Mardi Siwi, TK ABA Surya Melati.

Alasan peneliti memilih TK di Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul untuk dijadikan tempat penelitian adalah karena di lokasi tersebut belum pernah dilakukan penelitian mengenai kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD, sehingga peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian di TK Gugus 3 Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada awal-awal semester II tahun ajaran 2016/2017 pada bulan Januari sampai Maret 2017.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

(55)

39

TK PKK 111 Tunas Harapan, TK ABA Ambar Binangun, TK PKK 58 Utami Mardi Siwi, TK ABA Surya Melati.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011: 81). Pada penelitian ini semua jumlah populasi menjadi sampel atau yang disebut sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2011: 85) sampling jenuh atau sensus merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, sampling jenuh digunakan pada penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.

Peneliti memilih sampling jenuh dikarenakan peneliti ingin mengetahui tingkat kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD pada anak kelompok B di TK se-Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul dengan membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Oleh karena itu, semua anak TK kelompok B di Gugus 3 Kecamatan Kasihan yang berjumlah 115 anak tersebut akan digunakan sebagai sampel penelitian. Berikut data jumlah populasi dan sampel dalam penelitian ini dijelaskan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Data Jumlah Populasi dan Sampel

Nama sekolah Kelas Jumlah anak per kelas

(56)

40 D. Variabel Penelitian

Variabel merupakan suatu konsep yang memiliki nilai Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar (2006: 9). Sementara itu menurut Sugiyono (2011: 38) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian adalah sesuatu konsep yang memiliki nilai dan ditetapkan peneliti dari informasi yang diperoleh kemudian ditarik kesimpulan. Variabel dalam penelitian ini adalah kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Moh. Nazir, 2005: 174). Sementara menurut Deni Darmawan (2014: 159) teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh dan alat-alat yang digunakan dalam mengumpulkan datanya. Teknik pengumpulan data dapat menggunakan angket atau kuesioner, wawancara, dokumentasi dan/atau observasi. Teknik pengumpulan data yang dipakai pada penelitian ini yaitu observasi atau pengamatan dan dokumentasi.

1. Observasi

(57)

41

participant observasion (observasi berperan serta) dan nonparticipant observasion (tidak berperan serta). Observasi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah observasi partisipatif artinya observer terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang atau kelas yang sedang diamati namun hanya berperan secara terbatas. Seperti pada saat pengajaran membantu guru membariskan anak-anak sebelum masuk kelas, ikut bernyanyi, membantu menyiapkan alat dan bahan. Peneliti ikut terlibat dalam proses pengambilan data dengan dibantu guru, serta melakukan penilaian untuk mengetahui kemampuan mengenal pola anak.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara memperoleh data dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat dimana melakukan kegiatan sehari-hari (Sukardi, 2011: 81). Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan sebagai pelengkap sumber data, karena banyak hal yang harus dijadikan sumber data yang dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan meramalkan atau memprediksi kejadian saat penelitian. Analisis dokumentasi akan membantu untuk melengkapi dan memperdalam hasil pengamatan. Dengan demikian perlu pendokumentasian untuk melengkapi penelitian dan memperoleh gambaran yang sedang terjadi dalam setiap peristiwa.

(58)

42 F. Kisi-kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen merupakan sebuah rancangan dalam menyusun instrumen penelitian. Berikut ini merupakan kisi-kisi untuk setiap instrumen dijelaskan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Kisi-kisi Kemampuan Mengenal Pola ABCD-ABCD Variabel Aspek yang diteliti Deskripsi Mengenal pola

ABCD-ABCD

Meniru pola Anak mampu meniru pola yang telah dibuat guru

Memperkirakan urutan berikutnya

Anak mampu memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk 2 pola

Menyusun pola Anak mampu menyusun pola lebih panjang atau lebih luas Menciptakan pola Anak mampu membuat pola

sendiri

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono 2011: 102). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan dokumentasi. Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan, maka instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Lembar Observasi

(59)

43

penelitian ini lembar observasi akan mendeskripsikan hasil pengamatan dengan memberikan skor 1-4 untuk setiap indikator kemampuan mengenal pola. Adapun lembar observasi terdapat pada tabel 4 dan rubrik penilaian pada tabel 5-8.

Pengamatan dilakukan untuk mengamati kemampuan mengenal pola anak TK kelompok B menggunakan berbagai kegiatan pengenalan pola yang digunakan guru di TK se-Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. Adanya keterbatasan dalam teknik observasi maka akan digunakan instrumen penelitian lembar observasi berupa rubrik penilaian dan chek list. Lembar observasi ini digunakan peneliti dengan memberikan tanda chek list (√) pada kemampuan anak

dalam kemampuan mengenal pola yaitu meniru pola, memperkirakan urutan berikutnya, menyusun pola, dan menciptakan pola dengan kondisi sebenarnya. Observasi dilakukan dengan mengisi check list yang diisi oleh peneliti atau guru terhadap kemampuan mengenal pola pada anak.

Tabel 4. Lembar Observasi Kemampuan Anak Mengenal Pola ABCD-ABCD

Keterangan:

(60)

44 Tabel 5. Rubrik Penilaian Meniru Pola

Aspek yang diteliti Kriteria Indikator Skor Meniru pola Belum berkembang Anak belum mampu

meniru pola

1

Mulai berkembang Anak mampu meniru 1-2 pola

2

Berkembang sesuai harapan

Anak mampu meniru 3-4 pola

3

Berkembang sangat baik

Anak mampu meniru lebih dari 4 pola

4

Tabel 6. Rubrik Penilaian Memperkirakan Urutan Berikutnya Aspek yang

diteliti

Kriteria Indikator Skor

Memperkirakan urutan berikutnya

Belum berkembang Anak belum mampu memperkirakan pola urutan berikutnya

1

Mulai berkembang Anak mampu

memperkirakan 1-2 pola urutan berikutnya

2

Berkembang sesuai harapan

Anak mampu memperkirakan 3-4 pola

urutan berikutnya

3

Berkembang sangat baik

Anak mampu memperkirakan lebih dari

4 pola urutan berikutnya

4

Tabel 7. Rubrik Penilaian Menyusun Pola Aspek yang

diteliti

Kriteria Indikator Skor

Menyusun Pola Belum berkembang Anak belum mampu menyusun pola

1

Mulai berkembang Anak mampu menyusun 1-2 pola

2 Berkembang sesuai

harapan

Anak mampu menyusun 3-4 pola

3

Berkembang sangat baik

Anak mampu menyusun lebih dari 4 pola

(61)

45 Tabel 8. Rubrik Penilaian Menciptakan Pola

Aspek yang diteliti

Kriteria Indikator Skor

Menciptakan Pola

Belum berkembang Anak belum mampu menciptakan pola

1

Mulai berkembang Anak mampu menciptakan 1-2 pola

2

Berkembang sesuai harapan

Anak mampu menciptakan 3-4 pola

3 Berkembang sangat

baik

Anak mampu menciptakan lebih dari 4 pola

4

2. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini yang dimaksudkan untuk memperkuat hasil observasi peneliti. Dokumentasi yang digunakan adalah berupa foto-foto kegiatan dan hasil karya kegiatan mengenal pola ABCD-ABCD anak serta RKH yang digunakan pada hari dilaksanakannya penelitian. Tujuan digunakannya teknik ini sebagai penunjang dalam penelitian untuk memperjelas data.

H. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas

(62)

46

penelitian adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur.

Penelitian ini menggunakan validitas logis dan validitas empiris. Pengujian validitas logis dilakukan dengan menggunakan pendapat dari ahli (expert jugdement) dalam hal ini ialah dosen pembimbing. Kemudian untuk menguji tingkat validitas empiris instrumen, peneliti mengujicobakan instrumen tersebut pada sasaran penelitian untuk membandingkan antara kriteria yang terdapat di dalam instrumen penelitian dengan fakta empiris di lapangan. Apabila data yang didapat dari uji coba sudah sesuai dengan yang seharusnya, maka instrumennya sudah baik dan valid.

Uji validitas empirik dilakukan di TK ABA Godegan, yang beralamatkan di Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul. Peneliti mengambil objek validitas anak di kelompok B3. Uji validitas dilakukan dengan mengambil semua jumlah anak di dalam kelas B3 yakni sebanyak 18 anak. Uji validitas dilakukan menggunakan program analisis statistika SPSS 20 dengan uji product momen pearson correlation.

(63)

47 2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Soffian Efendi & Tukiran, 2014: 141). Sementara itu Nana Syaodih Sukmadinata (2010: 229-230), menyatakan bahwa reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran.

Pengujian reabilitas dalam penelitian ini menggunakan program analisis SPSS 20 dengan metode reliabilitas ICC. Menurut Yus Agusyana dan Islandscript (2011: 49) metode reliabilitas ICC digunakan untuk melakukan estimasi reliabilitas antar penilai jika ada beberapa orang penilai melalui instrumen rating yang menghasilkan data ordinal. Hal ini diperkuat oleh Wahyu Widhiarso (2009: 15) yang menyebutkan bahwa teknik ICC dipakai jika ada beberapa orang rater yang menilai individu.

Dalam penelitian ini, peneliti mengajak dua orang teman dari mahasiswa PG-PAUD UNY untuk melakukan reliabilitas data. Total skor antar-pengamat atau antar-rater dimasukkan ke dalam SPSS. Skor kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD diperoleh dari penjumlahan total skor meniru pola, memperkirakan urutan berikutnya, menyusun pola, dan menciptakan pola.

Adapun langkah-langkah dalam mengetahui reliabilitas alat ukur menggunakan program analisis statistika SPSS adalah sebagai berikut:

a. Masukkan data

(64)

48

d. Pada menu STATISTICS bagian ANOVA pilih F-TEST dan INTRACLASS CORRELATION COEFFICIENT

e. Pilihlah jenis analisis TWO WAY MIXED dan CONSISTENCY dengan CONFIDENCE INTERVAL 95%

f. Tekan CONTINUE. Kemudian klik OK untuk menampilkan hasil.

Dari hasil analisis menggunakan program SPSS, diketahui bahwa nilai reliabilitas jika diestimasi dengan menggunakan koefisien alpha adalah 0,977. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai reliabilitas termasuk kategori memuaskan. Sedangkan reliabilitas antar-rater menunjukkan hasil 0,935. Hasil ini juga menunjukkan bahwa nilai reliabilitas antar-rater termasuk dalam kategori memuaskan. Adapun hasil dari uji reliabiltas secara lengkap terdapat pada lampiran 4.

I. Teknik Analisis Data

Teknis analisis data menurut Sugiyono (2011: 244) adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2011: 207).

(65)

49

telah dilakukan. Data yang diperoleh dari hasil observasi atau pengamatan pada penelitian ini menggunakan lembar observasi berupa check list. Pada instrumen penelitian ini skor penilaian bergerak dari 1-4.

Penyajian data dalam penelitian ini dianalisis dalam bentuk tabel dan grafik histogram dengan perhitungan persentase. Adapun acuan rumus yang dipakai yaitu menggunakan rumus dari Burhan Bungin (2011: 182):

Keterangan:

N = Jumlah kejadian ƒ = Frekuensi kejadian

Berikut langkah-langkah untuk menganalisis data dalam penelitian ini: 1. Membuat tabel kemampuan meniru pola, memperkirakan urutan berikutnya,

menyusun pola, dan menciptakan pola sesuai lembar observasi.

2. Menentukan frekuensi kemampuan meniru pola, memperkirakan urutan berikutnya, menyusun pola, dan menciptakan pola dari satu TK.

3. Menghitung jumlah persentase meniru pola, memperkirakan urutan berikutnya, menyusun pola, dan menciptakan pola.

4. Menghitung persentase kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD.

(66)

50

persentase kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD tersebut dimasukkan dalam predikat. Predikat yang dijadikan acuan dalam penelitian ini untuk mengetahui kriteria kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD. Acep Yoni (2010: 175) menyatakan bahwa hasil yang diperoleh dari perhitungan kemudian diinterpretasikan dalam empat tingkatan, yaitu:

Sangat baik 75% - 100%

Baik 50% - 74,99%

Cukup 25% - 49,99%

Kurang 0% - 24,9%

Skor yang sudah diperoleh digunakan untuk menarik kesimpulan. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan kriteria dasar menurut Acep Yoni (2010: 175) yang telah disesuaikan dengan kriteria perkembangan anak di Taman Kanak-kanak dan telah dimodifikasi oleh peneliti dalam acuan tersebut. Acuan predikat kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Acuan Predikat Persentase Kemampuan Mengenal Pola ABCD-ABCD

Kriteria Interval

Berkembang Sangat Baik (BSB) 75-100%

Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 50-74,99%

Mulai Berkembang (MB) 25-49,99%

(67)

51 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Wilayah Penelitian

Peneliti mengambil lokasi penelitian di TK se-Gugus 3 Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Gugus 3 Kecamatan Kasihan terdiri dari empat TK yaitu TK PKK 58 Utami Mardi Siwi, TK ABA Ambarbinangun, TK ABA Surya Melati dan TK PKK 111 Tunas Harapan. Berikut deskripsi dari TK se-Gugus 3 Kecamatan Kasihan yang digunakan sebagai tempat penelitian:

a. TK PKK 58 Utami Mardi Siwi

TK PKK 58 Utami Mardi Siwi terletak di Dusun Gonjen, Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. TK ini berdiri sejak tahun 1985 yang dirintis oleh kepala dukuh beserta PKK. Saat ini TK PKK 58 Utami Mardi Siwi dipimpin oleh Ibu Sri Lestari, S.Pd. Secara geografis, di sebelah barat TK adalah jalan kecil, sedangkan di sebelah selatan, sebelah timur, dan di sebelah utara TK adalah perumahan penduduk. TK ini terletak di dekat Jalan Ringroad Selatan. Luas gedung TK PKK 58 Utami Mardi Siwi mencapai 100 m2 dengan luas halaman 25 m2.

(68)

52

berada di dalam kelas meliputi balok-balokan, lego, puzzle, dan kotak menara. Sementara itu kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di TK ini adalah melukis,

drum band, dan sempoa.

Guru yang mengampu di TK ini berjumlah dua orang termasuk kepala sekolah. Jumlah ruang kelas di TK ini hanya satu kelas saja yang ditempati oleh anak kelompok B sedangkan jumlah seluruh siswa di TK ini adalah 25 anak. Penelitian dilakukan dengan mengambil seluruh anak di kelompok B sehingga subjek berjumlah 25 anak.

b. TK ABA Ambarbinangun

TK ABA Ambarbinangun terletak di Dusun Ambarbinangun, Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. TK ini berdiri sejak tahun 1975. Saat ini TK ABA Ambarbinangun dipimpin oleh Ibu Mujinah, S.Pd. Secara geografis, di sebelah barat TK adalah jalan kecil, di sebelah timur TK adalah kebun milik penduduk sekitar, di sebelah selatan TK adalah jalan kecil dan di sebelah utara TK adalah taman pemakaman. TK ini terletak di dekat SMP Mataram dan SD Muhammadiyah Ambarbinangun dengan batas jalan dan makam. Luas gedung TK ABA Ambarbinangun mencapai 200 m2 dengan luas halaman 50 m2.

Gambar

Tabel 1. Tingkat Pencapaian Perkembangan Aspek Kognitif dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 tahun 2014
gambar 1 dan gambar 2.
Gambar 2. Meniru pola ABCD-ABCD
Gambar 4. Menyusun pola
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa: (1) Perilaku agresif yang muncul pada anak termasuk jenis agresi instrumental dalam bentuk perbuatan verbal

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenal kosakata Bahasa Inggris melalui penggunaan media papan flannel pada anak TK Kelompok B2 di TK ABA Ambarbinangun.

Kemampuan berhitung anak usia 5-6 yang sesuai dengan Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STTPA) yang tercantum dalam Permendikbud No 137 Tahun 2014 yaitu anak mampu

mengambil kulit telur yang sudah dipersiapkan kemudian anak menempelkan satu persatu kulit telur pada pola gambar kentongan yang sudah diberi lem. Pada pertemuan

Guru dalam kelas tersebut memposisikan dirinya sebagai sumber belajar utama dan kurang memberikan kesempatan anak untuk mengambil keputusan, kurang mengutamakan

Fenomena yang terjadi di TK Aisyiyah Ranting Mallimongan Tua, Rendahnya kemampuan anak dalam pembelajaran kemampuan mengenal huruf. Hal ini disebabkan kurang kreatif

Maka dari itu, pengaruh pola asuh yang demokratis berjalan seiring dengan kemampuan ber- bahasa anak, semakin sering atau selalu konsisten kita melakukan pola asuh demokratis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan membaca permulaan anak usia dini dalam mengeja suku kata terbuka dan tertutup pada anak Kelompok B di Gugus 1